Tumgik
andinafisyah · 9 months
Text
💕
Begitu lucunya ya kita—manusia. Seringkali disibukkan dengan isi kepalanya sendiri, sibuk menggeledah kemungkinan-kemungkinan pada hal-hal yang sebenarnya belum pasti terjadi.
Pikiran kita terbang ke sana kemari, menggumamkan gumaman "kalau nanti" yang seakan-akan skenario itu pasti akan dialami. Padahal yang dipikirkan itu pun belum sama sekali terjadi. Aneh sekali.
Lalu kita kesal, marah, bingung, lelah hanya karena membayangkan hasil fantasi skenario pikiran yang kita buat-buat. Lucu. Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita disibukkan oleh kekhawatiran?
Mau sampai kapan sebenanya kita, membiarkan pikiran kita diramaikan oleh ketakutan?
Mau sampai kapan sebenarnya kita, membiarkan pikiran kita dijejali oleh rasa keputus asaan?
Dan mau sampai kapan sebenarnya kita, melupakan Allah yang dengan kemahaanNya mudah sekali memberikan ketenangan? Mengatur kepastian. Memberikan jawaban.
Sibuk sekali ya kita menyusahkan diri. Padahal tak pernah-pernah Allah suruh kita mengurusnya sendiri.
Berhentilah membuat banyak rekaan kejadian di kepala. Bukan sebuah tugas untuk kita meraba-raba kepastianNya. Karena sejatinya kita tak mungkin bisa mengatur kejadian di masa depan.
Maka, hiduplah di atas keyakinan bahwa Allah adalah sebaik-baik perencana. Sebaik-baik yang menetapkan ketetapan. Dan segala apa yang ditetapkanNya adalah hal yang terbaik untuk kita dapatkan.
562 notes · View notes
andinafisyah · 2 years
Text
“Jika salah satu dari kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sampai shalat dua rakaat.”
(HR. imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam Abu Daud, imam At-Tirmidzi, imam An-Nasai, dan imam Ibnu Majah dari sahabat Abu Qatadah.)
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
27 notes · View notes
andinafisyah · 2 years
Text
You decide....
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
25 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Note
Kak seringkali kita jadi toxic tanpa sadar. Misalnya temen cerita tapi malah ngasih tanggapan sarkas yang bikin mereka makin down. Udah pelan-pelan nyoba berubah tapi belum berhasil juga. Ada saran gimana stop toxic ke orang lain?
Halo anon👋😄
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hndaklah dia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Pertama-tama, mungkin coba dimulai dari setiap temannya cerita, dengarkan aja dulu. Bisa ditanggapi dengan "hmm" atau "oh gitu" atau berbagai macam respon pendek yang tidak membuat temanmu menghentikan ceritanya. Terkadang orang curhat ke kita karena mereka ingin meluapkan perasaan yang udah lama terpendam. Kalau udah dengar semua ceritanya, walaupun menurut kamu itu hal sepele, hargai! Apresiasi mereka yang udah mau menceritakan hal itu kepadamu. Belum tentu dia mau cerita hal itu ke banyak orang kan!?
Kemudian, fokus pada permasalahannya bukan membandingkannya dengan yang lain ataupun dirimu.
"Ahh.. Gitu doang.. Aku dulu pernah lebih parah tapi baik-baik aja tuh". Kalau respon begini, temanmu pasti down karena kamu terkesan meremehkannya.
Lebih baik respon, "Oh jadi inti dari permasalahannya, kamu merasa... bgini begitu.. ", dimana ini tanda kamu paham masalahnya dan tidak merendahkannya.
Dan yang paling penting, kalau kamu merasa kata-katamu mungkin akan melukai hati orang lain, lebih baik diam. Karena kita nantinya lebih banyak menyesali perkataan kita dibanding menyesali diamnya kita.
Terakhir, sebagai dalil penutup;
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”
[Al-Hujurat : 12]
22 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
"Tidur bareng pacar itu udah BIASA"
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لَمْ تَظْهَرْ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوْا بِهَا إِلَّا فَشَا فِيْهِمْ الطَّاعُوْنُ وَالْأَوْجَاعُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ قَدْ مَضَتْ فِي أَسْلَافِهِمْ الَّذِيْنَ مَضَوْا… الحديث
”Tidaklah nampak perbuatan keji (zina) di suatu kaum, sehingga dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.”
(HR. Ibnu Majah (2/1332 no 4019), dan al-Hakim (no. 8623) dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam ash-Shahihah no. 106).
Zaman sekarang, sudah banyak yang tidak malu lagi membeberkan secara tersirat ataupun terang-terangan bahwa mereka "tidur" dengan lawan jenis tanpa ikatan pernikahan.
Ditegur?
Mereka jawab, “Hidup gue ya terserah gue! Urus hidup lu sendiri”.
Meanwhile....
"Kalimat yang paling Allah benci, seseorang menasehati temannya, 'Bertaqwalah kepada Allah', namun dia menjawab: 'Urus saja dirimu sendiri'."
(Hadis riwayat Baihaqi dalam Syu'abul Iman, An Nasai dalam Amal Al Yaum wa Al Lailah, dishahihkan Al Albani dalam As Shahihah).
Padahal musibah-musibah yang ditimbulkan dari perbuatan zina (apalagi yang terang-terangan) juga bisa menimpa orang-orang yang tidak melakukannya.
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
”Dan takutlah kalian pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja diantara kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksanya." (QS. Al-Anfaal: 25)
Tafsir Surah Al-Anfaal: 25
"Yakni, berhati-hatilah kalian –wahai orang-orang yang beriman- adanya cobaan yang boleh jadi bakal menimpa orang yang buruk dan yang lainnya , yang tidak khusus menimpa orang-orang yang melakukan kemaksiatan dan orang orang yang secara langsung melakukan perbuatan dosa, bahkan boleh jadi bakal menimpa orang-orang yang shalih (baik) yang berada di tengah-tengah mereka, jika orang-orang yang baik tersebut mampu melakukan pengingkaran namun tidak melakukan pengingkaran terhadap orang-orang yang berbuat zhalim tersebut, dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya terhadap orang-orang yang menyelisihi perintah dan laranganNya." (Tafsir al-Muyassar, 3/193)
Jangan sampai kita merasa tenang-tenang saja saat sering melakukan dosa besar. Seharusnya kita CURIGA dengan kenyaman hidup yang dinaungi kemaksiatan.
Korupsi tapi hidup makin tentram, durhaka ke orang tua tapi pemasukan makin lancar, sering berzina tapi tubuh tetap sehat, semuanya terasa semakin mudah, tanpa tahu bahwa Allah membiarkannya bahagia di dunia saja (Istidraj)...
Na’udzubillah
58 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
Segala puji bagi Allah, yang senantiasa memberikan banyak nikmat, walau kita lebih sering tak mensyukurinya.
Segala puji bagi Allah, yang senantiasa memberikan banyak kebutuhan yang tidak pernah kita pinta, walau kita lebih sering mengabaikannya—setiap harinya.
Segala puji bagi Allah, Rabb yang sedari awal tak pernah meninggalkan, yang telah hujankan kita dengan ragam kenikmatan, walau... kita baru tersadar kala kita kehilangannya.
Lagi-lagi telak kita ditampar realita, jika kita memang tak memiliki daya upaya. Semua hal yang kita anggap jaya, ternyata hanya kamuflase dari fananya keperkasaan kita.
Sepertinya memang sudah terlalu lama kita lalai, terlelap di atas pemberianNya yang tidak pernah kita ganjar dengan kesyukuran.
Sudah terlalu lama sepertinya kita abai, termabukkan di dalam kehebatan yang ternyata hanyalah tipu daya setan.
Maka, semoga kedustaan kita atas nikmatNya segera berakhir. Semoga puji syukur kita mengalir tak henti atas segala apa yang telah Allah beri.
Segala puji bagi Engkau ya Rabb, yang masih menyelamatkan dan masih berikan kesempatan. Ampuni diri kami yang lebih sering mengingkari semua ini.
205 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
Tumblr media Tumblr media
109K notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
Berhati-hatilah dalam berinteraksi dengan manusia. :))
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
64 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
“The hardest thing about changing yourself is changing how other people see you.”
— (via amargedom)
16K notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
Ruang yang orang lain berikan kepada kita, bisa jadi berbeda dengan ruang yang kita berikan kepada orang lain.
Kita mungkin mempersilahkan dia masuk ke dalam ruang tamu kita. Menyambutnya dan menjamunya. Namun, bisa jadi dia mempersilahkan kita hanya berdiri di teras rumahnya saja. Menutup pintu, lalu memberikan salam secukupnya.
Sebagian kita mungkin bersedih atau mungkin kecewa, karena dia tidak memberikan ruang yang sama dengan apa yang kita berikan kepadanya. Ada perasaan tidak adil atau tidak dihargai atas segala ruang serta fasilitas yang selama ini mungkin sudah kita beri.
Tetapi, sebenarnya setiap kita memang memiliki hak untuk menempatkan seseorang ke dalam ruang-ruang yang kita inginkan di dalam hidup kita. Mau menempatkan seseorang di ruang tamu atau di dapur, kita bebas untuk menentukan. We own the rules at our home.
Hanya saja, perlu kita ingat. Toleransi dan keterbukaan seseorang pada setiap ruang yang ia berikan kepada orang lain itu berbeda-beda. Ruang tamu kita dan ruang tamu dia tak sama. Siapa yang boleh masuk dan siapa yang tidak, pastinya berbeda. Cara kita memperlakukan seseorang di ruang itu pun tak sama.
Kita bahkan tidak bisa mengontrol atau meminta seseorang untuk menempatkan kita pada ruang tertentu di hidupnya.
Karenanya, kita musti peka mengenai posisi kita di ruang orang lain. Dan kita mustinya juga waras serta berhati-hati tentang memposisikan orang lain di dalam ruang yang kita miliki.
Ekspektasi dan harapan mungkin jadi satu bagian yang penting untuk dikondisikan baik ketika kita menjadi pemilik ruang, maupun ketika kita menjadi penghuni sebuah ruang.
Begitulah salah satu niscaya dalam kehidupan. Tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Semoga terkarunia hati yang selalu terbuka lapang.
511 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
"Bila engkau dibenci karena kebenaran, itu adalah anugerah. Tapi, bila engkau dibenci karena akhlak, itu adalah musibah."
-Ustadz Syafiq Riza Basalamah, MA.
67 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
Bekal Hadiah
Sudah terlewati tahunnya, namun sepertinya tak mengapa jika harus mengulangi kembali pertanyaannya; 
apa hadiah 2020 untuk dirimu?
Kalau diingat-ingat, mungkin lebih banyak hal yang rasanya tak perlu diingat. Rencana yang gagal, tujuan yang tak sampai, capaian yang tak berhasil, kehilangan… Mungkin itu cukup menjadi penanda bahwa takdir telah menjawab semua.
Belum lagi kisah para kerabat yang selama pandeminya mengukir capaian, menuntaskan banyak hal, hingga membuat diri serasa telah jauh tertinggal.
Berjibaku dengan keadaan, dibanding-bandingkan, sambil terus berusaha waras untuk tetap bisa berjalan… Masihkah perlu bertanya apa hadiah yang telah didapatkan?
Mungkin hadiah kita memang berbeda-beda bentuknya. Tak mengapa, karena dari banyak hal yang diterima, ada satu hadiah yang bisa jadi kita luput tuk mensyukurinya bersama, yaitu kedekatan kita padaNya.
Sungguh rasanya begitu malu ketika menyadari, mengapa diri terlalu buta untuk membandingkan segalanya dari apa yang dipandang oleh mata. 
Terlampau mengukur kehidupan dari capaian keduniaan, padahal jika tak menambah ketaqwaan, sepertinya lebih layak disebut kerugian.
Mungkin karenanya Allah berikan sayang. Andai semua rencana—capaian kemarin Allah kabulkan, bisa jadi kita kehilangan taqwa yang harusnya menjadi dambaan.
Maka, pantasnya lagi-lagi syukur itu kita tumbuhkan.
Dari begitu banyak hal yang kita rasakan, ingatlah bahwa hadiah terbesar seorang muslim adalah keimanan.
Mampu melewati tahun penuh ujian, lalu menemui tahun yang baru dengan kekhawatiran, sungguh hanya yang menggegam iman yang akan tenang di perjalanan, bukan?
Karenanya, kedekatan kita padaNya tidak bisa dibilang sekedar “hanya”.
Ialah hadiah istimewa. Bagaimana cara Allah menjaga, merawat, hingga membawa kita semakin dekat denganNya.
Ketika di tengah kondisi kemarin—hingga hari ini sebagian mungkin diselimuti keputus asaan, bukankah mendekat kepadaNya adalah sebuah jawaban?
Maka inilah kita, hamba yang seringnya lupa jika Allah selalu membersamai kita. Tetapi nyatanya Allah masih begitu sayang, hingga tetap berikan kesempatan yang bahkan tidak semua orang mampu rasakan.
Semoga tawakkal yang tumbuh di tahun lalu, tetap terjaga selalu. Semoga hati yang menunduk, raga yang bersimpuh, dan penghambaan yang tulus itu, tetap ada di hatimu.
Mumpung langkah masih belum terlalu jauh, jangan lupa jadikan keridhaanNya menjadi tempat kita berlabuh. Sukses kita ukurannya taqwa. Pastikan nanti sesampainya kita di tujuan akan menambah ketaqwaan.
Kemarin kita telah belajar dan semua telah terbekal. Saatnya kini mengarahkan layar, menuju sesuatu yang lebih besar. 
100 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
Pada momentum ketika kita berada di ambang hal-hal buruk, ingatlah bahwa kita selalu punya kesempatan untuk tidak melangkah.
Sekali lagi. Kita selalu punya kesempatan untuk tidak melangkah. 
Ketika kita merasa sebenarnya aktivitas kita ini tidak dibenarkan olehNya, maka itulah kesempatan untuk kita berhenti untuk tidak melangkah lagi, bukan?
Ketika kita tersadar, dihadapkan pada hal yang sama yang pernah kita lakukan sebelumnya dan kita telah menyesal karenanya, bukankah itu kesempatan bagi kita untuk tidak lagi mengulanginya?
Ketika kita mulai merasa ada hal buruk yang mengganggu, ada perilaku tidak baik yang mendekat, namun kita malah santai—abai dan membiarkannya, bukankah kita sebenarnya punya kesempatan untuk tegas menjauh dan pergi meninggalkannya?
Kawan… Ingatlah jika “rasa” itu adalah tanda cinta dariNya. Allah masih begitu sayang dengan kita dan nggak semua orang diberikan perasaan itu. Rasa kesadaran akan perkara-perkara buruk itu saaangat mahal. Itulah satu diantara tanda jika hidayahNya masih ada untuk kita. 
Selagi Allah masih memberikan petunjukNya, masih memberikan sensitivitas itu kepada hati kita, maka rawatlah ia dengan sebaik-baiknya. Jangan pernah meremehkan bahwa kita mampu untuk menanggulangi—melawannya sendiri. Tidak. Sungguh, tidak. Kita tanpaNya tiada apa-apa.
Lalu, ketika Allah telah memberikanmu sebuah isyarat, namun kamu masih tetap melangkah melakukannya, sudah siapkah dirimu bertanggung jawab atas akibat setelahnya?
Ya Allah, tunjukanlah kami yang haq (benar) itu haq dan karuniakan kami kemampuan untuk mengikutinya, dan tunjukanlah kami yang batil itu batil dan berikanlah kami kekuatan untuk menjauhinya. 
336 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
... bagi Allah
Sulit bagimu. Mudah bagi Allah. Tidak mungkin bagimu. Sangat mungkin bagi Allah. Baik bagimu. Belum tentu bagi Allah. Ikhlas rasamu. Tiada apapun bagi Allah. Pahala menurutmu. Mungkin tidak bagi Allah. Cinta katamu. Bisa jadi dusta bagi Allah.
Apalah semua makna bagi kita, tetapi ternyata tidak memiliki makna bagi Allah? Karena bahagia itu, bukan tentang bahagianya kita. Tetapi tentang bahagianya Allah atas kita, tentang keridhoanNya.
Jadi, masihkah makna la haula wala quwwata illa billah berarti untuk kita?
359 notes · View notes
andinafisyah · 3 years
Text
“Jika kamu ingin mengetahui kedudukan dirimu di sisi Allah, maka lihatlah bagaimana kedudukan Allah di hatimu.”
— Ibn Athaillah
603 notes · View notes
andinafisyah · 4 years
Text
“You can only get married, when Allah wants you to, and you can only marry, when Allah bless it for you. No matter how hard you try or how many proposals come, it will only happen when Allah wills”
— So, trust Allah! 
456 notes · View notes
andinafisyah · 4 years
Text
Oh Allah,
When my lips no longer know what to ask for in prayer, please hear my heart.
Sometimes, it just can't be described in words..
439 notes · View notes