Tumgik
aksaranjoo · 4 days
Text
Pelan-pelan, semua akan berlalu.
Mungkin diantara kita ada yang sedang berat dan lelah menjalani hari-hari. Aku tidak tau bagaimana jadi kamu, tapi aku sedikit bisa memahami apa yang kamu rasakan
Nangis aja kalo emang pengen nangis. Gapapa kok. Nangis bukan berarti kamu lemah. Kalo kamu gamau nangis di depan orang karna takut di cap lemah, kamu boleh nangis sendirian.
Aku enggak tau kamu sedang menghadapi masalah apa, kamu sedang memikirkan apa, kamu sedang memendam apa. Tapi aku yakin ada hal yang pengen kamu utarakan tapi malah kamu pendam kan?
Kamu yang jadi lebih sensitif, gampang marah, rasanya pengen nangis terus padahal ngerasa baik-baik aja itu karna secara gak sadar ada hal yang seharusnya kamu luapkan tapi gak kamu luapkan.
Mungkin kamu butuh tempat untuk meluapkan itu. Kamu masih manusia biasa yang berhak untuk 'mengekspresikan emosi kamu'. Jangan dipendam sendiri.
Kamu itu kuat. Kamu itu hebat. Tapi, dibeberapa waktu emang kamu gak harus jadi kuat terus terusan. Kamu boleh nangis, kamu boleh ngeluh, kamu boleh sedih, kamu boleh marah, kamu boleh menyendiri.
Kamu jangan memaksakan dirimu untuk kuat kalau memang kamu sedang dalam versi yang lemah. Kamu gak salah kok. Akui dan terima dulu ya.
Hari ini kamu nangis, hari ini kamu lemah. Percaya sama aku, bisa jadi itu adalah energi untuk bikin kamu kuat esok hari.
Mungkin memang gak mudah melewati fase-fase putus asa kayak gini. Tapi kamu harus inget, kamu gak sendirian. Kamu masih punya diri kamu sendiri. Kamu masih punya Allah. Yuk, peluk versi kamu yang lemah itu. It will pas kok.
9 notes · View notes
aksaranjoo · 6 days
Text
Kadang, aku juga bisa rapuh.
Sungguh, aku selalu ingin menjadi sosok kuat saat luka menyayat begitu hebatnya. Aku selalu ingin menjadi sosok tangguh saat kenyataan menghempaskan harapan begitu kejamnya. Aku selalu ingin menjadi sosok yang tegar saat semua orang tak memahami aku apa adanya.
Ternyata aku juga bisa rapuh. Kadang, aku hanya memaksakan diriku untuk baik-baik saja. Seringkali aku hanyalah derai air mata tertutupi tawa.
Aku berhak untuk rapuh, kan? Iya, karena aku (masih) manusia.
Kamu juga.
8 notes · View notes
aksaranjoo · 7 days
Text
Ada begitu banyak pilihan yang hadir dalam hidup kita. Pilihan yang kita ambil akan mengantarkan kita pada pilihan-pilihan selanjutnya. Senang ataupun sedih. Berhasil ataupun gagal. Selalu ada ujung diantara keduanya. Semoga, pilihan yang kita ambil mengantarkan pada tujuan yang bermuara pada bahagia yang kita langitkan.
17 notes · View notes
aksaranjoo · 8 days
Text
Perjalanan yang dimulai, lagi.
Perjalanan yang berliku itu kau susuri demi lahirnya mimpi-mimpimu yang tak terbatas. Membawa segenggam harapan yang kau rangkum dalam guratan pena di kertas. Ingin mencipta setitik cahaya terang, tak pernah berniat berhenti meski lelah selalu ada dalam hela nafas.
Semoga semangatmu terus terjaga. Sabarmu terus ada. Aku do'akan semoga Allah segera memberimu jawaban terbaik dari semua do'a-do'a.
13 notes · View notes
aksaranjoo · 1 month
Text
Semoga kelak kamu bertemu dengan seseorang yang bisa membuatmu percaya bahwa menyayangimu bukanlah sebuah pekerjaan yang berat. Seseorang yang bisa membuatmu percaya bahwa kau pantas untuk disayangi dengan layak. Bahwa kau dan segala kurangmu tak lantas membuatmu menjadi tak bernilai di mata seseorang yang tepat.
Semoga kau kelak bertemu dengan seseorang yang tak perlu membuatmu memohon dan mengemis untuk dicintai. Karena kau dan segala apa yang ada di dirimu telah membuatnya jatuh hati di kali pertama dia melihatmu.
Semoga kau bertemu dengan seseorang yang sudah lama sekali kau perjuangkan dalam diam. Seseorang yang seringkali hadir dalam doa-doamu yang panjang. Seseorang yang kau ceritakan pada Tuhan. Dan seseorang yang membuatmu begitu giat belajar menjadi lebih baik dan melakukan perbaikan.
Wahai diri, semoga doa-doa yang kau langitkan itu kelak menemukan jawaban. Maka bersabarlah kamu dalam penantian dan yakinlah bahwa balasan Tuhanmu tidak pernah salah sasaran.
@milaalkhansah
185 notes · View notes
aksaranjoo · 1 month
Text
aku anggap; keputusanmu meninggalkan aku adalah caramu mengembalikan aku kepada Tuhan
152 notes · View notes
aksaranjoo · 1 month
Text
Barangkali, apa yang kita jalani hari ini adalah akumulasi dari do'a-do'a kita di masa lalu.
19 notes · View notes
aksaranjoo · 1 month
Text
Merasa Tertinggal
Wajar gak sih kalo aku merasa tertinggal dari teman-teman seusiaku?
Diusia yang sama, ada teman kita yang sudah mencapai garis finish mimpinya. Ada teman kita yang sudah punya banyak sekali materi. Tabungan cukup, beli rumah, buka bisnis baru. Ada teman kita yang disibukkan dengan belajar. Ada pula teman kita yang terlihat sangat bahagia dengan pernikahannya. Sedangkan kita? "Ah, masih gini-gini aja", ucapku kepada diri sendiri.
Ada kalanya hidup memang jadi tidak baik-baik saja saat kita mulai membandingkan diri dengan orang lain. Kadang kita lupa, semua dari kita menjalani hari-hari ini dengan berproses. Kita terlalu fokus pada hasil orang lain, tapi lupa pada proses diri sendiri.
Gapapa banget kalo hari ini kita merasa lemah. Kita merasa tertinggal. Yang penting hari ini aja ya. Besok kita semangat lagi sama-sama. Ada banyak hal yang sudah kita lewati. Kita sudah berjuang sejauh ini. Meski rasanya hasilnya belum maksimal, tapi bertahan juga sebuah pencapaian kan?
Ya, aku mengulang secara terus menerus semangat itu dari hari ke hari. Meski rasanya harus babak belur melawan diri sendiri. Tapi akan terus aku coba.
Aku takut jadi seseorang yang selalu menyalahkan keadaan. Lupa bersyukur, lalai pada nikmat-Nya. Hari ini, aku belajar untuk tidak mencemaskan banyak hal. Ada banyak hal yang tidak berada dalam kendaliku. Aku inginnya gini, tapi kenyataannya harus gitu. Aku maunya gitu, tapi malah kejadiannya gini. Mari kita berjalan pada garis takdir hari ini. Tak perlu menyalahkan, apalagi merasa tertinggal.
Besok kita bisa kok sampe finish juga, inshaAllah.
*Tulisan sebagai reminder diri sendiri
Di rumah, 20 Maret 2024
25 notes · View notes
aksaranjoo · 2 months
Text
Adakalanya satu titik dalam hidupmu, tersembunyi merupakan sebuah ketenangan. Ada kalanya, kita merasa tak apa ketika orang-orang tidak mengetahui aktifitas kita; pencapaian kita; dan segala hal tentang kita. Bagiku ini kedamaian. Tak lagi senang dipandang, tak lagi sedih diacuhkan.
Rasanya melegakan. Diri tak lagi menebarkan apapun. Cukup orang-orang terdekat yang melihat, diluaran tak apa, sebab mereka melihatpun terkadang tidak memberi keuntungan apapun.
Semoga istiqamah hati ini menerima. Sejatinya memang tak semua harus diumbar dan dijadikan ajang berlomba. Tak mengapa. Tak mengapa.
243 notes · View notes
aksaranjoo · 2 months
Text
Aku gapapa?
Bulan ini aku ngerasa energiku habis, kering kerontang. Aku gak tau kenapa aku bisa se-lunglai ini. Aku memang selalu kehabisan energi selepas berinteraksi dengan banyak orang. Aku selalu ingin sendiri selepas hiruk pikuk yang aku temui. Aku selalu pengen diem setelah banyak ngomong diluar sana. Tapi, kayaknya aku gak banyak ketemu tatap muka sama banyak orang deh. Apa ini bentuk adaptasiku sama situasi baru ya?
Aku jadi menunda banyak hal yang pengen aku lakuin. Selalu menunda-nunda. Udah ada di kepala, tapi gak ada realisasinya. Sesekali emosiku suka tiba-tiba meledak karna hal sepele. Aku juga jadi menghindari beberapa orang yang harusnya gak aku hindari. Aku seperti ingin menarik diri saja. Aku cuma mau diam saja. Rasanya aku ingin menghilang saja. Aku cuma sibuk sama diriku sendiri. Tapi, sibuknya tuh semacam sok sibuk. Parahnya, untuk sekedar membalas pesan singkat saja aku seperti tak punya energi alias malas gitu haha. Aku kenapa? Aku gapapa?
Aku sering sekali mengalami fase-fase seperti ini. Up and down. Fase yang datangnya suka tiba-tiba. Hilangnya juga tiba-tiba. Bikin aku harus survive lebih tangguh dari biasanya, terus bilang sama diri sendiri 'kalo mau nangis mah nangis aja, gapapa. kali ini gausah sok kuat deh'. Semangat yaa. Semoga besok lebih baik!
Dirumah, 25 Februari 2024
24 notes · View notes
aksaranjoo · 3 months
Text
Aku dan Kataku
Hidup kita ini seperti bait pada puisi. Tak apa, jika orang lain yang membacanya menafsirkan lebih dari apa yang mereka ketahui. Wajar saja, jika persepsi mereka melebihi dari apa yang tak terkira. Kita hanyalah sebatas akal yang berbatas, begitu pula penafsiran mereka.
Tetap saja, yang paling mengerti isi setiap bait adalah diri kita sendiri. Biarlah sajak bermuara kemana, penulis hanya menata kronologi tiap barisnya.
39 notes · View notes
aksaranjoo · 4 months
Text
Kita adalah bentukan masa lalu, tapi kita tidak hidup di masa lalu, kita tidak hidup di dalamnya. Jadi, mari kita tinggalkan dan ambil pelajaran.
22 notes · View notes
aksaranjoo · 4 months
Text
Diriku, baca ini ya
Untuk diri, terimakasih sudah mau bertahan sejauh ini. Aku tau, kemarin banyak hal-hal menyedihkan dan menyakitkan yang harus kamu alami dan rasakan. Kamu bingung kan harus apa, kamu seperti kehilangan arah dipersimpangan jalan. Ada banyak ketakutan tapi kamu hadapi sendiri. Merasa belum selesai dengan diri tapi selalu menunda buat selesai. Ingin pulih, tapi kadang kamu takut di judge lemah.
Hari ini, kamu duduk dengan semangat di depan laptop itu, mengikuti sesi healing room. Mendengarkan banyak sekali makna. Berharap kamu bisa menemukan setitik cahaya disana. Ini langkah awal yang baik lho. Apapun yang terjadi tetap bertahan ya. Yang kemarin aja bisa terlewati kan?
Mulai hari ini, banyak-banyak ngomong hal baik aja yaa. Kita jalan lagi sama-sama. Mengusahakan semampunya. Terimakasih sudah aware dengan diri sendiri
Dirumah, 08 Januari 2024
60 notes · View notes
aksaranjoo · 4 months
Text
1/365
Aku menutup seluruh lembaran ceritaku di 2023. Banyak halaman yang harusnya ku isi, tapi malah aku lewatkan begitu saja. Ada beberapa halaman yang berantakan. Ada juga halaman yang sempat ku warnai dengan derai air mata.
Kemarin, ada begitu banyak hari-hari yang ku lewati dengan menguatkan diri sendiri. Beberapa orang datang meminjamkan bahunya, tapi beberapa lainnya malah meninggalkan luka.
Aku lalai, harusnya aku tak melambungkan ekspektasiku pada manusia lainnya. Aku menerima konsekunsi atas kelalaianku itu. Ya, aku menelan kecewa.
Hari ini dan seterusnya, aku tak akan membuka lembaran usang ini lagi. Aku lebih memilih menutup dan menyimpannya pada ruang paling ikhlas saja. Sesekali akan ku tengok pelajarannya, tapi bukan ceritanya.
1 Januari 2024
17 notes · View notes
aksaranjoo · 4 months
Text
Sampai jumpa dilain kata
Aku ingin menulis ini untukmu, sepucuk surat yang barangkali akan terlewat untuk kamu baca. Tapi, aku ingin tetap menulisnya.
Hari ini kamu tersenyum lagi ya? Hebat. Aku bangga padamu. Aku bangga meskipun banyak hal menyedihkan yang datang padamu, kamu masih mau menggenapkan satu hari dengan mengukir lengkung di bibirmu.
Banyak rencana yang berantakan, tapi kamu bangkit untuk menatanya kembali.
Banyak luka yang menganga, tapi kamu mau bersusah payah mengobatinya lagi.
Aku tau, kemarin kamu ingin menyerah kan? Kemarin kamu ingin berhenti di persimpangan jalan yang membingungkan itukan?
Tapi kamu berhasil mengurungkan niat untuk tidak melanjutkan kata menyerah itu. Makasih sudah mau berdiri sampai dititik ini. Aku tau, pasti berat sekali harus berkali-kali menguatkan diri sendiri, sendirian.
Dibalik sedih dan kecewamu kemarin, ada banyak juga kebahagiaan dan kebaikan yang patut kamu syukuri. Dipertemukan dengan orang-orang baik dan menemukan banyak kenangan baik. Kamu melewati momen itu dengan tertawa lepas. Aku turut bahagia melihatnya.
Tahun-tahun kedepan, kamu berhak menemukan kebahagiaan lagi. Semoga akan ada banyak hal-hal baik yang datang. Semoga do'a-do'a yang belum menemukan jawaban, segera menemukan jalannya.
Jika masih diberikan umur, kita usahakan sebaik-baiknya dan semampunya ya. InsyaAllah, Allah akan berikan jalan.
Semangat bertumbuh, teman tumbuhku!
- dirumah, 31 Desember 2023
37 notes · View notes
aksaranjoo · 4 months
Note
Di lorong harapan, pesan anonim berbisik,
Bunga harapan mekar, rindu tak terucap.
Siapa dirimu, misteri yang mengundang tanya,
Jodoh yang tersembunyi, dalam pesona waktu.
Sajak anonim yang indah. Terimakasih sudah menulisnya.
1 note · View note
aksaranjoo · 5 months
Text
Cerpen : Aku dan Setakut Itu
Dulu aku pernah di fase setakut itu tentang pernikahan. Membayangkan memiliki hubungan jangka panjang dengan orang asing, bahkan membayangkan dia bisa melihat tubuhku tanpa sehelai benang saja membuatku bergidik. Karena selama ini, semalu itu rasanya kalau tersingkap barang sedikit.
Tapi hal yang paling menakutkanku sebenarnya adalah diriku sendiri yang tidak seyakin itu untuk membangun kepercayaan. Selain karena, rasanya begitu buntu harus mencari sosok pendamping di lingkunganku sekarang. Di kantor? Tidak ada yang menarik, sekalinya menarik ternyata sudah jadi pasangan orang lain. Selorohan salah satu temanku dulu jadi teringat, "Orang itu akan terlihat menarik dan terbukti kebaikan dan ketulusannya ketika sudah menikah sama orang lain."
Memang, apa yang dikhawatirkan sekarang kan soal finansial, kesetiaan, dan hal-hal serupa itu. Dan yang sudah menikah kemudian berhasil membuktikan itu, tampak menjadi pasangan yang beruntung. Mungkin itu kali ya jadi banyak pelakor. Soalnya mau yang udah "terbukti", bukan yang gambling kayak sekarang nyari yang begitu - sudah ketemu - masih bertanya-tanya benar atau tidak.
Hihhhh aku sih gak mau yaaa merebut pasangan orang lain! Aku memahami bahwa usiaku terus beranjak. Tahun ini masih 27 memang, tapi rasanya aku belum bisa berdamai dengan gemuruh kecurigaanku untuk membangun kepercayaan dengan seseorang seumur hidup. Atau mungkin sebenarnya karena aku belum bertemu saja, mungkin tergantung siapa orangnya. Bisa jadi.
Rasanya proses mengenal diri membuatku merasa harus mendapatkan pasangan yang layak. Dan aku tak mau menurunkan standar kelayakan itu. Kemarin aku cerita ke temanku, apakah aku terlalu tinggi memasang standar kelayakan? Menurutnya, itu wajar, kan mau menikah, wajar kalau aku menginginkan pasangan yang bisa memenuhi sebagian besar kelayakan yang aku inginkan.
Aku sampai berpikir lagi setiap kali pulang dari kantor. Membuka pintu kamar kos yang sunyi. Sendiri dalam ruang yang luasnya hanya 12 meter persegi. Apa aku sebenarnya sudah cukup matang untuk masuk ke fase itu? Apa hanya karena ketakutanku pada umur yang terus berlalu?
Aku bahkan tidak memiliki ketertarikan dengan siapapun sekarang, tidak dekat dengan siapapun juga. Apa aku perlu menjalani hidup dengan cara yang berbeda kali ya? Resign terus menggunakan seluruh tabungan untuk jalan-jalan keliling Indonesia? Atau mencoba peruntungan untuk mencari pekerjaan di luar negeri?
Tapi setelah dipikir-pikir, kenapa aku serisau itu ya seolah-olah aku tidak beriman. Padahal aku tahu betul hal ini jadi rahasia-Nya. Sama seperti kematian.
512 notes · View notes