Tumgik
#taklid
ilmiyyat1453 · 1 year
Text
"Bir kişi yüksek bir mekana çıkıp, dalga geçerek vaiz taklidi yapsa, izleyenler de gülenler de kafir olurlar. Aynı şekilde bir toplulukta muallim (hoca) taklidi yapılsa ve izleyenler gülseler hepsi kafir olurlar."
Şeyh Bedreddin es-Simavi, Camiu'l-Fusuleyn
21 notes · View notes
islaminnuru · 2 years
Quote
Eğer kendiniz neye inandığınızın farkına varmazsanız ve inandığınız şeylerin gerçekliğinde ‘’Hakkatten doğruymuş ya!..’’ noktasına ermezseniz; Bunun için bir kitabı okumak kadar harcadığınız gayretin, bir dili hayatınızda öğrenmek için harcadığınız kadar gayretin, bir finali geçmek için harcadığınız kadar gayretin bir benzerini bu yolda, bu uğurda harcamazsanız, başka herhangi bir batıl dindeki herhangi bir taklitçinin konjektörü içerisinde yaşamış ve ortamda herkesin ‘eyvallah’  dediği şeylere eyvallah demiş adamdan hiçbir farkınız kalmıyor. Bu farksızlığınız akıbetinizin de aynılığını getirebilir.
Prof. Dr. Halis Aydemir
12 notes · View notes
muslumanincenneti · 1 year
Photo
Tumblr media
1527. Hz.Enes’den (R.A.) aktarıldığına göre Rasûlullah (S.A.V.) şöyle buyurdu: "Miraca çıkarıldığımda bir toplumun yanından geçtim, bunlar bakırdan tırnaklarıyla yüzlerini ve göğüslerini tırmalıyorlardı." "Ey Cebrail, bunlar kimlerdir?" diye sordum. "Bunlar gıybet etmekle insanların etlerini yiyenler, onların şeref ve namuslarıyla oynayanlardır" cevabını verdi. (Ebu Davud, Edeb, 35) #söz #taklid #taklit #islam #hadis #hzmuhammed #hzmuhammedsav #buhari #muslim #peygamber #peygamberefendimiz #peygamberimiz #gıybet #dedikodu #şeref #namus https://www.instagram.com/p/CmdaR_Pj1sk/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
hidayatuna · 2 years
Text
Bolehkah Taklid 'Mencium Tangan Orang Tua' dan Tabarruk?
Bolehkah Taklid ‘Mencium Tangan Orang Tua’ dan Tabarruk?
HIDAYATUNA.COM – Pada sesi tanya jawab di acara Kajian Aswaja di Poso Pesisir dekat kediaman Ust Asri AK L-Kineni -Sekretaris PCNU Poso, Sulawesi Tengah, langsung dua pertanyaan yang langsung menohok seperti sudah mengalami perdebatan soal ini. Pertanyaan pertama soal taklid, ini tergambar dari kebiasaan mencium tangan orang tua yang tidak ada dalilnya, kata mereka. Saya jawab bahwa mereka lah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
edumipedia · 2 years
Text
Pengertian Taklid
Salam sahabat edumipedia , bagi kita sebagai seorang muslim tentu tak asing lagi denga kata “taklid” bukan. Apalagi bagi para santri, rasanya bukan santri bila tak mengetahui apa itu “taklid”. Pada risalah kali ini edumipedia akan menjelaskan tentang pengertian Taklid, simak penjelasan berikut: Pengertian taklid adalah ; التقليد هو أن يعرف العقائد اخلمسني ومل يعرف هلا دليال إمجاليا أو…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
davayolu · 2 years
Text
Tumblr media
Tâc marifet tacıdır
Sanma gayrı tâc ola
Taklid ile tok olan hakikatte aç ola...
0 notes
yakazakalb · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media
Boz değil bozbozboz-kırrr...
Köy gören masum şehirli yüzerliğin bitkisi ile tanışmıştır.
Ancak nasıl oldu anlamadım ne bir köylü ile konuştum ne bişey yaptım. Ağzım "dirip durum" moduna girdi.hkggjj
10 notes · View notes
hellopersimmonpie · 2 months
Text
Pemilu ini adalah pemilu kedua gue nggak berafiliasi ke partai manapun. Tahun 2014, gue masih bergabung dengan harakah yang mengarah ke partai. Tahun 2019 gue sudah berhenti mengikuti harakah tapi gue ngikutin pemilu dengan rasa trauma ke partai berhaluan islam. Mungkin karena komunikasi publiknya partai islam waktu itu kurang baik. Jadi gue ngerasa pengambilan keputusan politik partai tersebut tidak akuntabel dan cenderung memaksakan taklid buta.
Tahun ini, semuanya dimulai dengan sikap netral, lebih tenang dan lebih objektif. Udah nggak ada rasa trauma ataupun rasa fanatik ke pihak manapun. Lebih ke ngerasa lega karena udah pelan-pelan mengenal diri sendiri. Semacam:
"Oh ini toh value yang gue pegang ketika sendirian?"
Tahun 2014, circle gue adalah orang-orang yang mendukung Prabowo. Tapi gue milih menggunakan hak suara tanpa memilih presiden dan nggak berkoar-koar karena menghormati orang-orang di sekitar gue. Meskipun pada waktu itu, gue juga sempat membantu mengawal suara. Tapi rasanya masih nggak sreg dan mengalami kebingungan untuk mengambil keputusan. Konon prinsip dasar fiqih memang mengajarkan memilih yang mudharatnya paling rendah. Akan tetapi waktu itu gue merasa semuanya satu toko cuma beda pintu aja. Jadi bagi gue, milih yang manapun akan sama. Tahun 2019, masih sama. Masih bingung juga. Nggak mantep buat milih. Hari ini, gue udah nggak merasa bingung karena dua hal:
Para capres – cawapres menggunakan pendekatan kampanye yang berbeda. Gue punya banyak chanel untuk mempelajari visi dan misi cawapres. Jadi meskipun visi – misinya tidak sempurna, setidaknya arahnya bisa dibaca.
Ada banyak chanel dari lembaga independent yang membedah visi dan misi capres sesuai dengan kepakarannya. Contohnya Green Peace yang berfokus membahas isu lingkungan. Dari situ gue jadi paham capres mana yang menjaga lingkungan dan capres mana yang visi-misinya sangat ekstraktif.
Meskipun di belakang dua hal yang gue sebut tadi masih ada gerbong oligarki yang perlu dianalisa lagi, tapi setidaknya asas yang gue pakai bukan lagi asas lesser evil atau yang mudhorotnya paling minim. Dalam pemilu kali ini, gue memilih paslon karena keinget hadist:
"Jika kiamat hendak terjadi dan di tangan kalian ada biji tumbuhan, maka jika kalian sanggup menanamnya sebelum benar-benar terjadi kiamat, lakukanlah”. HR. Ahmad No. 12981
Segelap apapun sistem yang kita hadapi, jika kita melihat potensi kebaikan di depan mata, mari kita rawat potensi tersebut sambil banyak berdoa. Semoga kebaikan tersebut tumbuh dengan baik. Gue nggak melihat pemilu ini sebagai satu momen saja. Sebagai bagian dari masyarakat, gue melihat pemilu sebagai tolak ukur kecerdasan komunal kita. Mana celah yang perlu banget kita perbaiki. Mana kebaikan yang perlu kita syukuri.
Ketika bicara kecerdasan komunal, gue nggak mengacu pada secanggih apa teknologi yang kita punya. Tapi lebih pada bagaimana kita punya perangkat budaya yang menumbuhkan sekaligus memberi rasa aman kepada semua orang termasuk masyarakat lemah dan rentan hingga manusia yang paling miskin pun tetap bisa hidup dan bertumbuh dengan baik sebagai manusia. Punya waktu untuk berpikir. Bisa belajar untuk menjadi lebih baik.
Gue nggak bilang orang-orang miskin nggak bisa bertumbuh jadi manusia dan orang kaya pasti bisa jadi manusia yang baik. Tapi tiap gue ngelihat kehidupan kita sekarang, ada banyak skenario yang memungkinkan manusia tidak bisa bertumbuh dengan baik. Contoh sederhana:
Ada masyarakat menengah yang terjebak kemacetan setiap hari cukup lama sehingga waktu bersama keluarga mereka berkurang. Setiap harinya diberatkan dengan urusan-urusan keuangan. Boro-boro upgrade diri. Otak nggak pernah tenang dan semuanya dihadapi dengan survival mode.
Sama halnya dengan yang miskin. Pendidikan tinggi nggak aksesibel. Ruang hidupnyapun bisa terancam sewaktu-waktu. Belum lagi jika kita melakukan gaslighting dan menertawakan orang-orang yang saking lamanya hidup di survival mode sampai money politics pun kerasa gampang banget masuk ke mereka.
Ini celah peradaban kita. Setiap kali mendesain dunia dalam game, gue selalu berpikir masyarakat seperti apa yang ada di sana? Disiplin ilmu seperti apa yang tumbuh di dalamnya? Apakah mereka punya sistem pemerintahan yang egaliter dan stabil? Jika kita ingin sistem yang egaliter dan stabil, kita harus bagaimana?
Sama halnya dengan dunia nyata. Meskipun variabel bebasnya jauh lebih banyak ketimbang di game, tapi gue belajar juga buat berpikir secara sistem. Let’s say gue muslim yang pengen berkontribusi ke masyarakat dengan warna keislaman gue, gue harus belajar apa agar tidak terjebak ke fanatik buta? Waktu baca buku The Art of Thinking Clearly, gue jadi nyadar bahwa skeptis sama keadaan itu tidak buruk. Justeru kita harus terus menerus skeptis dan kritis sampai kita bisa berpikir dengan jernih. Membedakan mana kekhawatiran yang beneran khawatir, mana kekhawatiran yang dipicu trauma. Lalu menganalisa kekhawatiran tersebut sampai nemu akar masalahnya.
Yang gue khawatirkan hari ini ada banyak. Utamanya karena gue akademisi. Gue khawatir kalau pendidikan tinggi makin susah dijangkau. Kita tahu dengan berubahnya perguruan tinggi jadi PTN-BH, perguruan tinggi seperti punya dua peran sekaligus. Punya peran sosial dengan meringankan UKT Masyarakat miskin sekaligus jadi perusahaan yang dituntut banyak cuan. Padahal skill set dosen atau leader di setiap kampus tuh nggak banyak yang mengarah ke entrepreneurship. Lagi pula membangun Perusahaan itu ya nggak semudah yang kita bayangkan. Pada akhirnya, ada banyak kampus yang masih bergantung pada UKT sebagai sumber pendapatan utama.
Kedua? Gue khawatir kalau ruang hidup Masyarakat rentan tergerus. Pengen menulis ini lebih panjang tapi kok nggak nyaman wkwk. Sebenarnya kekalahan paslon yang gue pilih tuh udah terlintas di benak gue setelah membaca banyak prediksi dan melihat data demografi di Indonesia. Gue nggak pengen nyalahin masyarakat rentan. Nggak pengen menyalahkan akademisi yang dianggap hanya duduk di menara gading.
Akademisi kita sebenarnya sudah banyak yang berjuang. Kalau dibilang “bahasa yang digunakan terlalu intelek dan ndakik-ndakik”, gue sendiri nggak sependapat. Kita kadang-kadang perlu belajar mencerna informasi yang kompleks. Nggak boleh juga kita merendahkan: “Masyarakat kelas bawah pasti nggak mampu ngerti”
Arah jangan begitu. Kalau pakar menjelaskan dengan bahasa yang kompleks, jurnalis yang perlu mengolah biar bahasanya lebih dipahami khalayak. Salah satu hal yang perlu diperbaiki di peradaban kita hari ini adalah jurnalismenya. Keberpihakan kepada Masyarakat rentan belum menjadi arus utama di media.
Meskipun hari ini pola kampanye dialogis masih belum bisa membuat para paslon menang, gue tetap bersyukur. Bagaimanapun pemaparan visi dan misi adalah sesuatu yang perlu diapresiasi.
Sisanya?
Hidayah itu ada yang tiba-tiba datang ke hati manusia. Ada yang datangnya memang perlu dijemput atau dikondisikan. Dengan menata pola pikir Masyarakat, berarti kita membantu memudahkan banyak orang untuk mendapatkan hidayah. Menata pola pikir masyarakat itu bukan memaksakan mereka mengikuti pola pikir kita. Tetapi lebih ke bagaimana kita mengembangkan instrument budaya yang memberi ruang untuk berpikir, membantu masyarakat untuk memperkecil bias, hingga orang yang bisa berpikir jernih semakin banyak. Kita tidak akan bisa sampai pada ketaatan selevel nabi Ayyub A.S. Tapi gue berharap seberapapun miskinnya kita, semoga Allah tetap mendekatkan kita pada kebenaran dan memampukan kita untuk memperjuangkan hal-hal baik.
Gue paham banget bahwa kemiskinan itu membatasi banyak hal. Termasuk imajinasi. Di negara kita, kemiskinan bahkan menghambat manusia meraih pendidikan dan pekerjaan yang layak. Maka jihad-jihad kita tuh selain bikin kajian tentang hal dasar beragama, kita juga perlu membentuk masyarakat yang melek undang-undang dan hak mereka. Paham negara ini harus diarahkan kemana. Paham betapa dampak kota car-centric terhadap kemanusiaan. Paham gimana dampaknya RUU Ciptaker. Beneran. Pemahaman tentang hal-hal semacam ini tuh juga bis akita sebut hidayah. Karena apapun yang bisa memberi kita inspirasi untuk menjauhkan manusia dari keburukan dan mendekatkan manusia pada kebaikan, bisa kita sebut hidayah.
Mungkin kita akan menghadapi musim dingin beberapa waktu. Tapi semoga Allah menjaga kita semua. Semoga kelak kita bisa bernegara dengan lebih baik. Bertumbuh, sejahtera dan punya banyak resource untuk berbuat baik :")
111 notes · View notes
muratmesutfan · 1 month
Text
Tumblr media
Her kelimesinde, cümlesinde ve dahi paragrafında taklide zerre pirim vermeksizin fakat tahkikin en derin sularında yüzme bildiği halde gönüllüce boğulmayı tercih etmiş, boğulmaya can vermiş bir adamın sevme biçiminin simgesidir Rüveyda…
20 notes · View notes
fani1816 · 11 days
Text
Tumblr media
“Zevk-i hakkı duymayan hayaline mahkum, tahkiki bilmeyen taklide zebundur.”
14 notes · View notes
naftalin2027 · 18 days
Text
Aziz kardeşlerim, gayrimüslimleri şuursuzca taklid etmeyin, kendinize gelin, şahsiyet sahibi olun; tüm hayatınızı, evinizi, işinizi, tatilinizi, giyim, kuşam, moda ve muaşeretinizi İslâm'a göre yeniden gözden geçirin, yeniden düzenleyin; tam müslümanca yaşayın...
Prof. Dr. Mahmud Es'ad Coşan
7 notes · View notes
hisboslugu · 1 month
Text
sesimin taklide meyyal aşırılığını alıp gülten’e gidiyorum bugün. buruşuk, bu bana ait olmayan yüzü, buruşuk bu sesi, buruşuk bu her şeyden yaptığım eskimi de alıp gülten’e gidiyorum bugün. sorarsanız, alenen, vazgeçişin biterek unutuşa bir yerinden başlamanın miladı ya da peygamber'in cuma vâazının birinde: “farisilere nasıl davranacağız? ” diye cevaba ilerleyen bir sualin suali. aklım darmadağın, hislerim ve başımı alıp gülten’e gidiyorum bugün. ben mustafa’yım, yeni ismim bu demeye gidiyorum gülten’e bugün. gülten beni tanımaz, ben gülten’i unutmam. şimdi mustafa olsam dâhi unutmam onun kırmızı boyalardan yapma değişmeyen tablosu; yaldızlı çerçe­veler içinde, buz mavisi saten duvarların üstünde ve o duvarların çerçevelediği kapısız tecrit odalardan birinde, küçük penceresi, ruhumun dünyaya sarkan balkonlarına bakan, ölüm beni bulana değin ben de sancıyacak, izbe bir hücrede asılıdır, ne yapsam gülten’i içimden çıkaramam! gülten’e giderken yolda bir amerikan işgaliyle karşılaşabilirim mesela. bu, umurumda değil! üzerine anahtarlar dökülen yol şu an adımladığım hızır’a öykünmenin bir yolunu bularak musa’yı susturabilirim. çünkü vazgeçmeye gidiyorum gülten’den bugün. aldım o en sonuncu kararı da yanıma, gülten’den vazgeçmeye gidiyorum bugün.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
11 notes · View notes
ffecredalll · 2 months
Text
"gördüm ki gecesi gündüzü ardı ardına birbiriyle döğüşüp değişip giden şu fâni hayâtın ne zevkinde, ne âlâmında bâki kalmak için biçâre beşeriyetin elinde hiçbir tutamak yok. gördüm ki onun yer ile gök arasında mâziden istikbâle doğru kaynaşan, coşan, coşup coşup çarpışan dalgaları arasında her dem kendine çağırıp duran ebedi hayatın nidâ-yı da'veti çınlıyor. her dem Hak “bana gel!” diye davet ediyor. insan kulak kısıyor, duymak istemiyor, sanki kaçmak için çırpınıyor, çırpınıyor. fakat çırpınıp çırpınıp âkıbete teslim olmaktan başka ne yapıyor? hâlbuki sevmediğine teslim olmakla sevdiğine teslim olmak arasında ne büyük fark vardır! demek ki insan için Hakk'ı sevmek, Hakk'a hizmet etmek, âkıbet cemâl-i Hakk'a ermekten büyük bir hazz-ı saâdet yoktur. lâkin zevk-i hakkı duymayan hayâline mahkûm, tahkiki bilmeyen taklide zebûndur. Allah'ı bilmeyen dünyaya sarılır. dünyayı bilmeyen hülyâya sarılır, hülyâya sarılan hakikate darılır. yiğidi görmeyen ismine bayılır, dilberi görmeyen resmine bayılır. önünü görmeyen sonunda ayılır. kânunu tanımayan kânunda ayılır. kitâbı tanımayan hesabda uyanır."
11 notes · View notes
derdiderun · 3 months
Text
İnsanın Rabbine dönmesini sağlayan sıkıntıların kadrini bilen, Hakkı gerçekten sevenlerdir. Taklid ile sevenler değillerdir. Çünkü taklid ile sevmek, belanın, imtihânın faydasını giderir. Sevilenin hareketi, gerçek muhabbeti bozmaz.
Nitekim Musa Aleyhisselam, Firavun'un sarayında Âsiye Hâtun tarafından büyütülürken, Âsiye Hâtun onu gerçekten seviyordu. Firavun ise, Âsiye Hâtun taklid ederek seviyordu. Âsiye Hâtun gerçekten sevdiği için, onun hareketlerinden incinmiyordu. Musa Aleyhisselam Firavun'un sakalını tutup çekince, Firavun'un sevgisi gerçek sevgi olmadığı için, hemen rahatsız oldu.
Alâeddîn Lâhorî (k.s.)
19 notes · View notes
hidayatuna · 2 years
Text
Ibnu Taymiyah [Bukan] Seorang Mujassim?
Ibnu Taymiyah [Bukan] Seorang Mujassim?
HIDAYATUNA.COM – Banyak yang tidak terima ketika saya bilang bahwa Syaikh Ibnu Taymiyah seorang mujassim. Saya memaklumi itu sebab dulu saya juga meyakini beliau bukan mujassim. Seiring waktu Allah memudahkan saya untuk mempelajari langsung karya-karya beliau sendiri dan memahami puzzle yang berserakan dalam redaksi yang beliau pilih. Akhirnya demi kejujuran ilmiah saya harus tegas mengatakan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bi-perva · 4 months
Text
Tumblr media Tumblr media
"Ey bu vatan gençleri! Frenkleri taklide çalışmayınız. Ayâ, Avrupa'nın size ettikleri hadsiz zulüm ve adâvetten sonra, hangi akılla onların sefahet ve bâtıl efkârlarına ittibâ edip emniyet ediyorsunuz? Yok, yok! Sefihâne taklit edenler, ittibâ değil, belki şuursuz olarak onların safına iltihak edip kendi kendinizi ve kardeşlerinizi idam ediyorsunuz. Âgâh olunuz ki, siz ahlâksızcasına ittibâ ettikçe, hamiyet dâvâsında yalancılık ediyorsunuz. Çünkü şu surette ittibâınız, milliyetinize karşı bir istihfaftır ve millete bir istihzâdır."
Risale-i Nur -
17 notes · View notes