"Tidak Semua Buku Yang Kamu Baca Harus Kamu Selesaikan."
Isma'ul Ahmad pernah menuliskan di dalam bukunya,
"Tidak semua buku yang kamu baca harus kamu selesaikan"
Jika kamu tak lagi mampu menikmati alurnya, tak lagi bergairah melanjutkan jalan ceritanya, dan justru membuatmu semakin bingung memahaminya, tak apa berhenti saja. tidak semua buku yang kamu baca harus kamu selesaikan.
seperti Ia yang sedihnya tertulis 'bahagia' yang tangisnya tertulis 'tawa' dan yang diamnya selalu saja menghadirkan tanda tanya Adalah kata rahasia yang membingungkan, yang selalu kamu paksa untuk kamu pahami.
sesekali kamu harus menerima, bahwa di dunia ini, memang ada hal-hal yang tidak bisa dan tidak harus dimengerti seperti 'Alif Lam Mim'. Sekeras apapun kamu memahami maknanya, barangkali kamu hanya akan menemukan tafsir terbaik yang kebenarannya masih bisa dipertanyakan.
boleh jadi, pilihan terbaik adalah menutup buku itu dan memasrahkan segala jawaban pada-Nya, lalu mengatakan kalimat ini di dalam hati:
"Ia adalah buku yang tak pernah selesai kubaca, tapi akan senantiasa kusimpan. buku yang setiap halamannya mengandung misteri dan setiap katanya menyimpan tanda-tanya. Aku tak akan membukanya kembali sampai aku mulai memahami bahwa tidak harus kata-kata yang menjelaskan tetapi cukup oleh satu anggukan kecil dan sebuah senyuman."
Maaf jika dulu aku pernah berdoa seperti ini kepada Tuhanku...
"Aku tahu perjalananku ke depan tidak akan mudah dan penuh liku. Untuk itu, beri aku teman perjalanan yang mampu menguatkan langkahku dan ia mau membersamaiku bagaimanapun keadaanku"
Kemudian Tuhan mengirimkan kamu.
Aku merasa bersalah, karena aku bertemu kamu bukan dalam keadaan terbaik diriku. Badaiku masih saja belum berlalu atau malah sebenarnya tidak akan pernah berlalu?
Tapi kamu malah mengagumiku, katamu nahkoda yang tangguh memang dilahirkan oleh laut yang gaduh.
Aku jadi bergairah menunggangi segala badai itu, karena kini aku tahu di mana nantinya aku akan berlabuh.
Di dermaga tempat kamu setia menunggu dan menuntun jalanku, tempat kelak kita akan bersauh dan menautkan segala rindu.
Malam menderu sunyi. Sementara bulan kian kencang berlari. Aku masih disini. Ditemani manifestasi mimpi-mimpi. Nampaknya, ia datang tanpa permisi. Selalu, tanpa henti. Sini, kutemani. Tak mengapa, kantuk ini selalu datang menjelang pagi. Namun, untuk kali ini. Bisakah kau berhenti menghantui? Agar aku bisa menikmati lelap tanpa tepi. Kau pasti ingin berbisik : “Mau jadi apa esok hari?”. Ya, aku tau, kau mengatakannya berulang kali. Tapi, untuk kali ini saja, biarkan aku terlelap sebelum jarum jam berotasi diarah satu atau dua pagi.
Rancaekek, langit kamar adalah saksi.
Aphrodite melabuhkan kemudinya di ujung cakrawala sang penyajak, membawa gelombang rindu yang meruak, dan tanya yang terombang-ambingkan ombak. Gema dalam dadanya masih tetap tak ingin beranjak, meski arus laut tak berkuasa menyatukan rute dua insan yang lama berjarak. Bahari yang luas pun tak sanggup menghentikan pasang surut dua hati yang bergejolak, walau dalam biasnya kesabaran ia nampak tenang tak terkoyak-koyak.
“Semua yang bergerak di dalam lautan hanya mampu terlihat ketika berada di atas permukaan bukan?”
Kau tau, sebuah resiko perjalanan berlayar tanpa kepastian yaitu tidak adanya jejak. Mudah hilang arah bahkan karam di tengah bisingnya riak, namun efeknya sungguh memabukkan dan memorak-porandakan detak. Hingga akhirnya ia hanya mampu bertaruhkan harap akankah berhenti di dermaga yang sama ataukah tidak.
"Ya, semoga saja perjalanan ini tidak disebut sia-sia."
Kau tahu, bagian paling menyebalkan dalam hidupku adalah saat kau memintaku menunggumu di dermaga sementara kau berlayar mengarungi lautan dan singgah di dermaga-dermaga yang lain. Katamu, cinta tahu ke mana dia akan berlabuh.
Kenapa kau buatku menunggu?
Jangan sampai doaku membumbung ke langit meminta laut menenggelamkan keegoisanmu.
Masih kurasakan rindu kesekian
seperti gelombang yang berharap segera menemui bibir pantai,
membawa sepucuk resah
bertulis namamu
yang diapung-apungkan waktu.
Kepadamu, ia ingin pulang
sebagai rindu paling pasang
usai petualangan panjang
mencari dermaga;
melabuhkan ombak resah.
Series: Fiancé wa Monster!?
Artist: Hanamori Pink
Publication: Nakayoshi Magazine (11/2007)
Details: Purikura Decori Seal
Source: Scanned from personal collection
Man fragt sich, was macht man falsch. Man hält sich an Regeln und versucht alles richtigzumachen. Aber das Leben zeigt einem, dass es keine Regeln gibt. Der sich nicht daran hält und betrügt und bescheißt, kommt immer vor ran. Der bekommt einfach alles. Bekommt eine Wohnung, bekommt den Job, den er haben will, usw. Aber wir, die es nicht machen, bekommen überhaupt nichts. Keine Wohnung, keinen tollen Job usw. Warum, warum ist das so. Wir suchen seit einem Jahr eine Wohnung, wir machen und tun. Und bekommen nur einen Arsch tritt. Die Vermieter wollen nur Studenten, die feiern und laut sind. Die nicht mal wirklich ein Einkommen haben. Und der Job nicht mal sicher ist. Wie oft sehe ich das Junge Leute umziehen. Und wir bekommen überhaupt nichts. Nicht mal jetzt, wo es sehr dringend ist, bekommen wir irgendetwas, nicht mal ein Besichtigungstermin bekommen wir. Wir hassen feiern und sind sehr ruhige Menschen. Und können selber Kleinigkeiten machen in einer Wohnung. Aber nein das interessiert keinen Vermieter. Lieber Menschen, die laut sind und nur Party im Kopf haben. Es ist alles nur noch scheiße und unfair. Hauptsache immer die nehmen die bescheißen und Lügen. Als die zunehmen die ehrlich und korrekt sind.
Hei arloji ! Bisakah engkau berhenti berotasi?
Aku ingin sekali menumpahkan diksi tanpa menit yang menghantui. Bila permintaan ini masihlah ilusi, bisakah engkau memutar arah sirkulasi? Aku ingin sekali bertemu detik yang telah aku lampaui. Permintaan-ku bukan itu saja wahai arloji. Aku ingin mengubah tiap detiknya menjadi amalan yang tersusun rapi. Umur-ku ini makin hari makin mengurangi. Aku tidak mau pada saat pulang nanti timbangan-ku berat di sebelah kiri. Disana, aku tidak bisa membuat alasan lain lagi. Toh, siapa yang berani? Menghadap Yang Maha Terpuji.
Cibiru, Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, perkuliahan Ulumul Qur’an sudah mulai pengabsenan, untungnya nama-ku belum disebutkan.
"Temui aku jika kau rindu, lalu tuntaskan sesak di dadamu." kata laut disiang hari yang terpantul langit ditemani matahari kepada seorang manusia melalui perantaran ombak dan pasirnya.