Tumgik
#jumawa
jellyfishgold · 11 months
Text
To heavens go
3 notes · View notes
kbanews · 9 months
Text
MA Tolak PK Moeldoko, AHY Ingatkan Jangan Jumawa Tetap Waspada
JAKARTA | KBA – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono mengigatkan para kader Partai Demokrat tidak boleh jumawa. Dia meminta kadernya selalu waspada dalam menghadapi permohonan peninjauan kembali oleh Kepala Staf Kepresiden (KSP) Moeldoko terkait pembegalan kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat “Tapi saya tidak punya ekspektasi yang berlebih-lebihan. Saya hanya senang,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
jejaringbiru · 6 months
Text
Tumblr media
Seringkali kita belajar pada hal-hal yang sebenarnya kita sudah mengetahuinya. Tanpa belajar dari seorang gurupun ilmu itu tersebar dimana-dimana. Bahkan terkadang kita meremehkan. Mengapa saya harus memperhatikan saat pembelajaran dikelas sedangkan di internet pengetahuan tersebut dapat dengan mudah ditemukan.
Sebenarnya bukan itu esensi dari belajar. Jika belajar hanya untuk menumbuhkan pengetahuan saja, tak perlu ada sentuhan seorang guru. Belajar saja kita di dunia maya karna pengetahuan ada dimana-mana. Esensi dari ilmu adalah adab. Menghargai mereka yang menyampaikan meskipun mungkin saja membosankan. Tulus mencurahkan waktu untuk belajar, mengalahkan ego sendiri bahwa diri lebih baik dari yang lain. Juga upaya mencintai orang yang berilmu.
Guru adalah pelita. Seburuk apapun mereka pasti ada cahaya yang dibawa. Darinya kita belajar ketulusan meskipun seringkali kita acuhkan. Kadang kita hanya menyerap pengetahuan bukan kebaikan. Seringkali pula kita hanya fokus mengasah isi kepala bukan merawat hati agar tetap tumbuh baiknya. Bagaimana mungkin ilmu itu menyerap ke hati seorang pembelajar sedangkan pada gurunya saja "kurang ajar".
Ketahuilah bahwa ilmu itu melahirkan adab yang baik, bukan kata yang menghardik. Ketahuilah pula keridhoan seorang guru ialah menghasilkan keberkahan ilmu. Tandanya apa? Ia berguna bagi orang disekelilingnya, tutur katanya terjaga dan ia menghargai sesama dengan tindakan bukan sekedar perkataan. Bahkan seringkali tanda keberkahan ilmu adalah ketenangan hati dan jiwa bukan pada riuhnya isi kepala. Keberkahan ilmu itu bukan pada besaran nilai IPK, bukan pula pada luasnya pengetahuan, atau prestasi yang membanggakan. Jikapun itu ada pada diri kita, anggap saja itu bonus. Jangan jumawa apalagi sampai melupakan jasa-jasa mereka. Barangkali sukses yang kita nikmati hari ini adalah bagian dari doa-doa panjang mereka.
✍🏻 : @yurikoprastiyo 🎨 : @padangboelan
194 notes · View notes
ghyyts · 6 months
Text
Jangan semaunya, karena kita ga bisa dapetin semuanya.
Pengennya seneng trus, pengennya bahagia trus, pengennya semua keinginannya dipenuhi. Ga bisa gaes, berbahaya.
Hidup naik turun, gaakan selamanya menderita, gaakan selamanya juga bahagia.
Jaga pandangannya, kapan liat ke atas agar semangat terpantik, kapan nengok ke bawah agar syukur bertumbuh.
Kebanyakan liat atas itu ga baik, bisa iri, dengki, munculin banyak ekspektasi. Jadi banyak mau, pengennya ini-itu.
Terlalu lama nengok bawah juga ga bagus, bisa jumawa, pongah, sombong. Ego jadi tinggi, jadi mandang rendah org lain.
Trus kudu gimana?
Ya biasa aja.
Kita ummatan washatan, ga kanan banget, ga kiri banget, cukup stay ditengah. Biasa aja, ga ush berlebihan, ga ush kelewatan, semua udh ada ketetapannya.
Trus kudu gimana?
Syukuri.
Apa yang dateng kepada kita itu baik. Yakin pasti baik.
Karena kadang baik buruk itu relatif kawan. Beda cara pandangnya, beda juga interpretasinya.
Kalau ga baik buat kita? Mungkin untuk keluarga kita. Kalau ngga buat keluarga? Mungkin masyarakat sekitar. Kalau ngga baik buat siapa-siapa? Mungkin memang bukan sekarang. Nanti, akan ada waktu dimana semua orang akan menuai kebaikannya.
Apa yg kamu dapetin saat ini(yg mungkin kau kesali), bisa jadi adalah hal yang sudah orang lain impikan dari jauh hari.
One man stone is another man gem, ceunah.
Sekali lagi. Syukuri, kendalikan hati, kontrol ekspektasi.
Jangan semaunya, karena kita ga bisa dapetin semuanya~
Wallahu a'lam bishawab.
71 notes · View notes
nonaabuabu · 5 days
Text
Tumblr media
ini yang terakhir kataku, berkali-kali, revisi, repetisi, lagi dan yah; mempecundangi diri.
sudah kutulis kalimat perpisahan, melalui surat panjang yang kualamatkan di mana kau tak ada. sebab ternyata hanya keyakinan yang aku punya, keberanian entah di mana. barangkali ditelan ego karena kegagalan.
namun kau menuntut, dengan senyum jumawa yang mestinya kubungkam, agar kau tahu, aku juga bisa jadi lawan yang tak mampu kau imbangi.
lalu kepongahan mana lagi yang harus kulenggokkan di hadapanmu, saat kehangatan bukan bahasa yang kau pahami. sedang kata-kataku sudah tumpah ruah, mengalir tanpa muara.
sebaiknya ini yang terakhir (ah, kalimat munafik itu lagi) menuliskanmu dalam bait, menghapuskan dari hati, nadi dan semua kosa kata tentang diri sendiri.
aku sudah mati, dari yang kau kenali. suaraku bisu, telingaku tuli, mataku buta dan seluruh indraku kehilangan fungsinya, jika itu tentang permainan yang kau tawarkan.
ini yang terakhir (bajingan, kata ini masih saja kutuliskan) jadi kau harus mengerti, cinta tak punya kuasa untuk kehidupan mereka yang tak terjajah. jadi kau bebas berpikir apa saja, tapi aku adalah manusia yang merdeka.
35 notes · View notes
mamadkhalik · 1 month
Text
Catatan Kemenangan : Adab Komunikasi dalam Silaturrahmi
Tumblr media
1. Tidak Jumawa Akan Ilmu
Seandainya kamu bertemu dengan orang yang lebih berilmu, dengarkan dan jangan memotong pembicaraanya. Barangkali ada satu pelajaran yang dapat kamu ambil dari nasihatnya.
Pengalaman saat menjadi ADK anyaran, pasti akan mengalami sindrom merasa paling paham medan dakwah, tahu permasalahan umat, dan tahu solusi penyelesaianya. Tapi ketika silaturrahmi ke Kyai Kampung saya, kontribusi dakwah yang ku lakukan ternyata tak ada apa-apanya dibanding beliau.
Beliau dengan segala keluasan ilmu itu dengan sederhana mengaplikasikan dalam penyelesaian masalah sosial dan dengan tekun membersamai masyarakat agar selalu dekat dengan agama.
Maka, jangan jumawa akan sebuah ilmu. Apalagi hanya berbekal ikut lembaga dakwah kampus atau baca buku ringkasan Ihya Ulumuddin. Tetap ilmu padi abangkuh.
2. Belajar Mendengar
Ketika ada orang yang berbicara akan suatu hal, sedangkan kamu lebih paham akan hal tersebut, dengarkanlah selama tidak mengarah kepada syirik dan kemudharatan.
Pengalaman poin kedua ini hampir setiap hari saya dengarkan. Mendapat cerita yang sangat tidak masuk akal seperti berjalan di air lah, bermimpi ketemu ini dan itu lah, atau bisa mengatasi genderuwolah. Ya intinya nggak masuk akal pokoknya.
Lama kelamaan, saya mencoba memahami apa yang dibicarakan. Mendengar dengan niat tidak menyepelekan, meskipun kita paham kadang itu cuman cerita rekayasa tanpa arti. Tapi, itulah wajah masyarakat kita, setidaknya apa yang saya lihat dan dengarkan.
Akhirnya hanya saya jadikan hiburan dan dari lingkungan itu secara tidak langsung juga sadar itu hanya bualan. Dengerkan agar senang.
3. Memperbaharui basa-basi
Lebaran kali ini tidak basa-basi ke ponakan dengan kalimat, "wah udah gede ya". Hendak menjadi om-om yang ramah dengan gen-Z.
Setidaknya saya sudah menyiapkan poin basa-basi yang tidak basi untuk ponakan :
Gimana kuliah/sekolahnya?
Di kampus makanya masak sendiri atau pokwe?
Rektor kampusmu bersahabat nggak?
Di kampus tahu KAMMI nggak?
Kemarin nyoblos siapa?
Tapi ya baru disiapin, belum ditanyain juga sih wkwk
Intinya, Selamat Hari Raya Idulfitri 1445 H. Selamat Hari Raya Makan-Makan. Mohon maaf kalau ada khilaf mutual tumblrku. Menyala abangku.
Ngawi, 03 Syawal 1445 H.
35 notes · View notes
Text
Bahan Renungan Diri
Dua hari sebelum lebaran Qodarullah kesedak tulang. Buka sama ceker mercon yang udah diekspetasiin bakalan enak sejak lama. Alhasil tulangnya nyangkut di tenggorokan. Perasaan teliti tapi ternyata emang kurang hati-hati malah kutelen semua tulangnya.
Segala cara udah dicoba biar tulangnya bisa ikut turun. Entah dengan banyak air, nasi digulung-gulung bulet, roti, dan segala macamnya yang diharapkan bisa membawa tulang itu turun ke bawah. Qodarullah tetep engga mau turun dan setiap nelen selalu ada yang mengganjal. Dan asli, ini sakit. Mencoba sabar dan setiap hari berharap kalau tulangnya turun alhasil tetep belum juga.
Besok malamnya panas dingin, meriang, badan seperti remuk, mata susah ngebuka, nafas panas banget ditambah lemes sebadan-badan. Minum obat radang & paracetamol. Saking panasnya diri sampai engga tau ngomong apa sampe gatau gimana letak posisi tidur hingga tiba waktu sahur.
Reda sebentar paginya mulai sakit lagi. Sudah sakit akibat tulang, sakit pula sebadan-badan, meriang, tak beraturan. Memutuskan ke klinik terdekat untuk diperiksa alhasil tensi darah rendah, dokternya nyuruh diri buat buka mulut selebar-lebarnya, dibawalah dokter alatnya semacam besi panjang untuk nahan lidah dan semacam gunting untuk korek-korek tulang yang nyangkut di tenggorokan. Engga kuat nahan muntah, berkali-kali dicoba alhasil tenggorokan rusak luka-luka semua bagian kirinya subhanallah sakitnya engga ketahan sampai badan betul-betul terasa lemah. Tapi sampai saat ini apakah tulangnya masih ada atau engga, semoga ini cuma sakit bekas luka pengambilannya.
Hanya bisa mentaddaburi apa yang menimpa diri. Yang pertama betapa jumawanya kita, entah dengan ilmu, harta, jabatan, nasab, dan hal lainnya tetapi ketika ada tulang kecil saja yang menyangkut di tenggorokan kita, kita hanya bisa kembali kepada Allah untuk berdoa dan bersabar. Ini adalah bukti, ketika Allah ingin timpakan kepada kita hukuman, ujian, atau cobaan, maka tidak akan ada yang bisa menepisnya. Jika Allah ingin menimpakan kita ketidaknyamanan, hanya dengan benda sekecil itu Ia timpakan pada kita, dan kita begitu merasa amat tersiksa dan sakit karenanya, dan itu merupakan hal yang begitu mudah bagiNya. Obat semahal apapun kita beli, dokter spesialis manapun kita datangi, kita tetap harus bersabar akannya, kita belum bisa menikmati hidangan dengan nyaman, dan tidak bisa menelan ludah sebagaimana biasanya. Begitu kuasanya Engkau ya Allah. Betapa tidak berdaya hamba yang penuh jumawa ini. Dan satu hal lagi pelajaran yang bisa diambil. Benar, semua orang bisa membeli obat tetapi tidak bisa membeli yang namanya kesehatan.
Yang kedua, sejak awal aku mentaddaburi pada doa kesembuhan. Bahwa tidak mengapa semoga saja dengan sakitnya bisa menggugurkan dosa-dosa. Aku berharap sakit ini menghapuskan sebagian banyak dosa-dosaku. Aku merenungi sakit ini mungkin ada seseorang yang tak kusengaja dilukai hatinya atas perkataanku maka ini balasannya untukku, aku mencoba merenungi dan menerimanya. Atas dasar ini aku malu sekali mengeluhkannya. Tetapi yaAllah rasanya sakit sekali aku takut luka yang ditorehkan atas kata-kataku pada seseorang lebih menyakitkan.
Ya Allah terima kasih telah memberiku kesempatan untuk dihapuskannya dosa-dosaku. Aku tau Engkau menyayangiku. Ya Allah redakan sakit ini sesungguhnya aku telah menangis di hadapan kedua orang tuaku dan aku membuat mereka kesusahan merawatku. Aku merindukan khusyuk berdoa di awal waktu, sekarang aku lemah ya Allah bantulah aku menyelesaikan apa yang akan kuhadapi. Engkau Maha Pengasih Maha Penyayang.
21 notes · View notes
tadikamesra · 4 months
Text
WP #56 Tadika Mesra
Tumblr media
Setelah sekian lama menghilang dari dunia tumblr, semoga kami, anak-anak Tadika Mesra dapat rajin menulis lagi ya🫶🏻😎
---
Di bawah Naungan Rumah-Nya
Pikiranku mengawang, bukan menelisik namun mereka-reka, apa awal yang baru bagiku.
Perjalanan dari kota ke kota antar pulau, selalu menjadi hal baru dikala kaki tiba menjejak daratannya. Pekerjaan berbeda-beda bidang, senantiasa meminta adaptasi diri atas hal-hal baru terkait sistem dan medan kerja. Orang-orang baru sudah tentu menjadi konsekuensi pada kedua hal itu. Sejuta watak dan karakter manusia yang ditemui, menuntut sabar dan seni bersosialisasi tersendiri ketika menghadapinya. Berkawan dan melawan, atau berkawan lalu aku ditikam.
Apakah awal yang baru merupakan perulangan-perulangan peristiwa yang belum pernah ada dalam riwayat pengalaman hidup kita? Apakah itu bisa dikatan awal yang baru, sedangkan Tuhan sedang menanti kembaliku lewat tanah pekuburan itu.
Ahh, terlalu sering awal baru melintas dihidupku, entah setiap awal tersebut bisa dikatakan telah selesai atau pupus begitu saja ditengah laku sebagai akhirannya.
Aku hanya ingin awal baru yang abadi hingga nanti. Entah, awal baru yang seperti apakah itu, akupun tak tahu....
@bahteranawasena
*****
Dari waktu ke waktu, aku bertanya-tanya mengenai hidup yang kuinginkan. Apakah aku telah siap untuk memulai awal yang baru? Apakah keputusanku yang ingin melepas sesuatu adalah pilihan yang tepat?
Dan, berbagai pertanyaan lainnya mengiringi setiap langkahku di tiap hari. Namun, hidup memang tidak selalu tentang berjalan lancar, kan? Ada proses yang panjang yang perlu dilewati agar aku bisa menjawab setiap pertanyaan yang diajukan hidup.
Pada akhirnya, aku hanya ingin melangkah dengan penuh keberanian; menciptakan masa depan yang selalu kuinginkan.
@hardkryptoniteheart
***
Apakah esok adalah awal yang baru? Ataukah setiap detik yang terus berdenting adalah awal yang baru?
Apakah awal yang baru adalah setiap kesempatan yang ditawarkan oleh detik yang bergulir? Ataukah awal yang baru adalah ketika aku membuka mata di subuh hari untuk memulai perjalanan mengarungi takdir dan menjemput rejeki yang telah digariskan-Nya?
Semoga Tuhan selalu mengajarkan hati ini mensyukuri nafas kehidupan yang dititipkan-Nya untuk menapaki waktu, yang mungkin itu adalah awal yang baru atau mungkin kesempatan terakhir yang selalu tidak kita pahami yang bisa saja seketika tidak bisa lagi untuk dinikmati. Maka bertahanlah, pandai-pandailah bersyukurlah dan tetaplah hidup dengan terus melangkah!✨
@kkiakia
***
Apabila bercerita tentang awal yang baru; aku harap setiap harinya adalah awal baru.
Saban hari saat langit hampir petang, beberapa pertanyaan menggelitiki tentang apa yang baru dan yang lalu.
Awal yang selalu dijadikan acuan perubahan, ternyata tidak selalu begitu.
Ia menunggu siapa yang paling cepat sampai dengan tidak terburu-buru sebab nafsu, Ia menunggu siapa saja yang paling ingin menyelamatkan diri dari kejaran waktu, sebab katanya mereka yang akan merugi bila tak menyegerakan diri.
Aku berpacu, menyelamatkan diri aku berpacu.
Sewaktu itu ibu sempat sampaikan; tentang apa-apa yang lalu. Ibu bilang bahwa yang lalu adalah tolak ukur paling syahdu untuk awal yang baru. Mereka yang mengerti diri, yang akan tau dimana letak celah retak walau seujung kuku.
Maka untukku sesuatu yang lalu, namun untuk kita sesuatu yang baru.🦋
@imiw
***
Tahun yang Pesimistis
Menurut Mereka;
Bahkan cenderung Annus Horribillis menurut mereka lagi;
Seluruh bagian dari bola bumi ini tengah bergerak dan bergolak!
Mustahil untuk tetap Jumawa....
Dan menyatakan bahwa kita akan Selalu berdiri tegap disini dalam suasana yang tenteram dan penuh kedamaian
Lantas jika katakan-lah, perang antar seluruh bangsa jilid ketiga itu benar terjadi.
Apa yang hendak kulakukan?
Apa yang hendak kau lakukan?
Apa yang hendak kita lakukan?
Bukankah pada akhirnya juga akan seperti biasa?
Berusaha terus bertahan hidup, penuh dengan rasa Tawakal ke hadirat-NYA hingga pasrah sejadi-jadinya....
Maksudku....
Aku sendiri tak pernah berpikir untuk ikut serta menembaki pesawat - pesawat tempur Amerika di atas langit sana....
Tak pernah terpikir untuk berdiri di baris terdepan demi menghalau tank - tank Jerman itu....
Atau ikut berkonstribusi demi mengusir kapal - kapal Inggris dari lautan kita yang maha....
Buat apa?
Bila di setiap penghujung malam aku masih harus berjibaku dengan alam pikiranku sendiri, ditawan gundah gulana dan mimpi - mimpi buruk hingga pagi menjelang
Persetan dengan Russia dan Korea Utara, sebiadab - biadabnya mereka, Setan - setan di kepalaku akan jauh lebih licik....
@lucifermorningstark
***
Datanglah padaku saat badai dalam hidupmu masih belum dapat engkau redakan sendiri.
Biarlah guntur saling bersahutan diatas semestamu dan engkau akan aman dalam dekapku.
Tak apa jikalau kisah yang lama masih belum rampung untuk kau selesaikan aku masih setia menunggu dengan rasa yang sama.
Istirahatlah sejenak karena setiap cerita harus memiliki jeda agar bisa terbaca dengan jelas.
Sekalipun mentari enggan bersinar lagi tetaplah tegar karena engkau tak bisa mengubah akhir dalam kisahmu tapi engkau masih memiliki kesempatan di awal yang baru.
@kevinsetyawan
***
Aku ingin sekali memulai awal yang baru; tanpa ragu, tanpa tapi, tanpa banyak basa-basi. Karena menjadi pengecut rasanya melelahkan, memilukan.
Namun, setiap kali portal pikiranku terbuka, aku melihat diriku makhluk kecil yang tengah berdiri, mendongak, melihat bayang bernama ketakutan, sosok bernama kekhawatiran, hantu bernama masa lalu dinaungi gelapnya kabut masa depan. Mereka semua menghadangku, menutupi penuh pandangan mataku.
Aku memandang mereka dengan gemetar, gentar, tapi anehnya, mereka tiba-tiba berubah menjadi setumpuk buku tebal, ketika ku beranikan diri membukanya, kumpulan kertas didalamnya bertuliskan dosa-dosaku di masa lalu. Aku membacanya dengan malu, aku tahu aku tidak mampu mengubahnya. Aku terbangun dari mimpi yang terasa nyata itu, betapa sekarang yang ingin aku lakukan hanya berjalan, menerima setiap pagi yang menjelang, sebagai awal yang baru, sembari berterima kasih atas setiap kesempatan yang berbolak balik dengan kesiapan.
@paiq
***
Mau kemana lagi? Sejauh apapun kau pergi kenangan akan selalu mengikutimu, tersebab ia mempunyai ruang tersendiri di hatimu.
Maka dari itu, mari memulai lagi, mengambil langkah baru, menuju awal baru, mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi, menyusuri jalan-jalan yang belum pernah dilewati. Terserah kemana, asal tak berkutat di tempat lama yang itu-itu saja.
Tak peduli setajam apa luka hari lalu, semua akan sembuh beriringan dengan waktu. Tak peduli selebam apa luka waktu itu, semua akan baik-baik saja asal aku bersungguh-sungguh menyembuh.
@by-u
***
Awalnya kupikir awal yang baru hanya berbicara perihal bergantinya hari demi hari, berputarnya waktu demi waktu yang dimana—setiap pergantiannya selalu disebut sebagai awal yang baru.
"Bismillah .. kita mulai dari awal lagi. "
Barangkali itulah ucapan-ucapan yang gak pernah alpa kita sebutkan di pagi hari atas bergantinya hari.
Terus begitu.
Berputar putar bersama pengulangan pengulangan yang selalu ada.
Meski nyatanya tidak semua penutup hari selalu sama.
Pasti ada beda serta pelajaran yang berharga.
Sampai akhirnya—ada satu hari dimana aku merasa merdeka menjadi diri sendiri. Jauh dari ekspektasi dan harapan orang lain, jauh dari kata melukai diri sendiri. Jadi, kupikir sebenar-benarnya awal yang baru bagiku adalah ketika aku merdeka menjadi diri sendiri dengan mengesampingkan rasa "gak enakkan", ketika aku berani bilang tidak pada sesuatu yang memang tidak bisa aku lakukan, dan ketika aku melakukan segala sesuatunya dengan cinta—bukan karena pressure dari orang lain.
@aksara-rasa
***
Terbawa drama awal tahun yang pikirku akan semakin mudah ternyata malah makin sulit..
Terkait asmara rumit dibalut janji yang harus ditepati, meski akhirnya terbentur lagi oleh keadaan..
Semua pondasi yang sudah terbentuk, harus hancur lagi, dan mengulang semua dari awal..
Ya semoga masih belum terlambat
@teguhherla
***
Mungkin ini waktunya untuk memberanikan diri; tak hanya saat awal kaki dilangkahkan, tapi juga tau kapan langkah itu harus dihentikan setelah cukup alasan.
Mengawali hal baru tentu membutuhkan keberanian, bukan? Setidaknya, berani merencanakan. Memikirkan matang-matang apa yang hendak digapai di kemudian. Juga bersiap dengan segala konsekuensi dan pertanggungjawaban.
Keberanian juga dibutuhkan saat harus memilih berhenti ketika sudah tergapai sekian harapan. Berhenti bukan berarti mengakhiri, lalu menyerah dengan keadaan. Tentu dengan tidak gegabah tanpa perhitungan. Agar tak ada yang namanya penyesalan.
Selamat menyikapi awal yang baru, dan berdamai dengan yang lalu.
@hafidhulhaqq
~~~
Pojok Kelas Tadika Mesra, 16 Januari 2024
37 notes · View notes
mutiarafirdaus · 9 days
Text
Topeng Tegar Ayah dan Ibu
Kemarinan habis menonton sebuah film. Tentang orangtua yang memilih menikah di usia sangat muda. Mereka saling mencintai, maka pernikahan dinilai sebagai solusi.
Di masa sekolah, si ibu dan ayah dua orang yang berprestasi. Menjadi desas-desus sekolah karena deret prestasi yang dimiliki. Tampan cantik yang mereka miliki juga diakui kanan kiri. Namun ketika beberapa waktu menjalani pernikahan, semua berubah.
Kedewasaan yang dibutuhkan dalam menjalani rumah tangga ternyata beda sekali levelnya. Kompetisi mencari kerja. Tanggungan hidup yang besar nilainya. Anak-anak yang mulai lahir ke dunia.
Topeng tegar yang harus dikenakan ketika pintu rumah terbuka seringkali menyiksa. Tapi itu satu-satunya seragam yang harus mereka pakai untuk hadapi dunia.
Ketika anak-anak besar, mereka tumbuh dengan tiada menahu perjuangan ayah ibu. Menuntut dengan keras apa-apa yang mereka mau. Ringan sekali lidahnya melontarkan kata-kata tabu.
Meski usia sudah beranjak tua, topeng tegar itu masih harus dipakai rupanya. Kalau dulu menghadapi tuntutan pekerjaan, saat ini menghadapi tuntutan keturunan.
Jadi keingat orangtua. Menikah di usia muda, hidup seatap dengan manusia yang tak pernah dijumpa. Berpindah satu dua tempat untuk bisa bertahan dalam tingginya tingkat persaingan hidup di Jakarta. Kukuh mendidik putra-putri dengan nilai Islam meski kanan kiri geleng-geleng kepala.
Lantas jika mereka menyulut emosi satu dua, pantaskah kamu merasa jumawa?
10 notes · View notes
imespramesti · 3 months
Text
Nano-nano Term Kedua
Aku nggak akan lupa minggu pertama Februari 2024. Banyak kabar yang bikin kaget, termasuk dirilisnya semua nilai mata kuliah term pertama. Begitu menerima email final result, sontak aku merasa bodoh.
“Bodoh banget sih mes?”
Tahu persis kalau ngatain diri sendiri gini sangat nggak baik, tapi gimana? Nggak ada opini yang bisa aku munculkan untuk melawan statement-ku sendiri.
Nilai kamu D, apa namanya kalau bukan stupid?
Kalau tahu, coba kasih jawabannya di bawah sini 🙂
Alhamdulillah, hari-hari berikutnya mulai merasakan kemudahan dari Allah untuk menerima takdir-Nya. Nilai udah keluar, mau gimana lagi? Kalau harus resit (mengulang ujian di penghujung tahun), ya dijalanin aja.
Selain itu, ada tiga hal yang bikin legowo untuk menerima nilai yang nggak sesuai ekspektasi:
Ada hal-hal yang nggak berubah walaupun nilaiku D. Rasa tumis jamur dan paprika buatanku tetap enak terlepas nilaiku yang nggak karuan itu. Pemandangan dari jendela kamarku tetap cantik walaupun nilaiku bukan A, B, atau C. Pengalaman lari pagi tetap bisa dinikmati meski nilai mata kuliah ini nggak bisa dibanggakan. Masih banyak hal-hal yang nggak ada hubungannya dengan nilai jelek. Keadaan bumi ini before-after kamu dapat D ternyata sama loh.
“Mungkin bukan bodoh, cuma kamu butuh waktu lebih lama aja untuk belajar”, adalah salah satu nasihat teman yang masuk ke otakku saat itu. Iya juga ya, masuk akal. Mungkin kalau waktu belajar lebih panjang, nilaiku lebih bagus juga. Mungkin melabeli bodoh tuh nggak adil kalau berdasarkan satu nilai mata kuliah. ‘Bodoh di mata kuliah Introduction to Neuroscience’, mungkin lebih tepat daripada ngatain diri sendiri dengan cara pertama.
Sebetulnya ini petunjuk paling awal yang sampai di aku, bukti nyata kalau Allah nggak ninggalin walaupun mengizinkan kejadian nggak enak mampir bentar :”) Kebetulan tilawahku molor, kebetulan baca ayat ini setelah dapat email nilai D.
Allah bilang bahwa hal baik maupun buruk sudah sejak lama ada di lauh mahfuz, sehingga jangan kecewa kebangetan ketika sesuatu nggak sesuai ekspektasi. Pun nggak perlu jumawa ketika berasa ketiban dunia runtuh karena rezeki dari-Nya.
Kalau bahagia, nggak selamanya. Kalau sedih, nggak akan lama. Karena cuma dunia, cuma sementara.
Glasgow, 12 Februari 2024
19 notes · View notes
fazarrias · 1 year
Text
Sebuah Pengingat
Tumblr media
Lebaran kali ini mengajarkanku bahwa jika yang kita cari adalah penilaian manusia, maka kita akan lelah sendiri. Percayalah, tak akan pernah bisa kita memenuhi ekpektasi manusia dengan isi kepala yang berbeda. Tak akan pernah mampu kita menuruti maunya setiap mata yang belum tentu memiliki sudut pandang yang sama.
Jadilah yang terbaik hanya karena Allah. Cukup Allah saja. Karena dengan ini kita akan lebih tenang saat kita dapati penilaian buruk manusia. Kita tidak mudah kecewa. Sebab kita tahu, bukan puja puji manusia yang kita tuju.
Jadilah yang terburuk di mata sendiri. Sehebat apapun kamu dengan pencapaianmu. Sebaik apapun dirimu dengan segala ibadah yang sudah kamu kerjakan. Jangan jumawa. Jangan berbangga. Tak ada gunanya. Jadilah lebih baik tanpa merasa paling baik.
Jadilah sederhana di mata manusia. Kembali ke poin pertama. Tak perlu bersusah payah memuaskan orang lain. Karna tak ada habisnya. Jadilah sederhana dengan akhlak yang mulia. Jadilah sederhana dengan hati yang tak pernah menyakiti.
Palembang, 27 April 2023 || 11.09 || mari berbenah hanya karena Allah semata.
83 notes · View notes
ann7am · 7 months
Text
Tentang Adab
Kita terlalu sibuk mengurusi hidup orang lain dan menganggap pertanyaan-pertanyaan ini harus segera terjawab.
Kenapa belum dapat kerja?
Kenapa kerja di tempat itu?
Kenapa kamu belum menikah?
Kenapa kamu belum punya anak?
Kenapa kamu belum tambah anak juga?
Kenapa gaya parentingnya seperti itu?
Kenapa kuliah terus kerjaannya?
Kenapa belum punya rumah dan kendaraan yang bagus?
Kenapa jalan-jalan terus? Kenapa ga disedekahkan saja hartanya?
Kenapa sering makan di tempat yang bagus?
Kita terlalu menormalisasi pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kita tidak peduli bagaimana perasaan orang yang ditanya dan sesusah apa mereka sudah berusaha akan hal-hal yang ditanyakan itu. Kita tidak peduli apakah yang ditanya merasa tersudut dan bersedih dengan pertanyaan-pertanyaan personal tersebut.
Padahal takdir setiap orang berbeda. Padahal prioritas setiap orang tidak bisa disamakan. Padahal tidak ada kewajiban orang lain untuk segera menjawab semua pertanyaan yang bersifat pribadi itu. Padahal tidak ada urgensinya kita tahu penjelasan orang lain tentang kehidupan yang dijalaninya. Padahal kita tidak ada niat untuk memberikan solusi kepada mereka yang kita tanya-tanyai tentang kehidupannya.
Padahal urusan ibadah tidak perlu diumbar di media sosial. Padahal anak kita sendiri tak terurus, kurang kasih sayang dan malah dititipkan pengasuhannya pada orang lain. Padahal ada keluarga kita yang mesti dinafkahi. Padahal ada hubungan tak baik yang mesti diperbaiki oleh kita dengan mertua. Padahal ada urusan domestik rumah tangga yang perlu diurus juga.
Padahal ada hati kita yang mesti diperbaiki dari segala racun dan penyakitnya. Padahal ada suaminya yang perlu ditaati dan dipenuhi kebutuhannya. Padahal masih banyak urusan yang mesti kita selesaikan ketimbang mencari-cari aib orang lain.
Kita kadang sering jumawa, merasa sudah paling baik keturunannya, merasa sudah paling baik leluhurnya, merasa sudah paling sholih dan sholihah sehingga sangat mudah untuk memandang rendah orang lain, menganggap orang lain paling salah dan berdosa. Padahal dosa-dosa kita juga banyak. Hanya Allah sedang sembunyikan saja.
Semua hal tentang hidup orang lain didasarkan hanya karena ingin tahu saja. Hanya ingin membandingkan saja. Yang lebih parah, kita hanya ingin memastikan saja orang lain tidak lebih bahagia dari hidup kita.
Kita tidak mau mengakui kalau ada yang bermasalah dalam hati kita ketika kita merasa tidak senang melihat orang lain merayakan pencapaian-pencapaian kecil dalam hidupnya. Kita tidak mau mengakui bahwa ada titik ketidakbahagiaan yang membuat kita ingin menutupinya dengan cara mencari-cari kesalahan orang lain. Kita tidak mau mengakui bahwa hidup kita ternyata tidak sebahagia orang lain.
Dan ini yang paling menyengsarakan, tuan dan puan. Semakin kita membandingkan hidup kita dengan orang lain, semakin tidak bahagialah kita dan semakin sempitlah hati kita ketika melihat orang lain lebih bahagia hidupnya.
Semua orang hanya sedang menjalankan takdirnya masing-masing. Hidup ini terlalu singkat jika tidak digunakan untuk berbenah diri
Amalan kita mungkin masih sedikit. Tak ada jaminan pula kita bisa masuk surga. Tak ada yang tahu. Sampai kita mengetahui bagaimana kesudahan hidup kita nanti; ketika ruh sudah terlepas dari raga. Maka perbanyaklah mengurus diri sendiri. Perbanyaklah mengurus urusan dengan Rabbmu.
Sebelum menyesal.
Sebelum berpulang.
Semoga Allah memberkahi tuan dan puan.
20 notes · View notes
sajakjalansunyi · 7 months
Text
Sederhana saja, kalau kita dalam keadaan baik-baik saja, jangan jumawa, kita baik karena atas izin Tuhan.
Dan kalau kita dalam keadaan tidak baik, jangan cari kesalahan dan mengeluh sana sini. Kita dalam keadaan buruk karena karma kita buruk.
19 notes · View notes
85kilometer · 1 month
Text
Membalasmu Setelah Empat Puluh Dua Menit Awal
Selamat pagi Perempuan Kesayangan.
Tulisan ini kujadikan balasan untukmu yang sedang menghibur diri dengan kata-kata pada empat puluh dua menit setelah tengah malam berlalu di bagian barat negeri.
Sayangku, jangan bersedih, bukanlah salahmu yang membuat amarahku kambuh. Hanya aku yang menjatuhkan diri pada genangan tak waras nan gusar. Maka, harusnya aku yang berterimakasih karena telah memadamkan resah bersama susah dalam air mata. Meski begitu, engkau tetap membersamai catatan kisahku. Bersama ini, kuimpikan catatan sepanjang napas yang engkau liputi hingga menetap dengan baka.
Sayangku, maafkanlah aku sebagai lelaki tidak tahu diri yang dibutakan jejak usang. Maafkanlah aku yang membiarkan sanubarimu berdarah-darah bergelimang larutan derita. Maafkanlah aku yang seringkali tak menjulurkan tangan kepadamu di tepi jurang bimbang. Jumlah jariku tidak ada apa-apanya dibanding keramahan terbaik darimu seorang.
Sayangku, engkau sangat layak mendapatkan cinta sebagaimana belangkas dalam filosofi Jawa. Engkau menerimaku dengan tangan terbuka dan kehangatan sempurna, tidak seharusnya aku menampar dan mendorongmu hingga terjungkal terisak-isak. Sampai kapanpun, ketika setanku menyakitimu, tidak pernah hilang keegoisannya untuk menjadikanku satu-satunya milikmu.
Sayangku, aku tidak sedang bermandikan amukan yang sudah engkau gantikan dengan kasih sayang. Aku tidak ingin membiarkan ego dan julang jumawa mengubah ketenteraman cinta kasih kita yang indah menjadi kerusuhan geram benci yang rusak.
Pagi ini, ketika kata demi kata kupilah. Ketika frasa demi frasa kutata. Ketika kalimat demi kalimat kuhubungkan. Ketika sesal bersama kesedihan membangunkanku lagi dari khayalan tak semestinya. Memang aku tetap mencintaimu sebagai pasangan tunggal sepanjang masa.
9 notes · View notes
aksarahumaira · 1 month
Text
Tidak Pernah Cukup
Tumblr media
Aku...mungkin termasuk orang yang selalu merasa tak pernah cukup ketika akhir Ramadhan datang mendekat. Walaupun ku dapati malam itu duduk dihadapan mushaf beberapa jam lamanya, tak bisa merasa cukup. Walaupun sujudku mungkin lebih lama dari biasanya, juga belum terasa cukup. Usahaku sulit terlihat cukup ketika menyadari diantara lautan dosa, rahmatNya masih seluas samudera. Diantara kelalaian, masih banyak ku dapati kemudahan dalam perjalanan kehidupan.
Bagaimana bisa merasa cukup jika perlu kehadiran Ramadhan untuk kembali merangkai tangis penuh ampunan kepada Rabb-nya pemilik diri? Bagaimana bisa merasa cukup ketika ada begitu banyak hal yang perlu di mohonkan ampunanNya? Lisan yang mungkin menyakiti pendengarnya, pandangan mata yang mungkin perlu lebih banyak dijaga, telinga yang banyak mendengarkan kesia-siaan, tangan yang begitu mudahnya meluapkan amarah pemiliknya, kaki yang mungkin tanpa sadar mengantarkan pada dosa, hati yang kotor penuh jejak kelalaian. Apakah Ramadhan perlu hadir lebih lama? Bagaimana jika waktu persinggahan di dunia tak sampai pada Ramadhan berikutnya?
Ketika orang-orang sholih merasa takut amal Ramadhannya tak diterima, dengan begitu banyak amalan yang tak ada sebutirpun bisa kita menandinginya, pantaskah diri merasa baik-baik saja? Pantaskah dengan jumawa akan amalan yang sedikit ini penuh keyakinan diterima Rabb-nya manusia?
Semoga Allah dengan kasih sayangnya, mengampuni kita yang banyak lengahnya sejak awal Ramadhan. Semoga Allah ridho menerima amalan kita yang tak seberapa.. Yaa Rahman Yaa Rahim, kalaulah dengan Ramadhan saja tak Engkau ampuni kami, lantas dengan cara apa lagi kami harus memohon ampun?
________________
Nulisnya sambil nangis :")
Ibrah ga bisa i'tikaf, jadi punya space sendiri untuk berdoa dan memohon banyak ampunan. Ramadhan ini jadi moment paling beda diantara Ramadhan sebelum-sebelumnya. Melapangkan hati dengan dicukupkan hanya bisa murojaah, tapi mensyukuri jadi punya waktu buat merealisasikan baca terjemahan Quran. Semoga Allah terima amalan-amalan Ramadhan kita yang sedikit ini ya, kayanya bukan kita sih.. tapi saya. Hehe :")
Jakarta, 3 April 2024
18 notes · View notes
mamadkhalik · 28 days
Text
Catatan Kemenangan : Adab Tak Lekang Zaman
Tumblr media
Ceritanya paklik saya ini dapat undangan menjadi pembicara di suatu kampung. Tiba-tiba saat perjalanan beliau dikabari panitia bahwa ada seorang gus dari pondok ngalongnya dulu datang dan bersilaturahmi di pengajian kampung tersebut.
Setelah merenung di perjalanan, paklik saya akhirnya memutuskan untuk memberikan ruang bagi gus tersebut untuk ceramah dahulu. Meskipun menjadi pembicara utama dan lebih tua, gus tersebut lebih berilmu dibandingkan beliau yang hanya kyai kampung sederhana, disisi lain ini sebagai bentuk adab dan penghormatan bagi Pak Kyai tempat ngalongnya dulu.
Menjadi pembicara utama tentu paklik sudah menyiapkan materi, tapi realitanya apa yang ingin disampaikan sudah cukup dijelaskan oleh gus tadi. Beliau akhirnya improvisasi menyampaikan materi lain dengan maksud tak ingin menambahkan materi sebelumnya.
Tak disangka, salah satu niat gus tadi hadir adalah sebagai rutinan untuk menyambung silaturahmi dengan warga, juga ingin ngalap berkah kepada pembicara utama. Setelah berbincang pasca agenda itu, akhirnya beliau ini baru tau kalau paklik pernah ngalong di pondoknya. Paklik sengaja tidak memberitahu di awal karena tentu akan mempengaruhi cara berkomunikasi gus itu kepadanya.
Sekali lagi ini, bentuk adab antara orang-orang berilmu.
Kisah paklik ini cukup menampar saya, terkhusus bab tentang adab. Nasihat beliau, memang akan ada masanya kita itu merasa jumawa akan ilmu, manusiawi. Tapi saat kita sadar, tugas kita harus mengejar ketertinggalan kebodohan akan ilmu, tapi yang tak kalah penting, adab harus menjadi laku utama di setiap zamanya. Itu menjadi tanda keberkahan ilmu yang kita dapatkan.
Kerten, 06 Syawal 1445 H.
21 notes · View notes