Tumgik
#perasaan
mudabercerita · 11 months
Text
Untuk bisa tenang dan mengistirahatkan diri, maka belajarlah untuk mempersingkat segalanya.
Entah mempersingkat kata-kata, perasaan, dan terkadang hubungan dengan beberapa orang.
-Adzkia N
Banjarmasin, 25 Mei 2023 pukul 07.01 WITA.
529 notes · View notes
viviaramie · 1 year
Text
Ternyata benar, urusan perasaan yang belum waktunya itu tidak pernah sederhana; entah itu rindunya, sakit hatinya, cintanya, kecewanya, lengkap sepaket waktu yang banyak terbuang dan tak berkembang. Maka, menjaga hati adalah sebuah jawaban agar terhindar dari segala hal yang menyesakkan. Lalu manfaatkan waktu untuk hal-hal yang meringankan langkah dikehidupan mendatang. Sebab perjalanan hisab akan terasa panjang.
141 notes · View notes
duniapetualangkata · 2 months
Text
Di cakrawala malam, keramaian telah hanyut.
Orang orang mulai larut pada kesunyian masing-masing.
Titik temu tidak lagi utuh, oleh kita yang semakin menjauh.
Meskipun rindu menjadi gaduh, kita malu untuk bertemu.
Seperti dadu yang di adu, perasaan kita tidak menentu pada emosi yang tak menyatu.
16 notes · View notes
telusursejati · 1 year
Text
Tumblr media
Sekarang istirahat dan rehat, rayakan kesempatan untuk berjuang. Setelah itu, baru persiapkan diri lagi untuk tahapan selanjutnya • #telusursejati
70 notes · View notes
fincyie · 19 days
Text
Ada gak sih
Yang hari ini kenalan
Besok saling mengenal
Lusa nya langsung nikahan
Kalau ada
Aku mau 🤭
Capek
Capek seleksi
Capek ribet nya
Capek hati nungung dilamar
Capek berharap
Mau yang simpel
Kenal
Cocok
Nikah
Terus setelah nikah
Sabar dua kepala tu
Sabar namanya manusia
Sabar namanya hidup
Sabar namanya karakter orang
Sabar sabar sabar
8 notes · View notes
mputraff · 1 year
Text
31
“Menjadi dewasa susah ya. Apa-apa harus disiplin. Manajemen waktulah, irit uanglah, sampe-sampe harus memikirkan besok harus makan apa.” Mengapa banyak sekali orang diluar sana berkata demikian? Aku juga, sih. Hehe. Tetapi setelah dipikir-pikir pada saat kita masih dalam kandungan apakah kita memikirkan besok mau makan apa? Jangankan berpikir, dalam kandungan saja kita tidak ingat. Lalu, pada saat kecil apakah kita memikirkan hal serupa? Pagi sarapan apa? Siang, sore, bahkan malam atau besok siapa yang akan memberi makan? Tidak, kan? Tetap saja kita masih bisa menjalani hari-hari dengan senyuman dan tawa. Maksudku begini, bila waktu kecil saja kita bisa menjalani hari-hari dengan mudah. Menjadi dewasa—pun sama, toh ada Yang Maha Memudahkan. Apakah kita lupa tentang janji-Nya? Bersama kesulitan ada kemudahan. Dan benar saja, meski sudah berkepala dua, aku masih bisa menjalani hari-hari dengan bahagia, bahkan tertawa. Aku juga masih bisa makan enak. Jadi apa bedanya? Bila seorang berkata “ingin kembali seperti masa kecil?” Yang ada kita lupa bersyukur. Kita selalu saja memakai kacamata kufur. Padahal sejatinya Yang Maha Pemurah tetap memberikan kita nikmat meski kita masih jauh dari kata taat. Jadi apa bedanya? Allah memberikan kita nikmat layaknya deras hujan. Cibiru, Al - Ihsan, curhat sedikit semoga bermanfaat.
90 notes · View notes
esbatubulet · 1 month
Text
Tanpa kabar pun perasaan ini masih tetap sama..
10 notes · View notes
fillyshertia · 1 year
Quote
Selama rasa untukmu masih tersimpan, ribuan rasa dari orang - orang yang berbeda, tetap akan terasa hambar.
88 notes · View notes
gadis-rahasia · 1 month
Text
Sudah cukup aku terluka oleh belati yang aku asah sendiri, lukanya bukan hanya goresan, pula.
Seandainya aku tahu akan terluka sedalam ini, maka tidak akan aku biarkan selalu berada di dalam genggaman tangan.
Belati itu ku harapkan bisa ku gunakan untuk membela diri, namun pada akhirnya aku yang terluka sendiri.
Dan sekarang aku hanya berjalan sampai akhir, tanpa menemukan seseorang yang pantas untuk aku lukai.
Lalu bukankah ini saatnya untuk membuangnya?
9 notes · View notes
jemarimenari93 · 2 months
Text
Pernahkah kamu memperhatikan orang-orang yang sering mengorbankan perasaanya sendiri demi menjaga perasaan oranglain....
11 notes · View notes
ruanguntukkita · 2 months
Text
Berbuat Baik.
Pentingnya punya hati yg baik, yg gak tega menyakiti orang lain. Terkadang niat baik aja, bisa disalahartikan jika tidak disampaikan, diucapkan, atau dilakukan dengan cara yg baik. Apalagi jika memang diniatkan untuk sesuatu yg tidak baik, bahkan sampai menyakiti orang lain.
Kita gak tau, perbuatan baik kita yg mana yg akan mengantarkan kita pada takdir yang baik. Dan perbuatan buruk kita yg mana yg akan memperlambat langkah kita. Bukankah berbuat baik akan melapangkan hati kita? Melembutkan hati kita? Membuat kita lebih peduli terhadap diri sendiri dan sesama? Bukankah menyakiti orang lain akan meresahkan hati kita? Membuat hati kita menjadi tidak tenang? Justru jika kita merasa tidak bersalah setelah menyakiti orang lain, di sanalah kita perlu mempertanyakan diri; “apakah hati ini sudah mati?”
Dosa kita kepada Allah, kita harus meminta ampun kepada-Nya. Dosa kita kepada sesama manusia? Selain harus meminta ampun kepada-Nya, kita harus mendapatkan maaf dari orang tersebut. Tertuang dalam dua hadist; "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.", "Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya." Dari dua hadist ini kita diperintahkan jika ingin berucap, ucapkanlah sesuatu yang baik, atau lebih baik diam. Bahkan kepada hewan saja kita diminta untuk tidak menyakitinya bahkan menyenangkannya, apalagi sesama manusia yang memiliki perasaan dan pikiran.
Allah pun sudah mengatakan bahwa tidak akan tertolak doa orang yang tersakiti. Bagaimana jika setelah kita menyakiti orang lain, orang tersebut mendoakan sesuatu yg buruk terhadap kita, atau mungkin dia tidak sengaja refleks berdoa kepada Tuhan mengutarakan rasa sakitnya? Sudahlah Allah tidak menyukai perbuatan kita, dosa kita harus mendapat ampunan dari-Nya dan maaf dari orang yg kita sakiti, kita juga mendapat doa dari orang yg kita sakiti tersebut.
Lantas gimana, jika kita sudah berbuat baik tetapi orang lain malah menyakiti kita? Yasudah. Tugas kita bukan untuk berharap diperlakukan baik oleh orang lain. Kita gak akan mempertanggungjawabkan atas perbuatan orang lain. Kita hanya akan dihisab atas apa yang kita lakukan.
Jika memang kita disakiti oleh orang lain, apa perlu kita membalas perbuatan tersebut? Enggak. Apa harus mendoakan sesuatu yang buruk untuknya? Enggak. Tugas kita hanya menjadi orang yang baik. Apa yang dilakukan orang lain, itu di luar kendali kita. Kita hanya bisa mengendalikan apa yang kita lakukan. Jadi, jika kita diperlakukan dengan tidak baik atau disakiti oleh orang lain, apa yang perlu dilakukan? Berdoa! Iya, berdoalah banyak hal baik untuk diri sendiri, hajat apa yang diinginkan untuk diri kita. Bukankah Allah sudah katakan tidak akan menolak doa orang yang tersakiti? Ambillah kesempatan emas itu untuk meminta semua hajat akhirat dan dunia kita. Jika memang sangat ingin mendoakan orang yang menyakiti kita, doakanlah agar ia diberikan kelembutan hati.
Ingat selalu, untuk melakukan dan mengucapkan sesuatu yg baik, dimulai dari hati yang baik. Dan selalu ingat pesan papa dan mama; “jangan berbuat jahat sama orang lain, jangan menyakiti hati orang lain”.
Allah, ampuni aku atas segala kesalahan terhadap orang lain. Entah perbuatan yang mana yang sudah menyakiti orang lain, dan entah kalimat yang mana yang sudah melukai orang lain. Bahkan sebegitu aku menyepelekannya sampai tidak mengingatnya. Tuhan, ampuni aku..
- Pekanbaru, dini hari, 18 Februari 2024
10 notes · View notes
mudabercerita · 5 months
Text
Wahai Tuhanku, kali ini permintaanku serius.
Matikanlah hatiku untuk mencintai ciptaan-Mu.
Kecuali, kepada dia yang memang ditakdirkan untukku.
-Adzkia N
Banjarmasin, 26 November 2023 pukul 06.50 WITA.
221 notes · View notes
susanneinsane · 1 year
Text
Mencintai seseorang memerlukan keberanian untuk menitipkannya kembali pada Tuhan yang sedari awal telah mengatur pertemuanku dengannya. Aku selalu ingin menulis tentangmu berlembar-lembar karena setelah kita sepakat untuk mengalah pada waktu, setiap detik di antara kita menjadi serupa benang yang menenun banyak sekali kejadian yang akan kita rindukan, bahkan hanya berselang di satu jam berikutnya. Kita menerima bahwa waktu akan terus menarik kita ke masa depan dengan dua pilihan: kita hargai bersama dengan perasaan yang menerawang atau kita hamburkan dengan kata-kata yang hanya berasal dari permukaan?
Aku merindukanmu. Kata-kata yang aku sampaikan sangat transparan dan spontan, karena kita telah sepakat untuk mengalah pada waktu. Biar waktu yang menyeret kita berdua ke masa depan dan memperlihatkan bagaimana bentuk keberanian kita masing-masing, yang telah kita ceritakan sedari awal. Aku ingin tahu bagaimana bentuk keberanian yang kamu miliki untuk menjebakku supaya mimpi-mimpi kita jadi melekat satu sama lain. Kita telah mengalah pada waktu. Kita akan tahu. Waktu yang memberi tahu.
S.Santika
30 notes · View notes
maknafrasa · 9 months
Text
Semakin banyak mendengar, aku semakin paham. Mana yang benar-benar baik dan mana yang hanya terlihat baik.
17 notes · View notes
telusursejati · 1 year
Text
Tumblr media
Day 7
144 notes · View notes
payungbercerita · 1 year
Text
SEPI 3 (TAKUT DITINGGALKAN)
Kesepian dalam persahabatan ternyata adalah perasaan yang niscaya dirasakan. Melihat mereka berkembang, menjadi lebih, lalu mendapatkan yang baru mampu memunculkan rasa takut ditinggalkan.  Apakah dewasa memang seperti ini? Tentang sepi yang menjadi wajar? Atau hanya tentang diri sendiri yang bisa dipercaya?
Setelah didalami, ternyata ramai hanyalah perasaan yang sebentar. Tapi sepi menjadi rasa yang paling mendominasi setiap hari. Entahlah, mungkin ini adalah pengingat 24 jam seorang manusia, untuk senantiasa sadar bahwa yang paling setia menemani dan mengerti kita hanyalah pencipta dan diri sendiri, bukan orang lain.
Berapa kali berusaha mempertahankan keberadaan seorang sahabat, berapa kali juga kita dihantui ketakutan dan prasangka  buruk akan ditinggalkan. Entah ketakutan mereka akan lebih dulu menemukan jodohnya, mendapatkan teman baru lalu melupakan kita atau ketakutan-ketakutan lain yang seringnya mampu mengendalikan kita.
Berapa kali mengupayakan suatu hubungan, berapa kali juga ia begitu susah untuk dipertahankan. Yang lama seringnya mudah untuk kalah, dan yang baru terlalu mudah untuk menang. Betapa luar biasanya kita membangun dan mempertahankan suatu hubungan dengan manusia, sedangkan hubungan dengan pencipta, kita sering melalaikannya.
Apakah persahabatan ketika dewasa memang seperti ini: mempertahankan, takut ditinggalkan, lalu berujung sepi dan ramai hanya dalam pikiran.
56 notes · View notes