Tumgik
#nasihat diri
alfisyahrin · 2 months
Text
Di setiap masing-masing jiwa, yang sudah Allaah titipkan pada raga berwujud kita sebagai hambaNya tentu tak ada yg luput dari perasaan;
Patah, retak, tak bersusun, bahkan hingga nyaris hampir hancur berantakan.
Tidak ada yang benar-benar utuh baik sempurna. Kita semua punya sisi yg tidak terlihat nya, kita punya cerita tersendiri dengan versi yg tidak sama dan hanya cukup kita simpan dalam ruang bernamakan "memori diri".
Kita cukup terus menyayangi nya tanpa harus membawa ingatan itu dalam setiap langkah yg kita pijakan, kita hanya cukup untuk mengambil di setiap bagian berharga nya, tanpa harus kita tangisi, sesali atau kita marahi kenapa itu mesti terjadi.
Cukup katakan, 'ini bagian dari pembelajaran ku, ku pelajari sebagai sisi lemah ku sebagai hambaNya'
~tak ada yang bisa menuntun kita ke jalan-jalan Nya selain daripada Nya, kita lemah tapi kita punya Sang Maha Kuat
20 notes · View notes
jaraksatuduatiga · 10 months
Text
#1.
Tuhan menasihatiku melalui seorang bijak "kita tidak tahu ini rahmat atau musibah. Kita hanya perlu berprasangka baik pada Allah".
Kalau dipikir-pikir memang benar, Kita tidak tahu. Apakah kejadian menyenangkan hari ini musibah atau berkah. Dan tidak tahu yang tidak mengenakkan hari ini musibah atau berkah.
Satu tambahan lagi, kita hanya tidak perlu benar2 merasakannya. Kebanyakan orang memang egois. Tidak benar2 memikirkan orang lain.
#2. Katanya orang baik tidak menyimpan dendam. Tidak mendoakan keburukan bagi orang lain meskipun didholimi.
Nabi muhammad pasti orang yang baiknya baik sekali. Apakah beliau tidak terluka ketika disakiti orang, atau beliau tidak merasakan perlakuan orang lain sehingga tidak terluka. Atau apa.
Bagaimana caranya ketika orang lain tidak menghargai kita, kita tidak membalas dengan hal yang sama?
Mengapa juga ingin dihargai orang lain?. Orang memang egois. Apalagi jika berkaitan yang menurutnya miliknya. Padahal katanya kita tidak benar2 memiliki apapun, karena itu titipan.
1 note · View note
irawanyusuf · 1 year
Text
Tumblr media
Sesibuk apapun kamu berkirim pesan dan bertukar kabar dengan sahabat, sedekat bagaimanapun kamu dengan pasangan atau calon kekasih.
Pada akhirnya seseorang yang paling mengenal dan mengetahui sisi terdalam kamu adalah diri kamu sendiri. Ketika mereka pergi, diri kamu yang tetap ada dan tidak beranjak.
Sayangi dirimu melebihi apapun, jangan pernah benci diri sendiri. Terbayang tidak bagaimana sedihnya hidup jika kamu menjadi musuh buat diri sendiri?
Berdamai dengan diri sendiri adalah kenikmatan yang patut disyukuri.
Jakarta, 23 Mei 2023. Permulaan sore.
209 notes · View notes
terusberanjak · 2 years
Text
Irilah pada orang-orang yang tak pernah jemu merapal doa kepada Allah bahkan sampai menitikkan air mata. Bahkan meski mengulangi doa-doa yang sama setiap harinya, mereka tak pernah bosan. Mereka menangis bukan karena tak yakin Allah tak mengabulkan doa mereka. Bukan itu. Mereka menangis sebab tau Allah sudah begitu baik kepada mereka yang bahkan tak mampu melakukan apa-apa tanpa izin Allah. Mereka menangis sebab tau Allah mendengar doa mereka. Mereka menangis sebab merasa Allah begitu dekat dengan mereka sampai hati mereka tergetar karenanya dan tak kuasa membendung air mata.
Irilah pada mereka yang seusai salat tak langsung beranjak dari tempat salatnya dan memilih terus bercengkarama dengan Allah dulu melalui dzikir-dzikir yang sayup-sayup terdengar oleh telinga, melalui doa-doa yang terapal lembut dari bibir mereka. Begitulah cinta, sayangku. Mengalahkan apapun termasuk dunia.
@terusberanjak
373 notes · View notes
fadhilahnfhd · 2 years
Text
Barakallahu fiik Prof
Hari ini salah satu dosen panutan saya dikukuhkan menjadi Guru Besar. Dosen sekaligus pembimbing langsung di proses studi saya ini, membuat saya banyak sekali belajar dari Beliau.  Barakallahu fiik Prof, saya beruntung menjadi salah satu murid didik Prof yang secara langsung dapat belajar dari Prof. 
Semarang, 15 Juni 2022
2 notes · View notes
langenpuspita · 3 months
Text
Gak sengaja, nyari temen untuk tanda tangan laporan eh.. ada temen yang berbalik arah ketakutan, ditimpali oleh si B , ehh mba Kamu di omongin si A.. oh iya gakpapa lanjutkan aja. Jawabku nanti malah aku kedapatan pahala. Terus aku lanjutkan percakapanku, sesuai dengan tujuanku menemui salah satu rekan kerja. Wkwkk suasana ruangan tersebut langsung terdiam. Dan aku keluar, dengan hati berdebar -debar. Wkwkwk tenang, kataku dalam hati. Gakpapa kamu butuh tenang hari ini, cukup jadi versi terbaikmu yaaa . Imbuhku menguatkan diri sendiri.
Catatan, setiap orang punya kekurangan dan kesalahan. Berikan ruang di hatimu untuk itu. Memaafkan orang, meski iya tidak meminta maaf, ada hal yang luar biasa bagi kedamaian hati mu. Jadi be yourself:)
Tetap tersenyum dan tak perlu menghindari orang yang bersangkutan, tetap bersikap baik juga yaa
0 notes
kurniawangunadi · 5 months
Text
Jangan jadikan uang sebagai orientasi/tujuan. Nasihat yang dulu kujawab dengan bebal ini berangsur bisa kupahami. Seiring waktu berjalan, dari yang dulu single dan sekarang berkeluarga. Kalau dihitung sekali jalan perlu 4 tiket jika pakai pesawat / kereta. Sekali menginap langsung booking 2 kamar. Rasanya kalau kekhawatiran soal uang dan materi apalagi jadi tujuan / orientasi. Aku akan diselimuti kegelisahan sepanjang waktu karena takut kekurangan, berpikir bahwa uang/materi adalah satu-satunya pembebas biar leluasa ke sana kemari dan ngapa2in. Lupa bahwa rezeki itu sudah diatur, sudah dialokasikan sama Yang Maha Pengasih. Apalagi setelah berkeluarga, saat kebutuhan tak lagi soal diri tapi sudah merambat ke biaya pendidikan, properti, dsb. Pasti ada jalannya, ada rezekinya, yang penting terus berikhtiar sebaik mungkin.
Belajar lebih tawakal. Stres di tahun 2023 dipikir-pikir karena ingin sekali mengendalikan banyak hal. Ingin semua hal bisa berjalan dengan baik, tapi ternyata tidak. Ada hal yang akhirnya eror, tidak berjalan sesuai rencana, tidak bisa kukendalikan. Akhirnya stress. Belajar utk lebih berserah pada hasil setelah berusaha. Ada Allah yang mengatur segalanya, kita tidak perlu pusing untuk memikirkan semuanya. Apalagi terus berharap bahwa apa yang kita usahakan, selalu berhasil sesuai yang direncana. Nanti jadi mudah kecewa.
Komunikasi adalah kunci dari kelanggengan relasi. Baik itu dalam pertemanan, pernikahan, pekerjaan, dsb. Belajar untuk lebih komunikatif, lebih banyak mendengar, dan juga belajar untuk berkata yang baik-baik. Berhati-hati dengan lidah yang tak bertulang, yang berpotensi menyakiti orang lain - fitnah - dan berbagai hal yang bisa jadi keluar darinya karena tak mampu dikendalikan. Yang berakhir pada hilangnya kepercayaan, kesempatan, bahkan hubungan.
Jangan ragu untuk memutus pertemanan yang tidak sehat. Belajar untuk lebih dekat dengan lingkaran-lingkaran kebaikan, yang mengajak pada hal-hal baik, yang mengingatkan pada hal-hal baik, yang semakin dewasa ini sangat dibutuhkan banyak sekali nasihat ketimbang haha-hihi. Apalagi lingkaran-lingkaran salih yang membuat kita lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Lebih banyak menerima feedback. Meski terdengar tidak nyaman, tapi kita sangat memerlukan kritik dari orang lain. Alih-alih denial, coba resapi bahwa bisa jadi ketidakpekaan kita selama inilah yang menghambat diri untuk berkembang. Karena diri menolak untuk dinilai dan dikritik. Tidak mendapatkan evaluasi, tidak mendapatkan saran untuk hal-hal yang perlu dibenahi, bersembunyi dibalik kata-kata mutiara "Aku memang seperti ini, kalau gak suka ya gak apa-apa, aku mau jadi diri sendiri." Apakah benar menjadi diri sendiri itu artinya tidak mau berubah lebih baik lagi atas sifat-sifat buruk yang dimiliki?
POV Orang Tua, anak-anak di masa kecilnya hanya akan terjadi sekali. Jangan sampai lalai dengan urusan pekerjaan dsb yang menyita waktu hingga tidak ada waktu untuk menjadi orang tua yang utuh, yang hadir, yang dengan segala keadaan yang nanti terjadi, tetaplah hadir sebagai orang tua bagi anak-anak.
Jangan memelihara rasa benci. Jangan memelihara pikiran yang picik. Jangan terus menerus berpikir buruk tentang orang lain dan juga diri sendiri. Apalagi memiliki sekeciiilll apapun buruk sangka kepada Allah - jangan sampai terjadi.
544 notes · View notes
edgarhamas · 4 days
Text
Kamu lebih bisa powerful justru ketika tidak semua hal kamu share di media sosial.
When you build in silence, people don't know what to attack. Oversharing bisa terlalu membuka dirimu sehingga banyak celah lemahmu dipelajari dengan baik oleh mereka yang tak suka padamu.
Maka lagi-lagi saatnya mengingatkan diri saya dan kita tentang nasihat Imam Asy Syafi'i...
"Terlalu membuka diri bisa membuatmu berkawan dengan circle buruk. Menutup diri total bisa mencipta permusuhan. Maka, jadilah orang yang tahu kapan membuka diri, kapan punya privasi." (Hilyatul Auliya)
368 notes · View notes
andromedanisa · 5 months
Text
Bagian dari cinta..
Ini tentang pernikahan. Dua orang yang Allaah tetapkan menjadi satu ikatan bernama pernikahan. Allaah pasangkan dua orang dalam kebaikan dan menjalani hari demi hari dengan berpasang-pasangan.
Namun teruslah ingat, bahwa Allaah menyatukan kedua hati tak lantas keduanya harus terus sempurna tidak ada cela. Tidak, tidak demikian. Rumah tangga Rasulullaah Shallaahu alaihi wassalam pun tak luput dari ketidaksempurnaan.
Oleh karenanya jika setiap rumah tangga nanti engkau menemukan kekurangan ada pada pasanganmu. Nasihat Al-Quran begitu tinggi, yaitu "Sabar". Jangan mudah marah, jangan membesarkan hal-hal sepele. sebab boleh jadi dibalik apa yang tidak engkau sukai, Allaah telah menyiapkan hikmah besar yang tidak pernah engkau sangka-sangka untuk melengkapi kekurangan yang didapatkan di setiap pasanganmu, dan itu bagian dari "taqwa".
Nasihat Syaikh Utsman Al-khamis hafidzhahullaah ta'ala :
"Demi Allaah, ada banyak nasihat tentang rumah tangga. Tapi saya katakan, nasihat terbaik untuk para pasangan suami istri adalah mengabaikan hal-hal sepele. Tidak perlu mempermasalahkan hal-hal sepele. Abaikan dan jalani saja. Tidak ada manusia yang sempurna. Jikalau dalam segala hal engkau selalu menyalahkan pasanganmu. Maka semua yang dia lakukan akan selalu salah dimatamu. Dan siapalah yang hanya memiliki kebaikan saja? Tidak ada sama sekali. Kecuali Rasulullah Shallaahu alaihi wassalam."
Barangkali memang benar ya, dalam rumah tangga itu hal yang kita kira besar akan menjadi ringan bila meminta pertolongan Allaah. Dan hal kita kira kecil, bisa menjadi rumit dan besar tanpa meminta pertolongan Allaah. Maka rumah tangga yang bahagia adalah keduanya saling memberi udzur untuk satu sama lain. Bahwa keduanya adalah manusia biasa yang jauh dari kata sempurna.
Dijadikan menjadi satu sama lain tidak lain tidak bukan untuk melengkapi kekurangan dan kelebihan yang telah dimiliki. Memahami bahwasanya rumah tangga adalah ibadah terlama yang mana untuk menjalankannya dibutuhkan sabar. Sabar tidak hanya dilakukan ketika ditempat ujian, namun juga kala menjalankan ibadah kepada Allaah. Itulah mengapa sabar tidak hanya berdiam diri saja tidak melakukan apapun. Sabar ridho dengan apapun yang telah ditetapkan namun terus berikhtiar hingga selesai.
Sabar itu adalah upaya, jika hari ini engkau menemukan sabar itu ada pada pasanganmu. Maka banyaklah bersyukur. Bersyukurlah kepada Allaah bila hari ini pasanganmu begitu berupaya ingin membahagiakan mu dengan cara-caranya yang untuk ukuranmu mungkin terlihat sederhana. Sebab kau tidak akan pernah tahu semaksimal apa upaya yang telah ia lakukan untuk memberikanmu sebuah kebahagiaan.
Tidak ada pasangan yang saling bertemu karena Allaah yang tidak saling berupaya untuk memberikan yang terbaik. Maka bila hari ini kau mendapati pasanganmu begitu berupaya sekali untuk memberikanmu kehidupan yang layak. Maka cara terbaik untuk membalas kebaikannya adalah dengan mendoakan kebaikan untuknya, bersyukur kepadaNya dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengupayakan hal yang sama kepadanya. Dengan cara melakukan yang terbaik pada perannya masing-masing.
Sabar, saling memberi udzur dan memaafkan pada hal-hal sepele. Akan mendatangkan ketenangan dan kebahagian bagi satu sama lain. Allaah akan hadirkan rasa itu kepada rumah tangga yang menahan dirinya untuk marah sekalipun ia sangat mampu untuk melakukannya namun ia tahan dan bersabar sebab Allaah yang perintahkan.
Tidak pernah ku lihat sebuah cinta yang lebih indah dari sebuah pernikahan yang dilandasi rasa takut dan cinta karena Allaah. Sebab sekecil apapun yang diupayakan dalam sebuah biduk rumah tangga akan selalu bernilai ibadah disisiNya.
Ya Allaah berkahilah setiap rumah tangga yang didalamnya saling mengupayakan kebahagian satu sama lain. Labuhkanlah cinta diantara keduanya di surgaMu nanti. Sebuah tempat yang tidak lagi menemukan rasa sakit dan sedih. Aamiin..
Mendoakan bagian dari cinta, dalam perjalanan menuju rumah || 10.45
302 notes · View notes
kayyishwr · 13 days
Text
Kamu dan Sebuah Nilai
Akhir-akhir ini, setelah punya anak, mba ku lebih sering cerita soal tumbuh kembang anaknya, dan ya, aku support sekali dengan hal itu, beberapa informasi terpecaya coba aku berikan supaya ponakanku bisa tumbuh dengan lebih baik dari kita, insyaAllah dengan izin Allah
Tapi kemarin, entah kenapa, random saja, isi chatnya berbeda haha "eh sama adik kelasku aja" bagian ini tidak perlu ditafsirkan, rasanya yang membaca pun sudah paham, apalagi masih di suasana syawwal; (hayo, udah selesai puasanya belom?)
Lanjut ku jawab dengan lugas dan sepertinya agak tegas "engga deh hahah"
Obrolan kita berlanjut, dan ku tekankan satu hal yg mungkin terdengar terlalu idealis; kalau itu soal 'kamu' maka harus lekat dengan soal 'nilai'
Yes, di era akhir jerman ini (aih, maksudnya akhir zaman), mencari 'kamu' itu nampaknya bukan persoalan yang rumit. Persoalan populasi sudah terbukti lebih banyak. Persoalan kesiapan, nampaknya juga terlihat siap, namun soal 'nilai' yang rasa-rasanya amat sangat sukar dicari
Mengapa 'kamu' harus lekat dengan 'nilai'; itulah pembeda, itulah yang menawan, dan rasanya aku sudah tertawan haha
'Nilai' itu yang akan membentuk pola pikir, rasa perasaan di hati, dan tingkah laku. Melihat 'nilai' bisa dilihat dari ketikan lewat tulisan, bisa dilihat dari tutur kata ucapan, hingga bagaimana cara respon dalam bertingkah
Maka, jika soal 'kamu' dan 'nilai' harus lekat, begitupula diriku sendiri hehe, masa kita menuntut orang lain seperti itu, sedangkan kita hanya berleha-leha saja
"Idealis sekali" memang😎 "rumah tangga itu kan ga selamanya membicarakan soal nilai" lho, tapi kan harus dibangun di atas nilai, mau dibiarkan saja tanpa nilai? Ntar ga ada arah tujuannya dong
Lalu kapan ditemukannya 'kamu' yang harus lekat dengan 'nilai'? Entahlah, karena pertama balik lagi ke diri sendiri, yang harus jua punya nilai, kedua berikhtiar meraba-raba hikmah yang Allah berikan hingga hari ini, sembari memperhatikan sekitar, adakah 'kamu' dan 'nilai' yang aku cari?
Sembari mengingat nasihat Kyai Salim A Fillah, soal nilai dalam rumah kita
Rumahku adalah rasa aman dalam genggam jemari ar-Rahman. Rumahku adalah juga derak kekhawatiran, agar tiada lena dalam fana
Rumahkulah kutub yang mendamai hati dan sesenyum rasa; "Masuklah! Berselimut! Rehat!"
Terkadang ia mentari yang menyala, menegur hati, dan menggerak "Keluarlah! Dakwah! Jihad!"
Rumahku perhentian; tempat iman diperbarui, dan ruh diisi ulang, lalu aku harus keluar membukti amalan
Rumahku, menawan tenteram, menggerak bandang. Rumahku mungkin bukan surga, tapi insyaAllah serambinya.
106 notes · View notes
alfisyahrin · 2 months
Text
Kepikiran
Tiba-tiba jadi banyak yang runyam di kepala, soal bagaimana tabungan amal yg di punya, soal bagaimana diri sudah berjalan jauh dari titik awal berjalan, soal bagaimana bakti yg masih sangat kurang saat di tunaikan, soal bagaimana catatan itu mendatangi raga. kelak apapun yang telah di kerjakan akan di hisab dengan bagaimana dan seperti apa dalam menuai nya.
memikirkan nya memang sangat penting sebab itu bagian dari tujuan dan tanggung jawab mengapa kita terlahir ke dunia, apa yang kita emban? seperti apa kita menjalani nya? Namun di luar dari itu semua, satu-satunya jalan adalah terus berperasangka baik, Allaah Maha Baik sebagai hamba tugas kita adalah melakukan sepenuh hati perlu ikhlas dan sabar dalam mempelajari nya, syukur sebagai penyemangat nya.
Fastabiqul Khoirot, berlomba-lomba lah dalam kebaikan, Allaah selalu menyayangi siapapun hambaNya, tanpa syarat, tanpa memandang dia siapa masa lalu nya bagaimana punya apa, yang bahkan diri kita sudah faham bahwa kita tak kan pernah luput dari salah, khilaf dan lupa.
Sekali lagi, wahai kita sebagai hamba, Allaah baik Allaah selalu baik, selalu punya ruang dan pintu maaf bagi kita yang menyadari punya salah, selalu mengasihi dan menyayangi ketika kita tak sedang kuat berada di dunia ini, selalu menyertai dan menemani langkah perjalanan kita yang terkadang sering terasa sendiri dan sepi.
Kita hanya perlu Allaah dalam hidup ini, sisanya hanya saling menyayangi, membantu, dan mengisi kehidupan agar kelak bisa bersama sampai ke tujuan yang sama.
Akhirnya, pikiran yang memenuhi dan sangat menguras hati muaranya tetap pada illaahi, di mampukan untuk melepaskan dan menyerahkan semua tumpukan-tumpukan yang begitu rumit dan runyam hanya Allaah yang jadi penyembuh Maha Menyembuhkan lagi Menenangkan.
Akhirnya semua yang di berikan akan di kembalikan dan satu-satunya yang Maha Kuasa untuk menerimanya hanya yang telah memberi yaitu Sang Rabbi.
Semoga kita tercatat sebagai hamba yang tidak mudah menyerah dan putus asa, tidak melupakan Allaah, tidak menomorduakan Allaah, tidak menjadi sombong dengan apa yang di berikan, dan semoga dari kekhawatiran kita apakah diterima atau tidaknya diri kita, semoga Allaah selalu lihat kesungguhan perjuangan kita dalam menempuh perjalanan mencari bekal; dunia fana yang dipenuhi banyak rintangan dan ujian.
7 notes · View notes
jndmmsyhd · 11 months
Text
Tulisan: Menata Usia
Ada beberapa orang, yang semakin bertambahnya usia maka semakin bertambah banyak pula kegelisahannya. Semisal perihal jodoh yang belum juga datang, atau rezeki yang sepertinya tidak bertambah. Seakan ia sedang berpacu dan dikejar oleh pencapaian dan usianya. Jika ada, coba tata kembali untuk apa hidupnya hari ini?
Tidak semua yang kita khawatirkan harus soal dunia, cobalah sejenak menenangkan diri dan bercermin pada kekhawatiran mengapa amal ibadah dan kebaikan kita tidak bertambah? Soal salat yang sampai hari ini masih tergesa-gesa? Perihal dzikir selepas salat yang tidak lagi kita rutinkan? Atau mungkin semakin jarangnya kita membuka lembaran Al-Quran padahal usia kita semakin menua.
Barangkali, kegelisahan kita itu semu, bias, sedikit yang mengkhawatirkan akhiratnya. Dan barangkali itu adalah aku sendiri, sang penulis nasihat ini.
Mari mulai menata usia, kembali bertanya untuk siapa hidup kita ini? Apa yang sebenarnya sedang kita perjuangkan? Kemana akhir dari perjuangan hidup ini?
Benar, menata usia. Agar tidak mubadzir usia kita, agar lebih terarah waktu yang akan kita gunakan yang ia pun akan terus berputar. Sampai masanya jatah waktu kita habis.
Menata waktu dan usia.
@jndmmsyhd
553 notes · View notes
mutiarafirdaus · 30 days
Text
Proses Pernikahan, dan Pernak-Pernik Didalamnya
Ketika sedang menjalani proses taaruf dengan suami, Umi berkali-kali ingatkan.
Banyakin tilawah, banyakin istighfar, kamu gak akan tau kedepan ada hal-hal yang terjadi di luar dugaan. Jangan terlalu membulatkan keyakinan pada pilihan yang kita ambil, tetap serahin ke Allah apapun hasilnya. Masa-masa seperti ini harus deketin diri banget ke Allah.
Dan setelah membaca CV, mengobrol dengan suami lewat zoom karena tidak bisa pulang ke Indo, Umi kembali mengingatkan.
Menikah itu bukan karena berlandaskan pada deret prestasi pendidikan yang dimiliki. Bukan karena prestisiusnya pekerjaan. Umi memberikan restu melanjutkan karena melihat sepak terjangnya bareng Quran dan komitmen dia dalam berbakti kepada ibunya, juga karena dia tetap mengikuti pembinaan.
Jangan sampai menyandarkan pilihan dalam pernikahan pada urusan dunia. Kamu harus luruskan niat terus agar menikah karena kebaikan agama yang dia punya.
Saat itu aku hanya anggukan kepala dengarkan nasihat Umi. Tapi sekarang, ketika menemani teman-teman menjalani proses pernikahan mereka, maka nasihat Umi yang dikeluarkan.
Begitu banyak drama dan ujian hati dalam menempuh upaya menyatukan dua keluarga dan menyatukan dua kepala. Disatu sisi harus serius menjalaninya, di sisi lain harus memasrahkan apapun hasilnya dan siap dengan ketetapan takdir melanjutkan atau menyudahi.
Apapun hasil dari proses pernikahan yang sedang ditempuh, kita tetap sangat butuh Allah dalam setiap langkahnya. Maka mendekat pada Allah ketika menjalani proses pernikahan adalah resep jitu yang dengannya kita banyak temukan solusi dari ragam ujian yang datang.
Mendekat pada Allah tidak secara otomatis menghilangkan semua ujian, tapi mendekat pada Allah membuat kita tangguh menjalani ujian di hadapan.
Syawal dengan keramaian undangan dari kawan-kawan, bukanlah jadi perkara yang menggoyahkan keyakinan bahwa Allah akan sandingkan kita dengan pasangan yang ia mencintai Allah dan Allah amat mencintaiNya.
There must be, just wait
100 notes · View notes
terusberanjak · 2 years
Text
Langkah kaki harus kuat dan tegap agar tak ketahuan kalau hatimu sedang terluka saat ini. Bagaimana rasanya dibuat babak belur oleh kecewa? Berkali-kali menghapus air mata dan berniat berhenti menangis namun selalu saja air mata itu jatuh di kedua pipimu di saat sepi. Tidak apa, sayang. Kecewamu ini yang membuatmu kembali menguatkan hati untuk menaruh harap hanya kepada Allah yang memegang langit dan bumi, bukan pada yang lain.
Nikmati tangismu sampai hatimu lega. Kemudian tata semua kembali dan bangkit hanya untuk Allah.
@terusberanjak
227 notes · View notes
yunusaziz · 7 days
Text
Tumblr media
Berbincang dengan orang tua pun ada seninya✨
Kemarin saya menghubungi Umi. Saya sampaikan pesan di atas. Terlihat birokratis? Memang haha. Tetapi dengan cara itu malam ini saya berhasil ‘menyita’ waktu Umi barang 1-2 jam untuk mengobrolkan perihal masa depan. Berdua.
Hal yang sama juga berlaku ke Abi, di tengah begitu padatnya aktivitas beliau, mencari waktu ‘intim’ untuk berdiskusi butuh membuat janji terlebih dahulu. Jauh-jauh hari.
Makanya dulu ada yang bertanya, "Kok bisa sih mas dekat dengan ortu? Atau tanya kiat meemulai ngonrol sama ortu?"
Saya ketawa aja kalau ingat dulu haha. Ya aslinya nggak dekat-dekat juga dulu, apalagi ketika Abi masih diamanahi jadi ‘wakil rakyat’, habis waktunya buat urusan umat. Dari pagi menuju pagi lagi, sampai kesal :)
Saya selalu meyakini bahwa segala sesuatu memiliki seni dalam upaya memperoleh hasil terbaik. Lebih-lebih aktivitas yang melibatkan orang lain seperti berkomunikasi. Butuh trik yang perlu dicermati, agar hasil optimal bisa didapati.
Apa yang saya lakukan di atas, tentu saja tidak sebatas ‘supaya ketemu’ saja, melainkan saya ingin Umi mempersiapkan diri sebaik mungkin. Nggak selalu gitu juga sebenernya, hanya kalau ingin deep-talk ajaa. Sepertinya umi juga mulai notice misal saya chat demikian, pikir beliau “Anak lanang (laki-laki) kayaknya lagi butuh nasihat nih.” responnya—hahaha😂☝🏻
Ya intinya begitulah. Apa poin dari tulisan ini?
Sebagai anak tentu saja kita mendambakan peranan orang tua yang mampu menjadi penerang di tengah kegelapan yang sedang kita alami. Nasihatnya, afeksinya, semuanya, adalah apa yang kita butuhkan ketika dalam keadaan yang sedang tidak baik-baik saja itu.
Hanya saja, mungkin tidak semua orang ‘beruntung’ memiliki orang tua, atau keluarga yang memiliki iklim sehat dalam hal komunikasi itu. Saya pun beberapa tahun yang lalu mengalami juga kok. Solusinya yaa hanya butuh kesabaran, ekstra tenaga untuk terus memulai, menginisiasi, sembari mencari celah untuk memjumpai trik jitunya.
Semua butuh proses. Sabar yaa… Jangan menilai orang tua kita dengan hal yang kurang baik hanya karena mereka dari sudut pandang kita ‘gagal’ dalam urusan menjadi orang tua seutuhnya. Setidaknya pada kesoktahuan kita ini^^
Anyway, mohon doa terbaik dari teman-teman untuk Abi saya.. terima kasih🙏🏻
99 notes · View notes
kurniawangunadi · 6 months
Text
Berpikir Positif pada Hidup Sendiri
Dulu aku sempat bertanya-tanya pada guruku,"Mengapa kita membuat rencana sedemikian rupa buat masa depan, padahal ujung-ujungnya kalau takdirnya berkata lain - ya bubar semua."
Aku pernah berpikir buruk tentang masa depanku sendiri. Sewaktu kuliah dan bingung harus ke mana setelah itu, aku masih tidak yakin bahwa masa depanku akan bisa mencapai hal-hal yang pernah kutulis dalam rencanaku.
Guruku mengajarkan untuk tidak pernah putus harapan kepada Tuhan. "Jika saat ini kamu memiliki bibit tanaman ditanganmu, tetaplah tanam sekalipun kamu tahu besok pagi akan kiamat." Aku belajar untuk berpikir positif dengan hidupku sendiri.
Karena dari hidup yang telah berjalan, aku diajarkan oleh mereka jika orang pertama yang "hijack" hidupku adalah diriku sendiri.
Diriku sendiri yang mematahkan mimpi.
Diriku sendiri yang tidak yakin sama diri sendiri. Diriku sendiri yang menghalangi untuk mengambil kesempatan karena terus menerus memelihara rasa takut.
Diriku sendiri yang tidak pernah memberi penghargaan yang layak untuk apa-apa yang sudah dilakukan.
Diriku sendiri yang mengerdilkan apa-apa yang aku lakukan.
Diriku sendiri yang menghalangiku mendapatkan pelajaran karena terus menerus merasa benar dan keras kepala, tidak bisa menerima nasihat.
Diriku sendiri yang menghalangiku dari orang-orang baik karena aku berdiam diri, mengurung diriku, tak mau mulai berkenalan dengan orang dan membuka diri.
Diriku sendiri, yang selama ini melakukan semua itu. Dan aku tidak bisa menerima kenyataan itu, melempar kesalahan-kesalahan diri sendiri ke orang lain. Orang lain yang jahat, orang lain yang begini dan begitu. Seolah-olah hidupku paling menderita dan tidak bisa melihat orang lain yang kubenci juga bahagia. Hidupku penuh dengan rasa benci.
Dulu.
Kini aku merasa telah melewati semua itu. Banyaknya orang yang silih berganti dalam hidup. Ada yang membawa kebaikan, ada yang membawa pelajaran. Yang penting bisa terus melihat dari sisi positif, melihat ke dalam diri dan banyak refleksi.
Dunia ini terus berjalan dengan beragam situasi. Ada kondisi baik, ada kondisi yang mungkin tidak sejalan dengan apa yang kita inginkan. Tetaplah membuat rencana buat hidup sendiri. Hal-hal baik di masa yang akan datang yang ingin diraih, yang ingin diperjuangkan. Percaya terus kepada Tuhan yang memiliki hidup, Dia tidak mungkin membuat takdir yang buruk. Semua takdir itu baik, kita sajalah yang sering salah memahami maksudNya. Mungkin karena keterbatasan ilmu kita, atau mungkin karena bebalnya diri kita, kerasnya hati kita untuk menerima nasihat dan kebenaran.
Semoga diri ini terus dimudahkan untuk bisa memahami hal-hal tersirat dalam hidup. Semoga hati ini dilembutkan sehingga mudah menerima kebenaran. Semoga lisan dan tangan ini juga mudah dikendalikan, agar tidak keluar kata-kata buruk yang menyakiti orang lain. Dan juga, menyakiti diri sendiri.
513 notes · View notes