Tumgik
#day29
kodalacar · 1 year
Text
Tumblr media
Uh-oh 🫢
2K notes · View notes
artistoftales · 6 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Day 29 Anpu and Wepwawet
#anpu #wepwawet #guardiansoftheafterlife #protectorofthedead #souldguidance #egyptianmythology #digitalart #akhtober #egyptian #drawing #mythology #art #day29 #digitaldrawing #magic #pagan #witchcraft #illustration #simple #kemetic #firealpaca #artist #artistoninstagram #myart #dahkyarts #artistoftales #artistonig
62 notes · View notes
rainydaywhump · 4 months
Text
Reed - pt. 10
Whumpcember Day 29: Paralyzed
<- Pt. 9 - Pt. 11 ->
CWs/themes: male whumpee; male whumper; kidnapped whumpee; implied future pet/slave whumpee; restraints; paralysis; drugging
Tagging: @whumpcember @i-eat-worlds @pigeonwhumps @den-of-whump @generic-whumperz (lmk if you'd like to be added or removed!)
Reed woke up from a half-sleep to Dylos whistling cheerfully.
That wasn't a good sign.
He blinked and found himself being lifted roughly from the saddle; Dylos plunked his bound form onto the hard ground and took off the blindfold off. The sun was up, and Reed turned away from it to protect his eyes. Dylos chuckled and grabbed his chin, forcing him to look up at him and then at his surroundings.
There was a town in the distance. It was clearly somewhat well-off, given the stone walls and iron gate that guarded it. Smoke rose from the fireplaces of various homes inside, and the road to it was beaten down with the boots, hooves, and wagon wheels of many a traveler.
"See that?" Dylos asked rhetorically, turning Reed to look up at him again. "Great place, Redboon. Lots of people with a fair bit of money and a fair lack of morals. They don't like a fuss, though," he added, nodding at the iron gate.
Reed merely looked back at the bearded man, with his glinting eyes and fine clothes that painted a strange picture combined with his scars and calloused hands. He knew Dylos had something horrible up his sleeve, and he didn't want to give him the satisfaction of showing apprehension.
The man in question wasn't disappointed, however. "Excellent! Seems like you've learned to accept your fate. Well then, that'll make this easier...albeit less fun for me."
He uncapped a small vial with clear liquid inside. Reed, losing his composure for a second, recoiled -- he remembered the last time Dylos had drugged him. But the man only laughed. "Don't worry, I'd hate to make things repetitive! This'll make you relax, trust me."
He tightened his grip on Reed's chin and forced the vial's contents up against his nose. Reed, in one last-second attempt at protest, refused to breathe -- but Dylos sucker punched him in the gut, making him gasp and inhale the fumes.
It only took a matter of seconds to realize the potion's effects.
The inability to move started first with his mouth, then with his neck, and then down into his torso, his arms, his legs, his feet, and then finally his hands to complete the potion's purpose: it left Reed entirely unable to move, save for automatic things like his breathing, heartbeat, and his ability to blink. Aside from that, he couldn't move a muscle on purpose. He couldn't even make a sound.
But he was aware of everything around him. Reed had expected the drug to dull his senses; but, if anything, they were now heightened. He could only watch and feel in horror as Dylos began to untie the ropes, only to retie them in what Reed realized was a more appealing design.
His captor hummed a tune that Reed recognized from somewhere in his past as he worked. He didn't even bother speaking to Reed anymore -- he didn't even bother to make eye contact. He just went about his work, and Reed could only lay limp and helpless, powerless to even do so much as whine.
21 notes · View notes
possibility221 · 6 months
Text
Tumblr media
Angstober 2023, Oct. 29 prompt: Almost
Elementary episode: 4x04
27 notes · View notes
creepypso · 1 year
Text
Tumblr media
Zimtober Day 29: Candy
Here are the two being gay together in a pink nightmare world <3
284 notes · View notes
boxthoughtsblog · 2 months
Text
Tumblr media Tumblr media
My Sky Today - January 29, 2024 6:28pm Hawaii Join the MY SKY TODAY project!
11 notes · View notes
tacitus2313 · 6 months
Text
Tumblr media
Day 29, Massive.
This one didn't turn out like i imagined. Should've put some buildings in the background maybe : just for the sake of adding a better sense of scale. But, well...
It's suppose to represent an assault Bot/ Mecha. More specifically a "Crusader" type (mark 5). It belongs to the lore of my main Webcomic : "Bloody Bastard"! It is meant to make its first appeareance somewhere near the end of the third book (we're still technically right after the events at the end of 2nd book : Bastion BlackJack being a special issue). But shht "i'm not supposed to tell you that yet"!
14 notes · View notes
theroguequeenaniki · 4 months
Text
Tumblr media Tumblr media
December Day 29: Selfie 📸
#KimickaPhotoADay
Some good old fashioned classic mirror selfies 😉
#selfie #selca #myface #mirrorselfie #me #day29 #december #december2023 #photo #photoaday #photoadaychallenge
10 notes · View notes
kadiwright · 6 months
Text
Tumblr media
Day 29: Elderly
(Prompt belongs to DarkDragonDeception on DA)
Spooky Month (C) SrPelo
Art (C) @kadiwright
15 notes · View notes
desyilmi · 1 year
Text
Menulis Buku Kehidupan
Hidup adalah buku yang Allah amanahkan kepada kita untuk diisi dengan tulisan-tulisan kebaikan. Ia juga adalah kanvas yang Allah hadirkan untuk dilukis dengan warna-warni cerita. Dalam buku kehidupan, entah sudah berapa banyak tulisan yang kita pijaki maknanya. Dalam kanvas kehidupan, entah sudah berapa banyak lukisan yang kita eja keindahannya.
Beberapa memuat perjuangan, warna cerah kebahagiaan, terkadang juga kesedihan. Kalau kertas dan kanvas kita yang telah lalu, bagaimana?
Semua tentu tahu, bahwa Allah telah menuliskan takdir mungkin jauh hari sebelum hadirnya diri di dunia. Jangankan mengintip apa takdir itu, menebak-nebaknya saja kita tak mampu. Namun, Allah juga memberikan hak kepada kita untuk melukis kanvas itu. Akan menjadi manusia bahagia kah kita? Atau manusia yang diliputi gundah gulana? Menangis dan tersenyum, itu pilihan kita juga kan? 
Saya ingin mengisi buku itu dengan tinta-tinta kebaikan. Entah lewat mimpi-mimpi yang ingin diwujudkan, atau keinginan-keinginan random yang jumlahnya banyak :D. Mereka seringkali tiba-tiba lewat di kepala, dapat datang dan pergi secara tak pasti. Yang pasti, mimpi dan keinginan itu harus dimulai dari aktivitas-aktivitas “baik”. 
Namun, “yang baik” saja ternyata tak cukup. Beberapa waktu lalu saya diingatkan, sesuatu yang baik akan nol jika tak kita hidupkan dengan nyawa. Maksudnya, tidak mengalir saja seperti air disungai, dapat kita arahkan arusnya. MINDFUL. Mungkin teman-teman lebih sering mendengar kata itu.
/mind•ful/
berhati-hati; sadar; yang memperhatikan.
Mindful masih menjadi PR besar bagi saya. Living the moment, menghidupi masa kini (sesuatu yang sedang dilakukan). Terdengar mudah, namun manusia sering tanpa sedar tak memberikan nyawa pada aktivitasnya. Kak Fathimah Shobrina suatu hari menyampaikan...
We are human (Be)ing. Not human (Do)ing. Kalau beraktivitas lalu, “Yang penting terkerjakan. Yang penting nyuci piring, yang penting sholat dhuha, yang penting target baca Quran dan buku tercapai. Yang penting done..” Then we are started to be human doing, mulai kehilangan makna dengan apa-apa yang sedang dikerjakan. Karena tadi, kita tidak menjiwainya, tidak hadir, tidak sadar.
Semoga Allah pekakan hati kita, all senses kita, agar bisa lebih hadir, menikmati, memaknai, mensyukuri, tiap apa yang dikerjakan, tiap apa-apa yang terjadi dalam kehidupan. Aamiin.
Mimpi dan keinginan yang ingin kita tulis itu, pasti Allah sudah tahu. Namun satu, “Ya Allah... Apapun itu yang tertulis di sana, mampukan kami untuk lebih sadar menjalani dan menujunya. Selipkan hikmah dan pelajaran dari apapun yang menjadi ridlo-Mu untuk kehidupan kami. Aamiin.”
----------------------------- DIY, 14/01/2023 | 23:39 WIB
40 notes · View notes
logicgunn · 11 months
Text
domaystic 29: lottery
On AO3
Written for @domaystic
John turns a blind eye to the notebook that Chuck carries around in his right cargo pocket because despite what the rules say, when you are routinely cut off from Earth there’s an inherent value in the comforts of home. The boost to morale when a pack of snack cakes works its way through the population can’t be denied. 
He’s never placed his own bet before, but the Daedalus is assigned to Earth’s defence and it might be months before it’s return, so when he catches wind of this weeks’ kitty his first thought is ‘Rodney needs those damn pens’. 
14 notes · View notes
ngisiteko · 1 month
Text
Berbagai Kepergian Dalam Hidupku
Tidak ada yang abadi di dalam hidup ini. Tidak ada yang terus menerus akan bersama sepanjang waktu. Pergi adalah kata yang bisa menjadi penyebab dari semua situasi itu. Sesuatu atau seseorang, baik yang telah ada, datang dan berjumpa dengan kita suatu saat akan pergi dari samping kita. Kamu jangan dulu sedih mendengar kalimat tadi. Pergi bukan berarti tak akan bertemu lagi kan? Bisa saja, seseorang pergi karena memang ada hal yang harus dilakukan di tempat yang lebih jauh tanpa kita mengikutinya. Seperti saat aku kecil, ayahku yang harus pergi merantau bekerja di Ibu Kota, sementara aku, ibu dan saudara lainnya tetap tinggal di desa. Kepergian semacam itu sifatnya sementara, karena pada waktu tertentu, ayahku akan kembali pulang.
Ada hal yang cukup mengganjal perasaan memang, namun di sisi lain juga manis. Rindu dan harapan yang setiap bulannya kami tabung membuat momen kepulangan ayahku menjadi hal yang sangat istimewa. Setiap ayahku pulang, hal yang aku harapkan adalah, kami pasti akan pergi ke kota terdekat untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan, membeli keperluan dan juga mainan. Setelahnya kami pasti akan makan bersama di tempat kuliner favorit kita yaitu warung bakso. Kadang ayah juga memberikan kami kejutan berupa mainan yang tidak dijual di desa. Hadiah yang sangat berkesan hinggga kini adalah ayahku membelikan miniatur rumah beserta orang-orangan mini. Dengan bangga kupamerkan ke teman-temanku dong! Itulah kepergian yang dulu aku selalu rindukan kepulangannya.
Jika tadi adalah pergi untuk kembali yang cenderung membahagiakan, kali ini aku akan menceritakan pergi yang menyedihkan. Pergi yang tak akan pernah kembali. Pergi untuk selamanya. Kamu pasti sudah bisa menebaknya. Betul sekali jika kamu menerkanya adalah kematian seseorang. Kala kecil, aku pernah berpikir, bagaimana ya rasanya jika orang terdekatku ada yang meninggal? Aku bisa berempati ketika ada tetangga yang meninggal namun tidak begitu dalam tentunya. 
Hingga akhirnya aku merasakannnya sendiri saat dewasa. Ada tiga kepergian yang membuat diriku terguncang. Kepergian pertama adalah sahabat dekatku yang meninggal karena kecelakaan. Kepergian kedua adalah Mbah Kakungku yang meninggal di dalam kereta saat hampir saja sampai di stasiun tujuan terakhir Purwokerto. Kepergian ketiga adalah yang paling mengguncang, yaitu meninggalnya sepupu istimewaku karena kecelakaan saat menuju Jogja. Kepergian ketiganya mengguncang hati sebab tidak aku saksikan langsung detik-detik kepulangannya karena sangat mendadak. Kaget, tersungkur kemudian menangis sejadi-jadinya adalah hal yang spontan aku lakukan. Aku telah kehilangan sosok yang selama ini ada bersamaku. Mengisi hari-hariku dan memberi makna terdalam. Butuh waktu untuk terbiasa tanpa mereka. Butuh ruang dan waktu untuk sendiri menerima kenyataan itu. Rela memang tak semudah kata, ya! Al Fatihah untuk mereka semua. Semoga dilapangkan kuburnya, diterima semua amal ibadahnya, diampuni semua dosanya dan semoga kami dipersatukan kembai di surga-Nya. Aamiin
Kepergian berikutnya adalah kepergian seseorang yang sempat singgah di hidupku. Sempat mengisi ruang dalam hati dan kuanggap berarti, namun memang belum jalannya untuk bersama. Kedatangan seseorang yang membawa harapan kepadaku tentang masa depan, mau tidak mau membuatku menyambutnya dengan tangan terbuka. Karena akupun menginginkan apa yang dia tawarkan. Kita saling menyamakan pandangan dan mencoba menerima perbedaan. Mungkin bisa saja aku naif, karena begitu mudahnya percaya dan menaruh rasa serta harapan pada seseorang yang belum lama kukenal. Hingga pada suatu waktu, dia lama-lama menjauh dan  pergi tanpa sepatah kata pun. Ghosting! ya itu istilah kerennya. 
Tidak mudah melalui semuanya setelah kepergiannya. Banyak tanya yang tercipta di dalam kepala hingga membuat kepercayaan diriku runtuh. Ada masalahkah di dalam diriku? Jika dia punya masalah sendiri kenapa memilih pergi tanpa penjelasan? Seberat apakah itu? Aku merasa dikhianati dan tak dihargai. Amarah dari diriku serta tekanan dari sekitar bercampur aduk  membuatku perlahan merasa hancur.
Aku butuh ruang untuk sendiri. Sebab sembuh kali ini tak kutemukan peredanya di tempatku berada sebelumnya. Aku memilih pergi untuk memuntahkan magma yang telah mendidih di dalam diriku. Kulakukan itu karena aku masih sayang mereka. Kubawa pergi semua luka dan duka sampai erupsi mereda. Itulah kepergian seseorang yang menjadi salah satu alasanku pergi dari orang-orang yang kucintai. Kini semua telah berlalu. Aku telah berdamai dengan masa lalu, bahkan dengan yang bersangkutan. Aku menerima bahwa, aku hanyalah figuran dalam hidupnya, begitu juga sebaliknya, aku takkan lagi gegabah menempatkan seseorang menjadi pemeran utama dalam hidupku. I'm done!
3 notes · View notes
wardhanikusuma · 1 month
Text
Ternyata!
Pergi hilang dan lupakan.. ,seperti lirik lagu dangdut yang sedang trend saat ini dan memang seharusnya itu yang dilakukan. Pergi dari tempat yang sudah saatnya untuk di tinggalkan, menghilang dari segala sesuatu yang akan terjadi jika masih disitu saja, dan lupakan semua kejadian yang tidak menyenangkan hati. Teorinya memang mudah tapi fakta atau kenyataannya sangatlah tidak mudah atau bisa di bilang sulit sekali.
Nyatanya pergi begitu saja dari tempat yang sudah bertahun - tahun ditempati, amatlah sulit dilakukan, banyak kenangan yang terjadi di dalamnya, baik suka-duka, bahagia, sedih, menyenangkan, memilukan, semua membekas di memori otak dan tersimpan rapi. Menjadi kenangan dalam bagian hidup ini, sebagian akan menjadi kenangan yang ingin selalu diingat dan sebagian lagi cukup dikenang sebagai pengalaman hidup yang luar biasa. Menjadi bekal agar esok hari tak melakukan kesalahan yang sama.
Menghilangkannya memori ingatan untuk kejadian-kejadian yang memilukan, tentunya membutuhkan waktu yang tak singkat, jangankan menghilangkan, menerima dan mengikhlaskannya saja juga tidak mudah, awal mula nya menerima suatu kejadian yang dianggap tidak sejalan dengan pikiran kita sangatlah tidak mudah, kita yang terbiasa berada di zona nyaman, tiba-tiba dihadapkan dengan situasi yang tidak biasa, belum pernah dialami dan tidak tau bagaimana cara menanganinya. Namun kejadian di luar kendali kita ini harus di selesaikan, baik dalam waktu singkat atau lama, tergantung bagaimana kita menyelesaikannya, apakah akan berlarut-larut dalam kesedihan atau bangkit segera menemukan solusi akan masalah tersebut.
Pergi hilang dan lupakan, semua tidak mudah sama halnya dengan pergi dan menghilang, melupakan kejadian tidak enak di hati, juga sama susahnya, butuh waktu untuk menerima kejadian itu, butuh waktu untuk menyelaraskan pikiran dan hati serta kenyataan bahwa kejadian yang di alami saat ini adalah yang terbaik.
Tidak mudah memang, merespon dengan bijak, dalam setiap kejadian yang menurut kita mendadak dan buruk, karena alam bawah sadar kita terkadang sudah terbiasa dibentuk sejak kecil untuk merespon dengan cepat yang terkadang tidak akurat.
Inilah mengapa pendidikan anak sejak dini menjadi salah satu faktor penentu sikap anak saat dewasa, apakah menjadi pribadi yang arif bijaksana atau pribadi yang emosi dan arogan. Pendidikan usia dini pada anak, terutama pada usia nol bulan sampai dua tahun lah yang secara tidak langsung akan tersimpan di dalam memori anak dan menjadikannya sebagai sikap dalam merespon setiap kejadian kelak nantinya.
Hal inilah yang menjadikan peran penting pendidikan sebagai calon ibu dan ayah perlu digali lebih dalam, bukan hanya pendidikan formal tetapi pendidikan nonformal juga tidak kalah pentingnya, karena kesiapan menjadi orang tua pada era sekarang perlu ditingkatkan dan perlu dipelajari lebih dalam, mengingat situasi dan kondisi era sekarang jauh berbeda dengan kondisi era dahulu.
Kemajuan teknologi yang ada membuat otak anak lebih cepat berkembang dan membuat pertumbuhan anak juga semakin cepat, didukung dengan nutrisi yang baik. Pengetahuan tentang nutrisi yang baik untuk anak, juga mengalami masa transisi yang berubah, dari era dulu empat sehat lima sempurna, kini berubah menjadi menu gizi seimbang, yang di dalamnya terdapat penjabaran dan menu akan penunjang kebutuhan nutrisi anak semakin beraneka ragam. Disini peran penting kedua orang tua dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani pada anak, merupakan daya dukung utama dalam masa tumbuh kembang dan kesiapan anak pada saat dewasa kelak. Hingga setiap kejadian dalam proses hidup dapat dilalui dengan semestinya sesuai dengan petunjuk dan ajaran dalam kepercayaan masing-masing.
Sehingga pergi hilang dan lupakan dapat di tempatkan dengan semestinya dan sewajarnya.
2 notes · View notes
zulfazzakiyah · 1 month
Text
Bersemayam Sesaat
Tiga tahun sudah sang putri kini Semakin menggemaskan dan cemerlangnya diri Memamah makanan semakin pandai Berceloteh dan berkisah pun semakin ramai Sebab semakin banyak kosa kata yang ia kuasai Bertambah usia rupanya membuat fungsiku tak juga berselang Meski kian berganda namun jumlahku kian berkurang Lantaran kini aku telah menyusut dua pasang Menyisakan si geraham juga sang taring Satu persatu kawanan terkena kuman hingga hilang Menuju empat tahun usia sang putri Tanpa terasa satu persatu kawananku telah pergi Tanpa pertanda juga mohon diri Meninggalkanku sendiri untuk tetap menemani Hingga tiba saatnya nanti aku terganti Semoga aku tak lupa untuk berucap permisi Jumlahku sekarang sudah tak sempurna Tak lagi dua puluh menghias mulut mungilnya Meski begitu ia tetaplah sang jelita Dengan mata bulat dan senyum manis yang selalu memesona Berkurangnya aku rupanya tak mengurangi canda tawa yang ia cipta Kini usianya menuju tahun ke tujuh Satu persatu kawananku telah luruh Tersisa aku sendiri yang masih utuh Kawananku pun telah berganti dengan gigi permanen yang tak akan rapuh Menggantikan tugasku sebagai gigi susu hingga ia sepuh Berjumpa dengan sang putri tak pernah membuatku duka Meski hanya perjumpaan yang tak lama Sebab aku adalah yang pertama Untuk bekal gigi masa depannya
2 notes · View notes
numenskog · 1 year
Photo
Tumblr media
#day29 of #middleearthmonth #Glorfindel Repeat with me 'Glorfindel was the one saving Frodo in the Ford of Bruinen' #cartoon #conceptart #fanart #fantasy #fantasyart #halfelf #hero #elven #lordoftherings #swordandsorcery #tolkien #tolkienverse #artistofinstagram #ink #artober #inkandpaper #art #middleearth #lotr #thehobbit #silmarillion #forest #imladris #rivendell #elf #elven #noldor https://www.instagram.com/p/CkTE2-6K1Pk/?igshid=NGJjMDIxMWI=
31 notes · View notes
bogusboxed · 1 year
Text
Boxtober - Day 29: Falling For You.
Tumblr media
Day 29: -X Virus X GN!Reader “Leaves” x “You love this, don’t you?”
-I do not own “X Virus” and do not take credit for him.
-
It was early in the morning, as the both of you had been patrolling around the residence. The sun was reasonably out as the leaves underneath your soles crunched. You couldn’t feel any breeze coming through as the sun's rays faintly peered through the high trees. You hadn’t a clue why the wind wasn’t coming through, but you tried not to reason with it. Plus, it was probably better to be warm than frozen. Even though you two had planned for such a high temperature, you sighed as Cody peered toward you with interest upon hearing that. ‘
"What?" His voice was muffled due to the scarf he had borrowed from Liu.
"Nothing, just tired," you replied as he hummed in agreement.
You both solemnly agreed that you had plenty of better things to do than search the entire forest for an entity. You two had been on the hunt for something that didn’t exist and it was all because you were ordered to. You both just mindlessly followed the orders placed in front of you with the promise of not dying.
"I don’t want to be here either." His eyes looked at you for a moment, and you felt a tinge of hurt.
You know, he had no intention of coming off that way. He just wanted this lengthy mission to be over and done with, like you. Though the less the both of you talked, the more boredom set in. And the more bored you got, the more tired you got. And that led to you daydreaming about being asleep in your bed. You huffed momentarily as you looked to your side. The side without Cody. It was a clear shot into nature as you fully took it in. The orange autumn leaves covered the floor, not letting an ounce of dirt show.
"A lot of leaves," you muttered as he took a glance following your obvious statement.
You both hadn’t fully acknowledged the leaves, just knowing it was normal this time of year. As he turned away from the sight, he chuckled lightly. The further you and Cody got from the center, the less you were stressed, but the more the restlessness set in. The wind seemed to pick up and you could feel chills run up your back. The cold atmosphere didn't help the longing in your heart to be sleeping as you huffed a complaint. You thought to yourself as the leaves started to go along with the apparent breeze. You could feel your interest rise as you found yourself meaninglessly staring at them passing by. The golden-like freckled leaves started to be carried in the wind effortlessly as the two of you finally made it to the halfway point. You smiled in excitement, finally almost done with the whole thing. You silently agreed to one another that you both could turn back as you started going with the wind. The leaves passed by you both quicker and quicker as the wind only increased. You looked at the plethora of various leaves as you caught one. The breeze was pressing against you as you had resistance to it. You pressed your fingers against the leaf's texture, thinking as it flopped in the wind.
You left the leaf, continuing with Cody, who seemed to stop for you. You enjoyed the pretty colors that the weather brought as you didn’t notice your partner picking up various leaves. You looked at him as he picked up one of the yellow freckled leaves, adding it to his stack.
"What are you collecting those for?" You caught him off guard as he stiffened up, not wanting to tell you. From what you could see, he had way too many, but still, even with the quantity, he had all unique leaves.
"I’m going to test on them and with them," he answered, coming to your side.
He walked with you side by side as he analyzed his leaves, occasionally tossing one he thought wasn’t needed. You weren’t sure why or how he was going to use them in the name of science, but it didn’t hurt anything, so you didn’t protest. However, you wondered if he was just trying to have a better reason than just liking how they looked.
"Those are pretty leaves," you said, looking at him as he returned your gaze.
He muttered something before, skimming through a few of them and pulling out a much redder one. The leaf featured had no imperfections, as its more vibrant color stuck out from the rest of them. And to your surprise, he handed you the leaf. You held the leaf much more carefully than he had, which he smiled at.
"It's just a leaf, no need to be so careful with it." he hummed, as you didn't pay attention to his words with any weight still caring for it.
You anchored the leaf from the harsh winds as all of your attention was stuck on its pretty look. You didn’t know why you felt the need to shield it from the world, but you did. You’d grown just a slight attachment to the leaf. You glanced at Cody for a moment as he seemed flustered just by the way you took care of the meaningless leaf. His face reddened as he noticed you staring at him. You held the leaf as the both of you were still walking back with more of an interest. And as you did, you could tell more leaves had fallen from the trees above. The floor seemed thicker as he followed you closely. And as you held your leaf, you looked at your partner. He seemed oddly nervous as the wind was only making it worse. He rubbed his hands harshly occasionally as he looked down at the ground, having the leaves crunch under him. You smiled as you used your free hand to hold one of his. He didn’t decline your handholding as his palm was sweaty. He huffed as he got closer to you.
You both stayed respectfully close to each other as his other hand held a few of his leaves. He’d seemed to leave a few of them behind, suddenly not caring about the colorful assortment. You smiled at his behavior as his gaze softened upon seeing your face.
"You love this, don’t you?" he sighed, seeing you eat up his flustered posture.
You could feel a bit of embarrassment rising as you saw him finally figure it out. The leaves were still crushed underneath the shared weight as you both made it back. You still had that vibrant red leaf that almost blended into his flustered cheeks. That day was a fatefully sweet day and ended with a nice cuddling session a bit afterward.
-
45 notes · View notes