Memutuskann untuk membuka diri kita seluruhnya ke seseorang adalah tindakan yang sangat berbahaya, kita tidak menyadari awalnya, tapi kapan waktu itu tiba, kita tidak menyangka bahwa orang yang begitu mengenal kita bahkan mungkin lebih dari kita sendiri akan berubah menjadi orang asing.
Membayangkannya saja membuat takut dan sakit, bagaimana bisa orang yang menjadi pendengarmu dan kau dengarkan setiap hari, orang yang tanpa henti menjadi bagian dari hidupmu, kadang dia juga bisa menjadi penentu senang atau sedihmu, tapi tiba-tiba semua itu berubah menjadi seperti sebelum kamu bertemu dengannya; orang asing.
Itu kenapa ada orang-orang yang menyesal karena telah mengenal dan membiarkan seseorang masuk terlalu jauh didalam hidupnya, memberi ruang terlalu dalam didalam hatinya, karena pada akhirnya semuanya akan selesai, kapanpun, dimanapun, dan oleh apapun.
He stands there, quietly. Holding the knife. And he laughs. And he laughs. And he laughs. And laughs. And laughs.
He'd seem almost happy, his eyes closed as he laughs, if his laughter didn't devolve into sobbing. It hurts to hear. It hurts to see. After a minute, he stops, simply smiling. The spark in his eyes is gone, nothing at this point, as he has a small smile and a tilted head.
It's funny how all I do, ends up hurting everyone and myself. Ehehh..
His smile softens, seeming sad now. The smile of someone who knows his time is up.
I'm sor-
He's cut off by the a grating, screeching sound. It sounds like chalk against a chalkboard, a fork against a plate, some sort of unhuman scream as half of him disappears in a blink, a mess of eyes and glitches followed by some sort indescribable of flesh-tearing sound. The other half of him disappears less than a second after his first has is gone, eyes taking up the room, glitched screams that might not even be his.
Segelas es kopi susu pagi untukku adalah penetralisir kekhwatiranku selama seharian aku beraktifitas. Terserah mereka menyebutnya apa, hanya dengan kopiku ia bisa mengecap perasaanku ketika meminumnya