Tumgik
#tembang gamelan jawa
maestromediacoid · 2 years
Text
Lir Ilir Instrumental Musik | Digital Mantra
Lir Ilir Instrumental Musik | Digital Mantra
Tembang Lir Ilir Instrumental Jawa Cipt. Sunan Kalijaga Arr. Digital Mantra Ilir-ilir lir-ilir, tandure wus sumilir Tak ijo royo-royo, tak sengguh penganten anyar Cah angon cah angon, penekna blimbing kuwi Lunyu-lunyu ya penekna, kanggo mbasuh dodot ira Dodot ira dodot ira, kumitir bedah ing pinggir Dondomana jlumatana, kanggo seba mengko sore Mumpung padhang rembulane Mumpung jembar kalangane Yo…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kbanews · 5 months
Text
Impian Perubahan AMIN di Pulau Mistis Ular Berkepala Wanita
JAKARTA | KBA – Konon, akar pohon bisa berubah menjadi ular. Pun, pada malam-malam tertentu, kerap terdengar lamat-lamat alunan gamelan jawa dari perbukitan. Gamelan ini mengiringi tembang-tembang yang dialunkan oleh suara wanita. Beberapa pria diceritakan hilang tak tentu rimba setelah mendatangi bukit karena kepincut oleh suara ‘gurih nan mendebarkan’ dari si pesinden. Inilah kisah-kisah mistis…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
produsenbajumuslim · 10 months
Text
Kekayaan Kesenian Indonesia: Maha Karya Budaya yang Tak Tergantikan
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan warisan seni yang luar biasa. Dari sabang sampai merauke, setiap daerah memiliki kekayaan seni tradisional yang unik dan memikat. Kesenian Indonesia mencakup berbagai bentuk ekspresi seperti tari, musik, seni rupa, dan sastra. Artikel ini akan mengulas beberapa bentuk kesenian yang luar biasa yang ada di Indonesia.
Tari Tradisional:
Indonesia memiliki beragam tari tradisional yang menampilkan keindahan gerakan, kostum, dan cerita yang mendalam. Contoh-contoh tari tradisional termasuk tari kecak dari Bali, tari saman dari Aceh, tari piring dari Minangkabau, dan tari tor-tor dari Batak.
Seni Rupa:
Seni rupa Indonesia mengambil inspirasi dari alam, agama, dan kehidupan sehari-hari. Seni ukir, seni patung, dan seni anyaman adalah beberapa bentuk seni rupa tradisional yang menarik. Batik, sebuah bentuk seni rupa tekstil, juga memiliki tempat istimewa dalam budaya Indonesia.
Wayang Kulit:
Wayang kulit adalah bentuk seni pertunjukan tradisional yang digunakan untuk menceritakan kisah epik dan mitologi. Wayang kulit menggunakan boneka kulit yang dipantulkan cahaya, sementara dalang menggerakkan boneka-boneka tersebut sambil bercerita.
Seni Musik Tradisional:
Dari suara gamelan Jawa yang khas hingga keunikan alat musik tradisional seperti sasando dari Nusa Tenggara Timur, seni musik tradisional Indonesia sangatlah beragam. Musik tradisional sering dimainkan dalam berbagai acara adat dan upacara keagamaan.
Sastra Tradisional:
Sastra tradisional Indonesia mencakup legenda, mitos, dongeng, dan syair-syair yang diperdengarkan oleh nenek moyang. Contohnya adalah cerita Ramayana dan Mahabharata dalam bentuk pupuh (gaya sastra Bali), serta hikayat dan tembang (gaya sastra Jawa).
Seni Pertunjukan Modern:
Selain warisan budaya tradisional, Indonesia juga memiliki seni pertunjukan modern yang berkembang pesat. Teater, musik pop, film, dan seni digital semakin memainkan peran dalam memperkaya ekspresi budaya.
Pentingnya Pemeliharaan Kesenian:
Kesenian Indonesia bukan hanya sekadar hiburan atau seni visual semata, tetapi juga cerminan dari identitas, sejarah, dan nilai-nilai budaya masyarakat. Pemeliharaan dan promosi kesenian sangatlah penting untuk memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup dan relevan bagi generasi mendatang.
Peran Pendidikan dalam Mempertahankan Kesenian:
Pendidikan memainkan peran penting dalam memastikan kesenian Indonesia terus berkembang dan dihargai. Pembelajaran tentang seni tradisional dan modern di sekolah serta lembaga pendidikan formal dan informal dapat membantu memperkenalkan dan melestarikan kesenian kepada generasi muda.
Kesenian Indonesia adalah harta yang tak ternilai, mengandung cerita-cerita lama, kearifan lokal, dan ekspresi budaya yang mendalam. Dari sabang sampai merauke, kesenian memainkan peran penting dalam membentuk identitas nasional dan merayakan keragaman budaya. Dengan menjaga dan mempromosikan kesenian ini, kita tidak hanya memperkaya warisan budaya kita, tetapi juga menghormati warisan yang diberikan oleh nenek moyang kita.
0 notes
ennyie-three · 1 year
Text
Batik dan Gamelan Diplomasi KorSel
Tumblr media
Batik dan Gamelan Diplomasi Korsel oleh Perempuan Indonesia Berkolaborasi dengan KBRI Seoul, Dharma Wanita Persatuan KBRI Seoul menyelenggarakan Coffee Morning pada tanggal 23 Februari 2023. Acara ini mendapat dukungan Seoul Association of Military Attache Spouses/SAMA dan maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia.
Tumblr media
“Meskipun pelaksanaannya secara sederhanaacara ini tertujukan untuk memperkaya wawasan pasangan Duta Besar negara ASEAN dan pasangan Atase Pertahanan dari negara-negara sahabat. Mengenai khazanah budaya dan keragaman ekonomi kreatif Indonesia," ujar Susi Ardhani Sulistiyanto. Susi adalah istri Duta Besar RI di Seoul selaku Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Seoul.Ia membuka acara Coffee Morning di Wisma Duta Besar RI di Seoul. Lebih lanjut ​Susi menyampaikan bahwa perempuan memiliki keistimewaan sebagai pendidik atau edukator anak-anak dan cucu-cucu yang merupakan generasi penerus. Rasa cinta Tanah Air seyogyanya tertanamkan kepada generasi muda melalui promosi pariwisata, budaya dan ekonomi kreatif Indonesia.
Tumblr media
Dalam rangka peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Korea Selatan dan Presidensi RI di ASEANDuta Besar Gandi Sulistiyanto menyampaikan bahwa KBRI tidak hanya menggalakkan kerjasama antara sektor publik dan privat. Tetapi juga kerjasama antara komunitas. Dalam kaitan ini, perempuan Indonesia di Korea Selatan memainkan peran kunci untuk mempromosikan Tanah Air. Salah satunya melalui warisan budaya bangsa.
Batik dan Gamelan Diplomasi Korsel Sebagai Warisan Budaya Indonesia Yang Mendunia
Fokus dari acara coffee morning adalah promosi dua ikon warisan budaya tak benda Indonesia (intangible cultural heritage) yang telah terdaftar di UNESCO.
Tumblr media
Yaitu Batik (2009) dan Gamelan (2021). Dalam pimpinan Susi A. Sulistiyanto, dalam workshop hadir para istri Duta Besar negara ASEAN dan istri Atase Militer negara sahabat. Hadirin tampak antusias menggunakan canting untuk proses pembatikan di kain putih. Pemandu workshop adalah Joannes Ekaprasetya Tandjung, Minister Counsellor Ekonomi Kreatif dan Digital, Percepatan Start Up dan Diplomasi Publik KBRI Seoul.
Penampilan Gamelan dan Tembang Jawa
Selama workshop berlangsung, hadirin terhibur dengan penampilan gamelan. Tembang lawas asal Jawa berjudul Yen Ing Tawang Ono Lintang (Ketika Bintang Ada Di Langit) terdendangkan dengan syahdu oleh Sugiarto dan iringan tabuhan gamelan yang semakin menambah suasana otentik di pedesaan Tanah Air. Sugiarto adalah pegawai setempat KBRI Seoul yang merupakan tenaga pengajar di Universitas Seoul Institute of the Arts untuk kelas World Music program Gamelan Indonesia. “Amazing, simply amazing Batik making. Sudah sejak lama saya mendengar mengenai Batik dari Indonesia. Tetapi saya belum pernah berkesempatan melihat proses pembuatan. Hari ini mimpi saya membuat Batik menjadi kenyataan", diungkapkan Karina Cote, President Seoul Association of Military Attaches (SAMA) Spouses, pasangan Atase Angkatan Laut Amerika Serikat yang menyampaikan apresiasi yang mendalam kepada KBRI Seoul dan Dharma Wanita Persatuan KBRI Seoul atas penyelenggaraan acara yang dipandang sangat unik dan apik. Santi Mandalika Akal Juang, istri Atase Pertahanan KBRI Seoul, menyampaikan kebanggaannya atas penyelenggaraan kegiatan pertama di tahun 2023 yang merupakan buah kerjasama DWP KBRI Seoul, KBRI Seoul dan SAMA. Di samping diplomasi budaya dan ekonomi kreatif, diplomasi gastronomi juga tampil apik melalui promosi kue-kue tradisional Nusantara. Seperti Panada dari Sulawesi Utara dan Arem-arem serta Kelepon dari Jawa Tengah. Kopi hitam produksi Indonesia juga tersajikan. Sebelum berakhir, hadirin mendapat undangan untuk meninjau Indonesian Corner di Wisma Duta yang menampilkan produk-produk kreatif seperti Batik, asesoris tas, syal. Hadir dalam acara tersebut sekitar 60 orang pasangan Duta Besar negara anggota ASEAN (Lao PDR, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam) dan pasangan Atase Militer di Seoul. ​Sumber: KBRI Seoul
Batik dan Gamelan Diplomasi Korsel
uthkg.com; Desain Website oleh Cahaya TechDev-Klub Cahaya Read the full article
0 notes
abiealiefaziz · 2 years
Video
youtube
LIVE HD PONPES BAWANG LEAK VS KUDA LUMPING
SENI BUDAYA NUSANTARA INDONESIA BERAGAM INDONESIA KAYA SENI BUDAYA ADAT ISTIADAT YANG TETAP HARUS DIJAGA KELESTARIANYA !!! ===========================
https://youtu.be/kEj6mrQFwSE
https://youtu.be/_kDDDGcQBzo
—————————————
https://youtu.be/JpFJRISbI4g
—————————————
MENAMPILKAN PERTUNJUKAN SENI TARI BAWANG GENITO WINDUSARI MAGELANG JAWA TENGAH  :
* LEAK
* RAMPAK BUTO GEDRUK
* JATHILAN KUDA LUMPING
* NGESTI TURONGGO
* SENI TARI GAMELAN BUDAYA BALI COLLAB DENGAN SENI BUDAYA GAMELAN TARI JAWA TENGAH DALAM ACARA WALIMATUL KHITAN PUTRA PONPES BAWANG SELAMAT MENYAKSIKAN !!!
SUPPORT BY  :
@Abie Alief  
https://youtuberkacau.blogspot.com/
Jangan lupa like, comment, share & Subscribe … …!!!! ____________________________________________
KESENIAN, BUDAYA, ADAT ISTIADAT, LEAK,WAROK, REOG,TOPENG IRENG, GEDRUK, RAMPAK BUTO, TARI, RITUAL, PERTIDESA, TEMBANG JAWA, LANGGAM, PUCUNG, MACAPAT, JATHILAN, KUDA LUMPING, AGAMA, MULTI KULTUR, BERTAPA, MAKAM, JAWA TENGAH, DARAH BIRU, KERATON, SULTAN, KERAJAAN, GURU SEJATI, WDTS, ---------------------------------------------------------
#KESENIAN #BUDAYA #ADAT #ISTIADAT #LEAK #KUDALUMPING #JARANKEPANG #JATHILAN #KUDAKEPANG #WAROK #REOG #TOPENGIRENG #GEDRUK #rampakbarong #BUTO #TARI #RITUAL #PERTIDESA #NgajiDiri #OlahRoso #OlahRogo #Musafir #Viral #SantriJalanan #SyekherMania #ShalawatTanpaBatas #trending #RinduKasihmu #share #like #comment #Sahabat #Mendikbud #NabiMuhammadSaw #allahuakbar #YOUTUBER #BACKPACKER #CRICorp #SANTRIKILAT #Adventure #Pengembara #GuruSejati #GreenWarrior #NATURE #ADVENTURE #SKYMediaKomputindo #SKYKomp #SKYMedia #BERKEBUN #HUTAN #BACKTONATURE #COVID19 #ALAM #ADVENTURE #KAMPUNG #PPKM #ALBASIA #SENGON #BUDIDAYA #KOPI #ARABICA #TARZAN #PETANI #MAGELANG #BOROBUDUR #JAWATENGAH #GREENWARRIOR #KENJORO #SESURAK #SUNGAI #GUNUNGSUMBING #WINDUSARI
0 notes
adestraayubs · 4 years
Text
Solo Embrio Gerakan dan Indikator Bangsa
(Untuk motivasi kuliah di Solo)
Kota Solo merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang menyimpan berbagai peninggalan kebudayaan dari bermacam etnik, baik pada jaman sejarah maupun prasejarah. Penemuan Pithecanthrophus Soloensis oleh W.F. Oppennorth dan C. Ter Haar (Kartodirdjo, 1975) di tepian Bengawan Solo dapat membuktikan bahwa manusia purba telah pernah hidup di wilayah Solo pada masa prasejarah. Sementara itu, peninggalan pada masa sejarah, seperti candi, keraton, pura maupun bangunan-bangunan kuno masih dapat dijumpai di berbagai sudut Kota Solo. Pada saat sekarang ini, ruang Kota Solo selain dibentuk oleh bangunan-bangunan modern seperti kota-kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural ruang kotanya masih mampu memperlihatkan bangunan-bangunan yang bercirikan era kerajaan (feodal) Jawa dan era kolonial Belanda, bahkan pada beberapa bagian kota masih terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik Cina, Arab dan Indoland/ Campuran.
Kehadiran dua nama, yaitu ‘Surakarta’ dan ‘Solo’, menambah keunikan tersendiri bagi eksistensi kota tua ini. ‘Solo’ diambil dari nama tempat bermukimnya pimpinan kuli pelabuhan, yaitu Ki Soroh Bau (bahasa Jawa, yang berarti kepala tukang tenaga) yang berangsur-angsur terjadi pemudahan ucapan menjadi Ki Sala, yang berada disekitar Bandar Nusupan semasa Kadipaten dan Kerajaan Pajang (1500-1600). Sementara ‘Surakarta’ diambil dari nama dinasti Kerajaan Mataram Jawa yang berpindah dari Kraton Kartasura pada tahun 1745. Perpindahan kraton dilakukan oleh Raja Paku Buwono II karena Kraton Kartasura sudah hancur akibat peperangan dan pemberontakan yang terkenal dengan Geger Pecinan tahun 1742. Pemberian nama kraton baru dengan membalikkan suku kata dari nama kraton lama, yaitu dari ‘Karta-Sura’ menjadi ‘Sura-Karta’, sampai sekarang sudah menjadi cerita umum masyarakat Solo (Qomarun dan Budi, 2007).
Solo merupakan kota budaya dan seni, maka banyak musisi kenamaan yang erat kaitannya dengan Solo, ada Didi Kempot dengan tembang Stasiun Balapan, ada pula Gesang dengan lagu kondangnya Bengawan Solo yang melegenda bahkan sampai ke mancanegara. Solo menyimpan segudang keunikan dan sejarah yang unik dan menarik untuk diungkap. Misalnya, sebagaimana lagu dari Gesang itu tadi, Sungai Bengawan Solo memiliki sejarah Panjang dan berperan penting bagi peradaban kehidupan masyarakat Jawa, khususnya area Solo.
Sungai bengawan solo telah memberi banyak cerita dan penghidupan bagi masyarakat yang tinggal disekitarnya. Dalam kurun waktu abad ke – 10, aliran sungai bengawan solo berperan sangat vital sebagai sarana perdagangan tingkat domestik. Usaha pendistribusian barang dagang seperti beras, palawija, jagung, buah, dan lainnya datang dari daerah Wengker (ponorogo) dan dijual di pelabuhan-pelabuhan yang telah disinggahi oleh para pedagang. Bentuk perdagangan yang terjadi ialah para pedagang dari kerajaan majapahit membawa hsil bumi dan para pedagang dari cina umumnya membawa kain sutera, keramik, dan peralatan rumah tangga lainnya yang terbuat dari logam sebagai barang dagangan (Fauzi: 2015).
Hingga kini, Aliran Sungai Bengawan Solo masiih digunakan sebagai sarana transportasi, irigasi pertanian, sumber air untuk keperluan pribadi masyarakat dan tambak ikan di hulu sungai hingga arah Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Aliran sungai sepanjang 548 Km ini sudah menjadi nadi penghidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Tidak hanya sebatas sebagai nadi penghidupan semata, Aliran Sungai Bengawan Solo ternyata menyimpan sejarah kemaritiman nusantara khususnya pada masa kerajaan majapahit. Sejarah kemaritiman tersebut membuktikan bahwa Indonesia pada abad ke-14 tidak hanya berjaya dalam perniagaan dan kekuasaan agrarian saja, melainkan berjaya dalam penguasaan sumber daya kemaritiman hingga mampu memiliki kekuasaan yang luas sampai negeri seberang
Solo sebagaimana diuraikan di atas memiliki daya taraik tersendiri, berbagai agenda atau Gerakan nasional banyak lahir atau berimbrio di Solo. Kita bisa mengenal perhimpunan pers di Indonesia 2 lahir di Solo. Berkenaan itu maka bisa kita temui Monumen Pers Indonesia berada di Solo karena Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) lahir di Solo. Bangunan Induk Monumen Pers Nasional terletak di Jalan Gajah Mada Nomor 59, Desa Timuran, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Gedung yang memiliki luas 2.998 m2 ini dibangun diatas lahan seluas 2907,26 m2. Bangunan Induk Monumen Pers Nasional dibangun sekitar tahun 1918 atas perintah Mangkunegoro VII, Pangeran Surakarta, sebagai balai perkumpulan dan ruang pertemuan. Gedung ini dulunya bernama "Societeit Sasana Soeka" dan dirancang oleh Mas Aboekassan Atmodirono. Pada tahun 1933, Sarsito Mangunkusumo dan sejumlah insinyur lainnya bertemu di gedung ini dan merintis Solosche Radio Vereeniging, radio publik pertama yang dioperasikan pribumi Indonesia. Pada tahun 1937, diperkirakan Solosche Radio Vereeneging menyiarkan musik gamelan secara langsung dari Solo untuk mengiringi Gusti Nurul (Putri Mangkunegoro VII) yang membawakan tari Bedhaya Srimpi di Istana Kerajaan Belanda di Den Haag, tanggal 7 Januari 1937 (cagarbudaya.kemdikbud.go.id).
Aspirasi perjuangan wartawan dan pers Indonesia memperoleh wadah dan wahana yang berlingkup nasional pada tanggal 9 Februari 1946 dengan terbentuknya organisasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Kelahiran PWI di tengah kancah perjuangan mempertahankan Republik Indonesia dari ancaman kembalinya penjajahan, melambangkan kebersamaan dan kesatuan wartawan Indonesia dalam tekad dan semangat patriotiknya untuk membela kedaulatan, kehormatan serta integritas bangsa dan negara. Bahkan dengan kelahiran PWI, wartawan Indonesia menjadi semakin teguh dalam menampilkan dirinya sebagai ujung tombak perjuangan nasional menentang kembalinya kolonialisme dan dalam menggagalkan negara-negara noneka yang hendak meruntuhkan Republik Indonesia (www.pwi.or.id).
Salah satu bentuk perjuangan kemerdekaan yakni melalui penyiaran berita radio dan padanya ada kisah menarik yang berkaitan dengan kota Solo. Agresi Militer Belanda melakukan pemblokiran akses informasi yang bisa menjangkau masyarakat luas yaitu radio. Belanda melakukan penghancuran kantor radio yang ada. Belanda mengetahui keberadaan radio di Solo, sehingga berusaha mencarinya. Radio tersebut kemudian diberi nama kambing,karena kisahnya.
Radio Kambing bukan sembarang radio. Radio dengan nama binatang yang biasa mengembik ini memiliki nilai sejarah tinggi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Saat agresi militer Belanda tahun 1948, radio ini menjadi barang yang paling dicari tentara Belanda. Radio ini menjadi alat siaran TNI pada masa perang mempertahankan kemerdekaan RI. Agresi militer Belanda tahun 1948. Tentara Belanda menghancurkan semua stasiun radio yang ada di Indonesia. Sangat beralasan karena Belanda tidak ingin pemerintah Indonesia kala itu menyiarkan keberadaannya ke luar maupun dalam negeri. Setelah menghancurkan semua stasiun radio yang ada. Belanda mengincar keberadaan stasiun radio RRI di Surakarta. Pada saat itu, status stasiun radio RRI Surakarta sebagai stasiun paling tua atau yang pertama. Gelagat Belanda untuk menghancurkan pemancar radio RRI di Surakarta sudah tercium para pejuang kala itu. Para pejuang yang terdiri TNI dan penyiar mengungsikan perangkat siaran dan pemancar radio dari kantor RRI ke tempat persembunyian di wilayah Karanganyar (www.kpi.go.id).
Pembahasan mengenai Solo belum selesai, kota budaya yang satu ini memiliki sejarah pergerakan yang penting bagi rakyat Indonesia. Terbukti dari gerakan ekonomi kerakyatan salah satunya muncul di Solo. Pergerakan nasional Indonesia dimulai pada awal abad ke-20 dengan munculnya beberapa organisasi modern. Salah satunya adalah Sarekat Islam. Organisasi ini bermula dari sebuah perkumpulan para pedagang batik untuk mengimbangi kemajuan para pedagang batik Cina (Yasmis Yasmis, 2009).
Lahirnya Sarekat Dagang Islam berawal dari persaingan dagang antara penduduk pribumi dengan penduduk Cina (Tionghoa) peranakan. Kemajuan yang sangat pesat dapat di capai oleh orang-orang Cina dalam hal perdagangan kain dan sikap superioritas orang-orang Cina terhadap kalangan pribumi, sehubungan dengan revolusi Sun Yat Sen tahun 1911 yang menimbulkan perasaan tinggi hati mereka, dan tak lupa, keahlian mereka dalam memonopoli harga kain batik, semakin menambah kejengkelan para pedagang pribumi, sehingga merasa sangat dirugikan sekali dengan adanya peristiwa tersebut. Keberhasilan kalangan Cina dalam mengusai dunia perdagangan, yang selanjutnya mendapat dukungan dari Belanda dalam melancarkan usaha-usaha mereka sehingga mereka dapat mendirikan perkumpulan Tionghoa Hwee Koan pada tahun 1900 di Jakarta yang bergerak dibidang pendidikan serta membentuk kamar-kamar dagang dikota-kota besar di Indonesia. Aktifitas mereka menjadi semakin meningkat setelah adanya gerakan pembebasan yang terjadi di Cina pada tahun 1901(Roeslan A. Gani, 1902).
Ketulusan perjuangan ini bisa dilihat dari ucapan pendirinya, “Dengan ikhlas, untuk kemurnian sejarah pergerakan Indonesia, dengan ini saya terangkan bahwa SDI dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1905, di rumah saya di kampung Sandokan, Solo, dengan delapan orang teman, yaitu: Saudara Sumawardoyo, Wiryotirto, Suwandi, Suporanoto, Jarmani, Zhardjosuwarto, Sukir dan Martodikono”( M. Mansyur Amin, 1996). Gerakan Sarekat Islam yang bermula di Solo terus berkembang hingga memiliki banyak cabang yang tersebar di Indonesia.
Solo dari waktu ke waktu memberikan jejak perjuangan Indonesia. Solo memiliki kesan di masyarajat bahwa Solo adalah indicator bangsa. Masyarak sering mengatakan, “Yen Solo uwis geger, berarti Indonesia wis geger”. Begitulah kiranya ulasan tentang Solo yang menjadi kota bersejarah bagi Indonesia. Menjadi mahasiswa Solo layak mengatahui sekelumit ringkas menganainya. Apalagi bila mana hendak mewujudkan perubahan besar maka memulai dari Solo adalah Langkah yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
RG. 2017. Menyambut Harsiarnas ke 84: Mengenal Radio Kambing, Radio Perlawanan Masa Kemerdekaan. http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/33840-menyambut-harsiarnas-ke-84-mengenal-radio-kambing-radio-perlawanan-masa-kemerdekaan (diakses tanggal 18 September 2020)
Amin. M. Mansyur , (1996), Sarikat Islam Obor Kebangkitan Nasional 1905-1944. Yogyakarta: Kelompok IAIN Sunan Kalijaga
Fauzi, Ahmad Nurul. (2015). Studi komparatif peran bengawan solo dan sungai brantas dalam perkembangan ekonomi abad ke10 M – 15 M di Jawa Timur. AVATARA. Vol.3 No. 3
Ghani, Roeslan A. 1902. Politik dan Ilmu. Yayasan Prapanca: Jakarta
Monumen Pers Nasional. https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/detailcb/PO2015121500015/monumen-pers-nasional (diakses tanggal 18 September 2020)
Rahmawati, et al, (2019). SUNGAI BENGAWAN SOLO: TINJAUAN SEJARAH MARITIM DAN PERDAGANGAN DI LAUT JAWA, Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2
Said, Tribuana. Sekilas Sejarah Pers Nasional.2019. https://www.pwi.or.id/detail/26/Sekilas-Sejarah-Pers-Nasional (diakses tanggal 18 September 2020)
Qomarun dan Budi Prayitno, (2007). Vorstensteden, 1998, Djokja en Solo, Asia Maior, Purmerend. DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 35, No. 1
Vorstensteden, 1998, Djokja en Solo, Asia Maior, Purmerend.
Yasmis, Yasmis. (2009). SARIKAT ISLAM DALAM PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA (1912-1927) Jurnal Sejarah Lontar 32 Vol. 6 No. 1
Tumblr media
4 notes · View notes
diberandacerita · 3 years
Text
Orang Bali Alergi Orang Bali
Aku lahir dan tinggal di Bali. Identitas ke-bali-an ku hanya sebatas tertera di KTP. Nama ku Kadek dan beragama Hindu. Tapi aku merasa belum cukup layak mengaku sebagai orang bali. Salah satunya karena orang bali itu identik dengan berkesenian. Sedangkan aku? sama sekali tak ada darah seninya!
Memasuki usiaku pada sekitar sekolah menengah, tepatnya saat baru bergabung dalam Seka Teruna Teruni di kampung ataupun di banjar pendatang, justru itu merupakan momentum titik balik.
Menepi Arus
Sebagian berawal dari perasaan rendah diri. Sadar kalau aku tak bisa menabuh gamelan, melantunkan tembang suci (kidung), apalagi mahir menari agar bisa ngayah sewaktu odalan. Aku juga merasa kehadiranku tidak berperan banyak dalam Seka Teruna Teruni (STT) itu dengan tradisi rutinnya membuat ogoh-ogoh atau layangan yang biasa nantinya akan diikuti festival.
Namun akhirnya ada yang membuat ku semangat bergabung di STT. Aku mulai menemukan peran yang bisa ku ambil. Disaat yang bersamaan aku aktif di komunitas relawan bersih-bersih pantai dekat rumah. Mulai dari sini gambaran ku tentang pulau yang dijuluki surga terakhir ini perlahan terkikis. Saat berada disana aku melihat sisi lain dari pulau ini: masalah sampah. Di Pantai Lembeng itu, sejauh mata memandang, aku melihat hamparan sampah menutupi pasir hitamnya.
Pantai itu bernasib berbeda kalau dibandingkan dengan pantai-pantai berpasir putih di pusat pariwisata. Pantai seperti itu terjaga kebersihannya semata-mata karena jadi bagian dari industri pariwisata. Berbeda halnya dengan pantai berpasir hitam tadi—tak terurus meskipun merupakan daerah konservasi penyu bertelur.
Perlahan tumbuhlah rasa gelisah atas kenyataan itu. Aku tidak ingin merasakannya sendiri. Sudah sempat aku coba tularkan dengan anggota STT dengan menggebu-gebunya dalam kesempatan disebuah rapat. Di sana aku menyampaikan kegelisahanku sekaligus gagasan tentang kebersihan mulai dari lingkungan terdekat. Sayangnya reaksi yang muncul justru minim.
Aku merasa tak berguna. Aku sudah menemukan peran ku tapi tidak bisa dijalankan. Minim kutemukan yang sepemikiran ditempat tinggalku. Sepertinya tak ada yang simpati dengan kegelisahan itu.
Awalnya aku menaruh harapan pada sesama generasi muda. Lantas harapan yang ku ciptakan sendiri berbalik mengecewakan. Generasi muda yg umumnya tergabung dalam STT di Bali nampaknya masih begitu lekat dengan slogan-slogan “Jaen Idup di Bali”, “Sing Demen Ruwet” dan “Tuak Adalah Nyawa”.
Padahal Bali tidak baik-baik saja, bukan? Generasi muda bali sebaiknya terbiasa berpikir ruwet atau kritis dalam melihat permasalahan di Bali. Kenyamanan itu ialah hasil dari pembohongan dan pembodohan. Kita perlu menarik diri dari kenyamanan ini dengan cara mengganti tradisi minum tuak layaknya nyawa menjadi baca adalah nyawa.
Lantaslah aku punya keinginan mengubah kondisi itu dan mengiyakan menjadi bagian di dalamnya. Betapa naifnya waktu itu: mencoba mengubah kondisi itu sendiri. Aku sempat mencobanya, tapi tidak sanggup, yang ada aku turut diubahnya.
Akhirnya aku menepi karena sadar belum punya fondasi kuat bertahan di arus itu. Aku lantas mengundurkan diri jadi pengurus organisasi karena kebetulan juga aku sedang fokus menyiapkan ujian masuk kampus.
Aku agak nekat meskipun baru sebatas niat. Alasan menepi itu lebih jauh terbaca dengan mantap ketika aku hendak melarikan diri dari Bali. Aku ingin benar-benar steril dari pengaruh citra tentang orang bali yang sudah begitu melekat. Aku tidak ingin menjadi generasi apolitis yang manut-manut dan murah senyum terbius silaunya pariwisata. Makanya aku berencana kuliah ke Jawa hingga sudah sempat survei kampus-kampus kesana.
Tapi rencana melarikan diri itu kandas. Nilai ujianku hanya cukup untuk lulus PTN di Bali. Tapi masih terbesit tujuan dari niatan itu. Dengan sadar aku memilih-milih teman. Mayoritas yang sering ku ajak biasanya orang non-Bali. Sejak itu aku jarang sekali terlibat interaksi dengan sesama orang bali. Hingga aku baru sadar kalau aku seperti alergi dengan orang bali.
Menjaga Jarak
Hal yang aku lakukan itu semata-mata keputusan sekaligus cara untuk menyelamatkan diri sendiri terlebih dulu. Aku ingin menjaga jarak dengan orang bali selagi menjadi lost generation. Aku hanya sedang berusaha mencari tahu tentang identitas dan budaya ke-bali-an itu dengan menjaga jarak darinya.
Selama menjaga jarak itu ada proses dan hal-hal berarti yang ku dapat. Aku jadi bisa melihat Bali dari sudut pandang lebih luas. Bali terlihat seperti etalase layaknya museum hidup. Awetnya budaya adiluhung dan orang bali dengan kesehariannya yang tak lepas dari berkesenian itu ternyata memang sengaja dirawat oleh sebuah struktur yang mapan.
Sejak tahun 1920-an, Bali memang menjaga ke-ajeg-an itu. Buku Geofrey Robinson berjudul The Dark Side of Paradise memberi tahu kalau hal itu bernama Baliseering, atau proyek kebudayaan yang arsiteknya adalah para antropolog kolonial belanda.
Proyek ini benar-benar bekerja secara canggih sampai sekarang. Ada dua motif dalam satu paket di dalamnya. Pertama, pulau bali memang dikontruksi menjadi destinasi pariwisata mancanegara. Pemerintah kolonial belanda punya peran besar karena merekalah yang awalnya begitu gencar mempromosikan Bali. Hal ini juga dilakukan secara bersamaan dengan memoles citra tentang orang bali yang kita kenal seperti sekarang.
Kedua, hal itu berkelindan atau berkaitan erat dengan poin sebelumnya guna membendung pengaruh Jawanisasi yang saat itu sedang radikal dan penuh pergolakan. Proyek itu menjadikan Bali sebagai destinasi pariwisata sekaligus benteng pembatas guna menghadang ideologi semacam Nasionalisme, Agama, dan Komunisme yang di dalamnya terdapat nilai-nilai anti-kolonial dan anti-imperial yang mengguncang kepentingan status quo kolonial belanda.
Walaupun Indonesia sudah merdeka hal itu terus dilanggengkan. Proyek semacam Baliseering era kolonial di copy-paste-edit oleh Orde Baru dengan konsep “Sapta Pesona” dan di Era Reformasi dengan seruan “Ajeg Bali” oleh pemilik elit lokal media.
Hingga kini proyek semacam itu sudah seabad usianya. Dalam sebuah essay I Ngurah Suryawan dikatakan orang bali sudah terambil-alih secara pemikirannya oleh industri pariwisata. Hal ini bisa terlihat bagaimana reaksi orang bali yang masih mendambakan kedatangan gemerincing dollar kendati pandemi yang hampir dua tahun tak kunjung membaik. Orang bali dan bahkan pemerintah daerahnya sekalipun seperti tidak bisa memikirkan alternatif penopang ekonomi selain selain jasa pariwisata.  
Sampai disini aku menemukan istilah baru yang disebut hegemoni. Pencetus teori ini bernama Antonio Gramsci yang memberi pemahaman kalau ada sebuah dominasi kelas yang berkuasa (secara ekonomi, budaya, agama, dan/atau politik) dengan memanipulasi nilai dan budaya masyarakat. Sederhananya adalah pembentukan sebuah akal sehat yang mungkin biasa kita sebut nak mule keto atau udah dari sononya.
Begitulah akal sehat yang bekerja mapan di Bali. Sungguh sulit mendobraknya. Sehingga sulit juga membayangkan generasi bali mendatang bisa berubah secara pola pikir dalam memandang bali kedepan.
Tapi yang namanya harapan itu mestinya selalu ada. Generasi Bali pasca pariwisata akan tumbuh seiring usainya pandemi ini. Mereka digadang-gadang akan menjadi generasi yang kritis dan reflektif.
Merasa Bersalah
Di titik ini aku sadar kalau orang bali yang masih seperti itu bukan salahnya sendiri—melainkan struktur mapan yang membentuk individunya jadi begitu. Kini aku hendak kembali masuk ketengah arus. Merangkul sesama generasi bali pasca pariwisata.
Ini adalah saat yang tepat ketika proyek kebudayaan dan akal sehat itu kian keropos selama gering agung. Apalagi ini diteguhkan juga oleh Peter Mayo, seorang ahli pendidikan kritis yang bilang kalau “hegemoni tidak pernah sempurna”: Maka selalu ada ruang atau celah untuk menentangnya.
Maka salah satu cara untuk menebus rasa bersalah itu dengan selalu mengajak generasi bali untuk senantiasa bertanya kepada diri sendiri atau mengenai sekitarnya serta belajar bersama demi menciptakan ruang-ruang kontra hegemoni itu.
Hingga kemudian pertanyaan yang sayup-sayup mungkin terdengar oleh generasi ini bukan lagi seperti retorika “budaya untuk pariwisata atau pariwisata untuk budaya?” tetapi “pariwisata ini untuk siapa?”
0 notes
pojokperpus · 3 years
Text
Penubuhan Kebudayaan
Istilah yang saya sukai, yang dipakai pak ustadz Irfan Afifi sebagai editor di buku Jawa-Islam di Masa Kolonial karya Nancy Florida adalah penubuhan. Saya jadi ingat  tulisan ustadz Hamid yang berjudul Islam, Agama dan Peradaban. 
Sebagai sebuah agama, Islam telah komplit, namun sebagai sebuah peradaban, Islam itu seperti organisme yang hidup. Ia menyapa kebudayaan dan peradaban di luar tanah lahirnya, tidak hanya menyapa tapi juga memungut hikmah yang berserak di seluruh pelosok bumi. 
Sebagai agama, ia membekali peradaban Islam dengan berbagai seminal concept, sebagai inner dynamic, yang siap untuk berdialog dengan kebaikan hidup dimanapun ia berada. Itulah sebabnya, meski mempunyai, aqidah dan syari’at yang sama, tiap belahan dunia Islam tetap mempunyai kulturnya sendiri-sendiri. Ada yang seragam, namun ada juga yang tetap dijaga keragamannya.
Dalam musik misalnya, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga menekuni gamelan, hingga mengembangkan musik Jawa bukan memasuk paksakan musik rebana. Gamelan dan tembang Jawa yang di era Majapahit hanya terdiri dari dua genre, kidung dan kakawin menjadi Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandanggula, Durma, Pangkur, Megatruh dan Pucung. 
Penamaan dan filosofi tembang itu dikaitkan dengan tahapan kehidupan manusia yang bermuara pada konsep sangkan-paraning dumadi, Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un, bahasa agamanya. Demikian dituturkan ustadz Irfan Afifi, budayawan Islam Jawa penulis buku, Saya, Jawa dan Islam. 
Dalam menerjemahkan konsep-konsep tasawuf Islam juga diterjemahkan dengan aneka diksi yang sudah akrab dengan dunia batin masyarakat Jawa, yakni kadang papat lima pancer. Bahwa dalam diri manusia ada nafsu lawwamah, amarah supiyah dan muthmainnah, dimana ruh, spiritualitas adalah sebagai pancer, tonggak yang harus memanage dengan baik.
Proses penubuhan ini berlangsung cukup lama, ratusan tahun hingga akhirnya terbentuklah integrasi antara identitas etnis dengan identitas keagamaan, Menjadi orang Jawa adalah juga menjadi seorang Islam. Karena Jawa bukan semata etnis, ia adalah sebuah sifat kemampuan mengenali diri, menjadi dewasa. Dasar bocah durung Njawa, maksudnya anak yang melakukan kesalahan karena kebelum pahamannya. Senajan Cino, wong kae njawani, jadi meskipun dia beretnis Cina, tapi unggah-ungguh dan tindak-tanduknya mencerminkan kedewasaan sikap. Integrasi ini, oleh Ricklefs disebut sebagai Sintesis Mistik Islam – Jawa.
Ada tiga pilar utama, dalam sintesis mistik ini, yakni (1) munculnya kesadaran bahwa menjadi orang Jawa berarti menjadi Muslim, (2) lima rukun Islam adalah sebuah kewajiban hidup dan yang (3) menjadikan realitas kekuatan spiritual khas Jawa seperti Ratu Kidul, Sunan Lawu dan banyak makhluk adikodrati lain yang lebih rendah, disesuaikan dengan pandangan hidup Islam. Tumbal kepada Nyi Roro Kidul diganti sedekah laut, karena dalam sedekah, orang Jawa berposisi sebagai pihak yang memberi bukan meminta.
Oleh karena itu, berbeda dengan Geertz yang membagi agama Jawa menjadi tiga varian, Santri, Abangan dan Priyayi untuk dipisahkan, maka CC Berg menyatakan bahwa varian dalam kemampuan melaksanakan ajaran agama bukan berarti mereka terpecah dalam tiga segregasi sosial. Sebab ketiganya tetap disatukan dalam satu ritus bersama yakni upacara kematian, yasinan dan tahlilan. 
Kaum abangan dan priyayi dalam masalah keagamaan menyerahkan pada kaum santri. Hanya santri lah yang dapat memimpin doa di dalam ritus yang paling sentral dari orang-orang abangan, yaitu slametan. Juga santrilah yang dapat memimpin upacara ketika seorang abangan mengalami, apa yang disebut Malinowsky krisis yang paling utama dan paling final dalam kehidupan, yaitu : kematian.
Lalu, mengapa sekarang Islam dan Jawa diposisikan saling berhadapan secara diametral, bermusuhan dalam hal-hal yang substansial dalam kebudayaan ? Ah, itu ceritanya panjang, ada faktor internal umat Islam sendiri dan juga ada faktor luar, yakni upaya penubuhan kebudayaan Barat dan keagamaan Kristen dalam Peradaban dan Kebudayaan Jawa. 
Tapi itu ntar, besok saja nulisnya ...
0 notes
bebek-kremes · 3 years
Text
DADI ATI
ahh judulnya aneh bin random ya? Hehehe,kok tumben pakai logat jawa,yupss hari ini saya menghadiri undangan pernikahan teman saya,di salah satu hotel di jogjakarta,biasanya saya ketika menghadiri acara-acara kayak gini tidak ada gamelan/alat musik khas jawa tradisional,paling ya organ atau gitar dan lagu yang dimainkan pun lagu-lagu nostalgia atau lagu manca khas wedding,itu biasanya ma mennn,tapi hari ini ada gamelan komplit masuk hotel,suasana Jawa sangat kental sekali,mulai dari pakaian peserta acara serta crew wedding,
Oke langsung saja setelah duduk sambil makan suguhan terdengar suara MC(master ceremony) mengatakan "Monggo midangetaken dadi ati" yg artinya (silahkan menikmati dadi ati) dadi ati itu adalah sebuah judul lagu Jawa kuno,ketika awal mendengar lirik-lirik nya,saya sedikit mengerti dan otak saya terus menerjemahkan dalam pemikiran saya,(dikit-dikit saya paham saya juga orang Jawa) dan sembari otak bekerja tangan serta jemari saya sedikit bergerak mengikuti alunan lagu tersebut,
Setelah selesai Lagu di mainkan otak ku juga sudah selesai bekerja,saya langsung berkata dalam hati ,(aku ini siapa??) Setelah mendengar lagu tersebut,banyak sekali wisdom yang saya dapatkan,dan serta masalah-masalah yang saya/orang lain alami,sudah tertuang dalam lagu tersebut,lagu itu bahkan tercipta sebelum saya lahir didunia ini,tapi sudah bisa menggambarkan/merefleksikan di kehidupan yang sekarang,
Oke saya tulis arti terjemahan dari lagu dadi ati versi saya pribadi :
Gegaraning wong akrami
Dudu bondho dudu rupo
Amung ati pawitane
Luput pisan keno pisan
Yen gampang luwih gampang
Yen angel, angel kalangkung
Tan keno tinumbas arto
Goleke sing koyo ngopo
Wong nyatane kelakon seprene
Angger-angger gendra
Wekasane malah mbangun tresna
Dudu bondo dudu rupa
Mung atine dadi tetaline
Guyub rukun kadya
Pepindhane mimi lan mintuno
Wus jamak lumrahe yen wong urip coba lan godhane gedhe
Suprandene ora nganti ndadak dadi gawe
Rino wengi dadi ati
Wong prasojo luhur bebudine
Dasare gemati Momong putro alus bebudine
Dimulai dari awal lirik (bowo menggunakan tembang asmarandana) “gegaraning wong akrami... dst..
yang artinya bahwa adanya orang menikah atau menjalin ikatan itu bukan karena wajahnya yang cantik/tampan, bukan karena harta yang dimiliki..
AMUNG ATI PAWITANE =hanya hatilah yang menyebabkannya..
Dari beberapa baris intro langgam tersebut dapat kita simpulkan, bahwa jangan memandang orang dari harta dan wajahnya saja. Karena jodoh itu datang dari rasa suka dihati.
Lalu masuk ke langgamnya yang dimulai dari kalimat “Goleka sing kaya ngapa?” yang artinya “mau cari yang seperti apa??” >>ini bisa disimpulkan bahwa sebenarnya yang dicari dalam jodoh kita atau pasangan hidup nantinya itu apa sih? Apakah kesempurnaan?
Wong nyatane kelakon seprene, angger-angger gendra, wekasane malah mbangun tresna. Bait tersebut dapat diartikan sebagai Hla kenyataanya sampai sekarang (banyak orang yang sering menjalani hubungan dengan apa adanya, gak mandang apa-apa, justru orang-orang yang seperti inilah yang pada akhirnya sampai pada pernikahan dan membangun cinta dalam bahtera rumah tangga.
Dudu banda dudu rupa, amung atine dadi tetaline, guyub rukun kadya pepindhane mimi lan mintuna , pada bait ini bisa kita pahami bahwa bukan kecantikan atau harta yang dijadikan dasar, hanyalah hati yang mengikatnya,, karena hati itulah pada akhirnya mereka menjalani kehidupan yang rukun dan tentram bagaikan mimi lan mintuna .
Nb:(mimi lan mintuna adalah pengibaratan dalam peribahasa jawa terhadap 2 orang yang selalu rukun dan bersama)
Lalu pada bait terakhir ada beberapa lirik: Wus jamak lumrahe yen wong urip coba lan godane gedhe,, suprandene ora nganti ndadak dadi gawe, rina wengi dadi ati, wong prasaja luhur bebudine, dasare gemati...... momong putra alus bebudine. >>> yang mempunyai makna :Sudah sewajarnya orang hidup didunia ini banyak cobaan dan godaannya, namun semua itu seharusnya tidak mejadikannya hal yang bisa merusak kehidupan yang sudah dijalani, ,, siang malam menjadi hati (cinta), orang yang bijaksana luhur budi pekertinya... dasarnya orang-orang yang penyayang.. mendidik anak ya dengan budi pekerti yang halus...
Ya... begitulah makna yang bisa saya pelajari dari lagu jawa yang berjudul DADI ATI ini. Semua musik itu indah,, seni itu indah. Dan alangkah lebih indah lagi jika selalu tersirat dan tersurat pesan kebaikan didalamnya. Terlebih lagi pesan yang bisa kita jadikan nasehat atau pitutur untuk kehidupan kita kedepannya : )
Sengaja mereview langgam ini karena DADI ATI ini adalah langgam yang cocok dinyanyikan saat pernikahan. Kebetulan banyak sahabat-sahabat saya yang akhir-akhir ini menikah. Jadi ya, saya anggap review langgam ini sebagai ucapan Happy Wedding untuk mereka semua aja. Semoga bahagia menjalani kehidupannya yang baru. Menjadi keluarga yang sakinah, mawadah warohmah.
Kalian semua (semuanya) adalah pelajaran, pengalaman dan inspirasi dalam hidupku.
Terima kasih : )
1 note · View note
rullyrahayu · 4 years
Text
Soal Sejarah Kebudayaan Islam
1).1. Faktor pribadi Wali songo, yang langsung bersentuhan dengn masyrakat, para wali mampu hadir ditengah masyarakat sebagai sosok yang teduh, berahlak mulia dan sangat dicintai oleh siapapun yang sempat berinteraksi.
2. Para wali sebagai pribadi juga merupakan orang-orang dengan kemampuan intelektual dan ekonomi yang baik.  3. Ajaran Islam merupakan ajaran yang bersifat simpel, mudah, murah serta jauh dari kerumitan dan kemewahan. Islam juga merupakan sebuah agama dengan konsep yang egaliter, tidak ada pembagian kasta. Satu-satunya penentu derajat seorang hamba di hadapan Tuhannya adalah ketaqwaan yang mereka lakukan, bukan karena harta, juga bukan karena faktor garis keturunan. 4. Masyarakat Jawa mempunyai budaya yang sangat kuat terutama wayang, dari wayang inilah strategi kebudayaan secara lebih sistematis, bagaimana menghadapi kebudayaan Jawa   yang sudah sangat tua, kuat, dan sangat mapan. maka dakwah di masukkan dalam cerita pewayangan. 5. metode dakwah yang sangat bijak. Mereka memperkenalkan Islam tidak serta merta, tidak ada cara instan, sehingga Wali Songo merumuskan strategi jangka panjang. 6. selain itu dalam berdakwah para wali mengambil juga langkah-langkah  pertama tadrij (bertahap). Misalnya, ketika pribumi meminum tuak atau makan daging babi, maka secara bertahap para wali akan meluruskan perilaku mereka tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, adamul haraj (tidak menyakiti) tapi dengan lemah lembut.
2). 1. Upaya menghilangkan sistem kasta dalam masyarakat pada masa itu menjadi objek dakwah Sunan Gresik. 2. Mendirikan pesantren seperti yang dilakukan oleh Sunan Ampel. 3. Sunan Bonang dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang menggemari wayang dan musik gamelan. 4. Hal yang paling menonjol dalam dakwah Sunan Drajat adalah perhatiannya yang sangat serius pada masalah sosial. Ia banyak membantu yatim piatu, fakir miskin, orang sakit, dan orang sengsara.  5. Sebagai pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan seperti yang dilakukan oleh Sunan Kudus 6. Sunan Muria juga menggunakan kesenian sebagai sarana berdakwah. Dua tembang yang diciptakannya dan sangat terkenal adalah sinom dan kinanti.
3). Beberapa nilai toleransi yang diperlihatkan oleh Sunan Kudus terhadap pengikutnya yakni dengan melarang menyembelih sapi kepada para pengikutnya. Bukan saja melarang untuk menyembelih, sapi yang notabene halal bagi kaum muslim juga ditempatkan di halaman masjid kala itu.
0 notes
abiealiefaziz · 2 years
Video
youtube
LIVE LEAK BAWANG PONPES
SENI BUDAYA NUSANTARA INDONESIA BERAGAM INDONESIA KAYA SENI BUDAYA ADAT ISTIADAT YANG TETAP HARUS DIJAGA KELESTARIANYA !!! ===========================
https://youtu.be/_kDDDGcQBzo
—————————————
https://youtu.be/JpFJRISbI4g
——————————————
MENAMPILKAN PERTUNJUKAN SENI TARI BAWANG GENITO WINDUSARI MAGELANG JAWA TENGAH  : * LEAK * RAMPAK BUTO GEDRUK * JATHILAN KUDA LUMPING * NGESTI TURONGGO * Legong merupakan kelompok tarian klasik Bali yang memiliki pembendaharaan gerak yang sangat kompleks yang terikat dengan struktur tabuh pengiring yang konon merupakan pengaruh dari tari gambuh. Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinyagamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya. Gamelan yang dipakai mengiringi tari legong dinamakan Gamelan Semar Pagulingan. Legong dikembangkan di keraton-keraton Bali pada abad ke-19 paruh kedua. Konon idenya diawali dari seorang pangeran dari Sukawati yang dalam keadaan sakit keras bermimpi melihat dua gadis menari dengan lemah gemulai diiringi oleh gamelan yang indah. Ketika sang pangeran pulih dari sakitnya, mimpinya itu dituangkan dalam repertoar tarian dengan gamelan lengkap. DALAM ACARA WALIMATUL KHITAN PUTRA PONPES BAWANG SELAMAT MENYAKSIKAN !!! SUPPORT BY  : @Abie Alief   https://youtuberkacau.blogspot.com/ Jangan lupa like, comment, share & Subscribe … …!!!! _______________________________________
KESENIAN, BUDAYA, ADAT ISTIADAT, LEAK,WAROK, REOG,TOPENG IRENG, GEDRUK, RAMPAK BUTO, TARI, RITUAL, PERTIDESA, TEMBANG JAWA, LANGGAM, PUCUNG, MACAPAT, JATHILAN, KUDA LUMPING, AGAMA, MULTI KULTUR, BERTAPA, MAKAM, JAWA TENGAH, DARAH BIRU, KERATON, SULTAN, KERAJAAN, GURU SEJATI, WDTS, ---------------------------------------------------------
#KESENIAN #BUDAYA #ADAT #ISTIADAT #LEAK #KUDALUMPING #JARANKEPANG #JATHILAN #KUDAKEPANG #WAROK #REOG #TOPENGIRENG #GEDRUK #rampakbarong #BUTO #TARI #RITUAL #PERTIDESA #NgajiDiri #OlahRoso #OlahRogo #Musafir #Viral #SantriJalanan #SyekherMania #ShalawatTanpaBatas #trending #RinduKasihmu #share #like #comment #Sahabat #Mendikbud #NabiMuhammadSaw #allahuakbar #YOUTUBER #BACKPACKER #CRICorp #SANTRIKILAT #Adventure #Pengembara #GuruSejati #GreenWarrior #NATURE #ADVENTURE #SKYMediaKomputindo #SKYKomp #SKYMedia #BERKEBUN #HUTAN #BACKTONATURE #COVID19 #ALAM #ADVENTURE #KAMPUNG #PPKM #ALBASIA #SENGON #BUDIDAYA #KOPI #ARABICA #TARZAN #PETANI #MAGELANG #BOROBUDUR #JAWATENGAH #GREENWARRIOR #KENJORO #SESURAK #SUNGAI #GUNUNGSUMBING #WINDUSARI
0 notes
omnivorapedia · 4 years
Text
Nilai-Nilai Keluarga dari Novel NH Dini
Tumblr media
Pendidikan karakter dibentuk dari keluarga. Dari sastra, kita juga bisa mengambil pelajaran tentang bagaimana menanamkan pendidikan karakter pada anak.
NH Dini adalah salah satu sastrawan Indonesia favorit saya sepanjang masa. Ada banyak harta karun berharga yang saya temukan dengan membaca kembali karya-karyanya. ‘Bertapa’ #dirumahaja menjadi kesempatan yang tidak saya sia-siakan untuk membaca buku. Salah satu karya yang belum lama saya baca, dan membuat saya amat terkesan adalah novel NH Dini berjudul Sekayu. Buku ini diterbitkan pertama kali tahun 1979 dan sudah cetak ulang beberapa kali. Jika dicari di marketplace pun masih ada yang menjual buku ini.
Bicara tentang nilai keluarga, saya langsung teringat pada novel ini. Ada banyak pelajaran menarik dan nilai-nilai tentang keluarga yang bisa diambil dari kisahnya.    
Sedikit tentang Sekayu, buku ini sebetulnya tidak bisa dibilang novel, karena punya banyak kesamaan sejarah dengan kisah hidup pengarangnya sendiri, mungkin lebih tepat dikatakan semi-autobiography. Ceritanya sederhana, tentang penulis saat berusia remaja (kelas 6 SD), yang tumbuh di kota Semarang, pada era setelah kemerdekaan, tahun 1950-an. Tentang gadis remaja melihat dunia dan orang-orang di sekitarnya, untuk pertama kalinya. Buku yang saya kira sangat bagus juga untuk dibaca oleh anak (remaja).
Pandangan tentang Uang
Remaja ini menghadapi tekanan karena kondisi keluarga yang miskin, setelah ayahnya meninggal. Ia merasakan kesulitan finansial yang dialami oleh ibunya. Akan tetapi, ia tumbuh dengan nilai keluarga yang tidak menganggap harta itu penting dan bukan menjadi sesuatu yang harus dikejar. Ia tidak meletakkan kebahagiaannya pada kepemilikan kebendaan, yang mungkin kalau istilah sekarang adalah konsumerisme.  
Gadis itu menemukan jalan keluar dari tekanan kemiskinan itu dengan menjadi penulis, di usia yang masih duduk di bangku SMP. Dia mulai menulis puisi untuk radio dan mengikuti kompetisi menulis cerpen, guna membantu ibunya. Namun, hal ini tidak membuatnya asal menulis demi uang, ia memiliki prinsip pentingnya kesempurnaan dalam mengerjakan segala sesuatu (perfect execution). Ia hanya akan mengirimkan karya setelah dia puas dengan isinya. Sikapnya atas kebendaan ini penting dilihat karena menempatkan segala sesuatu pada tempatnya, tidak menganggapnya lebih tinggi atau rendah dari yang lain.
“Jangan sampai aku menjadi budak kebutuhan uang, lalu menyerahkan hasil tulisan yang kuanggap ‘belum kusukai’.”
Memberikan Kemerdekaan Berpikir
Gadis ini sudah bersikap merdeka, merasa setara dan tidak mau bergantung pada orang lain. Pandangan yang ia dapatkan dari pendidikan keluarganya. Dalam keluarga, tidak ada pembedaan gender. Saat sedang dekat dengan lawan jenis, gadis ini bisa menilai dan merasa tidak nyaman dengan lelaki yang memiliki pandangan tradisional tentang perempuan.
Misalnya, saat ia dikritik, sebagai gadis dianggap tidak sepantasnya mengenakan pakaian seperti laki-laki, ia tidak menggubrisnya. 
“Bapak tidak pernah peduli bagaimana pakaian orang. Pakaian tidak pernah menunjukkan sifat orang yang terbungkus di dalamnya. Yang penting, sikap orang tersebut. Pakaian hanya merupakan pandangan lahiriah. Ibu juga tidak berkeberatan melihat putrinya berpakaian seperti laki-laki. Ibu mengetahui, kami benar-benar bersikap dan berpekerti wanita.”
Menanamkan Akar Budaya
Remaja ini aktif di komunitas kebudayaan Jawa, senang menonton wayang, belajar karawitan, menabuh gamelan, dan aktif menari Jawa. Sejak kecil, ibunya selalu menyanyikannya tembang-tembang dan puisi Jawa. Keluarga menanamkan pentingnya pendidikan kejawaan untuk anak (karena ia lahir dan besar di Jawa). Jawa dengan segala filosofinya, yang sekarang semakin menjadi asing dan nyaris punah.
“Dia menyukaiku karena sebagai manusia aku menari, menembang, menabuh gamelan, dan mengutamakan pendidikan Jawa sesempurnanya.”
Meninggikan Perilaku Baik
Kalau istilah sekarang, pendidikan karakter atau adab, penulis mendapatkannya dari keluarga. Pendidikan karakter itu pula yang mendasari penilaiannya terhadap orang-orang yang ia temui di masa ia beranjak dewasa.  
“Kami sesaudara diajar menuruti garis-garis aturan yang sederhana, namun tidak pernah meninggalkan tata cara kesopanan terhadap sesama hidup. Apabila ada orang di sekelilingku yang menyebal dari aturan pergaulan yang semacam itu, hatiku merasa terpukul dan terperanjat. Itu sudah cukup mendasari penilaianku terhadap manusia-manusia yang kemudian kujumpai.”  
Pentingnya Sosok Ayah
Ayah penulis meninggal di akhir-akhir ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Sejak itulah, ia merasakan kuatnya pengaruh sosok ayah dalam hidupnya. Lebih dari sekadar sosok pemberi nafkah keluarga dan penopang rumah.  
“Dari dalam lubuk hati, aku merasa memerlukan seorang laki-laki. Aku memerlukan kehadirannya, bukan untuk mengganti bapakku, tetapi yang dapat menolongku dengan pandangan hidup.”
0 notes
ensiklodotcom · 5 years
Photo
Tumblr media
Jamjaneng, Kesenian yang Digunakan Sunan Kalijaga sebagai Media Dakwah
Sejumlah laki-laki terlihat memainkan alat musik berbentuk lingkaran berlapis kulit, suara mereka terdengar melagukan kisah-kisah dan pesan melalui tembang selawat. Ketika dilihat, bentuk alat-alat musiknya mirip dengan rebana, namun cara memainkan dan bentuk pertunjukannya berbeda.
Mereka adalah grup seni Jamjaneng yang berada di Desa Purwosari, Kecamatan Cipari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Salah satu sesepuh grup, Kyai Sobirin menuturkan, seni Jamjaneng di Desa Purwosari mulai aktif kembali sekitar tahun 1989. Setelah sebelumnya sempat tidak aktif hampir sepuluh tahun. Kyai Sobirin bersama sejumlah pemuda mencoba menghidupkan kembali kesenian tersebut. Jamjaneng, di kalangan masyarakat juga dikenal dengan sebutan “Bersholawat”.
Sobirin bersama rekan-rekanya menjadi generasi kedua dari grup yang sebenarnya sudah eksis di Cipari sebelum tahun 1965. Kesenian Jamjaneng dijadikan media dakwah untuk menyampaikan pesan-pesan kebaikan budaya Islam pada masa itu. Menurut Sobirin, kesenian Jamjaneng ini lebih ditekankan kepada pesan-pesan kehidupan, mengingatkan manusia akan kematian, agar dalam setiap lini kehidupan di dunia selalu berbuat baik.
Grup seni Jamjaneng di Desa Purwosari, Cilacap ini merupakan salah satu potret wujud nyata masyarakat dalam upaya melestarikan Jamjaneng. Sebuah kesenian bernapaskan Islam yang berasal dari wilayah Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Baca : [ Mengenal Tradisi Ujungan di Banjarnegara untuk Memohon Hujan ]
Awal Mula Kesenian Jamjaneng
Jamjaneng mulai ada ketika masa Sunan Kalijaga menyiarkan agama Islam dan memasukan unsur seni sebagai salah satu metode dakwahnya. Pada zaman kesultanan Demak, agama Islam tersebar di berbagai penjuru Jawa Tengah, termasuk juga wilayah Kabupaten Kebumen dan salah satu penyebarnya adalah Sunan Kalijaga.
Di Demak, Sunan Kalijaga menggunakan wayang kulit dengan musik gamelan sebagai media dakwah. Ketika ingin melakukan hal serupa di wilayah Kebumen, Sunan Kalijaga kesulitan mendapatkan gamelan lantaran jauh dari perajin pada saat itu dan harganya mahal. Sunan Kalijaga kemudian menyuruh orang untuk membuat alat kesenian dari potongan kayu yang dilubangi dan salah satu bagian permukaannya ditutup dengan kulit binatang. Sedangkan untuk gendang, ditutup kedua bagian permukaannya.
Pembuat alat tersebut adalah seorang tukang yang berasal dari daerah Kebumen bernama Ki Jamjani. Di sela-sela Sunan Kalijaga memberikan pengajian, alat musik dari kayu tersebut dimainkan dengan melantunkan syair selawat. Namun sampai Ki Jamjani meninggal, kesenian tersebut belum memiliki nama, hasil kesepakatan masyarakat dan atas saran Sunan Kalijaga, kesenian tersebut kemudian diberi nama Jamjaneng, karena alatnya adalah hasil karya Ki Jamjani. Sepeninggal Sunan Kalijaga, kesenian Jamjaneng kemudian berkembang luas di wilayah Kebumen, hingga ke daerah-daerah di sekitar Kebumen, salah satunya Cilacap.
Baca : [ Makna Filosofi Pacul, Wejangan Sunan Kalijaga terhadap Ki Ageng Sela ]
Alat Musik Jamjaneng
Alat musik yang dimainkan dalam kesenian Jamjaneng terbuat dari kayu dan kulit yang dibuat menjadi lima macam bentuk. Lima bentuk tersebut adalah Gong, Petengah, Kenong, Gendang dan Ketipung.
Gong : Bentuknya seperti rebana besar dengan garis tengah kurang lebih 60 cm sampai dengan 70 cm.
Petengah : Bentuknya seperti Gong, namun berukuran lebih kecil dengan garis tengah kurang lebih 30 cm sampai dengan 40 cm.
Kenong : Rebana paling kecil dengan ukuran garis tengah 25 cm sampai dengan 35 cm.
Gendang : Bentuknya sama dengan alat musik gendang yang digunakan dalam kesenian karawitan.
Ketipung : Sama dengan gendang, namun memiliki ukuran yang lebih kecil.
Syair Jamjaneng
Syair-syair yang dilantunkan dalam kesenian Jamjaneng merupakan syair selawatan yang diambil dari kitab Al Barzanji atau syair-syair lain bernapaskan Islam yang menyampikan pesan tentang kebaikan dalam Islam. Sebagian besar syair dalam kesenian Jamjaneng dituliskan dalam bentuk Pegon, aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Jawa. Dalam penulisannya, Pegon tidak diberi tanda-tanda bunyi (diakritik), atau lebih dikenal di kalangan masyarakat dengan istilah tulisan Arab gundul.
Sumber Rujukan :
Jamjaneng, Website Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen, diakses pada 27 Agustus 2019.
Posting Jamjaneng, Kesenian yang Digunakan Sunan Kalijaga sebagai Media Dakwah ditampilkan lebih awal di Ensiklo.Com.
0 notes
rebeccadeavers · 5 years
Text
10 Alat Musik Tradisional Jawa Barat yang Mungkin Kamu Belum Tahu
10 Alat Musik Tradisional Jawa Barat yang Mungkin Kamu Belum Tahu:
Provinsi Jawa Barat sangat terkenal dengan segala macam kebudayaannya. Seperti wayang golek, tari jaipong, rampak gendang, dan masih banyak lagi. Semua kebudayaan Jawa Barat tentu saja juga diiringi oleh lantunan musik yang dimainkan dengan alat musik tradisional Jawa Barat.
Alat musik tradisional Jawa Barat sangat beragam. Mulai dari angklung, kendang, calung, dan yang lainnya. Namun mungkin kamu tidak menyadari bahwa alat musik tradisional yang biasa kamu lihat atau mainkan ternyata dari Jawa Barat. Nah, untuk memperkenalkan kamu dengan alat musik tradisional Jawa Barat, BukaReview akan memberikan 10 daftar alat musik tradisional Jawa Barat yang mungkin kamu belum tahu. Apa saja? Simak penuturannya di bawah.
10 Alat musik tradisional Jawa Barat yang sebaiknya kamu kenali
1. Rebab
Tumblr media
Gambar: Alat musik tradisional Jawa Barat Rebab sudah dikenal sejak abad ke-9 masehi. (Foto: alatmusik.org)
Siapa yang menyangka jika ternyata alat musik tradisional Jawa Barat yang satu ini sudah dikenal sejak abad ke-9 masehi. Menurut sejarah, rebab dibawah oleh para pedagang Timur Tengah yang berlayar ke Indonesia.
Pada awal kemunculannya, rebab adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang berbahan dasar tembaga dan memiliki tiga buah senar atau dawai. Namun, lama kelamaan Rebab berubah dengan menggunakan bahan dasar kayu.
Rebab berbentuk seperti busur panah, dan memainkannya dengan cara digesek seperti memainkan alat musik biola.
2. Suling
Tumblr media
Gambar: Peran yang dimainkan suling adalah memberikan melodi pada lantunan lagu. (Foto: alatmusik.org)
Tentu kamu sudah tidak asing lagi dengan alat musik tradisional Jawa Barat yang bernama Suling. Suling merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bahan dasar kayu, atau bambu. Suling memiliki lubang untuk mengatur nada. Jumlah lubangnya juga bervariasai, ada empat sampai delapan lubang tergantung dengan kebutuhan lagu.
Dalam musik daerah Jawa Barat, suling yang biasanya digunakan adalah suling yang memiliki empat buah lubang. Dan peran yang dimainkan suling adalah memberikan melodi pada lantunan lagu tradisional.
Baca juga: 23 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mungkin Kamu Belum Tahu
3. Karinding
Tumblr media
Gambar: Alat musik tradisional  Karinding biasanya digunakan sebagai alat pengusir hama di sawah. (Foto: Takaitu)
Alat musik tradisional Jawa Barat yang satu ini tergolong unik. Cara memainkan karinding adalah dengan meletakanya di bibir, kemudian tepuk bagian pemukulnya supaya tercipta resonansi suara. Karinding biasanya digunakan sebagai alat pengusir hama di sawah. Suara karinding muncul dari pergesekan pegangan dan ujung jari yang ditepuk-tepuk.
Biasanya karinding terbuat dari bambu, namun ada juga karinding yang dibuat dari pelepah pohon aren. Karinding yang dibuat dari bambu dipakai oleh perempuan, sedangkan yang terbuat pohon aren digunakan oleh pemain laki-laki.
4. Calung
Tumblr media
Gambar: Alat musik tradisional Jawa Barat Calung terbagi dalam dua jenis, yaitu calung rantay dan calung jinjing. (Foto: Budaya Jawa)
Jika dilihat sekilas, calung memiliki bentuk yang tidak berbeda jauh dengan alat musik tradisional Jawa Barat angklung. Biasanya bahan yang digunakan untuk membuat calung adalah bambu jenis awi wulung, atau lebih dikenal dengan nama bambu hitam. Namun tidak sedikit juga yang menggunakan bambu ater sebagai bahan dasar pembuatan alat musik daerah Jawa Barat ini.
Calung terbagi dalam dua jenis, yaitu calung rantay dan calung jinjing. Cara memainkan alat musik calung adalah dengan cara dipukul, untuk calung rantay anda harus memukulnya dengan dua tangan dengan posisi duduk bersilah sedangkan untuk calung jinjing anda bisa memainkannya dengan menggunakan tangan kanan saja, dan tangan kiri untuk memegang alat musik tradisional tersebut
5. Angklung
Tumblr media
Gambar: Angklung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang bernada ganda. (Foto: 1001 Nusantara)
Angklung juga pasti alat musik tradisional Jawa Barat yang sudah tidak asing lagi untuk kamu. Angklung merupakan alat musik tradisional yang multitonal atau bernada ganda. Alat musik ini terbuat dari bambu yang dipotong ujungnya dan dibunyikan dengan menggoyangkannya.
Suara yang dihasilkan alat musik tradisional Jawa Barat angklung adalah dari benturan badan bambu, sehingga menghasilkan bebunyian yang memiliki nada-nada. Alat musik tradisional Jawa Barat ini tergolong dalam alat musik idiofon, yang maksudnya menghasilkan suara dari getaran keseluruhan alat musik itu sendiri.
Baca juga:  8 Alat Musik Tradisional Jawa Timur yang Kamu Harus Tahu
6. Tarawangsa
Tumblr media
Gambar: Tarawangsa juga alat musik tradisional Jawa Barat yang memiliki bentuk sangat mirip dengan biola. (Foto: Wacana Nusantara)
Sama seperti rebab, tarawangsa juga alat musik tradisional Jawa Barat yang memiliki bentuk sangat mirip dengan biola. Yang membedakan tarawangsa dan rebab adalah jumlah dawai. Tarawangsa hanya memiliki dua buah dawai, dan rebab tiga buah. Dari dua dawai yang dimiliki tarawangsa, hanya satu saja yang bisa dibunyikan dengan cara digesek, selebihnya dawai tersebut dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri untuk mendapatkan bunyi.
Tarawangsa dikenal sebagai sebagai alat musik tradisional yang sering dimainkan dengan iringan alat musik sejenis kecapi yang biasa disebut Jentreng.
7. Kecapi
Tumblr media
Gambar: Kecapi merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang memegang peranan penting dalam Tembang Sunda. (Foto: Kamera Budaya)
Kecapi merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang memegang peranan penting dalam Tembang Sunda. Jika dilihat fungsinya, kecapi dimainkan menjadi dua bagian dalam mengiringi musik tradisional Sunda, yaitu kecapi induk dan kecapi anak.
Kecapi induk berperan untuk memulai musik, menentukan tempo, dan kecapi yang digunakan memiliki 18-20 buah dawai. Lalu kecapi anak berperang mengiringi musik dengan frekuensi tinggi. Dan dawai yang digunakan pun lebih sedikit, hanya 15 buah dawai.
8. Arumba
Tumblr media
Gambar: Arumba adalah penggabungan antara alat-alat musik berbahan dasar bambu. (Foto: Musik Angklung)
Arumba adalah esemble musik yang menggunakan berbagai alat musik berbahan dasar bambu yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah musikal dan jenis musik tersendiri. Alat musik tradisional arumba terbuat dari bambu pilihan seperti awi temen, tali dan wulung (bambu hitam).
Baca juga: 8 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah yang Sering Digunakan untuk Gamelan
9. Jenglong
Tumblr media
Gambar: Jenglong memiliki peran sebagai kerangka lagu dan alat musik untuk membuat suara dasar. (Foto: alatmusik.org)
Alat musik tradisional Jawa Barat yang berikutnya adalah jenglong. Kamu mungkin tidak terlalu familiar dengan alat musik ini, namun jenglong memiliki peran sebagai kerangka lagu dan alat musik untuk membuat suara dasar.
Kamu bisa memainkan jenglong dengan cara dipukul dengan menggunakan pemukul khusus. Pemukul alat musik jenglong biasanya dilapis dengan rajutan benang atau bahan wol untuk membuatnya menjadi empuk.
10. Celempung
Tumblr media
Gambar: Celempung terbuat dari kulit bambu dengan memanfaatkan resonansi yang ada dalam ruas batang bambu untuk menghasilkan suara. (Foto: Alam Pedia)
Alat musik tradisional Jawa Barat yang terakhir adalah celempung. Celempung terbuat dari kulit bambu dengan memanfaatkan resonansi yang ada dalam ruas batang bambu untuk menghasilkan suara.
Satu senar celempung disetel dengan menggunakan nada pelog, dan satunya lagi disetel dengan nada slendro. Instrumen Gamelan Siteran menggunakan celempung dan siter sebagai ciri khasnya.
Itulah 10 alat musik tradisional Jawa Barat. Semoga dengan mengenalinya, kita jadi bisa terus melestarikan kebudayaan asli Indonesia.
from https://review.bukalapak.com/hobbies/alat-musik-tradisional-jawa-barat-99355 from https://bukareview0.tumblr.com/post/182178290488
0 notes
bukareview0 · 5 years
Link
Provinsi Jawa Barat sangat terkenal dengan segala macam kebudayaannya. Seperti wayang golek, tari jaipong, rampak gendang, dan masih banyak lagi. Semua kebudayaan Jawa Barat tentu saja juga diiringi oleh lantunan musik yang dimainkan dengan alat musik tradisional Jawa Barat.
Alat musik tradisional Jawa Barat sangat beragam. Mulai dari angklung, kendang, calung, dan yang lainnya. Namun mungkin kamu tidak menyadari bahwa alat musik tradisional yang biasa kamu lihat atau mainkan ternyata dari Jawa Barat. Nah, untuk memperkenalkan kamu dengan alat musik tradisional Jawa Barat, BukaReview akan memberikan 10 daftar alat musik tradisional Jawa Barat yang mungkin kamu belum tahu. Apa saja? Simak penuturannya di bawah.
10 Alat musik tradisional Jawa Barat yang sebaiknya kamu kenali
1. Rebab
Tumblr media
Gambar: Alat musik tradisional Jawa Barat Rebab sudah dikenal sejak abad ke-9 masehi. (Foto: alatmusik.org)
Siapa yang menyangka jika ternyata alat musik tradisional Jawa Barat yang satu ini sudah dikenal sejak abad ke-9 masehi. Menurut sejarah, rebab dibawah oleh para pedagang Timur Tengah yang berlayar ke Indonesia.
Pada awal kemunculannya, rebab adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang berbahan dasar tembaga dan memiliki tiga buah senar atau dawai. Namun, lama kelamaan Rebab berubah dengan menggunakan bahan dasar kayu.
Rebab berbentuk seperti busur panah, dan memainkannya dengan cara digesek seperti memainkan alat musik biola.
2. Suling
Tumblr media
Gambar: Peran yang dimainkan suling adalah memberikan melodi pada lantunan lagu. (Foto: alatmusik.org)
Tentu kamu sudah tidak asing lagi dengan alat musik tradisional Jawa Barat yang bernama Suling. Suling merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bahan dasar kayu, atau bambu. Suling memiliki lubang untuk mengatur nada. Jumlah lubangnya juga bervariasai, ada empat sampai delapan lubang tergantung dengan kebutuhan lagu.
Dalam musik daerah Jawa Barat, suling yang biasanya digunakan adalah suling yang memiliki empat buah lubang. Dan peran yang dimainkan suling adalah memberikan melodi pada lantunan lagu tradisional.
Baca juga: 23 Alat Musik Tradisional Indonesia yang Mungkin Kamu Belum Tahu
3. Karinding
Tumblr media
Gambar: Alat musik tradisional  Karinding biasanya digunakan sebagai alat pengusir hama di sawah. (Foto: Takaitu)
Alat musik tradisional Jawa Barat yang satu ini tergolong unik. Cara memainkan karinding adalah dengan meletakanya di bibir, kemudian tepuk bagian pemukulnya supaya tercipta resonansi suara. Karinding biasanya digunakan sebagai alat pengusir hama di sawah. Suara karinding muncul dari pergesekan pegangan dan ujung jari yang ditepuk-tepuk.
Biasanya karinding terbuat dari bambu, namun ada juga karinding yang dibuat dari pelepah pohon aren. Karinding yang dibuat dari bambu dipakai oleh perempuan, sedangkan yang terbuat pohon aren digunakan oleh pemain laki-laki.
4. Calung
Tumblr media
Gambar: Alat musik tradisional Jawa Barat Calung terbagi dalam dua jenis, yaitu calung rantay dan calung jinjing. (Foto: Budaya Jawa)
Jika dilihat sekilas, calung memiliki bentuk yang tidak berbeda jauh dengan alat musik tradisional Jawa Barat angklung. Biasanya bahan yang digunakan untuk membuat calung adalah bambu jenis awi wulung, atau lebih dikenal dengan nama bambu hitam. Namun tidak sedikit juga yang menggunakan bambu ater sebagai bahan dasar pembuatan alat musik daerah Jawa Barat ini.
Calung terbagi dalam dua jenis, yaitu calung rantay dan calung jinjing. Cara memainkan alat musik calung adalah dengan cara dipukul, untuk calung rantay anda harus memukulnya dengan dua tangan dengan posisi duduk bersilah sedangkan untuk calung jinjing anda bisa memainkannya dengan menggunakan tangan kanan saja, dan tangan kiri untuk memegang alat musik tradisional tersebut
5. Angklung
Tumblr media
Gambar: Angklung merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang bernada ganda. (Foto: 1001 Nusantara)
Angklung juga pasti alat musik tradisional Jawa Barat yang sudah tidak asing lagi untuk kamu. Angklung merupakan alat musik tradisional yang multitonal atau bernada ganda. Alat musik ini terbuat dari bambu yang dipotong ujungnya dan dibunyikan dengan menggoyangkannya.
Suara yang dihasilkan alat musik tradisional Jawa Barat angklung adalah dari benturan badan bambu, sehingga menghasilkan bebunyian yang memiliki nada-nada. Alat musik tradisional Jawa Barat ini tergolong dalam alat musik idiofon, yang maksudnya menghasilkan suara dari getaran keseluruhan alat musik itu sendiri.
Baca juga:  8 Alat Musik Tradisional Jawa Timur yang Kamu Harus Tahu
6. Tarawangsa
Tumblr media
Gambar: Tarawangsa juga alat musik tradisional Jawa Barat yang memiliki bentuk sangat mirip dengan biola. (Foto: Wacana Nusantara)
Sama seperti rebab, tarawangsa juga alat musik tradisional Jawa Barat yang memiliki bentuk sangat mirip dengan biola. Yang membedakan tarawangsa dan rebab adalah jumlah dawai. Tarawangsa hanya memiliki dua buah dawai, dan rebab tiga buah. Dari dua dawai yang dimiliki tarawangsa, hanya satu saja yang bisa dibunyikan dengan cara digesek, selebihnya dawai tersebut dipetik dengan jari telunjuk tangan kiri untuk mendapatkan bunyi.
Tarawangsa dikenal sebagai sebagai alat musik tradisional yang sering dimainkan dengan iringan alat musik sejenis kecapi yang biasa disebut Jentreng.
7. Kecapi
Tumblr media
Gambar: Kecapi merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang memegang peranan penting dalam Tembang Sunda. (Foto: Kamera Budaya)
Kecapi merupakan alat musik tradisional Jawa Barat yang memegang peranan penting dalam Tembang Sunda. Jika dilihat fungsinya, kecapi dimainkan menjadi dua bagian dalam mengiringi musik tradisional Sunda, yaitu kecapi induk dan kecapi anak.
Kecapi induk berperan untuk memulai musik, menentukan tempo, dan kecapi yang digunakan memiliki 18-20 buah dawai. Lalu kecapi anak berperang mengiringi musik dengan frekuensi tinggi. Dan dawai yang digunakan pun lebih sedikit, hanya 15 buah dawai.
8. Arumba
Tumblr media
Gambar: Arumba adalah penggabungan antara alat-alat musik berbahan dasar bambu. (Foto: Musik Angklung)
Arumba adalah esemble musik yang menggunakan berbagai alat musik berbahan dasar bambu yang pada akhirnya berkembang menjadi sebuah musikal dan jenis musik tersendiri. Alat musik tradisional arumba terbuat dari bambu pilihan seperti awi temen, tali dan wulung (bambu hitam).
Baca juga: 8 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah yang Sering Digunakan untuk Gamelan
9. Jenglong
Tumblr media
Gambar: Jenglong memiliki peran sebagai kerangka lagu dan alat musik untuk membuat suara dasar. (Foto: alatmusik.org)
Alat musik tradisional Jawa Barat yang berikutnya adalah jenglong. Kamu mungkin tidak terlalu familiar dengan alat musik ini, namun jenglong memiliki peran sebagai kerangka lagu dan alat musik untuk membuat suara dasar.
Kamu bisa memainkan jenglong dengan cara dipukul dengan menggunakan pemukul khusus. Pemukul alat musik jenglong biasanya dilapis dengan rajutan benang atau bahan wol untuk membuatnya menjadi empuk.
10. Celempung
Tumblr media
Gambar: Celempung terbuat dari kulit bambu dengan memanfaatkan resonansi yang ada dalam ruas batang bambu untuk menghasilkan suara. (Foto: Alam Pedia)
Alat musik tradisional Jawa Barat yang terakhir adalah celempung. Celempung terbuat dari kulit bambu dengan memanfaatkan resonansi yang ada dalam ruas batang bambu untuk menghasilkan suara.
Satu senar celempung disetel dengan menggunakan nada pelog, dan satunya lagi disetel dengan nada slendro. Instrumen Gamelan Siteran menggunakan celempung dan siter sebagai ciri khasnya.
Itulah 10 alat musik tradisional Jawa Barat. Semoga dengan mengenalinya, kita jadi bisa terus melestarikan kebudayaan asli Indonesia.
from https://review.bukalapak.com/hobbies/alat-musik-tradisional-jawa-barat-99355
0 notes
cakraadventure · 7 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Anak Band abad ke 18
Mamaos dalam sejarah adat Sunda adalah seni olah vokal dari alat musik yang terdiri dari Suling, Kacapi, dan Rebab. Lagu lagu dari Mamaos sendiri berasal dari vokal seni pantun yang digabungkan dengan tembang atau pupuh dalam Macapat Jawa.
sumber : wikipedia
2 notes · View notes