Tumgik
#tawadhu
kafabillahisyahida · 4 months
Text
TUTUP PINTUNYA
Orang dewasa yg curang dan pembangkang adalah hasil dan didikan seumur hidupnya dimana pembentukan karakter intinya ada di masa kecil. Mari jangan ajari anak melanggaar aturan sejak kecil, seperti aturan di rumah,sekolah, masyarakat. Karena anak yang diajarkan / dibiarkan melanggar aturan sejak kecil. Dia akan berpotensi lebih melanggar norma ketika dewasa. Dan bila aturan manusia sudah biasa dilanggar, maka dia akan mulai berani melanggar aturan Tuhan.
Sebagaimana satu kebaikan akan menuntun pada kebaikan lainnya . Satu Keburukan pun akan menuntun pada keburukan lainnya.
Keburukan itu selalu naik level makanya dalam agama ada nasihat jauhi dusta karena lama2 akan menjadi aniyaya. Jauhi khamr karena akan membuka pintu zina dan pembunuhan. "Bagaimana bisa bertaubat, dan berubah jadi lebih baik jika sebab2 maksiatnya tidak ditinggalkan. Maka tutuplah pintu2nya... bila penyebabnya teknologi batasi, bila itu teman tinggalkan, bila itu lingkungan hijrahlah" (Ust. Yahya Badrusalam)
57 notes · View notes
blogalloh · 1 year
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Sayang & Maha Menerima Tobat. Aku Jadi Kesayangan Alloh Saat Tobat Dari "Sombong" #Dakwah #Islam
Tumblr media
Berikut adalah faedah berharga dari Ibnu Taimiyah rahimahullah tentang bahaya hasad (dengki) dan kibr (sombong). Sombong dan hasad (dengki) adalah dua penyakit yang telah menghancurkan orang terdahulu dan belakangan. Keduanya adalah dosa yang amat besar yang ada dahulu. Sifat kibr (sombong) berawal dari Iblis sedangkan sifat hasad berasal dari Adam. Begitu pula anak Adam yang membunuh saudaranya. Ia membunuhnya karena hasad pada saudaranya. Karenanya, sifat sombong menafikan Islam (sikap tunduk patuh pada Allah, pen). Sebagaimana pula syirk menafikan Islam. Islam adalah berserah diri (tunduk patuh) pada Allah semata. Barangsiapa yang tunduk patuh pada Allah, juga pada selain-Nya, maka dia termasuk musyrik pada Allah (karena dia telah menduakan Allah, pen). Barangsiapa yang tidak tunduk patuh pada Allah, maka dialah orang yang kibr (sombong). Inilah sebagaimana keadaan Fir’aun dan pengikutnya. Barangsiapa yang tunduk patuh pada Allah di jalan yang hanif (lurus), maka dia adalah yang sebenar-benarnya muslim (orang yang tunduk patuh). Dialah yang sebenarnya menjadi pengikut Ibrahim sebagaimana Allah firmankan, إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ “Ketika Rabbnya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam.” (QS. Al Baqarah: 131)[1] Baca pula penjelasan Ibnul Qayyim bahwa sumber segala macam dosa di antaranya adalah dari hasad dan kesombongan dalam artikel rumaysho.com di sini. Worth note in the blessed morning, on 26 Dzulhijjah 1431 H (02/12/2010) Written by: Muhammad Abduh Tuasikal www.rumaysho.com [1] Jaami’ur Rosail li Ibni Taimiyah, hal. 233-234. Dinukil dari Mawa’izh Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, hal. 41, terbitan Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1423 H. Sumber https://rumaysho.com/1429-sombong-dan-hasad-penyakit-membinasakan.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali.
0 notes
chillinaris · 1 year
Text
Tumblr media
Sombong jika merasa diri sudah tawadhu. Orang yang sudah tawadhu tidak akan merasa dirinya tawadhu.
1 note · View note
tobathebat · 2 years
Text
Alhamdulillah Alloh Maha Tinggi & Sempurna. Ajak Umat Untuk Beriman Hanya Kepada Alloh Yang Maha Tinggi Dan Merendah Diri Di Antara MakhlukNya. Insya Alloh Bebas Dari Iblis Yang Hanya Mengganggu Dari 4 Arah. #Dakwah #Islam
Alhamdulillah Alloh Maha Tinggi & Sempurna. Ajak Umat Untuk Beriman Hanya Kepada Alloh Yang Maha Tinggi Dan Merendah Diri Di Antara MakhlukNya. Insya Alloh Bebas Dari Iblis Yang Hanya Mengganggu Dari 4 Arah. #Dakwah #Islam
Tawadhu’ adalah sifat yang amat mulia, namun sedikit orang yang memilikinya. Ketika orang sudah memiliki gelar yang mentereng, berilmu tinggi, memiliki harta yang mulia, sedikit yang memiliki sifat kerendahan hati, alias tawadhu’. Padahal kita seharusnya seperti ilmu padi, yaitu “kian berisi, kian merunduk”.
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
wasisdpj · 2 years
Photo
Tumblr media
Posted @withrepost • @raehanul_bahraen # Salah Paham: Zuhud Itu Harus Miskin . -Mungkin ada yang mengira bahwa zuhud itu harus miskin dan penampilan seperti orang miskin, wajah lemah memelas, tubuh seperti orang lemas disangkanya tawadhu’, maka ini tidak benar . -Apalagi ada yang menyangka bahwa zuhud itu harus miskin dan identik dengan miskin, tentu ini tidak benar . -Pengertian zuhud cukup banyak dijelaskan oleh ulama dan yang paling mewakili adalah penjelasan Imam al-Junaid bahwa orang zuhud itu tidak tergantung hatinya dengan dunia karena tujuanya adalah akhirat. Beliau berkata, . “Orang yang zuhud tidak bangga karena memiliki dunia dan tidak sedih jika kehilangan dunia.”[1] . -Karenanya orang kaya raya juga bisa zuhud, sebagaimana kisah berikut: . “Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal mendapatkan pertanyaan mengenai seorang yang memiliki uang sebanyak seribu dinar (1 dinar=4,25 gr emas), apakah dia bisa menjadi orang yang zuhud? . Jawaban beliau, . “Bisa dengan dua syarat yaitu: . 1.Tidak gembira jika hartanya bertambah dan . 2.Tidak sedih jika hartanya berkurang.” [2] . -Menjadi kaya bukanlah hal tercela, bahkan jika memang jalan jihadnya adalah melalui kekayaan maka itu yang terbaik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan sahabatnya yang kaya dan mereka gunakan kekayaan untuk membantu meringankn sesama dan membantu jalan Allah . –Perlu diingat bahwa kekayaan itu memang bisa mengantarkan kepada kesombongan, mayoritas penduduk neraka adalah mereka yang sombong, mengumpulkan harta dan sangat bakhil.[3]  . “semakin kaya semakin dermawan, bukan semakin naik gaya hidup” . -Agar tidak memotivasi agar kita bersifat zuhud dan jauh dari ketamakan dunia, kita sadari bahwa hakikat dunia adalah sementara saja[6] . BACA SELENGKAPNYA ا: https://muslimafiyah.com/salah-paham-zuhud-itu-harus-miskin.html Penyusun: Raehanul Bahraen Follow juga: @muslimafiyahcom @kajian_raehanul_bahraen #raehanulBahraen #indonesiabertauhid #dakwah #islam #sunnah #dakwahsunnah #dakwahislam #kaya #miskin #zuhud #wara #kekayaan #tawadhu #orangkaya #orangmiskin #lemah #sikapzuhud (at BATIK - Hajj, Umrah and Trading) https://www.instagram.com/p/CigeV-_vg75/?igshid=NGJjMDIxMWI=
1 note · View note
hanifahdwis · 9 months
Text
Menjadi bahagia, bukan dengan mengukur tingkat kebahagiaan milik orang lain. Menjadi bahagia adalah mutlak dengan keadaan hati yang tunduk tawadhu' dan bersyukur.
Tawadhu' : rendah hati dan tidak sombong dengan kedudukan yang dimiliki/yang orang lain miliki. Allahu'alam
3 notes · View notes
yunusaziz · 1 year
Text
"Ada dua perkara yang dapat menentukan bagaimana karakter asli seseorang, yaitu; Pertama, kesabarannya ketika dihadapkan pada kesempitan. Kedua, bagaimana kualitas adabnya ketika diberikan kelapangan."
Sempit dan lapang adalah dua komponen kehidupan yang akan mampu menguji karakter asli seseorang. Ibarat sebuah garis yang memiliki dua kutub, maka semakin kekanan (lapang) maupun kekiri (sempit) akan menguji bagaimana sikap asli seseorang dalam menghadapinya.
Terkadang keluhan sampai amarah menjadi ekspresi emosi yang mendominasi ketika seseorang ditimpa kesempitan. Sebaliknya, merasa tinggi atau sombong dan lalai menjadi ekspresi seseorang ketika diberikan kelapangan. Maka, di keadaan dua kutub itu, biasanya karakter asli seseorang akan muncul.
Lantas bagaimana orang beriman bersikap?
Pada dua kutub ekstrem, selalu menghadirkan titik tengah (equilibrium). Dimana pada titik tengah (fitrah), sikap yang muncul dan mendominasi adalah sabar dan syukur. Maka ini berawal dari bagaimana kita menaruh persepsi pada soal kesempitan dan kelapangan itu.
Sempit dan lapang, pada hakikatnya adalah keadaan yang dinamis. Diberikan kepada tiap-tiap hamba, sebagai bahan uji atau seleksi (tamhis), bagaimana kualitas keimanan dari seseorang akan diuji (QS 29 : 2-3). Maka, mau dalam keadaan lapang dan sempit sekalipun, sejatinya mereka adalah ujian kehidupan, untuk melihat siapa yang sungguh beriman dan berdusta.
Maka, sekali lagi, sikap akan menentukan bagaimana karakter asli seseorang. Pupuk kesabaran ketika sedang ditimpa kesempitan, sebab dengan sabar artinya kita ridho dengan segala kehendak-Nya. Juga pupuk kesyukuran tatkala diberikan kelimpahan, agar tidak lupa siapa yang memberikan kelapangan itu pada kita.
Itulah kemudian yang menjadi karakter hakiki dari orang beriman dalam memandang dua keadaan itu. Semoga kita senantiasa diistiqomahkan menjadi pribadi yang tawadhu dan ahli syukur serta sabar.
158 notes · View notes
wasiilahalhasanah · 3 months
Text
Bermunajatlah kepada Allah agar lebih dekat dalam pelukan cinta-Nya. Agar kita bisa tunduk patuh tawadhu disaat angkuh, bisa tegak dan teguh disaat runtuh, bisa sabar dan tegar disaat terlempar, serta tetap bersandar kepada Yang Maha Besar saat terdampar.
23 notes · View notes
lacikata · 2 years
Text
I Have no Time for Drama.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah 224)
Dikatakan oleh sebagian Ulama bahwa ilmu adalah kehidupan itu sendiri. Oleh sebab itu, menuntut ilmu adalah menjaga agar kehidupan seseorang bahagia di dunia dan akhirat.
“Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” (QS. Al-Kahf: 68)
Permasalahannya adalah tidak tahu ilmunya, diperparah dengan lemahnya iman, lemah secara syariat sehingga tidak mengerti meresponnya dan akhirnya berujung salah dalam menyikapinya.  
Jangankan musibah atau ujian besar yang datang, hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari saja bisa membuat seseorang terpukul dan hancur. Mengapa? Sebab tidak tahu ilmunya.
Evaluasi kembali, “Saya sudah ngaji, tetapi progressnya kok masih begini-begini?”
“Apakah ilmunya bermanfaat atau tidak?”
“Apakah sekadar mengerti ilmunya atau benar-benar diamalkan?”
“Apakah ilmunya selama ini membahas tentang Allah Subhanahu Wata’ala atau tidak sehingga melahirkan keyakinan?”
Nikmat ilmu yang akan melahirkan keyakinan, kepercayaan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Semakin mengenal-Nya maka semakin percaya kepada-Nya.
Evaluasi pula adabmu dalam menuntut ilmu sebab hanya dengan adab, kamu bisa memahami hakikat ilmu. Dan bukan banyak-banyakan melainkan bagaimana ilmu yang kamu pelajari dapat bermanfaat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 
Sedikit, mengakar, kokoh lebih baik daripada banyak namun menguap. Ibarat sebuah jurus yang dilatih 1000x akan jauh lebih mematikan dibanding memiliki 1000 jurus namun masing-masingnya hanya dilatih 1x.
Karakter yang perlu dimiliki oleh penuntut ilmu agar dimudahkan dan diberkahi oleh Allah Subhanahu Wata’ala adalah tawadhu/rendah hati.
“Tidak ada seorang pun yang menuntut ilmu atau belajar dengan mengandalkan kekuasaannya, kepemilikannya dan arogansi jiwanya lalu dia berhasil dan beruntung.” (Imam As-Syafi’i rahimahullah)
Mereka yang sombong tidak akan mendapat ilmu yang bermanfaat dan apabila dapat pun hanya sekadar maklumat yang akan menjadi bumerang baginya.
“Barang siapa yang menuntut ilmu tujuannya untuk diamalkan maka Allah Subhanahu Wata’ala akan memberikan taufik untuknya dan barang siapa yang menuntut ilmu tujuannya bukan untuk diamalkan maka orang itu akan bertambah berbangga-bangga.” (Malik bin Dinar rahimahullah)
Kejujuranmu dalam menuntut ilmu akan mengundang taufik-Nya. Amalan itu tergantung niatnya dan setiap orang akan mendapatkan sesuai yang diniatkan.
Sering kali apabila sedang kesal atau benci dengan seseorang yang menjadi fokus adalah sosok seseorang tersebut tetapi tahukah kamu siapa sebenarnya dalang di balik kebencian tersebut?
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu.” (QS. Al-Ma’idah: 91)
Barangkali benar jika orang tersebut melakukan kesalahan sehingga memicu kekesalan atau kebencian. Salah tetap salah namun bukan berarti bermusuhan dan terbakar api kebencian. Jika memang perlu dihukum, hukumlah sesuai koridor dan batasan tetapi jangan menjadi pion setan.  
Bukankah ada banyak kasus yang bermula dari rasa kesal kemudian terjadi penganiayaan atau pembunuhan dan berakhir dengan penyesalan? Yang mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan pihak lain yang juga ikut andil terlibat?
Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun banyak terjadi kesalahan-kesalahan. Ada yang melakukan kesalahan di perang Uhud yaitu para pasukan pemanah. Ada pula seorang sahabat bernama Hatib bin Abi Balta’ah radhiyallahu ‘anhu, beliau membocorkan informasi dengan mengirimkan utusan untuk memberitahu keluarganya sesaat sebelum terjadinya Fathu Makkah.
Lantas, apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membenci atau memusuhinya? Padahal kesalahan beliau fatal hingga Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu ingin menghukumnya kemudian dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Umar, ini ahli badar, ingat jasa-jasa beliau.”
Alih-alih membenci dan memusuhi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam justru mengingat jasa orang yang baru saja melakukan kesalahan fatal tersebut.
Mari praktikkan apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam contohkan, ketika kamu marah dengan seseorang dan api kebencian disulut oleh setan, lawan dengan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu Wata’ala lalu lawan dengan mengikuti sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu ingat-ingat kembali jasa-jasanya.
Bukankah sering kali yang terjadi justru sebaliknya? Ketika setan menyulut api kebencian yang teringat justru jasa-jasamu bukan jasa-jasa orang tersebut hingga semakin bertambah besarlah api kebencian.
Dengan narasi, “Mengapa kamu tega sekali? Saya kan sudah begini, begini, begini.”
Apabila kamu seorang suami, kamu akan mengungkit jasamu sebagai suami, apabila kamu seorang istri, kamu akan mengungkit jasamu sebagai istri, apabila kamu adalah orang tua, kamu akan mengungkit jasamu sebagai ayah atau ibu, apabila kamu seorang kakak, kamu akan mengungkit jasamu sebagai kakak, dll. Tidak akan selesai dan hanya berakhir menjadi bonekanya setan.
Jika kamu mempraktikkan apa yang telah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam contohkan justru menguntungkan bagimu sebab dosa-dosamu akan diampuni oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan setan kembali bermain di sini,”Kamu jangan sesekali berdamai dengannya. Rugilah.”
Akhirnya kamu pun melupakan sesuatu yang lebih bernilai yaitu ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala. Ingatlah ketika datang hari Kiamat, kamu tidak peduli dengan orang lain kecuali keselamatanmu. Ingatlah ketika datang hari Kiamat, yang terpenting adalah dosa-dosamu diampuni oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
“Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?” (QS. An-Nur: 24)
Pentingnya memiliki kelapangan serta kebersihan hati dan tidak ada yang lebih baik untuk membersihkan hati daripada mentauhidkan Allah Subhanahu Wata’ala dan semua rukun iman.
“Sesungguhnya Allah itu memperhatikan hamba-hamba-Nya di malam ke-15 bulan Sya’ban maka Allah mengampuni seluruh makhluk dan hamba-hamba-Nya kecuali 2 golongan: orang musyrik dan musyahin.” (HR. Ibnu Majah)
Adanya korelasi dari penggabungan orang musyrik dan musyahin sebab obat dari musyahin (orang yang terlibat permusuhan) adalah bertauhid kepada Allah Subhanahu Wata’ala (terbebas dari kesyirikan besar maupun kecil).
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia dan Dia mengampuni dosa yang selain (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 116)
Orang yang bertakwa apabila melakukan kesalahan maka tidak ada pembelaan darinya sebab tauhid tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu Wata’ala itu berperan, “Buat apa saya justifikasi? Allah Subhanahu Wata’ala tahu kok memang saya salah.”
“Buat apa saya cari pembenaran? Allah Subhanahu Wata’ala juga melihat kok bahwa saya yang melakukan.”
“Di hari Kiamat semua akan disingkap oleh Allah Subhanahu Wata’ala.”
Bagi di pihak yang benar, tidak akan menyerang, menjatuhkan, dsb sebab untuk apa melakukan hal demikian? Dirinya menyadari  bahwa, “Saya pun memiliki banyak dosa dan melakukan kesalahan.”
“Dan yang saya butuhkan adalah ampunan dari Allah Subhanahu Wata’ala agar mendapatkannya saya maafkan dia.”
Dengan demikian, bagi mereka yang benar-benar mengamalkan iman dan tauhid kepada Allah Subhanahu Wata’ala maka tidak perlu drama bahkan untuk menyelesaikan masalah-masalah kecil sekalipun namun apabila ego, gengsi, harga diri, arogansi, nafsu yang bermain masalah-masalah kecil pun akan menjadi panjang.
Apakah ini mudah? Tentu tidak kecuali yang dimudahkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Untuk itu, senantiasalah meminta ilmu yang bermanfaat dan berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat agar Allah Subhanahu Wata’ala memberikan pertolongan-Nya dalam mengamalkan setelah diberi petunjuk untuk mempelajari ilmunya.
“Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a, wa a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’.” (HR. Ibnu Majah, no. 3843)
Ringkasan dari kajian-kajian yang pernah disampaikan oleh Ust. Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah.
162 notes · View notes
Text
Al-Isti'anah
Dapet faidah dari Ustadz Chandra Aditya hafidzhohullah, bahwa ibadah menjadi mudah ketika Allah yang memudahkan. Maka kita tidak usah merasa lebih beribadah dari orang lain, karena kita tidak akan beribadah tanpa Allah yang memudahkan kita untuk beribadah. Dan inilah yang mengajarkan kita untuk tawadhu.
Jangan lupa untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah. Dan kita semua meminta pertolongan kepada Allah. Karena siapapun yang tidak Allah mudahkan untuk beribadah maka akan terasa sulit baginya untuk melakukannya. Semoga Allah senantiasa memberi kita pertolongan.
20 notes · View notes
kafabillahisyahida · 8 months
Text
Inti kekayaan di dunia itu adalah hati dan rasa bukan materi dan angka. Kebutuhan akan Hidayah lebih urgent daripada kebutuhan duniawi dan materi karena ketika seseorang mendapat Hidayah maka dia akan bertakwa dan ketika seseorang bertakwa maka dia akan mendapatkan solusi dan rezeki sebagaimana yang termaktub dalam Quran Surat at-talaq ayat 2 dan 3
(Ustadz Nuzul Dzikri Hafidzahullah)
87 notes · View notes
blogalloh · 1 year
Text
Anggap Setiap Orang Lebih Baik Dari Kita. Yang Lebih Muda Lebih Sedikit Dosanya, Dan Yang Lebih Tua Banyak Amal Baiknya. #Dakwah #Islam
Tumblr media
“ Orang yang baik adalah orang yang merasa dirinya belum baik “ Ketika iblis mengatakan ia lebih baik dari Nabi Adam ‘alaihis salam karena ia diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam dari tanah dan saat iblis diperintahkan Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia pun enggan dan sombong, maka ketahuilah, dua kesesatan inilah yang sering menghiasi hidup manusia, yakni karena memiliki berbagai kelebihan, lalu merasa dirinya superior diatas orang lain serta memandang remeh mereka. Anggap Setiap Orang Lebih Baik Dari Kita. Yang Lebih Muda Lebih Sedikit Dosanya, Dan Yang Lebih Tua Banyak Amal Baiknya. Orang yang rendah hati atau tawadhu’ akan menghindari sifat memandang rendah orang lain, justru ia akan memuliakan manusia dengan ucapan dan perbuatan yang diridhai Allah. Karena tawadhu’ merupakan akhlak para Rasul dan para generasi Salafus Sholeh. Allah akan memuliakan dan mencintai orang yang rendah hati. “ Tidaklah Allah menambah pada seorang hamba yang memaafkan kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang rendah hati karena Allah, kecuali Allah akan meninggikan orang tersebut”. (H.R. Muslim). Efek Dahsyat Rendah Hati Banyak orang menyangka rendah hati identik dengan menghinakan diri, padahal sehebat apapun manusia ia pasti pernah berbuat salah atau dosa. Mereka merasa amalannya banyak lantas memandang dirinya lebih baik daripada orang lain. Padahal para anbiya’ dan salaf, mereka memiliki hati yang lebih bersih dibandingkan orang-orang setelahnya, tetapi karakter rendah hati tetap mendominasi kepribadian mereka. Padahal dari sisi ilmu agama, mereka ahli ibadah, dan akhlaknya –masya Allah– sangat santun dan simpatik. Meski demikian, rasa takut pada Allah dan adzab neraka senantiasa membayangi hidup mereka dan seakan-akan mereka belum beramal sholih secara maksimal. Bakr bin ‘Abdillah berkata : “Apabila kamu melihat orang yang lebih tua daripada dirimu, maka katakanlah : “ Orang ini telah mendahului dengan iman dan amal shalih, sehingga dia lebih baik daripada aku”, apabila kamu melihat orang yang lebih muda daripada dirimu maka katakanlah, “Aku telah mendahului menuju perbuatan dosa dan maksiat sehingga dia lebih baik daripada aku”. (Shifatus – Shofwah : 3 / 248 ). Alangkah bagusnya sikap rendah hati ini ! Kebalikannya adalah sombong, yang sering membuat manusia mengingkari kebesaran Allah, menolak kebenaran dan membanggakan dirinya dengan tujuan ‘ujub. Itulah karakter buruk yang sangat dilarang semua Rasul-Nya dan akan berakibat fatal yang justru merugikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Pribadi Yang Rendah Hati Al’Aini rahimahullah mengungkapkan bahwa, “tawadlu’ adalah memperlihat kerendahan martabatnya ( dihadapan orang ) lain”. (‘Umdatul Al-Qori’ 23 / 88, Fathul Al-Bari  11 / 241). Allah Ta’ala berfirman dalam Q.S. Asy-Syu’ara`: 215, وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ “ Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman “. Rasulullah shallallaahu’alaihi wasallam adalah teladan utama dalam sikap rendah hati. Betapa ketawadlu’an beliau ketika bergaul, berinteraksi dengan sahabatnya, tanpa pernah menghinanya. Jaminan surga kepada beliau tak menghalanginya untuk selalu memperbanyak do’a, sholat, puasa dan amal shalih lainnya. Beliau senantiasa memotivasi umatnya untuk terus memperbaiki hatinya, memperbanyak ilmu, meningkatkan kualitas iman dan amal shalih sampai meninggal dunia. Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali, dalam At-Tawadhu’ fi Dhauil Qur`anil Karim was Sunnah Ash-Shohihah, hal. 28 mengatakan ungkapan yang sangat menarik bahwa substansi tawadlu’, ialah dengan menghargai orang lain. Ketahuilah, wahai saudaraku yang tawadhu! Orang berakal, ketika ia melihat orang lain yang lebih tua darinya, maka ia bersikap tawadhu’ terhadapnya, sembari berkata: “Dia telah mendahului dalam Islam “. Bila ia menjumpai seorang yang lebih muda usianya darinya, ia pun bersikap
tawadhu’ kepadanya sembari berbisik: “Aku telah mendahuluinya dalam berbuat dosa”. Jika menyaksikan orang yang seusianya, ia menjadikannya sebagai saudara maka bagaimana mungkin ia sombong kepada saudaranya sendiri ? Dia tidak menghina siapapun sebab, seorang hamba yang tawadhu’ tidak melihat dirinya memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan orang lain. Diapun melihat orang lain, tidak membutuhkannya dalam masalah agama atau dunia. Seseorang tidak meninggalkan tawadhu’ , kecuali saat kesombongan mencengkeram jiwanya, dan ia tidak arogan kepada orang lain kecuali saat ia takjub dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sombong adalah menghina orang lain, sehingga dapatlah disimpulkan, tawadhu’ tercermin pada penghormatan kepada orang lain. ———– Penulis: Isruwanti Ummu Nashifah Murojaah: Ustadz Sa’id Abu Ukasyah Artikel www.muslimah.or.id Baca selengkapnya https://muslimah.or.id/8200-energi-rendah-hati-yang-dahsyat.html بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم – قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ – اَللّٰهُ الصَّمَدُۚ – لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْۙ – وَلَمْ يَكُنْ لَّهٗ كُفُوًا اَحَدٌ Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid. Allâhumma-ghfir liummati sayyidinâ muhammadin, allâhumma-rham ummata sayyidinâ muhammadin, allâhumma-stur ummata sayyidinâ muhammadin. Allahumma maghfiratuka awsa’u min dzunubi wa rahmatuka arja ‘indi min ‘amali. Anggap Setiap Orang Lebih Baik Dari Kita. Yang Lebih Muda Lebih Sedikit Dosanya, Dan Yang Lebih Tua Banyak Amal Baiknya.
0 notes
innnnna · 3 months
Text
Nasehat Habib Ahmad bin abdurrahman almaqdi kali ini ngena banget. Dan mungkin juga sedang pas dengan ihwal saya saat ini. Pasalnya ketika kita sedang merasa grusa grusu gampang tertular esmosi jiwa hehe itu buat hati dan pikiran lama² ga tenang. Sampe² tadi habib menyampaikan yaa namanya tholibul ilmu harus bersabar dalam hal apapun. Bahkan kalau tidak salah dengar, beliau mengatakan hal² yg menyebabkan kita gmpng bosan malas ga bergairah yaa karena tidak adanya kita mencoba untuk melatih diri sendiri untuk bersabar. Sampai sampai dalam berdakwah pun jugaa step pertama tanamkan rasa kesabaran tsb.
Yap, sabar dalam menghadiri majelis ilmu, bagaimana mencerna agar tidak terburu², dan yg tidak kalah penting tawadhu itu sendiri.
Namanya hidup di dunia isinya yaa kefanaan, hidup kita terus mencari dan mencari dan menambah keimanan ketaqwaan taqarrub ilallah.
Ala kulli hal, jangan lupa selalu doakan dan panjatkan alfatihah untuk diri kita sendiri, orangtua dan guru² kita.
6 notes · View notes
tobathebat · 2 years
Text
Anggap Setiap Orang Lebih Baik Dari Kita. Yang Lebih Muda Lebih Sedikit Dosanya, Dan Yang Lebih Tua Banyak Amal Baiknya. #Dakwah #Islam
Anggap Setiap Orang Lebih Baik Dari Kita. Yang Lebih Muda Lebih Sedikit Dosanya, Dan Yang Lebih Tua Banyak Amal Baiknya. #Dakwah #Islam
“ Orang yang baik adalah orang yang merasa dirinya belum baik “
Ketika iblis mengatakan ia lebih baik dari Nabi Adam ‘alaihis salam karena ia diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam dari tanah dan saat iblis diperintahkan Allah untuk sujud kepada Nabi Adam, ia pun enggan dan sombong, maka ketahuilah, dua kesesatan inilah yang sering menghiasi hidup manusia, yakni karena memiliki berbagai kelebihan, lalu merasa dirinya superior diatas orang lain serta memandang remeh mereka.
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
octaraisa · 10 months
Text
Hari Keberuntungan
Bismillaah,
Bagaimana suatu hari yang dilalui dalam hidupmu, bisa kamu katakan sebagai hari keberuntunganmu? Apa kriterianya?
Saya masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika sesaat setelah baru saja menutup telepon dari teman, untuk meminta izin menggantikannya dalam les persiapan masuk PTN di salah satu bimbel. Jadi teman saya ini lolos PTN lewat jalur undangan. Sementara dia juga sudah daftar dan bayar untuk ikut les persiapan masuk PTN, daripada mubadzir, dia menawarkan apa mau menggantikannya? saat itu saya belum mendaftar les di bimbel manapun. Qadarullah wa maa syaa fa’al. Baru menutup telepon dari teman saya, saya ditelepon teman lainnya yang memberitahu bahwa dia baru dari ruang guru dan dia melihat surat dengan logo salah satu PTN – yang beberapa bulan sebelum UN saya masukkan berkas berisikan fotokopian nilai hasil belajar dari kelas X sampai XII- bertuliskan nama saya.
“Eh, Beneran?”
“Seriusan. Beneran. Kamu disuruh ke sekolah sekarang sama Bu S, buat ambil surat undangannya. Selamat, ya, Ta”
Hari itu memang bukan hari libur, tapi teman-teman seangkatan saya hanya segelintir yang ke sekolah, karena memang sudah tidak ada kepentingan lagi di sekolah. Cuss saya langsung ganti baju seragam, segera menuju ke sekolah, bertemu dengan Bu S yang langsung menyerahkan amplop berisikan ucapan selamat atas nama saya T____T. Sebelum pergi saya memang sudah memberitahukan berita ini pada Ibu. Sampai di rumah, Bapak yang langsung pulang ke rumah -setelah dikasih kabar sama Ibu- segera menyambut saya dengan pelukan dan ucapan selamat T___T. Alhamdulillaahiladzhi bini’matihi tatimush shalihat.
Apakah hari itu salah satu hari paling beruntung bagi saya?
Atau apakah hari dimana saya termasuk dalam 2 orang yang harus berada di luar kelas saat pelajaran Kimia, bebas mau kemana aja dan ngapain aja selama jam pelajaran berlangsung, selain berada di dalam kelas. Karena teman-teman lainnya sedang mengikuti ujian remedial. Maka Nikmat Tuhan Mu yang manakah yang kau dusakan T__T. Ini untung-untungan bangat, biidznillaah tentu, karena aslinya mah saya sama pelajaran kimia bagaikan proton dan elektron, asam dan basa, :””
Apakah hari itu juga salah satu hari keberuntungan bagi saya?
Atau hari-hari dimana saya mengikuti suatu tes sampai 5 kali dan menjelang usaha yang ke-6 kalinya in syaa Allaah, karena selalu mendapatkan nilai hasil tes yang nanggung, kurang sedikit dari hasil standar yang diinginkan.
Apakah hari-hari ketika saya mengikuti tes sampai 5 kali itu disebut hari ketidakberuntungan saya?
Atau hari-hari lainnya, dimana Allaah yang Maha Kuasanya sedang menunjukkan kehendak Nya, seperti biasanya yang selalu Dia lakukan sebenarnya. Hanya saja saat itu saya sedang dalam kehendak Nya untuk lebih menyadarinya dengan sebenar-benarnya, huhu astaghfirullaah lebih sering ga menyadarinya, parah :”.
Baru sadar dari contoh diatas, apa yang saya anggap beruntung, semuanya receh duniawi amat yaa Rabb :””
… Sekelas ulama besar, tulis Bunda Adenits dalam salah satu postingan beliau di Instagram, Al Imam Abdurrahman bin Mahdi pernah mengatakan “Apabila seseorang bertemu dengan orang yang lebih alim, maka itulah hari keberuntungannya. Karena kita bisa meminta nasehat darinya. Dan kalau ketemu yang ‘selevel’ maka kita bisa sharing atau bertukar ilmu. Terus bagaimana kalau ketemu orang yang levelnya di bawah kita? Maka itulah ajang untuk mempraktekkan Tawadhu, ‘menurunkan diri’ , mengajarkan orang lain tanpa rasa angkuh dan sok jago“.
Superb jleb jleb jleb yaks!.
Teringat dengan ucapan salah satu Ustadz dalam suatu kajian yang mengatakan, bahwa semua musibah yang pernah, sedang dan akan menimpa seluruh manusia itu hanyalah musibah biasa, bukan musibah yang besar. Karena musibah terbesar semua manusia adalah ketika mati, masuk neraka dan kekal di dalamnya T_T
Jika musibah terbesar adalah hari ketika diputuskan keabadian di dalam neraka, tidakkah berati hari paling beruntung adalah ketika diucapkan kepada kita,
“Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku dan masuklah ke dalam surga-Ku”
yaa Rabb :”””
Kalau dipikir-pikir lagi, untuk semua hari yang masih “biasa-biasa” itu, tidakkah kita juga seharusnya merespon dengan sewajarnya saja? Bahagia sewajarnya atau sedih sewajarnya, namun tetap bersyukur dan bersabar to the max.
~Ngomong sama nulisnya doang mah emang gampang yaks, aktualisasinya butuh sangat pertolongan dari Nya >,<.
Laa hawla wa laa Quwwata illa billaah :”
15 notes · View notes
abiriaarumiani · 6 months
Text
Inilah Bahasa Cinta Paling Mulia
“Ahlu Sunnah,” Ujar Ustadz Muhammad Nuzul Zikry Hafizhahullah, “harus banyak belajar ngomong, yang tidak asbun, asal bunyi saja.” Beliau menutupnya dengan tersenyum.
Betapa, jauh-jauh hari Rasulullah ﷺ telah mengajarkannya kepada kita, dialah sebaik-baik uswah, setinggi-tingginya qudwah. Yang siapa mampu mengelaknya, jika pujian itu adalah pujian yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla di dalam firman-Nya, dalam surat al-Ahzab ayat 21 “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Adalah, saat itu beliau ﷺ menunjuk  Dihyah ibn Khalifah al-Kalbi membawa secarik kertas berisi surat yang ditujukan kepada sang Kaisar Romawi, Heraklius. Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibn Abbas kisah dari Abu Sufyan ibn Harb saat masih kafir bahwa sebelumnya dia pernah bertemu dengan Heraklius dan menjawab beberapa pertanyaan mengenai Rasulullah ﷺ.
Adalah sebuah pertanyaan panjang yang kesemuanya mencakup kebenaran apa yang dibawa oleh Baginda ﷺ . Dan inilah keajaibannya, bahkan dalam menjawab seluruh pertanyaan Heraklius kepada Abu Sufyan ibn Harb, ia menjawabnya dengan jujur tanpa berdusta sedikitpun. Padahal pada saat itu Abu Sufyan masih kafir dan memusuhi Baginda ﷺ. Hingga termaktublah dalam kalimat Heraklius, “..dia memerintahkan kepada kalian untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan-Nya, melaksanakan shalat, bersikap jujur dan menjaga kehormatan. Maka apabila itu benar, dia akan segera menguasai tempat dimana kakiku berpijak sekarang.”
“Aku yakin,” Dada Heraklius bergemuruh riuh, “..dia akan datang. Tapi aku tidak menyangka dia datang diantara kalian. Seandainya aku yakin bisa menjumpainya, pasti aku akan menemuinya. Dan seandainya aku berada didekatnya, aku benar-benar akan membasuh kakinya.”
Itulah ucapan dari musuh-musuhnya, betapa Rasulullah ﷺ memiliki tempat khusus di benak orang-orang yang menyelisihinya. Bahkan kepada mereka, Rasulullah ﷺ tidak menyebut dalam suratnya, “Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, kepada Kafir Romawi”, melainkan “..kepada Heraklius, Kaisar Romawi.”
Maka sekarang, apabila kita masih ketus dan keras terhadap mereka yang tidak sefaham dalam masalah yang diperbolehkan terdapat perbedaan, kemanakah kita bertauladan? Jika kepada musuhnya saja, Nabi Muhammad ﷺ menggunakan bahasa-bahasa yang santun lagi bertutur lembut, apalagi jika beliau ﷺ berlaku pada Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum? Kepada saudara seiman dan terlebih keluarga sendiri?
Inilah bahasa cinta paling mulia, yang di turun-temurunkan lewat pewaris para Nabi. Yang kemuliaannya tak akan habis menyinari. Wahai hati, melembutlah.. bukan ilmu itu membuatmu sempit, melainkan kekerasan jiwamu. Tanda diri masih harus terus belajar, membarengi ilmu dengan akhlak, sebab keduanya bagai burung yang memiliki dua sayap, hilang satu maka takkan mampu dia berkepak tegap. Selayaknya hud-hud, berendah dirilah dalam menyampaikan pesan-pesan kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.”[1]. Lalu Syaikh Muhammad Al amin Asy Syinqithi mengatakan, “Berendah diri yang dimaksud dalam ayat ini hanya untuk mengungkapkan agar seseorang berlaku lemah lembut dan tawadhu’.” Dan dalam surat yang lain Allah berfirman, “Maka disebabkan Rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”[2]
Rasulullah ﷺ bersabda, “Selamatkanlah diri kalian dari siksa neraka, walaupun dengan separuh kurma. Jika kalian tidak mampu mendapatkannya, maka cukup dengan bertutur kata yang baik.”. Begitu tergambarkan keutamaan akhlak yang beliau sampaikan, sebagaimana “Rasulullah ﷺ menjadikan tutur kata yang baik sebagai pengganti sedekah”, Ibnu Qayyim menjelaskan, “..bagi mereka yang tidak mampu bersedekah.”
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmus-shalihaat. Saksikanlah, bahwa ini adalah bahasa cinta yang paling mulia.
[1] Al-Hijr 88
[2] Ali-‘imran 159
10 notes · View notes