Tumgik
#hobi baca
dindapranata · 2 years
Text
Stigma Penikmat Buku: Anti-Sosial, Mungkinkah?
Stigma Penikmat Buku: Anti-Sosial, Mungkinkah?
“Serius amat Sis?” tanya Hera di sela-sela jam istirahat. “Nggak sih, cuma lagi seru-serunya aja,” sahut Siska sambil melirik Hera yang menyeruput pop ice coklat-nya. “Sekali-kali kumpul sama anak-anak gitu kek! Baca mulu kerjaanmu,” keluhnya. “Kan kadang-kadang ikut kumpul juga,” sahut Siska tanpa memalingkan wajah. “Kamu itu ya kebanyakan baca, awas jadi anti sosial terus nggak punya temen,”…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
aisndry · 1 month
Text
Baca Aku 📚
Tumblr media
Debu halus yg menyelimutiku
Tertahan seperti Palu yang menekan
Lihat aku....
Kau menumpuk-numpuk diriku namun kau tidak membuka lembaran diriku
Ketika diriku tampak pada etalase toko, kau menginginkanku
Bagaimana dengan sekarang?
Apakah hobimu hanya sebatas wacana?
Awalnya kau sangat mencintaiku namun kau membiarkanku tergeletak terlalu lama
Diterkam oleh keinginan palsumu yang perlahan membunuhku
Jangan seperti pecundang yang penuh ketidakpastian
Baca aku....
Buka lembaran diriku agar dirimu dapat memahami arti diriku yang memperdulikanmu
3 notes · View notes
yunusaziz · 2 months
Text
Bagaimana visi orang tua diwariskan kepada anak? -bagian 2-
Tumblr media
Jika belum ada yang baca -bagian 1- kemarin, sila baca terlebih dahulu ya. Karena tiap bagian akan bersambung^^
Perlu saya tegaskan kembali. Bahwa 'mewariskan' visi kepada anak merupakan peran dari Ibu dan Ayah. Keduanya memiliki peran yang 'parsial', tetapi saling berkesinambungan dan melengkapi. Jika pada bagian 1 kemarin, tindakan menjadi 'asbab' yang paling diutamakan, sebab mendidik ada kalanya lebih powerful ketika dicontohkan. Maka pada bagian 2, saya akan bahas dari sisi bahasa, baik yang melalui verbal dan non verbal.
Eits, ini ko tiba-tiba jadi formil gini bahasanya, beda sama sebelumnya.. Gapapa ya.. 😂
Manusia dibekali Allah otak yang luar biasa, mampu merekam apapun yang ada di sekelilingnya. Mau itu baik atau buruk, selama berinteraksi dengan panca indera, semua akan terekam. Maka, memperhatikan bahasa, atau cara berkomunikasi kepada anak juga merupakan hal fundamental dalam upaya mewariskan visi kepada anak.
Sesuatu yang baik, tentu akan menjadi input yang baik untuk anak. Adanya obrolan yang bernuansa positif, semisal menanyakan kabar, obrolan ringan tentang hobby, minat-bakat, sampai ke diskusi berat perihal masa depan, adalah sarana yang tepat dalam memberikan 'masukan' pada proses anak membangun visi hidupnya.
Oleh karenanya, sekali lagi menjadi hal yang penting bagi (calon) orang tua, untuk memperhatikan tutur katanya. Tidak sedikit kita jumpai, anak yang bahkan masih di usia balita berkata yang tidak sepantasnya. Tentu banyak kemungkinan hal itu terjadi, entah karena mereka mendengar dari lingkungannya, tayangan media, dan tidak menutup kemungkinan dari orang tuanya. Ya hal demikian sering terjadi :)
Fatherless Country
Mungkin bukan jadi istilah asing bagi mereka yang peduli akan dunia parenting. Bahwa salah satu penyebabnya adalah rendahnya komunikasi Ayah terhadap anak. Tidak sering obrolan Ayah stagnan pada satu topik saja, alhasil suasana jadi kering dan dingin. Jika anak nggak balik inisiatif bertanya, kelar dah tuh obrolan :'D
Atau dalam hal lain, ketika menemani anak bermain. Seringkali hanya badannya saja yang menemani, tetapi tidak pada pikiran dan ucapannya; semisal bertanya apa yang didapatkan di sekolah hari ini, hobi yang sedang ditekuni, bahkan bercerita tentang kisah yang mengajarkan nilai dan moralitas kehidupan.
Yah, pada intinya 'kata-kata' merupakan bagian penting yang jangan sampai dilewatkan. Mulai latih diri untuk bagaimana berkomunikasi yang baik, menjaga tutur kata, kapan harus memberi semangat dan memvalidasi variansi perasaan mereka, dsb.
Sedikit tips, jika yang belum menikah atau calon orang tua, latih diri untuk hal demikian itu, misalnya kalau punya ponakan ajak dia ngobrol sembari bermain, bagaimana menghadapi mereka ketika menangis, dsb. Jika tidak punya, bisa main ke TPA atau forum sosial sejenis lainnya :D kalau gaada lagi, nemu anak kecil ajak dah tuh ngobrol, tapi izin mak bapaknya dulu 😂👍🏻
Rasulullah pun juga melakukan hal demikian, dalam beberapa sirah dikisahkan misalnya ketika bepergian bersama cucu maupun anaknya, ataupun anak muda, selalu ada obrolan. Baik itu tentang ketauhidan, pelajaran tertentu, dsb. Ya, tauhid diajarkan saat kanak-kanak, tentu saja dengan bahasa yang mereka mudah pahami.
Akhir kata, semoga kita semua Allah mudahkan dalam mendidik generasi yang Allah kelak akan titipkan nanti, di tengah zaman yang subhanallah 'luar biasa' ini. 🤲🏻
*oiya, seri ini memang akan saya banyakin pov laki-laki, supaya jadi pengingat diri dan bekal dikemudian hari hehe✌🏻
100 notes · View notes
sleepyconfusedpotato · 2 months
Note
Kak sleepy, can I call you kak? Hehe, cuman mau bilang kak sleepy talented banget. Bangga banget sebagai sesama Indo (bias lol). Kak sleepy emang udah hobi aja ya dari kecil menggambar dan apakah emang selalu kreatif? Udah sih itu aja. Keep up the good work. Thank you. Love and support always. Mwah!!! 😘
Haloo 😂😂 Makasyiii (❁´◡`❁)
Aku sendiri dari kecil emang udah hobi baca komik, dari Doraemon, Naruto, Kung Fu Boy, Miiko, dan kawan-kawannya aku hobi banget pokoknya.
Kalo gambar aku udah mulai dari lumayan kecil sih, dan aku lumayan obsessed sebenernya 💀 Kalo kelas aku selalu gambar sesuatu di buku tulis atau di buku sketsaku. Buku sketsa disita sama guru udah jadi langganan wkwkwkwk 😂 Kreatif itu relatif, tapi pastinya aku dulu masih payah gambarnya, tapi aku latihan latihan terus-terusan tiap hari.
Gambar itu iya ada bakatnya, tapi aku kayaknya gaada bakat gimana2 💀 Semua orang di keluargaku orang sains dan teknik, cuma aku doang yang nyasar jadi pekerja sendi sendiri hahaha. Just a kid obsessed with drawing honestly.
Thank you for asking and have a wonderful day!
20 notes · View notes
ihsnfkri · 8 months
Text
Baca Ini Sebelum Tanya ke Orang Cara Hobi Baca Buku Gimana!
Sepanjang hidup. Saya lebih banyak mendengar kawan bertanya: gimana cara hobi membaca?
Dibanding berujar: udah baca buku ini belum, bagus tahu!
Complicated. Dirumah memang ada banyak buku peninggalan kakak-kakak saya. Sayangnya, lebih banyak buku pelajaran dibandingkan buku bacaan.
Buku bacaan kali pertama yang berhasil saya tamatkan pun, saya baca pas SMP. Mulai melahap banyak buku itu sewaktu Aliyah. Itu pun terpaksa karena kami tidak diperbolehkan membawa gadget. HP nokia jadul aja dilarang malah.
Terus gimana biar suka baca buku?
Percuma, kalau saya bilang ke mereka: kalau baca buku ini, kamu bakalan suka buku loh.
Karena pernah saya pinjamin satu buku. Liat judulnya aja gak berminat. Ngeluh sama tebel halamannya. Terakhir saya gak suka tatapan elergi. Apalagi ke buku favorit saya.
Sembuhkan diri anda sendiri.
Mungkin malas membaca itu penyakit. Tapi sebuah buku bukanlah obat bagi anda.
Anggap lah buku ini terapi. Kalau gak nyoba buat baca dan baca anda gak akan bisa sembuh dari kemalasan anda itu.
Anda hanya perlu menelan kata demi katanya. Awalnya gak enak. Pahit. Tapi kalau cocok, anda mungkin akan ketagihan. Overdosis. Melayang-layang.
& meninggal sebagai seorang yang hobi membaca. Itu kan yang anda mau!
34 notes · View notes
lilanathania · 6 months
Text
Tiga Dasawarsa
Lewat masa remaja, saya sudah tak pernah menunggu-nunggu momen ulang tahun. Logis saja, pertambahan usia sebetulnya terjadi setiap hari, mengapa harus dirayakan pada satu tanggal tertentu? Namun, khusus hari ini, saya ingin mengajak kalian semua merayakan ulang tahun saya yang ketiga puluh. Perayaan ala Lila, alias merayakan dengan tulisan.
Tumblr media
Sejak awal tahun 2023, entah mengapa saya sudah merasa sangat tidak sabar menunggu datangnya tanggal 7 November. Draft tulisan ini bahkan mulai pertama kali saya buat di bulan Maret! Saya sampai geli sendiri. Mungkin karena ini akan menjadi sebuah babak baru hidup saya sebagai manusia berkepala tiga.
Sebelum Anda semua mengucapkan selamat, sepanjang tahun ini saya sudah banyak mengapresiasi diri sendiri. Saya lihat, Lila sudah tumbuh menjadi orang yang lebih kuat. Dengan segala tantangan hidup yang menerpa, saya selalu memilih untuk menjadi diri sendiri. Walau berkali-kali gagal dan jatuh, saya selalu bangkit dan melangkah lagi. Tentu tak lepas dari uluran tangan keluarga dan teman-teman yang ikut meminjamkan bahu serta mengusap air mata.
Mungkin seiring dengan bertambahnya usia, manusia akan makin banyak merenung. Sepanjang tahun ini, saya kerap memikirkan target-target yang meleset, impian yang belum tercapai, dan kejutan-kejutan lain dalam hidup. Hari ini, saat ini, saya berada di satu kondisi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jauh lebih baik dari apa yang pernah saya doakan, tapi juga jauh dari kata selesai.
Perjalanan hidup mempertemukan saya pada berbagai jenis orang. Boleh dibilang, saya sudah berjumpa dengan orang yang sangat tulus dan sangat jahanam :)) Di dunia profesional maupun pertemanan, saya sudah memperoleh banyak kebaikan, ketulusan, kejahatan, pelajaran, dan kenangan tak terlupakan. Semua itu memperkaya dan membentuk diri seorang Lila.
Tidak ada satupun yang saya sesali, semua pilihan dan keputusan membentuk saya menjadi pribadi yang seperti ini. Saya bersyukur bahwa dengan semua ujian yang ada, selalu ada orang-orang yang berdiri di samping saya. Sesulit apapun cobaan yang datang, pasti ada keluarga dan sahabat yang merangkul dan berkata, “Lila, kamu bisa.” Itulah yang saya pegang. Ketika dunia terasa begitu kejam, ada orang-orang yang percaya dan tahu semua niat serta isi hati terdalam.
Di usia 30 ini, saya justru merasa hidup masih begitu panjang. Ada sangat banyak hal yang masih ingin saya pelajari. Begitu banyak buku yang ingin saya baca. Berbagai macam budaya yang ingin saya resapi. Saya siap menjalani sebuah babak baru dalam hidup.
Di tahun ini saya juga mulai melihat hidup dengan cara yang sedikit berbeda. Dulu, saya banyak menunda bila merasa satu hal bisa dijalankan di masa depan. Sekarang, saya lebih suka melakukan sesuatu sesegera mungkin selama masih bisa (baik itu tentang pekerjaan, impian, hobi, hingga pertimbangan pilihan-pilihan sulit). Hidup sering mengingatkan bahwa sebuah momen tidak akan datang dua kali. Jika bisa sekarang, mengapa harus nanti? Carpe diem.
Refleksi ini sebetulnya teruntuk saya sendiri, tapi semoga menggema juga di hati. Semoga menjadi afirmasi untuk semua usahamu.
Kamu hebat.
Semua upayamu tak akan sia-sia.
Selamat!
22 notes · View notes
milaalkhansah · 20 days
Text
buku
Waktu SD papa sakit. Jadi ganti mama yang kerja, sedangkan kakak-kakak gua ngurusin adek-adek gua yang saat itu masih bayi. Bantuan yang bisa gua berikan saat itu hanyalah menjadi lebih dewasa dari anak-anak kecil lainnya, dengan gak rewel dan gak nyusahin mereka.
Pulang sekolah, gua suka singgah dulu di perpustakaan. Meminjam banyak buku buat dibaca di rumah. Karena gua tahu di rumah nanti semua keluarga gua fokus sama kerjaannya masing-masing. Gua gak bisa ajak kakak gua main, gua juga gak bisa memaksa mama dengerin cerita gua.
Saat itu gua paling suka baca dongeng, salah satu dongeng yang gua masih ingat suka baca saat itu adalah Kancil. Sehari gua bisa menghabiskan 1-2 buku. Gak berhenti baca kalau belum selesai, gak peduli setebal apa buku itu. Gak peduli kepala gua udah sakit dan mata gua udah panas.
Hal itu terus berlanjut sampai SMP. Papa meninggal, mama ganti jadi tulang punggung keluarga, kakak-kakak tugasnya masih sama. Lagi-lagi gua harus dipaksa mengerti.
Saat itu perpustakaan di SMP gua gak memadai. Gua jadi jarang banget baca buku karena gak nemu buku yang gua suka. Lalu Wattpad dan Webtoon pun hadir. Hobi baca gua jadi tersalurkan di sana.
Dulu masa SMP gua cukup menyenangkan kok, gua punya banyak teman. Tetapi emang dasar anaknya lebih suka sendiri. Kadang ada waktu-waktu di mana pas gak lagi ada pelajaran/guru masuk, gua suka cari tempat buat mojok baca Webtoon dan Wattpad.
Di rumah pun sama. Waktu itu keadaan rumah lagi parah-parahnya. Kakak-kakak gua pindah ke kota, sekolah di sana. Jadi tugas mengurusi adek-adek gua pindah ke gua. Mama gua saat itu suka pulang tengah malam karena kerja. Gua baca Webtoon dan Wattpad untuk mengurangi ketakutan gua menunggu Mama pulang dan nahan kantuk karena harus jaga adek-adek gua.
Naik SMA keadaan masih gak lebih baik. Tetapi sama seperti di SMP setidaknya gua punya banyak teman, dan di SMA pertemanan gua terasa lebih menyenangkan. Dan gua juga dapat sahabat di sana. Kehadiran mereka membuat gua gak begitu aktif lagi baca buku, not in a bad way, semacam saat itu gua lagi punya 'pelarian' baru selain baca buku, yaitu main sama mereka.
Kalau kalian bisa lihat, polanya selalu sama. Baca buku adalah salah satu copy mechanism, atau pelarian gua di banyak keadaan.
Gua suka baca buku pas SD karena gua gak mau teralu sedih mikirin keadaan papa dan ekonomi keluarga gua saat itu yang lagi ancur.
Gua suka baca Webtoon & Wattpad pas SMP karena gua merasa mereka lebih mampu memahami gua dibanding teman gua yang lain.
Gua tetap dan masih mertahanin kebiasaan baca itu pas SMA dan sampai saat ini, kenapa? Karena dengan buku—dengan dunia yang diciptakan orang lain di dalamnya, perasaan gua menjadi lebih baik.
Gua merasa punya dunia di mana gua bisa dimengerti. Gua merasa punya tempat di mana gua bisa jadi diri gua sendiri, gua merasa di dalam buku—setidaknya kenyataan yang gua hadapi lebih baik.
Gua bersyukur, saat berada di keadaan yang lagi gak baik-baik aja, gua memilih baca buku sebagai pelarian. Gua gak jadi anak nakal, (padahal bisa-bisa aja kalau gua mau) gua juga tetap sekolah dengan baik, sangat baik malah, karena SMP-SMA gua selalu rangking. Mungkin suka belajar juga salah satu bentuk pelarian positif gua saat itu...
Saat ini gua benar-benar udah gak punya siapa pun untuk berbagi cerita. Gua masih punya sahabat, tetapi sejak dia nikah, gua teralu sungkan untuk berbagi cerita. Bukan karena takut gak didengar, cuman apa yaa, sejak prioritas kita udah semakin beda, mencari keadaan dan waktu yang tepat untuk bercerita itu semakin susah.
Jadi lagi-lagi kalau gua lagi kepengen banget cerita, gua milih nulis atau baca buku. Kenapa baca buku? Karena di banyak tulisan, gua merasa didengarkan.
Gua gak lagi berusaha cari orang lain buat dengerin gua cerita. Selain karena emang gak ada, gua tahu itu sangat ngeselin buat menghubungi seseorang hanya pas saat kita lagi ingin didengarkan.
Sahabat gua pernah nanya,
"Nanti kalau kamu udah nikah, kamu masih mau cerita sama aku, gak?"
"Emang kenapa?" "Ya, nggak papa. Aku cuman takut aja kalau nanti kamu udah punya suami, kamu gak lagi cerita sama aku." "Liat nanti ajalah," jawab gua sambil ketawa.
Kalau sahabat gua mengulang pertanyaan yang sama, gua yang saat ini akan menjawab "enggak".
Karena sebelum cerita sama dia pun, toh gua udah terbiasa memendam semuanya sendiri. Meskipun gua sangat berharap saat gua nikah nanti, gua gak lagi harus memendam semuanya sendiri.
Bukan karena sahabat gua gak lagi cukup baik buat jadi pendengar, gua cuman merasa ada banyak hal yang memang lebih baik untuk kita simpan sendiri, bukan untuk dibagi ke orang lain. Sederhananya gua yang sekarang lebih memilih apa-apa yang pengen gua bagi, dan apa-apa yang pengen gua simpan sampai mati.
Gua juga gak tahu, apa kebiasaan baca buku (fiksi) ini akan gua pertahanin sampai nikah nanti, karena selama partner gua adalah seseorang yang bisa 'mengantikan' semua perasaan yang gua rasakan saat baca buku; perasaan dimengerti, disayangi, dicintai dengan penuh, dirangkul di segala keadaan, gua mungkin gak akan perlu buat baca fiksi lagi...
Tetapi seandainya di beberapa keadaan dia gak mampu memberikan perasaan itu, yaa lagi-lagi gua akan mencari perasaan itu di dalam sebuah buku...
Nggak papa kan?
13 notes · View notes
bagus-adikarya · 10 months
Text
Anak Sejuta Cerita
Saya dan Piti dipertemukan melalui tulisan.
Piti hobi menulis, saya rajin membacanya. Saya hobi menullis, piti juga rajin membacanya.
Kami menikah, lalu lahirlah humayra. Pelajaran penting pertama, tulisan bisa melahirkan anak manusia.
***
Dasar menulis adalah bercerita. Meski setelah menikah kami jarang menulis. Tetapi di rumah, kami tidak berhenti bercerita.
Kami membawa kebiasaan bercerita dalam perbincangan sehari-hari. Jika ada satu hal menarik yang terjadi di hari itu, kami akan tambahkan struktur cerita, sedikit analogi, lalu jadilah cerita. Mungkin ini yang menyebabkan, humayra juga sangat suka dengan cerita.
Memang selain itu, Piti sangat boros dengan buku anak-anak. Bersyukurnya, humay juga mendukung keborosan itu dengan membaca dan mendengarkan cerita dari buku yang Piti beli.
Lalu apa saya mendukungnya? Jawabnya antara ya atau tidak.
Ya, karena membaca buku adalah aktivitas yang baik untuk humay,
Tidak, karena saya merasa tersaingi.
Saya memiliki impian untuk memiliki perpustakaan pribadi. Sudah lewat umur 30 tahun saya belum berhasil mewujudkan cita-cita tersebut. Tetapi, Humay yang berusia 5 tahun sudah berhasil memiliki 3 buah rak buku dengan variasi buku anak-anak yang bermacam-macam: pop up, soundbook, touchbook, dan berbagai macam jenis buku lainnya.
Bagi humay, buku-bukunya adalah harta karun. Seperti bajak laut yang cinta harta karun, humay tidak ingin bukunya tersebut dibagi. Contohnya baru kemarin terjadi, TK tempat humay bersekolah menyelenggarakan program donasi buku.
Dan si Bajak Laut, tidak ingin satupun bukunya disumbangkan. “Nanti kalau humay sudah SD, baru boleh.”
Sampai dengan tulisan ini ditulis, kami berdua masih melakukan lobying dengan Humay.
***
Karena cerita itu butuh bumbu, kami perlu mendramatisasi beberapa hal yang sebetulnya  biasa saja. Dan mungkin itu yang membuat, keluarga kami cukup punya drama ….. dalam arti yang positif.
Pernah pada suatu malam, saya bercerita.
“Kak Humay, sini, ayah punya cerita.” Setelah saya berpikir ada satu kejadian yang menarik di hari itu.
“Apa yah?” humay mulai duduk menyimak
“Ayah tadi habis makan bakso. Di depan meja ada satu mangkok bakso dengan kuahnya, lalu ada satu mangkok lagi berisi saus kecap dan sambal, dan terakhir ada satu gelas es jeruk. Karena ayah lupa ambil sedotan, Ayah pergi ke meja dekat kasir mengambil sedotan. Trus ayah taruh sedotannya, eh, ternyata ayah naruh sedotannya di mangkok bakso.” Sebetulnya, ini cerita yang sangat biasa.
“Hahahahahahaha. Ibu sini ibu. Masa Ayah naruh sedotan di mangkok bakso.” Sambil lari-lari kecil ke ruang tamu menghampiri Piti.
Saya sebetulnya agak khawatir dengan selera humor humay.
***
Kebiasaan kami bercerita ternyata punya dampak yang sangat positif bagi Humay.
Pada suatu pagi menjelang siang, Piti menjemput Humay di TK. Wali kelas Humay menyampaikan ke Piti bahwa dia cukup terkejut dengan kosakata yang Humay sering gunakan saat berbincang.
“Ibu guru, ini tadi humay sudah memilah-milah tugasnya untuk dikumpulkan” kata Ibu Guru menirukan kalimat humay.
Kata memilah-milah menurut Ibu guru bukan kosa kata yang umum digunakan oleh anak di usia TK.
Saya dan Piti jadi ingat, sepertinya kata ‘memilah-milah’ humay kenali dari buku yang dia baca. Ada satu buku yang menjelaskan aktivitas memilah buah dan humay sering membaca buku tersebut.
Jadi jika digambarkan proses humay bercerita di sekolah adalah seperti ini: humay mendapatkan cerita dari rumah,  lalu menceritakan cerita tersebut di sekolah.
Saya berharap, semoga humay tidak menceritakan ‘sedotan dalam mangkok bakso’ pada teman-temannya.
Atau semoga teman-teman humay punya selera humor yang sama dengan Humay.
Dan jika selera humor mereka sama, saya yakin saya bisa berteman baik dengan teman-teman humay.
Mungkin kita bisa mulai dengan membentuk grup whatsapp.
Karena cerita punya dampak yang sangat positif bagi kami bertiga. Sangat disayangkan jika cerita tersebut tidak memiliki bentuk tertulis.
Akhirnya, saya beride untuk kembali aktif menulis. Dengan harapan, semoga kelak tulisan ini bisa humay baca dan mengingatkan dirinya bahwa humay adalah anak dengan sejuta cerita.
21 notes · View notes
iradatira · 1 year
Text
Feeling Unlucky
Sejujurnya, kadang aku iri dengan kehidupan asmara orang-orang di sekitarku. Kok mereka bisa dengan mudah ya menemukan sosok yang sebucin itu-sesupport itu, semenerima itu sosok teman-temanku ini. Sementara kisah cintaku sendiri sering kepentok “nice try” “nice info” “next, thank you” hahaha :”D. kalau aku lagi capek banget, aku sempat skeptis bahwa mungkin garis kisahku berbeda. yaudah lah pasrah aja, gapapa kalo memang ujungnya ternyata kisah bahagiaku bukan dari aspek pasangan.
Sekarang kalau lagi suka sama orang, sering ngingetin diri sendiri “belum tentu jodoh. Belum tentu cocok juga karakter dan timeline hidupnya sama kamu. Udah ya, berhenti di rasa kagum aja. Gausa terlalu baper kalau ujungnya ga bisa bersama”.
Kucoba memahami dari sisi kehidupanku yang lain, dimana ternyata meskipun aku sering ga beruntung soal asmara, tapi aku masih dikelilingi orang-orang yang sayang sama aku. Aku selalu bisa menemukan lingkungan yang supportif. Entah itu lingkungan keluarga, pertemanan, organisasi dan bahkan kerjaan yang mendukung perkembangan potensi diri serta mimpi-mimpiku.
Entah mengapa, saat aku patah hati sekalipun, justru aku bisa menemukan, bahkan melejitkan potensiku yang lain. Saat kelas 9 aku putus dengan mantan, lalu aku fokus mengejar sekolah negeri favorit di tingkat SMA, dengan harapan di SMA pasti aku nemu yang lebih baik dari dia haha. Keterima SMA favorit alhamdulillah, tapi ga pacaran malah ambis organisasi, jadinya dikasih amanah buat jadi ketua MPK (lembaga legislatif sekolah, partner OSIS). Masa SMA dan kuliahku ga sempat cinta-cintaan karena mikirin organisasi  dan studi wkwkwk (jadi ambis pol kan wkwkw :”D).
Lalu patah hati yang terakhir ini, menjadikanku membaca banyak buku, aktif di komunitas baca, dapat undangan talkshow beberapa kali di kampus tetangga dan radio lokal tentang kegiatan litersi. Terus mengasah hobi voice over yang berujung gabung komunitas vo dan networking sama para vo talent. Kemudian daftar pengajar muda dengan niat menyembuhkan diri dari patah hati (don’t get me wrong, dari kuliah emang pingin daftar PM, cuma setelah patah hati jadi lebih mantep daftar sekalian move on wkwkw. Alhamdulillah keterima PM dan beneran bisa move on. Selama menjadi PM ini aku menemukan "rumah yang baru", banyak orang yang menerimaku setulus itu. Sekarang fokus ngobrol sama berbagai orang, belajar kehidupan dari masyarakat akar rumput dan bergerak bersama untuk pendidikan.
Dari beberapa pengalaman ini aku bisa melihat bahwa, diri ini selalu bisa bangkit dari berbagai luka itu, bahkan bisa tumbuh lebih mengakar kuat. Momen patah hati semacam “pelecut” untuk terus naik level, bahkan ke level yang sebelumnya nggak pernah kukira. Aku tahu, bahwa sepatah apapun. diri ini akan bisa jatuh cinta lagi, walau bukan dengan orang baru, tapi dengan versi diri yang terus berusaha untuk menjadi lebih baik. Jatuh cinta dengan lingkungan yang menjadi support systemku untuk mengembangkan diri dan move on 😊
Sering random mikir “aku harus patah berapa kali lagi ya buat menemukan the one ini?”. Tapi gapapa lah kalau memang harus menjalani episode patah hati lagi, aku masih punya banyak orang yang sayang sama aku. Aku masih punya lingkungan yang bikin aku berkembang. Toh, cinta itu bisa dibagikan ke siapapun dan diperoleh dari manapun. Yang terpenting, aku ga kehilangan cintaNya, yang Maha menghidupiku.
Peluukk untuk teman-temanku yang sedang dalam masa menyembuhkan diri dari luka patah hati. Percaya aja, kita bisa melalui ini dengan baik sama-sama 😊
Dariku, yang terlatih patah hati (wkwkw bangga banget).
Kisah ini ditulis buat diri sendiri si, biar ga galau-galau amat walau nasib asmara sering unlucky, karena kenyataannya kualitas diri tetap improve terus kan :))
44 notes · View notes
kiai-cosmos · 2 days
Text
Bagaimana kita tertarik untuk memulai membaca buku
Membangkitkan Minat Membaca Buku bagi Pemula
Membaca buku bisa menjadi hobi yang menyenangkan dan bermanfaat. Namun, bagi sebagian orang, memulai kebiasaan membaca bisa terasa sulit. Berikut beberapa tips untuk membangkitkan minat membaca buku bagi pemula:
1. Temukan genre yang Anda sukai:
Memilih buku dengan genre yang Anda sukai akan membuat membaca lebih menyenangkan. Jika Anda suka fiksi, cobalah novel, cerpen, atau komik. Jika Anda lebih suka non-fiksi, cobalah biografi, buku sejarah, atau buku sains populer.
2. Mulailah dengan buku yang pendek dan mudah dibaca:
Membaca buku yang tebal dan kompleks bisa membuat Anda merasa kewalahan. Sebaiknya, mulailah dengan buku yang pendek dan mudah dibaca, seperti novel ringan atau buku non-fiksi dengan ilustrasi.
3. Luangkan waktu untuk membaca setiap hari:
Sisihkan waktu 15-30 menit setiap hari untuk membaca. Anda bisa membaca di pagi hari, sebelum tidur, atau saat istirahat makan siang.
4. Bergabung dengan klub buku atau komunitas online:
Bergabung dengan klub buku atau komunitas online dapat membantu Anda bertemu orang-orang yang memiliki minat yang sama dan mendapatkan rekomendasi buku baru.
5. Buatlah suasana yang nyaman untuk membaca:
Temukan tempat yang tenang dan nyaman untuk membaca. Pastikan pencahayaan cukup terang dan Anda tidak mudah terganggu.
6. Gunakan e-reader atau audiobook:
Jika Anda lebih suka membaca secara digital, Anda bisa menggunakan e-reader atau audiobook. Hal ini dapat membantu Anda membaca buku dengan lebih mudah dan praktis.
7. Jangan paksakan diri untuk membaca buku yang tidak Anda sukai:
Jika Anda tidak menyukai buku yang sedang Anda baca, jangan paksakan diri untuk menyelesaikannya. Ada banyak buku lain di luar sana yang mungkin Anda sukai.
Semoga bermanfaat!! Selamat membaca! 🌻
2 notes · View notes
mutiarafirdaus · 9 months
Text
Refleksi Skripsweet 💓
Ceritanya lagi baca buku kuliah tentang Manajemen Kurikulum. Eh tapi kok ada pembahasan yang keren tentang bagaimana Islam menetapkan syarat Manajemen. Mari kita simpan disini ✨
Sebagaimana Ali bin Abi Thalib telah memperingatkan kepada kita, bahwa kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir. Maka ada syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam mengorganisir kebaikan yang didasari dari Quran dan Sunnah Nabawi.
Mempunyai tujuan yang tulus atau bersih. Bisa juga maksudnya adalah memiliki niat yang berorientasi kepada Allah. Jadi kalau udah pasang niat tulus lillah, hal hal yang dikerjakan jadi tidak keluar jalur dan menyeleweng.
Sebuah peringatan buat para pengorganisir kebaikan yang masih hobi modus. Bisa jadi asbab mandek pergerakan kebaikan itu karena modus yang masih dipelihara. Astaghfirullah :"
Kalau melihat pengorganisasian yang dilakukan Nabi SAW dalam dakwah kebaikan ini, beliau tujuannya clear. Menyeru kepada kalimat tauhid. Sungguh sangat tulus dan bersih :"
Sehingga dari tujuan yang bersih nan tulus itu, tercurah pertolongan dari Allah SWT dan berlimpah keberkahan juga.
Mempunyai persiapan yang matang. Sehingga pelaksanaan benar benar maksimal, tawakkal lancar tapi ikhtiar tetap jalan. Sehingga dengan itu, mencapai tujuan yang telah dicanangkan bukan suatu hal yang sulit atau mustahil
Kalo kata Ustadz Nuzulul Dzikri, kalau urusannya masih perkara di dunia insya Allah apa apa aja bisa asal tawakkal dan ikhtiarnya maksimal.
Dakwah Rasul SAW dan para sahabat dengan persiapan mereka yang matang mampu meruntuhkan dua Imperium raksasa dunia saat itu. Terlalu mantap emang.
Memiliki program yang jelas. Dalam melakukan tindakan, jangan masih abstrak sudah dilaunching. Tuntaskan sampai semua konsep tersusun rapi dan siap untuk dieksekusi. Ini bisa dibilang buah dari persiapan yang matang.
Kalau ingat dakwah Rasul ketika di Madinah, program yang dibuat di awal-awal dakwah juga jelas sekali. Pemasangan taakhi antara Muhajirin dan Anshar agar menguatkan soliditas pendatang dan penduduk asli. Pembuatan Piagam Madinah dalam rangka penyusunan undang undang bermasyarakat. Membangun masjid sebagai markas pusat dakwah, tempat pembelajaran dan ibadah.
Dan masih banyak lagi yang ketika dilaunching tidak membuat orang-orang kebingungan.
Adanya dorongan atau penguatan sehingga menjadi sumber kekuatan yang mampu melancarkan proses manajerial kebaikan ini agar mampu mencapai maksud yang dituju.
Allah menurunkan hadiah, jamuan, dorongan, dan motivasi yang sangat mulia bagi Rasulullah SAW dan para umatnya. Tak lain tak bukan ialah Al Quran. Pertanyaanya, apakah saat ini kita menjadikan Al Quran sebagai dorongan dan penguat agar mampu kuat mencapai tujuan? :"
Jadi curiga, jangan-jangan tersebab persyaratan manajerial Islami yang dijaga para muassis dakwah dan penerusnya menyebabkan dakwah Islam ini terus ada. Sampai nanti, sampai kita memejam mata.
13 notes · View notes
fajaryangdiciptakan · 3 months
Text
Istiqomah
What is istiqomah?
Pengertian bebasnya, bisa di artikan: melakukan sesuatu dengan terus menerus.
Tapi, apakah manfaat dari istiqomah? Dan ketika sudah istiqomah, apakah seseorang pasti tidak akan meninggalkannya kebiasaan tersebut?
Aku sempet merenungkan hal itu, ketika timbul malas, dan berusaha memecahkannya di banak.
ketika sudah membaca Alquran di pagi hari, itu rasanya satisfied banget, bahagia, kayak di hati itu terlintas: yes I success. Ketika ga Baca Alquran itu rasanya kaya sedih dan ada sesuatu yang kurang. Kebiasaan yang baik menciptakan perasaan yang baik Dan ketika suatu hari kita meninggalkannya maka akan menimbulkan perasaan yang kurang tentram.
Then, apakah ketika sudah terbiasa, seseorang akan mudah meninggalkan?
Kebiasaan itu sangat membantu seseorang untuk bergerak mengerjakan hal tertentu karena sudah istiqomah, tapi ketika seseorang itu sudah punya kebiasaan maka itu tidak menjamin ia akan melakukannya seumur hidupnya.
Maka siapa yang akan menjamin kita akan selalu melakukan kebaikan? Ga ada.
Adakah yang akan menjamin aku bisa selalu sholat sunnah ba'diyah Dan witir setelah sholat isya'? Ga ada.
Adakah yang dapat membentuku untuk tetapi hoby melakukan yoga sampe aku menikah dan tua? Ga ada.
Tidak ada yang dapat menjamin, kecuali kita berusaha istiqomah,walau malas itu menggangu, terkadang was-was muncul, menunda itu merayu dll... kamu yang harus mengusahakannya.
Jadi punya kebiasaan itu tidak akan menangkal rasa malas yang datang, tapi itu akan membantu kita untuk bergerak dikarnakan sudah kebiasaan.
Mungkin akan kita mengingatkannya dikarnakan malas, menunda dll...
So keep your mind, your heart and your do'a. I believe you. I believe my self.
8/3/2024
4 notes · View notes
blablapret · 29 days
Text
Produktif versi "saya yang dulu" VS "saya yang sekarang"
Dulu saya sering ikut training motivasi2, baca buku self development, dan artikel2 produktifitas. Setelah menikah dan punya anak, kadang saya merasa tersiksa karena tidak se-produktif dulu. Ga bisa baca buku dengan tenang tanpa iklan, ga bisa melakukan hobi dgn leluasa, bahkan ga bs merawat diri dengan baik. Bisa mandi aja udah alhamdulillah. Dan itu membuat saya merasa inferior, insecure, dan sering cranky.
Tapi setelah menjalani kehidupan, mengkaji kembali arah dan tujuan hidup, saya merasa jadi ibu itu produktif banget kalau dilihat dari perspektif amal sholih. Ibu hamil yg kesakitan aja setiap detiknya dapat limpahan pahala walaupun sedang bedrest kan :')
Sampai pada suatu hari, saya bertemu dengan guru tahsin, kita sebut ustadzah. Umurnya baru 24 thn (jauh lebih muda dari hamba wkwk). Tapi anaknya sudah mau 3. Dan walau beliau ini masih muda, tapi kharismatik gitu lho dan saya sangat respect. Beliau cerita bahwa beliau ini anak bungsu dari 12 bersaudara. WOW!
Kebayang ga sih, saya yg baru punya 2 anak aja kadang merasa pengen tutup pabrik liat babang yg hiperaktif. Ini 12 bersaudara, wich is kurang 10 lagi nih, Gita! :))
Dan yang Masyaa Allah, dari 12 anak itu saya melihat keberhasilan didikan orang tuanya, karena anak2nya ga jauh dari interaksi dengan Al Quran. Contohnya ustadzah yg ngajar saya, beliau ini hafidzah. Hapal Al Quran, bacaannya jg bersanad, dan bisa terjemahin al quran dgn lancar. Dan ternyata kakak2nya bahkan kakak iparnya pun aktivitasnya mirip2. Jadi Guru pengajar Al Quran.
Ga lama dari pertemuan pertama, saya mendapat kabar bahwa ibundanya ustadzah meninggal dunia krn pecah pembuluh darah di otak. Wah kebayang ya sedihnya. Aktivitas tahsin hanya libur beberapa hari dan kembali masuk. Tapi saya melihat ustadzah so stroong. Beliau bilang, "ucapkan Alhamdulillah saat kita ditinggal dengan orang yang kita sayang, agar itu memudahkan perjalanan mereka di alam barzah." Beliau bercerita tentang ibunda dgn tenang, tapi saya yg nangis. Langsung teringat saudara2 di palestina yg mengucapkan Alhamdulillah manakala melihat setiap anggota keluarganya yg syahid T_T
Beberapa bulan berlalu. Suatu hari ustadzah bercerita bermimpi bertemu dgn ibunda. Di mimpi itu, beliau melihat ibundanya sangat bahagia. Penampilannya cantik, bersih, dan kembali muda, memakai gaun indah serba putih. Dan uniknya, ayah dan juga kakak2 ustadzah pun bermimpi hal yg sama!
Ustadzah bilang, kalau kita memimpikan bertemu dengan orang yg sudah meninggal bisa jadi itu hal yg nyata. Maksudnya? Saat kita tidur, Allah menggenggam ruh kita. Dan Allah pun menggenggam ruh orang yg telah meninggal. Bisa jadi ruh kita saling berjumpa di dalam genggamanNya. Allahu Akbar T_T
Dan amalan apa yg bisa mengantarkan ibunda beliau? Saya pikir, apalagi kalau bukan kesabaran dan keikhlasan beliau dalam membesarkan, merawat, dan menjaga ke-12 anaknya. 12x menahan sakit saat hamil dan melahirkan setahun sekali, dan jangan ditanya sabarnya kayak apaa menghadapi anak 12 anak :')
------
Produktif itu dilihat dari sejauh mana tujuan kita tercapai bukan?
Balik lagi ke tujuan hidup.
Rasulullah selalu berdoa setiap bada subuh. Ada 3 hal yg selalu beliau minta: Ilmu bermanfaat, Rizki yg halal, dan kemampuan utk beramal shalih.
Jadi sebenernya utk dikatakan produktif itu ga banyak ngadi2. Ga harus sama persis sama buku the 5 am club. wkwk. Sekarang yg saya kejar adalah "waktu yg barakah".
Sering ngerasa waktu yg Allah kasih ini jadi lebih barakah kalau saya pegang 3 kunci di pagi hari:
Jaga Shalat 5 waktu = tepat waktu, ga ngaret (Terutama yg paling krusial adalah shalat subuh. JANGAN TELAT SHALAT SUBUH. Lebih baik lagi bisa sempat tahajjud dan qabla subuh),
sempatkan dzikir pagi,
baca quran sebelum menjalani aktivitas.
Dampak dari waktu yg barakah: Allah mudahkan saya mencapai target2 pekerjaan, deadline, pekerjaan rumah, memasak, dll sehinggal dalam 1 hari saya rasanya bisa menyelesaikan banyak hal. bahkan beresin deadline2 di luar target utama. Kayak dapet bonus tambahan waktu gitu lho, biasanya sering ngerasa 24 jam ituu kurang. Tapi kalau dapat waktu yg barakah, bisa lho ngerjain hal2 yg rasanya mustahil krn kerjaan harian ibu itu udah banyaak. Misal bisa workout, journalling, ngedesain flyer utk komunitas, ngerjain side project dll. Percayalah, bisaa!
Mari kejar barakah di setiap aktifitas kita.
2 notes · View notes
ismahaha · 1 month
Text
Mau Jadi Pembaca, Siap Untuk Ini
Mungkin bukan hidupnya yang gitu-gitu aja, tapi aktivitasnya yang membosankan. Mungkin bukan kebiasaannya yang diubah, tapi hobinya yang ditambah.
Kita berbicara mungkin, mungkin juga bukan hobinya yang salah, tapi hobinya yang perlu diganti dan diperbaiki bagaimana sistemnya. Di sini, akan membahas hobi, yang sebenarnya aku juga bingung hobi apa yang aka kurekomendasikan selain membaca buku. Alih-alih mikir seharian soal hobi yang direkomendasikan, aku kembali pada ini.
Baca buku, yang katanya bisa melihat dunia, yang katanya bisa tau dunia tanpa berkeliling, yang katanya juga selalu dikaitkan dengan kepintaran seseorang.
Kalau kau ingin menjadikan dirimu sebagai tipe orang yang hobi baca, atau pembaca buku. Kau harus siap dengan beberapa hal ini.
Siap keluar uang untuk beli buku. Jangan paksain diri untuk beli buku sebulan sampai 300rb ke atas, tapi coba beralih pada konsep 1 bulan 1 buku. 1 buku maksimal 100rb, maka kalkulasikan bagaimana menghitungnya untuk bisa beli satu buku.
Siap dikatakan pintar, udah jangan berisik. Aamiin kan aja. Lagian memang mana ada orang abis baca buku pemikirannya makin sempit. Ketika baca buku memang merasa makin bodoh, tapi setelahnya, otak dan hati harus lebih baik setelah membaca.
Siap jatuh cinta dengan karakter tokoh fiksi. Ya ini agak berlebihan, tapi kadang manusia luput lupa bahwa itu semua hanya fiksi.
Siap membiasakan betah mata pada bacaan selama berjam-jam. Ya menurutku ini hal dasar, setelah terbiasa, maka mata pun siap untuk terbiasa dengan bacaan yang panjang, berjam-jam dan tanpa disambi dengan aktivitas scroll medsos.
Dan banyak kesiapan lain yang harus diperhatikan saat mau memulai.
Jangan banyak tapi, coba aja dulu. Sekali baca buku, dan berhasil, pasti akan jatuh cinta di bacaan lainnya.
Semangat, semoga hobi baca buku ini adalah rekomendasi tulus yang bisa sampai dan mengena di kamu.
#tautannarablog7
#day3
6 notes · View notes
okyoctaviani · 4 months
Text
Weekend-nya cewek anggun minum teh, MERANGKAI HATI BUNGA yang super gemash!
Dulu saking gabutnya, pas tau libur kuliah itu bisa sampai 2 bulan disuruh cari kegiatan sama orang tua. Akhirnya pilih kelas menjahit pakaian wanita selama satu setengah bulan, gak dilanjut karena pusing banget ternyata kalo nyambil kuliah. Pencapaiannya sampai sekarang baru bisa buat 1 baju buat sendiri, itupun gak dipake karena dulu ngasal beli bahan kain. Gak nyaman puuwoolll! Dipikir-pikir juga ternyata lebih enak beli baju jadi, lebih murah dan lebih rapih ^^
Emang anaknya gak bisa diem juga buat isi waktu luang sekalian kabur dari kerjaan, jadinya weekend cari kegiatan yang belum pernah dikerjain sebelumnya. Ketemu akun Instagram Kisah Hari: Creative Class yang menyediakan berbagai macam kelas disetiap weekend nya, kalo gak sabtu ya minggu. Kelas baking, flower arrangement , pottery, dan kelas lainnya disediakan dengan harga yang affordable sih kalo menurutku. Sempet galau mau ikut kelas baking cromboloni (kue yang paling viral saat ini), tapi karena jadwalnya gak pas sama waktu luang jadilah yang paling cocok ikutan kegiatan MERANGKAI BUNGA.
Yesh. MERANGKAI BUNGA, guys!
Kegiatan MERANGKAI BUNGA lho ini, nyiram tanaman dirumah aja males-malesan dan ini malah akan banyak interaksi sama tumbuhan bungaaa. Deg-degan rasanya.
Tumblr media
Tempatnya memang dibikin kayak buat cewek-cewek cantik yang hobi ngeteh sore-sore dan bau kue yang manis gitu vibes nya. Crew nya bikin rules pake dress code nuansa pastel. Seketika hati sanubari ini bilang dalam beberapa jam kedepan harus menjadi perempuan seutuhnya karena didalam ruangan banyak cewek-cewek yang cantik nan anggun.
Tumblr media
Meyakinkan hati bahwa semuanya baik-baik saja sampai akhirnya acara dibuka dengan beberapa sambutan dan kami diberikan demo sebagai awalan 'How to Arrange Flower Bouquet Nicely'. Instrukturnya kasih materi saaaangat sabar kepada kami para newbie, dan saking sabarnya instrukturnya ngasih wejangan, 'Jangan dibandingkan buket punya sendiri dan orang lain, semuanya juga akan membuat buket yang bagus'.
Saking takut para pesertanya pada depresi kaliya wkwkwk
Tumblr media
Setelah nonton demo dari instrukturnya, kami mulai mengambil bunga secukupnya, isi air di busa, dan kegiatan lainnya yang ternyata melelahkan. Pantesan aja kalo beli buket bunga suka mahaaal, iyalah selain bahan bakunya mahal, ya harga wrapingnya juga mahal. Kadang suka mikir kerjaan florist tuh gampang kayaknya, eits ternyata salah~
Keringetan? Yak!
Cemas takut gak berhasil? Ya, sempet kepikiran kalo masih gak bisa beresin ditempatnya, aku bawa pulang dan bilang mau dilanjutin dirumah.
Kesalahan sudah mulai bisa dikoreksi saat sadar kalo daun-daunnya belum dipetik, harusnya sebelum tangkai ditancap ke busa daun-daun yang bawah dipetik dan cuman disisakan beberapa aja. Instrukturnya juga baik banget ngasih saran ini itu biar pas bunga nya di wrap gak susah.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Yah intinya, kegiatan merangkai bunga ini perpaduan antara seni, healing, dan pinter baca situasi kalo bunga nya lebih indah ngadep kemana baru tancep ke busanya. Jadi gak heran kalo liat florist suka mandang bunga sambil diputar puter karena lagi nyari point of view si bunga itu cantik kearah mana. Faham ya sekarang hahaha~
Tumblr media
Selesai rangkai dan wrap buketnya, kami disuguhkan air teh hangat dan cake yang tampilannya sayang banget buat dimakan.
Tumblr media
Oke, saatnya berpendapat dari kegiatan weekend ini.
Flower arrangement ini salah satu kegiatan healing yang bisa dikerjakan sambil santai guys. Kalo healingnya rusuh kayaknya gak akan bisa selesai. Peserta bisa menikmati proses dari awal sampai akhir, memilih bunga yang menurutnya bagus dan mekar alami, melihat cantiknya bunga satu demi satu pertangkainya. Paling penting dari semuanya, diakhir kita harus menghargai apapun hasil bentuknya karena dibuat oleh diri sendiri.
Hidup ini juga mirip, kayak gitu. Bayangin aja satu tangkai bunga itu adalah satu masalah dihidup kita. Ambil satu tangkai, potong daun dibawahnya kayak cut off apapun penyebabnya. Kalo ternyata penyebab masalahnya adalah kita sendiri, perbaiki dikit dikit adalah jalan yang paling baik.
Lanjut putar puter bunganya lihat sisi cantiknya kearah mana, sama kayaknya dalam satu masalah ambil hikmahnya. Pasti ada! Cari positif nya dari masalah itu kearah mana. Baru deh settle bunga di busa, tetapkan diri juga sesuai hati.
Intinya, HEALING INI NON RUSUH, NON DIBURU-BURU!
Semuanya punya prosesnya masing-masing.
Dahya, terimakasih yang sudah membaca sampai akhir. Semoga ada manfaatnya baca yang kek ginian.
Samlekom!
3 notes · View notes
apriliakinasih · 2 months
Text
Kutu Buku
Zaman sekarang, sudah menjadi hal yang lumrah ketika seseorang membagikan cerita ke khalayak ramai melalui media sosial. Cerita apa saja, mulai dari kehidupan sehari-hari, cerita saat bepergian, sampai cerita tentang kegemaran atau hobi.
Aku sendiri sering membagikan cerita tentang hobiku, yaitu membaca buku. Aku sering— bahkan hampir setiap hari—membagikan informasi tentang buku apa yang sedang kubaca, dan apa yang kupelajari dari buku tersebut.
Sebenarnya, keinginanku sederhana. Aku hanya ingin menyebarkan "virus" suka membaca. Aku ingin dunia tahu, bahwa aktivitas membaca itu menyenangkan. Selain itu, banyak sekali variasi buku yang bisa kita nikmati, baik fiksi maupun nonfiksi.
Kebiasaanku membagikan cerita lewat media sosial tentang aktivitas membaca ini, membuatku mendapat julukan kutu buku. Jujur, aku senang dijuluki kutu buku. Bagiku, itu adalah sebuah pencapaian. Betapa tidak, dulu aku sama sekali tidak suka membaca, dan lihatlah, sekarang aku bahkan mendapat julukan kutu buku.
Pernah ada beberapa orang yang mengatakan padaku baik secara langsung maupun melalui chat,
"Kamu tuh jangan di rumah terus. Jangan kebanyakan baca buku. Main sana ke luar rumah."
atau,
"Sana lho, gabung sama ibu-ibu muslimat, biar ngga di rumah aja. Kamu kan kutu buku, biar punya banyak temen."
Tunggu dulu. Aku ingin bertanya padamu. Bagaimana tanggapanmu kalau kamu jadi aku?
Jujur, saat mendengar orang-orang berkata demikian, aku sedikit tersinggung tapi juga geli. Lucu juga sebenarnya. Di sisi lain, aku berterima kasih pada mereka karena telah sepeduli itu padaku.
Namun, ingin sekali aku menjelaskan panjang lebar kepada orang-orang yang masih menganggap bahwa kutu buku itu tidak punya teman dan kesepian.
Pertama, bagi seorang kutu buku, buku itu sendiri sudah menjadi temannya. Membaca buku itu rasanya seperti sedang diajak bicara, mendengarkan cerita, bahkan diberi nasihat. Apalagi kalau buku yang sedang dibaca adalah buku yang benar-benar mewakili perasaan. Rasanya pasti seperti dipeluk.
Aku sendiri suka sekali ke mana-mana membawa buku untuk kujadikan teman bepergian. Dibaca atau tidak, yang penting harus ada buku di dalam tasku.
Kedua, saat seseorang sedang membaca buku, maka sesungguhnya orang tersebut sedang menjelajah ke banyak tempat, bahkan yang jauh sekalipun. Mengapa? Karena saat membaca, seseorang akan terbawa suasana dan tenggelam dalam cerita, sehingga mereka seolah-olah berada di tempat kejadian dalam cerita. Maka, dengan membaca buku, seseorang bisa pergi ke mana pun tanpa harus melangkahkan kaki. Bukankah ini terdengar seru dan mengasyikkan?
Ketiga, bagi kutu buku, buku adalah pelarian sekaligus hiburan tersendiri. Pernah mendengar kalimat "Books are an escape"? Aku sendiri menjadikan buku sebagai pelarian. Saat pikiran sedang penat, buku membantuku untuk lari dari kenyataan. Buku pun merupakan hiburan bagiku. Tak masalah aku di rumah saja, asal aku punya buku untuk kubaca. Apalagi kalau punya buku baru, beuh senangnya minta ampun!
Satu hal lagi, kutu buku tidak harus berteman dengan ibu-ibu muslimat. Mencari teman tidak harus ibu-ibu muslimat, bukan? Masih banyak mbak-mbak muslimat yang bisa dijadikan teman juga, yang masih sama-sama muda. Hehe.
Last but not least, jangan lupa, bahwa tidak semua orang merasa suntuk saat di rumah. Di dunia ini banyak orang-orang yang justru betah sekali kalau di rumah, aku salah satunya.
(14 April 2024 | 22:56 WIB)
4 notes · View notes