Tumgik
temen-ngopi · 11 days
Text
Kalau Benar Cinta
Kalau benar cinta, kamu akan berkorban demi dia. Dia minta apapun, kamu beri. Dia minta sisa hidupmu, kamu beri. Dia minta keperawanan/keperjakaan pun, kamu beri. Hanya saja kalau cintanya berlandas keimanan, pastinya dalam batasan akad yang sah. Dia minta anak, kamu beri. Yang bahkan itu harus bersusah payah demi anak sehat lahir selamat.
Kalau benar cinta, hidupmu sepenuhnya untuk dia. Sisa hidupmu dicurahkan demi dia. Demi kebaikannya, demi kebahagiaannya, juga demi kesejahteraannya. Yang bahkan kamu akan mengikuti agamanya, bukan hanya mengikuti nasehat, pendapat, arahannya, atau titahnya.
Kalau benar cinta, kamu akan berjuang untuk dia. Dia ingin haji, kamu banting tulang agar dia berangkat haji. Bahkan sekiranya nggak punya ongkos, kamu sampai menggendong dia dari rumah ke tanah suci. Dia ingin rumah, kamu bangunkan. Atau kalau dia yang jadi jalan penghasilan, fokuskan dia tuk bangun rumah.
***
Kalau kamu benar cinta.
Kamulah yang harusnya menuntut dirimu tuk berjuang demi dia, bukan menuntut dia berjuang demi kamu.
Kamulah yang harusnya bersikeras mencurahkan hidupmu untuknya, bukan bersikeras dia mencurahkan hidupnya untukmu.
Kamulah yang harusnya keras kepala berjuang demi dia, bukan keras kepala dia berjuang demi kamu.
***
Kalau benar cinta, hal-hal seperti ini seharusnya teramat mudah. Jauh lebih mudah dibanding sidang skripsi.
Semudah temanku melepas kerudungnya tuk menikah dengan lelaki pujaan hatinya. Semudah seorang preman berhijrah hingga akhirnya jadi ustadz.
Kalau benar cinta, bisa sampai begitunya...
2 notes · View notes
temen-ngopi · 17 days
Text
Ngomong Kasar
"Pak, itu ada anak yg omongannya kasar kok gak dihukum?"
Bagi sebagian orang tua dan masyarakat, pelajar yang omongannya kasar harusnya dihukum supaya jera. Tanpa peduli jelas apa maksudnya.
Bagi saya pribadi. Itu justru perlu tabayun apa maksudnya. Seperti guru saya saat SMP. Ada siswa yang bilang anj*ng, lalu dipanggil dan diklarifikasi. Ternyata memang ada seekor anj*ing galak di rumah seberang sekolah. Dia ternyata jujur, ada anj*ing.
Saya pun suka tabayun pada siswa-siswa yang terlapor berkata kasar itu. Ternyata memang ada latar belakangnya menyebutkan sifat-sifat buruk atau istilah tak senonoh. Tapi itulah anak muda, mereka masih polos.
Sejauh yang saya pahami dalam pengertian secara bahasa, istilah-istilah yang disebutkan itu memang terkesan negatif dan tak enak didengar. Namun bila mau adil, kalau ada seorang yang brengsek, mau disebut apa bila bukan disebut "brengsek"?
Kalau di jalan ada yg nggak mengindahkan etika berkendaraan dan disebut gobl*g, saya masih bisa menerima. Tapi kalau yang begitu diteriaki f*ck sambil acung jari tengah, saya nggak bisa nerima. Seperti halnya pemimpin yang rakus disebut "yang terhormat", rasanya nggak pas di hati.
Yah, istilah-istilah yang secara umum bisa saja disebut jahiliyah, tetapi lebih spesifik pada karakteristik perilaku tertentu. Yang pastinya tidak lebih buruk daripada "pemimpin yang zhalim", "sesat", atau "musyrik".
1 note · View note
temen-ngopi · 23 days
Text
Tumblr media
Hidup itu unik. Menyimpan misteri yang menyembunyikan titipan hikmah dari-Nya. Sampai-sampai kita tahunya hikmah itu disadari belakangan.
Kalau aku muncak, katakanlah ke puncak Gunung Gede, kayaknya kamu yang bisa mengerti. Dia nggak. Mungkin itulah sebabnya takdir membelokkan jalanku darinya.
Padahal hatiku tertambat padanya.
Kalau aku pegang sepatu futsal. Meluangkan waktu tuk olahraga bareng temen komunitas, kayaknya kamu yang bisa paham. Dia nggak. Mungkin itulah kenapa kami "dipisah" oleh sesuatu yang tak kami pahami.
Padahal kami (ternyata) saling menginginkan.
Jujur. Bahagia melihatmu tersenyum dan semangat dengan hidup yang sekarang, tapi juga sedih kala sadar kita nggak lagi bersama. Tapi mungkin itu yang terbaik buat kita.
2 notes · View notes
temen-ngopi · 24 days
Text
Rumah Impian
Seperti apa rumah (bangunan) impianku? Seorang karib pernah bilang: "Kita ini manusia yang dibentuk oleh lingkungan, dan lingkungan juga dibikin oleh manusia." Jadi kalau mau ngebangun rumah, itu akan membentuk diri kita juga.
Jadi, saat mau ngebangun rumah kita perlu jujur dan mengerti diri sendiri.
1) Rumah nggak begitu besar, tapi cukup untuk 1 pasutri, dengan 1 anak (mungkin bakal nambah), kalau bisa punya ruang tambahan utk tamu yg mau nginep.
2) Punya tempat buat ngopi sore sambil nikmati senja dengan tanaman hias. Bisa di balkon atau teras.
3) Punya ruang keluarga yg pada 1 sisi punya view tanaman hias.
4) Punya perpustakaan sekaligus ruang belajar & sholat.
5) Ruang cuci sebelahan ama kamar mandi biar mesin aman dari bahaya tikus, dan air buangan cuci bisa langsung ke saluran pembuangan kamar mandi.
6) Sederhana, gampang/murah perawatan.
7) Nggak jauh dari masjid dan punya tetangga yang baik.
3 notes · View notes
temen-ngopi · 27 days
Text
Hidup kita ini berlika-liku. Kadang manis, kadang pahit. Ada susah, ada mudah. Sesekali di atas, sesekali di bawah.
Kalaulah ada yang bisa membuatku tersenyum setelah bersedih dan tertekan, kuharap itu kamu.
Kalaulah ada yang bisa mengurai mumetnya pikiranku akan segala masalah sambil meredakan panasnya kepala ini, kuharap itu kamu.
Kalaulah ada yang bisa membuatku lebih tenang dan menjernihkan pikiran saat didera badai masalah yang bertubi-tubi, kuharap itu kamu.
Kalaulah ada yang bisa membuatku merasa menemukan rumah tempatku pulang saat melihat wajahnya, kuharap itu kamu.
Kalaulah ada yang bisa menemaniku ngobrol santai membahas segala macam hal sambil menikmati senja dengan secangkir teh atau kopi, kuharap itu kamu.
Kalaulah ada yang akan tetap tinggal di sini tanpa perlu pergi lagi agar bisa kulihat wajahnya dan kudengar suaranya tiap hari, kuharap itu kamu.
***
Ya, aku pernah mengharap begitu. Dulu. Sekarang aku berharap kamu baik-baik saja di sana. Kita sama-sama bahagia, walau bukan bahagia bersama.
1 note · View note
temen-ngopi · 1 month
Text
He's a family man.
Temanku itu kerja di Magelang, dan setiap akhir pekan ke Bandung demi keluarganya. Ibu, bapak, dan adiknya. Bukan demi istri dan anaknya, karena di usia 38 ini dia memang masih bujangan.
Bila tidak ada agenda istimewa di kantor, setiap jumat malam dia naik kereta menuju Stasiun Bandung. Kadang membawa oleh-oleh, kadang hanya membawa diri. Karena yang dibutuhkan dan diharapkan keluarga adalah kehadirannya, itu saja.
Di rumah, dia bercengkrama dengan keluarga, sesekali mengasuh keponakan, beres-beres, memasak, dan jaga warung. Hal teramat standar, sebagaimana yang biasa dilakukan anggota keluarga. Terkhusus di tahun 2024 ini, dia baru saja mengumrohkan kedua orang tua dari tabungan hasil kerjanya.
Kalau sekadar baik pada orang lain, dia jelas baik. Dia juga berbakti pada orang tuanya, mau mengerjakan tugas rumah, peduli dengan keluarganya. Sepengetahuanku, dia juga orang jujur yang enggan makan uang haram.
Kalau sekadar ibadah harian, shalatnya gak pernah terlewat. Begitu juga shaum atau shalat sunnah, lengkap dengan adabnya.
Hanya saja dia masih menjomblo.
Sayangnya, di umurnya yang menginjak 38 tahun, dia bukan tipe lelaki pilihan para gadis umumnya. Dia lebih ke tipe lelaki yang dicari para janda.
Gadis-gadis umumnya mencari yang rupawan, duit banyak, karir memuncak, dan/atau terkenal. Sedangkan janda-janda (dengan pengalamannya) lebih ingin yang sayang pada keluarga.
Gadis menanyakan tilawah, hafalan, qiyamul lail, dan komunitas kajiannya. Sedangkan janda hanya memastikan shalatnya sesuai kaidah, dan akhlak pada keluarganya.
***
Di tahun ini juga, seorang temanku menjanda. Dia menikahi pujaan hatinya, lalu kandas. Saya sudah mendengar alur kisah perpisahannya.
Setelah mendengar keluhan dia tentang mantan suaminya, saya melihat, tipe lelaki idaman saat gadis itu adalah mantan suaminya. Setelah menjalani pernikahan bertahun-tahun, ternyata yang dibutuhkan sebagai partner hidup adalah temanku yang bujangan itu. Si lelaki yang tak disukai gadis, tapi dicari janda.
2 notes · View notes
temen-ngopi · 2 months
Text
Katanya, Indonesia ini on progress jadi negara maju, yang salah satu tandanya adalah menurunnya keinginan generasi sekarang tuk berkeluarga. Bilang bahwa bahagia itu nggak selalu melalui pernikahan demi membela keinginan mereka tuk melajang seumur hidup.
Menjadi negara maju seperti Jerman yang bangsa aslinya hampir punah lalu menerima imigran tuk jadi warga negaranya. Atau Jepun yang hampir punah lantas bikin kebijakan produksi masal film porno supaya warganya mau beranak.
Secara pribadi, saya ingin menolak kenyataan ini.
Tapi obrolan dengan seorang tua bercerita tentang anaknya dan generasi mereka yang tak suka pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, mungkin ada benarnya. Bagi generasi tua, aneh rasanya bila anak muda (apalagi perempuan) tidak suka pekerjaan rumah tangga. Beberapa ada yang sampai terang-terangan bilang benci kerjaan rumah tangga.
Sederhana saja. Kalau benci pekerjaan rumah tangga, gimana mau berumah tangga?
Di instagram, banyak konten manisnya berkencan. Sebagaimana banyaknya konten uring-uringan menjalani kerjaan rumah tangga. Memang itu bisa jadi untuk hiburan, hanya saja diterima alam bawah sadar hingga membentuk pola pikir menikah tuk bermesraan tanpa berbahagia menjalankan kerjaan rumah tangganya.
Itu baru kerjaan rumah. Belum hubungan personal dengan pasangan, anak, keluarga, tetangga, dll.
***
Ini mungkin sebagian. Sebagian lain yang hidupnya pas-pasan mau nggak mau harus suka dan terampil dengan kerjaan rumah tangga. Seperti mereka yang kerja sebagai cleaning service, juru masak, atau teknisi rumahan. Atau mereka yang awalnya nggak pandai kerjaan rumah tangga, tapi mau belajar dan berbahagia dengan kerjaan rumah tangganya.
3 notes · View notes
temen-ngopi · 2 months
Text
Tetap saja. Ingin mengulang doa ini..
Doaku di awal 2024 ini sederhana kok.
"Ya Tuhanku yg Maha Kuasa, cabutlah kenikmatan dari mereka yg zhalim. Ambillah rezeki dari zhalimin dengan cara yang membuat mereka sadar pada buruk perilakunya, dengan cara yang membuat mereka sadar bahwa pengampunan adalah melalui pengembalian apa yg telah mereka rampas."
Ya Allah Ya Tuhan kami, jangan biarkan negeri ini dilanda musibah dan bencana karena bumi marah lantaran tingkah orang zhalim melalui kekuasaannya.
Ya Tuhanku Yg Maha Penyayang, lindungilah kami dari kejahatan dan tabiat buruk mereka.
3 notes · View notes
temen-ngopi · 2 months
Text
Quality Time
Terkadang yg penting bukanlah tujuannya ke mana, mejeng di mana, makan/minum apa, atau ikut acara apa. Tapi bagaimana menjalani momen kebersamaan.
Mau makan cuankie ke Kota Baru Parahyangan (14 km dari rumah), itu cuma alasan. Yg berharga ternyata selama perjalanan bersama bisa nyambung ngobrol ini itu, saling mengisi ide, bertukar cerita suka duka yg saling memahamkan dan melengkapi.
Yang akhirnya membuatku sadar, kamu ada untukku, aku ada untukmu. Bukan tempat yang ditujunya, tapi keberadaan kamunya.
1 note · View note
temen-ngopi · 2 months
Text
Diri ini (mengaku) bukanlah orang baik-baik, juga bukanlah orang yang cukup pandai dan mampu. Hanya saja yang Maha Kuasa menitipkan dirimu kepadaku.
Jadi diri ini hanya berupaya tuk amanah, meski teramat tak ideal sehingga banyak kau keluhkan. Oleh karenanya, kamu juga selalu berhak tuk memohon kepada-Nya agar dititipkan saja pada orang lain yang selalu kau syukuri keberadaannya.
Kamu selalu boleh meminta kepada-Nya tuk dititipkan pada orang yang kamu inginkan. Selebihnya Dia yang tahu apakah orang itu amanah dan mampu dititipi dirimu.
Diri ini juga sepatutnya sadar bahwa kamu bukanlah milikku. Kamu hanyalah titipan-Nya yang bisa diambil kapan saja.
0 notes
temen-ngopi · 2 months
Text
Munafik
Kita ini bukan orang munafik kan?
Yang di akhir shalat bilang "Moga keselamatan dan keberkahan tercurah untukmu" tapi kelakuannya malah mencelakai orang lain, zhalim.
Yang minta orang tuk jadi imam, mengikuti takbir dan gerakannya, tapi di luar shalat malah melawan, mendebat, memerintah dia yang dijadikan imam shalat.
Yang matanya melihat mushaf dan mulutnya mengeja quran, tapi kelakuannya berseberangan dengan ulama.
Yang mulutnya bilang hormat, tapi kelakuannya merendahkan.
Yang bilangnya cinta, padahal menutupi obsesi merasa dicintai tapi kecil pengorbanan tuk dia yang (katanya) dicintai.
Yang katanya ingin dimanja, padahal ingin bermalas-malasan dengan sepenuhnya dilayani.
Yang katanya ingin dididik, dibina, dibimbing, tapi menolak nasehat dan arahan.
Yang katanya ingin punya pemimpin adil, tapi masih lebih memilih yang tajir, rupawan, berkedudukan.
6 notes · View notes
temen-ngopi · 2 months
Text
Bipolar Personality Disorder
Berkepribadian ganda itu suatu kelainan, kata teori psikologi. Suatu kondisi yang tanpa disadari sepertinya ada banyak di negeri ini.
Saat tampil sebagai pembicara, seolah berkepribadian baik adil jujur. Namun dalam pekerjaan sebegitu lahapnya memakan hak orang lain. Zhalim. Berkebalikan dengan saat jadi pembicara.
Ada webinar anti korupsi dengan narasumbernya seorang kepala daerah yang disebut prestatif dalam sosialisasi anti korupsi. Eh, beberapa hari menjelang webinar ybs ditangkap KPK. Sebagai pembicara ybs prestatif dalam melawan korupsi, sebagai pelaku pemerintahan ybs melakukan korupsi.
Ya itu soal korupsi dan kezaliman.
Ada juga yang pandai memotivasi karyawan saat meeting. Tapi kelakuannya bikin pesimis mencapai target atau gagal menikmati hasil dari kinerja.
2 notes · View notes
temen-ngopi · 3 months
Text
Amanat
Beberapa bulan yang lalu, saya menolak tuk dicalonkan jadi anggota KPPS dan ada alasannya. Tapi tetangga tetap mengusulkan, karena siapa lagi pemuda yang bisa??! Begitu katanya.
Pada hari terakhir pendaftaran, saya memohon ke ketua RT supaya diganti. Saya punya pekerjaan tetap, maka biarlah ini menjadi rezeki tetangga yang masih kerja serabutan saja.
Kebetulan di sebelah rumah ketua RT ada pemuda yang masih kerja serabutan. Saya pun menawarkan kesempatan ini padanya, tapi sayangnya respon dia negatif. Dia hanya cengengesan tak pede, padahal ada bimtek.
Saya melamun. Saya tak menginginkan amanat ini, tapi amanat ini harus saya pegang juga.
Di lain kesempatan, saya tiba-tiba dipanggil untuk mempersiapkan paparan tentang kegiatan di tim lama. Padahal saya sudah pindah ke tim baru.
Bila direnungkan, seharusnya yang dipanggil adalah ketua tim lama itu beserta anggota timnya. Bukan saya yang sudah pindah ke tim baru.
Saya melamun lagi. Saya tak meminta amanat ini, bahkan berharap berikan saja pada yang lain, tapi harus saya kerjakan juga.
Seolah-olah bukan saya yang memilih amanat itu, tapi Dia-lah yang memilih saya tuk dititipkan amanat itu.
***
Ya itu amanat kerjaan.
Kamu. Mungkin saat ini kamu dititipkan oleh-Nya kepadaku. Sebagai sebuah amanat. Yang saya sendiri belum tahu apakah akan sanggup menjalankannya dengan baik atau nggak.
0 notes
temen-ngopi · 3 months
Text
Jodoh..
Nggak sebatas soal kamu dan dia.
Pekerjaan, rezeki, tugas, atau bahkan sekadar ngopi pun ternyata berjodoh.
Ngincer suatu pekerjaan karena disukai, dan saking ngebetnya dengan pekerjaan kitu kita berusaha sampai jungkir balik, kalau nggak mendapatkan pekerjaan itu, ya nggak berjodoh.
Walau di tempat kerja ngarep mendapatkan tugas itu dan sudah berupaya lobi-lobi sebaik apapun tuk mendapatkan tugas itu, kalau tak diberikan tugas itu ya berarti nggak berjodoh.
Walau kita telah berusaha dan sudah berdoa di depan kabah sekalipun, kalau rezekinya jatuh ke tangan orang lain, ya nggak berjodoh.
Melihat ada cafe baru dekat rumah, tapi ternyata nggak cocok dan nggak ngopi di sana, ya berarti nggak berjodoh. Ada warung kecil (walau sepi) tapi olahan kopinya cocok, ngopi ke sana melulu, ya berjodoh.
Ternyata jodoh itu nggak sesempit persoalan aku dan doi, beserta perasaan, doa, dan perjuangannya.
1 note · View note
temen-ngopi · 3 months
Text
Kalau kamu menghitung waktu setengah jam, satu jam, tiga jam, seharian untuk bersamanya atau menikmati hidupmu sendiri, itu namanya quantity time.
Kalau dalam satu jam kamu ngobrol santai, enak, akrab, leluasa membicarakan segala macam hal, sepenuhnya mendapat perhatian dia tanpa terganggu urusan lain, itulah quality time.
Sehari kamu punya 24 jam, dan kamu cuma ngobrol setengah jam dengannya. Itu pun menjelang tidur. Tapi yang setengah jam itu membuatmu merasa bahagia, senyum-senyum sendiri, tidur nyenyak.
Sehari ini kamu bertemu belasan lawan bicara, tapi yang satu orang ini membuatmu merasa berarti. Penerimaannya membuatmu bahagia melebihi pujian belasan orang. Ya, padahal dia hanya menerima, bukan memujimu. Ngobrol dia pun tak lama, tapi dengannya kamu bersemangat menjalani hidup.
Quality time itu, kalau bukan dengan dia, ya dengan dirimu sendiri.
Seperti kamu menyendiri tuk menulis, atau membaca tumblr lalu melamun.
5 notes · View notes
temen-ngopi · 3 months
Text
Ngaji Diri - 5
Sejujurnya. Seringkali saya punya alasan tuk enggan membaca taushiyah di WAG atau ikut kajian. Bukan karena meragukan isinya, bukan karena meragukan penyaji kajiannya, melainkan sebatas karena bukan masukan-masukan verbal tekstual yang sedang dicari.
Saya sedang jauh lebih perlu melihat keteladanan.
Sesederhana melihat tetangga, sepasang kakek-nenek yang berpegangan tangan tuk mengurus pemandian jenazah. Mesra tanpa kata-kata, romantisme dalam keistiqomahan di jalan-Nya. Bukan melalui narasi-narasi cinta berbumbu syariat.
Di sisi lain, saya sendiri merasa (karena adab menuntut ilmu) pada orang demikianlah sepantasnya berguru dan meminta nasehat. Bukan pada profesor yang tak teruji akhlak dan perilakunya. Untuk bab romantisme tadi.
Itu untuk saya. Untuk orang lain mungkin lebih pantas berguru tentang mencintai pasangan pada profesor yang jomblo.
Emang ada profesor yang jomblo? Ada, dulu dosen saya profesor psikologi. Melajang hingga akhir hayatnya di usia pensiun.
3 notes · View notes
temen-ngopi · 4 months
Text
Ngaji Diri - 4
"Pak, itu anak sekolah bilang anj*** go***, tolong dong dimarahin." Terkadang ini menjadi bagian sulit. Bukan sulit tuk menegur anak itu, tapi sulit tuk membangun pemahaman diri sebagai manusia.
Pertama. Pada zaman dahulu memang ada antek-antek penjajah yang diperdaya untuk melindungi penjajah. Sifat mereka yang galak pada masyarakat demi melindungi penjajah, maka disebutlah anjing (penjajah).
Kedua. Ada juga sifat orang yang selalu bicara dengan keras. Ada apa-apa mereka bicara, lantang, keras, pada orang yang ditujunya. Seolah-olah menyerang secara mental. Layaknya anjing yang menggonggong. Maka disebutlah anjing.
Ketiga. Anjing sudah dikenal sebagai hewan yang najis. Tapi yang perlu dipahami adalah air liurnya. Mulutnya yang jadi sumber najis. Bila kena najis itu mensucikannya cukup dibasuh air 7 kali, diantaranya dibasuh tanah 1 kali.
Cukup itu, untuk najis dari mulut anjing.
Kalau mulut manusia yang sebegitunya menyakiti hingga bisa mengakibatkan terampasnya hak orang lain, kezhaliman, perselisihan, bahkan perang, lantas air apa yang bisa mensucikannya? Tanah apa yang bisa mensucikannya?
Padahal kita juga tahu bahwa manusia yang baik melebihi sebaik-baiknya malaikat, dan manusia yang buruk melebihi seburuk-buruknya hewan.
Lantas seburuk-buruknya manusia harus disebut apa apabila ia lebih buruk daripada hewan?
1 note · View note