Tumgik
#penulis
apriliakinasih · 2 months
Text
I've Moved On
Aku pernah sehancur itu karena mencintai seseorang. Aku pernah berderai air mata setiap malam karena merindukannya. Dadaku pernah sesesak itu akibat ditikam rindu. Aku betul-betul menginginkannya.
Aku telah lama mengenalnya. Dan menurutku, dia begitu sempurna—meskipun aku juga tahu kekurangannya. Intinya, semua kriteria yang kuinginkan ada pada dirinya. Dia selalu ada dalam hatiku, sekalipun aku tak pernah berjumpa dengannya semenjak menyukainya.
Dia jauh. Tapi ternyata, jarak tak cukup kuat untuk menjadi alasan berhenti mencintainya. Aku pernah berusaha sekuat tenaga untuk membunuh perasaanku. Tapi semakin kubunuh, ternyata semakin tumbuh. Aku juga pernah bertekad melupakannya. Tapi aku tak pernah bisa. Ya, cinta tanpa pertemuan itu nyata adanya.
Saat dia memutuskan untuk pergi, aku setia menanti. Berharap suatu saat dia akan kembali. Sungguh, selain dia, rasanya tak ada lagi yang kuinginkan. Dia benar-benar telah menjadi keinginan terbesar dalam hidupku.
Aku telah melakukan segala cara, pun tak putus berdoa. Bersimpuh di hadapan-Nya sambil berderai air mata. Dan meminta agar kelak kami bisa bersama. Aku ingin kami bisa melewati suka dan duka berdua. Aku bahkan sudah siap jika harus meninggalkan semua kenyamanan demi mendampinginya. Ke manapun, aku tak masalah, asalkan bersamanya.
Aku ingin sekali menjadi perempuan yang berada di baris terdepan untuk mendukungnya meraih impian-impiannya. Menjadi penyemangatnya yang nomor 1.
Aku bahkan pernah mengatakan pada diriku sendiri. Jika kami ditakdirkan bersama, aku ingin ibunya tak merasa kehilangan anak laki-laki satu-satunya. Setulus itu rasaku untuknya.
Aku bahkan pernah sangat ingin menjadi rumah baginya. Tempat yang sangat nyaman untuk dia pulang.
Tapi apa daya. Tak peduli sederas apapun air mataku saat mendoakannya, memintanya, Allah belum mengizinkan.
Sungguh. Awalnya sangat berat menerima keputusan-Nya. Sebenarnya, dari awal aku telah menyadari bahwa dia tak ada perasaan apa-apa padaku. Hanya aku yang menginginkannya. Dan dia tidak menginginkanku.
Kuatnya perasaanku memaksaku untuk berjuang sendirian. Namun semua perjuanganku itu tak sedikit pun menggerakkan hatinya. Dan aku tahu, tidak ada yang mampu untuk menahan atau pun menggerakkan hatinya itu kecuali Allah Yang Maha Kuasa.
Dulu, aku tidak terima dengan keputusan-Nya. Kenapa aku tidak bisa bersama dengan orang yang begitu kucintai. Aku bahkan berpikir bahwa orang yang beruntung adalah mereka yang bisa menikah dengan orang-orang yang mereka cintai. Ya, betapa beruntungnya mereka. Sebab tidak semua orang bisa seperti itu, termasuk aku.
Dulu, aku merasa marah. Kenapa aku dianugerahi rasa ini kalau pada akhirnya aku tidak bisa bersamanya? Kenapa aku tidak bisa melupakannya? Kenapa aku masih saja merindukannya dan menginginkannya? Kenapa?! Aku marah pada takdirku dan aku benci pada diriku sendiri.
Karena telah mempertahankan rasa ini selama bertahun-tahun, pada akhirnya aku menyerah. Sudah kukerahkan segala daya dan upayaku. Sudah tak henti-henti doaku. Tapi barangkali, Allah punya maksud sendiri kenapa doaku tidak dijawab seperti yang kuinginkan. Hingga pada akhirnya, aku memilih ikhlas untuk melepas. Ikhlas, seikhlas-ikhlasnya.
Dan hari ini, kalau teringat tentang aku yang dulu saat masih mencintainya, aku jadi heran pada diriku sendiri. Bagaimana bisa aku mampu bertahan sampai sekian lamanya. Bagaimana bisa aku sebodoh itu, menginginkan orang yang bahkan tak ingin aku ada di hidupnya. Lelahnya berjuang sendirian seperti tak kupedulikan.
Sekarang aku telah sadar. Aku seperti diberi petunjuk oleh-Nya, bahwa ternyata segala penolakan yang kudapatkan itu adalah bentuk kasih sayang-Nya. Aku bersyukur masih dilindungi, masih diselamatkan dari apa-apa yang (mungkin) tak baik untukku.
Kini, ruang hatiku sudah tak lagi berpenghuni. Kubiarkan dia pergi, dan aku juga sudah tidak mengharapkannya untuk kembali. Semua perasaanku padanya telah pudar, bahkan hilang sama sekali. Ceritaku tentangnya telah selesai. Aku pun tak lagi peduli pada apa-apa yang berkaitan dengannya. Lega sekali rasanya setelah melepaskan. Hati juga tak lagi tersiksa.
Aku sendiri bahkan tidak menyangka bisa mengakhiri perasaanku untuknya. Alhamdulillah. I've moved on.
Aku jadi ingat satu quote yang sering sekali kudapati di laman media sosial. Quote itu berbunyi:
"Jika Allah menginginkan dua hati untuk bersatu, maka Dia akan menggerakkan keduanya, tidak hanya satu."
–Anonim
(27 Februari 2024| 08:15 WIB)
24 notes · View notes
ruanguntukku · 11 months
Text
Hari ini kembali diingatkan tentang sebuah nasihat yang masih membekas, perihal bagaimana kita menyikapi takdir buruk yang ada.
Manusia menerima takdirnya itu terbagi menjadi 4 golongan, yakni :
Orang itu marah kepada Allah akan takdir buruk yang dia terima dan ini adalah tingkatan yang paling rendah.
Orang itu bersabar, tapi kesabarannya masih terasa sempit di dadanya. Masih ada keluh kesah yang dia rasakan dan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa menerima kondisi yang ada.
Orang itu merasa lapang dan ridho dengan segala takdir Allah dan ini terjadi pada hentakan pertama ujian. Dia yakin bahwa apa yang Allah gariskan itu pasti ada hikmahnya, sehingga dia yakin dengan janji-Nya.
Orang itu merasa bersyukur dengan takdir buruk yang dia alami, jelas untuk bisa ke tahap ini seseorang butuh ilmu, hidayah, kekuatan dan pertolongan dari Allah. Perlu adanya latihan dan didikan yang kuat kepada diri sendiri untuk bisa sampai di tahap ini. Karena pada hentakan pertama takdir itu datang, kita bukan hanya sekadar bisa lapang menerima, tapi juga mampu menyadari bahwa apa yang terjadi saat ini adalah karunia yang besar dari Allah, kita betul-betul meresapi bahwa di balik semuanya ada balasan yang indah dari Allah untuk kita. Oleh karena itu, orang-orang yang ada di tahap ini benar-benar tidak bisa tergoyahkan dengan celaan dan ucapan buruk manusia, bahkan apa-apa yang telah hilang darinya tidak membuatnya bersedih apalagi bersusah hati.
Aku tahu tentu mempraktikkan ilmu tidak semudah itu, tapi hendaklah kita terus memupuk prasangka baik terhadap Allah, terus berusaha memperbaiki diri menjadi hamba yang semakin baik di sisi-Nya.
Jika banyak sekali kisah-kisah di luar sana tentang kesuksesan meraih perbendaharaan dunia dari tahap yang sangat mustahil menjadi berhasil, sungguh tidaklah ada kata mustahil untuk bisa menjadi hamba Allah yang beriman dan bertaqwa.
Selama ruh belum sampai ke kerongkongan dan sebelum matahari terbit dari barat, maka masih sangat mungkin kita berupaya di dunia ini untuk menjadi golongan yang selamat di kampung akhirat nanti.
Jika ada banyak orang yang berjuang mati-matian untuk bisa sukses di dunia, maka jadilah yang betul-betul jujur dan berupaya sekuat tenaga untuk bisa menjadi sukses di akhirat.
Perjalanan kita masih sangat panjang dan berat, yang dimulai setelah ruh kita dicabut dan raga kita bermalam pertama di alam kubur.
—SNA, Ruang Untukku #109
Senin, 12-06-2023 | 15.11
Venetie Van Java,
Semoga Allah membalas dengan jannatal firdaus bagi para asatidzah hafidzakumullah yang tidak hentinya memberikan nasihat dan peringatan di atas al-Haq tentang akhirat. Aamiin.
89 notes · View notes
cakrawalangit · 2 months
Note
Hi, kak. You said "ask me anything" on your profile page. So I wanna ask you a question.
Menjadi manusia yang baik itu, bagimana sih? Apa menjadi manusia yang baik berarti tidak melakukan kesalahan dan tidak menyakiti siapapun?
Halo @biru-mudaa!
Halo juga teman-teman Tumblr, sudah sangat lama rasanya sejak terakhir kali menulis di jejaring biru ini. Hari ini kita mulai dengan pertanyaan yang sangat bagus dari seseorang disana.
Menurut saya, menjadi manusia yang baik adalah mereka yang selalu belajar dari kesalahan di masa lalu. Terdengar sangat umum, namun begitulah adanya. Mungkin kalian pernah mendengar,
"Seorang pendosa yang bertaubat lebih baik daripada orang saleh yang tidak pernah merasa salah."
Semakin tidak pernah terlihat melakukan kesalahan, umumnya mereka akan cenderung menutup diri dari kesalahan yang telah mereka perbuat. Ketaqwaan yang sedikit demi sedikit terbalut oleh noda kesombongan menciptakan ego untuk terus merasa benar, membenarkan apa yang mereka perbuat meskipun mereka tahu itu salah. Tidak jarang juga sampai mencari dalil-dalil untuk membenarkan apa yang sebenarnya salah.
Menjadi baik juga bukan berarti kita tidak pernah melakukan kesalahan, karena kita hanyalah manusia biasa. Manusia tempatnya salah dan lupa, maka dari itu kita selalu membutuhkan Allah yang Maha Pengampun. Secara sederhana, mungkin menjadi baik adalah ketika kita berusaha semaksimal mungkin untuk menjauhi apa yang dilarang dan diperintahkan oleh Agama. Aturan yang sudah sangat jelas dan tak lekang oleh waktu.
Karena pada hakikatnya, kita semua adalah pendosa yang sedang Allah tutup aibnya di mata manusia.
Tapi apakah mungkin ketika kita sudah menjadi seorang yang taat beragama, kita malah dimusuhi atau dianggap buruk oleh manusia? Ya, sangat mungkin. Saya tidak perlu menjelaskan karena mungkin di kehidupan nyata kamu sudah banyak menemukan orang-orang seperti ini.
Menyakiti disini mungkin bisa beragam, menyakiti secara fisik tentu sangat tidak diperbolehkan kecuali dalam keadaan yang memang mengharuskan untuk membela diri. Menyakiti perasaan? Sebisa mungkin untuk dihindari, tapi masalah mengenai perasan ini rumit sekali.
Kita bisa saja menyakiti hati orang lain demi kebaikan, seperti menolak ajakan untuk bermaksiat. Di satu sisi kita berada di sisi yang benar, namun mungkin saja penolakan itu menjadi hal yang menyakitkan untuk orang lain. Perkataan yang terkadang tidak terasa keluar dari mulut, menyakiti perasaan orang lain.
Mengambil dari sudut pandang manusia memang melelahkan. Maka dari itu, lakukan semampunya untuk berbuat baik pada orang lain dan jangan terlalu memaksakan diri. Selalu jaga hubungan dengan Allah dan seluruh makhluk ciptaanNya.
Semoga menjawab, dan terima kasih sudah bertanya @biru-mudaa! semoga sehat selalu.
-Cakrawala
11 notes · View notes
tentangmu · 10 months
Text
Bukan dia yang merubahku, aku lah yang berubah untuknya.
Aku ingin bercerita sedikit tentangnya. Maaf tak izin kala menulismu
Dia wanita yang cantik, kulitnya putih, suaranya merdu, hidungnya mancung (ya kurang lebih agak sedikit lebih indah dari milikku hehe). Dia persis seperti apa yang pernah ku semogakan. Tuturnya sopan, lembut, halus bahasanya. Meski terkadang dia sangat keras kepala, selalu memendam semuanya ssndiri. Tapi dia wanita yang kuat, seorang anak tunggal yang tak mau dianggap manja. Itulah mengapa aku jatuh hati padanya, dia berbeda.
Kau tau, dia jugalah yang sedikit banyak membantu diriku untuk berubah. Meski dirinya tak pernah memintaku untuk berubah atau membuatku menjadi bukan diriku. Aku ingin selalu bersamanya, karna itu aku berubah.
Dia tak suka seseorang berbicara kasar dan kotor kepadanya. Karna aku menghargainya aku hampir tak pernah berkata kotor didepannya meski terkadang keceplosan karena pergaulan, tapi sedikit demi sedikit sudah berkurang. Dia tak suka asap rokok dan aku adalah perokok. Aku ingin membuatnya nyaman karnanya aku berhenti merokok tentunya secara perlahan. Aku adalah pemalas dan pesimis, dia seorang yang rajin dan ambisius. Berkatnya aku berhasil menyelesaikan semuanya, tak ada lagi tugas tugas menumpuk. Dia lah yang mendorongku untuk segera menyelesaikannya. Aku pesimis kala deadline didepan mata, dia yang meyakinkanku dan menyemangatiku.
Aku bersyukur bisa mengenalnya. Dia tak merubahku, namun aku berubah untuknya dan itu baik untukku. Aku bahagia kala didekatnya. Selagi bisa menemuinya akan ku usahakan, meski tak jarang tubuhku koyak aku akan tetap datang. Aku hanya tak ingin kehilangan satu part pun untuk bisa bersamanya. Tak ada letih kala melihatnya. Dia teramat menyejukkan hingga semua lelah hilang jika telah bersamanya. Aku sangat berterimakasih bisa lebih dekat dengan seorang bidadari sepertinya.
#tentangmu
31 notes · View notes
lompatjauh · 2 years
Text
Sederhana saja,
aku ingin menjadi surat kabar yang menemuimu dalam pagi yang baik atau buku harian yang pasrah kau cari di penghujung hari yang kelam.
Sederhana saja,
aku ingin menjadi angin sejuk yang terpaannya kau puja dengan lega hati atau kersik pantai yang singgahnya kau jamah tiada henti.
Sederhana saja,
aku ingin menjadi perayaanmu yang paling pongah atau segala gusarmu yang membuat jengah.
Sederhana saja,
aku ingin menjadi apapun yang rekat dan erat bersinggungan denganmu.
— @lompatjauh
202 notes · View notes
poemstories · 4 months
Text
Tumblr media
Setahun Berkembang
31/12/23-18.01
Telah berkembang diri hampir setahun sejak memulai semuanya. Tentunya banyak cerita yang sempat terlewatkan untuk di resapi dalam diksi yang harusnya terbaca di tempat dimana jutaan orang membaca kata-kata indah setiap hari. Namun aku bersyukur, di usia ku saat ini, tahun 2023 tidak selalu membuatku menangis pilu. Tapi juga banyak keajaiban yang tentunya di tahun 2024 aku akan memperjuangkannya lebih keras lagi....
Tumblr media
13 notes · View notes
antasmira · 11 months
Text
memaki karena marah tak akan membawamu kemanapun—selain penyesalan telah bersikap demikian.
Demikian aku memantrai diriku sendiri. Dengan cara itu, aku mencegah diriku melukai orang/situasi yang melukaiku. Dengan cara itu, aku mencerna emosiku. Dengan cara itu, aku menjelaskan apa yang kurasakan terhadap orang/situasi itu—itu membuatku merasa tak nyaman, itu menyakitiku, itu membuatku sedih, marah dan kecewa.
©antasmira
33 notes · View notes
telusursejati · 1 year
Text
Tumblr media
Kepekaan dan Kepedulian
47 notes · View notes
adikabayu · 29 days
Text
Tumblr media
Semesta Hanya Menjadikan Kita Sebagai Percobaannya
Pada perjumpaan kita yang terakhir, rinai air hujan membersamai butir-butir tangis yang enggan untuk reda. Aku memelukmu, kau pun begitu. Kubiarkan kau menangis di pundakku, sementara air mataku terus berlabuh di hatimu. Aku tahu ini dekapan yang terakhir, namun hati kita selalu erat dan tak terikat kata mustahil.
Aku tak ingin hatiku pelik hanya karena hubungan kita yang tak lagi membaik. Kapan saja kau boleh bersandar, menuangkan segala keluh kesahmu yang penuh debar. Kepingan sedih yang kau tebar di lahan kesendirian, akan kupungut di tengah kesepian.
Bolehkah nanti aku menanyakan kabarmu tatkala kenangan menghentikan seisi jagad rayaku?
Bolehkah nanti aku terus menanti tatkala cintaku terus tertuju padamu?
Tak perlu khawatir, lakukan saja dengan rupa yang sama. Ingat bahwa kita pernah bersama di dimensi yang masih baik-baik saja. Di titik itu, kita pernah bahagia, menabung kenang di hati yang gembira, menimbun harap di terangnya gulita.
Kita pernah bersama, meski semesta hanya menjadikan kita sebagai percobaannya.
6 notes · View notes
apriliakinasih · 2 months
Text
Prokrastinasi
Sejauh yang kualami, salah satu pemicu kebiasaan menunda-nunda pekerjaan adalah rasa malas. Rasa malas pun ada pemicunya. Salah satunya adalah mood atau suasana hati.
Biasanya, kalau sesuatu yang harus kita kerjakan atau selesaikan itu bukan sesuatu yang kita inginkan atau kita minati, maka kita akan cenderung malas mengerjakannya. Kemudian kita memutuskan untuk menunda mengerjakannya. Menunggu sampai benar-benar ada niat untuk menyentuh pekerjaan tersebut.
Pada saat menunggu itu, pasti kita akan merasa terbebani. Pundak juga terasa berat. Selalu kepikiran, bahkan sampai suntuk dan stress. Belum lagi jika kita berpikir bahwa pengerjaannya harus sempurna. Akibatnya, kita menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan bagaimana mengerjakannya dengan sempurna. Setiap hari hanya dipikirkan saja, tapi tak kunjung mencoba untuk mencicil mengerjakan.
Selain itu, kebiasaan menunda pekerjaan juga disebabkan karena merasa masih punya banyak waktu.
"Ah nanti sajalah, masih ada waktu sebulan."
"Nanti deh, masih ada waktu seminggu."
Pas sudah mepet deadline baru ada niatan mengerjakannya. Akibatnya, yang harusnya pekerjaan kita bisa jauh lebih baik, jadi terkesan asal selesai. Yang tadinya sudah ada niatan ingin memberikan yang terbaik, ternyata hanya mampu mengerjakan ala kadarnya. Kenapa? Karena terburu-buru dan sudah tak ada waktu.
Jika kita sadari, menunda pekerjaan punya dampak yang merugikan, terutama bagi diri sendiri. Pertama, kalau kita terus-menerus menunda pekerjaan, maka hal itu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan menunda pekerjaan biasa disebut dengan istilah prokrastinasi. Kalau sudah menjadi kebiasaan, maka akan melekat pada diri kita dan susah untuk dihilangkan.
Kedua, karena kita memiliki kebiasaan prokrastinasi, maka kita pun akan disebut sebagai prokrastinator. Ya, prokrastinator adalah sebutan bagi orang yang suka menunda pekerjaan. Maukah kita jika kita dicap sebagai prokrastinator?
Ketiga, semakin ditunda, pekerjaan juga akan semakin menumpuk, pikiran pun juga akan semakin suntuk. Percayalah, menunda pekerjaan hanya akan membuat pikiran menjadi tambah stress. Kalau sudah stress, makan terkadang terasa tidak enak, tidur pun tak nyenyak. Merasa terbebani dan tidak tenang karena masih punya tanggungan yang harus diselesaikan.
Keempat, kebiasaan menunda pekerjaan juga akan merusak kepercayaan orang lain yang telah diberikan pada kita. Sebagai contoh, ketika kita bersepakat untuk mengerjakan satu proyek penelitian dengan seorang teman. Misalnya pengerjaannya memakan waktu selama 2 bulan. Kemudian, karena penelitian tersebut tidak sesuai dengan minat kita, dan kita juga merasa punya banyak waktu, maka kita terus saja menunda mengerjakannya. Sampai pada akhirnya, apa yang menjadi tugas kita tidak bisa terselesaikan dengan baik. Bahkan, kita tidak banyak membantu dalam proses pengerjaannya karena kehabisan waktu. Sehingga, di kesempatan yang akan datang, orang akan malas untuk bekerja sama lagi dengan kita. Kita mungkin tidak akan diajak lagi untuk mengerjakan penelitian selanjutnya, sebab orang sudah beranggapan bahwa kita tidak bisa mengerjakan dengan baik. Saat itulah kita telah kehilangan kepercayaannya. Padahal, tadinya mereka sudah percaya bahwa kita mampu. Sayangnya, kita menyia-nyiakan kepercayaan itu. Rugi sekali, bukan?
Maka, mulai saat ini, jika punya tugas apapun yang harus diselesaikan, jangan lagi menunda untuk mengerjakannya. Apalagi dengan alasan malas dan tidak mood. Berikan yang terbaik untuk orang-orang yang telah percaya pada kemampuan kita, dan jangan buat mereka kecewa.
Hapus kebiasaan menunda-nunda pekerjaan itu dengan cara memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Sebab, untuk bisa melakukan yang terbaik pasti butuh waktu dan persiapan yang matang, sehingga hasil pengerjaannya tidak asal-asalan. Jadi, tidak ada alasan untuk membuang-buang waktu dengan percuma. Segera kerjakan dan jangan hanya dipikirkan.
Sempatkan untuk mengerjakan, bukan mengerjakan ketika sempat.
Ah iya, ada nasihat dari salah seorang teman yang hingga hari ini masih kuingat. Dia bilang,
"Mood booster terbaik adalah tanggung jawab."
Semoga kita bisa menjadi pribadi yang bertanggung jawab, terhindar dari kebiasaan prokrastinasi, dan bisa menyelesaikan dengan baik apapun yang telah ada di pundak.
(28 Februari 2024| 16:37 WIB)
19 notes · View notes
makhlukmars · 5 days
Text
Kembali Produktif
Entah dari mana memulai tulisan ini. Mungkin tidak bisa kucurahkan sepenuhnya dalam satu tulisan, akan ada tulisan selanjutnya yang berkaitan dengan kisah yang akan tersajikan. Perihal rasa yang masih sama namun raga sudah tak bersama. Mungkin akan sedikit terdengar alay dan menjijikkan. Namun hal itulah yang menjadikan kehadiran cinta sebagai pelengkap dinamika hidup manusia.
Makhluk Mars nama yang di lekatkan olehnya untukku, seorang lelaki burik, hitam, berbadan gempal yang menganggumi mu sejak lama. Nama yang kau lekatkan kan itu awalnya membuatku risih sebab bagiku, aku hanya ingin menjadi makhluk Bumi. Akan kuceritakan awal perjumpaan kita dan entah kedepannya tulisan ini akan selesai atau tidak sebab mengingat aku belum menyelesaikan sisa-sisa rasaku ke dirimu.
Tak mau kalah, aku juga memberikanmu nama spesial khusus yang hanya aku bisa memanggilmu dengan nama itu. Hawa nama yang kulekatkan untuk dirimu yang cantik, anggun, manis namun pemalu. Justru sikapmu itulah yang membuat lelaki burik ini jatuh, sejatuh-jatuhnya dalam pelopak matamu itu.
Kisah Pembuka
2 notes · View notes
ruanguntukku · 1 year
Text
Hari ini aku belajar untuk memahami bahwa hakikat hati manusia itu guncang. Mudah berbolak-balik.
Dan seseorang yang satu suara dengan kita bisa kapan saja bersebrangan bahkan bertentangan.
Dan sebuah kisah pilu bisa berubah menjadi lapang tanpa kita ketahui, yang bisa jadi kita sebagai pendengar masih terjebak dalam rasa pilu itu. Seakan sampah emosi yang dikeluarkan orang yang bercerita masih kita simpan rapi, padahal baginya itu sudah jadi kisah usang yang tidak terjamah lagi.
Dari situlah aku belajar untuk melupakan luka orang lain. Belajar untuk tidak menaruh ruang di dalam hati dan pikiranku untuk menyimpan luka orang lain.
Dari situ aku belajar dampak buruk dari terlalu berlebihan di dalam berempati. Bukan artinya rasa peduli ini tidak baik, tapi segala sesuatu yang diberikan porsi berlebihan akan menjadi tidak baik pada akhirnya.
Dari situ aku belajar untuk lebih menata hatiku, tidak mudah percaya dan bercerita dengan orang lain.
Bisa jadi di hari ini kita menemukan seseorang yang punya luka serupa yang telah disebabkan oleh orang yang sama. Ya, kita mungkin merasa lega ketika menemukannya. Tapi, yang perlu dicamkan baik-baik, bahwa ada tipe manusia yang di suatu hari dia berkeluh-kesah tentang seseorang, bisa jadi di kemudian hari ia memuji orang tersebut setinggi langit.
Di saat itulah kita harus berkaca diri. Bagaimana dengan diri kita sendiri? Bagaimana kedudukan diri kita yang sejati? Jangan merasa aman dan nyaman dalam sebuah hubungan yang dibangun dari rasa sakit hati yang sama.
Ya, karena kehidupan itu dinamis, proses kehidupan kita dengan orang lain pun tidak sama. Bisa jadi kita masih merasa kecewa, tapi orang yang punya luka yang sama sudah pulih bahkan berhubungan baik kembali dengan pihak yang menorehkan luka.
Jadi, mulai sekarang jangan terlalu cinta dan jangan terlalu membenci orang lain. Kita tidak tahu akan berakhir seperti apa hubungan kita dengan orang yang kita cintai dan dengan orang yang kita benci.
Bersihkan hati dari segala rasa yang berlebihan. Baik berlebihan di dalam rasa sayang, cinta maupun sakit hati.
Mintalah selalu hati yang selamat. Jangan sampai kita mati membawa sampah-sampah perasaan dan prasangka yang akan menggelincirkan kita ke dalam siksa.
Jika kita temukan ada seseorang yang bercerita tentang keluhannya pada orang lain, yang orang itu juga pernah mengecewakan kita, maka tutup rapat ceritamu dan simpanlah sendiri.
Nasihati dia agar bisa membersihkan hati, kembali berdamai atau setidaknya bisa mengambil jeda agar bisa melangkah dalam kehidupan yang sehat lahir dan batin.
Jangan buka luka kita kepada orang lain hanya karena orang itu punya luka yang disebabkan oleh orang yang sama.
Jangan sampai kita tertipu dengan hawa nafsu dan rasa percaya kita pada orang yang salah.
Jaga lisan kita. Jika tidak mampu berkata baik, maka diamlah. Semakin dewasa kita, semakin dekat dengan kematian, maka kita harus belajar untuk lebih banyak diam daripada berbicara. Karena keselamatan lisan didapat dari bisa mengerem lisan kita.
Jangan sampai komedi kehidupan membuat kita menjadi pecundang di dalam setiap rasa yang membara. Berikan ruang yang lebih besar untuk sami'na wa atho'na. Tunduk pada kebenaran. Tunduk pada aturan Allah dan Rasul-Nya. Jangan sampai perasaan dan prasangka menjadi raja.
—SNA, Ruang Untukku #97
Ahad, 05-03-2023 | 19.38
Venetie Van Java,
Dengan kembali disadarkan.
116 notes · View notes
cakrawalangit · 2 years
Text
Ketika hati sudah rapuh untuk kembali percaya akan perasaan dari seorang manusia. Mungkin Tuhan menginginkan hati kita untuk kembali kepadaNya, merenungi semua yang telah terlewati, merenungi setiap sudut khilaf dari seorang manusia biasa yang tiada lain adalah diri kita sendiri. Si manusia lemah yang seringkali berlagak sok kuat dihadapan Tuhannya sendiri.
-Cakrawala
199 notes · View notes
puspitoadjie · 24 days
Text
selama masih punya meja, kita dilarang untuk putus asa. melamun diatas meja jauh lebih baik daripada melamun di kasur. tidak peduli sekecil apapun langkahnya setidaknya dengan berada diatas meja kita bisa jauh lebih produktif. bagaimana kita akan mulai menulis jika terlentang diatas kasur?
4 notes · View notes
lompatjauh · 2 years
Text
Aku hendak mencintaimu dalam petang yang risak,
rawan yang diam,
putik yang manis,
bangkai yang harum,
damai yang hilang,
doa yang tak tersentuh,
hasrat yang mati,
dan segala benda yang sukar dimengerti.
— @lompatjauh
95 notes · View notes
poemstories · 5 months
Text
Ku kira aku sudah sembuh
Ternyata aku masih saja sakit
Aku ingin berteriak
"Hatiku, Tuhan!
Jiwaku, Tuhan!"
Sambil menangis meraung meronta
5 notes · View notes