Tumgik
#edukasi diri
asteks · 2 years
Text
Manusia suka berlebih-lebih an dan lupa bahwa segalanya sudah diatur dan menjalani semua ini dengan Kesabaran adalah pilihan terbaik
View On WordPress
2 notes · View notes
kaktus-tajam · 3 months
Text
Dialog Masalah
Dok, nanti edukasi pasien ini nggak bisa pakai BPJS ya.
Eh kenapa?
Pasien anak SMA, minum obat xx hampir satu strip, untuk menggugurkan janinnya. Dibelikan pacarnya online.. Jadi masuk kategori pembunuhan terencana.
Ujar staff BPJS di RS-ku.
Dok, anak-anak di SD ini susah akademisnya. Banyak yang ditinggal orang tuanya ke Jakarta, atau single parent.
Seorang kepala sekolah cerita padaku setelah usai penyuluhan.
Dok, tolong periksa pasangan calon penganten ya.
Oke
Tapi sudah positif.
Eh positif apa?
Hamil.
Seorang bidan meminta tolong sambil tersenyum iba.
Dok minta tolong visum ya.
Pasien apa, Mbak?
Ibu-ibu di KDRT, sudah 13 tahun dipukuli suaminya. Hari ini akhirnya berani memeriksakan diri.
Ujar seorang perawat saat kami di IGD.
Dok ini pasien hamil risiko tinggi, jangan lupa dirujuk.
Kenapa Bu?
Usia 15 tahun, sudah hamil 5 bulan
Percakapan di poli KIA.
Iya dok, anak itu dibully temannya karena hitam kulitnya. Sedari kecil susah mengikuti pelajaran, sosial juga kurang. Ibu bapaknya juga sulit diajak kerjasama.
Curhatan seorang guru TK tentang muridnya usai skrining perkembangan.
Bu, Pak. Anda berdua positif terkena penyakit Gonorrhea. Secara objektif ini saya sampaikan ada kumannya.
Lah, Dok? Saya gak tau dok kenapa saya sakit gini setelah menikah dengan suami saya ini!
Saya yakin saya nggak ‘jajan’, Dok. Istri saya pasti yang bawa penyakitnya!
Pertengkaran suami istri di suatu poli Infeksi Menular Seksual (IMS).
Ya Allah.. memang saat ini ummat sedang sakit ya. Semoga pribadi kita dikuatkan, keluarga dikokohkan, dan semoga Allah lindungi ummat dari kemaksiatan.
Selamat terus “belanja masalah” yaa, dan semoga Allah takdirkan kita menjadi yang bisa memberi solusi dari masalah, bukan diam saja, apalagi memperkeruh. Huhu.
-h.a.
150 notes · View notes
abubuaa · 4 months
Text
Gerakkan KAMMI Mengajar sebagai representatif dari ideologi gerakkan KAMMI untuk ikut berperan dan berkontribusi dalam pendidikan di Indonesia.
Tumblr media
Keresahan yang hadir akan kondisi generasi bangsa dan harapan yang masih tergenggam tanpa pupusnya menjadi kekuatan gerakkan ini akan terus ada, khususnya di daerah terpencil di sekitar dua kampus besar di kota ini yang berisikan orang-orang intelektual yang memikirkan kondisi bangsa kedepan. Namun, mirisnya tak satupun anak-anak disana tersentuh oleh tangan-tangan yang katanya akan membawa misi perbaikan tersebut.
Ada banyak ternyata di pelosok-pelosok yang tidak terjamah, para penerus bangsa tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Bahkan, tidak banyak juga yang memilih untuk putus sekolah. Pendidikan bagi mereka seperti tidak ada nilainya, hal ini menunjukkan kurangnya edukasi kepada mereka tentang begitu pentingnya pendidikan, meskipun disisi lain ada faktor xyz.
Tambahnya lagi, Negeri ini semakin kesulitan mencari orang-orang yang memiliki kredibilitas moral yang tinggi. Kita lihat begitu banyak moralitas memiliki kedudukan rendah dalam bermasyarakat. Negeri ini seperti kehilangan sosok contoh dan teladan yang baik, tak dipungkiri setiap hari berita kriminal, degradasi moral, etik-etik kandas, korupsi dan kasus-kasus negatif disekitar kita yang terus menjadi konsumtif para penerus bangsa kita. Bayangkan...
Mengutip dari Kredo Gerakkan KAMMI, " Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri untuk masa depan Islam...." begitulah butir mutiara dari kredo gerakan KAMMI yang menjadi representatif berdirinya gerakkan KAMMI mengajar ini, Karena anak-anak adalah harapan dan pewaris negeri ini, maka melalui Gerakan KAMMI Mengajar harapannya menjadi bagian dari cahaya harapan untuk generasi bangsa kedepan.
Besar harapan Gerakan KAMMI Mengajar ini sebagai pembawa misi perbaikan, menginspirasi anak-anak di jalanan melalui bimbingan belajar agama dengan adanya Taman Pendidikan Al-Qur'an - TPA, dengan harapan anak-anak dididik dengan nilai-nilai Islam, sudah memiliki akhlakul karimah sehingga, ketika mereka kelak sudah beranjak dewasa yang terus melekat adalah nilai-nilai aqidah dan keyakinannya kepada Allah.
Selain itu juga bisa menjadi tempat bertanya bagi mereka, membimbing mereka untuk memahami pelajaran disekolah. Memotivasi mereka untuk terus giat belajar, menjadikan mereka harapan untuk keluarga mereka.
Maka, keyakinan pada Gerakan KAMMI Mengajar menjadi langkah kongkrit yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi secara langsung terhadap kemajuan pendidikan di Negeri ini.
Kira-kira seperti itulah pemikiran mahasiswa baru yang diberikan amanah baru sebagai ketua Gerakan KAMMI Mengajar 7 tahun silam.
Hari ini kembali diingatkan,
Terimakasih untuk terus bertumbuh dalam nafas kebermanfaatan.
-Abubua
17 notes · View notes
yunusaziz · 1 month
Note
Hai kak... aku cewe, agak idealis ga mau naik motor karena nambah polusi bumi. sampe suatu ketika, di kendaraan umum udah kedua kalinya kena pelecehan padahal udah pake pakaian tertutup (syar'i) . dan akhirnya minta motor untuk perjalanan. Sampe sekarang belum pernah lagi naik kendaraan umum kalau itu penuh / lagi malem, dan takut perjalanan jauh sendiri.
Cuma pengen cerita, mungkin bisa kasih saran yang bisa dibagiin juga ke yang lain kak?
Halo, sebelumnya aku turut prihatin ya atas apa yang menimpamu, juga untuk perempuan-perumpuan lain yang pernah mengalami hal serupa di luar sana. Semoga hal serupa, tidak terulang lagi🙏🏻
Ruang aman bagi wanita memang masih jadi pr besar bagi negara ini. Upaya mewujudkan itu memang perlu melibatkan banyak pihak, tidak hanya pemerintah dengan segala pendekatan infrastruktur dan regulasinya, tetapi juga pola pikir dan perilaku sebagian masyarakat yang masih perlu dibenahi.
Menanggapi pertanyaanmu, sisi ideliasme yang kamu coba pertahankan itu pada dasarnya bagus, akan tetapi menurut saya keselamatan diri saya rasa tetap menjadi hal yang lebih prioritas daripada sisi idealismu tadi.
Solusi terbaik pada pelaku dan perilaku demikian membutuhkan waktu yang cukup panjang, selain adanya penegakan hukum sebagai faktor punishment, perlu juga adanya edukasi dan komunitas yang proaktif untuk mencegah dan mendidik masyarakat akan buruknya perilaku itu.
Sekali lagi hal itu memerlukan waktu, oleh karena itu aku rasa yang bisa dilakukan saat ini lebih ke aksi preventif;
Hindari berpergian sendiri terutama ketika malam hari, jika tidak begitu urgent. Jika terpaksa, upayakan ajak teman/mahrom.
Mencari alternatif transportasi yang kredibel dan tegas dalam upaya memberantas perilaku ini. Aku rasa beberapa provider sudah cukup 'open' akan hal ini.
Jika perlu, sediakan juga alat pertahanan diri (semprotan merica, dsj) atau juga nyalakan fitur live location.
Adik saya perempuan selalu saya tekankan untuk sebelum bepergian harus berkabar. Dengan siapa, kemana, dsb. Mungkin hal ini juga bisa kamu lakukan.
Perbanyak do'a sebelum dan ketika di perjalanan banyak dzikir kalau pesan Umi saya.
Memang ini tidak semudah itu, dan mungkin menyebalkan bagia para perempuan. Akan tetapi beginilah adanya, semoga kedepan ada langkah lebih serius dalam upaya pencegahan ini. Aamiin.
8 notes · View notes
beningtirta · 3 months
Text
Untuk Apa Pemilu [Part 2]
Melihat kekuatan individu yang hanya punya satu suara, maka bisa jadi banyak yang melihat Pemilu ini agak useless: "Gua nyoblos atau nggak ya nggak ngaruh". Tapi coba logikanya dimulai dari kekuatan individu untuk mengedukasi orang sekitarnya, you have one vote but you can educate others. Educated others can educate many more. You can contribute to multiplier effects.
Sebagai orang yang pernah mengenyam pendidikan atau sekadar punya literasi media, kita sebenarnya sudah punya kemampuan mencari tahu atau mengumpulkan informasi yang kredibel dan akurat.
Kitapun bisa mengajarkan orang di sekitar kita. Mulai dari bapak, ibu, paman, bibi, sampai engkong yang menganggap semua konten jarkoman dan konten di WhatsApp itu benar... yang maen langsung forward ae tanpa mengkritisi atau double check sumbernya.
Nah, lo yang tahu dan bisa kritis aja tuh udah bekal banget buat mengedukasi keluarga atau teman. Beda sih mengajak nyoblos paslon/partai ama mendidik kritis ke paslon/partai.
Jaman sekarang mempengaruhi atau ngajak orang nyoblos siapa itu berat. Tiap orang punya posisi yang berbeda.
Sejauh ini, gua ada lihat orang yang menganggap semua politisi dan janji politiknya sama, sama-sama bullshit. Ada yang udah indifferent, siapapun yang menang toh ga bakal sama saja, hidup gua bakal gini gini aja. Ada juga yang sudah 'menerima', percuma support si anu, pemenangnya sudah ketahuan.
Well, selagi ada waktu dan selagi gua punya pilihan, gua akan terus berpikir positif dan logis. Menggunakan kanal-kanal pribadi untuk edukasi politik teman-teman follower Tumblr (11k) dan Instagram (1k+).
Semoga setiap kita mengusahakan yang terbaik.
Pengen deh DPR itu isinya bukan artis, tapi aktivis; bukan pengusaha, tapi pengacara; bukan anak pejabat, tapi orang-orang hebat.
Nah, masih ada waktu mengedukasi diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.
11 notes · View notes
bungaftmh · 1 year
Text
Internsip Takeaway
A good year, indeed.
Dulu pas mau isip doaku tuh: ya Allah aku pengen belajar, tapi ga mau kaya koas yang sering ga jelas juntrungannya, dapet konsulen ga ngebimbing, gamau kaya gitu lagi ya Allah. Ya Allah semoga dapet temen-temen isip yang baik hati, ga problematik, aamiin. Ya Allah mau dapet puskesmas yang deket kontrakan ya Allah.. udah terlanjur ngontrak di imogiri barat hehe makasih ya Allah.
Doanya kaya gitu dan jawabannya ternyata RSPS. Awalnya dulu pengen di RSUD Kota aja, yang ga terlalu jauh ke selatan. Eh ternyata emang bukan di kota jawabannya, tapi di (((Bantul))).
---
Some seniors said isip tuh tujuannya bisa beda-beda: mau cari uang, mau buat belajar, mau cari rekomendasi untuk sekolah, atau mau buat lewat aja juga bisa.
Buatku isip nih bener-bener waktunya belajar. Selain belajar kasus yang banyak banget di IGD RSPS yang sampe munteh munteh, ternyata juga belajar kenyataan kehidupan kerja beneran tuh kaya apa. Senior-senior DU di IGD bener-bener baik sih menurutku, ngasih tau pandangan mereka kaya apa, ngasih tau dilemanya kalo mau sekolah lagi sebagai emak-emak, dan lain-lain.
---
Takeaway dari internsip (the way I see it)
It’s important to tau di mana kita kerja, kaya apa work ethic dan culture nya di tempat itu. Terus penting juga untuk tau orang-orangnya kaya gimana, person to person is better. Jadi gak salah dan kikuk waktu menempatkan diri, gak gampang dimanfaatkan juga pada akhirnya. Kerja sama as the ultimate purpose, uhuy.
Sakit hati tuh pasti ya kayanya di beberapa kesempatan di rentang waktu bekerja, tapi bukan sesuatu yang harus dibawa terus menerus. Mana kalo sakit hati atau sebel karena rekan kerja tidak bekerja tuh bisa banget karena kitanya juga lagi kureng kondisi emosyenelnya. Jadi, kalo bisa diingetin dan posisi jelas bener, ingetin. Kalo gabisa, tandain. WKWKWKW. Alias awas aje lu ngadi2 lagi besok :)
Ngerasa direndahin di awal bekerja? Ternyata emang gitu kayanya ya, semua ngerasain. Bahkan pembimbing icip w kmrn pas lagi ngobrol2 perpisahan juga berpesan kalo besok kita udah kerja mandiri pasti akan merasakannya minimal sekali. Ada satu kali aku jaga poli infeksi puskesmas, nakes yang bantuin aku di situ ga percaya sama terapi yang aku kasih. Akhirnya dia konsul ke pbb ku dan diganti deh sama pbb ku :) Waktu tau rasanya kayak... lah??!?!?!?!?? Tapi yaudah ga diperpanjang. Besok2nya di kesempatan lain ga pernah lagi kaya gitu, karena mgkn akhirnya udah kenal sm eyke. Sekarang kalo inget lebih ke kayak, oh itu maksudnya kali ya kadang kita kalo di awal ya pasti belum dipercaya seutuhnya.
Pun kalo misal di beberapa kesempatan kita lebih bener dan lebih ngerti dibanding senior kita, gaada tempat juga untuk jadi ngerasa mereka ngga bakal ada benernya ke depannya. Karena kuncinya emang di kolaborasi, tetep harus menghargai pengalaman dan jam terbang senior sih. Ga semua-semua juga harus bertindak sendiri, tapi tetep harus strategis kalo mau ngapa-ngapain (edukasi pasien dan keluarga pasien, pemilihan pemeriksaan penunjang yang mau dilakuin, operan sama temen kalo udah tau bakal ga dipegang sm DU nya wkwkwkkw hadeh tp yaudah).
And many other takeawayyys. Bersyukur sih isip di wahana yang udah cukup ideal. Soalnya kalo cerita-cerita sama temen lain, ga semuanya kaya gini :” Banyak juga yang lebih parahh. Belajar gabisa, eksploitasi iya, reward minim.
Internsip is gud in an ideal world and way. Tapi kalo setiap evaluasi ga ditindaklanjuti sebagaimana mestinya, it will be a wasted year tho.
Many ways to go, but this past year, I learnt a lot. Thank you, RSUD Panembahan Senopati and Puskesmas Jetis 1 Bantul!
Tumblr media Tumblr media
15 notes · View notes
disambingopi · 11 months
Text
Menulis Sekarang, Sekarang Menulis
Jujur aja ya, menulis sekarang rasanya nggak kayak dulu. Kadang nggak semenenangkan dulu, kadang nggak sepercaya diri dulu. Jadi, menulis sekarang itu rasanya lebih banyak ngetik “backspace”, bukan untuk typo, tapi untuk satu-dua hingga semua paragraf yang sudah ditulis.
Terus, menulis sekarang juga ya karena pekerjaannya harus menulis. Menulis proposal komunikasi, menulis kurikulum edukasi, menulis konten edukasi.
Ada juga momen di mana aku ingin menulis pengalaman selama menjadi istri, terlebih setelah menjadi ibu. Ingin menulis perjalanan melahirkan, perjalanan menyusui, perjalanan melihat dan tidak melihat anak bertumbuh, perjalanan menjaga kewarasan juggling antara jadi ibu baru dan karyawan lama yang kayak karyawan baru.
Tapi, buat menulis itu semua, jujur saja ya ada aja takutnya, takut kalau tulisanku jadi media untukku mengeluh, ya walau sebenarnya tanpa menuliskannya pun aku pasti sudah mengeluhkannya, setidaknya secara langsung ke suami atau dalam bentuk sharing-sharing mencari solusi saat cerita ke temanku.
Atau aku takut juga saat aku menuliskan yang indah-indah, orang jadi punya ekspektasi lebih terhadapku atau terhadap proses pernikahan dan melihat keluarga bertumbuh dan bertumbuh. Atau saat aku menuliskan keluhanku, orang yang membaca jadi takut untuk menjalani perjalanan ini atau lebih buruk lagi berujung pada penghakiman-penghakiman kepadaku.
Tapi, jujur, aku memang rindu menulis seperti dulu. 15 - 30 menit menulis untuk blogku yang sekarang sudah seperti rumah kosong, terabaikan.
“Gitu emang kalo jadi ibu-ibu, apa aja dipikirin” Kata temanku.
Disambingopi baru sekarang menulis.
7 notes · View notes
bebyarifien · 4 months
Text
"Mangsa" yang sulit dikalahkan/dikuasai (Tidak terpengaruh) oleh narcissist
1. Orang yang realistis dan otentik, dan sadar akan dirinya. Firmed dengan jati dirinya, kelebihan dan kekurangannya.
2. Orang yang stay normal. Ngga keliatan mendominansi, tidak di spotlight. Bukan ancaman utk ditaklukkan. Atau ngga ada azas manfaat.
3. Orang yang selektif terhadap yang masuk circle nya.
4. Orang yang sensitif, alert, ngga mudah terbuai love bombing. Ekspektasinya realistis aja.
5. Orang yg simple punya kebaikan universal. Punya golden rule, prinsip yang kuat.
6. Orang yg peaceful, ngga ingin ada masalah dengan orang lain, ngga suka gesekan, cari aman. Ngga membiarkan orang lain mudah menghancurkan perasaannya.
7. Orang yang ngga take it personal. Masih banyak hal yg lebih penting dalam hidupnya. Terus maju ke depan.
8. Orang yg transparan, ngomong apa adanya. Bukan suka cari muka.
9. Orang yg paham edukasi narsisisme. Bisa melihat originalitas seseorg yg baru.
10. Orang yg pengalaman dengan banyak tempaan hidup, contoh seperti banyak berhubungan dengan org2 egois tinggi. Melihat sesuatu lebih real dan original.
Live to be who we are.
Jadi diri sendiri.
Semakin otentik dan realistis, semakin sulit dijatuhkan oleh narsisis.
instagram
Kindly continue to read here 👉
https://read.kbm.id/book/detail/1b64a04f-dc4b-4d65-b6e0-1763cb56fc85?af=448e0333-95f2-4ad6-97ff-f922d6bf7a6e
3 notes · View notes
itsmatchaa · 1 year
Text
Ya Allah, dunia semakin terlihat sangat hina dan keji. Hamba memohon pertemukan hamba dengan teman-teman seiman, jauhkanlah hamba dari teman-teman yang bisa merusak iman hamba kepada-Mu.
Ini pengalaman saya. Apa yang saya rasakan.
Memang benar bermedia sosial tanpa filter bisa merusak moral, pikiran dan hati manusia. Saya pernah menonton video, membaca seutas caption atau hanya melihat cerita sekejap kedipan mata. Berbagai macam yang saya tangkap, dari hal negatif maupun positif.
Padahal mereka mayoritas beragama Islam tapi dengan bangga memposting atau memamerkan kemaksiatannya. Salah satunya saat ini banyak yang terjerumus kedalam hubungan zina. Dalam Al-Qur'an tersampaikan dengan jelas pada surat Al-isra ayat 32, "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.". Malah ada yang beranggapan jika tidak punya pacar maka dianggap tidak laku atau tidak mengikuti trend terkini.
Sungguh banyak orang Islam yang belum menjadikan Alquran sebagai pedoman hidup. Ntah penghafal Al-Qur'an atau orang awam huruf Hijaiyah. Bahkan mereka ragu dengan keimanan atau keyakinan mereka sendiri. Sangat perlu adanya edukasi dan kesadaran tentang keshalihan dalam bermedia sosial.
Media sosial banyak menimbulkan penyakit negatif, seperti fomo, flexing, judging dan lainnya. Semakin kita mudah mengakses dunia luar, semakin liar juga pemikiran kita jika meresponnya tanpa filter baik. Yang bisa mengontrol apa yang masuk adalah diri sendiri. Semoga kita selalu diliputi hal baik dan positif di setiap langkah kita. Aamiin.
9 notes · View notes
beritapendidikan · 6 months
Text
beritapendidikan
Dapatkan informasi dan analisis terkini seputar dunia pendidikan. Ikuti perkembangan terbaru, inovasi, dan kebijakan yang mempengaruhi sekolah dan universitas di Indonesia. Edukasi diri Anda dengan sumber berita pendidikan terpercaya. 6282211111111 Jln. Amd No. 11, Batoh Kec. Lueng Bata Banda Aceh 23246 Aceh Indonesia https://www.acehground.com/kategori/pendidikan/ https://www.facebook.com/beritapendidikan2/ https://vimeo.com/beritapendidikan https://www.pinterest.com/beritapendidikan2/ https://flipboard.com/@beritapendidika https://www.youtube.com/@beritapendidikan/about https://groups.google.com/g/beritapendidikan/c/cmEoFtPeJ7w https://scholar.google.com/citations?view_op=list_works&hl=vi&user=3FqlAmQAAAAJ https://gravatar.com/beritapendidikan2a421987ff7 https://form.jotform.com/233124263660045 https://archive.org/details/@beritapendidikan https://support.advancedcustomfields.com/forums/users/beritapendidikan/ https://www.couchsurfing.com/people/beritapendidikan
2 notes · View notes
perspexto · 2 months
Text
Moslem Content Creator Alhamdulillah Ramadhan tahun ini telah tiba … Dalam suasana kebersamaan dan refleksi diri yang kental, bulan Ramadhan memberikan kita peluang untuk memperbaiki diri dan hubungan kita dengan sesama. Di tengah masa pemulihan hubungan sosial pasca-Pemilu 2024 di Indonesia, bulan suci ini bisa menjadi momentum yang tepat untuk mempererat kembali silaturahim yang mungkin sempat retak. Sebagai seorang konten kreator blogger yang juga berdakwah tentang Islam, kita memiliki kesempatan unik untuk menggunakan platform kita dalam menginspirasi dan menyatukan kembali hati-hati yang mungkin terpecah karena dinamika politik. Mengintegrasikan Dakwah dalam Menulis Konten Blog di Bulan Ramadhan Bulan Ramadhan mengajarkan kita tentang kesabaran, kepedulian, dan persaudaraan. Nilai-nilai inilah yang sebaiknya menjadi fokus dalam setiap konten yang kita ciptakan, terutama dalam menyembuhkan luka-luka sosial pasca-Pemilu. Berikut beberapa cara mengintegrasikan dakwah melalui konten blog di bulan Ramadhan: Konten yang Memperkuat Tali Persaudaraan:Tulis artikel yang mengingatkan kita semua tentang pentingnya memelihara tali persaudaraan dan persatuan, terutama setelah peristiwa politik yang memecah belah. Bagikan kisah-kisah inspiratif dari Al-Qur’an dan Hadits yang menceritakan tentang keutamaan memaafkan, berdamai, dan berkolaborasi untuk kebaikan bersama. Ajakan untuk Berbagi dan Peduli:Ramadhan adalah bulan kebaikan, di mana kita diajarkan untuk lebih peduli terhadap sesama. Gunakan platform Anda untuk mengajak pembaca melakukan aksi nyata dalam bentuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Anda bisa mengadakan atau mempromosikan inisiatif sosial, seperti berbagi paket iftar untuk dhuafa atau penggalangan dana untuk amal. Renungan dan Muhasabah:Publikasikan konten yang merenungkan tentang makna dan hikmah dari ibadah puasa serta praktik-praktik lainnya di bulan Ramadhan. Ajak audiens untuk bersama-sama melakukan introspeksi diri, memperbaiki kekurangan, dan meningkatkan kualitas ibadah serta interaksi sosial mereka. Edukasi tentang Toleransi dan Kedamaian:Sebagai negara dengan keragaman yang kaya, penting bagi kita untuk saling menghormati dan toleran terhadap perbedaan. Buat konten yang mengedukasi tentang pentingnya hidup berdampingan secara damai, menghargai perbedaan, dan menghindari konflik. Konten yang Inklusif dan Menghibur:Sajikan juga konten yang ringan namun tetap bermanfaat, seperti resep hidangan berbuka yang sehat, tips menjaga kesehatan selama puasa, atau aktivitas positif yang bisa dilakukan selama Ramadhan. Ini akan membuat konten Anda lebih variasi dan menarik bagi audiens yang lebih luas. Interaksi dengan Pembaca:Manfaatkan kolom komentar atau media sosial untuk berinteraksi langsung dengan pembaca. Ajak mereka untuk berbagi pengalaman, cerita, atau ide tentang bagaimana mereka mengimplementasikan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari. Ini tidak hanya meningkatkan engagement pada blog Anda, tetapi juga membangun komunitas yang solid dan positif. Konten Jariyah:Buatlah konten yang tidak hanya relevan selama Ramadhan tetapi juga bermanfaat untuk jangka waktu yang panjang. Artikel-artikel yang memberikan pelajaran, hikmah, atau inspirasi bisa menjadi sumber ilmu yang terus menerus dibaca dan dibagikan, menjadi pahala jariyah bagi Anda. Kolaborasi dengan Blogger Lain:Manfaatkan jaringan Anda dengan blogger lain yang memiliki visi serupa untuk melakukan kolaborasi. Bersama-sama, Anda bisa menciptakan konten berseri, webinar, atau diskusi online yang mengangkat tema-tema penting di bulan Ramadhan. Kolaborasi ini tidak hanya memperkaya konten Anda tetapi juga memperluas jangkauannya. Konsistensi dan Keberlanjutan:Pastikan untuk konsisten dalam mempublikasikan konten sepanjang bulan Ramadhan. Jangan biarkan momentum yang telah terbangun mereda begitu saja. Lanjutkan dengan konten yang menginspirasi dan mendidik bahkan setelah Ramadhan berakhir, agar pembaca terus mendapatkan manfaat dan inspirasi dari blog Anda. Personalisasi Konten:Ceritakan pengalaman pribadi Anda dala...
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
abidahsy · 7 months
Text
Tertipu - Bagian 1
Sepekan lalu, aku mendapatkan sebuah kabar buruk tentang startup edukasi tempatku kurus data analytics yang terpaksa tutup dan angkat kaki dari negeri ini. Karena tidak berhasil mendapatkan investasi seri berikutnya, mereka melakukan pemecatan karyawan secara sepihak, dan membuat ribuan siswa terbengkalai.
Beberapa langkah sudah diambil, termasuk mengupayakan sebaik mungkin fasilitas pembelajaran yang sempat terhenti agar tetap berjalan. Meskipun dengan berbagai keterbatasan, perlu aku akui bahwa kekuatan sosial berupa komunitas dari para siswa, mentor, dan ex-karyawan cukup kuat dan memegang peranan penting di kondisi yang bisa dibilang chaos ini.
"Pada akhirnya, yang kita butuhkan adalah menyelesaikan kursus dan dapat pekerjaan kan?" begitu kata salah satu siswa yang mengakomodasi pergerakan ribuan siswa.
Ya, kembali ke tujuan awal adalah cara paling mudah nan ampuh untuk menjaga semangat dalam menjalani sebuah proses. Sebesar apapun hambatannya, seberat apapun masalahnya.
Tapi, yang namanya ditipu, tetap saja tidak menyenangkan. Setelah pertemuan yang dihadiri ratusan siswa, mentor, dan ex-karyawan malam itu, aku lanjut berpikir hingga dini hari.
Dulu, bagaimana ya aku memulainya?
Sebenarnya selain startup edukasi ini, aku juga melakukan perbandingan dengan startup lain sejenis. Karena tau harganya lebih mahal, aku dengan serta merta memilih yang ini karena lebih terjangkau. Padahal sudah ada tanda-tanda halus yang menunjukkan bahwa startup edukasi ini patut dicurigai.
Pertama, mulai dari harga kursus yang turun secara drastis, dari yang awalnya 57 juta, ada diskon jadi 22 juta, lalu ada diskon lagi karena aku ikut webinarnya menjadi 19 juta. Pun saat mengajukan cicilan ke lembaga, karena ditolak, aku dapat potongan lagi jadi di angka 13 juta, final dan cash.
Kedua, ada satu artikel yang muncul dan menyatakan bahwa startup edukasi ini terlibat penipuan. Tapi aku abaikan karena bisa saja itu hanya persaingan bisnis. Ketiga, meskipun tidak begitu jelas, aku tetap bisa menangkap adanya keraguan dari tim marketing saat menawarkan produk kursus ini. Bukannya menahan diri dan mempertimbangkan ulang, aku malah cenderung tergesa-gesa.
Nyatanya, selain belajar kursus data analytics aku juga belajar tentang kehidupan. Merasakan langsung rasanya ditipu dan kehilangan uang belasan juta begitu saja. Kalimat pamungkas tentang kembali pada tujuan awal akhirnya membuatku berefleksi.
Sebenarnya apa tujuanku mengambil kursus ini?
Soal pekerjaan, alhamdulillah, terlepas dari kursus yang sudah kuselesaikan atau belum, aku sudah mendapatkan dua tawaran pekerjaan baru. Saat ini pun aku tidak sempurna menganggur karena masih aktif menulis dan mengajar di sebuah kampus negeri. Jadi, apa sebenarnya tujuanku mengambil kursus ini?
Tujuan paling ultimate yang seharusnya ada dalam setiap kondisi dalam hidup adalah mencari ridha Allah. Bukankah dengan menuntut ilmu yang bermanfaat, kemudian mengamalkannya, lantas berguna dan berdampak luas adalah hal yang mau dicapai? Agar Allah ridha dalam setiap proses hingga tujuan tercapai.
Lalu, sebenarnya apa yang hilang dari diriku?
Selama segala hal masih bisa diperjuangkan, sebenarnya tidak ada yang benar-benar bermasalah. Jangan sampai kabar buruk ini malah mengambil waktu dan fokusku. Aku mungkin sudah tertipu, tetapi, akankah aku membiarkan diriku kembali tertipu pada hawa nafsu (secara emosional merespon kondisi ini) atau fokus saja pada apa yang benar-benar aku butuhkan, apa yang bisa aku lakukan.
Jadi, apa makna tertipu yang sesungguhnya? Mari kita lihat apa yang tertulis di dalam Al Qur'an.
Lanjut ke Tertipu - Bagian 2 ya, insha Allah.
4 notes · View notes
nonaabuabu · 2 years
Text
Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam, Dian Purnomo
Tumblr media
Saya sudah lama mengincar buku ini, tidak lain dan tidak bukan karena temanya yang mengangkat isu kawin tangkap yang terjadi di Sumba. Beberapa tahun belakangan setelah kembali ke kampung halaman, saya memang cukup tertarik dengan isu yang berkaitan dengan perempuan. Terlepas apakah saya pro, kontra atau hanya sekedar ingin tahu. Alasannya sesederhana, mencari kewarasan di antara adat saya yang masih patriarki.
Setelah persaingan panjang di antara sekian buku yang ingin saya baca, minggu lalu saya membelinya dan baru sampai ke tangan saya sabtu kemarin. Saya membukanya dengan perasaan membuncah. Begitu saya buka sampulnya langsung menyita perhatian, tapi seberapa lama pun saya memperhatikan saya sulit memahami makna dari sampul itu. Kecuali seulas kain tenun Sumba yang tersirat dalam satu ornamennya.
Bagian yang akhirnya paling dominan tertinggal dalam benak saya adalah, 'Warning Trigger' yang tertera dalam sampul. Buku ini benar-benar memancing emosi saya membuatnya campur aduk, yang paling terasa adalah kemarahan, kecewa dan kesedihan.
Saya baru menyelesaikan membacanya di hari Minggu setelah mengalami gejolak panjang terbawa emosi dalam cerita. Meski jauh dengan apa yang dialami karakter dalam novel ini, saya bisa merasakan kelekatan itu dalam diri saya karena terlahir dalam masyarakat adat yang masih melenggangkan kawin lari untuk mempermudah tetek-bengek mahar perkawinan dan restu orang tua, mengikuti banyak hal yang cukup relate dengan saya yang masih datang dari keluarga beradat. Belum lagi dengan masih adanya kita temui, korban pemerkosaan yang justru dinikahkan dengan si pelaku.
Novel ini sendiri berkisah tentang Mugi Diela, yang harus menelan pahitnya kehidupan sebagai perempuan setelah suatu hari ia diculik untuk dinikahkan secara paksa yang sedihnya merupakan bagian adat yang dipercaya leluhur mereka, di Sumba. Tak hanya diculik, ia juga dilecehkan, diperkosa dan mengalami kekerasan lain yang akhirnya merusak fisik dan mentalnya sebagai korban.
Sebagai orang berpendidikan Mugi Diela saja harus melalui rintangan panjang penuh luka, hancur lebur tanpa daya, dan memutuskan bertindak gila demi menjaga martabatnya sebagai perempuan. Saya tak ingin membayangkan bagaimana yang lainnya. Bahkan dalam satu dialog ada seorang ibu yang berpikir bahwa kekerasan suaminya adalah hal yang wajar terjadi untuk mendidik istri, karena ia tidak pernah tahu itu salah. Bisa bayangkan sekarang seberapa banyak orang di luar sana, yang masih diam menelan kekerasan yang mereka alami karena minimnya edukasi.
Di kota-kota besar, mungkin hak perempuan tidak lagi membicarakan ranah ruang dalam rumah, tapi sudah ranah publik seperti perempuan dalam bekerja, perempuan dalam memimpin dan lainnya. Tapi bagi kami, yang masih tersingkir dari hirarki peradaban maju dan minim edukasi, kami masih harus melawan adat bahkan orang tua jika ingin menjadi perempuan bebas yang memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Dan itulah yang dialami Mugi Diela, bertikai dengan hatinya antara membangun Sumba dan menyelamatkan jiwanya.
Melawan adat dan melawan orang tua akan selalu menjadi judul yang jelek bagi setiap anak apalagi perempuan, tapi apa itu lebih penting saat hak-hak kita sebagai manusia direnggut? Dan orang yang paling kita percaya untuk melindungi kita justru menjadi yang paling jelas menjebloskan kita dalam luka.
Mugi Diela adalah sosok yang nyata yang dituliskan kak Dian Purnomo setelah bertemu dengan Dangu yang merupakan sahabat Mugi Diela. Kisah ini benar-benar terjadi, dan mungkin hanya satu dari sekian yang sama.
Satu hal yang saya tidak temukan hingga akhir adalah, kapan tepatnya setting dalam kisah ini. Meski saya bisa menduga dari segi ceritanya ini terjadi antara 2010 hingga 2018.
Secara khusus novel ini akan meninggalkan tempat di hati saya karena dari sekian novel yang saya baca perihal perempuan, novel ini terasa begitu dekat hingga seolah saya mengenal baik siapa itu Mugi Diela. Perempuan yang dalam membuat keputusannya benar-benar gilak, membuat saya tercengang saking beraninya. Ia terasa nyata ada dalam diri saya, meski dalam kisah yang tidak begitu kompleks.
Terakhir saya rekomendasikan buku ini kepada siapapun yang ingin melihat lebih luas luka kehidupan. Terlebih kepada mereka yang masih berkata bahwa 'ah itu kan cuma kejadian satu di negara kita'. Ya mungkin akan menjadi satu, hingga suatu hari kisah itu mengetuk pintu rumahmu.
Medan, 12 September 2022.
16 notes · View notes
cocotangaje · 9 months
Text
15 Agustus 2023
Guetuh pertama kali tertarik sama sesuatu dimulai dari ketertarikan gue ke dunia fiksi. Waktu itu gue masih SMP. Suka karena novel-novelnya Tere Liye. Semua hal yang berbau sastra dan kepenulisan, gue suka. Gue nulis tiap hari; apa aja. Dimulai dari cerpen, puisi, nyampe artikel. Ketertarikan itu mendorong gue untuk terus improve. Memperbaiki dan memperindah tulisan gue degan belajar banyak mengenai strukstur kepenulisan dan KBBI. Hal itu juga yang akhirnya menjadikan nilai ujian bahasa Indonesia gue selalu bagus daripada temen-temen gue yang lain.
Ketertarikan itu terus bertahan nyampe SMA. Gue jadi penulis tetap di majalah sekolah gue, tapi keluar dari keanggotaan ekskul jurnalistiknya karena orang-orangnya nggak cocok sama gue. Setiap bulan gue ngirim 1 artikel rutin. Dari gue kelas 10 nyampe gue lulus, artikel yang gue kirim itu selalu terbit. Satu artikel dihargai 20k. Untuk ukuran anak sekolah saat itu, angka 20k lumayan banget jadi uang tambahan nabung. Jajan gue hemat. Dari hasil nulis dan nabung itu gue beliin HP baru; ASUS yang batrenya 4000mAh. Waktu itu gak banyak spesifikasi hp yang punya daya batre segede itu. Gue beli di angka 3,6.
Memasuki kuliah, kemampuan nulis gue terendus temen-temen kampus. Tapi disini gue memilih buat membunuh kemampuan itu. Karena nulis, gue banyak diteror, dikejar-kejar, dan disuruh masuk organisasi ekstra kampus. Gue berhenti nulis rutin karena gue merasa kemampuan itu membahayakan gue. Sosial media gue dipantau, bahkan temen deket gue bilang ke gue bahwa organisasi ekstra itu bikin tim yang isinya 5 orang khusus buat perhatiin sama deketin gue biar gue jadi bagian dari mereka. Gue mati-matian mengusahakan diri menjadi bodoh dan bersembunyi karena idealisme tolol gue yang mau menulis secara merdeka; tanpa ada intervensi atau sedikitpun niat busuk berorientasi pada kekuasaan.
Di pertengahan mogok nulis, gue mulai tertarik ke dunia foto dan cinematografi. Hasrat gue buat bercerita masih susah gue bendung, dan gue butuh alternatif baru sebagai pengganti kebiasaan menulis gue waktu itu. Tetariklah gue kepada dunia foto dan video yang gue nilai lebih aman bagi gue untuk menyampaikan cerita. Gue menganggap bahwa media foto dan video bersifat lebih multitafsir, tersamarkan, dan gak selugas kayak tulisan. Gue akhirnya mulai belajar segala hal yang berhubungan dengan itu; pencahayaan, angle, komposisi, scripting, nyampe editing. Gue mulai melihat industrinya juga karena dunia foto dan videografi ini deket sama kehidupan sehari-hari. Waktu itu juga youtube lagi naik-naiknya. Gue coba, ikut naik juga. Dan ternyata, keamanan gue terancam lagi. Gue masih inget dengan jelas betapa tremornya gue karena video yang gue upload rame dan dibahas setiap orang yang gue temui. Gue benci jadi terlihat dan dibicarakan, maka gue memutuskan berhenti. Tapi buat kasus ketertarikan ini gak se-ekstrim sebelumnya karena skill ini masih bisa gue jalani dan pamerkan meskipun di lingkup orang-orang yang gue kenal aja.
Gak lama setelah itu, gue mulai tertarik sama hal-hal berbau seni; musik, gambar, dan lukis. Hal-hal itu bikin gue lupa dan fokus. Waktu juga kerasa lebih lambat, gue merasa lebih gampang in the zone sama hidup. Gue mulai rutin gambar dan belajar teori-teori beserta komposisinya. 3 tahun total berkecimpung, gue udah menemukan banyak tempat bagi ilustrasi gue, khususnya di temen-temen tumblr. Waktu itu gue masih pemula banget, masih set harga murah karena minder. Bahkan gue menerima pembayaran melalui pulsa. Gue berhenti menekuninya karena ada panggilan magang di skill editing video gue ditambah waktu itu gue masuk ke masa pengerjaan skripsi. Skill ini masih gue pertahankan dan lakukan sebagai hobi.
Karena punya basic nulis, gambar, dan editing, gue mulai nyemplung di dunia sosmed tahun kemarin. Dipanggil-lah di suatu agency iklan dan media. Tapi ternyata personality gue terlalu kaku untuk membuat sebuah konten yang entertaining dan lucu. Gue lebih cocok di konten-konten edukasi yang berdaging dan telah diriset sebelumnya.
Sejak periode magang gue di agency itu selesai, gue memutuskan untuk balik ke bisnis papa dan mempelajari cara kerjanya. Waktu masih di agency, gue iri sama anak kesayangan bos yang dapet gaji tinggi karena bakatnya di coding, gaming, dan website. Mudah bagi dia dapet duit di usianya yang jauh dibawah gue. Itu juga yang membuat gue merasa; gue perlu memprioritaskan keuangan dulu sebagai tujuan hidup gue sebelum tertarik lagi ke hal-hal diluar itu.
Gue mulai tertarik ke finance dan baca banyak buku mengenai topik itu. Salahsatu yang nempelnya Rich dad poor dad sama the psycology of money. Di usia gue yang sekarang ini, gue menyadari bahwa gue perlu security yang cukup biar gue bisa survive dengan baik sebelum gue mati. Gue gak mau mengalami stress karena gak punya uang, atau rasa putus asa agar dijadikan karyawan meskipun harga diri gue di injak-injak dan gue diperlakukan seenaknya.
Skill social media dan hal-hal yang pernah gue pelajari sebelumnya masih gue pertahankan -bahkan gue perkuat melalui bootcamp karena gue masih punya rencana buat balik kerja lagi di Jakarta. Tapi sembari menunggu kesempatan itu datang, gue saat ini mulai tertarik ke dunia data. Padahal funfactnya, selama gue sekolah gue sangat benci dengan angka dan matematika. Tapi setelah gue tiap hari berhadapan dengan nota, data penjualan dan pembelian, kode dan list barang, gue semakin tertarik dengan dunia ini. Apalagi ditambah dengan motivasi mau menjadikan bisnis ini lebih baik. Gue gatel banget rasanya pengen upgrade komputer jadul microsoft XP ini ke mac, tapi terhalang karena program bisnisnya dibuat khusus cuma bisa dioperasikan di microsoft XP. Disitulah ketertarikan gue semakin kuat; gue pengen bisa bikin program sederhana buat pendataan.
Tapi gue agak ragu, apakah keputusan ini tepat? Gue nggak meragukan apakah gue bisa atau enggaknya, tapi, dengan waktu gue yang semakin sedikit, mempelajari pemrograman dan bikin program aplikasi sederhana buat input-output dan pendataan, apakah nanti sepadan dengan waktu dan tenaga yang udah gue keluarkannya?
3 notes · View notes
academicus · 10 months
Video
youtube
Di episode ini, gue ngobrol sama Puri Anindita (https://ift.tt/gRUafjh), jurnalis dan seorang ibu. Kami bertukar obrolan seputar menjadi orang tua dari sudut pandang perempuan dan laki-laki. Timestamp: 00:00 Perkenalan 01:36 Kena layoff dan menjadi jurnalis independen 06:05 Struggle sebagai new mom: self doubt 07:41 Kebingungan suami support istri, dari sudut pandang perempuan 10:21 Kebingungan suami support istri, dari sudut pandang laki-laki 12:59 Semua yang lo takutkan terjadi dan lebih berat, so brace for impact 14:30 Orang tua WAJIB membekali diri dengan edukasi 17:00 6 bulan pertama: laki-laki WAJIB HADIR 20:08 Apakah punya anak keputusan egois? 26:37 Closing Dengarkan juga obrolan kami di Podcast Mencoba Minimalis https://ift.tt/P0vQpeJ Edited by https://ift.tt/p8RMXTt Produced by https://ift.tt/6QpkK3w ---- Dengarkan juga Podcast Subjective di Spotify https://bit.ly/podcastsubjective Instagram https://ift.tt/Bygm0fX Linkedin https://ift.tt/cM2nkBq Twitter https://www.twitter.com/iqbalhape Kontak [email protected] by Iqbal Hariadi
3 notes · View notes
noerzeinhidayati · 11 months
Text
Jurnal Program Lanjutan Manajemen Waktu Produktif
Tumblr media
Jika menilik kondisiku tentang waktu, ini cukup dinamis dan belum stabil. Ada kira-kira waktu dimana aku cukup bahkan sangat produktif dan ada di antaranya juga malas bahkan sangat malas. Dan aku sering mempelajari diriku sendiri mengapa begini dan begitu, menelusuri apa yang salah dan perlu diperbaiki, lalu mencoba mengatur waktu dengan baik. Kadang kala berhasil kadang kala gagal, begitu terus up and down.
Ternyata sumber utamanya hanya 1, apa yang membuatku malas dan tidak produktif berkepanjangan yaitu main gadget, entah untuk scrolling sosmed, main game, ataupun nonton film.
Tapi aku menyadari aku tak mau terus begini, tak ada hal yang benar-benar urgent harus ku luangkan terlalu banyak di depan gadget sekalipun itu salah satu kebutuhan pokok orang modern.
Aku bermimpi pada masa-masa hidupku aku akan menua dengan kebermanfaatan, sehat jiwa raga, terus berbagi, tambah khusuk dalam shalat, bibir selalu basah dengan dzikir dan shalawat, dan bisa berkhalwat dengan kalamNya lebih dalam dan lama, berkebun, bertani, berternak, bermain bersama anak-anak, menyediakan banyak masakan lezat untuk keluarga atau mereka yang datang ke rumah, selalu menjadi kerinduan pulang oleh suami dan anak-anakku.
1. Manajemen waktu yang cocok untukku.
Tumblr media
Setelah kutelusuri ternyata aku adalah orang yang spontan. Sehingga yang kubutuhkan adalah Teknik Manajemen waktu ala Eisenhower Matrix dan Ivy Lee Method, yaitu dengan memilah skala prioritas. Bagian not urgent dan not important seperti terlalu lama main gadget itu bisa kuhapus. Tapi aku juga tipe orang yang bergerak berdasarkan dorongan intuisi. "Mood" nya sekarang lagi apa itulah yang kukerjakan. Asal tak terdistrak oleh gadget semuanya akan berjalan lancar. Sehingga Ive Lee Methods akan sangat membantuku agar tidak beranjak dulu sebelum selesai.
Tumblr media
2. Mengapa harus memperbaiki manajemen waktu?
Tak lain adalah agar mimpiku, diri idealku, seperti yang ku uraikan di atas bisa tercapai. Mimpiku...
Jatah usia semakin berkurang, keinginan hati adalah terus bisa berbuat baik, berbuat manfaat, dan memperbaiki hubungan dengan Allah.
Goals akhir tahun:
1. Shalat lebih khusuk.
2. Berdzikir lebih banyak.
3. Membaca Al-Qur'an dan membaca buku/kitab lebih banyak.
4. Aktivitas fisik (berkebun, beberes, bermain sambil edukasi, memasak, dst) lebih banyak
5. Income meningkat
3. Kegiatan yang menunjang dalam Peran-peranku
Tumblr media
3 notes · View notes