Tumgik
ruanguntukkita · 2 months
Text
Berbuat Baik.
Pentingnya punya hati yg baik, yg gak tega menyakiti orang lain. Terkadang niat baik aja, bisa disalahartikan jika tidak disampaikan, diucapkan, atau dilakukan dengan cara yg baik. Apalagi jika memang diniatkan untuk sesuatu yg tidak baik, bahkan sampai menyakiti orang lain.
Kita gak tau, perbuatan baik kita yg mana yg akan mengantarkan kita pada takdir yang baik. Dan perbuatan buruk kita yg mana yg akan memperlambat langkah kita. Bukankah berbuat baik akan melapangkan hati kita? Melembutkan hati kita? Membuat kita lebih peduli terhadap diri sendiri dan sesama? Bukankah menyakiti orang lain akan meresahkan hati kita? Membuat hati kita menjadi tidak tenang? Justru jika kita merasa tidak bersalah setelah menyakiti orang lain, di sanalah kita perlu mempertanyakan diri; “apakah hati ini sudah mati?”
Dosa kita kepada Allah, kita harus meminta ampun kepada-Nya. Dosa kita kepada sesama manusia? Selain harus meminta ampun kepada-Nya, kita harus mendapatkan maaf dari orang tersebut. Tertuang dalam dua hadist; "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.", "Jika kalian menyembelih berlakulah baik dalam hal itu, hendaklah kalian mengasah pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya." Dari dua hadist ini kita diperintahkan jika ingin berucap, ucapkanlah sesuatu yang baik, atau lebih baik diam. Bahkan kepada hewan saja kita diminta untuk tidak menyakitinya bahkan menyenangkannya, apalagi sesama manusia yang memiliki perasaan dan pikiran.
Allah pun sudah mengatakan bahwa tidak akan tertolak doa orang yang tersakiti. Bagaimana jika setelah kita menyakiti orang lain, orang tersebut mendoakan sesuatu yg buruk terhadap kita, atau mungkin dia tidak sengaja refleks berdoa kepada Tuhan mengutarakan rasa sakitnya? Sudahlah Allah tidak menyukai perbuatan kita, dosa kita harus mendapat ampunan dari-Nya dan maaf dari orang yg kita sakiti, kita juga mendapat doa dari orang yg kita sakiti tersebut.
Lantas gimana, jika kita sudah berbuat baik tetapi orang lain malah menyakiti kita? Yasudah. Tugas kita bukan untuk berharap diperlakukan baik oleh orang lain. Kita gak akan mempertanggungjawabkan atas perbuatan orang lain. Kita hanya akan dihisab atas apa yang kita lakukan.
Jika memang kita disakiti oleh orang lain, apa perlu kita membalas perbuatan tersebut? Enggak. Apa harus mendoakan sesuatu yang buruk untuknya? Enggak. Tugas kita hanya menjadi orang yang baik. Apa yang dilakukan orang lain, itu di luar kendali kita. Kita hanya bisa mengendalikan apa yang kita lakukan. Jadi, jika kita diperlakukan dengan tidak baik atau disakiti oleh orang lain, apa yang perlu dilakukan? Berdoa! Iya, berdoalah banyak hal baik untuk diri sendiri, hajat apa yang diinginkan untuk diri kita. Bukankah Allah sudah katakan tidak akan menolak doa orang yang tersakiti? Ambillah kesempatan emas itu untuk meminta semua hajat akhirat dan dunia kita. Jika memang sangat ingin mendoakan orang yang menyakiti kita, doakanlah agar ia diberikan kelembutan hati.
Ingat selalu, untuk melakukan dan mengucapkan sesuatu yg baik, dimulai dari hati yang baik. Dan selalu ingat pesan papa dan mama; “jangan berbuat jahat sama orang lain, jangan menyakiti hati orang lain”.
Allah, ampuni aku atas segala kesalahan terhadap orang lain. Entah perbuatan yang mana yang sudah menyakiti orang lain, dan entah kalimat yang mana yang sudah melukai orang lain. Bahkan sebegitu aku menyepelekannya sampai tidak mengingatnya. Tuhan, ampuni aku..
- Pekanbaru, dini hari, 18 Februari 2024
10 notes · View notes
ruanguntukkita · 3 months
Text
Hai Kids, This is Your Mom.
Video yg lagi tren di tiktok. Tren yg menghangatkan hati. Pengen ikutan, tapi lewat tulisan aja, ya :)))
Assalamualaikum, nak. Ketika kita berjumpa nanti, kamu boleh panggil aku ibu. Ibu menuliskan ini di penghujung tahun 2023, sebentar lagi masuk tahun 2024. Saat ini ibu berusia 27 tahun, dan belum menikah.
Nak, bertahun yang lalu, ibu janji akan memilihkan laki-laki terbaik untuk menjadi ayah buat kamu. Bantu doa buat ibu ya. Ah iya, ibu belum ajarkan kamu cara berdoa, ya? Eh bahkan kamu belum ada di dunia ini, gimana mau bantu ibu berdoa ya? Hahaha, ibu bercanda. 
Nak, ibu ingin kamu mempunyai ayah yg sadar betul arti tanggung jawab. Bahwa kamu hadir di dunia ini karena keputusan kami berdua, kami yg menginginkan kamu hadir, maka kami yg sepenuhnya bertanggung jawab atas hidup kamu. Kami bisa memilih untuk memiliki anak, tapi kamu gak bisa memilih untuk dilahirkan dari orang tua yg seperti apa.
Nak, ibu bukan manusia yang sempurna, bukan juga ibu yang sempurna, tapi ibu berjanji akan berusaha menjadi ibu yang baik untuk kamu. Jika ibu salah, tolong ingatkan. Jika kamu sedih atas apa yang ibu katakan atau lakukan, tolong sampaikan.
Nak, banyak hal yg akan kamu lalui di dunia ini, apapun nanti yang kamu hadapi, kamu punya tempat untuk pulang. Selagi ibu masih hidup, kamu boleh memeluk ibu kapanpun kamu mau, kamu boleh menangis atau tertawa bersama ibu, kamu boleh mengadukan banyak hal, kamu boleh terlihat lemah di depan ibu, kamu boleh menceritakan apa saja, kamu boleh bertanya banyak hal, kamu boleh meminta saran, pandangan, atau pendapat ibu, ibu akan sangat senang berdiskusi dengan kamu. 
Nak, ibu gak akan menuntut banyak kepadamu. Ibu cuma minta dua hal; jaga hubungan kamu dengan Tuhan, dan dengan sesama manusia. Utamakan ibadah dalam hidup kamu, dan perlakukan manusia lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. Selebihnya kamu boleh memilih untuk hidup menjadi apa. Apapun keputusan kamu, selagi tidak menentang hukum Tuhan atau menyakiti sesama manusia, ibu akan mendukung.
Nak, ibu menangis mengetikkan ini. Untung ibu bukan menulis menggunakan pena dan kertas, karena pastinya udah basah. Padahal ibu belum bertemu kamu, tapi rasanya ibu sudah mempunyai rasa sayang yg luar biasa.
Nak, sampai berjumpa di waktu terbaik menurut Tuhan. Sampai waktu itu tiba, ibu akan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk bertemu dan hidup bersama kamu. See you soon, anakku. Assalamualaikum.
11 notes · View notes
ruanguntukkita · 4 months
Text
Hal terberat di tahun ini; melepaskan sahabat ke kehidupannya masing-masing. Bahagia dan sedih di satu waktu. Gak ada lagi keriwehan ngatur jadwal buat nongkrong tiap weekend, gak ada lagi chat “kau sibuk gak? Aku galau, mau cerita, lama”, gak ada lagi telpon tengah malam cuma buat nemenin buang air kecil, gak ada lagi chat random cuma buat ngetawain hal receh yg kadang sampe bikin mikir “kok bisa sampe kepikiran gitu, ya?”, gak ada lagi ajakan shopping yg sampe harus maksa buat ikutan belanja juga sampe dipilihin barang-barang yg girly sekali, gak ada lagi kiriman meme receh yg bisa mengalihkan sejenak dari riuhnya pikiran, gak ada lagi yg ngejemput dan dengan santainya ngomong “nanti kau yg bawak motornya ya, aku capek habis jadi musafir”, gak ada lagi yg tiba-tiba nongol depan rumah karena hapenya ketinggalan di mobil pacarnya, gak ada lagi ajakan buat nyobain menu baru di sana-sini, ah masih banyak lagi.
Iya, time flies. Senangnya punya banyak memori indah, berpisah karena hal yg membahagiakan.
Melihat satu persatu berpasangan berdiri di pelaminan, membagikan moment bersama di akun sosial media masing-masing, mengganti foto profil akun whatsapp menjadi foto berdua. Senangnya menjadi bagian dari perjalanan hidup mereka.
Rasa sepi ini tidak sebanding dengan bahagianya melihat mereka bahagia.
Semoga apupun yg terjadi, mereka tetap mencintai dan dicintai pasangan mereka dengan tulus, selama hidup, sampai syurga 🤲
- Pekanbaru, 26 Desember 2023
9 notes · View notes
ruanguntukkita · 6 months
Text
Saat seseorang ditanya tentang apa yg ia rasa, tapi ia hanya diam. Bukan, bukan ia tidak ingin mengutarakannya. Ia hanya tidak tau bagaimana perasaannya yg sebenarnya, apalagi bagaimana caranya menyampaikannya, kemudian memulainya dari mana. Ia sudah terlalu terbiasa memendamnya sendiri, mengabaikan apa yg ia rasakan, menerima semua anggapan tentang dirinya. Jadi ia juga tidak tau apa yg ia rasakan adalah perasannya yg sebenarnya atau ia hanya terlalu melebih-lebihkan. Apa ia bisa menyampaikan apa yg ia rasakan sementara ia juga tidak yakin dengan dirinya sendiri?
5 notes · View notes
ruanguntukkita · 6 months
Text
Tuan.
Tuan, engkau tau, aku menyayangimu dengan sangat. Aku menghormatimu sebagai seorang lelaki dan pasangan. Aku berusaha menghargai apapun yang engkau berikan dan usahakan. Maaf jika selama ini caraku menunjukkannya kurang sesuai keinginannmu.
Tuan, aku hanya seorang wanita biasa. Maaf jika aku tidak mampu memenuhi ekspektasimu. Maaf jika aku terlalu lambat dalam berproses. Maaf jika aku tidak mampu mengimbangi logikamu. Maaf jika di matamu, aku selalu memandang segala sesuatu sebagai masalah. Maaf jika bagimu, rasa syukurku sangat kurang. Maaf jika aku memiliki rasa sayang yang sangat besar sehingga kau kewalahan akan rasa cemburuku. Maaf jika aku bukanlah wanita yang mampu menyelesaikan segala sesuatu di saat itu juga, yang masih banyak mengambil waktumu untuk memberanikan diri ketika berbicara, yang selalu memenuhi dugaan-dugaanmu atas cerita yang lambat untuk aku sampaikan. Maaf jika aku masih sering membuatmu melihat dan mendengar aku menangis.
Tuan, terima kasih sudah menyayangiku sebesar itu. Kasih sayang yang sangat aku rindukan sejak lama. Maaf jika rasa sayangku masih belum cukup untuk membuatmu menyadari sebesar apa perasaanku kepadamu.
Tuan, keinginanku saat ini masih sama sejak awal kita bersama. Aku hanya ingin melihatmu bahagia. Jika bersamaku lebih banyak membuatmu capek dan lelah, maka temukanlah wanita yang mampu mengimbangi logikamu di saat perasaannya sedang mendominasi dirinya. Aku sudah berusaha untuk melakukan itu, tapi rasanya aku kehilangan fitrahku sebagai seorang wanita. Aku sudah mencoba untuk menyelesaikan masalah kita di saat itu juga, menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan, memaksakan untuk berbicara, yang ternyata membawa kita berdua berada di puncak emosi, dan ternyata pelan-pelan aku kehilangan kelembutan dan kesabaran dalam diriku.
Tuan, pesanku hanya satu. Di dunia ini tak akan kau temukan wanita yang mampu mengedepankan logikanya dibanding perasaannya. Didiklah ia dengan kelembutan. Tenangkanlah dirimu sebelum menemuinya. Ajaklah ia berdiskusi dengan kepala dingin. Jika kau memaksakan logikamu di saat ia sedang menggunakan perasaannya, maka ia akan kehilangan fitrahnya sebagai seorang wanita. Bukankah lemah lembut dan sabarnya seorang wanita yang dibutuhkan oleh lelaki? Bukankah itu yang membuat lelaki dan wanita bisa saling melengkapi dan menyeimbangi kehidupan ini? Dan jika kau tetap memaksakan itu, mungkin pada akhirnya ia akan tetap patuh kepadamu, tetapi hanya karena ia takut, bukan karena ia ingin.
Tuan, aku menyayangimu. Sekali lagi, maaf dan terima kasih. Bahagia, ya.
- Pekanbaru, 18 Oktober 2023.
12 notes · View notes
ruanguntukkita · 7 months
Text
Just a bad day, not a bad life. And it’s okay.
I don’t know kenapa banyak hal konyol yang terjadi dalam satu hari. Okey let’s start to write. Semoga setelah tertuang di sini, perasaan ini bisa menjadi lebih tenang.
Bangun pagi dengan bibir berdarah, entah karena apa. Lanjut aktifitas biasa dan berangkat ke kantor. Ternyata di kantor suasana dengan seseorang yang sangat penting bagiku masih belum kondusif. Kemudian dia memberi kabar sedang makan semeja dengan seseorang yang ada di masa lalunya. Aku memutuskan untuk menenangkan diri dengan tidur di satu ruangan yang ada di kantor. Aku sudah berjanji sebelumnya tidak akan cemburu lagi, dan aku akan menepati itu. Siapa sangka pemilik ruangan masuk secara tiba-tiba, untungnya aku sudah langsung duduk, dan pamit keluar.
Lanjut sholat zuhur, aku ternyata menjatuhkan satu barang private di mushola, dan baru menyadarinya ketika akan sholat asar. Konyol sekali rasanya.
Lanjut pulang, sampai di parkiran ternyata motor udah ngangguk-angguk karena lupa ngisi bensin pas berangkat, untungnya masih bisa dipaksakan dengan ngegas stabil sampai tempat jual bensin eceran.
Di jalan aku singgah di tempat makan, aku memilih duduk lesehan di sebrang sepasang manusia. Ketika minuman diletakkan di meja oleh pelayan, aku mengambilnya dan dengan tidak sengaja menjatuhkan minuman itu. Aku yang benar sangat-sangat kacau langsung menangis, aku benar-benar tidak bisa menahannya. Mereka berdua melihatku, aku membenci situasi ini. Pelayan kembali datang dengan menukar minuman, aku katakan tidak apa, tapi dia meyakinkanku untuk menggantinya. Sepanjang menunggu makanan aku tidak bisa berhenti menangis dan mereka tetap melihat ke arahku. Entahlah, entah apa yang ada di pikiran mereka. Menyedihkan sekali aku ya?
Oke, semuanya udah tertuang di sini kan? Mari kita istirahat. Biarkan semuanya mengalir, toh semuanya udah terjadi. Mungkin ini semua teguran dari Tuhan atas banyaknya dosa yang telah dilakukan. Bukannya kemaren aku sendiri yang minta untuk ditegur di dunia dari pada dihukum di akhirat? Mudah-mudahan dengan kejadian hari ini Allah mengampuni semua dosa-dosa yang telah aku lakukan. Semoga dari semua kejadian ini banyak pelajaran yang bisa diambil untuk bertumbuh lagi ke depannya.
Oke, let’s sleep. Good night, me.
- Pekanbaru, 5 Oktober 2023
1 note · View note
ruanguntukkita · 10 months
Text
Apa semua perayaan harus dirayakan?
Terkadang, momen yg disenangi banyak orang, seperti hari-hari besar, hari kelahiran, hari pencapaian keberhasilan, dan hari-hari yg dinanti-nanti kebanyakan orang lainnya, menjadi hari yg menakutkan bagi sebagian orang. Tidak, mereka tidak benci hari-hari itu. Hanya saja, mereka hanya ingin hari itu bisa berhasil dilewati dengan perasaan yg biasa saja. Mereka tidak meminta bahagia, tidak sedih saja, cukup.
- Pekanbaru, 3 Juli 2023.
2 notes · View notes
ruanguntukkita · 10 months
Text
Kembali Menulis - di sini
Saat ini membuka platform ini menjadi sesuatu yang aku hindari. Meskipun tidak sesenang atau seantusias biasanya, seharusnya aku bisa merasa biasa saja. Saat tulisan ini diketikpun, aku merasakan perasaan yang bercampur aduk. Takut, cemas, kecewa, marah? Aku juga tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaan ini.
Di sebuah buku yang berjudul Room 19, diceritakan bahwa ada seorang istri yang telah menikah bertahun-tahun. Ia menyewa hotel dengan kamar nomor 19 dan menemukan kenyamanan di sana. Suatu hari suaminya menemukan kamar itu. Si istri akhirnya memilih berbohong tentang kamar itu dengan mengatakan bahwa ia telah berselingkuh.
Satu hal yang aku tangkap dalam cerita ini; setiap orang punya room 19-nya masing-masing. Ruangan atau hal yang tidak bisa ia bagikan kepada orang lain. Namun saat ini, Ketika akun ini sudah diketahui seseorang, aku merasa sudah ada yang masuk ke dalam room 19-ku.  Definisi “naked in different way” itu ternyata benar-benar ada.
Balik lagi ke cerita room 19. Aku berpikir, apa yang membuat si istri tidak bisa terbuka seluruhnya kepada suaminya sendiri? Bukankah ia sudah “naked” dalam artian yang sebenarnya? Lantas apa lagi hal yang perlu untuk ditutupi?
Kalau aku kembalikan lagi ke diri sendiri, setelah akun ini ditemukan, aku merasakan ketakutan. Ketakutan akan pikiran sendiri. Aku selalu berpikir, apa yang ia pikirkan tentang aku setelah membaca semua yang ada di sini? Apa yang ia pikirkan tentangku sama dengan apa yang terjadi sebenarnya di hidupku? Apa persepsinya betul-betul sesuatu yang terjadi di hidupku? Apa ia menganggap semua yang aku tulis adalah tentangku? Apa kalimat-kalimatku murni muncul dari kehidupanku? Apa pandangannya terhadapku akan berubah? Apa langkah dan keputusan yang akan ia ambil setelah memikirkan semuanya?
Mungkin satu hal yang dapat aku simpulkan; normalnya manusia pasti takut akan penolakan. Si istri dalam cerita itu takut akan penolakan oleh suaminya jika ia jujur tentang kamar itu. Si istri takut untuk dimintai bercerita lebih jauh tentang isi dari kamar itu oleh suaminya. Atau mungkin ia takut suaminya akan melarangnya untuk masuk ke kamar itu lagi. Entahlah.
Seseorang ini, ia mengatakan menerima seluruhku, bahkan ia takut jika aku akan mencari platform lain untuk bercerita. Iya, aku saat ini memiliki dia yang selalu ada untuk mendengarkan seluruh ceritaku. Sudah beberapa bulan aku tidak menuangkan apa yang ada di dalam kepalaku dalam bentuk tulisan. Senyaman itu rasanya untuk bercerita dan terbuka dengannya tentang hal apapun.
Namun, belakangan aku rindu. Rasanya ingin kembali menulis tentang apa saja di sini, entah sesuatu yang memang aku alami, sesuatu yang aku lihat mungkin secara langsung atau melalui postingan orang lain, sesuatu yang aku dengar tentang cerita orang lain, atau sesuatu yang aku baca. Rasanya rindu membaca apa yang ada di sini, kemudian tersadar; “ah iya, aku juga punya cerita ini” atau “ah ternyata banyak yang merasakan hal seperti ini ya” atau “lah, kayaknya ceritanya mirip sama kisah si A, tapi lupa ceritanya kayak apa”. Yang beberapa kali setelah membaca itu, aku juga menuliskan cerita yang serupa. Beberapa kali juga muncul tulisan di berandaku yang tulisannya hampir mirip dengan tulisanku. Seperti saling memberikan ide sebuah tulisan. Ah, menyenangkan mengingatnya.
Notif yang muncul dari platform ini juga sedikit banyak membuatku rindu. “ternyata aku juga pandai ya bercerita?”, “ternyata didengarkan itu menyenangkan ya?”, “ternyata aku gak sendirian”.
Hampir beberapa bulan belakangan aku bahkan tidak berani untuk sekedar singgah di platform ini. Tapi setelah menuliskan ini rasanya sedikit lega. Niat diawal menulis ini hanya untuk meringankan apa yang ada dipikiran dan perasaan. Tapi setelah selesai kenapa rasanya sayang kalau hanya mendekam di draft ya? Apa aku post saja?
Merelakan akun ini ternyata tidak semudah itu. Akun ini telah menjadi teman bercerita dan bertumbuh selama bertahun-tahun terakhir. Aku yang sedang butuh teman bercerita dalam keadaan senang ataupun sedih akan meluncur ke sini untuk menuangkannya. Aku yang sehabis mendengarkan cerita orang lain, juga akan menceritakannya kembali di sini, karena aku tau, kapasitas memori aku akan cerita orang lain itu sangat minim. Aku yang senang mendapatkan banyak notifikasi juga akan mempelajari dan menulis dengan sudut pandang pembaca. Ah, betapa akun ini sudah banyak menguatkan aku dan mungkin orang-orang yang membaca yang punya kisah serupa.
- Pekanbaru, 2 Juli 2023
2 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Kau.
Aku tidak tau tulisan ini entah akan sampai mana. Aku tau, besar kemungkinan kau mencari akun tumblrku. Semenjak kau mengetahui akun tiktokku, aku putuskan untuk berhenti memposting di tumblr dan tiktok. Entahlah, tidak ingin.
Setelah itu, aku merasa kehilangan tempat untuk bercerita. Aku menumpuk semuanya di dalam kepala. Ketika aku menuliskan ini, aku hanya ingin menyalurkan semuanya. Harapanku, semoga akun tumblrku tidak kau temukan, sekarang dan selamanya.
Aku tau, kau mungkin kaget dengan perubahan sikapku. Mungkin kau akan berpikir kalau aku sedang memiliki masalah pribadi. Enggak. Aku hanya kecewa. Mungkin sudah sejak lama. Tapi aku selalu berusaha untuk menepis semua kekecewaan, dengan mengingat semua kebaikan yang kau lakukan untukku. Tapi aku sudah sampai di satu titik; menyerah.
Aku tau, kau masih dekat dengan seseorang. Iya, itu hakmu. Aku juga tak akan mempermasalahkan itu. Karena dari awal pun, aku hanya menganggap kau sebatas abang. Tapi ternyata, kau bisa membuat aku merasakan hal yang berbeda. Aku mendengarkan ceritamu tentang kedekatan kalian. Aku berusaha untuk menjadi pendengar yang baik. Tapi semakin ke sini aku merasa sedih. Aku cemburu? Entahlah.
Aku melihat di depan mataku, kau dengannya bercanda, tertawa bersama, bersentuhan. Sesakit itu rasanya. Kita bertiga berada di lingkungan kerja yang sama. Orang-orang yang mengenal kita bertiga menganggap kau memiliki hubungan yang spesial denganku, tapi nyatanya kau juga dekat dengannya. Aku gak tau, mereka mengetahui kedekatan kalian atau tidak. Apa mungkin mereka tau? Jika mereka tau, apa mereka akan menganggap aku bodoh?
Beberapa kali aku melihat namanya muncul di handphone kau. Di pagi hari kau selalu memasukkan chatnya ke dalam arsip. Meskipun kau mengganti namanya, aku tau kalau itu dia. Entahlah, aku berusaha untuk menepis semuanya, tapi ternyata sulit mengenyampingkan fakta yang ada di depan mata.
Aku ingat, ketika itu, sebelum kita sedekat sekarang. Kau pernah bercerita, bahwa kau sudah menyelesaikan hubungan dengannya, dan komunikasi kalian hanya sebatas hal-hal yang penting saja. Setelah itu, aku membiarkan kau mengisi waktu dan hari-hariku, dan kita semakin dekat. Ternyata satu yang aku ketahui belakangan, di saat aku sudah membiarkan hatiku terjatuh, aku juga mengetahui bahwa kalian masih dekat dan sering berkomunikasi.
Ketika itu aku kaget, sedih, kecewa. Tapi aku bisa apa? Aku sudah terlanjur jatuh, terlanjur butuh, dan orang-orang sudah mengetahui kedekatan kita. Yang bisa aku lakukan hanya menerima. Aku tau, kau dengannya hanya bermain-main. Dan karena itulah aku semakin kecewa. Kau bangga akan hal itu, berhasil mendapatkan hati wanita hanya dengan tujuan; “bermain”. Meskipun kau selalu meyakinkan aku bahwa kau tidak menganggap aku seperti itu, tapi siapa yang bisa menjamin? Kau bangga dengan permainan itu, dan aku harus belajar percaya.
Melihat usaha yang kau lakukan, merasakan kebaikan yang kau berikan, awalnya aku mempercayai kalau kau memang tidak berencana bermain denganku. Tapi, makin hari aku semakin goyah. Bagaimana aku bisa percaya sementara kau masih dekat dengannya? Apa kau tidak sedang mempermainkanku? Hey, kau jahat.
Tapi tenang aja, dari awal tadi sudah aku katakan kan? Aku tidak akan memermasalahkan kedekatan kalian. Tapi satu yang perlu kau ingat. Aku bukan bahan mainan, objek pembelajaran, apalagi pilihan. Jika kau menempatkan aku dalam posisi itu, maka aku yang akan mundur dengan sendirinya. Aku hanya membantu kau untuk mengurangi pilihan yang ada.
Satu lagi, tenang saja, aku juga akan tetap bersikap profesional. Jika kau butuh aku dalam pekerjaan, aku pasti akan membantu. Tapi aku sudah tidak bisa lagi meluangkan waktu untuk dihabiskan bersama, mendengarkan ceritamu, atau bahkan mengkhawatirkan apalagi memikirkanmu.
Aku akan melanjutkan hidup. Untungnya aku tersadar ketika aku belum sepenuhnya jatuh. Tekadku masih sama, aku hanya akan benar-benar terjatuh pada seseorang yang aku panggil dengan sebutan suami.
- Pekanbaru, 14 April 2023
8 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
I need a place to tell a story. But, which other social media will not be able to be found by people I already know?
God, I just want to relieve my mind, please give me a other place than on my sajadah.
3 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Dia
Dia kecil, percayanya hancur, dari tempat dihadirkan.
Dia besar, lantas terbiasa sendiri.
Bersamanya hanya ada kesedihan.
Dia terlalu takut berbagi.
Menyampaikan apa yg dia pikirkan, dia tidak tau caranya.
Menunjukkan apa yg dia rasakan, dia takut akan dimanfaatkan.
Baginya tidak ada orang tulus di dunia.
Kau memberikan segalanya.
Namun baginya kau hanya sekadar sedang bercanda.
Membiarkanmu masuk adalah hal jahat baginya.
Namun kini dia menikmatinya.
Dia akhirnya merasa membutuhkan kehadiran.
Dia jahat? Entahlah.
Pada akhirnya, nikmatilah hidupmu,.
Melihatmu bahagia, dia bahagia.
- Pekanbaru 24 Februari 2023
4 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Anything About Love is Scary for Me
Atas dasar cinta, orang merasa berhak untuk mengatur hidup orang lain, menentukan mana yang terbaik, melarang melakukan hal yang disenangi, membatasi gerak.  
Bukankah seharusnya cinta itu membebaskan? Setiap kita punya keinginan masing-masing. Kita yang bertanggung jawab atas pilihan hidup sendiri.
Ah, iya. Cinta itu menakutkan.
Setidaknya itu yang aku pelajari sejak kecil.
- Pekanbaru, 9 Februari 2023
9 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Melihat Mama Tersenyum
Hari ini ada paket yg datang ke rumah. Muncul notifikasi di hape, dan kemudian aku lihat foto bukti pengiriman. Di sana terlihat foto mama yg sedang berjalan dari dalam rumah menggunakan mukena sambil tersenyum.
Ah, iya. Hampir 27 tahun aku hidup, rasanya belum pernah mendapatkan senyum mama sekali saja. Bahkan aku kalah dengan kurir paket.
Lagi-lagi selalu terlintas di pikiran; "sebenarnya apa ya salah yg pernah aku lakukan sampai mama begitu?"
Tapi yasudahlah, mungkin jalan bahagiaku bukan dari senyum mama. Aku cuma berharap mama mau mendoakan aku, meskipun mungkin hati mama membenci aku sedari kecil.
- Pekanbaru, 9 Februari 2023
5 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Teruntuk Seseorang yang Akan Membawaku Keluar Rumah
Sebelumnya mungkin sedikit banyak kau sudah melihat keadaan yang aku sebut rumah sebelumnya. Iya, aku bahkan tidak banyak mengetahui apa-apa yang ada di dalamnya. Yang aku tau itu berbentuk sebuah bangunan yang mungkin saat kau datangi sudah teramat hancur dan berantakan. Ketika masuk ke rumah itu pun aku selalu langsung menuju satu ruangan yang aku sebut tempat teraman diseluruh dunia. Iya, kamarku. Aku bebas melakukan apapun di dalamnya. Ia saksi bisu air mata yang tertumpah, suara tangis yang tertahan, doa-doa yang tersampaikan, pun ekspresi bahagia dari kalimat-kalimat afirmasi yang keluar setiap paginya.
Sekarang kau membawaku keluar dari rumah itu. Terima kasih, ya. Aku hanya ingin memiliki rumah yang di mana aku bisa merasa pulang. Entah karena bangunannya, entah karena orang-orang yang ada di dalamnya. Maukah kau membantuku untuk membuat “rumah” kita ini menjadi tempat yang paling nyaman untuk melepas lelah, berbagi canda tawa, melakukan hal-hal gila dan konyol, bersikap apa adanya tanpa harus merasa sedang dinilai oleh orang lain, dan percaya untuk terbuka dan bertumbuh bersama?
- Pekanbaru, 9 Februari 2023
6 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Tingkatan Perasaan Lelaki dan Wanita
Lagi mandi, tiba-tiba kepikiran tentang satu hal; Tingkatan Perasaan Lelaki dan Wanita.
Tapi ini hanya sebatas yang pernah aku dengar dan mungkin alami. Tidak berdasarkan pada penelitian, riset, atau sejenisnya.
Jika bisa diberikan tingkatan dalam bentuk jenjang. Wanita meletakkan perasaannya di atas logika. Sementara lelaki meletakkan logikanya di atas perasaan, kemudian mungkin di atas logika masih ada yang namanya nafsu.
Lelaki menjatuhkan pilihannya karena wanita memenuhi kriterianya berdasarkan logika. Sementara wanita menjatuhkan pilihannya karena ia sudah menjatuhkan hatinya terlebih dahulu.
Aku juga pernah mendengar satu kutipan; “Biasanya lelaki meninggalkan wanita karena wanita lain, sementara wanita meninggalkan lelaki untuk menyelamatkan dirinya sendiri”. Yang dalam hal ini lelaki meninggalkan pasangannya berdasarkan nafsunya yang berada di atas logika, sementara wanita meninggalkan pasangannya berdasarkan logikanya, yang berada di bawah perasaannya.
Oleh karena itu, biasanya lelaki lebih sering merasa menyesal atas perpisahan dibanding wanita. Karena wanita sudah menggunakan logikanya, sementara lelaki baru menyadari perasaannya di akhir. Aku juga sering dengar ungkapan lelaki setelah berpisah; “kok dia sekarang jadi lebih cantik ya?”, sementara ungkapan wanita setelah berpisah; “kok aku dulu mau ya sama dia?”
- Pekanbaru, 8 Februari 2023
42 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Bepergian
Lebih baik tidak kemana-mana sama sekali daripada harus berpergian sama orang yang tidak diinginkan.
Dan kalaupun harus bepergian, ya emang enaknya pergi sama orang yang tepat.
Yaaa, intinya memang; "bukan ke mana-nya, tapi sama siapa-nya"
- Pekanbaru 8 Februari 2023
5 notes · View notes
ruanguntukkita · 1 year
Text
Tenang atau Senang?
Kemarin aku nonton, di bioskop. Seperti biasa, sendirian. Setelah membeli tiket, aku keluar bioskop sebentar, cari cemilan, yg berada di bawah tangga bioskop itu. Beli cemilan sekalian menghabiskannya dengan duduk persis di depan tangga bioskop dengan jarak sekitar 15 meter. Aku bisa melihat dengan jelas orang-orang yg naik dan turun melalui tangga itu. 
Melihat orang-orang yang menuruni tangga itu sambil berpegangan tangan, berbincang sambil tertawa, mungkin sedang membicarakan apa yg selesai mereka tonton, ada juga yg berlari menaiki tangga, mungkin film yg akan mereka tonton sudah mulai.
Kemudian aku menyadari; Ah, iya. Aku sendirian.
Dulu, temanku sempat bertanya; "kau kenapa kalau nonton selalu sendiri? Kan kau bisa ajak si A, si B, atau si C. Atau mau nonton sama aku?" Waktu itu aku menjawabnya dengan; "ya aku emang suka aja nonton sendirian, gak ada distraksi, gak perlu janjian, kapan kepengen tinggal gas"
Tapi nyatanya punya seseorang yg bisa diajak berbincang sambil berjalan, bersandar ketika lelah, menertawakan hal konyol, itu juga menyenangkan.
Sendiri itu tenang, tapi bersama juga bisa senang. Jadi, sebenarnya apa yg kau inginkan wahai diri?
10 notes · View notes