Tumgik
anti-peluru · 1 year
Text
“I would like to be known as an intelligent woman, a courageous woman, a loving woman, a woman who teaches by being.”
— Maya Angelou
37K notes · View notes
anti-peluru · 1 year
Text
Tumblr media
270 notes · View notes
anti-peluru · 1 year
Text
Anehnya, kita tiba-tiba jatuh cinta saja. Tanpa tau kapan dan bagaimana kita memulainya.
6 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Nanti kalau kamu datang lagi, saya minta maaf karena tak lagi bersedia mengambil kursi. Kamu duduk saja sendiri, di lantai atau bahkan di tepi almari. Saya (akan berusaha untuk) tak peduli.
Kamu perlu tahu bahwa saya cukup merasa sakit hati, ketika kamu tiba-tiba pergi. Maka jangan bilang maaf seenaknya dan kembali. Tak ada lagi bagian untukmu di sini.
Saya tak akan begini, kalau kamu tak pernah berjanji. Tak usah coba pulang kemari. Jangan pernah lagi menghampiri. Saya sudah tak sudi. Walau sebenarnya, masih sangat dalam mencintai.
13 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Mas. In your next relationship, don't you ever dare to make her worry about anything.
Mas. In your next relationship, please don't let her feel what i felt.
Make sure she's happy.
22 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Ada hati yang ku jaga agar tak jatuh. Namun saat melihatmu, seringnya ia tak patuh.
12 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
A lot of things happened this year, and I'm so glad that you didn't give up.
10 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Semoga Allah mempermudah segala hal dalam hidup. Semoga Allah beri kekuatan dan kebahagiaan yang luas dalam melaluinya 🙏🏻
Pertolongan Allah di Puncak Kebuntuan
“Bukankah Allah yang memperkenankan do’a orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan, dan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi…” [QS.27 (An Naml) : 62]
Abu Mi'laq, nama kunyah lelaki itu, seorang sahabat dari kalangan Anshar, demikian Anas bin Malik meriwayatkan. Kisahnya terdapat di bagian awal Kitab al-Mustaghiitsiina bi-llaah ‘inda al-Muhimmaat wa al-Haajaat karya Ibnu Basykuwaal (w. 578 H) dan terdapat juga di kitab Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H).
Abu Mi'laq dikenal sebagai ahli ibadah yang wara’ (amat menjaga diri tak hanya dari perkara yang diharamkan tapi juga dari perkara syubhat). Profesi utamanya sebagai seorang pedagang mau tak mau mengharuskannya sering pergi ke luar kota.
Suatu ketika na'as menimpa, dalam perjalanannya ia dibegal. Dan saat itu posisinya benar-benar tersudut, ia seorang diri. Dalam kondisi tak siap melawan, sang pembegal telah menyorongkan pedang ke arahnya. Sadar bahwa dengan posisi itu sulit baginya untuk membela diri, maka Abu Mi'laq mencoba bernegosiasi. Kepada sang pembegal Abu Mi'laq mengatakan, “Jika yang kau inginkan hartaku, maka ambillah. Dan biarkan aku pergi.”
Namun rupanya tawarannya sama sekali tak berarti di mata pembegal yang berdarah dingin itu. Sang Pembegal tak mau ambil resiko, prinsipnya adalah merampas harta lalu menghilangkan nyawa korbannya.
“Kau kira aku akan membiarkanmu tetap hidup begitu saja? Oh, jangan harap. Melepaskan mangsa bagiku berarti membuka pintu petaka. Bersiaplah untuk kematianmu”
“Baiklah, kalau memang itu maumu. Tapi sebelum kau membunuhku, izinkanlah aku menunaikan shalat untuk yang terakhir kali.” Ucap Abu Mi'laq kembali mencoba bernegosiasi.
Mendengar permintaan Abu Mi'laq si pembegal tertawa terbahak-bahak. Tingkahnya pun makin pongah dan congkak.
“Hahahaha! baru kali ini ada orang yang masih saja percaya Tuhan padahal nyawa sudah di ujung pedang. Kau kira dengan shalat, Tuhanmu akan menyelamatkanmu?!.
Tidakkah kau lihat bahwa tak ada siapa pun di tempat ini selain kau dan aku?. Hah?!
Tapi baiklah, ku izinkan kau shalat untuk terakhir kali. Setelah itu kita buktikan apakah Tuhanmu akan datang menyelamatkanmu atau tidak? Hahahaha! ”
Abu Mi'laq merasa sedikit lega karena Allah telah melunakkan hati sang pembegal sehingga akhirnya memberikan izin baginya untuk menunaikan shalat. Sebab ia meyakini betul bahwa shalat adalah solusi, terlebih di saat sudah tak ada lagi jalan keluar yang bisa ia dapati. Sebagaimana keteladanan yang ia lihat langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap kali beliau menghadapi masalah.
Abu Mi'laq pun tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Segera ia tunaikan shalat 4 rakaat dengan sepenuh khusyu’.
Bukan, bukan karena ia yakin bahwa setelah shalat ia tunaikan ia pasti akan mati di tangan pembegal. Tapi karena ia yang dikenal sebagai seorang ‘abid (ahli ibadah) telah terbiasa mengamalkan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiap kali dirinya hendak mendirikan shalat.
Apa bunyi haditsnya?
عن أبي أيوب رضي الله عنه قال: جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم، فقال:يا رسول الله، علمني وأوجز، قال: “إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ…”
(رواه أحمد وابن ماجه)
“Dari Ayyub radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata: wahai Rasulullah, ajarkanlah aku sesuatu yang utama namun ringkas. Nabi bersabda, ‘Apabila engkau mendirikan shalat maka shalatlah seolah-olah engkau shalat yang terakhir kali,..’” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Ada pun dalam hati Abu Mi'laq telah tertanam keyakinan, bahwa apa pun takdir yang Allah tetapkan atas dirinya, itulah takdir terbaik baginya. Jika memang Allah takdirkan ia mati di tangan pembegal, maka ia berharap Allah mencatatnya mati dalam keadaan syahid. Sebaliknya, jika Allah berkenan menyelamatkannya dari kematian, maka ia percaya bahwa hal itu sangatlah mudah bagi Allah jika Allah berkehendak.
Di titik itu, hilanglah segala ketakutan & kekhawatiran, yang ada hanyalah berusaha bagaimana mempersembahkan shalat yang terbaik di hadapan Allah, shalat yang khusyu’, yang terhubung ke langit, sehingga do'a-do'anya pun terdengar kala do'a-do'a itu melangit.
Maka kemudian kita dapati di antara para ulama ada yang ketika mereka menjadi imam shalat, selain mengingatkan para jama'ah untuk meluruskan shaf, ada juga yang menambah dengan ucapan,
صلوا صلاة المودع
“Shalatlah seolah-olah ini adalah shalat yang terakhir kali.”
Hal tersebut merujuk pada hadits Nabi sebagaimana telah diuraikan di atas tadi. Dengan harapan agar shalat yang didirikan dapat ditunaikan secara khusyu’. Sebab shalat yang ditunaikan dengan hati yang khusyu’ akan membuka pintu-pintu pertolongan Allah. Sebagaimana firman-Nya,
{واستعينوا بالصبر والصلاة وإنها لكبيرة إلا على الخاشعين (45) الذين يظنون أنهم ملاقو ربهم وأنهم إليه راجعون (46)} [البقرة : 45-46]
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, yaitu mereka yang yakin bahwasanya mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” [QS.2 (Al Baqarah) : 45-46]
Kembali lagi ke kisahnya Abu Mi'laq. Setelah membaca Al Fatihah, Abu Mi'laq kemudian membaca Ayat ke 62 dari Surat An Naml. Dibacanya ayat itu dengan segenap penghayatan dan sepenuh hati, hingga tanpa sadar air matanya menetes di pipi.
{أمن يجيب المضطر إذا دعاه ويكشف السوء ويجعلكم خلفاء الأرض أإله مع الله قليلا ما تذكرون} [النمل : 62]
“Bukankah Allah yang memperkenankan do’a orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan, dan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Adakah Tuhan yang lain di sisi Allah? Alangkah sedikitnya kamu mengingat Allah..” [QS.27 (An Naml) : 62]
Di sujud terakhir, dalam hati ia panjatkan do'a sepenuh keyakinan,
يا ودود، يا ذا العرش المجيد، يا فعال لما يريد، أسئلك بعزتك التي لا ترام وملكك الذي لا يضام وبنورك الذي ملأ أركان عرشك أن تكفيني شر هذا اللص، يا مغيث أغثني ، يا مغيث أغثني ، يا مغيث أغثني
“Wahai Tuhan Yang Maha Mencintai! Tuhan Pemilik singgasana yang agung! Tuhan yang melakukan apa saja yang Dia kehendaki. Aku memohon dengan keagungan-Mu yang tidak dapat digapai manusia, dengan kerajaan-Mu yang amat luas, dan dengan cahaya-Mu yang menerangi seluruh tiang singgasana-Mu, agar Engkau menjauhkan aku dari kejahatan pencuri ini. Wahai Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku. Wahai Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku. Wahai Tuhan Yang Maha Penolong, tolonglah aku.”
Usai sholat ditunaikan, dan sang pembegal yang telah menunggunya bersiap hendak mengayunkan pedang ke arahnya, tiba-tiba muncullah sesosok ksatria berkuda yang bersenjatakan tombak dengan secepat kilat menikam sang pembegal hingga tewas seketika.
Setelah itu, sosok tersebut menghampiri Abu Mi’laq dan berkata, “Bangunlah!, engkau sudah aman sekarang”. Dengan dipenuhi rasa syukur kepada Allah juga rasa penasaran terhadap sosok ksatria tersebut, Abu Mi’laq kemudian berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menolongku lewat perantara Anda. Demi ayah dan ibuku, bolehkan aku tahu siapakah gerangan Anda dan dari mana Anda berasal? ”
“Aku adalah malaikat yang jadi bagian dari penduduk langit keempat. Ketika kali pertama engkau berdoa dengan doamu tadi, aku mendengar pintu-pintu langit berderit-derit. Saat kali kedua engkau mengulang doamu, aku mendengar kegaduhan para penghuni langit. Manakala engkau mengulangi do’amu untuk yang ketiga kalinya, dikatakan kepadaku, itu adalah doa orang yang sedang kesusahan dan ditimpa penderitaan. Lalu, Aku memohon kepada Allah untuk mengutusku menolong orang yang do’anya telah menggetarkan pintu-pintu langit itu”
Kemudian ia melanjutkan, “Berbahagialah dan ketahuilah, siapa saja yang berwudhu dan shalat empat rakaat dengan khusyu’, lalu bermunajat kepada Allah, entah itu dengan doa tadi ataupun doa yang lain dengan sepenuh yakin, niscaya do’anya Allah kabulkan, baik yang bersangkutan sedang mengalami penderitaan maupun tidak”.
——
Di antara hikmah yang bisa kita ambil dari kisah di atas adalah jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah sebuntu apa pun kondisinya. Sabarlah dalam menerima ujian & cobaan yang Allah tetapkan dengan hati yang penuh keridhaan, lalu dirikanlah shalat sepenuh khusyu’, dan berdo'alah dengan hati yang yakin bahwa Allah kuasa mengabulkan sesuatu yang bahkan terlihat sudah tak mungkin.
Allahu a’lam bisshawab.
Ukhtukum fillah.
67 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Tuhan, hidup terasa seperti roller coaster. Dan saya, merasa sangat lelah karena sudah dalam waktu yang cukup lama berada di bawah.
13 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Kelak kalau kamu jatuh cinta lagi, saya berdoa pada Tuhan semoga kamu dijatuh cinta kan dengan seseorang yang akan menyambutmu dengan bahagia.
130 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Mas, bukan saya orangnya.
17 notes · View notes
anti-peluru · 2 years
Text
Sulit ya menemukan saya? Sampai-sampai hari ini pun belum ada tanda-tanda bahwa Mas akan datang menyapa. Tak apa, ambil waktu Mas sebanyak-banyaknya untuk berkelana. Nanti di satu saat yang tepat menurut Tuhan, kita pasti akan dipertemukan juga.
Saya tak memaksa Mas untuk hadir segera, tapi ya kalau bisa jangan lama-lama. Hati-hati, saya tunggu ya. Saya bantu kok, lewat doa.
28 notes · View notes
anti-peluru · 3 years
Text
“You deserve something you don’t have to question. You deserve someone who is sure of you.”
— r.h. Sin
820 notes · View notes
anti-peluru · 3 years
Text
You don't deserve someone who let you sleep late at night thinking why you weren't enough.
20 notes · View notes
anti-peluru · 3 years
Text
Ada yang coba ku tepis dalam sepi pagi Sabtu, namun sekarang ada yang ingin sekali ku dekap dalam hujan malam Minggu.
Yang pertama rindu, yang kedua kamu.
30 notes · View notes
anti-peluru · 3 years
Text
Senja mendadak diam kali ini, melihat kau yang tiba-tiba berkata tak ingin bersamaku lagi. Seluruh duniaku runtuh, bulir bening dari mataku jatuh. Aku melihat kau di ujung jingga, bersatu dengan pedihnya luka. Tanganmu masih kugenggam, walau cintamu serasa tlah lama padam. Lalu aku bertanya padamu sekali lagi, "kenapa memilih pergi?". Kau masih terdiam, padahal langit sebentar lagi malam. Kau memelukku erat, menyatu denganku tanpa sekat. "Jaga dirimu baik-baik", katamu lalu berbalik. Aku memandangmu dari kejauhan, dengan sakit yg tak berkesudahan. Rasanya baru kemarin kita memulai, alih-alih hari ini kita selesai.
38 notes · View notes
anti-peluru · 3 years
Text
Caffein won't make me stay up all night,
but missing you did.
88 notes · View notes