Tumgik
#narasi
o-agassy · 2 months
Text
kita akan tau mengapa Allah memilihkan jalan takdir ini di kemudian hari, ketika kita sudah berusaha ikhlas dalam menerima dan menjalani peran yang diberikan
Walaupun pada awalnya mengambil jalan "ikhlas" merupakan opsi satu-satunya, tapi pada akhirnya kita tidak akan menyesalinya.
Dan salah tanda bahwa jalan yang kita pilih adalah jalan yang terbaik, adalah diberikannya kemudahan-kemudahan dari pintu yang tak terduga
105 notes · View notes
ulvafdillah · 4 months
Text
Karena hubungan hangat pernikahan dimulai dari lelaki.
02.08 a.m || 27 Desember 2023
89 notes · View notes
ayaaa-posts · 9 months
Text
Kadang-kadang tidak mengetahui beberapa hal, itu baik.
Bukan, bukan karena kita dijadikan pribadi yang tidak peduli. Namun, beberapa hal itu memang ada baiknya tidak perlu kita ketahui.
Rumit, sulit.
Menjadi sosok yang tidak perhatian pada sekeliling juga sulit kok. Tapi terlalu peduli juga jauh lebih menyulitkan diri sendiri.
Kadang-kadang kamu perlu tau bahwa ada kalimat atau tindakan yang tidak perlu kamu lihat atau bahkan tidak perlu kamu dengar.
Karena, terlalu banyak hal menyakitkan pada tiap jiwa-jiwa yang kau perhatikan.
Manusia itu egois.
Manusia itu, penuh dengan ego. Sadar atau tidak, tau atau tidak. Nyatanya, kita semua begitu.
Bedanya, masih ada yang dikendalikan oleh ego dan ada yang sudah bisa mengendalikan ego.
Itulah kenapa beberapa hal, cukup membuat kita hidup hanya dengan mengabaikannya. Sebab, tidak semua yang terlihat itu adalah yang sebenarnya, dan tidak semua yang dibicarakan itu adalah kejujuran.
-Aya (Makassar, 18 Juli 2023)
23 notes · View notes
sastrasa · 4 months
Text
Narasinopsis - Pasung Jiwa
Karya Okky Madasari
Sampul yang menarik, judul yang ciamik. Buku “Pasung Jiwa: Apa Itu Kebebasan?”  Sengaja kupilih untuk mengawali tahun 2024. Aku enggak menyangka kalau isi bukunya akan serumit dan seberat itu. Di awal, Sasana sebagai tokoh utama muncul sebagai sosok yang ‘lurus-lurus’ saja. Aku sempat berfikir, dimana letak konflik pada novel ini? Apakah kebebasan karena kekangan orang tua, atau apa? Jujur saja, di awal aku sempat berfikir “Ah, apa sih hal buruk yang mungkin terjadi dengan Sasana?” Dan BOOM! Seperti dihantam sekontainer beras oleh Hulk, aku mendapati kenyataan yang sangat mencengangkan. Hingga pertengahan bab, aku masih enggak menyangka (dan enggak terima) kalau Sasana berubah menjadi seperti itu! Kenyataan itu dibungkus secara implisit yang membuatku harus menerka-nerka sendiri, dan ternyata, Ah, jalan ceritanya memang seperti itu. Lalu, di saat yang sama, Sasana dipertemukan dengan Cak Jek, si Tokoh utama kedua, dimana Cak Jek dipertemukan dengan Sasana hanya untuk melahirkan sisi lain Sasana. Lalu tokoh-tokoh lain yang membuat cerita semakin kompleks tapi berkesinambungan. 
Kak Okky Madasari selalu sukses membuatku penasaran dalam tiap kalimatnya. Sepanjang membaca, selalu ada saja hal yang membuatku menganga, merana, bahkan menangis. Seringkali aku harus menarik nafas untuk kembali melanjutkan membaca. Ceritanya terlampau seru untuk kubaca lambat-lambat, dan terlalu memusingkan kalau aku baca cepat-cepat. Makna kebebasan yang dituang dalam 332 halaman yang rasanya sayang jika terlewatkan sedikit saja sebab ada banyak hal yang baru kusadari bahwa manusia terlampau sering dipenjara, terpenjara, dan memenjarakan dirinya dalam hal tertentu. Akhir cerita yang membuatku harus kembali menerka mereka akan kemana, tapi nyatanya cukup menerbitkan rasa lega. Dan buku ini membuatku ingin membaca kembali buku-buku mbah Sigmund Freud.
- Sastrasa
7 notes · View notes
jeritmalam · 2 months
Text
Takdirku berat, rehat bernafas cukup bermunajat, menulis adiksi dengan cermat tuk menghujat sekelompok manusia yang mengaku sahabat, bungkam pikiran sesat para bangsat berkedok konglomerat berjiwa melarat, bahasamu berat wahai kaum konservatif moderat, turut berduka cita untuk nuranimu yang berkarat.
Jeritmalam x mtsny
4 notes · View notes
kakiterluka · 10 months
Text
Hidupku biasa-biasa saja, tidak ada hal yang menarik dalam hidupku. Jika nanti ada seseorang yang datang dan pergi sesuka hatinya itu hal yang wajar. Aku membiarkan siapapun yang ingin pergi. Dan, aku mempertahankan siapapun yang ingin menetap. Hingga pada akhirnya aku tahu akan ada seseorang yang dengan cintanya ia tidak akan pernah meninggalkanku— kecuali dengan maut
7 notes · View notes
lilanathania · 4 months
Text
Sihir Buku
Ada banyak berkat yang saya rasakan dalam hidup. Salah satu yang paling saya syukuri adalah orang tua yang memperkenalkan dunia imajinasi dan sihir buku sedari dini.
Tumblr media
Salah satu kenangan masa kecil yang paling membekas adalah bagaimana setiap bulan kami pergi ke Gramedia. Di toko buku itu, papa dan mama akan membiarkan saya memilih satu buku favorit untuk dibeli. Bayangkan seorang bocah cilik yang asik menjelajahi rak-rak tinggi dengan jajaran buku dongeng. Bagi saya, 'menara' buku berwarna-warni itu sama menariknya dengan es krim dan permen. Kami selalu menghabiskan waktu berjam-jam di sana, menikmati kebersamaan walau terpisah di lorong kesukaan masing-masing. Saya selalu ndlosor di lantai bagian buku-buku anak, membaca sebanyak mungkin sebelum memilih satu yang layak dibawa pulang. Kala itu, membeli buku sebulan sekali adalah sebuah kemewahan yang sangat dinanti-nanti.
Sedikit dewasa, buku-buku yang saya baca semakin tebal. Dari puluhan halaman bergambar menjadi ratusan lembar penuh tulisan. Dari dongeng di negeri fauna menuju kisah perjalanan penyihir, penunggang naga, dan kisah romantis remaja. Harga buku kesukaan pun semakin tak murah. Berkali-kali saya takut membawa buku yang mahal ke hadapan orang tua saya. Namun, respon mereka selalu sama, "Buat buku, tidak apa-apa!" Pola pikir ini kemudian saya terima sebagai warisan yang sakral. Untuk ilmu pengetahuan, imajinasi, dan wawasan, tidak ada kata mahal.
Suatu ketika di bangku SMA, saya pergi ke mall dengan beberapa teman perempuan. Mereka asik membeli jepit rambut, bando, dan aksesori wanita. Saya hanya melihat-lihat sambil berpikir, sayang ya beli begini kalau jarang dipakai. Tak sabar menunggu mereka, saya bergeser ke toko buku yang berada tak jauh dari situ. Setelah memilih beberapa novel, saya membayar dan kebetulan teman-teman yang sudah selesai dari toko aksesori bergabung di kasir. Salah satu mendekat dan berkata dengan kaget, "Ya ampun! Lila, kamu belanja buku banyak banget! Mahal ya sampai ratusan ribu!"
Memori itu terpatri jelas sekali di benak saya. Betul juga ya? Mau beli jepit kurang dari 20 ribu saja saya sayang. Namun kemudian saya pergi ke toko buku dan menghabiskan uang hampir 10x lipat untuk tiga buah buku :)) Di kala itu saya sadar betul bahwa papa mama telah sukses meracuni anaknya dengan dunia literasi.
Layaknya sebuah kisah cinta, perjalanan saya dengan buku tak selalu berjalan mulus. Usai lulus kuliah, saya merasa sangat jauh dari buku. Saya masih suka menulis dan membaca artikel-artikel pendek, tetapi sangat jarang membaca novel dan karya sastra panjang. Berbagai alasan saya bisikkan ke diri sendiri, kamu sudah bekerja, sekarang kamu perlu membaca report - bukan novel, kamu sibuk aktivitas lain sehingga tak ada waktu. Dari beberapa novel sebulan menjadi satu novel per bulan, lalu beberapa novel per tahun.
Entah mulai kapan, membaca menjadi sesuatu yang hanya bisa dilakukan di waktu-waktu spesial. Saya tak lagi mencari waktu untuk membaca, tapi membaca ketika ada waktu. Hal ini terjadi selama bertahun-tahun, dan saya selalu kesulitan untuk kembali menumbuhkan rasa cinta tersebut.
Belakangan, saya mencoba menjauhkan diri dari media sosial. Platform ini memunculkan banyak dampak negatif dan menyerap terlalu banyak energi serta emosi (saya membuat tulisan tentang media sosial di sini jika Anda tertarik membaca). Perlahan-lahan, saya memaksa diri membaca buku.
Rasanya ternyata sangat emosional. Saya menemui buku pertama yang membuat saya menangis dalam lima tahun terakhir. Buku pertama yang membuat mata saya pedas karena begadang - terlalu penasaran dengan akhir cerita. Buku pertama yang membuat saya tak sabar membaca seri kedua dan ketiganya. Buku-buku lanjutan dari kisah-kisah masa kecil yang dulu begitu saya cintai. Saya merasa seperti orang yang menemukan kembali cinta pertamanya. Sesuatu yang terasa begitu melegakan, menenangkan, dan menggembirakan. Nyaman.
Saya kemudian juga memahami bahwa rating buku sangatlah penting. Hal ini sangat terasa ketika membaca ulang buku-buku dengan target pembaca dewasa yang dulu saya lahap ketika masih SD atau SMP. Ternyata, buku-buku itu memberikan warna dan makna yang begitu berbeda. Apa yang dulu membingungkan atau terasa begitu abstrak, sekarang dapat saya maknai dengan jelas. Kutipan yang berkata 'You never read the same book twice' memang benar adanya. Membaca karya apik memang terkadang butuh lebih dari sekali agar tak ada inti sari yang terlewat.
Seorang dosen dan sahabat saya pernah berkata, "Membaca itu bukan hobby tapi habbit". Ada masanya membaca memang perlu dibiasakan sebelum lama-lama menjadi suatu hal yang akan kita rindukan ketika tidak dilakukan. Saya begitu bersyukur bahwa orangtua saya memperkenalkan pada dunia sejuta warna ini. Tanpa mereka, tak mungkin saya menjadi seorang pembaca seperti hari ini. Di dunia yang serba cepat dan instan, membaca adalah salah satu jalan keluar untuk kembali mendapatkan kenikmatan yang meresap secara perlahan. Suaka nyaman untuk melangkah di trotoar kata-kata menuju dunia imajinasi.
4 notes · View notes
aramasan · 1 year
Text
Kita mungkin bahkan tidak butuh seorangpun di fase terendah hidup kita.
Tumblr media
Bullshit semua teori tentang mahkluk sosial.
Waktu membuat kita kuat.
Waktu juga yang membuat kita sadar.
Kita sendirian selama ini.
Selalu sendiri.
Bahagia.
Sedih.
Itu hanya ilusi.
Perasaan yang bisa diciptakan.
Mana ada, mencari kebahagiaan. Apalagi mencari kesedihan.
Dari awal, memang kita hanya sendirian.
Terlahir dan tercipta sebagai individu.
Masing-masing.
Hal utama dan pertama dalam kehidupan ini adalah mencintai dirimu sendiri.
Selfloving.
Jangan pernah sia-siakan dirimu untuk mencintai "diri" yang lain.
Kenali, cintai, dan peduli akan dirimu sendiri yang kelak akan membuatmu benar-benar hidup.
__________
Entahlah,
Mungkin mendingan mati.
__________________________
9 notes · View notes
id-dehira · 1 year
Text
Kita sering memandang pekerjaan orang lain, hidup orang lain itu mudah. Lalu, terbesit rasa seakan-akan kita berhak mengomentari atau bahkan ikut campur. Sampai pada titik kesadaran bahwa tidak ada yang mudah. Bahwa tangan kita telah salah, lisan kita begitu jahat berkomentar,dan tindakan kita terlalu jauh. Lalu, didepan mata ada sebongkah konsekuensi dan tanggungjawab yang menakutkan. Sebagian akan sadar dan mengerti batasan nya, lalu bertanggungjawab. Sebagian akan buang muka, seperti tak pernah sedikitpun campur tangan.
8 notes · View notes
rangkaiansejalan · 8 months
Text
Dear myself,
Ingatanku kembali pada masa lalu. Ketika dengan antusiasnya aku mendengarkan cerita masa kecilku. Rasanya hanya sekejap aku mencapai seperempat abad usiaku.
Kelahiran memberikan aku nama ketidakabadian, tugas yang tengah kutunaikan hingga waktuku habis di sini.
Pertemuanku dengan kamu dan kalian adalah salah satu persinggungan lingkaran yang aku percayai telah ditakdirkan.
Di seperempat abad aku hidup, darinya aku belajar pada setiap pertemuan akan ada perpisahan. Banyak orang hadir untuk menetap. Namun, lebih banyak lagi yang hadir hanya sekadar memberikan pelajaran.
Di seperempat abad hidupku, aku menyadari keniscayaan sebuah perpisahan. Karena kelahiran dan kematian hanya dibatasi jarak setipis nadi. Dan darinya aku memahami bahwa waktu nilainya sangat berarti.
Pada sebuah denting jarum jam, mengingatkanku jika waktu terus melaju tanpa menunggu siapapun itu. Angka usia bertambah dan waktuku semakin berkurang setiap detiknya. Darinya, aku belajar menghargai setiap pertemuan untuk mencipta kenangan.
Pada tiap hari-hari aku terkenang, yang bisa kulakukan hanyalah mengenang ingatan dari momen yang aku ciptakan.
Dari seperempat abad aku hidup, banyak cerita yang selesai aku rangkai namun juga banyak yang belum usai.
Dari tiap pertemuan aku belajar dan bertumbuh. Dari mereka aku mengingat setiap momennya sebagai ingatan yang bisa aku panggil dalam wujud visual yang hidup di kepalaku.
Merekam setiap hal untuk kujadikan catatan bahwa, dalam setiap kesedihan, kesenangan, kekecewaan, kegagalan, patah hati, keharuan dan banyak rasa lainnya akan menyadarkanku jika aku tidak pernah sendirian.
Karena kalian selalu ada menemani perjalananku bertumbuh dan menua entah dalam ingatan maupun wujud nyata yang bisa aku indrakan.
Perjalananku tentu saja belum usai. Sebab hingga aku menuliskan ini, aku masih bisa merasakan tiap tarikan napas dan hembusan napasku.
Aku menunggu untuk menuliskan tiap lembar babak baru dalam hidupku. Aku menunggu saat-saat aku meramu tiap kisah hidupku. Aku menunggu pengalaman yang tercipta dari tiap hari-hariku.
Hingga nanti, hingga bagian dari bukuku memang telah selesai dan tamat di akhir penghabisan napasku.
23823/25
2 notes · View notes
hbelric · 8 months
Text
Hari pernikahan ku menjadi hari yang sama untuk kematianku. Karna hari itu, sebelum menjadi seorang suami aku harus membunuh seorang lajang didalam diriku.
Sebelum menjadi bertanggung jawab dan setia pada satu hati, harus dimatikan penyebab terjadi ketidak bertanggungjawab dan dirobohkan beberapa pintu hati selain satu yang tercinta diinginkan hati.
Dan kata guruku, "Menikah itu seperti memasukkan satu dunia ke dalam rumah."
Jadi, aku berharap, semoga rumahku cukup luas untuk memberi ruang pada dunia itu, dengan duka serta senang bergantian seiring musimnya, dengan aneka flora fauna liar dan ramah mengiringi langkahnya, dengan segala harapan dan doa yang mengangkasa.
Hingga tiba. Sang Ibu, tanah, mendekap erat. Menuju kekesejatian kelahiran dan kematian.
"Dan usia cinta lebih panjang dari percintaan."
Seperti dengan usia hidup jauh lebih panjang dari kehidupan.
Indonesia, Agustus 2023.
4 notes · View notes
danastriolivia · 2 years
Text
Rio
Tumblr media
@raqqun
Perihal lelaki yang mengenggam seluruh masa bersamaku.
Tulisan ini kulayangkan saat kelam menyelimuti seluruh bagian antariksa, dan ketika malam benar-benar menenggelamkanmu dalam lelap.
Hampir satu tahun berlayar, kurawat separuh dari hati yang sebenarnya ingin kulayangkan padamu. Corak tresna yang masih memerah ini, tentunya akan melukis rona dalam pipimu. Mungkin, andaikata hal itu terjadi, aku akan segera salah tingkah, tersipu malu, atau bisa jadi hatiku akan berdegub dengan sangat kencang. Menatapmu adalah kausa bagi diriku untuk menakhlikkan girang dalam riang. Untuk itu, beribu-ribu syukur mestinya kuhaturkan kepada Semesta.
Segala hal yang masih kukenang, kita adalah mahasiswa baru saat itu. Belum mencuatnya rasa yang kita sebut sebagai ‘cinta’. Kita hanya bersemuka dalam layar gawai, lalu bertutur kata selayaknya rekan sebaya pada lazimnya.
Entah. Sudah berapa banyak lintas pertemuan yang kita lalui, demi menatap lengkung kurva yang merekah. Perihal bagaimana kau menyeru nama panggilanku, yang acapkali mendengung dalam bilik hati. Pertemuan pertama yang masih kuingat dengan jelas adalah saat kita mampu menembus dinginnya udara malam, dan motor yang kita naiki berdua. Kurasakan kehadiranmu dengan sangat nyata, dan raga kita yang saling berdampingan. Dan dengan bodohnya, aku berpikir apakah kau masih mengingat dengan jelas peristiwa saat itu, Sayang?
Tidak ada kata yang tepat untuk memanifestasikan sebuah perasaan saat itu.
Ironisnya, aku mulai mendambakan suatu hal yang lebih dari sekedar pertemuan. I still remember the first time we held hands. I was so curious to know where our stands. Setidaknya, itulah yang kupikirkan, demi memperhatikan, kenapa laki-laki yang sebatas mengenakan kaos hitam dan celana kelabu itu, terlihat tampak cukup sempurna.
...
Adalah Rio, begitulah orang-orang memanggilnya. Nama Rio yang dihaturkan oleh ibu dan bapaknya, adalah sebuah hasrat agar ketentraman selalu melekat dalam tabiatnya. Ia dikenal sebagai Penanggung Jawab Kelas yang paling tunduk dengan titah dosen. Sepanjang riwayat kisah kasih, Rio tak pernah goyah dalam prinsip kesetiaannya. Baginya, satu wanita cukup menggenapi separuh atma hingga hayatnya. Oh, iya, aku sendiri menjulukinya sebagai Ririo. Sebagai isyarat bahwa atensi dan afeksi yang tak mengenal kata paripurna dalam hidupnya.
Meskipun aku dan Rio memiliki selisih usia yang terpaut satu tahun lebih muda, akan tetapi, tak menjadikan kami ingkar dalam darma asih. Justru Rio adalah teman hidup paling sebahu untuk sekadar berdiskusi suatu perkara atau sekadar berbagi kisah.
Ketentraman itu tercelik manakala ia sanggup menyajikan atensi sebagai sagu hati dari renjana yang tak lekang dimakan usia. Dengan perangai tabahnya itu, ia sanggup memecahkan berbagai kesulitan, serta mengalah yang menjadi salah satu jati dirinya sebagai sosok yang tegap tangguh.
Mojokerto sendiri telah menjadi saksi bisu atas berbagai riwayat hidupnya yang penuh pancawarna. Dengan kehadirannya pada pertengahan Maret, ia mampu menebar seri pada benak orang sekitar.
SMAN 1 Puri adalah persemayaman pendidikan yang ia lakoni selama tiga tahun, dengan bidang IPA sebagai ketertarikannya. Akan tetapi, talenta yang ia miliki mengharuskannya untuk alih minat serta hasrat. Bermula dari karangan pendek yang ia rangkai secara runtut, hingga dunia sastra yang menjadi destinasi terakhirnya di perguruan tinggi.
Salah satu prinsip yang ia pijak adalah, “Karena, aku bakal nepatin janjiku, dan aku akan terus setia. Bahkan, aku bakal nunggu kamu balik kalaupun kita sampai pisah.”
Rio adalah alasan mengapa sampai hari ini aku masih menunggu sudut itu. Sudut dimana orang-orang memanggilnya dengan ‘Rindu’.
—Tertanda cinta untuk @raqqun ❤️
31 notes · View notes
enha88 · 1 year
Text
SEMUA AKAN DIHISAB
3 notes · View notes
sarollios · 2 years
Photo
Tumblr media
oktober, tolong jadilah seperti tahun kemarin. baiknya, bahagianya, sukanya, pun senangnya. jangan diberi luka ya, luka di bulan kemarin saja masih basah, belum sembuh seutuhnya.
- Bandung, 30 september
10 notes · View notes
sastrasa · 1 year
Text
Narasinopsis - Summer in Seoul
Karya Ilana Tan
Buku pertama yang selesai aku baca di tahun 2023! Meski bukan sebagai buku pertama yang aku baca, tapi ternyata justru jadi buku yang selesai dibaca lebih dulu dari buku satunya.
Kisah Jung Tae-Woo dan Sandy alias Han Soon-Hee dalam novel ini benar-benar definisi kisah idaman para pencinta K-Pop, termasuk aku! Bagaimana Kak Ilana bisa sedetail itu mengetahui fantasi yang sering aku pancarkan ketika sebelum tidur? Wah, Kak Ilana sedang cosplay jadi dukun, ya?
Meski di halaman awal aku masih menerka-nerka kemana cerita ini akan bermuara, tapi akhir cerita berhasil membuatku menganga karena dugaanku salah semua!
Hebatnya, Kak Ilana menyajikan alur dalan 284 halaman itu seperti sebuah 반찬 (banchan) hingga aku menikmatinya perlahan-lahan lalu tanpa sadar aku telah menghabiskan semangkuk 냉면 (Naengmeyon) lezat di cuaca panas! Enak sekali.
Setelah melahap habis seluruh kisahnya, aku jadi ingin menikmati semangkuk ramyeon hangat dengan Jung Tae-Woo di malam yang dingin. Ah, apakah dia bisa jadi nyata?
- Sastrasa
Minggu/ 1 Januari 2023 - Senin/ 2 Januari 2023
6 notes · View notes
anisahmahar · 2 years
Text
Berkorban
Kadang kita sangat idealis terhadap masalah barang-barang dunia, tetapi masih minimalis tentang masalah akhirat. (Sepenggal nasihat dari Ust. Nuzul Dzikri)
Haji, bukan soal mau, tetapi mampu. Seringkali setan membuat kita merasa tidak mampu, merasa tidak siap, terutama soal menunaikan ibadah haji. Padahal, haji sangat berbeda dengan ibadah lainnya. Jika kita tersadar hari ini bahwa haji adalah wajib, tidak sesimpel tahun depan bisa langsung  melaksanakannya. Tentunya, berangkat haji itu perlu daftar dulu, antre dulu, dan masa tunggunya cukup lama. Sadar ‘kan sekarang sudah usia berapa?
Haji, inilah rukun islam yang ke-5. Allah meminta kita agar sekali seumur hidup untuk menunaikannya. Dan seringkali, haji bukanlah tentang uang, tetapi tentang kejujuran. Ada orang yang tak punya uang, tetapi bisa berangkat dengan cara yang istimewa. Sebaliknya, banyak hartawan yang justru tak tak bisa berangkat karena banyak alasannya.
Haji, biayanya perlu disiapkan sejak dini. Coba kita lihat berapa banyak barang-barang kita di rumah, khususnya barang tersier dan sekunder. Bisa jadi, jika dari awal kita meniatkan dan memprioritaskan biaya membeli barang-barang tersebut untuk haji, mungkin kita sudah pergi haji berkali-kali. Kalau di hadapan manusia, kita bisa dengan mudah mengatakan bahwa kita tak mampu untuk haji. Namun, bagaimana kita bisa menyangkal saat di hadapan Allah?
Haji, sudahkah menjadi prioritas kita? Bukankah Allah sudah mengundang, tetapi tidakkah kita bersegera untuk datang? Sesungguhnya orang beriman ketika diundang, maka ia datang. Orang-orang dari seluruh penjuru dunia yang jauh akan datang karena terpanggil jiwanya. Maka, sadarlah bahwa hidup itu hanya sekali. Jangan sampai karena kelalaian bertahun-tahun  lamanya, menjadikan kita tidak bisa menginjakkan kaki ke Baitullah. Jika demikian, tentu rugilah kita. Saat ini, barangkali kita belum serius berjuang. Belum mengagendakan. Sehingga kita belum bisa berangkat haji. Sedih sekali :’(.
Haji, bukanlah ibadah dengan biaya sedikit. Agar tak merasa sulit, yuk mulai nabung! Walaupun setiap hari hanya menyisihkan sedikit rupiah, seolah  mustahil karena masa tunggu yang lama. Lagi-lagi ini tentang kejujuran. Banyak kisah orang-orang yang tak punya bisa berangkat dengan cara tak disangka-sangka. Allah memilihnya menjadi tamuNya. Jadi, sudah pernah nabung untuk haji belum? Yang jujur kalau pingin naik haji. Niatkan dan mulai tunjukkan saat ini. Percayalah, Allah Maha Kaya. Rejeki akan datang dari arah yang tidak disangka-sanga. Cuma Allah yang punya caranya. Kita hanya perlu bertawakkal, setelah yakin berdoa dan berusaha semaksimalnya.
Haji, ini tentang doa di arafah, doa di masy’aril haram, thawaf mengelilingi ka’bah, doa ketika sa’i, doa di shofa-marwah. Haji, inilah rangkaian ibadah untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Penguat keimanan. Lagi-lagi, ini tentang perjalanan ke negeri yang diberkahi. Tempatnya hidayah bagi  semesta alam.
Jujur sama Allah, maka Allah akan mewujudkan cita-cita kita.
(Disarikan dari mukadimah kajian Ust. Nuzul Dzikri)
Sidoarjo, 21 Juni 2022 II Anisah Mahardiani
9 notes · View notes