Tumgik
Text
Lima Belas yang Kedua Puluh Delapan Kali
Katanya, ketika kamu kehilangan sesuatu yang sangat berharga, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik berlipat ganda.
Tanggal lima belas tahun ini sedikit berbeda. Hari itu tepat 10 hari Papa pulang yang bukan ke rumah, tapi ke tempat peristirahatan terakhirnya. Masih segar dalam ingatan memori pergi dari satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain, lalu kurang dari 24 jam Papa masuk ke ICU ternyata sudah habis waktunya di dunia.
Hubungan aku dan Papa bukan hubungan yang harmonis. Papa tipikal ayah asia yang tidak pernah menunjukkan kasih sayang, terlebih lagi aku lahir ketika umur Papa sudah tidak muda. Papa kikuk harus membesarkan aku, sehingga duduk bersama pun terasa berjarak berpuluh-puluh kilometer.
Cara kami berbicara lebih banyak bersitegang daripada hati ke hati. Entah kenapa kami seperti tidak tahan dengan keberadaan masing-masing. Dari sudut pandangku yang seorang anak, Papa hanyalah Papa yang kehadirannya terlalu samar. Aku bahkan kesulitan mengingat memori menyenangkan apa yang kami bagi bersama.
Lalu tadi pagi ketika aku ingat ingin menuliskan post ini, aku tersadar akan sesuatu yang sempat aku lupakan. Di tanggal lima belas yang kedua puluh tujuh kali tahun lalu, Papa masuk ke kamar sambil tertawa kecil. Aku yang sedang mengerjakan sesuatu mengeryitkan dahi sambil bertanya ketus. "Selamat ya" ucap Papa masih sambil tersenyum, lalu keluar kamar tanpa menjelaskan apapun. Ternyata, itu ucapan ulang tahun dari Papa yang terakhir kali.
...
Tanggal lima belas yang kedua puluh delapan kali ini terasa berbeda. Meskipun memang aku tidak lahir dari keluarga penuh afeksi dan saling mengingat ulang tahun satu sama lain, tapi tidak aku sangka tidak ada keluarga yang ingat kemarin.
20.15
Bandung, 20 April 2024
sn
Setelah tepar dari hari minggu, akhirnya bisa bikin tulisan rutin yang telat 5 hari.
1 note · View note
Text
The Thought: My First Love Had Been Robbed, Then Going to The Afterlife
푹 쉬어요, 아버님.
The ticking sound in front of the ICU room feels more deafening than people’s cries. As I feel it would be his last, I only can crouch down and silently cry. My first love had been robbed. When someone said ‘Father is His Daughter’s First Love’, I smiled mockingly. My first love had been robbed. When people tell me how close they are to their father, I try to recall the last time my father…
View On WordPress
0 notes
Text
20240302-Hari Membahagiakan Teh Myi
"Cyit aku lagi deket sama orang, kamu ngga tau kayanya. Tapi alumni Alcent juga" - Teh Rahmi
--
Teh Rahmi. Teteh yang mukanya galak tapi sebenernya baperan banget. Teteh yang kalo ngomong pedes banget mulutnya, tapi sebenernya care banget. Teteh yang super perhatian dan jadi salah satu orang aku bisa cerita banyak hal.
Awal deket sama Teh Myi sebenernya gara-gara ke-gap ngeceng senior SMA angkatannya Teh Myi Terus berlanjutlah ke SMSan dan jadi pertemuan rutin tiap bulan. Sistemnya ganti-gantian jajanin, bulan ini jajanin Teh Myi bulan depan dijajanin Teh Myi. Rutinitasnya pun hampir sama, nonton film, makan enak ditutup sama foto box di Jonas atau Papyrus. Makannya foto box aku sama Teh Myi banyak banget bisa dibikin album sendiri.
Sampe Teh Myi kuliah pun, agenda rutin ketemuan ini masih terus jalan. Ngga bisa tiap bulan sih memang, tapi kalau misalnya ada waktu pasti kamu sempetin untuk ketemu. Terus aku ngerantau ke Jakarta, pertemuannya jadi cuma bisa setaun sekali tiap Ramadhan. Agendanya jadi buka bersama sambil update kehidupan satu tahun ngga ketemu. Ngga pernah ada silent moment kalau ketemu sama Teh Rahmi, pasti ada aja yang dikomen. Tapi pas aku mulai kuliah aku jadi berani komen balik, jadi ngga cuman aku doang yang diomelin wkwkwkwk.
Tentu saja obrolan soal lawan jenis selalu jadi topik utama pembicaraan. Apalagi beberapa tahun kebelakang dimana umur kami berdua mulai memasuki akhir 20an, obrolan soal pernikahan selalu aja kesebut. Beda kaya aku yang perjalanan cintanya ngga ada kemajuan alias masih belum ada ini pasangannya, cerita Teh Myi ini luar biasa menegangkan dan dramatis. Bisalah dijadiin sinetron RCTI 1 season ma. Aku yang tau itu area yang sangat sensitif, hanya jadi pendengar sambil sesekali ngingetin kalau itu bukan sesuatu yang bisa dibenarkan.
Takut aku marahin, akhirnya Teh Myi jadi ngga banyak cerita detil soal kisahnya itu. Cuma sesekali aja kesebut, tapi ngga pernah rinci kaya biasanya. Sampai akhirnya tahun lalu Teh Myi cerita lagi kalau sekarang lagi deket sama cowo baru. Eh ternyata alumni Alcent juga. Tapi Teh Myi ini ngga mau ngasih tau siapa, bilangnya aku ngga akan tau soalnya cowonya ngga gaul. Aelah Alcent segede apasih emangnya, gitu sih aku mikirnya wkwkwk. Terus bener aja aku tau orangnya yang mana dan agak ngga nyangka ternyata karena kayanya dulu pas SMA ngga pernah denger Kakak ini disebut sama Teh Myi.
Tapi memang ya, jodoh itu ngga akan kemana. Pagi ini, jam 08.30 tadi, Teh Myi sudah sah jadi istri. Ngeliat acara akad lewat live IG di perjalanan ke gedung, aku nahan nangis biar ngga ditanyain sama supir Gocarnya wkwkwkwkwk. Selalu ada perasaan hangat tapi sedih tiap temen deket sampai ke tahap ini. Apalagi karena aku tau lika-liku perjalanan Teh Myi untuk bisa sampai ke bagian ini tuh sangat menantang.
Tumblr media
--
Teh Myiiiii! Semoga dari pernikahannya sama Kak Ryan Teh Myi bisa menemukan ketenangan yang selama ini Teteh cari. Semoga Teh Myi sama Kak Ryan jadi pelengkap kekurangan masing-masing. Semoga Kak Ryan bisa sabar menghadapi Teh Myi kalau udah uring-uringan wkwkwk. Semoga Teh Myi dan Kak Ryan adalah pasangan dengan bahan obrolan yang ngga habis-habis sampai tua nanti. Semoga perjalanan Teteh selanjutnya dipenuhi keberkahan dan rezeki yang berlimpah. Buat Kak Ryan, aku titip Teteh aku yang galak tapi sebenernya soft girl. Kalau Teh Myi udah merekedeweng, dengerin aja dulu, kasih taunya agak belakangan WKWKWKWK.
Dari Acyit Si Kicik
21.51
Bandung, 2 Maret 2024
Terima kasih Teh Myi, sudah jadi salah satu Kakak yang bisa aku sharing kegelisahan aku. Doakan perjalanan aku selanjutnya ya Teh! :)
0 notes
Text
Racauan Akhir Tahun Menuju Tahun Baru #5
Tahun sudah mau berganti saja. Rasa-rasanya baru kemarin aku berencana menjalankan tahun ini dengan penuh ambisi dan semangat. Tapi ternyata, baru satu bulan 2023 berjalan ambisi itu lenyap seketika seperti tidak pernah ada sama sekali. Kabar yang sekali lagi membuat rumah menjadi sangat dingin padahal Bandung sedang panas-panasnya.
Ternyata tahun ini pun aku lebih banyak belajar, manusia memang hanya bisa berencana. Iya, rencana. Sulit rasanya ketika itu terjadi entah untuk yang keberapa kali. Mati rasa. Marahpun aku sudah tak sudi.
Aku sampai berpikir mungkin memang tidak usah terlalu ambisius. Tidak usah banyak mau. Sudahlah, biasa-biasa saja.
Tidak ingin melakukan apapun. Tidak ingin berusaha apa-apa. Tidak ingin apa-apa. Rasa-rasanya itu lebih cocok.
--
Lalu tahu-tahu tahun ini sudah sampai dipenghujung dan siap berganti lagi.
Bandung, 30 Desember 2023
17.13
sn
2024, yuk lebih baik yuk. Fisiknya, mentalnya, hatinya :)
3 jam lagi tanggal 1, hanya ingin ngulet saja~
1 note · View note
Text
Malam ini untuk pertama kalinya lagi, aku menangis meringkuk memeluk lutut. Ah... ternyata aku masih Si Bodoh yang tidak bisa mengartikulasikan perasaan dengan baik. Masih saja menahan semuanya. Masih tidak bisa untuk bercerita ke siapa siapa.
Malam ini dorongan untuk menangis, meraung-meraung, berteriak muncul bersamaan. Tapi tetap saja hanya isakan kecil yang berusaha ku redam yang akhirnya keluar. Ternyata... aku masih Si Pengecut yang bermain aman.
Malam ini kubiarkan saja semua air mata ini keluar... Sampai mata ini terlelap dan besok bersikap seperti biasa.
3 notes · View notes
Text
Lima Belas Yang Kedua Puluh Tujuh Kali
Di tahun ini aku belajar menjadi 'rentan' di tempat yang aku sebut rumah. Setelah selama ini aku merasa selalu tegang dan bersiap-siap menghadapi serangan, untuk pertama kalinya aku membuka diri memperlihatkan dengan jelas luka serta kesakitan yang selama ini disimpan rapat. Terbungkus rapi kamuflase wajah ceria dan sikap bodo amat yang selalu aku tampilkan.
Mudah? Tentu saja tidak. Bagaimana mungkin menunjukan sisi lemah di tempat yang menurutmu paling mengancam menjadi sesuatu yang paling mudah diperbuat? Ah, kadang aku lebih suka jadi anak kecil. Mereka jujur terhadap diri sendiri, tidak pernah berbohong dan bersikap semua baik-baik saja.
Untuk pertama kalinya, aku ingin tidak menjadi kuat. Aku ingin berhenti berpura-pura semuanya baik-baik saja. Aku ingin dipeluk. Aku ingin bisa menangis tanpa harus peduli pandangan orang sekitar. Aku ingin bisa mengutarakan segala kekecewaan, frustasi dan emosi negatif ini tanpa terbata. Aku ingin menjadi 'rentan'.
---
Setelah segala topeng itu terbuka, aku berharap 'kerentanan' ini menjadi sebuah awal baru. Menjadikan 'Aku' yang utuh meskipun harus terlihat rapuh.
Bandung, 15 April 2023
22.11
sn
Terima kasih untuk doa dan ucapan yang baik hari ini! Semoga doa baiknya berbalik juga untuk kalian!
8 notes · View notes
Text
Racauan Akhir Tahun Menuju Tahun Baru #4
2022 tahunnya belajar.
Tahun ini aku banyak menemukan hal-hal baru dari dalam diriku sendiri yang ternyata masih harus aku pelajari. Bukan tahun yang mudah, tapi tidak menjadi tahun yang buruk juga. Dan itu adalah yang sangat aku syukuri.
Tahun ini aku belajar bagaimana caranya menerima. Belajar untuk sekali lagi terus mencoba meskipun gagal dan penolakan datang dalam berbagai macam bentuk juga cara. Jika awalnya selalu ada rasa kesal dan kecewa yang lebih dulu menguasai, kali ini aku lebih banyak menarik napas panjang dan mencerna secara perlahan kegagalan itu.
Satu persatu mulai terurai akar dari permasalahan hati yang sudah 3 tahun ini selalu menghantui. Lega. Tapi tentu saja belum sepenuhnya tuntas. Setidaknya aku mau mengakui kalau permasalahan itu ada dan masih mencari cara untuk memperbaikinya.
Tahun ini juga aku merasa menjadi lebih berani. Jika dulu aku terlalu takut untuk melangkah keluar dari kotak, perlahan aku mulai berani untuk mengambil satu langkah... dua langkah... tiga langkah... hingga langkah-langkah lainnya yang membuat aku berani memulai sesuatu yang baru. Tidak takut akan apa yang akan terjadi, karena itu pun adalah proses dari pendewasaan diri.
--
Terima kasih sudah sampai sejauh ini, tahun depan kita belajar lagi hal-hal lain yang menarik :)
수고했다. 마음이 고생했다. 모두 다 잘 될거니까 걱정마! 한상 응원하고 사랑해! (You did well. Your heart has been through it well. Everything will be alright so don't worry. I'll always support you and I love you!)
Bandung, 31 Desember 2022
21.00
sn
3 jam lagi tahun berganti, jangan lupa pukpuk diri sendiri dan bilang "Tahun ini kita hebat! Tahun depan lebih baik lagi ya!" :)
3 notes · View notes
Text
Tanggal 18 Desember untuk Nabila Anbar Putri
Another december 18th for Nabilbul Anbar Putri! Taun kemarin kadonya voucher Oharang, taun ini ngide bikin ucapan selamat lewat post kedua di tumblr (yang pertama tahun 2017). Sebenernya udah ngga banyak yang bisa diceritain lewat tulisan karena kita update tiap hari, tapi ku ingin bikin kado di 25 tahun ini bisa jadi sesuatu yang bisa kamu kunjungi kembali kalau butuh pengingat atau mungkin butuh ketawa wkwkwkwk.
--
Tahun ini pun ternyata tidak diawali dengan mudah ya Kak. Udah lama banget sebenernya sejak aing ngeliat maneh sedown itu dan itu bikin aing juga sakit karena ngga bisa ngapa-ngapain. Akhirnya cuma bisa pelukan sambil ikut nangis juga wkwkkwkw. Kalo dipikir-pikir cringe oge euy hahaha. Karena maneh biasanya jadi orang yang suka bikin tragedi jadi komedi, kadang-kadang ku cuma bisa ngedoain semoga abis ini ketawanya beneran ketawa bukan ngetawain tragedi yang bangsat banget buat diinget lagi.
Udah kenal lebih dari 10 tahun bikin kita kadang jadi terlalu nyaman satu sama lain dan ada hal-hal yang mungkin melewati batas. Taun ini ada kali kita berantem karena beda pendapat, tapi karena dua-duanya ngga gengsi buat ngaku kalo emang ada yang salah atau bisa ngekomunikasiin itu dengan baik. Rasa kesel itu ngga bikin kita jadi ngga ngomong malah jadi makin belajar kalo ternyata masih banyak yang kita ngga tau satu sama lain dan kita mau buat belajar dan komunikasiinnya lebih baik. Terima kasih banget sudah bersabar menghadapi aeng yang random dan batu ini buat cerita wkwkwk. Karena maneh apa-apa cerita sedangkan aing masih pilih-pilih mana yang harus diceritain mana yang ngga. Tapi bisa ku pastikan kamu tetep bakal jadi orang pertama yang tau untuk di sharing hal-hal menakjubkan yang terjadi dihidupkuh *ETDAAAH SEDAPPPP*
--
Makin kesini sebenernya makin gatau harus gimana menghadapi ulang taun wkwkwk. Kadang bingung harus ngasih apa atau ngedoain yang kaya gimana, karena ngga ulang taun pun ku pasti doain yang terbaik sih anjayyyy. Tapi ya da udah bikin post ini ya jadi adalah kata-kata bijak yang ingin ku kasih ke kamu EHEHEHEHE.
Masih sama doanya sebenernya dan akan selalu sama: Semoga di umur yang baru ini pun, kamu bisa jadi versi yang lebih baik dari sebelumnya. Meskipun diawali dengan kejadian yang ngga enak, semoga itu jadi penguat untuk menghadapi kejadian ke depannya yang kita ngga tau se bangkek apa. Semoga kamu bisa menemukan ketenangan dari segala keruwetan yang ada kalau kebahagiaan ngga datang dengan cara atau versi yang diinginkan. Udah sampe sejauh ini maneh tuh kuat banget, tapi ngga apa-apa sekali-kali buat marah ke nasib kalo emang udah cape ma wkwkwkwk.
수고했고 너무 고생했다 우리 친구. 언제나 난 네 옆에 곁에 있을거니까 걱정마! (You did well and you've been through it well, my friend. I'll always be by your side, so don't worry!)
생일 축하합니다 내 친구! 사랑해! 아주 많이 ㅎ!
Jakarta, 18 Desember 2022
00.00
sn
Coba dikurang-kurangin kegiatan yang bikin ngga sehatnyaaah! Kaya begadang sama keluar malem ngga pake jaket! WKWKWKWKWK
0 notes
Text
#MonthlyProject - Pertemuan Tak Terduga
KRIING... KRIIING... KRIIIING...
Aku terbangun bersamaan dengan suara alarm yang terdengar nyaring. Tidak seperti biasanya yang merasa terganggu dengan bunyi alarm pagi ini, aku malah merasa terselamatkan karena akhirnya terbangun dari mimpi. Sebuah mimpi tentang sosok yang sudah hampir aku lupakan sejak satu bulan lalu.
--
Harus aku akui memang, rasa ketertarikan itu awalnya hanya sekedar kagum karena tampangmu merupakan tipe yang aku sukai. Beberapa kali berpapasan, lalu aku yang memperhatikanmu dari jauh membuat rasa ketertarikan itu berubah menjadi rasa penasan. Tapi karena aku tidak memiliki keberanian untuk mendekati secara langsung, lagi-lagi aku hanya berani melirik cepat. Seperti anak remaja memperhatikan sosok yang dikagumi dalam diam. Ha diumur yang sudah tidak lagi muda ternyata aku kembali mengalami hal-hal seperti ini. Aku membatin dalam hati sambil tertawa sendiri.
Tapi rasa penasaran ini tidak beranjak menjadi satu perasaan utuh yang membuatku berani melangkah lebih jauh. Ketika itu yang aku ingin tahu hanya namamu saja. Karena setidaknya kalau aku sudah berkenalan secara resmi dan kita saling mengenal nama satu sama lain akan ada jalan yang terbuka. Begitulah pikiran naifku kala itu.
Didesak waktu yang tidak lama lagi karena pekerjaan yang sebentar selesai dan dengan bantuan temanku, aku memberanikan diri menghampiri untuk menanyakan namamu. Sungguh, ketika akhirnya kita berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri masing-masing jantungku rasanya jatuh ke tanah. Mata ini tidak berani melihat matamu langsung dan hanya berani melirik sebentar sebelum akhirnya merasa sepatumu lebih menarik untuk dilihat.
Selesai pertemuan singkat itu aku tidak bisa berhenti bernyanyi dan tersenyum. Kamu tahu rasanya? Sepertinya tidak, karena memang hanya aku yang memiliki ketertarikan ini. Orang-orang disekitarku tidak berhenti mengejek yang hanya ku balas dengan senyuman lebar. Ah sudah lama rasanya tidak merasakan hal seperti itu. Tapi ternyata itu adalah hari terakhir aku bisa melihatmu, karena setelah itu kita kembali ke kehidupan masing-masing yang memang tidak beririsan.
--
Lalu malam tadi aku bermimpi bertemu lagi denganmu. Kamu memanggil namaku di kerumunan lalu aku pun membalas memanggil namamu. Kita berbincang. Sesuatu yang tidak bisa dilakukan di kenyataan. Tapi entah kenapa wajahmu tidak dapat aku definisikan. Awalnya hanya buram, tapi lama kelamaan wajahmu selalu berubah-ubah menjadi seseorang yang tidak pernah aku lihat sebelumnya. Ketika aku mulai sadar atas kejanggalan ini, suara alarm membangunkanku dan aku kembali ke kenyataan.
Selama 10 menit aku hanya bisa terdiam dan tidak beranjak dari tempat tidur. Berpikir, mungkin, ada sesuatu tersirat dari pertemuan di dalam mimpi. Nihil. Tidak ada satu pun yang bisa aku pecahkan. Padahal aku sudah hampir melupakan pertemuan dan perkenalan singkat kita 2 bulan lalu bersama dengan perasaan-perasaan itu. Sadar kalau itu hanyalah sekedar mimpi, aku pun berjalan ke kamar mandi untuk membasuh muka dan mengambil air wudhu.
Jika diingat kembali, perasaan bahagia dan senang bisa berkenalan denganmu adalah sesuatu yang sudah lama tidak aku alami. Dibanding perasaan membuncah dan khawatir tentang bagaimana aku harus menghadapinya, fakta bahwa aku merasa bahagia karena sudah berani berkenalan denganmu menjadi sesuatu pencapaian yang harus aku apresiasi. Sungguh, kamu yang pertama.
Dan pada salam terakhir subuhku tadi, aku berdoa semoga kamu baik-baik saja.
Jakarta, 22 November 2022
16.27
sn
Ternyata sel-sel percintaanku tidak mati, hanya hibernasi... wkwkwk
1 note · View note
Text
#MonthlyProject - Setengah Perjalanan dan Kisah Setelahnya di Buku yang Lain.
Akhirnya... Setelah 2 jam berjalan tanpa henti di salah satu pusat perbelanjaan di Ibu Kota. Terlalu lama tinggal di kota kecil membuatku harus membiasakan diri kembali dengan kebiasaan aneh keluargaku: Liburan akhir minggu dan berbelanja. Menyesal sudah aku karena dengan setengah hati mengiyakan ajakan Kakakku. Alasannya aku harus mulai beradaptasi kembali dengan kehidupan ibu kota dan mendekatkan diri kembali dengan para keponakanku. Pada akhirnya dia hanya ingin aku menjadi pengasuh sementara. Ha...
Baru 5 menit aku melemaskan badan, entah kenapa perasaan ini tidak enak. Sebenarnya sejak 1 jam yang lalu ketika aku masih berjalan kesana kemari mengikuti Kakakku dan anaknya, aku selalu merasa ada sepasang mata yang mengawasi. Tapi tidak ada satupun yang aku kenal, atau mungkin lebih tepatnya penglihatanku terlalu buruk untuk mengenali wajah orang di tengah kerumunan.
Lalu ketika aku menoleh ke arah kiri mataku membelalak kaget. Ada seorang laki-laki berdiri dengan senyum yang jahil sedang menatap ke arahku. Sempat bingung harus bertindak bagaimana, aku pun akhirnya membalas senyumnya sambil mengangkat tangan kananku. Ia pun berjalan menghampiri, masih dengan senyum di wajahnya.
"Lo lagi disini?" Tanyanya ketika sudah sampai dihadapanku dengan wajah sumringah. Aku pun tersenyum lebar sambil mengangguk pelan.
"Lagi liburan sebulan gue, baru balik minggu kemarin. Ini dipaksa keluar soalnya gue semedi doang di rumah, nyokap protes deh" Jawabku bercanda menanggapi pertanyaannya. Tanpa aba-aba, Mirza-nama lelaki itu- duduk disampingku masih dengan wajah takjubnya. Tapi pandanganku beralih melihat cincin yang tersemat di jari manis tangan kirinya. Sadar tatapanku masih terpaku ke tangan kirinya, Mirza lalu menautkan kedua tangannya untuk mengalihkanku. Aku pun melihatnya sambil tersenyum. Seperti sudah tahu pertanyaan yang akan aku ajukan, Ia pun menjelaskan.
"Baru setahun nih gue nikah, masih fase honeymoon haha" Candanya sambil memperhatikan cincin di jarinya dengan tatapan hangat. Ada perasaan aneh yang tiba bisa aku jelaskan melihat sikapnya. Tidak mau terlalu larut dengan perasaan aneh itu, aku pun berusaha bercanda mengomentari informasi yang diberikan.
"Sengaja banget lo nikah pas gue ngga ada. Pasti biar gue ngga diundang kan?" Cecarku sambil memberikan tatapan sinis dan dilanjutkan dengan tawa kecil.
"Emang lo bakal dateng kalo gue kirim undangan?" Balasnya tak mau kalah.
"Gue ngga mau nyakitin diri sendiri terus jadi cewe paling menyedihkan dan gatau diri sih, jadi paling bener emang ngga usah diundang" Ucapanku membuat kami berdua tertawa. Lalu tiba-tiba saja kami terdiam. Suasana di dalam mall makin ramai, tapi kami hanya terdiam cukup lama.
"Lo sendiri gimana? Itu cincin banyak banget tapi ngga ada yang di jari manis" tanya Mirza yang disambung dengan sindiran.
"Lo bisa loh nanya gausah pake nyindir..." Jawabku sambil meliriknya sedikit kesal yang hanya dibalas Mirza dengan kekehan kecil.
"Doain aja ya Kak, semoga saya dipertemukan dengan seseorang yang mau beliin cicin diamond 24 karat. Jangan gara-gara gue mantan lo terus jadi ngga didoain dong!"Jawabku menyindirnya balik. Kali ini kami berdua pun tertawa, tapi perasaan aneh itu malah makin menjadi.
Ah harusnya aku di rumah saja hari ini... Sesalku dalam hati sambil mengumpati Kakakku. Lagi, keheningan kami berdua datang sambil dikelilingi suara riuh orang-orang berlalu-lalang.
"Jadi, ini Lo pulang for good?" Mirza mencoba memecah keheningan dengan bertanya lagi.
"Masih belum sih, gue ini pulang liburan aja. Masih ada satu semester lagi, tapi abis lulus gue juga ngga tau bakal balik apa ngga" Jawabku sambil menghela napas diikuti dengan badanku yang mulai bersandar ke kursi.
"Gue yakin Lo bakal balik sih abis lulus, Lo kan ngga bisa makan makanan orang sana. Apalagi Lo kalo laper rewel mana ada, terus picky eater, seneng banget bikin orang susah. Mana kadang..."
"Eits... Stop..." Aku mengehentikan celotehan Mirza. Perasaan yang aku anggap aneh ini sudah mulai bisa aku identifikasi. Semakin Mirza bicara tentang kebiasaanku, semakin aku tidak ingin mendengarnya.
Mirza yang sadar dengan perubahan raut mukaku pun melihat ke arahku dengan wajah menyesal. Aku yang paling benci melihat muka memelasnya akhirnya mencoba bercanda sambil meninju pelan bahunya.
"Susah ya emang ngilangin kebiasaan lama tuh..." Aku menggantung kalimatku sambil menatap Mirza yang kini juga menatapku "Tapi bukan berarti ngga bisa hahaha" Kataku sambil tertawa hambar. Mirza hanya tersenyum tipis sambil mengelus pundaknya yang tadi aku tinju.
Pertemuan singkat kami pun terhenti ketika sebuah pesan masuk ke handphone Mirza. Dari Istrinya.
"Gue duluan ya, seneng bisa ketemu Lo lagi. Gue doain yang terbaik buat Lo" pamitnya sambil menepuk pundakku pelan lalu berjalan menjauh. Aku yang masih belum beranjak terus mengikuti punggung Mirza yang akhirnya menghilang di tengah-tengah kerumunan.
"Sampai ketemu lagi ya..." Aku menggumamkan kalimat tersebut dalam hati. Karena sepertinya tidak akan lagi nanti untuk kami berdua.
--
Sepuluh menit berselang dari Mirza yang sudah pergi, Kakakku dan kedua anaknya pun menghampiri dan mengajakku untuk pulang. Aku yang memang sudah lelah mengiyakan tanpa tenaga. Plak! Dengan sisa tenaga yang aku miliki, aku melayangkan pukulan keras ke punggung Kakakku. Dia yang tidak bisa mengumpat kata-kata kasar hanya bisa menatap kebingungan kepadaku. Ah ingin segera berendam air hangat saja rasanya...
Bandung, 16 September 2022
sn
Sudah terlalu lama di draft list... Saatnya mulai rajin menulis lagi kamu, Ka.
2 notes · View notes
Text
Sebuah Ucapan Selamat dan Doa Untuk Julita Pratiwi: Kado Kecil Untuk Kapten Juju Menjelajahi Petualangan Selanjutnya
"Gue sampe ngehide folder dan apapun yang berkaitan soal beasiswa karena gue down banget. Ngga mau mikirin itu dulu" - Curhatan Kak Juju di akhir tahun 2021.
Kak Jujuuuu! Aku buat tulisan ini untuk hadiah sekaligus doa supaya petulangan Kak Ju di negara orangnya lancar dan menyenangkan. tadinya udah nulis panjang lebar pake banget soal kenapa awal bisa deket sama Kak Juju dan gimana ceritanya bisa jadi tempat curhat menjalani kehidupan sebagai scholarship hunter ini... Tapi akhirnya aku hapus, soalnya tidak berstruktur dan pas dibaca malah bikin aku menggumam dalam hati "Nulis apaan sih W..." WKWKWKWK
Semoga tulisan ini bisa jadi kado maniez dari aku buat Kak Juju dan bisa dibaca kapanpun ketika Kak Juju perlu pengingat EHE.
---
Aku lupa awal tepatnya kapan kita bisa deket dan jadi tempat curhat satu sama lain, tapi yang pasti kita bonding sama satu hal: sama-sama punya ambisi kuliah ke luar negeri dengan beasiswa. Semenjak kita tau kesamaan soal ambisi ini, aku sama Kak Juju jadi sering banget sharing soal info-info beasiswa dan update kehidupan yang ujung-ujungnya bahas progress apa nih yang lagi dikerjain biar ambisinya kesampean.
Ngga cuma hal serius yang diobrolin sama Kak Juju, hal-hal receh juga diobrolin sampe kadang suka aneh sendiri karena serandom itu kita kalo ketemu wkwkwk. Kalo diliat chat history whatsapp, bahkan ada satu percakapan serius terus tiba-tiba kita malah bahas nama-nama ikan wkwkwk. Random tapi karena itu ngobrol sama Kak Juju jadi asik dan ngga bisa kalo ketemu cuma sebentar, soalnya banyak yang harus di update!
Semenjak pandemi lalu aku pindah ke Bandung, frekuensi ketemu sama Kak Juju jadi jarang. Tapi kita sesekali saling update lewat WA atau telfonan yang bisa berjam-jam. Terus kalo aku ke Jakarta, aku selalu nyempetin dan coba mengagendakan ketemuan sama Kak Juju, seneng aja gitu ketemu ngobrol dari serius sampe receh sama Kak Juju. Terima kasih Kak Juju sudah jadi salah satu teman yang bisa aku bagi kerandoman dan keanehan aku ini, semoga tetap bertahan menghadapi aku yang random ini wkwkwk.
Sebentar lagi aku ngga bisa nyamperin Kak Juju kalo ke Jakarta untuk waktu yang cukup lama. Alhamdulillah Kak Juju akhirnya mewujudkan ambisinya untuk kuliah ke luar negeri di jurusan yang udah diincer dengan beasiswa dari pemerintah. Ini mungkin kedengeran lebay, tapi pas dikabarin langsung lewat teldon sama Kak Juju kabar kalo dia dapet beasiswa aku jingkrak-jingkrak di kasur kesenengan. Kaya dapet booster semangat denger orang terdekat berhasil ngedapetin apa yang diimpikannya selama ini.
---
Kak Juju!!! (Bayangin aku manggil Kak Juju langsung) Akhirnyaaaaaa!!! Selamat melanjutkan petualangan baru di lingkungan yang baru!!! Semoga petualangannya membawa kebaikan buat Kak Juju. Kalau capek, rasanya mau udahan atau udah ngga ada semangat, istirahat dulu! Jangan paksain! Selalu inget untuk nempatin 'koma' disegala kegiatan Kak Juju. Supaya Kak Juju bisa stay sane melewati dunia yang ngga sane ini (Anjayyy).
Inget curhatan Kakak yang aku tulis jadi kalimat pembuka di tulisan ini? Ternyata taun ini rejekinya Kakak buat pergi kesana!
Akhir kata dari aku... AAH AKU BAKAL KANGEN BANGET SESI MEET UP SEKEJAP KITA HUHUHU!! Sehat-sehat di negeri orang sampai kembali lagi ke Indonesia! Mari berkabar sesekali untuk saling update kehidupan! 잘다녀와 언니! 건강 잘 챙기고 한상 행복하게하길 바랄게! (Selamat jalan, Oenni! Take care and I always pray for your happiness!)
Tumblr media Tumblr media
Jogjakarta, 30 Agustus 2022
11.25
sn
Inget curhatan Kakak yang aku tulis jadi kalimat pembuka di tulisan ini? Ternyata taun ini rejekinya Kakak buat pergi kesana!
0 notes
Text
Tanggal Lima Belas yang Kedua Puluh Enam Kali
Sejujurnya aku mengira tanggal lima belas yang kedua puluh enam kali ini akan menjadi tanggal berulang yang paling menyakitkan. Tapi terima kasih karena teman-temanku, hari kemarin ditutup dengan manis. Diumur yang mulai mendekati kepala tiga, doaku semakin sederhana saja: Jika memang kebahagian tidak datang seperti yang diinginkan, semoga nikmat dan berkah berlimpah yang menggantikan.
Bandung, 16 April 2022
21.52
Sangat bersyukur dipertemukan dengan teman-temanku yang sekarang dan mereka menjadi takdir baik yang aku punya. Semoga aku pun bisa menjadi takdir baik untuk mereka ketika dibutuhkan.
2 notes · View notes
Text
Tanggal 13 April Untuk Muthi'ah Khairunnisa: Kado Hari Jadi dan Apresiasi Sobat Potekan
Mut, taun ini kita 26 taun... Kayanya baru kemaren deh gue ngirimin vn 5 menit ngucapin selamat 25 taun sambil nyanyiin lagu IU ft GD yang Palette. Eh udah nambah lagi aja jadi 26 dan gue belum nemu anthem baru buat umur kita yang baru ini. But let me give you something for your birthday this years EHE.
----
Gue tadinya udah nulis panjang lebar banget kaya gimana ceritanya kita bisa jadi temenan dan apa first impression yang gue dapet ketika pertama kali ketemu Lo dan bla bla bla. Tapi akhirnya gue hapus karena... too much WKWKWKWK.
Simpelnya kenapa gue sama lo bisa deket dan jadi temen potekan adalah TAKDIR. Eaaa udah puitis banget ngga sih gue wkwkwk. Dan gue bersyukur banget lo jadi salah takdir baik di hidup gue, jadi salah satu temen yang bisa gue bagi keresahan gue ketika gue butuh. Semoga gue juga jadi takdir baik buat lo ya dan bisa jadi salah satu orang yang ngebantu lo, baik sekarang maupun nanti.
----
Setelah taun lalu kita saling ngucapin menghadapi kwarter lyfe kraysis, cobaan terus berdatangan yha bund hahaha. Yha hidup memang gitu, ngga bisa diprediksi apapun yang terjadi. Dan ternyata lo juga mengalami hal yang cukup melelahkan di awal tahun ini...
Seperti yang gue bilang di chat panjang pake bahasa korea yang udah ditranslate, lo kuat Mut. Udah sampe sejauh ini tuh lo kuat. Kalo emang cape, boleh ko duduk dulu kasih jeda sebentar buat lo istirahat. Karena lo bukan tipe yang akan cerita duluan masalah lo (gue juga gitu soalnya wk) tapi yang gue mau lo tau adalah lo potekan gue cuy wkwkwk. Tanpa perlu cerita banyak kita tau apa yang lagi dihadapin masing-masing dan cukup ada satu sama lain juga udah sangat memberi bantuan. Jadiiii kalo memang ada yang bisa gue bantu meskipun cuma dengerin doang, jangan sungkan untuk ngehubungin gue. Soalnya lo itu tempat sampah cerita banyak orang jadinya ngga biasa buat cerita, iya kan??! ngaku lo?!? *lah brutal wkwkwk*
----
Memasuki umur 26 taun yang ngga kerasa ini, doa gue masih sama buat lo: Semoga di taun ini pun lo bisa mendapat ketenangan versi lo kalo misalnya kebahagian ngga dateng dengan cara yang lo inginkan. Namanya umur emang ngga ada yang tau ya, tapi gue berharap lo bisa sedikit lebih rileks menghadapi permasalahan yang dateng bertubi-tubi itu dan menjalani hari-hari yang kalo abis dilaluin tuh bilangnya "Gue bersyukur berhasil lewatin hari ini dengan selamat" *kiss* EHE
Terakhir gue mau ngasih frasa korea kesukaan gue buat lo
수고했다. 고생했다. 그리고 잘 컸다. (You did well. You've been through it well. And you grew up well)
Bandung, 13 April 2022
00.00
sn
Sampai ketemu di Bandung kembaran-beda-dua-hari- Quh! EHE
12 notes · View notes
Text
#MonthlyProject - Berbicara Tentang Mimpi
"Kenapa orang dewasa tidak bisa menerima kalau anak seumuranku tidak punya mimpi?"
Ucapan itu terlontar dari tokoh anak remaja drama yang sedang aku tonton belakangan ini. Seperti tersetrum aliran listrik, tubuhku terkejut dan tidak bisa mencerna adegan selanjutnya. Lalu pertanyaan muncul senada dengan apa yang anak itu katakan. Kenapa?
Jika ditarik mundur, yang selalu aku dengar dari kecil hingga dewasa adalah "Mimpi kamu apa?" lalu jawaban-jawaban yang keluar adalah tentang profesi pekerjaan yang diingkan oleh anak seumuranku kala itu. Dokter, Astronot, Polisi, Pilot dan lain-lain. Ketika itu aku pun hanya mengatakan yang menurutku keren saja, tidak berpikir lebih jauh tentang apa makna dari pertanyaan tersebut. Jawabanku pun selalu berubah-ubah, tergantung ketika itu apa tontonan yang aku konsumsi sepulang mengaji dari TPA dekat rumah.
Kadang aku ingin jadi dokter, ada kalanya juga aku ingin jadi astronot. Pernah sekali ingin jadi koki setelah melihat acara masak yang ditonton bersama Mama. Entah kenapa ketika itu bermimpi terasa mudah. Mimpi memang gratis, siapapun boleh melakukannya.
Lalu semakin aku bertambah umur, ternyata mimpi tidak sesederhana itu. Untuk aku yang berasal dari kalangan biasa-biasa saja, mimpi menjadi seperti fatamorgana di gurun pasir. Indah dilihat dari jauh, tapi ternyata semu dari dekat. Aku pun berpikir, ternyata mimpi tidak gratis. Apa yang dikatakan ketika aku kecil itu sepertinya keliru. Mereka tidak bicara tentang konsekuensi yang harus aku jalani ketika berusaha mengejar mimpi-mimpi itu.
Aku bisa berbicara begini karena mimpiku pernah dipatahkan. Ketika itu orang terdekat yang aku kira akan menopangku dan menjadi tempat perlindungan ketika aku terjatuh, ternyata membuatku semakin terperosok jauh ke dalam jurang rasa tidak percaya diri. Tahu rasanya sedang ada di titik semangat paling tinggi hanya untuk dipatahkan dengan kalimat "Apa yang kamu inginkan tidak seindah kelihatannya"?.
Tanpa sadar kalimat itu terus menghantui dan menjadi tembok empat sisi yang menjulang mengelilingiku. Tapi yang lebih menyedihkan, ternyata aku pun menyadari ketidakberdayaanku ketika kalimat itu dilontarkan. Aku hanya bisa tertawa, tersenyum dan bersikap apa yang mereka katakan benar. Di saat itu juga, aku lah yang mengubur diriku sendiri. Tanpa perlawanan, tanpa pembelaan.
--
Melihat kebelakang selalu menjadi hal menyakitkan yang tak pernah usai. Tapi itu mungkin karena aku belum sepenuhnya sembuh. Jika ditanya kapan akan membaik, aku tidak tahu. Mungkin akan membaik seiring berjalannya waktu. Mungkin juga hanya akan jadi masalah lainnya yang terlupakan dikolong kasur. Aku hanya berharap, kedepannya itu tidak terlalu menyakitkan untuk dikenang.
Diumur menjelang 26 tahun harapanku terhadap keinginan dunia sepertinya mulai tidak ada. Apa ini karena semakin bertambahnya umur semakin sadar pula kalau apa yang ada di dunia ini hanya sementara? Hahaha padahal umurku masih terbilang muda.
Untuk menutup post yang berantakan dan berisi curhatan ini aku ingin memanjatkan sebuah doa: Semoga kelak jika nanti aku ada di posisi ketika seseorang datang padaku dan meminta pendapat atau dukungan tentang mimpinya, aku tidak menjadi seseorang yang sombong untuk mengatakan mimpinya mustahil.
Bandung, 28 Februari 2022
21.44
sn
Waa post pertama di tahun 2022. Maafkan diriku yang pemalas ini... BTW terima kasih Kakak Muthi akhirnya selesai juga tulisan ini (keinget ada draft tulisan abis chatan sama Muthi wkwkwk)
0 notes
Text
Racauan Akhir Tahun, Menjelang Tahun Baru #3
Sejujurnya, udah buat paragraf panjang buat post racauan kali ini. Tapi lalu tersadar sesuatu di waktu yang tak terduga dan akhirnya menghapus semua paragraf itu. 2021 untukku jika bisa dirangkum oleh satu kata, maka kata kuncinya adalah "Cukup".
---
Bohong sebenarnya kalau dibilang 2021 lebih mudah dari 2020, pada kenyataan ngga ada yang bener-bener mudah dan bener-bener gampang. Tapi ternyata kalau dilihat-lihat lagi 2021 untukku tidak begitu buruk. Maka dari itu aku menyebutnya "Cukup".
Sedihnya cukup. Bahagianya cukup. Stressnya cukup. Senangnya cukup. Semuanya ada dan porsinya cukup. Ngga ada kekurangan apalagi kelebihan. Alhasil aku merasa lebih tenang dengan semua keputusan yang aku ambil.
Kalo dulu tuh kerjaannya pesimis mulu, overthinking yang diduluin padahal belum aja mulai. Bawaannya was-was dan selalu ada pikiran-pikiran kaya "Gimana kalau... Harusnya ngga gini... Padahal kan..." yang sebenernya cuma direka-reka aja sama imajinasi sendiri. Jadinya selalu ngga berani buat mulai, takut buat jalan, dan akhirnya cuma bisa diem aja pasrah sama keadaan.
Awalnya aku ngerasa itu bukan hal yang salah dan wajar karena itu adalah defense mechanism yang aku tau. Tapi ternyata lama-lama kok keropos di dalem ya? Hahaha. Setelah akhirnya sadar kalo itu ngga baik, yang dilakukan pertama kali adalah ngumpulin niat seminim mungkin buat pindah satu langkah aja. Iya satu langkah aja dulu. Lalu setelah itu, satu langkah beranak-pinak jadi langkah-langkah berikutnya dan keputusan-keputusan lainnya yang berani aku ambil. Ngga selalu bagus, tapi ngga jelek-jelek amat buat dijalanin. Dan aku bangga banget sama diri aku yang berani buat ambil satu langkah itu. You did well, Ka! *pukpuk diri sendiri*
Selalu ada hal yang bisa disyukuri, diamini dan disesali. Hal-hal itu juga yang ngebantu aku sebagai manusia bisa terus berkembang secara pikiran dan perasaan. Karena semua hal yang terjadi itu datang dengan alasan, mau sejelek apapun keadaannya.
Bandung, 31 Agustus 2021
18.00
sn
6 jam lagi tahun berganti ternyata... Doa ku masih sama untuk di tahun depan "Semoga bisa melewati tahun-tahun selanjutnya dengan nikmat dan berkat, kalau memang kebahagian tidak datang dengan cara yang diinginkan".
Jangan lupa peluk diri sendiri sambil bisik-bisik "Kamu hebat! Taun depan kita coba lagi ya!" :)
3 notes · View notes
Text
#MonthlyProject - Hari Ayah.
"Ko dia ngga nangis di pemakaman Bapaknya sendiri?" bisik salah seorang pelayat yang datang ke rumahku. Aku yang mendengar jelas perkataan tersebut masih saja berdiri mematung di halaman rumah dengan ekspresi datar.
---
Hari ini bapakku berpulang. Tepat jam 6 pagi, beliau menghembuskan napas ketika sedang menonton berita pagi kesukaannya. Karena sedang datang bulan, aku pun bangun lebih siang dari biasanya, tapi hari itu sejak jam 4 subuh mataku tidak bisa terpejam sama sekali. Mendengar suara teriakan Ibu dari ruang tengah, aku tergesa-gesa turun dari tempat tidur dan berlari menuju sumber teriakan. Sesampainya di ruang tengah dan melihat tubuh Bapak yang sudah kaku dengan Ibu yang mulai membaca doa, aku hanya bisa berdiri membeku dengan ekspresi kebingungan.
---
Jam 12.30 jenazah Bapak sudah selesai dikebumikan, tapi pelayat tidak ada hentinya mengunjungi rumah kami. Aku yang sejak pulang dari pemakaman diam di halaman rumah beberapa kali terpaksa menerima jabat tangan dan pelukan penuh rasa iba yang diberikan oleh para pelayat. Aku pun hanya membalas dengan senyuman dan anggukan kecil, tidak berniat untuk membuka percakapan ataupun berbasa-basi lebih lama dengan mereka yang datang.
"Ngga punya hati banget dia, durhaka nih pasti" bisik-bisik lainnya yang membuatku sedikit tersentak hingga perlu meregangkan otot di leher. Bahkan disaat seperti ini pun memang lebih asik mencari-cari keanehan yang muncul dibanding berempati. Apa mungkin jika aku meraung-meraung meratapi nasib menjadi anak yang lebih berbakti dari yang lain? Apa perlu aku menangis sesegukan supaya terlihat lebih manusiawi? Persetan semuanya.
---
Hari sudah semakin sore, rumah pun mulai sepi dan hanya tersisa beberapa saudara yang sedang beristirahat. Aku memutuskan pergi ke kamar untuk mengistirahatkan mata. Belum sempat aku duduk di atas kasur, pintu kamarku sudah dibuka paksa oleh Kakak Ketiga. Tanpa banyak bicara ia duduk disampingku.
"Kamu belum maafin Bapak?" tanyanya kepadaku sambil menatap jari-jari kakinya. Aku menghela napas panjang mendengar pertanyaannya.
"Sebut saja dengan saya tidak menangis sedikit pun hari ini adalah cara saya memaafkan Bapak." Ia hanya menepuk pundakku seperti mengerti lalu hanya tersenyum kepadaku. Tidak mau menggangu lebih lama, Ia pun meninggalkan kamarku dan membiarkan aku sendirian.
---
Setelah Kakak Ketigaku keluar meninggalkanku, memori tentang bisik-bisik pelayat terulang kembali tanpa diminta. Karena sekarang aku sendiri dan hanya ditemani dengan pikiranku, sekujur badanku tersentak mengingat kembali kejadian beruntun yang terjadi hari ini. Ingatan-ingatan masa lampau yang menumpuk dan menjadi alasan aku tidak menangis hari ini pun bersautan satu persatu seolah menjadi pertahan diriku untuk menjawab cibiran-cibiran yang datang hari ini.
Mungkin mereka lupa, kalau tidak semua anak memiliki keluarga yang hangat.
Bandung, 13 November 2021
20.36
sn
Wah akhirnya nulis lagi... Selamat Hari Ayah.
4 notes · View notes
Text
#MonthlyProject - Sejak Kapan
Sebenarnya, sejak kapan. Rumah terasa asing dan dingin.
---
PRANG! Terdengar suara pecahan kaca dari arah ruang tamu. Ketika itu aku berumur 5 tahun dan baru saja pulang dari rumah tetangga untuk mengantarkan sesuatu. Belum 2 menit aku sampai, pembicaraan tentang kepergianku ke rumah tetangga menimbulkan kekacauan yang cukup membuat seisi rumah tegang.
Aku baru 5 tahun. Melihat ayah sendiri memukul kaca jendela yang membuat tangannya berdarah cukup membuatku tersentak. Orang-orang dewasa saling beradu pendapat, tapi yang kudengar hanya teriakan. Aku masih saja berdiri disana, melihat kejadian itu semua dengan perasaan bingung bercampur takut.
Sampai malam menjelang waktunya tidur, aku yang masih belum memiliki kamar sendiri tidur bersama orang tuaku. Aku kira permasalahan sudah selesai, tapi ternyata malam itu aku dininabobokan dengan perdebatan lainnya yang membuatku tertidur menahan tangis.
Apa kalau aku menolak untuk membantu semuanya akan baik-baik saja?
---
"Kamu anak durhaka!" kata Ibu kepadaku yang sedang menangis karena susah diatur. Di rumah sedang ada persiapan besar-besaran untuk pesta pernikahan Kakak Pertamaku. Rumah kedatangan banyak saudara sehingga tidak ada tempat untukku bersembunyi ketika itu.
Hari itu hari minggu, sudah menjadi jadwal rutin untukku menonton kartun favorit dari jam 5 subuh. Tapi tidak bisa kulakukan karena harus segera bersiap pergi menuju rumah pengantin Kakak yang ada di luar kota. Aku sedikit berontak layaknya anak kecil yang direbut mainannya, tapi tidak kusangka ternyata kata-kata itu keluar dari mulut Ibu.
Aku yang terkejut dengan perkataan tersebut dibawa oleh Kakakku untuk berbicara. Tapi tidak ada satupun perkataannya yang aku ingat. Di kepalaku saat itu aku seperti menghitung waktu, kapan aku akan berubah menjadi batu seperti Malin Kundang atau berubah menjadi monyet seperti cerita adzab yang sering kudengar.
Kalau aku tidak berulah Ibu tidak akan mengatakan aku anak durhaka bukan?
---
Aku sedang ada di ruang keluarga menonton sinetron favoritku setelah selesai mengerjakan PR. Tiba-tiba terdengar suara seperti orang berkelahi dari kamar belakang. Aku langsung berlari menuju arah suara dan mendapati Kakak Ketiga sedang memeluk Kakak Keempat yang hidungnya mengeluarkan darah. Kakak Keduaku menahan emosi setelah memukul Kakak Keempat. Aku yang hanya bisa berdiri mematung mengalihkan pandangan melihat wajah Ibu yang meihat kejadian di depannya dengan wajah tanpa ekspresi. Disampingnya ada Ayah yang duduk dengan wajah menahan emosi.
Setelah itu yang aku ingat, aku duduk di ruang tengah bersama Kakak Ketiga dengan kondisi TV menyala. Tapi tidak ada satupun dari kami yang mengarahkan pandangan untuk menonton acara tersebut. Kami berdua duduk memeluk lutut tanpa ada satupun yang berani memulai pembicaraan. Tidak ada satupun dari mereka yang menjelaskan kepadaku, mereka hanya bilang aku masih kecil, baru saja naik kelas di SMP jadi tidak perlu tahu urusan orang dewasa.
Malam itu menjadi malam yang sangat panjang dan menyesakkan.
---
"Kuliah di luar negeri itu ngga gampang, kamu mungkin cuma lihat enaknya aja" Kata Kakak Pertamaku yang masih aku ingat sampai sekarang.
Masih membekas dalam pikiran ketika pertemuan keluarga diadakan untuk membahas rencana kuliahku setelah lulus dari SMA. Dibanding memberi semangat, ternyata mereka cukup menghancurkan keinginanku yang memang mustahil diwujudkan. Sungguh, aku hanya ingin mencoba. Mengumpulkan keberanian dan mengukur sebarapa besar kemungkinannya. Ketika itu bahkan aku sudah mendapat LoA untuk bersekolah.
Selagi masing-masing dari mereka memberikan pendapatnya tentang apa yang sedang aku usahakan, pikiranku berkelana ke hari-hari dimana aku berlari kesana kemari mencoba mencari peruntungan sponsor beasiswa. Berkali-kali mengubah, mencetak, dan mencoba membuat proposal yang berkesan hanya untuk ditolak pada akhirnya. Menangis di angkot dalam perjalanan pulang sudah menjadi kebiasaan, sengaja duduk di kursi samping supir supaya bisa menundukkan kepala tanpa harus digubris penumpang lain. Lalu pulang ke rumah untuk kembali mencoba mencari jalan lain.
"Ibu ngga ridho kamu pergi kuliah ke luar negeri" Satu kalimat itu akhirnya keluar dan menghancurkan semuanya. Saat itu juga aku minta dipesankan tiket ke luar kota untuk mendaftarkan diri ke kampus seni yang menjadi pilihan kedua. Aku mulai belajar, sepertinya orang sepertiku memang tidak boleh mengingkan sesuatu.
Kalau mimpiku tidak sebesar itu, aku tidak akan sekecewa sekarang bukan?
---
Jika dirunut sejak kapan, aku juga tidak tahu kapan semua rasa bersalah, kekecewaan dan amarah ini terpendam dengan begitu rapih. Menganut kebiasaan untuk tidak pernah menunjukan emosi dan tidak saling membicarakan permasalahan yang dihadapi menjadi lebih mudah ketika pada akhirnya aku membuang seluruh keinginan yang dulu sempat berkobar panas. Tanpa aku tahu ternyata hal tersebut bagaikan sampah menumpuk sampai menggunung. Menunggu untuk dibersihkan satu persatu.
Belum sampai aku belajar cara untuk menanggulanginya, ternyata tubuhku sudah cukup lelah untuk sampai ke puncak dan menumpuk sampah lainnya. Bukannya tersimpan, gunung itu malah tumpah ruah menjadikannya seperti lautan sampah di padang yang luas.
Mungkin ini hanya perasaanku saja, tapi sudah sejak lama tempat pulang itu tidak menjadi tempat yang aku nantikan.
---
Bandung, 20 Agustus 2021
20.56
sn
Post yang berisi fragment-fragment menyesakan yang secara tidak langsung mempengaruhi tumbuh kembang seseorang. Jikalau bisa sembuh, mungkin prosesnya akan sepanjang hayat. Sampai dikubur diliang lahat, dan tidak ada lagi yang tersisa.
2 notes · View notes