Tumgik
#perlunggaksihselfreward
janatunrahmilah · 4 years
Text
Perlu Nggak Sih Self Reward?
Beberapa bulan belakangan ini, saya kepikiran perihal Self Reward. Bagaimana seharusnya self reward ini? Kewajiban atau bukan? Dampak positif atau negatif? Lalu saya mencari di beberapa artikel psikologi tentang Self Reward ini. Kebetulannya, nggak ada yang kebetulan sih, hhe. Qodarullah nya, saya ikut webinar tentang Self Love, Self Talk yang didalamnya menyinggung juga tentang self reward.
Ternyata guys, dalam Psikologi ada pembahasan khusus "The Psychology of Rewarding" dan ini sangat menarik untuk dikenali. Dan ternyata, tanpa sadar saya dan mungkin teman-teman, pernah dan sedang menerapkan self reward ini loh...
Memang gunanya apa sih? Buat saya nih ini mah, memberikan hadiah kepada diri itu sebagai:
Berterimakasih pada diri.
Setelah lama bekerja keras, belajar, dan banyak menghabiskan waktu pada apa yang jadi rutinitas kita sehari-hari, tidak ada salahnya kita punya 'hadiah' untuk diri sendiri. Berterimakasih karna telah bertahan sejauh ini, selalu sehat fisik, meskipun tidak melulu sehat mental. Hha ini PR banget sih.
Bersyukur atas apa yang diraih.
Syukur atas setiap tahapan demi tahapan yang kita raih, juga rezeki yang masih saja tanpa bosan berpihak pada kita.
Menjadi hobi, pelepas penat dan stres.
Mengendalikan emosional dalam diri. Baik perasaan negatif yang sering berlama-lama diam pada diri, baik pengaruh pikiranmu ataupun ucapan orang lain. Tentu perlu ada obatnya, ya salah satunya dengan si self reward ini. Eh jangan salah loh, terlalu lama melototin laptop tuh bikin puyeng. Tapi anehnya nonton film mah enggak ya, haha. Ya karna ada emosional lain yang mempengaruhi mood kita juga.
Sebagai motivasi dalam bekerja
Ayolah, jangan terus-terusan jadi persekutan duniawi haha. Perlu juga kita membangkitkan motivasi baik dalam belajar, bekerja, ataupun tanggung jawab lainnya yang pastinya membuat diri lelah. Dan self reward ini kudu jadi motivasi kita buat lebih baik lagi dalam bekerja. Apalagi kalo self reward nya kecapai beli Macbook Pro. Wah makin semangat hahaha.
Membahagiakan diri dan sekitar.
Salah satu ciri bahwa kita mencintai diri sendiri adalah kita sudah bisa membahagiakan diri sendiri. Karna betul seseorang yang bilang, "sebelum kita membahagiakan orang lain, coba bahagiakan dulu diri sendiri". Jangan sampai lupa bahwa dirimu berhak bahagia guys. Apalagi kalo bisa bahagia bareng-bareng sama keluarga. Self reward terbaik sih itu!
Gretchen Rubin, seorang penulis buku-buku humaniora terbaik (katanya bukunya keren-keren yang judulnya Better Then Before dan The Happiness Project), dia pernah menulis begini:
If I give more to myself, I can ask more from myself. Self-regard isn’t selfish.
Semakin banyak memberi, ya seharusnya semakin banyak juga menerima. Jangan egois. Harus seimbang, kita sudah diporsir untuk hal-hal yang sifatnya 'tanggung jawab', maka berikan jeda untuk memulihkannya dengan apa yang kita senangi.
Dikutip dari https://www.jmcacademy.edu.au/ menyebutkan bahwa reward ini ada di dua macam: reward internal dan external.
Eksternal itu hal-hal yang mungkjn bisa untuk memanjakan diri sendiri misalnya: menonton, liburan, atau perjalanan singkat, makanan enak. Dll.
Internal: mengacu pada apa yang ada dalam diri kita. Seperti bersyukur atas kerja keras, bahagia ketika pekerjaan selesai, emosional, keadaan pikiran kita, atau merasa puas karna kita mendekati tujuan tertentu. ,
Menariknya menurut hasil penelitian, dalam jangka panjang reward internal itu lebih efektif untuk memotivasi belajar atau bekerja kita loh. Ini juga karna pengaruh pikiran positif yang muncul dari diri kita. Karna perasaan positif tuh penting banget kita pupuk terus.
So, what rewards work best?
Kalau kamu suka games, luangkan waktu. Nggak ada salahnya kok. Film, jalan-jalan, olahraga, atau apapun hal positif yang membuatmu senang. Dulu saya mikir, ngapain sih orang-orang tuh ngumpulin duit cuma buat beli album BTS, nonton konser, produk Apple, dan lainnya, buang-buang duit. Woow picik banget saya waktu itu. Setelah melewati serangkaian pekerjaan dan kehidupan haha, saya sadar betul. Oh itu tuh bisa saja self reward dia terhadap setiap usahanya, pencapaian, terimakasihnya pada diri. Karna itu yang saya rasakan sekarang. Ingin beli sebuah barang yang diidamkan sejak dulu sebagai self reward (alah ini mah mencari pembenaran diri guys hha)
Tapi harus tahu juga porsi, kapasitas, dan urutan prioritasnya. Saya pernah nonton seseorang yang mengilustrasikan prioritas. Ibaratnya kita nih punya wadah atau akuarium kecil, lalu punya bola pingpong sebagai prioritas utama (pekerjaan misalnya), kelereng sebagai prioritas kedua, dan pasir sebagai hobi atau kesenangan. Kalo urutan yang di masukan ke wadah tadi pasir duluan dan dengan terus-terusan, maka nggak bisa nampung semua bola pingpongnya yang jelas-jelas ini lebih penting. Mau sesibuk apapun, tenang, pasti ada celah kok untuk menyenangkan hati dan pikiran dengan porsi yang pas. Kalau bola pingpong duluan, tambah kelereng, ditambah pasir pun masih bisa masuk melalui celah-celah tadi. Begitupun dengan celah waktu yang kita punya. Manfaatkan meskipun hanya celah sedikit.
So don’t feel guilty for taking a moment for yourself after an accomplishment – it’s healthy! (jmcacademy)
Yap setuju banget, nggak boleh ya kita merasa bersalah karna meluangkan waktu untuk diri sendiri. Me time itu perlu. Apa benar-benar harus sendiri? Tergantung. Kalau self reward kamu adalah keluarga, luangkan. Mau kamu merogoh kocek berapapun, ya kalo itu membuatmu bahagia, kenapa enggak. Apalagi ketika bahagiamu melibatkan orang lain. Wah perfect ini mah!
Udahlah, kepanjangan hahaha. Ini juga sebagai pengingat kalau kamu tiba-tiba lupa diri, Tun.
Jadi, apa self reward mu? Mari wujudkan!
Cibinong, 19 Oktober
@janatunrahmilah
13 notes · View notes