Apresiasi yang setinggi tingginya buat kita yang terus memilih baik, meskipun kesempatan untuk membalas sangat terbuka, karena tak mudah untuk menahan diri atas perlakuan buruk orang lain bukan?
untuk kita yang merasa diri ini tertinggal dari orang lain.
begitu gemerlapnya pencapaian orang lain sehingga menyilaukan mata yang membuat diri terpana tapi terlena tanpa sadar akan hal hal sederhana yang sejatinya telah di lalui oleh diri sendiri.
maka berhentilah menyedihi diri sendiri, mulailah syukuri, dan akui apa yang telah di lakukan oleh diri.
Pastinya hadir rasa bergetar di hati dengan respon kaget karena tak menyangka hal itu keluar dari mulutnya. Belum lagi ingin membalas atau merespon karena tak menerima, Iya kan?
Cobalah untuk tenangkan diri sejenak, tak semua celaan harus di respon, karena yang di butuhkan hanyalah pembuktian. Bukankah kalau kita merespon negatif, berarti kita merasa? sehingga respon negatif hanya tameng untuk menutupinya?
Itulah tabiat manusia yang hanya melihat diri kita sebelah mata padahal di berikan 2 mata supaya bisa melihat dari sisi yang berbeda sehingga tak mudah menjudje dan bijak dalam merespon sesuatu.
selama berada di jalur yang baik dan benar, maka tak perlu di risaukan celaan itu, biarkan nanti juga akan capek sendiri bukan?
jangan jadikan celaan itu menjadikan diri ragu bahkan penghalang untuk diri terus berkembang dan maju.
Di kala Senja. Bandung, 15 Januari 2024 / 17.33 Wib
Padahal kebaikan Allah begitu melimpah dan selalu menyelimuti dalam kehidupan kita, TETAPI kita seakan lupa bahkan sampai tak menyadarinya karena terlalu nyaman dengan dunia.
Mungkin itulah sebab Allah menurunkan firman "maka Nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" Seakan memang kita selalu mendustakan nikmat yang Allah beri.
Mungkin kita semua pernah di titik ini apapun maksiatnya.
Langkah pertama untuk jadi lebih baik, yaitu dengan menerima kita lekat dengan salah, tanpa salah mungkin kita akan lupa untuk kembali kepada Allah ta'ala.
Jangan sampai lupa, salah itu yang buat kita jadi manusia, maka pakai salah hari ini untuk mengevaluasi diri dan terhubung kepadaNya kembali.
Karena apa lagi yang lebih baik di lakukan selain kembali mengejar ridhoNya?
Yuk, kencangkan lagi tali sepatumu, dan mulai belari lagi meskipun dari awal.
Jujur aja, kita tau yang kita lakukan itu dosa, kita tau konsekuensinya, dan kita faham betul kepada siapa kita bermaksiat.
Dosa yang menyenangkanpun akhirnya tetap membuat dada kita sesak ya kan? Tetapi sinyal yang selama ini Allah beri, kita abaikan.
Allah itu ga mungkin memblokir hambaNya, seburuk apapun perilaku kita. Justru yang sering kali terjadi, kitalah yang *memblokir* Allah.
Memang tak mudah berlepas diri dari maksiat yang sudah mengikat, tetapi kalau sudah lepas, jangan balik lagi ya ..
Yuk kita berdoa =
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
Apakah karena pernah mendapat perlakuan yang kurang tepat lantas menjadikanmu jahat? Apakah karena pernah dijatuhkan sebegitu dalamnya menjadikanmu harus menjadi nomor satu? Tidak, kan?
Baiknya perjalanan beratmu itu harusnya menjadikanmu pribadi yang hangat, bijaksana, dan bernilai kepada orang lain