Aku adalah seseorang yang selalu berusaha kebal apa kata orang, tapi selalu kalah oleh apa kata diri sendiri. Aku adalah seseorang yang senang memberi semangat, tapi sering rapuh oleh dunianya sendiri. Aku adalah seseorang yang berusaha menjadi rumah, tapi sesekali bingung mencari rumahnya sendiri. Aku adalah daun gugur yang tertiup angin. Sendiri dan tak tentu arah.
Biarkan aku mencintainya seperti aku mencintai langit senja dengan semburat oranye yang seolah membawaku untuk terbang diatasnya.
Menelusuri jauh diluar jangkauan sampai pada titik tertinggi dalam jiwaku yang bebas menari jauh diantara kepalan awan awan.
Dibalik rona cerah, langit selalu menyimpan gemuruh dan derasnya hujan yang siap jatuh melululantahkan segalanya dengan tiba tiba.
Memang mencintaimu serupa mencintai langit, tatkala dia indah kamu akan terpesona dengan setiap rona yang muncul darinya, akan tetapi kamu harus ingat dibalik birunya langit cerah awan kelabu bisa saja muncul dari sudut yang tak pernah kita duga.
Seolah darinya kita hanya belajar mencintai dengan ikhlas tanpa kita sadari sesuatu yang indah terkadang tak pernah bisa sepenuhnya kita miliki.
Karena senja selalu mengajarkan sesuatu boleh saja indah sekalipun dirimu
Adalah dua satu empat belas; setelah percakapan panjang dengan pasangan—aku dan ia bersepakat untuk rehat dari segala hiruk-pikuk kepala. Namun seluruh akal menggerogoti raga, mengelumat daya tak bersisa hingga jadi abu tanpa nyawa.
Pertengkaran memang selalu melelahkan, namun kita tak alpa melakukan. Aku menyayanginya, dan ia juga menyayangiku. Kita saling menyayangi namun dengan cara masing-masing. Hingga seringkali kita berdebat; entah memperdebatkan diri kita atau orang lain. Dan kita, selalu saja tak kehabisan topik dalam mengupas apapun.
Ia dengan segala kecerdikan mampu mengutarakan isi kepala yang seringkali kutentang. Begitu juga denganku, yang bersikukuh dengan pendirian. Ironisnya, kita tak henti bertarung hingga menjelang petang.
Kukira berdiskusi tanpa lelah selalu menemui titik temu, namun baginya menuai masalah baru.
Lalu, kupikir beradu argumen selalu menyimpul benang merah, namun baginya hanya lilitan benang tanpa arah.
Akhirnya, kita menyepakati jeda, meminimalisir komunikasi, dan memberi rehat pada raga yang dirundung lelah. Agar hening memberi perenungan dan memahami esensi kedua jiwa yang saling menentang.
Bolehkah sekedar menyapa cukup sebentar saja, tuk melepas rindu setelah hampir dua pekan tak berkabar. Tak bisa ku pungkiri kerinduan ini semakin menjadi-jadi hingga masuk kedalam nadi mengaliri syaraf-syaraf pun nyeri di relung hati.
Meskipun aku yang berkata "jangan merindu" tapi aku yang tak sanggup "menahan temu".
-
Ketahuilah tatkala dalam prosesku menjadi sosok yang lebih baik, menyiapkan segalanya untuk menjemputmu dengan izinNya, namun kau malah mencari sosok yang lebih menawan dariku, maka runtuhlah semua impianku, usahaku tuk merengkuhmu, semua hancur menjadi kepingan-kepingan nestapa.
-
Asal kau tahu sepanjang malam menjelang fajar aku selalu mengadukan namamu pada pemilik semesta supaya dikemudian hari kita bisa bersanding bersama menjadi sepasang kehidupan yang saling mencukupkan, juga menjadi sahabat dalam taat tuk melanjutkan estafet perjuangan amanah Ummi.
-
"Aku tahu takdir bisa mengubah siapapun yang tadinya tak cinta menjadi cinta, namun sayangnya cinta tak bisa mengubah ketetapan, yang bukan takdir menjadi takdir.
Namun aku yakin Allah takkan membiarkan hambanya kecewa dan merana atas semua pengharapan yang dilangitkan dengan penuh kesungguhan, sungguh tak ada yang bisa mengabulkan segala impian kecuali engkau Ya Rabb...!".
-
Ku sandarkan segalanya padamu, perasaanku, impianku, hidupku kepadamu Dzat yang takkan lekang oleh waktu.
Rasa cinta yang muncul di masa menuntut ilmu adalah ujian. Selanjutnya tergantung caramu menyikapinya. Entah itu fokusmu yang akan hilang karena cinta, atau perasaanmu bisa kau atur dengan ilmu.
Senja kemarin, sepulang dari WFA. Melihatnya tenggelam sembari berbagai pikiran menari di kepala..
Sejatinya kamu tidak pernah kehilangan apapun, sebab semua yang menjadi milikmu sekarang hanyalah titipan. Orang yang datang dan pergi silih berganti, ujian kehidupan yang rasanya naik kelas terus, dan perasaan yang berubah dalam sekejap.
Sendiri, menyepi, menanyakan ke dalam diri tentang sisi terdalam apa yang dibutuhkan oleh diri kamu. Menerima segala luapan emosi, perasaan sedih, dan rasa lainnya yang semakin tak mampu untuk didefinisikan. Mengevaluasi diri sejenak, mencari sebab akibat bahwa tidaklah sesuatu terjadi tanpa sebab, tanpa campur tangan-Nya, dan mendidik hati untuk lapang menerimanya.
It's okay, kamu mengakui bahwa kamu terluka. Tidak semua orang mesti tahu, kamu cukup bercerita kepada orang yang kamu percaya, mengadu kepada-Nya, dan Allah akan kuatkan hati kamu. Ingat ya, tidak semua yang menurut kamu baik itu yang TERBAIK disisi-Nya.
Merenung lagi, beranikan diri kamu untuk berkata tidak pada sesuatu yang ternyata membuat kamu sendiri tidak sanggup untuk berasa di situasi tersebut. Barangkali ada ruang lain yang akan menerima kamu seutuhnya dengan segala potensi yang ada dalam diri kamu. Berdoa dan terus meminta petunjuk-Nya, ya!
Kenapa tiap kali membatin sesuatu, sosmed kita seolah mengerti ?
Misalnya kita lagi ada masalah dengan pasangan, teman ,atau rekan kerja tiba-tiba muncul di beranda medsos atau dpt di tiktok kita, sesuatu yang berkaitan dengan apa yang kita batin ?
Kenapa ya bisa begitu ?
Ini penjelasannya :
Jadi segala sesuatu hal di dunia ini mengandung hidrasi energi. Apa yang kita pikirkan, rasakan, dan ucapkan itu mengeluarkan getaran energi pada frekuensi tertentu.
Ketika memikirkan atau membatin sesuatu secara terus menerus Alam Semesta menangkap sinyal tersebut, kemudian menghadirkannya dalam bentuk orang, kondisi atau hal lain yang mana frekuensinya sama dengan apa yang anda pikirkan.
Jadi pikiran dan perasaan anda menarik sesuatu yang sefrekuensi.
Mulai sekarang jangan kaget kenapa kok yang anda batin kemudian muncul di sekitar anda karena sebenarnya pikiran anda sendirilah yang menariknya.
sudah berapa lama tda mrsakan lega..dan udah lama sekali kita menikmati luka duka dan lara yang begitu mendera...saat ini bolehkah kita rehat sejenak utk melihat kmbali sisi baiknya dari sebuah luka....
Marii kita pulihkan lika masa lalu kita,jgn berhrap lebih lagi ttg dia yg akan kasih kabar...itu tda mungkin dia lakukan,dan dia sudah bahagia skrang ..waktu itu dia hnya mmbri hiburan dgn sebuah harapn kalau dia tda akan melupakan kita...
Marii kita kembali menata apa yg tda sesuai,cntohnya brhrap yg brlebihan ...kita bangkit sama sama yah ...pulihkan luka dan beranjak dari masa lalu kita....
Pada hari hari panjang, satu dua alasan untuk tetap tinggal tak bisa lagi menahan langkahnya, keputusan keputusan besar diputuskan tiba tiba, bertekuk lutut diujung petang, lalu tergesa menyeberangi malam
Terdekaplah ia pada lelahnya sendiri, meraung meredakan tangisnya sendiri.
Istirahatlah.
Hari hari panjang yang kau keluhkan tidak akan menunggumu kembali
Hal hal yang kau khawatirkan sepanjang malam tidak akan menakutkan lagi
Tatapan tatapan tajam dari beberapa pasang mata tidak akan bisa menahan langkahmu lagi dan lagi
Entah kenapa, disaat semesta mempertemukan kita. Aku justru memalingkan wajah dan menundukkan kepala. Mungkin karena kenyataan yang tidak menyampaikan senandikaku kepadamu. Aku malu telah menaruh rasa pada sosokmu yang masya allah, malu karena merasa tak pantas akan rasa ini. Maaf aku telah menyukaimu.