Tumgik
#segelas kopi
berkahhalal · 1 year
Text
youtube
Pisang goreng enak tenan
0 notes
dojklmnopqrstuvw · 12 days
Text
Tumblr media
Kopi pagi ini, bukan hanya hangat tapi berapi-api.....
1 note · View note
minumanoishiibwi · 2 years
Text
Minuman Kemasan Praktis
Tumblr media
0 notes
migynous · 3 days
Text
Kusemogakan
Lantas nanti kala tiba waktunya, kau akan aku cintai lebih nikmat dari segelas teh panas yang kuseduh di pagi hari atau kopi yang menjadi pemecah sepi. Dengan saksama memberi bukti, bahwa apa yang terjalin di hari ini adalah yang kusemogakan tidak akan pernah berhenti hingga nanti.
©By Anonim-May 14th, 2024.
13 notes · View notes
joerulie · 2 months
Text
Jika boleh tau,
Mana yang lebih engkau Suka...
Menggenggam segelas kopi hangat dan duduk menatap langit malam.
Ataukah...
Menggenggam tanganku dan duduk menatapku.
Jawabku "tanpamu tak akan ada kehangatan dalam setiap gelas kopiku, dan tanpamu tak akan ada keindahan dalam setiap langit malam yang berlalu. Karena Setiap waktu selalu tentang hadirmu...."
Lalu....
Jawabmu ?
9 notes · View notes
hazelnutcheesy · 5 months
Text
Tumblr media
Segelas es kopi susu pagi untukku adalah penetralisir kekhwatiranku selama seharian aku beraktifitas. Terserah mereka menyebutnya apa, hanya dengan kopiku ia bisa mengecap perasaanku ketika meminumnya
8 notes · View notes
maitsafatharani · 2 years
Text
Fast Charging
Beberapa hari ke belakang, entah kenapa rasanya bosaan sekali. Ini aneh, terhitung jarang aku merasakan bosan yang seperti ini. Rasanya penat, rasa malas dan mengantuk yang terus-menerus -membayang, bahkan membaca yang biasanya jadi kegiatan menyenangkan bagiku jadi terasa hambar pada dua pekan terakhir.
Memang, di satu sisi aku tengah vakum dari aktivitas rutin. Aku sedang dalam posisi cuti bekerja. Aku sempat mengira, ini biangnya kebosanan yang kurasakan. Tapi, I know my self. Aku bukan tipikal orang yang mudah bosan dalam kondisi luang. Justru kondisi luang itu seringkali memunculkan ide-ide baru, menjadi kesempatanku untuk lebih mindful di setiap aktivitasnya.
Sempat aku membahas ini dengan suami. Dan kesimpulan kami berhenti di: ya beginilah manusia, sibuk lelah, luang bosan. Iya ya, mungkin memang waktuku yang kurang terisi dengan hal yang bermanfaat. Tapi, aku masih menyimpan tanda tanya, karena sepertinya masih ada alasan lain yang jadi penyebabnya.
Dan pagi ini, aku rasa aku menemukan jawabannya.
Semalam, aku dan suami sholat tepat waktu dibanding hari biasanya. Karena beliau harus segera berangkat jaga malam ini. Selepas beliau berangkat, tinggallah aku sendiri. Aku memutuskan mengisi sisa waktu sebelum tidur dengan tilawah dan membaca. Aku membaca sekitar 1,5 jam dan menyisakan waktu sekitar 30 menit untuk merangkai to-do list keesokan hari dan bermonolog dengan diriku sendiri.
Pagi aku berhasil bangun sebelum pukul 03.00 WIB. Menu sahur sudah siap, aku tinggal menghangatkan dan menyantapnya. Lalu memutuskan meminum segelas kopi. By the way, jangan ditiru bila kondisi lambung tidak memungkinkan ya, karena lambungku tidak rewel makanya aku berani minum kopi pagi-pagi hehe. Karena pagi begitu matahari terbit nanti aku harus berangkat ke pasar membeli sebagian persediaan dapur yang habis. Daripada aku mengantuk dan tidur lagi, akan membuatku semakin malas melangkahkan kaki nantinya.
Alhamdulillah, efek kopinya terasa. Masih tersisa waktu untuk tahajjud setelah sahur, dan aku berhasil melewati jam kritis ba'da subuh dengan mata tetap melek. Berkat itu, aku bisa menunggu waktu terang dengan dzikir Al-Ma'tsurat dan tilawah.
Setelah langit perlahan terlihat semakin terang, aku merasakan sesuatu yang aneh. Aku merasa ada rasa bahagia, senang yang terpantik di hati. Aku merasa.. semangat begitu saja.
Baiklah.
Aku menyadari, bahwa beberapa hari ini aku bukannya bosan. Aku tengah futur rupanya. Rasa malas, penat, dan tidak semangat yang enggan menepi ini rupanya merupakan 'compound interest' dari amal yaumi dan rutinitasku yang memang tengah melemah. Dan begitu waktu pagiku kuawali dengan aktivitas-aktivitas ruhiyah ini, rasanya batin langsung ter-charge begitu cepat. Bangun dini hari, tahajjud dengan mindful, subuh tepat waktu, dzikir, tilawah, tidak tidur lagi. Serangkaian aktivitas yang memulihkan kondisi dengan begitu cepat, masyaa Allah. Fast charging.
Aku tersenyum lega. Aku masih mengenal diriku ternyata. Aku yakin betul, bukan luangnya waktu yang membuatku merasa begitu malas. Bukan masalah berbelit pula yang membuatku penat.
Rantai-rantai futur ini, akhirnya terlepas. Pun tulisan ini, adalah sebuah manifestasi berakhirnya periode futurku.
Alhamdulillah :)
76 notes · View notes
nonaabuabu · 2 years
Text
SURAT UNTUK SANDYAKALA
Tumblr media
picture by pinterest
Hai Kala, apa kabar?
Aku menulis surat ini kala sabit menghiasi langit malam. Berteman lagu Ruang Rindu milik Letto, beberapa lembar kertas biru, dengan segelas kopi jahe kesukaanmu tanpa makanan penutup apapun. Bersama semua itu aku mengingat beberapa bait tentang kita.
Barangkali yang kutulis ini adalah apa yang telah kau tahu dariku. Barangkali pula itu sesuatu yang bosan kau dengar. Tapi akan tetap aku katakan, sebab rasanya jika tidak aku tuliskan maka aku tak cukup mampu menjelaskan mengapa dua lembar kertas ini sampai padamu.
Kal, terima kasih pernah membuatku merasa dicintai. Aku tak pernah memiliki perasaan semenyenangkan itu seumur hidup sebelum kita bertemu. Aku menjadi mengerti mengapa banyak orang yang menanggalkan akal sehatnya demi perasaan itu —karena tak peduli bagaimana dunia melihatmu, saat ada satu orang yang memelukmu ketika hidup sedang hancur-hancurnya, maka semua akan terasa baik-baik saja.
Maka, terima kasih untuk hadirmu kala malam kelam itu, di saat hidupku sedang hancur-hancurnya.
Kala, saat kau baca ini, aku sudah melewati banyak tahap untuk tetap membiarkanmu hidup di hatiku. Aku tak membiarkan siapapun mengetuknya dan menyingkirkan setiap nama yang mencoba menyusup dalam ruang hatiku. Aku ingin mencintaimu tanpa dibatasi ruang dan waktu, karena rasanya tak ada yang berhak mendapatkan cintaku melebihi kau.
Tapi Kal, benarlah kata orang, yang abadi adalah perubahan. Maka izinkan aku sampaikan ingkar, karena berlabuh pada rumah yang membuatku rela tenggelam tanpa pegangan; bukan dirimu.
Kal, kau benar perihal cinta. Cinta bukanlah tentang siapa yang mencintai siapa, tapi tentang siapa yang rela memberikan cinta itu kepada siapa. Aku tak mengerti kerelaan itu saat kau membicarakannya dengan tatapan penuh sekaligus layu saat itu, namun ketika di satu waktu seseorang mengambil alih duniaku, aku kehilangan kesempatan bahkan untuk sekedar mengatakan aku belum bersedia.
Aku mengerti, kita terlalu penuh perhitungan dulu, dan cinta tak miliki nilai absolutnya sehingga cinta yang kita bagi hanya sebatas untung dan rugi. Kau memberikanku banyak keuntungan itu, tapi tak kulihat wajahmu bersinar dengan apa yang aku beri. Meski terlambat aku sadari, seberapa besar pun aku menciptakan ilusi untuk memberikan cinta itu sepenuh hati, aku gagal memberikan segala rasa selayaknya kau memberi. Maaf untuk itu.
Hari ini, saat aku menulis namamu di kertas biru itu, aku telah menjadi seseorang yang memahami cinta itu dari kedua sisi, yang mencintai dan dicintai.
Kal, kupikir dulu aku hanya akan jatuh hati pada lelaki sepertimu, dan kupikir itu terjadi di saat kehancuranku pula. Ternyata aku menemukannya saat duniaku sedang terang benderang, aku sedang baik-baiknya. Sehingga hal pertama yang kami bagi adalah tawa, hingga debar itu menjadi nyata bahkan saat kami berbagi tangisan.
Aku menerimanya bukan karena ia satu-satunya yang membuatku merasa dicintai, bukan karena dia yang aku butuhkan dan bukan karena dia selalu bersedia ada. Tapi karena aku, aku ingin dia untuk seluruh hidupku, tak lebih dan tak kurang.
Dia lebih dari cukup. Dia tak membuatku banyak bertanya hingga tak ada sedikitpun ragu. Meski berulang kali aku mencari celah, menyingkirkannya dengan segala kurangnya, tapi aku selalu sampai pada titik pemahaman; harus dia maka aku rela.
Mungkin kisah ini nanti akan panjang, maka untuk sekarang sekian dulu. Datanglah jika luang Kal, aku menunggumu.
Sehat selalu, akan selalu ada tempat dihatiku atas namamu. Lelaki bermata sayu yang memelukku saat dunia hancur lebur. Aku menyayangimu Kal, seperti malam kepada fajar yang membiarkannya bertemu langit biru.
Tertanda Angin Utara
119 notes · View notes
seperduaarutala · 1 month
Text
KOPI DAN ROKOK
Tumblr media
Sc: Pinterest
Segelas kopi pesanan bapak
Sudah dihidangkan,
Ia minum lekas-lekas
Habis tak berbekas
Rahasianya:
Dua sendok bubuk arang
Satu sloki ludah saya
Diaduk pelan dengan jari.
Sebatang rokok pesanan ibu
Sudah dibakar,
Asap membubung
Kala dada kian membusung
Racikannya:
Satu sendok tembakau kering
Koran bekas bapak
Dilinting pelan dengan jari.
Nikmatilah perlahan-lahan!
Leonny Eudia La Jemi, 3 April 2024
4 notes · View notes
truegreys · 9 months
Text
Origami Perahu
Hanya satu meja itu yang kosong sore ini. Di permukaannya masih ada gelas bekas seseorang yang duduk di sana. Barista dan kasir toko kopi itu masih berjibaku dengan pesanan orang lain termasuk pesananku. Tidak ada waktu untuk membereskan meja pelanggan yang minumannya sudah tandas.
Origami perahu itu ada di sana. Di satu-satunya meja kosong tersisa yang bisa aku tempati. Bekas setruk yang menjadi lipatan perahu kertas itu amat rapi—seperti buatan dan kebiasaan seseorang yang kukenal. Masa lalu yang paling pedih. Masa lampau yang dipaksa usai.
Kubayangkan dia duduk di kuris ini. Atau mungkin di hadapanku lima belas atau sepuluh menit sebelum aku datang. Dia mungkin sedang belajar persiapan tes CPNS. Atau sedang menulis cerita-cerita pendek yang akhirnya selalu sedih.
Ya. Aku masih mengamatinya dari tempat yang amat jauh berupa nama samar di media sosial.
Sudah lama aku memikirkan berbagai skenario bila suatu saat aku dan dia bertemu di manapun tanpa sengaja. Aku akan tersenyum padanya sambil menyapa dan menanyakan kabarnya yang semoga baik meski tanpaku. Dia mungkin akan memasang ekspresi marah atau bahkan menyiramkan segelas air apapun yang ada di hadapannya pada wajahku. Aku sudah mempersiapkannya. Tapi, ternyata aku tidak pernah bisa siap.
Berhadapan dengan bayangannya saja aku masih membatu seperti ini.
Perlahan kuambil perahu kertas di permukaan meja itu, lalu kumasukkan ke dalam tas. Aku mungkin salah, tapi aku juga mungkin benar jika origami itu miliknya. Probabilitasnya setengah-setengah Seandainya saja aku datang lebih cepat, aku mungkin bisa mengubah probabilitas itu menjadi hasil yang jelas. Tapi, tidak semua kemungkinan ada ujungnya.
Kata-kata 'seandainya' memang tidak ada gunanya.
Seandainya saja aku tidak terlambat datang padanya waktu itu, mungkin aku dan dia sedang mengurusi pernikahan impian yang pernah kami rencanakan. Tuhan lagi-lagi mengingatkanku bahwa dia bukanlah untukku hanya dari sebuah origami perahu di meja toko kopi yang sore ini aku datangi.
Bandung, 13 Agustus 2023.
13 notes · View notes
Text
Mikir
Wah tumben sekali Noni Sabtu siang duduk depan laptop di desk di rumah untuk… menulis. Iya, ini awal mulanya kepikiran apa yang akan ditulis ini gara-gara tadi pagi habis Subuh susah buat tidur lagi. Nggak tahu yang mana yang sebab dan yang mana yang akibat: apakah aku kepikiran hal ini karena susah tidur(?), atau apakah karena kepikiran jadi susah tidur(?). Sepertinya lebih ke yang ke-2 yah. Tapi ada culprit lain sih selain thoughts: KOPI. Semalam nakal minum segelas kopi pas buka (KARENA PENGEN BANGEETTTT), berujung ku baru tidur jam 1.30… Bangun buat sahur 04.20 dan itu pun udah ngap-ngapan sahurnya kayak balapan karena jam 04.49 udah Subuh.
ANYWAYSS.
Iya. Jadi ku lagi mikirin tentang “mikir”. Wkwkw. Semoga gak bingung. Awal mulanya, ku being the overthinker that I am, memutuskan buat repost ada suatu post gitu tentang bahaya dari hampers. Aku sendiri termasuk salah satu yang tidak pernah terlibat dan tidak terbiasa dengan konsep hampers  lebaran sih. Pernah ngirim kue sekali doang ke Vannia, kubeliin dari Oxford pake tokped, itu juga out of keisengan aja: “ah gapapa kali-kali buat keluarganya Vannia senang”. Iya, tapi sudah cukup banyak juga percakapan di sosial media teman-teman mutualku terkait “aku nggak ngepos hampers yah, karena takut banyak mudorotnya”. Terus aku sempat bingung: mudorot gimana deh. Oh, ternyata karena nanti akan menimbulkan kecemburuan sosial lah, hampersnya kurang mahal lah, dsb (jujur gak relate). Sampai ada juga yang ngepos bilang dia bisa habis Rp 150 JUTA buat hampers doang??? Aku makin ??? Kultur apa ini???? Apakah ini adalah KPOP???
Iya, dari situ-lah ku jadi mikir tentang what I feel towards hampers (btw oot tapi barusan googling hampers ini artinya tuh keranjang ye, kaya picnic basket gitu). Intinya aku mah orangnya sangat demokratis: “do whatever you want as long as you don’t merugikan orang lain” aja.
Nah, dari hampers ini singkat cerita ku jadi mikirin konsep “gift and gift-giving”, gimana ku ngerasa uneasy banget kalau dibayarin cowok makan on a date misalnya, atau dikasih hadiah. Setelah ngobrol sama teman, apparently ada WHOLE study on this di anthropology & social sciences, terutama berangkat dari sejarah gimana Western settler dikasih hadiah sama Indian tribes dulu pas sampai di New World, dan arti (nuances) dibalik itu semua. Terus ku juga jadi keingetan tulisan Elizabeth Pisani di Indonesiaetc-nya yang bahas gimana gift ngasih buffalo kalau ada orang dari clan lain yang meninggal itu ada aturan adatnya sendiri di Sumba. Terus kepikiran juga gimana sebetulnya gift dan gift-giving ini sangat dekat dengan korupsi, konsep balas budi, dan semacamnya.
Buset gw mau ngomong aja intronya panjang bener ye, padahal sering banget ngomen tulisan orang “ini intronya kayanya nariknya kejauhan deh”. (OH! Btw, duh maap OOT lagi, tapi emang neurodivergent brain kaya gini nih otaknya kemana-mana. Mau sharing aja, berhubungan dengan ini, kemarin ku habis dari exhibitionnya Bodleian Library judulnya “Write, Cut, Rewrite” https://visit.bodleian.ox.ac.uk/cut dan di situ di-display gimana penulis-penulis hebat sepanjang masa nge-edit tulisan mereka. Sampai ada the infamous phrase: “KILLING YOUR DARLINGS” yang bilang kalau inti dari menulis itu most of the time adalah: MENGHAPUS/DELETING & EDITING).
Baik, kembali lagi ke topik. IYAAA intinya habis ngepos semua pemikiran-pemikiran di atas, ku mendapat reply “buset lo apa-apa dipikirin yah”. Awalnya ku bingung, mikir (lol gini aja udah mikir lagi): “is this a compliment? Should I get offended by these words? Am I supposed to hate this reply? Or embrace it?”
To that reply I said: “Mikir adalah satu-satunya skill (dan hobi?) yang bisa ngebawa gw sampe ke Oxford sini HUHU”.
Which is not bad I think? And also true?? (I will let the reader judge)
Kemudian ku jadi mikir tentang konsep mikir/berpikir itu sendiri. Ini naïve thinking banget sih, tapi ku yakin semua orang pada dasarnya pasti berpikir??? Mungkin substansi pikirannya aja yang berbeda: mikirin nanti malam makan apa, mikirin anak sekolah bayarnya gimana, mikirin orang tua sakit, mikirin harta warisan (ku lagi nonton SUCCESSION sumpah seru abis).
Terus ya yaudah ku jadi yakin yang bisa bikin orang berada di tempatnya sekarang adalah: apa yang dia pikirkan dan seberapa serius/intens dia mikirin hal itu. Ku ngerjain PhD sekarang ya karena ku mikirin geologi/geokimia segitunya, orang kerja di consulting gajinya gede banget karena dia mikirin… finance(?), business(?) – I have no freaking idea what consultants do, kalian ada yang lagi ambil master sekarang di antah berantah ya karena kalian mikirin dengan sangat keras: mau lanjut kuliah di mana ya, pake beasiswa apa, ngerjain project apa. Ya manusia/humane aja gaksih mikir tuh???
Dari situ dibalas lagi sama teman itu “tapi jadi burden gak sih?”. Nah, di sini ku mau mulai masuk agak mengkritisi budaya mikir kita di Indo. Menurutku mikir/overthinking nggak selamanya harus jadi burden. Bisa aja mikirin sesuatu terus dijadikan thinking exercise aja??? Misal barusan ku habis mikirin (for 5 minutes): “kenapa ya Bahasa Indonesia kosakatanya jauh lebih sedikit dibandingkan Bahasa Inggris?” yang lagi rame di twitter gara-gara podcast2an IndahG sama CintaLaura itu. Terus untuk sementara jawaban yang kutemukan dan percayai: sesederhana karena Bahasa Indonesia umurnya masih pendek aja dibandingkan Bahasa Inggris yang sudah berevolusi ratusan tahun.
Aku salah satu yang ngerasa helpful banget ngejadiin mikir ini budaya di diriku sendiri. Ku jadinya juga kalau ketemu orang yang rude sama aku misalnya, yaudah tinggal mikir aja “kenapa ya dia kaya gitu?” terus jawabannya bisa ranging dari: emang dia lagi having a bad day aja (misal: anaknya sakit tapi kerjaan lagi banyak makanya nggak sempat basa-basi politeness) sampai ya emang dia mungkin gak suka aja personally sama aku. Terus bahkan dari opsi spektrum yang sangat luas itu, bisa dipikirin lagi probabilitasnya opsi mana yang paling likely. "Oh kayanya gak mungkin deh dia gaksuka sama aku, kan kita baru ketemu sekali ini, dia gaakan punya data points yang cukup untuk bikin prejudice apapun terhadap diriku ini." Atau bisa juga: "oh iya kayanya dia gaksuka sama aku karena aku berhijab ya, mereka kan rasis." I don’t know. There are SO MANY OPTIONS. Dan itu semua bisa dilatih dengan mikir, kadang jawabannya bahkan bisa kombinasi dari semua options/hypotheses kita, instead of believing one unique solution. Atau bisa juga bahkan jawabannya sama sekali BUKAN/nggak ada di list hypotheses kita.
Yang kadang jadi masalah banget juga buat orang kita kayanya adalah keniscayaan bahwa semua pertanyaan/pemikiran itu harus ada jawabannya. Ku kayanya udah pernah nulis ini ya, tapi lama banget beberapa tahun yang lalu. Sistem sekolah kita mewajibkan kita untuk milih di pilihan ganda (ini karena keterbatasan resources sih, rasio guru dan siswa kecil banget), dan atau bahkan jawaban essay pun selalu ada “kunci jawaban”-nya. Jadinya seolah-olah kalau “mikir” tuh harus yang ada ultimate solutionnya gitu. Padahal mah kalau mau mikir buat exercise ya mikir aja??? Tanpa harus tahu di ujung jawabannya apa. Intinya kita pursuing the answer kan.  WKWKW paragraph ini betul-betul perwujudan aku PhD yang pada akhirnya gatau jawabannya apa tapi gapapa yang penting sudah berusaha.
Dah deh gitu dulu aja.
Udah 2 halaman A4 buset.
Intinya adalah: semoga kita senantiasa menjadi makhluk yang berpikir, seperti di banyak sekali ayat di Al-Quran https://www.onthesigns.com/quran-invites-to-thinking/ dan semoga kita juga senantiasa berada di (&menjadi) lingkungan yang mendukung untuk berpikir, bukannya malah “halah ngapain sih gitu aja dipikirin”. Aamiin.
Flat 39 OX1 1AD
13.49 06/04/2024
3 notes · View notes
dojklmnopqrstuvw · 10 months
Text
Tumblr media
Sedang tidak mengingat siapa siapa. Hanya sedang menikmati sore yang lembut,selembut buih kopi di gelas ku.. alhamdulillah 😊
1 note · View note
drprawedha · 4 months
Text
24/366
...
Segelas Kopi dan Khayalan di Sore Hari menjelang pulang.
Tumblr media
.
Membersamai project project yang dilerjakan departemen lain tapi kitanya cuma nebeng nama dan karena jadi backup team.
Eh malah ada case lain yang ngga kalah bikin mumednya
Setelah...
Dan beberapa obrolan yang sebenernya adalah ngobrolin jokes politik praktis yang makin hari makin kayak ga bermutu
.
Realitas yang sekiranya patut untuk memimpin orang orang kayak aku
dan banyak lagi yang sepertinya rata rata ga jauh beda
.
Dan begitulah manusia, semoga nanti bisa diambil pelajaran yang berharga untuk kedepannya.
Sekian
6 notes · View notes
zulfazzakiyah · 5 months
Text
Setangkai Merah Berduri
Banyak orang yang menyukaiku. Namun sebagian yang lain tak suka padaku. Mereka bilang indah dan cantik rupaku. Tetapi sebagian yang lain berkata, menyakiti adalah kegemaranku. Banyak yang berkata romantis adalah aku. Akan tetapi, tak sedikit pula yang menganggap melukai adalah hobiku. Ada puluhan pendapat tentangku. Baik dan buruk saling beradu. Meski begitu tetap kujalani hari yang seru.
Pagi ini cakrawala amat cerah. Tak nampak satu pun awan putih menghiasi langit yang indah. Namun, pemandangan yang kujumpa amat berbantah. Nampak di tengah taman sang pria sedang gelisah. Menanti sang wanita yang tak kunjung singgah. Sedangkan jam di tangan telah menunjukkan pukul sepuluh. Aku kira sang pujaan lengah. Rupanya ia hanya mampir membeli kudapan sececah. Tak perlu menunggu lama senyum pun merekah. Kala sang pria berjumpa kembali dengan sang pujaan yang keletah.
Mentari mulai menunjukkan panas binarnya. Dua raga telah hanyut dalam obrolan yang penuh dengan sukacita. Siapa sangka kini aku pun ikut serta dalam kicauan mereka. Meski tak ikut menikmati segelas kopi manis, namun aku turut serta menikmati manisnya senyuman di antaranya. Walau tak merasakan gurihnya kudapan yang mereka makan, tetapi aku bisa turut campur dalam gurihnya pembicaraan dua raga.
Cakrawala mulai berganti jingga. Pertanda senja telah tiba. Akhir dari segala pertemuan terencana. Kembali berpisah untuk sementara masa. Dengan hati berbunga-bunga mereka tutup pertemuan dengan pelukan mesra. Sembari sang wanita membawaku turut serta.
Dua petang sudah aku berada di tempat ini. Mendapatkan perlakuan tersendiri. Tak dianggap sebagai sosok yang melukai. Bahkan diibaratkan sebagai simbol cinta suci. Aku adalah setangkai mawar penuh duri. Dengan warna merah menghiasi. Tetap cantik meski terkadang menyakiti. Namun selalu menghasilkan senyum kala bersemi. Seperti pasangan pria dan wanita ini. Yang sedang dilanda jatuh hati.
2 notes · View notes
gajahcilik · 1 year
Text
"Karena yaudah tawakkal aja."
Kemarin aku memposting sebuah foto di status Whatsapp. Foto tersebut berisi suatu kopi yang berhasil aku beli di salah satu toko tua di Kota Kembang. Tidak jauh dari alasan orang lainnya, aku membeli kopi tersebut hanya ingin tahu bagaimana cita rasanya, yang kata orang sangat legendaris itu.
Selang beberapa menit, ada yang mengomentari status WA-ku. Dia mengomentari peihal perbedaan kesukaan. Isinya seperti ini,
"Enakan susu"
"Iyaa aku pun begitu, aku lebih suka susu. Aku membeli kopi ini hanya untuk menemaniku saat mengerjakan tesis."
"Teh lebih enak."
"Teh apa yang enak? Apakah bisa membuatku tidak mengantuk?"
Maklum, salah satu godaanku menulis tesis yaitu rasa kantuk. Ditambah akhir-akhir ini musim hujan, angin kencang, duh sepetinya sangat cocok untuk berteman dengan kasur dan selimut.
Lalu setelah perdebatan perihal kesukaan, aku tak sengaja bertanya perihal, apakah dia pernah ada di suatu kasus; tidur akan tetapi saat bangun bukannya fresh namun letih. Dan hal ini bisa saja terjadi karena pikiran, tekanan, atau yang lainnya. Aku bertanya kepadanya, karena untuk diriku sendiri aku belum pernah ada di posisi seperti itu, namun salah satu temanku bertanya pula tentang ini kepadaku. Lalu jawabnya,
"Belum pernah."
"Sama aku pun belum pernah."
"Karena yaudah tawakkal aja."
Dari sini aku memahami, memang benar katanya. Kita sebagai manusia dianjurkan betawakkal setelah ikhtiar. Tawakkal disini berarti membebaskan diri dari segela ketergantungan kepada selain Allah. Tawakkal menjadi suatu perbuatan lahir dan batin menyerahkan segala perihal, ikhtiar, dan segala usaha kepada Allah. Yaa nama kerennya, berserah diri kepada Allah.
Dan kita sebagai muslim, diharuskan bertawakkal. Hal ini ada di QS. At-Taubah ayat 51, yang intinya berisi orang beriman itu harus bertawakkal. Ohiyah, tentang tawakkal juga ada di QS Asy-Syuara : 217, "Manusia bertawakal karena Allah Maha Mulia dan Maha Bijaksana. Dengan bertawakal, kita menghapus kekhawatiran terhadap Sang Pencipta,".
Jadi sebenarnya kalau kita sudah benar-benar tawakkal dengan apa yang sedang kita usahakan, seharusnya rasa khawatir itu perlaha sirna. Kita pun harus yakin, apa-apa yang Allah takdirkan setelahnya itu memanglah yang terbaik untuk kita.
01/03/23
8 notes · View notes
maroon-not-five · 7 months
Text
Bayangin lu hadir di event gede kementerian sebagai tamu (bukan sebagai eo), terus udah berhari-hari kurang tidur, baru minum segelas kopi doang, rasanya ngantuk pol ���
2 notes · View notes