Tumgik
#belajar
sepertibumi · 11 months
Text
[KNOWING UR LIMITS]
Keterlambatanmu akan sesuatu bisa jadi karena memang Allah ingin mengajarkanmu suatu hal sampai kamu paham betul dan dapat mengambil banyak pelajaran darinya.
Beberapa orang diciptakan dengan karakter seperti batu. Keras. Harus dijatuhkan dan dibentur berkali-kali untuk bisa paham.
Beberapa yang lain diciptakan dengan telinga yang sabar mendengar. Belajar dari pengalaman orang lain, menganalisa, memisahkan mana yang layak untuk diadaptasi dan mana yang tidak, lalu mencoba menerapkan pada dirinya.
Beberapa diberi kemampuan untuk cepat memahami. Cepat membaca situasi, memutuskan langkah, namun terkadang membuatnya gegabah.
Dan beberapa di antaranya Tuhan ciptakan dengan pertumbuhan yang lambat. DiajarkanNya suatu hal itu perlahan, hingga tak jarang ia menjadi yang terakhir paham.
Tiada yang lebih unggul dari satu atau yang lain karena kemampuan setiap individunya pun berbeda. Kita semua masih sama-sama meraba, hanya saja cara dan alurnya yang tak sama. Namun, tujuannya satu; pemahaman.
Dan, ya, ujian yang kita hadapi pun tentu berbanding lurus dengan kemampuan yang Tuhan anugerahi.
Tak peduli seberapa cepat kamu bisa memahami sesuatu, Tuhan hanya ingin melihat usaha dan prosesmu dalam memahaminya.
Masa bodoh dengan keterlambatan, bukankah pemahaman akan sesuatu yang sedang kamu jalani dan perjuangkan itu lebih krusial?
Ia mungkin cepat, tapi bisa jadi pemahamannya dangkal.
Kamu mungkin lambat, dan pemahamanmu harus lebih dalam.
Pada akhirnya, mereka yang akan merdeka adalah yang berhasil mengetahui kapasitas dirinya. Mereka tau kapan harus melangkah dan berhenti. Mereka selalu siap dengan strategi terbaik untuk apa yang sedang mereka hadapi.
Dan semua bermula dari fokus ke dalam, dan berhenti menjadi penonton atas proses orang lain.
— @sepertibumi
845 notes · View notes
fashionlandscapeblog · 9 months
Text
Tumblr media
Belajar Bali via
541 notes · View notes
jejaringbiru · 5 months
Text
Tumblr media
Seringkali kita belajar pada hal-hal yang sebenarnya kita sudah mengetahuinya. Tanpa belajar dari seorang gurupun ilmu itu tersebar dimana-dimana. Bahkan terkadang kita meremehkan. Mengapa saya harus memperhatikan saat pembelajaran dikelas sedangkan di internet pengetahuan tersebut dapat dengan mudah ditemukan.
Sebenarnya bukan itu esensi dari belajar. Jika belajar hanya untuk menumbuhkan pengetahuan saja, tak perlu ada sentuhan seorang guru. Belajar saja kita di dunia maya karna pengetahuan ada dimana-mana. Esensi dari ilmu adalah adab. Menghargai mereka yang menyampaikan meskipun mungkin saja membosankan. Tulus mencurahkan waktu untuk belajar, mengalahkan ego sendiri bahwa diri lebih baik dari yang lain. Juga upaya mencintai orang yang berilmu.
Guru adalah pelita. Seburuk apapun mereka pasti ada cahaya yang dibawa. Darinya kita belajar ketulusan meskipun seringkali kita acuhkan. Kadang kita hanya menyerap pengetahuan bukan kebaikan. Seringkali pula kita hanya fokus mengasah isi kepala bukan merawat hati agar tetap tumbuh baiknya. Bagaimana mungkin ilmu itu menyerap ke hati seorang pembelajar sedangkan pada gurunya saja "kurang ajar".
Ketahuilah bahwa ilmu itu melahirkan adab yang baik, bukan kata yang menghardik. Ketahuilah pula keridhoan seorang guru ialah menghasilkan keberkahan ilmu. Tandanya apa? Ia berguna bagi orang disekelilingnya, tutur katanya terjaga dan ia menghargai sesama dengan tindakan bukan sekedar perkataan. Bahkan seringkali tanda keberkahan ilmu adalah ketenangan hati dan jiwa bukan pada riuhnya isi kepala. Keberkahan ilmu itu bukan pada besaran nilai IPK, bukan pula pada luasnya pengetahuan, atau prestasi yang membanggakan. Jikapun itu ada pada diri kita, anggap saja itu bonus. Jangan jumawa apalagi sampai melupakan jasa-jasa mereka. Barangkali sukses yang kita nikmati hari ini adalah bagian dari doa-doa panjang mereka.
✍🏻 : @yurikoprastiyo 🎨 : @padangboelan
190 notes · View notes
soletyue · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
september snapshots // currently playing: Cincin - Hindia
i kind of dropped off the face of the earth after last fall semester... needless to say, spring semester was rough for me and i just withdrew from everything for a while. anyways, i am back now !! my classes started a month ago and so far i have been handling everything surprisingly well ? but with midterms coming up, i am definitely starting to feel the stress. also, i am in my third year now and the reality of that is starting to hit me as everyone around me is now talking about jobs and grad school. i am an obsessive planner and the fact that i'm not sure what i want to do right after college is adding to my stress, but at least i still have all year to figure it out. i can't say i'll be posting any more regularly now, but i'll at least try. i hope september has been a good month and that October will treat you well !!
316 notes · View notes
shaulatravelerlight · 10 months
Text
Tumblr media
berterimakasih apapun yang sedang dijalani, baik manis atau pahit.
jika manis maka tambah lagi dengan manfaat yang kau berikan
jika pahit tetaplah bertumbuh!
—better
#grow #syukur
178 notes · View notes
kang-islah · 10 months
Text
Penghambat Terbesar
Penghambat terbesar dari pengembangan potensi dirimu adalah ketika kamu merasa paling tahu/hebat sendiri, tidak mau mendengarkan/belajar dari orang lain, tidak mau merendah untuk belajar, ditambah tidak mau belajar hal baru, padahal ini zaman disruptif.
Jurusan kuliah tidak selalu sama dengan apa yang dikerjakan, semua orang bisa belajar apa saja dimana saja. Bisa menjadi ahli pada bidang-bidang yang ia tekuni–selama ia tekun dan konsisten.
Kamu bukan satu-satunya orang di dunia ini yang expert, maka teruslah belajar dari orang lain. Dengarkan pendapatnya, baca tulisannya, apa yang dipahaminya, dll. Dunia akan terus berubah, skills kamu juga harus terus ditambah.
Jangan malu untuk merendah saat belajar, teruslah bertumbuh.
Kang Islah | 30 Juni 2023
119 notes · View notes
asqinajah · 1 year
Text
Pada kenyataannya, bahkan setelah sudah dewasa pun aku tetap butuh dididik.
Dididik untuk mendidik, dididik untuk tak menjadi congkak, dididik untuk mau belajar hal dan peran baru yg dimiliki. Dan, Allah lah sebaik-baik pendidik, maka mari perhatikan semua yg Ia beri dengan lebih baik.
(29/10/22)
240 notes · View notes
abidahsy · 4 months
Text
Merayakan Hitam, Putih, Abu-Abu
Entah siapa yang lebih dulu pergi dari ruang tunggu.
Beralih, pindah, menempuh hidup yang baru.
Aku akan berbahagia atasmu,
menghujani dengan doa-doa terbaik semampuku.
Aku tidak akan menangis tersedu,
seperti diri yang lalu.
Tapi jika yang lebih dulu itu aku,
jangan pernah ragu mengganggu,
teruslah bercerita dan mengadu semaumu.
Tentang tawa, cinta, bahkan hari yang sendu.
Apapun itu, mari kita rayakan temu dan waktu,
berdetik hitam, putih, atau mungkin abu-abu.
Dariku, untukmu, kuusahakan selalu.
-Bid
14 notes · View notes
fajaryangdiciptakan · 1 month
Text
Tak perlu mengasihi orang lain, akan tetapi kasihanilah pada dirimu sendiri.
Masih ingatkah kita ketika masa bumingnya ibarat ini, yang berkaitan dengan Pa..sti.a, dan menurutku jika hati seseorang itu tertutup mungkin ia tidak akan merasakan apa-apa ketika melihat gen..ida itu, naudzubillah.
Tapi ada hal lain lagi yang berkaitan tentang tema ini, yang mungkin sering kita lihat di kehidupan kita, seperti ketika melihat pengemis, melihat bis kosong tanpa/sedikit penumpang dll yang mengurus emosi kita kemudian hanya bisa merasa kasihan dan mendoakannya: mudah-mudahan rezeki mereka dan kita dilancarkan, aamiinn. Tapi disaat kita kasihan pada penjual tisu sesungguhnya yang paling tepat yaitu kasihanlah pada diri kita sendiri bagaimna persiapan kita untuk bertemu Allah, bagaimna kita telah menggunakan waktu, kesehatan, harta yang kita miliki?
Allah telah mempersiapkan rezeki masing-masing, memberi kondisi yang terbaik untuk hambanya, dan hakekatnya setiap manusia punya kesiapan yang berbeda.
Jadi perbaiki diri kita selalu dan setiap saat.
12 notes · View notes
alfisyahrin · 1 month
Text
Pemateri Parenting, said:
Menikah memang ibadah, tapi terlalu terburu-buru juga salah. Niat baik memang harus disegerakan, tetapi harus teliti dan penuh hati-hati. Jangan menurunkan standar hanya karena dikejar waktu.
Karena menikah itu bukan hanya soal keinginan, tapi juga soal kesiapan. Siap secara ilmu, finansial, mental yang kuat, pola pikir yang positif, sikap kedewasaan, dan yang terpenting iman & taqwa.
Bukan pula tentang siapa yang paling cepat, melainkan dengan siapa orang yang TEPAT. sebab orang yang tepat, dia akan memuliakanmu dengan adab dan akhlaq nya, yang akan menafkahimu dengan tanggung jawabnya, dan ia akan membimbingmu menuju surga dengan keimanan nya.
17 notes · View notes
lilanathania · 4 months
Text
Tiga Dasawarsa
Lewat masa remaja, saya sudah tak pernah menunggu-nunggu momen ulang tahun. Logis saja, pertambahan usia sebetulnya terjadi setiap hari, mengapa harus dirayakan pada satu tanggal tertentu? Namun, khusus hari ini, saya ingin mengajak kalian semua merayakan ulang tahun saya yang ketiga puluh. Perayaan ala Lila, alias merayakan dengan tulisan.
Tumblr media
Sejak awal tahun 2023, entah mengapa saya sudah merasa sangat tidak sabar menunggu datangnya tanggal 7 November. Draft tulisan ini bahkan mulai pertama kali saya buat di bulan Maret! Saya sampai geli sendiri. Mungkin karena ini akan menjadi sebuah babak baru hidup saya sebagai manusia berkepala tiga.
Sebelum Anda semua mengucapkan selamat, sepanjang tahun ini saya sudah banyak mengapresiasi diri sendiri. Saya lihat, Lila sudah tumbuh menjadi orang yang lebih kuat. Dengan segala tantangan hidup yang menerpa, saya selalu memilih untuk menjadi diri sendiri. Walau berkali-kali gagal dan jatuh, saya selalu bangkit dan melangkah lagi. Tentu tak lepas dari uluran tangan keluarga dan teman-teman yang ikut meminjamkan bahu serta mengusap air mata.
Mungkin seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan makin banyak merenung. Sepanjang tahun ini, saya kerap memikirkan target-target yang meleset, impian yang belum tercapai, dan kejutan-kejutan lain dalam hidup. Hari ini, saat ini, saya berada di satu kondisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jauh lebih baik dari apa yang pernah saya doakan, tapi juga jauh dari kata selesai.
Perjalanan hidup mempertemukan saya pada berbagai jenis orang. Boleh dibilang, saya sudah berjumpa dengan orang yang sangat tulus dan sangat jahanam :)) Di dunia profesional maupun pertemanan, saya sudah memperoleh banyak kebaikan, ketulusan, kejahatan, pelajaran, dan kenangan tak terlupakan. Semua itu memperkaya dan membentuk diri seorang Lila.
Tidak ada satupun yang saya sesali, semua pilihan dan keputusan membentuk saya menjadi pribadi yang seperti ini. Saya bersyukur bahwa dengan semua ujian yang ada, selalu ada orang-orang yang berdiri di samping saya. Sesulit apapun cobaan yang datang, pasti ada keluarga dan sahabat yang merangkul dan berkata, “Lila, kamu bisa.” Itulah yang saya pegang. Ketika dunia terasa begitu kejam, ada orang-orang yang percaya dan tahu semua niat serta isi hati terdalam.
Di usia 30 ini, saya justru merasa hidup masih begitu panjang. Ada sangat banyak hal yang masih ingin saya pelajari. Begitu banyak buku yang ingin saya baca. Berbagai macam budaya yang ingin saya resapi. Saya siap menjalani sebuah babak baru dalam hidup.
Di tahun ini saya juga mulai melihat hidup dengan cara yang sedikit berbeda. Dulu, saya banyak menunda bila merasa satu hal bisa dijalankan di masa depan. Sekarang, saya lebih suka melakukan sesuatu sesegera mungkin selama masih bisa (baik itu tentang pekerjaan, impian, hobi, hingga pertimbangan pilihan-pilihan sulit). Hidup sering mengingatkan bahwa sebuah momen tidak akan datang dua kali. Jika bisa sekarang, mengapa harus nanti? Carpe diem.
Refleksi ini sebetulnya teruntuk saya sendiri, tapi semoga menggema juga di hati. Semoga menjadi afirmasi untuk semua usahamu.
Kamu hebat.
Semua upayamu tak akan sia-sia.
Selamat!
19 notes · View notes
sepertibumi · 6 months
Text
Dari milyaran manusia di dunia, perjalanan yakin itu pada akhirnya berhenti pada satu rumah; yang terbaik.
Karena penemuan satu yang terbaik untuk seumur hidup kelak bukan lagi tentang seberapa cepat, tapi seberapa tepat. Tepat untukmu, untuk orang-orang sekitarmu, dan yang lebih krusial lagi; untuk dunia dan akhiratmu.
Untuk petualangan ini, sabarmu harus lebih luas. Bekal ilmumu harus lebih banyak. Ujiannya akan datang dari luar bahkan dari dalam dirimu sendiri. Tapi semua itu hanya angin lalu, jika kau tau betul kemana arah semua hal ini akan bermuara.
Libatkan Allah pada yakinmu.
Sertakan Allah, kemanapun hati kecil akan menuntunmu melangkah. Karena yang paling layak untuk dimintai fatwa pada akhirnya nanti adalah hatimu, sebongkah daging yang Allah titipkan dan harus kau rawat betul dengan seni mencintai Allah.
Cah Ayu, perjalanan masih panjang.
Bahumu harus kuat, langkahmu harus tegap, hatimu harus kokoh, tanganmu harus siap memegang kendali atas segala arus yang kau temui. Mengalirlah dengan tenang namun penuh daya, jangan sampai hanyut.
— @sepertibumi
296 notes · View notes
mudabercerita · 9 months
Text
Jika fokusmu akan luka, maka kau akan terus menderita.
Jika fokusmu akan ilmu, maka kau akan terus tumbuh.
“Yuk bangkit yuk!”
-Adzkia N
Banjarmasin, 23 Juli 2023 pukul 23.09 WITA.
32 notes · View notes
piecemyminds-blog · 5 months
Text
Perjalanan menuju pulih
Jatuh bangun tiada henti
Rasa cemas selalu menghantui
Isi pikiran pun selalu berisik kala diriku dengan sepi.
Tidak bohong, rasanya letih
Selalu merintih, karena sakit yang bertubi-tubi
Aku yang bukan diriku berkata
Lalui saja, kamu akan sembuh pada waktunya.
Aku percaya
Jalan masih panjang
Mari mencicil perbaikan satu-satu ya, tak mengapa.
Lalu bertumbuh, lewati lembaran lembaran ini dengan ikhlas, tulus dan dengan rendah hati.
Kelak pada waktunya akan ku rayakan kemenangan lika-liku ini.
Tumblr media
13 notes · View notes
hidayahmuslih · 2 years
Text
SUDUT PANDANG ORANG BERIMAN
Semua tentang pemaknaan.
Kalau kita punya tujuan dan harapan, ketika melakukan sesuatu pasti lebih ada semangatnya, lebih ada powernya.
Kenikmatan dunia itu sifatnya sementara. Seperti saat kita menikmati hidangan berbuka puasa, sekali makan enak sekali rasanya, kalau sudah piring kedua, piring ketiga? Rasanya sudah beda.
Saat kita tidak punya uang, akan dikiaskan oleh setan, "punya banyak uang enak yaa, bisa beli apa aja", "jadi orang kaya enak yaa bisa ngapain aja", "naik mobil enak yaa ga keujanan", " Dia si enak, anaknya orang kaya, bisa sekolah di mana aja", "orang tuanya punya kedudukan, kesempatan dia berkarir lebih mudah". Terus aja terus gitu, dikiaskan kalau yang lebih itu pasti ya lebih enak, juga lebih nyaman.
Nasi padang seharga 13.000 kalau kita makan disaat pengen banget dan emang kemampuannya cuma segitu ya pasti enak banget. Tapi, kalau kemampuan kita udh di level sekali makan 50.000, maka makan menu yang sama harga 13.000 udah beda kenikmatannya.
Jadi, apakah kebahagiaan tergantung nilai yg diukur secara materi? Itu bisa jadi benar, tapi tidak selalu.
Sekali lagi, harta, kedudukan, profesi, tingkat pendidikan, privilege, itu semua tidak menjadi jaminan mutlak kebahagiaan seseorang.
Ingat, hal-hal diatas adalah hal-hal yang relatif. Karena bergantung siapa dan apa pembandingnya. Dan membandingkan diri dengan yang relatif itu capek, asli! Buang-Buang tenaga.
Bisa jadi, kesulitan yang kita hadapi itu bagian dari cara indah Allah, kesempatan dari Allah untuk kita memperbagus amalan kita.
Orang beriman kalau diberi kesempitan dalam bentuk apapun, akan terasa lapang menjalaninya. Kenapa? Karena pemaknaannya.
Dia maknai betul-betul setiap ujian hidupnya adalah lumbung pahala. Pasti bisa menjadi kebaikan. Bisa menjadi jalan surga, karena ia senantiasa bersyukur.
Maka, kuncinya gimana supaya tenang menjalani ujian, agar bisa bahagia?
Ingatlah Allah dengan sabar dan sholat. Senantiasa berdzikir kepada Allah. Dan turunan diri berdzikir salah satunya dengan sholat.
Istimewanya kita sebagai umat nabi Muhammad SAW itu, asal sholat kita benar, sholat kita khusyuk, dikabulkanlah semua keinginan kita. Ingat, Allah tidak pernah tidur, Allah selalu ada untukmu.
Usahakan sholat dengan khusyuk. Susah memang iya. Kenapa susah? Mungkin karena dua hal, sholatmu masih membawa dunia, atau kedua sholat sekadar sholat, tapi tidak dimaknai esensinya, tidak paham apa yang dibaca, yang penting gugur kewajibannya. Astaghfirullah.
Belajar lagi yoookk!
133 notes · View notes
ranah-upaya · 7 months
Text
Krisisnya Nalar Kritis
Pergolakan dalam hal kurikulum pendidikan di negeri kita, menjadi hal lazim bagi seluruh lintas generasi. Bukan hanya bagi pendidik dan peserta didik, tetapi keresahan dan permasalahan ini juga sangat mendominasi para orang tua, yang sangat berharap akan keberhasilan anaknya di masa depan. Terhitung, hampir 11 kali mengalami pergantian kurikulum pendidikan sejak tahun 1947 hingga kini. Adapun kurikulum yang sedang diterapkan saat ini adalah Kurikulum Merdeka Belajar yang diusung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem.
Tumblr media
Banyak kritik dan saran, kesan dan pesan terkait kebijakan mendikbud ini. Belum lagi, permasalahan yang menjamur di setiap lini lapisan masyarakat. Kompleksitas permasalahan ini tidak merata, saling tumpang tindih, ketimpangan. Belum selesai memahami, memaknai, mengimplementasi, dan mengaplikasikan kurikulum pendidikan yang diusung sebelumnya, lalu dipaksa untuk menerima dengan legowo kebijakan selanjutnya. Baiklah, mungkin terbilang mudah bagi sekolah yang notabene sesuai dengan kualifikasi yang diperkirakan Mas Menteri; fasilitas tercukupi, SDM yang memadai, lingkungan yang mendukung, para orang tua yang mampu dan suportif dan masih banyak lainnya. Lalu, bagaimana dengan kami yang harus beradaptasi dengan hal tidak serupa? Tentu jomplang, berat sebelah dan tidak seimbang.
Hadirnya teknologi, memang tidak bisa terus disalahkan. Teknologi memang hadir untuk memudahkan segala pekerjaan manusia. Mereka menciptakan, mereka yang mengatur, mereka yang memfungsikan. Hadirnya teknologi, memang sudah tidak asing seharusnya. Apalagi semenjak pandemi merebak, teknologi dan kecerdasan buatan sudah menjadi sahabat. Sayangnya, tidak semua memahami dan kemudian memfungsikan dengan bijak. Misal, hadirnya Chat GPT sebagai alat untuk mempermudah diskusi dan menuangkan ide untuk ranah kehidupan. Faktanya, kita semua sudah terlalu percaya bahwa AI (Artificial Intelligent) bisa menggantikan tugas guru di sekolah. Anak-anak sudah tidak perlu membaca dan sibuk mencari referensi sumber, sibuk mendengarkan penjelasan guru yang membosankan, tidak menarik. Belum lagi harus berhadapan dengan karakter dan pribadi guru pengajar yang menakutkan, menyeramkan, pemarah, suka mem-bully para siswa yang tidak mengerjakan tugas atau melanggar. Ini bukan hanya sekali dua kali saja. Sejujurnya, para siswa tidak pernah berfikir dan merindukan gurunya saat mengajar di sekolah. Mereka hanya ingin bertemu sahabatnya di sekolah, karena juga malas dan tidak betah di rumah.
Problematika seperti ini, memang tidak pernah disadari oleh individu pendidik sendiri. Padahal, komponen utama dalam kegiatan mendidik itu sendiri adalah kesamaan resonansi antara pendidik dan peserta didik. Tetapi, pada realitanya. Pendidik hanya berfokus pada tujuan utama dirinya sendiri; hanya mengajar dan menyampaikan ilmu di buku. Urusan pembentukan karakter, kematangan mental, nalar yang kritis untuk bisa menghadapi permasalahan yang lebih kompleks, menjadi nomor sekian. Ya, pada akhirnya mengajar yang juga sebagai kegiatan mulia seorang guru, dimonetisasi dan hanya dijadikan ladang penghidupan bukan menjadi ladang amal.
Nalar kritis yang selalu digaungkan sebagai harapan pelajar pancasila itu, hanya berwujud sebagai jawaban hitam putih saat ujian. Walau tugas-tugas dalam lembar kerja siswa tertanda sebagai soal HOTS. Apakah kualitas nalar berfikir kritis juga serupa? Rasanya tidak. Mengapa? Karena penyampaian materi di kelas, jarang bahkan tidak pernah sama sekali mengajak para siswa berfikir kritis, menggunakan kemampuan berfikir yang luar biasa, memfungsikan logika yang sudah Allah karuniai pada setiap hamba. Ketakutan para siswa dengan jawaban yang salah, sangat mempengaruhi kemampuan berfikir mereka yang bebas. Mereka memikirkan jawaban yang umum, jawaban yang tertulis di bukunya, dan juga jawaban tepat pada pilihan ganda.
Belum lama ini, Maudy Ayunda sempat ditanya oleh konten kreator, tentang kebijakannya bila dinobatkan sebagai menteri pendidikan. Maudy menjawab, bahwa ia akan menghapuskan asesmen pilihan ganda, dan menggantinya dengan soal esai berbasis critical thinking, ia juga menyampaikan bahwa ingin mengajak anak bangsa untuk punya hobi belajar dan mencintai ilmu seperti dirinya. Lalu, apa kabar hari ini? Bila memang hal itu terjadi setelah kebijakan Mas Menteri yang telah lama menghapuskan UN, meniadakan skripsi bagi mahasiswa dengan mengganti tugas yang sepadan, kemudian disusul dengan kebijakan-kebijakan yang hampir serupa di masa yang akan datang. Bagaimana dengan kondisi lapangan hari ini yang masih sangat lemah dalam hal bernalar kritis? Semoga pendidikan anak bangsa, kebijakan pemerintah dan urusan mengenai masa depan sebuah peradaban semakin membaik dan juga bermanfaat untuk agama, nusa dan bangsa.
11 notes · View notes