Tumgik
#kehamilan pertama
kisasindahood · 1 year
Text
Kehamilan Pertama di Jogja
Kehamilan Pertama di Jogja
Sebenarnya aku mau berbagi kisah kehamilan pertama ini sejak dari Joanna baru lahir. Tapi wacana selalu berakhir menjadi wacana. Sampai akhirnya baru sekarang terkumpul niat dan semangat untuk menggali sisa-sisa memori untuk aku tuliskan hari ini. Kehamilan Pertama Karena pertama kalinya hamil, jadi saat itu segalanya masih benar-benar buta. Bahkan untuk memutuskan periksa di mana dan dengan…
Tumblr media
View On WordPress
3 notes · View notes
andromedanisa · 3 months
Text
kisah pada dimensi yang berbeda..
aku menghadiri sebuah seminar bagaimana seorang perempuan berdaya dalam sebuah keluarga. pemateri menyampaikan poin-poin penting yang membuat mataku berkaca-kaca.
"seorang perempuan telah mulia, sebab Tuhan yang memuliakan mereka. peran mereka kala menjadi seorang anak yang menjaga diri dengan baik, kala menjadi seorang istri yang berkhidmat kepada suami dengan penuh ikhlas, dan kala menjadi seorang ibu yang menyerahkan segalanya untuk mendidik anak-anak mereka. setiap perempuan telah mulia dan memang dimuliakan. meski dia belum menikah, ataupun belum memiliki keturunan kemuliaan itu tetap melekat kepada seorang perempuan."
mataku berkaca-kaca, dan aku baru menyadari seorang wanita yang duduk di sebelahku menangis. sampailah pada perkenalan dan obrolan ringan kami. rupanya beliaupun pernah Allaah uji dengan sebuah penantian buah hati yang cukup lama sekali. dan ujian keikhlasan lainnya, yaitu kehilangan. menuliskan kisah beliau saja membuat tanganku sedikit tremor dan mataku berkaca-kaca. ya Allaah, pada dimensi yang lain ujian seseorang bisa sedalam itu.
"13 tahun saya dan suami menunggu mba, di awal pernikahan kami sampai menginjak 10 tahun pernikahan kami semua upaya telah kami lakukan. saya bahkan nggak tahu sudah berapa juta telah kami habiskan untuk program hamil. tidak ada kista, miom, pcos atau apapun itu termasuk saluran tubapun tak ada masalah. bersih, sehat dan sayapun mengalami haid secara teratur setiap bulannya. suami juga sehat, tak ada masalah dalam pemeriksaan kesehatan dan kesuburannya.
menginjak pernikahan ke 11 saya sudah dititik lelah, doa saya sudah nggak minta anak lagi tapi lebih ke minta agar diberikan hati yang lapang dalam menerima segala ketetapan takdir Allaah. selama usia pernikahan ke 11 tahun saya dan suami hidup dalam tenang. istilahnya dikasih anak Alhamdulillah, enggak juga nggak apa-apa. sampai ditahap itu. sayapun mempersilahkan suami untuk menikah lagi jika memang suami menginginkan seorang anak. saya tak pernah keberatan jika beliau poligami.
sebab melihat seseorang yang kita cintai menutup rapat sedihnya, itu justru membuat saya menyalahkan diri saya sendiri. namun suami selalu meyakinkan saya, bahwa kebahagiaan itu tidak terletak pada dikasih anak atau enggak. kebahagiaan itu Allaah yang hadirkan pada hati kita.
saya berkunjung kerumah teman, kebetulan pula mereka juga pejuang garis dua, bedanya Allaah hadirkan seorang anak dipernikahan mereka yang ke 5 tahun. saya paling takut jika harus mengunjungi teman yang habis melahirkan, bukan karena iri atau tak ikut bahagia atas kebahagiaannya melainkan takut sekali jikalau mendengar komentar yang tidak diinginkan.
namun teman saya ini berbeda, ia tahu betul rasanya menunggu. benar ya mba bahwasanya *manusia tidak akan pernah bisa saling memahami, jika mereka tidak merasakan penderitaan yang sama.*
teman saya tidak membahas tentang kehamilan, namun saya yang banyak bertanya kepadanya. sampai disatu obrolan ketika saya meminta tipsnya, dia mengatakan bahwa kuncinya adalah ikhlas. selain ikhlas ikhtiar dia hanya memperbanyak makan kecambah setiap hari. baik untuk suami dan dirinya sendiri. padahal dia tidak promil kedokter karena memang ia mengaku tak mampu secara ekonomi jika harus melakukannya.
sepulang dari rumahnya mendiskusikan dengan suami dan kami bersepakat untuk mencoba ikhtiar tersebut. atas izin Allaah mba, 2 bulan ikhtiar saya dan suami, Allaah izinkan saya hamil untuk pertama kalinya. betapa bahagianya saya terutama suami atas kabar baik ini. semua keluarga saya maupun suami menyambut bahagia berita ini.
namun kebahagiaan itu tak berlangsung lama mba, saya keguguran di usia kandungan saya memasuki sembilan minggu. saya harus kuretase pula untuk pertama kalinya. saya menangis dan terus menangis. tak ada kekuatan bahkan untuk memasukkan sesuap nasi kemulut. kalau bukan karena pertolongan Allaah mungkin saya sudah jatuh pada depresi.
2 tahun seusai kuretase Allaah karuniakan kembali kabar baik itu, saya hamil kembali. dan anak saya sekarang berusia 4 tahun mba. saya bahagia dan bersyukur dilain sisi. namun jika melihat anak saya, sayapun menangis teringat suami. suami saya meninggal satu bulan setelah saya melahirkan. suami saya meninggal ketika covid.
kalau ingat itu saya selalu menangis dalam sholat saya. ketika kebahagiaan itu datang dan kami tunggu-tunggu. Allaah ambil salah satu titipannya. suami saya adalah orang yang paling bahagia ketika saya melahirkan mba, dia mengabarkan ke semua kerabatnya kalau istrinya ini benar-benar sehat dan bisa hamil.
tidak ada orang yang sebaik dia mba, ketika semua orang memberikan nasihat agar saya menikah lagi, hati saya tak pernah beranjak dari suami saya. suami saya orang baik sekali, saya takut jika saya menikah lagi tidak mendapatkan seseorang yang sebaik suami saya. saya takut malah tidak bahagia sebab banyak membandingkan.
jika melihat orang-orang yang pejuang garis dua, saya meyakini biasanya para suaminya adalah orang baik yang begitu baik memuliakan istrinya. itulah mengapa terkadang mereka pejuang garis dua tidak meletakkan kebahagiaan mereka pada memiliki anak atau tidak. sebab perekat keduanya bukanlah anak.
saya doakan mba Nisa dan suami Allaah karuniakan keturunan yang Sholih dan Sholihah. penyejuk untuk kalian berdua. saya tak ingin banyak memberikan tips ini dan itu. tapi semoga saja cerita saya ini ada kebaikan yang bisa diambil hikmahnya ya mba. saling mendoakan dalam kebaikan ya mba." ucap beliau sembari tak kuasa menahan airmatanya.
"aamiin Bu, semoga Allaah kuatkan ibu selalu ya. Allaah jaga ibu dan anak ibu selalu dalam kebaikan. doa-doa baik akan kembali kepada yang mendoakan. saya boleh izin cerita ibu ini untuk saya tulis kembali dan saya share di media sosial saya Bu? nama dan tempat saya rahasiakan.."
"dengan senang hati mba Nisa. semoga Allaah berkahi ya.."
setelah acara usai kami berpelukan dan kami berpisah..
segala puji bagi Allaah atas setiap keadaan..
63 notes · View notes
dinisuciyanti · 2 months
Text
35 dan stunting
Beberapa hari lalu ramai pro-kon statement kepala BKKBN, yang menyebutkan bahwa perempuan usia 35th itu resiko tinggi melahirkan anak stunting.
Responku pertama kali? GEMAS. Aku, sebagai sekte 30s merasa tersudut. "Kok asal ngomong sih". Kemudian aku cari jurnal ilmiah terkait, nemu, dari 7 faktor berpengaruh yang dibahas (jumlah balita >3 di keluarga, jumlah anggota keluarga 5-7 orang, jarang cek kehamilan, bayi laki-laki, bayi usia 2 tahun, berat bayi lahir rendah <2.5kg, dan keluarga miskin), gak ada indikator usia ibu. Oh, aman. Aku share lah di igs.
Lalu aku pindah ke X. Aku beropini, yang ternyata setelahnya muncul pro dari salah satu dokter. Beliau membagikan hasil studi juga, ku baca, oh, ternyata benar, usia 35tahun itu beresiko. Memang aku yang rendah literasi, kurang mencari jurnal lain.
Apa aku tetap ngeyel? enggak. Sebagai saintis/akademisi, aku belajar untuk percaya evidence-based, dengan catatan harus dibaca juga metode penelitiannya. Kalo dah bener/valid, ya berarti hasilnya patut dipercaya, walaupun akan selalu ada pembanding hasil dari studi lain. Apa peneliti bisa salah? bisa banget, tapi mereka gak boleh bohong.
Setelah membaca jurnal soal usia 35 itu, yang detailnya adalah, usia <20 dan >35th itu resiko tinggi melahirkan anak PERTAMA stunting, jadi bukan cuma "ketuaan" tapi juga "kemudaan", aku langsung share lagi ke igs, biar stori ku gak misleading.
Tapi ada baiknya, statement kepala BKKBN tersebut lebih lengkap, menjelaskan dengan faktor lain yang berpengaruh, bukan hanya usia 35. Kan mba2 jadi emosyong disudutkan teros.
29 Maret 2024
41 notes · View notes
aisyahnuraeni · 2 months
Text
Nikmatnya Menuntut Ilmu
Setelah 3 hari pertama Ramadhan Allah mampukan untuk puasa full, di hari ke 4 aku niatkan tidak berpuasa karena Allah. Kata suami, rukhshah itu bagian dari kasih sayang Allah. Awalnya aku masih galau, sedih, dan kecewa. "Padahal kemarin-kemarin kuat dan bisa, kenapa sekarang enggak?", pikirku.
Pas banget di hari itu aku ikut webinar dari Wholistic Goodness tentang Puasa Bumil dan Busui. Kukira aku akan dapat tips supaya kuat berpuasa, ternyata jauh lebih dari itu. Mbak Vidya, pematerinya, membuka sesi dengan narasi bahwa kondisi setiap perempuan itu berbeda. Sehingga...
"Puasa itu ibadah, tidak puasa karena Allah itu juga ibadah. Mengambil rukhshah (keringanan) karena kondisi hamil dan menyusui itu juga ibadah, bentuk rasa syukur kepada Allah."
Aku jadi semakin sadar, bahwa keputusan yang diambil harus benar-benar didasari atas kemampuan dan kebutuhan 2 orang: aku dan bayiku. Bayinya sehat-sehat, insya Allah. Tapi aku, di sahur ke-4 Ramadhan itu mataku kunang-kunang, mual hebat, dan pegal luar biasa di bagian panggul. Memang terakhir cek ke ob, round ligament pain-nya akan sangat terasa menginjak bulan ke-7 kehamilan. Sehingga selepas sahur aku putuskan untuk gak berpuasa.
Indah banget cara Allah membesarkan hati Umma, Nak. Maka benarlah kata para ustadzah, bahwa ketika berada di titik terendah, carilah ilmu. Di kondisi kalut dan galau, perempuan si paling perasa itu akan memenangkan emosinya dibanding akalnya. Maka ilmu jadi salah satu wasilah, pengingat paling mujarab untuk kembali mengingat rahmat-Nya.
Allahumma inni as-aluka 'ilman naafi'an wa a'udzubika min 'ilmin laa yanfa' (Ya Allah aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat dan hindarkan aku dari ilmu yang tidak bermanfaat).
10 notes · View notes
rumelihisari · 5 months
Text
Satu Tahun Jadi Ibu gen Z
Masih hangat dalam ingatan bagaimana saat transisi peran menjadi ibu baru. Menguras energi, emosi, jam tidur, dan airmata. cukup speechless mendengar berbagai komentar entah tentang ASI, BB bayi, metode melahirkan, dll. Disaat diri sendiri berusaha enggak merisaukan soal itu. Sebab sedari awal mengetahui kehamilan, langkah-langkah pertama yang dilakukan bersama pasangan adalah membenahi konsep-konsepnya terutama sebagai seorang muslim. Supaya nggak mudah terdistraksi sama hal-hal yang nggak perlu dipusingkan seperti perbandingan BB, TB, dll. Yang dilakukan oleh orang lain.
Komentar akan hal itu akan tetap ada, tapi prinsip atas konsep yang dipegang ternyata berpengaruh atas respon kita terhadap komentar itu. Kita jadi cukup bisa mengendalikan diri menerima berbagai komentar.
Saat itu jadi mudah sekali menangis, selain dipengaruhi hormon, sebagai ibu baru, sering dianggap belum bisa apa-apa dan nggak dikasih kesempatan untuk memulai mempraktekkan sedikit ilmu yang dipelajari bersama suami yang sudah mulai disiapkan jauh hari walau hanya sedikit. selalu serba salah atas apa-apa yang dilakukan. Perkara menggendong M-shape yang dianggap nggak sesuai standar masyarakat sampe harus sembunyi-sembunyi. Atau cara masak MPASI yang dianggap terlalu ribet. Apalagi setelah persalinan seluruh netra terpusat pada bayi hingga lupa ada sosok ibu baru yang perlu juga diperhatikan.
Sempat merasa nggak punya teman dan merasa kehilangan diri karena harus membersamai bayi 24 jam, Sebelum akhirnya sadar kembali bahwa menikah dan menjadi ibu adalah menemukan kesejatian peran diri di muka bumi. Bahwa inilah yang Allah maksud kenapa kamu diciptakan sebagai perempuan dan ibu. Sebab, regenerasi itu nyata. akan ada generasi-generasi pembaharu yang lahir dari rahim mu.
Sangat menikmati peran ibu sepaket aktivitasnya dengan kesadaran penuh yang insyaaAllah memiliki tujuan. Dan semua orang sepakat kalo jadi ibu itu lelah. Tapi yang bikin lebih melelahkan adalah komentar orang yang selalu nyoba buat runtuhin parenting yang dibuat atas kesepakatan kita dengan pasangan. Masalahnya kadang nggak sekadar komentar, tapi maksa.
Walau gak logis atau gak masuk akal, beberapa kekeh bahwa mitos dan jaman dulu harus jadi standar. terlalu banyak bibir mengadili berdasar pengalaman, padahal ilmu makin berkembang. Sebagai ibu baru tentu butuh saran dan nasihat, tapi pendapatnya butuh didengarkan. berikan kesempatan pada ibu untuk belajar.
Disisi lain harus tetap mengedepankan kedewasaan berfikir. sebab ibu lentera peradaban, tak boleh terpancing apalagi meluruhkan seluruh emosi yang menjadi kerikil kecil melalui sosial media. Nggak bijak rasanya. Hanya ada dua pilihan bagi ibu saat itu, diam atau berani meluruskan pemikiran.
Kadang kewalahan begadang. Belum tangisan bayi yang kadang nggak mudah dimengerti apa penyebabnya. Malam jadi siang, siang jadi malam. lelah, marah, hingga bergulat dengan diri sendiri supaya bisa meredakan emosi. Walau pada akhirnya kadang cosplay juga menjadi monster.
Managemen emosi pada ibu yang kadang nggak terkendali memang jadi PR untuk diri. Bahkan sampai hari ini diri sendiri masih tertatih meregulasi itu. Yang pada akhirnya menyadarkan kalo mengasuh nggak cukup hanya dengan ilmu parenting dan support sistem orang terdekat. Tapi ternyata butuh menjadi ibu yang tenang.
Sebab sepaham apapun ibu terhadap teori parenting, akan berantakan dan gagal Jika saat menyelami peran nggak tenang dan diliputi emosi. Ibu akan mudah marah saat bayi menangis. PR untuk diri sendiri.
Dan ketenangan itu nggak akan didapat kalo nggak dekat dengan yang memberi ketenangan. Maka perlu terus menjaga koneksi dengan Allah. Sebab ketenangan lahir dari kedekatan antara hamba dan pencipta. Inilah yang menjadi kunci. Hanya mengingat Allah hati menjadi tenang. Ar-rad. Allah yang menjadi backingan dan support sistem paling kuat.
Jika menyandarkan support sistem utama pada suami, orangtua, keluarga, mereka itu manusia seperti kita. Yang fitrahnya lemah dan terbatas. Kadang bisa saja lupa, atau tanpa sadar mereka bikin kita kecewa seperti halnya kita sendiri yang tanpa sadar mungkin membuat kecewa orang lain. Maka Allah lah yang layak menjadi support sistem paling utama sebelum suami dan keluarga.
Memang nggak ada yang bilang kalo jadi ibu itu mudah, tapi maha baik Allah mewariskan ilmu untuk manusia terutama ibu. menjadi bekal berharga untuk perempuan saat akan menyelami peran baru sebagai ibu. Supaya nggak salah jalan. Supaya lelahnya sepadan dengan kelak yang akan ia dapatkan. Walau perjalananya nggak semulus yang dibayangkan. Semoga enggak memutuskan untuk menyerah di perjalanan.
12 notes · View notes
ceritasiolaa · 2 months
Text
Kehamilan Pertama, bismillah..
Alhamdulillah di tahun ini aku tengah mengandung anak pertamaku. Aku belum pernah mempublikasikan di sosial media atau memberitahu orang-orang banyak mengenai kehamilanku ini, cukup orang terdekat dan beberapa orang yang langsung bertanya kepadaku saja yang tahu. Memang aku berusaha untuk meminimalisir update di sosial media, dan mungkin juga sudah menjadi prinsipku membatasi mana yang harus di publish atau pun tidak.
Kali ini, kali pertama aku menuliskan cerita kehamilanku yang sudah berjalan trimester II, Alhamdulillah.
Apakah aku sudah menyiapkan program hamil dari sebelumnya?
Jawabannya belum.
Bahkan aku dan suami memiliki perencanaan untuk program hamil tahun depan, setelah aku merasa lebih siap dan kuliah ekstensiku kelar. Namun, qadarullah rezeki dari Allah siapa sangka, Allah karuniakan insyaAllah kami seorang anak di tahun ini.
Ketika mengetahui bahwa aku hamil, aku cukup terkejut dan bingung. Speechless dengan keadaan. Yang tadinya mau ngasih tahu suami secara langsung saat di rumah, tapi ekspektasi tak sesuai dengan realitanya. Pak suami keburu tahu duluan dari dokter, gagal untuk memberikan surprise jadinya.
Mual, muntah, pusing, sempat sakit demam, flu, batuk dan lainnya. Semua ini aku rasakan saat trimester I. Tidak selera makan juga mengakibatkan berat badanku turun sebanyak 4 kg. Melihat nasi aja aku sudah eneg, rasanya mual. Belum lagi mencium bau-bau masakan yang mengandung bawang atau masakan lainnya, rasanya langsung pusing dan mual juga. Indera penciuman ini semakin sensitif. Jadi jarang ke dapur juga, sehingga suami yang mengurus beberapa hal rumah tangga.
Anehnya ke kamar mandi aja bisa mual, kalau mau ke kamar mandi pak suami kudu nyiramin wipol dulu sebelum aku masuk. Jadi seluruh ruangan itu harus wangi, bersih, dan rapi. Sebegitunya, astaga.
Pak suami yang terus berusaha mencari solusi, bingung menghadapiku yang tidak mau makan. Karena ga bisa makan nasi, alhasil makananku adalah ubi, jagung, kentang sebagai sumber karbohidrat. Alhamdulillah juga, aku lebih suka makan buah-buahan. Rasanya segar dan nikmat di tenggorokan, jadi buah dan susu menjadi sumber energiku yang malas-malasan makan nasi ini. Apa mungkin karena aku juga tidak terlalu suka nasi ya? Sehingga saat hamil, aku sama sekali tidak mau makan nasi? Entahlah.
Alhamdulillah pelan-pelan nafsu makanku membaik, masuk trimester II aku sudah mulai bisa makan nasi, ke kamar mandi tanpa harus disiram wipol dulu, sudah bisa masak lagi di dapur, tapi kadang masih mual dengan aroma masakan, dan juga kendalanya sekarang adalah badanku sering terasa pegal-pegal. Kaya bawa beban berat di punggung, tidur pun rasanya sudah kurang nyaman.
MasyaAllah ya ternyata perjuangan menjadi seorang ibu.
Kalau aku mengeluh, Alhamdulillah suami selalu support, “InsyaAllah setiap lelahnya, pegal-pegalnya, tidak nyamannya tidur, mual, dan lainnya jadi pahala ya” ucapnya.
Pernah juga aku sampe mau nangis rasanya karena punggungku pegal sekali, dengan lucunya dia bilang, “Sayang, kalau perutnya bisa ditukar, ga apa-apa aku yang membawanya kalau kamu pegal. Jadi kita bisa bergantian.”
Jadi panjang ya tulisan ini, mungkin lain kali bisa lanjut part II cerita si ibu hamil yang satu ini.
Semoga ada hikmah yang bisa diambil dari tulisan ini ya, mohon do'anya juga teman-teman 😊
Tumblr media
Ini USG calon aa (insyaAllah) saat 7 weeks.
8 notes · View notes
naailahana · 2 months
Text
11: Layar Hitam Putih
"Jadi ini saya betulan hamil ya dok? Alhamdulillaah..."
Kata seorang ibu sambil mengusap air mata di ujung mata, diiringi ucap hamdalah dari sang suami yang ikut menemani di ruang USG. Sepasang calon orangtua muda, yang tidak tau juga sudah menunggu berapa lama, tapi rasa syukurnya sungguh memancar. Aku bisa merasakan, kehadiran calon buah hati pertama yang dinantikan.
Di layar tampak janin yang masih sangat mungil sekali, diiringi suara detak jantung yang terdengar lantang dengan bantuan alat dan monitor. Siapa yang tidak ikut tersenyum di tengah kebahagiaan ini? Baru hari ini aku betul-betul belajar memeriksa kehamilan dengan USG, dan aku baru tau, belajar USG bisa se-menghangatkan ini.
Sedang mencoba untuk memaknai USG tidak hanya sebagai penerawangan organ dengan layar hitam putih dan angka-angka, tapi jauh daripada itu; mempelajari gambaran nyata proses penciptaan dari Yang Maha Mencipta. Masya Allah. Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah.
“Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik” (QS. Al-Mu'minun: 12-14)
Semoga janin yang saat ini berada di rahim para ibu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan sehat, menjadi hamba Allah yang shalih/shalihah, bermanfaat bagi ummat, dan menjadi penyejuk hati bagi kedua orangtuanya, aamiin.
---
Bogor, 22.52
6 notes · View notes
ardinashulhah · 8 months
Text
#BelajaraJadiUmma: Sebulan Yusha
Sebulan tak terasa sudah bersama Yusha, sebulan sudah menjadi umma. Masya Allah, rahmat-Nya begitu banyak terasa. Aku belajar bahwa begitu besar penjagaan Allah pada manusia.
Yusha kecil Allah limpahkan banyak kebaikan sejak dalam perut hingga dilahirkan. Allah hadirkan dokter baik nan shalihah yang membersamai di sebuah rumah sakit Islam yang sebenarnya di luar rencana persalinan kami. Dokter shalihah itu memintaku banyak taubat menjelang kelahiran Yusha, indahnya diingatkan dalam taat di saat genting menjelang persalinan.
Allah lancarkan proses operasi yang sungguh rumit tak aku mengerti detailnya, dimulai dari ramahnya perawat, suntikan anastesi yang Allah izinkan berhasil, dlsb hingga sore pukul lima kurang satu menit Yusha lahir.
Tubuh mungilnya ketika diangkat dokter membuatku terharu biru "Masya Allah.." ucapku pelan sambil berkaca melihat makhluk yang sepuluh bulan sembilan hari tumbuh berkembang dalam perutku. Allah lengkapkan dan sempurnakan tubuhnya, Alhamdulillah, terima kasih ya Allah :')
Allah izinkan aba-nya membersamaiku dari awal kehamilan hingga detik melahirkan. Menguatkan momen-momen menakutkan bagiku yang takut segala jenis jarum suntikan. Ambil darah, pasang infus berkali-kali, suntik tes alergi obat, dlsb. Selalu berusaha membuatku berani dan tenang yang tiba-tiba harus bertemu benda tajam itu. Infus yang pertama kali, bengkak berkali-kali. Tak alpa juga yang siap merespon tangisan dan segala pikiran kalutku.
Allah hadirkan juga keluarga yang senantiasa ada, memberikan doa dan bantuan terbaiknya. Adalah anugerah mempunyai keluarga yang menerima takdir dengan lapang dada. Tak merumitkan suasana ketika hal yang tak diharapkan di hadapan mata, semua berharap yang terbaik tanpa banyak kata yang memberatkan langkah. Operasi pun dilaksanakan dengan dukungan semua. Alhamdulillah.
Bantuan demi bantuan pun begitu terasa selama pasca persalinan di hari-hari pertama. Ada orang tua, kakak, tante, dll yang senantiasa memantau perkembangan, menyediakan air rebusan daun sirih, membantu memastikan aku bisa memberikan ASI pada bayi, mengajarkan memandikan bayi, memastikan aku makan cukup dan baik, dan banyak hal lainnya. Masya Allah.
Kebaikan dari saudara dan kawan yang senantiasa memberikan doa untuk aku, Yusha, dan keluarga. Tak jarang pula yang tiba-tiba meminta alamat, mengirimkan hadiah untuk Yusha dan hadiah makanan untukku sebagai dukungan "ASI booster" atau sebagai hadiah sebagai ibu katanya. :')
Masya Allah, begitu banyak nikmat yang Allah limpahkan bersama perjuangan sebulan pertama sebagai Umma bagi Yusha. Doaku sama semoga Allah balas semua kebaikan dengan sebaik-baik balasan.
Ardina. Bandung, 22 September 2023.
00.03 WIB, 21 September yang terlewat sekian menit. Yusha sedang bobo, umma terbangun seperti biasa.
7 notes · View notes
piecesofmylife · 1 month
Text
Tumblr media Tumblr media
Minggu pagi, 27 Ramadhan 1445 H.
Seminggu kebelakang, rasanya badan kretek-kretek banget, agak batuk dan sempet kejebak kemacetan cinere-buncit 3 jam. Bener2 rasanya ga enak badan, sampai di kantor cuma menggigil aja, memutuskan cek darah, hamdallah aman. Saat itu H-1 jadwal saya haidh. Sempet kepikiran, apa hamil.. karena memang 2 bulan ini sudah ikhtiar bismillah mulai program. Dan udh lepas IUD dari agustus thn lalu. Saya ga tau ini kepengennya saya aja atau gimana, tp pas konsul sm mba ika, baiknya ditunda dahulu. Sampai akhirnya saya dan suami sepakat, bismillah.
Jumat siang, saya ngeflek coklat. Saya pikir, oh saya mungkin haidh. Yasudah saya buka puasa, eh tp udh hari kedua dan ketiga ga keluar haidh lagi.. itu sudah h+2 jadwal haid saya. Sempet sedih krn malam 27 blm bisa optimal krn saya pikir saya haidh. Paginya saya deg2an parah, krn ternyata ga keluar darah lagi. Saya buru2 ke alfamart beli testpack, beli yg murah aja krn pikir saya, saya ga mau berharap banyak.. khawatir kecewa. Saya mulai test pack, ditunggu 2 menit, hasilnya samar!
Dulu pas hamil arfa, persis spt ini.. samar:") masyaAllah tabarakallah. Saya gabisa berkata apa2.. ya Allah, mudahkanlah. Suami saya juga suppport, doa2 saya rasanya didekatkan sm Allah. Saya bersyukur sekali. Bismillah bismillah.
Hari berjalan, awalnya kepingin segera ke obgyn untuk memastikan kehamilan, tp berhubung mepet lebaran, says pikir ditunda saja periksanya habis lebaran, vitamin pun cuma minum asam folat sisa ngambil dr kantor.
Saya exited sekali, di otak saya, bismillah saya akan jaga baby ini. Saya juga sudah sounding ke arfa kalau ada dedek bayi di perut bunda. Saya kasih tau teman2 kantor terdekat saya.. dan saya masih euforia dgn kehamilan saya... saya sampai download 3 aplikasi untuk ngebandingin aplikasi mana yg paling bagus.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Saya juga senyum2 sendiri membayangkan ada janin lagi di perut saya yang akan membesar...
Kebetulan saat itu, saya di berat badan terendah saya, BMI sudah hampir 24. Ya, bisa dibilang cukup berhasil program diet 8 bulan (memang salah satunya diet ditujukan untuk persiapan hamil). Pokoknya saya bener2 berusaha prepare yg bisa di prepare. Udh kepikiran juga ngidam, harus lebih hati2 dan akan menghindari olahraga yg jingkrak2.
Hari lebaran datang, hari pertama, kedua silaturrahmi saja seperti biasa. Rasanya juga ga capek2 banget.. ya standar aja.
Sampai di hari ketiga, Jumst kemarin. Tiba2 saja ada flek coklat setitik. Saya pikir, saya cukup istirahat. Eh ga taunya makin banyak sampai satu pembalut hampir penuh. Kata suami saya, gapapa.. gapapa.. ia menenenangkan. Walau khawatir, saya ttp berusaha positif thinking. Siangnya, keluarga suami ada acara di sentul. Flek sudah ga keluar sama sekali.. saya menikmati perjalanan.. jalan2 ke mini zoo dan ajak arfa main.
Keesokan harinya, dr sentul langsung ke daerah taman anggrek. Jalan lumayan jauh tp masih oke lah, ga yg capek gimana-gimana. Tp pas saya ke toilet, DEG, Flek lagi setitik. Di detik itu saya mau nangis, tp kata suami saya gapapa.
Akhirnya keliling mall, sampain di penginapan, flek saya semakin banyak. Sampe saya minta pembalut sm nida. Saya nangis ga karuan, saya takut kehilangan calon bayi saya. Dan suami saya bilang, gapapa. Kalaupun ga jadi, ya blm terbentuk apa2 di rahim saya. Saya cuma bisa bengong.. saya blm siap.. dalam seminggu, begitu banyak yg terjadi.
Awalnya saya ga mau bilang ke umi, tp saya ngerasa perlu konsul ke dr.ika, obgyn temennya umi. Saya cerita runtutan yg terjadi. Dan beliau menyarankan untuk USG, untuk memastikan apa saya benar hamil atau tidak, atau bisa jadi ternyata saya memang haidh saja. Beliau bilang, anggap saja haidh yg mundur. Pdhl biasanya jadwal haidh saya rutin.. dan gaada yg bisa disimpulkan apa2. Kalaupun hamil, jika keluar darah banyak begitu, bisa dikatakan ya... keguguran.
Saya blm siap dengar semua ini, saya jadi berkaca, sepertinya gaada perilaku berisiko yg bisa membuat keguguran.. sayapun ga capek2 bgt perasaan. Atau mungkin saya harusnya bedrest. Saya ga tau.. saya bingung, saya cuma bisa nangis. Saya sedih, krn kemungkinan melanjutkan kehamilan sangat rendah, sampai sekarang, minggu 14 april ini.. darahnya keluar banyak sekali. Perut saya kram, kontraksi.. dan saya blm ada rencana ke obgyn kapan waktunya.
Suami saya bilang, gapapa
Ibu saya bilang, gapapa
Adik saya juga bilang gapapa.
Tp kok tetap rasanya apa-apa ya, sebelum nulis tumblr, saya cuma bisa liatin test pack samar yg saya pikir saya hamil. Pdhl saya ga punya hak memiliki.. cuma ya rasanya sedih banget. Ga sampai 7 hari rasanya saya ngelus2 perut saya.. tp ya Allah juga yang ambil.
Karena kan memang hakikatnya Allah yang kasih, Allah yg ambil. Kita ga berhak untuk menuntut apa2. Tp kita cukup peluk kesedihan ini. Semoga bisa berdamai dgn diri sendiri.
Allah yg tau kapan waktu yg pas untuk kita.. Allah yg Maha Pengasih dan Penyayang. Allah gaakan pernah memberikan beban diluar kemampuan kita. Allah yg ukur sejauhana kita bertahan.
Dear baby X, terima kasih sudah hadir di hidup bunda walau km juga belum terbentuk apa-apa. Terima kasih ya nak.. terima kasih.
Dear Allah.. hamba mohon yg terbaik.....
Minggu, 14 April 2024.
Sendirian di rumah, suami jaga bangsal, arfa di rumah ummi.
Semoga Allah mudahkan.
3 notes · View notes
fahmarosyada · 2 months
Text
Ngomongin soal masak, jadi inget beberapa bulan lalu pas masih trimester pertama kehamilan; lagi mabok-maboknya, susah makan karena mual muntah lumayan parah tapi tetep masuk kerja kayak biasanya, gabisa lama-lama ke dapur karena mual kalau nyium bau masakan, posisi waktu itu masih tinggal bareng eh lebih tepatnya nebeng bernaung di rumah adik ipar, ya begitulah.. Masya Allah banget situasi kondisinya waktu itu, alhamdulillah dengan pertolongan Allah, semua itu sudah terlewati dengan baik.
Nah waktu itu, ibu mertua sempat bilang kurleb gini, "Kamu mulai belajar masak, mbak.. Pantesan suamimu kalau sarapan masih sering beli di mart. Mulai latihan masak, jangan mikirin buat (makan) diri sendiri aja. Sekarang kan udah ada suami, bentar lagi juga udah mau ada bayi kan.. Gimana itu dipikir coba, sekarang tanggung jawabnya bukan cuma buat diri sendiri aja, tapi juga ada suami dan anak nantinya.. Belajar masaknya lihat youtube aja, mbak. Itu si (sambil nyebutin nama adik iparku) yang sekarang di Mesir, jadi pinter masak dia, karena lihat resep-resep, tutorial masak di youtube.."
Waktu itu, karena aku lagi hamil awal-awal dan lagi sensitif parah, habis dibilangin gitu aku nangis bombay. Aku waktu itu ngangguk-ngangguk iya iya ke beliaunya, hehe.. Habis itu nanges sejadi-jadinya, eh enggak deng, inget bgt waktu itu aku paksain diriku buat masak (sambil ngempet nangis, ya Allah cengeng bgt ya klo diinget lagi, tapi waktu itu berasa nyesek bgt), setelah sekian lama ga masak. Tapi ujung-ujungnya juga berujung ga mood makan masakanku sendiri, dan pada akhirnya tetep ku makan walau akhirnya keluar lagi apa yang ku makan, wkwkw..
Jujur yang bikin nangis itu adalah, di posisi dan situasi kondisi kayak gitu, bukannya aku gamau masak, tapi bener-bener gabisa masak. Mau ke kamar mandi lewatin dapur aja aku cepet-cepet jalannya karena gabisa nyium bau dapur, berujung mual. Apalagi disuruh masak, ya Allah.. Oiya dan waktu itu juga ada fase dimana mual juga waktu nyium aroma nasi yang baru mateng, subhanallah bgt rasanya, pengen nangis. Tapi yang sangat disyukuri adalah, alhamdulillah suamiku memahami hal ini, jadilah beliau gak menuntut yang gimana-gimana. Ditambah lagi beliau paham pola makanku yang beda; yang kalau pagi gabisa langsung makan nasi, harus buah dulu sebelum nanti makan yang agak berat termasuk nasi. Yaa begitulah, jadilah setelah dibilangin begitu nangis bombay, dan aku inget banget sedihnya sampai berhari-hari. Karena setelah dibilangin itu, aku masih melewati fase mual muntah yang lumayan sampai beberapa waktu setelahnya. Masya Allah banget kalau diinget, ada banget mellownya, kayak yang "Alhamdulillah ya Allah, atas pertolongan dari-Mu, ternyata aku bisa ya melewati ini semua". Huhu terharu banget rasanya..
Setelah melewati masa-masa itu, masuk trimester kedua, alhamdulillah Allah beri rezeki dan kesempatan untuk pisah rumah dari adik ipar; tinggal di sebuah kontrakan kecil dekat dengan tempat suami bekerja. Alhamdulillah kondisi sudah mulai membaik, mual muntah sudah jauh berkurang, dan tentunya karena tinggal berdua mau tidak mau harus belajar masak dengan cepat, yaa jadinya belajar sambil langsung eksekusi lah ya..
Nasehat dari ibu mertua ku lakukan, aku coba recook beberapa resep di youtube yang sekiranya menurutku mudah dan aku bisa bikinnya, dan tentunya aku cari resep yang bahannya aku punya di rumah. Beberapa resep ku coba sesuai instruksi, tapi faktanya ada juga yang aku improve lagi, menyesuaikan dengan bahan makanan yang ada di rumah. Sejauh ini alhamdulillah Allah mudahkan, berhasil recook. Tapi ga memungkiri juga, ada satu dua yang gagal, tapi ga banyak sih, alhamdulillah lebih banyak berhasilnya.
Dan aku juga bisa sampai di tahap ini; mulai pede untuk recook resep masakan di youtube dan kadang juga improve.. Tidak lain dan tidak bukan salah satunya adalah karena support dari suami, yang hampir selalu menghabiskan apa yang ku hidangkan di meja makan. Support dari beliau benar-benar menguatkan dan bikin semangat sampai sejauh ini, masya Allah.. Kadang juga diberi masukan, kurang asin lah, atau keasinan, yaa biasalah itu masukan yang membangun dan bisa diperbaiki kedepannya. Masya Allah tabarakallah.. Secara ga langsung, nasehat dari ibu mertua bener-bener jadi pelecut semangat juga buat aku, biar belajar masak lebih giat, berguru lewat youtube hehe.. Terima kasih banyak ya umi..
Eh udah deh, kepanjangan kan jadinya. Gak kerasa nulis ini jadi panjang. Tapi jadi healing buat aku, setelah sekian lama gak nulis karena ruwet banget sampai bingung apa yang harus ditulis, alhamdulillah akhirnya bisa juga nulis walaupun random gini. Gapapa deh ya, boleh bgt di skip aja kalau semisal ga berkenan, karena ini sebenernya ga lebih dari 'curhat colongan' calon mamak yang masih newbie ini..
Gak kerasa bulan ini sudah 6 bulan pernikahan, sudah separuh perjalanan dari 365 hari yang pertama, dan juga sudah 6 bulan juga usia janin dalam rahimku. Masya Allah tabarakallah.. Semoga Allah senantiasa menjaga keluarga kita semuanya ya, pun juga memudahkan segala urusan kita semua. Aamiin Allahumma Aamiin..
Bogor, 25 Maret 2024 / 15 Ramadhan 1445 H
6 notes · View notes
truegreys · 1 year
Text
Kabar dari Kamar Kecil
Bagian Terakhir - Keputusan Kecil yang Amat Gemilang
Tara akhirnya menceritakan kondisinya dengan Moy kepada ibunya. 
“Ibu gak akan ngehalangin kamu. Hanya kamu dan Kismoyo yang bisa memutuskan. Pilihlah pilihan yang menurut kamu paling mendekatkan diri kamu dengan Allah.” 
Mendengar saran dari ibunya, Tara langsung menghubungi Moy–menanyakan kabarnya–karena ia tidak mungkin terus-terusan berada di rumah ibunya. Ia sudah memasrahkan semuanya. Apapun keputusan yang mereka berdua ambil nanti, Tara akan menerima dengan kelapangan hati. Tara hanya akan berusaha memperjuangkan pernikahannya jika memang Moy ingin juga. Ia tidak mau memaksakan apapun.  
Tanpa diduga, Moy langsung mengajak Tara untuk bertemu di tempat pertama mereka bertemu–-sebuah café  di tengah kota. Moy berniat untuk mengakhiri pernikahan mereka di tempat mereka memulai semuanya, di tempat ia pertama memulai semuanya.
“Kamu gak cukur kumis?” Tanya Tara berbasa-basi.
“Iya. Lebih keren, kan?”
“Menurut aku, kamu keren, kok, mau gimana juga.” Jawaban Tara tulus. Ia memang tak pernah memandang fisik sebegitunya. Ia hanya perlu kebaikan dan ketulusan hati, yang ternyata selama ini ia keliru kenali.
“Aku mungkin pernah cerita ini. Pilihanku untuk ambil jurusan di SMA, jurusan di kuliah, sampai kerja adalah saran dari Bunda. Tapi, belakangan aku jadi saran bahwa keputusanku selama ini selalu dipilih Bunda…termasuk nikah sama kamu.”
Tara menahan hatinya yang bergejolak. Ia tahu bahwa percakapan ini akan dan harus terjadi sekeras apapun ia ingin kabur.
“Waktu kita berantem, Bunda nyaranin untuk nikah lagi. Pilihannya adalah selesai sama kamu terus nikah lagi atau punya istri dua.” 
Tara masih memberikan Moy ruang untuk bercerita. Setidaknya ia kini tahu bahwa Moy disuruh menikah oleh Bunda denganya, dan Bunda pula yang menyuruh anaknya untuk mengakhiri pernikahannya. Seseorang memang bisa berubah sebegitunya. Tara kesal, tapi kekesalannya tak akan membawanya ke manapun.
“Tujuanku nikah dari awal udah salah. Bunda ingin punya banyak cucu. Kejadian yang kita alami selama ini, bikin aku sadar kalau…ini semua salahku.”
Tara meneguk air mineral yang barusan ia pesan. Seolah diteguknya pula semua kata-kata Moy. Tara memang pasrah, tapi bukan berarti semua itu tidak menyakitkan.
“Aku gak bisa terusin pernikahan ini. Aku merasa perlu beresin masalah aku dengan Bunda.”
“Aku punya satu syarat.” Tara menjawab segala pernyataan Moy dengan persetujuan berupa syarat.
“Aku ingin kamu cek kesuburan.” Mendengarnya, Moy langsung setuju. Moy paham bahwa Tara yang selama ini disebut bermasalah karena PCOS-nya. Setidaknya, dengan dilakukannya tes kesuburan yang saat itu tak Bundanya izinkan, Moy bisa meringankan rasa penasaran Tara selama ini.
“Kamu bener-bener gak pernah bahagia sama aku?” Tanya Tara.
“Pernah, kok. Waktu aku nungguin kamu keluar dari kamar kecil buat cek kehamilan dan ternyata kamu hamil.” 
Pertemuan itu ditutup dengan senyum getir Moy dan Tara.
***
Hasil tes kesuburan menunjukkan sperma Moy abnormal. Wajar karena Tara tahu selama ini suaminyalah yang banyak merokok dan pola hidupnya tidak sehat. Hasilnya Tara kirim langsung ke alamat Bunda. Tara ingin menyampaikan kepada Bunda bahwa kehamilan  bukan hanya peran perempuan, tapi juga laki-laki. 
Awalnya Bunda menyambut perpisahan Moy dan Tara dengan riang. Semua berubah ketika paket dokumen yang dikirim Tara sampai di tangannya. Ditambah, Moy memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan pindah kota untuk memulai hidup baru tanpa bayang-bayang Bunda.
Moy menjual rumah yang ia bangun bersama Tara, lalu membagi hasilnya dengan Tara. Proses perceraian berjalan lancar. Moy maupun Tara hanya perlu menandatangani berkas-berkas dan hadir di persidangan. Sekilas Tara merasa perpisahan ini begitu lucu. Perjalanan yang kata orang begitu rumit, tapi ternyata Tara jalani dengan begitu ringan. Seolah keputusan untuk berpisah adalah persoalan kecil. Sebaliknya, Moy merasa keputusan kecil yang dirasakan Tara adalah langkah paling berani yang pernah ia tapaki. Semuanya memang tergantung pada sudut pandang masing-masing pelaku.
Selepas semuanya selesai, Moy mulai menemukan lagi tujuan-tujuan yang selama ini diabaikannya. Ia tetap menghubungi Bunda karena tidak mau menjadi anak durhaka. Tapi, ia mulai membatasi dirinya. Ia mulai memutuskan banyak hal untuk dirinya sendiri. Moy mulai merubah sebutannya untuk kamar kecil dengan toilet. Ia tak lagi menggunakan kata-kata ‘kamar kecil’ seperti yang diajarkan Bundanya.
Moy sesekali melihat Tara di media sosial.  Tara ternyata membuat komunitas yang mendukung perempuan dengan PCOS. Ia bisa melihat bagaimana gemilangnya Tara seperti sebelum Tara bertemu dengannya. Binar itu kembali hadir selepas perpisahan  mereka.
Keputusannya kini sudah tepat. Moy tidak akan lagi menanti kabar-kabar dari kamar kecil yang selama ini tak pernah benar-benar ia inginkan.
TAMAT
Klik ini untuk baca Bagian 1!
13 notes · View notes
dianesstari · 11 months
Text
Surga sebelum Surga.
Sepenggal kata ini menggambarkan bagaimana perasaan juga perjuangan seorang perempuan mengantar sang buah hatinya ke dunia.
01/
Tentang kepayahan demi kepayahan yang dialami selama masa mengandung sembilan bulan. Saat janin masih berada di dalam perut seorang ibu.
Ketika memasuki trimester awal kehamilan sebagian ibu merasa kehilangan selera makan. Tak mengenal waktu pagi ataupun siang dan malam, selalu saja mengalami morning sickness.
Mual, muntah, pusing sudah seperti obat yang diminum tiga kali sehari. Tak bisa mencium bau-bauan yang menyengat. Entah itu hanya bau deodoran, odol, sabun, parfum jenis tertentu. Sehingga saat mau masuk WC aroma itu makin menambah intensitas mual dan muntah yang makin tak karuan. Juga bau masakan dari bumbu perbawangan. Ada pula yang tak bisa sama sekali mencium bau durian.
Belum lagi dorongan ngidam yang hanya ingin memakan jenis makanan tertentu. Parahnya, ada ibu hamil yang mengalami muntah darah hingga harus bedrest total di rumah.
Ada ibu yang baru bisa makan saat sudah diberi obat pereda mual. Ada ibu yang tidak bisa melihat cahaya matahari selama masa awal mengandungnya sehingga harus sepenuhnya mengurung diri di kamar.
Ada juga yang harus rela janinnya keguguran karena terlalu banyak gerak, kehamilan diluar rahim dan berbagai perjuangan ibu lainnya yang heroik.
02/
Lelah itu malah bertambah saat usia kandungan semakin menua, menjelang trimester ketiga. Ketika ukuran janin semakin besar, perut membuncit seperti membawa bola yang beratnya hampir sepadan dengan tabung gas elpiji.
Saat pagi maunya rebahan. Walaupun sudah bisa makan banyak tapi ketemu sembelit. Bicara saja, nafasnya sudah ngos-ngosan. Bahkan langganan setiap beberapa menit ke toilet untuk buang air kecil.
Malamnya, tidur makin tak nyenyak. Gaya apapun entah miring kanan ataupun ke kiri sudah tak nyaman lagi. Belum lagi beban pikiran mengahadapi persalinan yang dibayang-bayangi kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan yang berlebihan. Apalagi jika itu adalah persalinan pertama.
03/
Tentang keletihan yang makin menjadi-jadi saat menjelang persalinan. Tentang rasa nikmatnya menahan gelombang cinta kontraksi dari pembukaan satu menuju ke sepuluh.
Ada yang menjalaninya hanya dalam hitungan jam, adapula yang berhari-hari bahkan ada yang sampai berpekan-pekan lamanya.
Dimana semua cairan berbaur menjadi satu dalam tubuh ringkih nan rapuh sang ibu. Tangisan air mata haru dan bahagia yang menetes tak terbendung mengalahi rasa sakit.
Keringat yang meluncur satu persatu membanjiri setiap lekuk tubuh. Air ketuban dengan aromanya yang khas meledak seperti balon udara dalam rahim, keluar membasahi seisi ranjang persalinan. Ada pula yang ketubannya pecah dini sehingga mau tak mau harus segera di induksi.
Berkantung-kantung darah merah segar yang mengalir bagai air bah dari kedua tungkai sang ibu tak mampu lagi dilukiskan rasanya seperti apa. Mungkin seperti retaknya beberapa tulang dalam satu hentakan.
Ada yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi yang mengharuskannya dioperasi caesar secepatnya. Ada yang operasinya berhasil namun ada pula yang mengalami trauma yang hebat.
Ada yang berteriak meraung-raung karena sakitnya memang tak lagi tertahankan. Ada yang antara setengah sadar mengeja lirih doa-doa dalam pengharapan kepada Tuhannya karena tak sanggup lagi menahan derita yang begitu memilukan.
Namun ada pula yang tetap tenang, menaklukan semua rasa yang mengoyakkan seisi badannya. Merayu jiwa dan raganya agar tetap tenang dan tak begitu saja menyerah. Fokus mengatur ritme nafas sebaik-baiknya, meski perih dan pedihnya tak seketika berangsur lenyap.
Hanya bisa dilalui dengan keyakinan bahwa Tuhan maha Melihat segala perjuangan dan pengorbanan semasa melahirkan. Membujuk Tuhan agar mau menggantinya dengan senyum tawa kebahagiaan hadirnya seorang anak sebagai pelipur laranya selama ini.
04/
Tentang perjuangan di atas perjuangan sesaat setelah melahirkan. Tiga puluh menit pertama setelah persalinan adalah waktu yang sangat menentukan untuk keselamatan dan kehidupan sang ibu.
Karena bagi sebagian ibu yang melahirkan di saat itu, sangat rentan akan komplikasi dan berbagai penyulit persalinan. Bahkan ada yang sampai berujung pada kematian jika tidak ditangani sesigap dan secepat mungkin.
Plasenta yang harus segera menyusul saat bayinya lahir. Ada ibu yang mengalami pendarahan hebat karena sisa plasenta masih tertinggal dan berujung di korek. Ada pula yang harus di vakum. Semuanya memiliki resiko yang berat.
Seorang ibu mesti bersiap menyambut bayinya yang baru lahir. Memasuki babak baru kehidupan mengASIhi. Dimana perhatian utuh, pelukan hangat begitu dibutuhkan sang bayi saat sang ibu sendiri belumlah sepenuhnya pulih.
Ada ibu yang sudah lemah tubuhnya lagi payah jiwanya terpaksa merawat bayinya dengan sisa-sisa kekuatannya yang perlahan habis.
Ada yang sampai mengalami depresi hingga baby blues paska lahir karena belum menyesuaikan diri menerima status baru dari seorang istri menjadi ibu sepaket dengan segala tanggung jawabnya.
Bukan hanya soal menghadapi kehamilan dan persalinan saja, bertambah lemah ini juga meliputi kondisi saat menyapih dan mendidik anak yang sungguh luar biasa perjuangannya.
05/
Dari segala kesusahan, keletihan, kelelahan yang dialami seorang ibu justru menunjukkan bahwa seorang wanita bukanlah mahkluk yang lemah. Justru merekalah manusia-manusia kuat yang merasakan kepayahan demi kepayahan namun juga mampu menghalau semua rasa sakitnya bersamaan.
Lalu apakah seorang ibu marah dan putus asa dengan segala keletihannya melalui semua proses campur aduk dari mengandung, melahirkan dan membesarkan anak-anaknya? Jawabannya, tidak. Sebab semuanya dilalui karena luasnya cinta ibu pada sang anak.
Maka benarlah sabda Nabi kita Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika ditanya oleh para sahabat tentang siapa yang harus pertama kali dihormati dalam kehidupan ini. Jawaban beliau; Ummuka, Ummuka, Ummuka, tsumma Abuuka. (ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu).
Semoga kita mampu mengambil hikmah yang terserak dibalik setiap perjalanan seorang ibu. Bahwa padanya diletakkan kemuliaan juga kehormatan yang agung. Jagalah baik-baik setiap perempuan sebab mereka yang akan menjadi ibu bagi anak-anak kelak.
Di dunia ini ternyata ada surga yang bisa kita upayakan. Surga sebelum surga yang diletakkan pada bakti seorang anak pada ibunya.
Selamat memberikan pelukan dan ciuman hangat pada ibunda tercinta. Kalaupun tak bisa lagi semoga rasa itu diterbangkan dalam khusyuknya doa-doa.
#parenting#keluarga#ibu#lahiran#hamil#persalinan#bakti#melahirkan#mengandung#perjuanganibu#
937
13 notes · View notes
andromedanisa · 1 year
Text
Seorang perempuan dan ujian yang dilaluinya..
"tes lab apa mba?" tanya beliau dengan senyum ramah kepadaku.
"ini Bu tes toxo, rubella, dan beberapa hal lainnya." jawabku dengan senyum juga.
"oh itu tes untuk promil ya kalau nggak salah?"
"iya, Bu." jawabku singkat.
Kita berdua ngobrol banyak hal tentang sakit yang beliau derita, dan tentang pengalaman beliau yang dulu juga sebagai pejuang harus dua.
"nggak apa-apa mba, yang penting tawakal dan baik sangka terus sama Allaah ya. Ibu dulu juga nunggu 7 tahun untuk mendapatkan anak. Kalau inget-inget lagi perjuangan dulu rasa-rasanya masih nggak percaya aja mba bisa ngelewatin berbagai hal yang ibaratnya kaki jadi kepala, kepala jadi kaki kalau nggak karena pertolongan Allaah.
Ibu dulu, nunggu anak pertama 7 tahun lamanya. Kalau ditanya promil apa dulu hingga akhirnya bisa punya anak. Ya jawaban ibu, nggak ada. Ibu hanya baik sangka saja sama Allaah. Sebab segala cara promil pada zaman itu sudah ibu lakukan. Ke dokter, inseminasi, bayi tabung pun sudah ibu lalui. Tapi memang ya belum waktunya aja.
Ibu dulu beranggapan bahwa anak adalah sumber kebahagiaan suami istri. Rupanya tidak. Sumber kebahagiaan dalam rumah tangga itu bukanlah dengan kehadiran seorang anak. Melainkan suami istri, sama-sama bertakwa kepada Allaah. Itu kuncinya. Anak hanya salah satu pelengkap kebahagiaan. Bukan faktor utama.
Selama 7 tahun suami ibu dulu sungguh perhatian, penyayang, dan mencukupi segala kehidupan ibu dengan baik. Harta sangat cukup. Tapi ibu dulu ngerasa hambar aja menjalani hidup. Selama 7 tahun itu rumah tangga kita baik-baik saja untuk ukuran dunia. Namun suami ibu tidak mendidik dan mengajarkan agama perihal mana yang baik dan buruk yang wajib dan tidaknya. Intinya kita dulu jauh dari Allaah. Ibu nggak bisa cerita bagaimana kelamnya dulu.
Lalu, ketika ibu mulai sadar bahwa kita hidup nggak cuman di dunia aja. Ibu mulai belajar sholat, mengaji dan belajar agama sedikit demi sedikit. Alhamdulillaah, Allaah izinkan ibu hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu dengan penuh kebahagiaan. Kenyataannya tidak demikian. Suami ibu selingkuh, si wanitanya hamil pula.
Ibu yang saat itu hamil hanya bisa menangis sampai kehamilan memasuki 8bulanan. Lalu kembali Allaah sadarkan, bahwa jalan kebenaran itu jelas. Tidak akan bersatu sebuah rumah tangga jika jalan yang dipilih adalah jalan yang berbeda. Anak bukanlah sumber kebahagiaan yang utama, hartapun demikian. Anak dan harta hanyalah titipan sebagai pelengkap kebahagiaan, bisa jadi juga sebagai ujian diri di dunia ini.
Tapi janji Allaah itu pasti mba, setelah kesulitan akan ada kemudahan, dan kelak Tuhanmu akan memberikan nikmatNya kepadamu sampai kamu merasa puas. setahun setelah melahirkan, ibu bertemu dengan suami ibu saat ini. Dan Masya Allaah sekali, kebahagiaan itu benar-benar nyata adanya. Hanya butuh sabar dan percaya bahwa Allaah nggak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya.
Berapa tahun pun lamanya sebuah pernikahan, bila dilalui dengan takwa, rasa takut hanya kepada Allaah. Maka seterjal apapun jalan pernikahan itu, akan Allaah tolong untuk melaluinya. Hikmah nggak harus datang saat itu juga, tapi akan selalu ada hikmah atas ujian yang Allaah berikan kepada kita.
Tak doakan semoga Allaah mudahkan segala sesuatunya ya mba, diberikan yang terbaik dan kelapangan hati dalam melalui prosesnya."
Dan aku mengaamiinkan, sebelum berpisah, aku meminta izin kepada beliau untuk menuliskan kisah beliau dalam tulisan. Dan beliau mengizinkannya.
Jika Allaah takdirkan ibu membaca tulisan ini, semoga Allaah membalas kebaikan ibu ya dengan banyak kebaikan. Barangkali dengan cerita ibu ini ada banyak hati yang dikuatkan. Bahwa kebahagiaan itu bukanlah bersandar pada sesuatu yang semu.
Nasihat yang seringkali kita dengar bahwasanya memiliki anak itu bukanlah berdasarkan pada seberapa subur wanita dan seberapa perkasa pria. Melainkan pada kehendak Allaah untuk menahan atau memberi. Sesungguhnya Allaah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.
Yakinlah disatu ujian yang terasa berat untukmu saat ini, kamu tidak sendiri. Disaat kamu sedang Allaah uji, kamu tidak akan dibiarkan berjalan sendiri. Ujianmu adalah sesuai dengan takaran kemampuanmu untuk saat ini. kau tak perlu mencemas kapan ujian itu akan selesai dalam hidupmu, sebab pertolongan Allaah itu dekat. yang perlu kau cemaskan adalah bagaimana keyakinan mu untuk terus meminta pertolongan Allaah dalam setiap waktu dan baik sangkamu kepadaNya.
Cerita kala itu..
192 notes · View notes
mutiarafirdaus · 5 months
Text
Pada momen hari Ibu ini, mari buat percakapan untuk diri di masa depan yang harapannya bisa dibaca ketika kelak Allah izinkan menjadi Ibu.
Aku tidak tau kapan Allah akan sampaikan ke momen itu. Yang kutau, dalam sejarah kehidupan yang telah dijalani, Allah selalu paling hebat dalam menyusun timeline hidup beserta berbagai kejadian didalamnya.
"Halo Anak Baik yang sedang bertumbuh menjadi Ibu Baik, bagaimana perasaanmu? Bagaimana hari harimu? Apakah nama putramu sesuai dengan nama yang telah kau siapkan? Apakah nama putrimu sesuai dengan nama yang sudah kau siapkan? Apakah suamimu semakin baik dari kali pertama bertemu? Apakah ikatan kalian semakin menguat dari waktu ke waktu?
Apakah ketakutan di masa muda yang kau pelihara, tentang kehamilan yang meletihkan, persalinan yang menyakitkan, pemberian ASI di tengah malam yang menyita waktu rehat, dan aktifitas harian Ibu rumah tangga yang nampak monoton itu masih ada? Ataukah ketakutan itu sudah sirna ketika Allah pertemukanmu dengan bayi kecil yang masih menyisakan pancaran sifat RahimNya Allah?
Kau tau, saat kau menuliskan refleksi ini di tahun 2023 ada sebuah tekad yang bersemayam dalam jiwa. Ada semangat yang berkobar dan belum dipadamkan oleh semburan realita. Tentang dirimu yang ingin menjadi Ibu terbaik bagi generasi yang telah Allah titipkan.
Tentang pembinaan bernafaskan nilai Quran, yang harapannya dengan bekal itu putra-putrimu bisa gagah menghadapi zaman dengan Iman yang kuat tertanam.
Tentang pengenalan para maestro tokoh heroik dalam kancah peradaban Islam yang diberikan sejak dini, dengan harapan dalam setiap tingkah laku mereka kelak akan bersandar pada sang teladan.
Tentang penuansaan yang hangat dan pemberian pemahaman yang baik bagi dunia dakwah yang digeluti agar kelak mereka hidup dalam kecintaan terhadap nafas pergerakan ini. Bukan malah merasa menjadi korban atau memilih tak peduli.
Juga tentang tekad untuk memprioritaskan keluarga atas urusan lainnya, karena semua peran di luar sejatinya bisa digantikan tapi kedudukan seorang ibu bagi anak dan seorang istri bagi suami adalah peran penting yang harus diprioritaskan.
Atau tentang penghargaan yang akan kau berikan untuk keragaman karakter dan potensi yang dimiliki oleh putra putrimu. Tentang jiwa pembelajar yang ingin selalu kau jaga agar tetap bisa menyesuaikan diri dengan zaman yang berlaku.
Lantas bagaimana keadaanmu saat ini, Anak Baik? Bilangan tahun ke depan yang akan kamu jalani, mari lakukan refleksi kembali.
Jika apa-apa yang telah tertuliskan ini menjadi nyata bersyukurlah banyak banyak pada Sang Maha Kuasa. Namun pabila apa-apa yang tertulis jauh dari realita, maka jangan pernah berputus asa. Karena selama kematian belum menjemput, masih ada peluang tuk wujudkan tekad dan cita-cita.
Untuk Ibrahim atau Zukhrufa yang nanti akan menjadi putra atau putri pertama Ibu dan Abi, mari kita sama-sama bertumbuh menjadi hamba yang senantiasa diridhai olehNya, Nak.
Tidak akan kalian selalu temukan hal-hal yang membuat hati senang, karena seringkali kesulitan atau hambatan itu yang membuat jiwa kita semakin matang. Namun satu yang harus diyakinkan, Allah Yang Maha Baik tak akan pernah meninggalkan kita sendirian, selama hati senantiasa tertaut dengan Iman.
Saat ini Ibu dan Abi sedang berkutat menuntaskan amanah pendidikan. Agar kelak bisa menapaki anak tangga selanjutnya agar kami terus berkembang. Antara kami saat ini terpisah jarak yang membentang dipagari awan dan lautan. Semoga Allah pertemukan keluarga kecil kita nanti di waktu terbaik dengan kehadiran kalian yang membuat pandangan mata kami tenang.
Kita belajar dan berjuang sama-sama untuk jadi keluarga yang mendatangkan keberkahan bagi sekitar ya, Nak. Sampai masanya nanti Ibu melepas kalian untuk melanjutkan kehidupan dewasa, semoga sudah kuat tertanam nilai-nilai kebaikan yang berlandaskan Iman dan Quran."
22 Desember 2023.
6 notes · View notes
meteorshowers-world · 7 months
Text
Adek.....
Adek.... Mama baru punya energi untuk ngelawan rasa takut mencari tahu lebih lagi tentang preeklamsia sejak Adek ga ada. dek, katanya preeklamsia itu kondisi kehamilan dimana hipertemsi terjadi setelah minggu ke 20 disertai dengan adanya proteinura. Intinya terjadi gangguan fungsi plasenta, sehingga kebutuhan darah untuk nutrisi dan oksigen ke adek jadi tidak terpenuhi.
Katanya ini merupakan masala komplikasi kehamilan yang menyumbang kematian ibu tertinggi dek, tapi disini malah adek yang pergi.... Umumnya preeklamsia terjadi di kehamilan pertama....
Dek, maafin mama yaaa, kita belum bisa sama-sama lagi... Mama, Papa... kangen dan sayang sama Adek..
2 notes · View notes
anmtsworld · 7 months
Text
150/365
Masa-masa kehamilan adalah masa-masa yang luar biasa. Trimester pertama sudah banyak yang terasa, mulai dari mual, pusing, mood berubah, males ngapa-ngapain, dan mudah cape. MasyaAllah Tabarakallah. Semoga Allah sehatkan suami, aku dan bayi yang ada didalam ini🤍 #2bulan
Bandung, 24 Oktober 2023. 13:28.
3 notes · View notes