AMAZING reference chart put together by Nadeshico Rin, showing the different attires worn by the men of the buke class in and about Edo Castle. OP stresses the chart is by no means exhaustive - but it helps picturing things SO MUCH!
For easier reading, I have adapted the chart with english translation. Rin has also created illustrations detailing each attire, I'll translate those in coming days under the tag "samurai kimono".
Manusia yang memiliki akal dan pikiran, sangat sering mengingat apa saja di masa lalu. Dari sana manusia bercerita, belajar, atau sekedar mengingat. Seberapa jauh atau mungkin seberapa besar cakupan manusia untuk mengingat.
Menurut para ilmuwan otak manusia memiliki kapasitas sekita 2,5 petabyte atau 1 juta gigabyte, bila diibaratkan seperti mesin penyimpan data super. Dengan kapasitas penyimpanan sebesar itu mengingat kejadian yang membekas bukanlah yang sulit.
Tapi seberapa jauh manusia mengingat, kenapa kita lupa tahun-tahun pertama kehidupan? Apakah peradaban manusia terbangun salah satunya juga karena ingatan?.
Ibaratkan otak manusia adalah buku harian, yang hari demi hari digores oleh sang pemilik dengan pena, untuk menuliskan kesehariaannya dari awal kehidupan hingga menjelang kematian. Waktupun berlalu, entah telah berapa hari, bulan, atau tahun sehingga buku harian menjadi tak terhingga banyaknya. Lalu ketika sang pemilik ingin mengenang masa indah di waktu mudanya, dia tak tahu buku yang mana, karena sudah terlalu banyak buku yang digunakan.
Rasanya dengan kapasitas penyimpanan yang sebegitu besarnya, masih tidak bisa membuat manusia ingat seluruh kehidupannya. Atau karena saat bayi, otak manusia tidak berkapasitas seperti saat dewasa, atau manusia adalah makhluk pelupa.
Diluar semua itu, ingatan manusia seperti indra tambahan. Apa yang seseorang kemarin kerjakan, siapa pacar pertamamu, dan semua hal yang bisa diingat oleh manusia. Ada didalamnya.
Pada akhirnya, tidak ada bahasan tentang ikan mas.
Seperti yang kita ketahui sungai dan danau merupakan habitat alami bagi ikan dan biota laut lainnya. Sungai dan danau memiliki luas permukaan yang besar yang memungkinkan penyediaan oksigen maksimum untuk kelangsungan hidup ikan. Di sisi lain akuarium tidak seperti sungai atau danau, ia memiliki luas permukaan yang lebih kecil dan pergerakan habitat yang terbatas.
Hal ini membuat penyediaan sarana alternatif oksigen bagi ikan untuk bernafas menjadi penting. Proses artifisial penyediaan oksigen ini disebut aerasi….
Apa perbedaan cupang hias dan cupang adu? Ikan cupang adalah salah satu jenis ikan hias air tawar yang paling populer. Ada dua jenis ikan cupang, yang disebut “ikan cupang adu” dan “ikan cupang hias”, yang memiliki perbedaan yang sangat besar di antara keduanya.
Banyak spesies ikan cupang yang dikenal di Indonesia, tetapi lima yang paling terkenal adalah Betta splendens, Betta stiktos, Betta mahachai, Betta smaragdina, dan Betta imbellis. Semua spesies ini adalah keturunan dari kelompok cupang splendens complex.
Setiap jenis cupang yang populer memiliki karakteristik unik yang membedakannya menjadi dua kategori: cupang adu dan cupang hias.
Most formal outfits for upper ranks samurai - Sokutai and Ikan formal court dress
(as worn by upper-ranked samurai of the Edo period - great charts by Nadeshico Rin). You can find more about samurai ranks and their regulated attires under the tag "samurai kimono".
The Sokutai
束帯 Sokutai is the most formal attire worn by Edo period samurai of the 4th rank and above.
It first appeared during Heian era as a ceremonial court dress worn by 公卿 kuge (nobility/Imperial court) and 殿上人tenjôbito (courtiers/court officials). Usage was kept well into Edo period by both the Imperial court and the Tokugawa shogunate.
The intricated garb includes:
冠 Kanmuri - hat, with distinctive 垂纓 suiei "tail" hanging in the back. Materials could include silk, lacquer or horsehair and were strickly regulated
袍 Hô - a round-necked robe with large boxy sleeves. Colors and patterns were strickly regulated.
Shown here is a pattern used by the Shôgun, the 葵に丁子唐草 Aoi ni chôji karakusa (cloves with arabesques, and hollyhock leaves - which is the Tokugawa crest)
笏 Shaku - flat ritual sceptre
平緒 Hirao - a wide flat braid wrapped around the body with ties left hanging up front. Colors and weaves were strickly regulated
(飾)太刀 (Kazari)-Tachi - (mock) long sword for ceremonial use
表袴 Ue-no-bakama (or omote-bakama) - white overpants, shorter hakama pants worn over the aka-ôkuchi
赤大口(袴) Aka-ôkuchi(bakama) - red underpants, a tad longer than the overpants
下襲(の裾) Shitagasane(no-kyo) - visible train part of an inner robe worn under the 袍 hô. During Edo period, train lenght got up to 1丈 (around 3 meters/10 feet).
襪 Shitôzu - a type of ancient socks (construction is different than tabi - they don't have a sole for ex.)
石帯 Sekitai - leather belt used in ceremonial court dress, covered in black lacquer, and decorated with stones and jewels
The Ikan
衣冠 Ikan - while still very formal and worn by Edo period samurai of the 4th rank and above, ikan looked much more simpler than sokutai.
First used for nightime duties (夜間宿直) in Heian era, it gradually came to be worm during daytime too. From Muromachi period and onwards, it had become the work uniform of the Imperial court.
Like sokutai, it uses the hô+kanmuri, and wearers were allowed to carry kazari-tachi. Yet, note how the pants differ from sokutai ones: those are large bouffant pants called 指貫 sashinuki (or 奴袴 nubakama).
You can also note that wearer here is not holding a shaku scepter: it's a folded 檜扇 hiôgi (formal folding fan made of cypress also of Heian history. Those were unpatterned as painted ones were for women).
Tangkapan Ikan Melimpah, Harga Merosot Hingga Rp700 Per Ekor
BALIPORTALNEWS.COM, KARANGASEM - Wacana Pemerintah Kabupaten Karangasem untuk menampung hasil tangkapan nelayan khususnya pada saat musim panen ikan sepertinya belum bisa terealisasi secara maksimal.
Ini terlihat dari kegelisahan yang dirasakan oleh sejumlah nelayan di Kabupaten Karangasem, menyusul harga jual ikan merosot di tengah tangkapan ikan yang berlimpah di Kabupaten Karangasem.
"Hasil tangkapan sebulan ini cukup bagus, kemarin dapet 2.500 ekor ikan tongkol (awan), tadi pagi dapet 150 ekor, tapi harganya murah, bisa Rp1.000 per ekor, bahkan pagi ini katanya Rp700 per ekor," kata Suparwata salah seorang nelayan di Karangasem, Kamis (11/1/2024).
Ia mengaku dengan harga jual yang murah itu, meski jumlah tangkapan berlimpah namun tetap saja hanya sedikit hasil yang diperoleh, bahkan dengan tangkapan 150 ekor ikan saja saat ini tidak mencukupi kebutuhan dapur namun hanya cukup menutupi biaya operasional untuk sekali melaut.
Merosotnya harga ikan hasil tangkapan nelayan sudah terjadi hampir sejak satu bulan terakhir ini, begitu musim ikan, harga ikan mulai turun. Selain dijual langsung kepada pembeli lokal, ikan-ikan hasil tangkapan nelayan juga dibeli oleh pengepul ikan dari wilayah Kusamba, Kabupaten Klungkung.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Karangasem bisa hadir untuk mencarikan solusi atas harga ikan yang merosot ini sehingga harga jual ikan nelayan khususnya pada saat musim ikan seperti saat ini bisa tetap stabil dipasaran.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Karangasem, I Nyoman Siki Ngurah saat dikonfirmasi tak menampik kondisi itu, ia mengakui keluhan para nelayan tersebut.
Menurutnya, merosotnya harga ikan memang sudah rutin terjadi setiap tahunnya ketika musim ikan tiba. Namun demikian tak banyak yang bisa dilakukan mengingat persoalan ini tidak bisa diselesaikan oleh Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan saja terlebih saat ini sudah ada Perseroda.
"Kita sudah sempat berkeliling bertemu nelayan, ya memang ini persoalan terjadi setiap tahun ketika musim panen ikan, namun kita mencoba memberikan edukasi tentang bagaimana ikan tangkapan nelayan ini bisa diolah, sehingga harga ikan bisa tetap setabil. Kita tidak bisa intervensi harga, yang bisa kita lakulan adalah mencari solusi, bagaimana ketika musim panen dan harganya rendah agar ikan bisa diolah, ketika harga kembali stabil agar bisa dipasarkan kembali. Kita juga koordinasi dengan perguruan tinggi, paling tidak ini kedepan dapat menjadi solusi, " kata Siki Ngurah.(st/bpn)
Read the full article