Tumgik
#tabletalkmagazine.com
by Stéphane Simonnin | The idea of immutability is very hard for us to understand, perhaps more so than the idea of eternity or infinity. How can ever-changing creatures such as us who live in an ever-changing reality grasp the idea of “changelessness”? The fact that everything changes has always been a truism. “Change is here to stay,” business analysts...
8 notes · View notes
Photo
Tumblr media
#ApologeticsWeek   It's important to know what you believe before you are able to defend what you believe. Be sure to take time to study God's word regularly, read books and take courses in theology, develop a regular habit of getting familiar with the Bible and every passage interconnects to form a holistic view of God's message to humanity.
https://tabletalkmagazine.com/posts/why-study-theology/ @tabletalk
0 notes
wisdomfish · 6 years
Text
Limited time, TabletalkMagazine.com.. this month’s issue.
God’s People in Exile by Ra McLaughlin
Eternity in Our Hearts by John Tweeddale
Living as Dual Citizens by Justin Taylor
Living in These Last Days by Thomas R. Schreiner
Separationism by Christopher Gordon
Living in the World to Come by Mark E. Ross
The Already and the Not Yet by Burk Parsons
Renewing Your Mind by Lee Webb
Favoritism in the Church by Kent Butterfield
Working unto the Glory of God by Gene Edward Veith
The Moment of Truth by Steven J. Lawson
1 note · View note
ourkd · 5 years
Photo
Tumblr media
Blessed Are Those Who Hunger . . . While the first four beatitudes build on each other and describe the needs of Jesus' disciples, the fifth beatitude is essential.
0 notes
garamterang · 5 years
Text
Ampunilah Kami Akan Kesalahan Kami
Tumblr media
oleh Phillip Graham Ryken
Kita membutuhkan pengampunan dan perlidungan setiap hari, seperti makanan setiap hari. Setelah Yesus mengajar kita untuk berdoa, “berikanlah kami hari ini makanan kami yang secukupnya,” Ia juga mengajar kita untuk berdoa, “dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat ” (Mat. 6:12-13).
Permohonan-permohonan ini adalah untuk orang berdosa - untuk orang-orang yang sering dicobai untuk berbuat dosa, dan kadang-kadang menyerah. Bahkan sebelum kita menghadapi pencobaan ini, kita harus meminta Tuhan untuk melepaskan kita dari apa yang disebut John Calvin di Institutes-nya(1) “serangan Setan yang kejam." Dengan meminta untuk tidak digiring ke dalam pencobaan, kita tidak meminta agar kita tidak akan pernah dicobai sama sekali, tetapi ketika kita dicobai, Tuhan akan melepaskan kita dari serangan Setan yang mematikan.
Tetapi bagaimana dengan saat-saat ketika kita berbuat dosa? Bagaimana seharusnya kita berdoa?
Hal pertama yang harus dilakukan ketika kita terjerat dalam hutang adalah mencari tahu berapa banyak kita berhutang. Jadi hutang apa yang kita miliki kepada Allah karena dosa kita? Kita bersalah atas apa yang telah kita lakukan, atas apa yang telah kita perbuat, untuk dosa-dosa karena kelalaian serta yang kita lakukan. Hutang kita termasuk dosa-dosa yang rahasia dan juga dosa-dosa umum, dosa-dosa yang disengaja serta dosa-dosa yang dilakukan dalam ketidaktahuan. Dan ketika semua dosa kita ditambahkan bersama, itu menempatkan kita dalam hutang kekal Allah.
Namun Yesus telah mengajar kita untuk meminta kepada Bapa kita untuk membantu kita. "Bapa kami," kita harus berdoa, "maafkan hutang kami." Dengan kata-kata ini kita menyatakan kebangkrutan moral kita, dengan bebas kita mengakui bahwa kita berhutang kepada Tuhan lebih dari semua yang kita miliki. Kemudian kita meminta Dia untuk memaafkan kita. Dan karena Dia adalah Bapa kita yang pengasih, Tuhan melakukan apa yang kita minta. Ketika kita pergi kepada-Nya dengan beban semua hutang dosa kita, Dia tidak duduk bersama kita untuk menyusun rencana pembayaran. Sebaliknya, Dia menawarkan pengampunan penuh dan gratis.
Ketika Allah melunasi hutang-hutang kita, Ia berada dalam hak hukum-Nya, karena Alkitab mengatakan bahwa Ia menanggung dosa kita, “membatalkan catatan hutang yang mendakwa kita” dengan “memakukannya ke kayu salib” (Kol. 2:14) . Gambaran ini sesuai dengan cara di dunia kuno dimana hutang dihapuskan. Ketika seorang debitur akhirnya melunasi semua hutangnya, kreditornya akan memakukan surat hutang tersebut. Dengan cara yang sama, ketika Kristus mati di kayu salib, Allah menggerakkan paku menembus hutang dosa kita yang tak terbatas. Tidak ada lagi tagihan terhutang kepada kita.
Hutang yang kita minta kepada Tuhan untuk diampuni ketika kita berdoa dengan cara yang Yesus ajarkan kepada kita untuk berdoa adalah hutang yang disalibkan bersama Kristus di Kalvari. Ketika Kristus mati di kayu salib, semua hutang kita dihapuskan. Kata Yunani untuk "hapus" (exaleipho), yang digunakan Paulus dalam Kolose 2, berarti "menghapuskan" gunung hutang kita kepada Allah karena dosa kita telah sepenuhnya dihapus.
Namun, masih ada beberapa hal yang harus kita bayar kepada Tuhan - bukan karena hutang, tetapi karena rasa terima kasih - dan salah satunya adalah pengampunan. “Ampunilah kesalahan kami,” Yesus mengajar kita untuk berdoa, “seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Mat. 6:12). Dari permohonan ini kita belajar bahwa kita bukan satu-satunya yang berhutang. Ada orang-orang yang bersalah kepada kita, orang-orang yang berutang kepada kita atas apa yang telah mereka lakukan kepada kita. Dan kita dipanggil untuk mengampuni mereka.
Ini adalah pengajaran yang sulit. Doa untuk pengampunan adalah satu-satunya permohonan dalam Doa Bapa Kami yang disertai syarat. Jika kita tidak mengampuni, kita tidak akan diampuni. Namun kita merasa sulit untuk mengampuni. Jadi, bagaimana kita bisa diampuni?
Untuk mengilustrasikan kesulitan itu, pertimbangkan sesuatu yang dikatakan John Wesley di masa-masa misionarisnya ketika dia mengalami masa sulit bersama Jenderal Oglethorpe, pendiri kolonial Georgia yang angkuh dan kejam. Oglethorpe membuat komentar yang mengejutkan ini: "Saya tidak pernah mengampuni." "Kalau begitu saya harap, Tuan," jawab Wesley, "Anda tidak pernah berbuat dosa." Wesley memikirkan Doa Bapa Kami, yang menyiratkan bahwa yang tak mengampuni tidak diampuni.
Meminta pengampunan kita sendiri lebih diprioritaskan daripada menawarkannya kepada orang lain. Jika kita harus mengampuni sebelum kita bisa diampuni, maka pengampunan akan menjadi pekerjaan (perbuatan), sesuatu yang harus kita lakukan untuk diselamatkan. Namun keselamatan datang hanya karena anugerah. Kita tidak dapat melunasi hutang kita, hanya dapat memintanya untuk dihapuskan. Tetapi sekarang, setelah diampuni, dengan rahmat Tuhan kita juga bisa mengampuni. Memang, kemampuan kita untuk mengampuni adalah salah satu tanda paling pasti bahwa kita telah diampuni. Mereka yang benar-benar diampuni, benar-benar mengampuni.
Memberi pengampunan semacam itu bisa sangat mahal, dan semakin seseorang menyakiti kita, semakin sulit untuk memaafkan. Namun pengampunan juga membawa sukacita besar, tidak hanya bagi yang diampuni, tetapi terutama bagi yang mengampuni. Istilah Yunani untuk "pengampunan" (aphiemi) berasal dari kata yang berarti "untuk melepaskan." Pengampunan adalah pelepasan, melepaskan perasaan yang merusak diri sendiri seperti kemarahan, kepahitan, dan balas dendam.
Richard Wurmbrand(2) pernah bertemu dengan seorang pria yang telah mengalami pembebasan ilahi yang datang melalui pengampunan. Wurmbrand berada di penjara Komunis di Rumania pada saat itu, berbaring di sel penjara yang diperuntukkan bagi mereka yang sekarat. Di ranjang di sebelah kanannya ada seorang pendeta yang telah dipukuli dengan sangat parah sehingga dia akan mati. Di sebelah kirinya adalah orang yang telah memukulinya, seorang Komunis yang kemudian dikhianati dan disiksa oleh rekan-rekannya.
Suatu malam orang Komunis ini terbangun di tengah mimpi buruknya dan berseru, “Tolong, pendeta, doakanlah aku. Saya telah melakukan kejahatan, saya tidak boleh mati." Pendeta itu berdiri dengan lemah, tersandung melewati ranjang Wurmbrand, dan duduk di samping musuhnya.
Ketika dia memperhatikan, Wurmbrand melihat pendeta membelai rambut pria yang telah menyiksanya dan mengucapkan kata-kata yang luar biasa ini: “Aku telah mengampuni kamu dengan sepenuh hati, dan aku mengasihimu. Jika saya yang hanya orang berdosa dapat mengasihi dan mengampuni Anda, Yesus yang adalah Anak Allah lebih dari itu, Ia adalah perwujudan kasih. Kembalilah kepada-Nya. Dia merindukan Anda lebih dari Anda merindukan Dia. Dia ingin mengampuni Anda lebih dari yang Anda inginkan untuk diampuni. Anda baru saja bertobat. ” Di sana, di sel penjara, orang Komunis itu mulai mengakui semua pembunuhan dan penyiksaannya. Setelah selesai, kedua pria itu berdoa bersama, berpelukan, dan kemudian kembali ke tempat tidur mereka, di mana masing-masing meninggal malam itu juga.
Pendeta Rumania telah belajar bagaimana mengampuni. Dia telah belajar ini dari Yesus, yang pertama-tama mengampuni hutangnya, dan kemudian mengajarnya untuk mengampuni orang-orang yang berhutang kepadanya. Yesus yang sama ini mengampuni dan membebaskan kita, karena dengan kematian-Nya di kayu salib Dia telah menghapuskan hutang kita dan menghancurkan kuasa Iblis.
(1) The Institutio (The Institutes of Christian Religion); merupakan tulisan penting dari John Calvin mengenai teologi sistematik, ajaran Kristen Protestan. Karya ini sangat berpengaruh di dunia barat dan masih digunakan secara luas oleh pakar teologi sampai sekarang. (2) Richard Wurmbrand, juga dikenal sebagai Nicolai Ionescu adalah seorang pendeta Kristen keturunan Yahudi Rumania.
Dr. Philip Graham Ryken adalah presiden Wheaton College, tempat ia juga mengajar teologi. Dia adalah kontributor untuk buku John Calvin: A Heart for Devotion, Doctrine, and Doxology.
Diterjemahkan dari TableTalk Magazine oleh Wen Wie Kwang - https://tabletalkmagazine.com/article/2007/06/forgive-us-our-trespasses/
2 notes · View notes
jeshureformed · 5 years
Link
A call for modesty to godly women in this ungodly world.
2 notes · View notes
averagechristiannet · 3 years
Text
What is Time?
I can sometimes get lost in thinking about things that are too marvelous for me. But these kinds of topics always bring me around to the awesome majesty and beauty of God! From TableTalk Magazine……………… https://tabletalkmagazine.com/article/2020/09/what-is-time/?utm_source=feedblitz&utm_medium=FeedBlitzEmail&utm_campaign=0&utm_content=5575
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
logoswomen · 3 years
Text
“God is doing something bigger than we can see right now. We need to remember that. We need to preach it to ourselves. And, after we have preached it to ourselves, we need to share it with others with whom the Lord brings us into contact.”
https://tabletalkmagazine.com/posts/rehearsing-the-past-into-the-present/
0 notes
19bubba78 · 3 years
Text
0 notes
by Gabriel N.E. Fluhre | The term eschatology and its meaning are the subject of unfamiliarity and confusion for many Christians. Much of this is because of how eschatology has been taught. Most of the time, it is limited to a study of the last events preceding the return of Christ. Certainly, it is not less than a study of those things...
9 notes · View notes
madewithonerib · 4 years
Text
Suffering with CHRIST | by Jeremy Walker
Tumblr media
    Not everything we suffer as Christians is Christian suffering.
    By nature, we are fallen creatures in a fallen world, subject to sin     & its consequences in & around us. Under such circumstances,     all suffer, in measure, & all far less than we deserve.
    We suffer as sinners & as creatures in a world wrecked by sin.
        Apart from GOD’s free favor, we would face         the eternal sufferings of hell.
    By grace, Christians are no longer what we were by nature.
    Once dead in trespasses & sins, now we are alive together     with CHRIST. We still suffer some of the temporal     consequences even of forgiven sins.
    We still face creaturely sufferings in a fallen world.
    We have been spared the eternal sufferings of the hell     we deserve, a punishment laid on our Redeemer instead of us.
    Cleansed by HIS blood & raised with HIM to newness of life     —the life of the age to come—we live united to CHRIST by faith.
    We have become citizens of heaven, pilgrims on our way to     the world in which all suffering is forever ended & all is joy &     gladness. Now it is our privilege to suffer as Christians.
    Christian suffering is distinctive:
        it arises from our union & association with CHRIST.
        It lies in those pressures, pains, & persecutions that         follow when we cling to the name of & walk in the         way of the LORD [Acts 14:22].
    Such trials & tribulations in connection with the Savior     are honorable & profitable.
    When the Apostles were beaten & forbidden to speak in the     name of JESUS, those men “left the presence of the council,     rejoicing that they were counted worthy to suffer     dishonor for the name” [Acts 5:41].
    Peter reminded believers that such trials are typical;
Tumblr media
        Christians should “rejoice insofar as you         share CHRIST’s sufferings, that you may         also rejoice & be glad when         HIS glory is revealed” [1 Peter 4:13].
Tumblr media
    Deserved suffering as an evildoer ought to be no part of     Christian experience:
        “Yet if anyone suffers as a Christian, let him not be         ashamed, but let him glorify GOD in that name”         [1 Peter 4:16].
    The Apostle Paul 1st glimpsed this when the risen JESUS     confronted him on the Damascus road:
        “Saul, Saul, why are you persecuting ME?” [Acts 9:4]
    When Saul assaulted the members of HIS body,     our Head was HIMSELF assaulted.
    But the corollary is that when the members of the body are     afflicted, they are not separated from their Head.
    CHRIST is not suffering as when HE once paid the price for     the atonement of HIS people. Rather, HE enters into &     understands the experience of HIS suffering people     [Isaiah 63:9].
    True Christianity is no easy sell.
Tumblr media
        We do not call people 1st to a crown but 1st to a cross.
Tumblr media
    Our experience, then, is more than simply suffering for CHRIST.
    We also suffer with CHRIST.
    Our suffering is not salvific or mediatorial.
    We do not add to HIS saving work.     That is all HIS, & HIS alone.
    But our Savior suffered, & we follow in HIS footsteps & so     suffer together with HIM.
    Paul would say that “as the sufferings of CHRIST abound in us,     so our consolation also abounds through CHRIST”     [2 Corinthians 1:5, NKJV],
    & that HIS affliction was for the benefit of the saints.
    Paul wanted to know CHRIST “& the power of HIS resurrection,     & may share HIS sufferings, becoming like HIM in HIS death”     [Philippians 3:10].
    We do not need to seek suffering.
    If we are faithful in following CHRIST, it will come to us.
    Christian suffering brings us close to CHRIST,     & it brings CHRIST close to us.
    This is part of what it means when our LORD assured     HIS obedient people that HE would be with them     to the end of the age [Matthew 28:20],
    when HE promised that by HIS SPIRIT     HE would be present with them [John 14–16],
Tumblr media
        when HE repeatedly made clear the union &         communion that bind HIM & HIS beloved saints together.
Tumblr media
    If we suffered apart from CHRIST, we could not bear it.
    When we suffer for HIM & with HIM, our communion     with HIM means that even then we rejoice.
Tumblr media
        Our suffering cannot separate us from HIM         but draws us closer together.
Tumblr media
    A young Scottish woman named Margaret Maitland was     drowned for her faith in CHRIST.
    Her persecutors bound her to a stake in the sea nearer to     the land than her companion in suffering, hoping that     Margaret would be terrified into renouncing CHRIST.
    As the tide came in, they asked her,
        “Margaret, what do you see yonder?”
    She replied,
        “I see CHRIST suffering in the person of one of HIS saints.”
    Margaret knew that CHRIST would be with her     when her turn came & would never leave/forsake her.
    As HE did for Stephen, the glorified CHRIST would     sustain HIS suffering saint through the trial     & then receive her into glory.
    That glory is the inevitable sequel of suffering with CHRIST.
    Our life is hidden with CHRIST in GOD.
    We are HIS children,
        “heirs of GOD & fellow heirs with CHRIST,         provided we suffer with HIM in order that we may         also be glorified together” [Romans 8:17].
    The CHRIST who once suffered for sins, & who now enters     into our suffering as HIS servants, is sympathizing with us.
    Taking up our cross & following HIM,     we shall soon come to be with HIM.
    Our sufferings shall then cease.
    True Christianity is no easy sell.
    We do not call people 1st to a crown but 1st to a cross.
    The path to glory is a path of suffering.     Our joyful suffering with CHRIST will be swallowed up     by glory with CHRIST still to come.
    That 1st moment of resurrection life will make the worst that     the world has done fade into insignificance.
    Then all present suffering with & for CHRIST will be seen as     worthwhile, for HE is worthy indeed.
Revelation Jeremy Walker is pastor of Maidenbower Baptist Church in the United Kingdom. He is author of several books, including Life in CHRIST.
Tumblr media
tabletalkmagazine.com/article/2020/10/suffering-with-christ/ twitter.com/Ligonier/status/1319360413373431808
0 notes
mariaponders · 4 years
Photo
Tumblr media
🌻⁣ Hi, Everyone! I just want to share this message to you all because I've found this so enlightening. 😊 ⁣ ⁣ Today, as we study Psalm 23:5a there are three key words we need to take note of and these are:⁣ •Prepare⁣ •Table⁣ •Enemies⁣ ⁣ First, the Hebrew word for 𝐩𝐫𝐞𝐩𝐚𝐫𝐞 means to “𝘢𝘳𝘳𝘢𝘯𝘨𝘦" or to “𝘰𝘳𝘥𝘢𝘪𝘯”. God is ordaining something special for you. He is setting things in an orderly way, he is arranging things and he is laying things out. This implies that God’s kind of preparation is very intentional and that He is actively setting things up for you. ⁣ ⁣ Second, the Hebrew word for 𝐭𝐚𝐛𝐥𝐞 implies a "𝘮𝘦𝘢𝘭" or a "𝘧𝘦𝘢𝘴𝘵". It means provision or sustenance. God gives us provision in lavish form, right in the midst of our troubles. He actually provides for us as we are under attack by distresses and evil. ⁣ ⁣ Lastly, the Hebrew word for 𝐞𝐧𝐞𝐦𝐢𝐞𝐬 means “𝘢𝘥𝘷𝘦𝘳𝘴𝘢𝘳𝘺" or "𝘧𝘰𝘦". God blesses us even in front of those that hate and despise us. ⁣ ⁣ We know that the psalmist of Psalm 23 is none other than David. This verse gives us a glimpse of how David's foes mocked him and his trust in God. David was powerless to overcome them and for years, he had been crying out, “𝘏𝘰𝘸 𝘭𝘰𝘯𝘨, 𝘖 𝘓𝘰𝘳𝘥? 𝘞𝘪𝘭𝘭 𝘺𝘰𝘶 𝘧𝘰𝘳𝘨𝘦𝘵 𝘮𝘦 𝘧𝘰𝘳𝘦𝘷𝘦𝘳? . . . 𝘏𝘰𝘸 𝘭𝘰𝘯𝘨 𝘴𝘩𝘢𝘭𝘭 𝘮𝘺 𝘦𝘯𝘦𝘮𝘺 𝘣𝘦 𝘦𝘹𝘢𝘭𝘵𝘦𝘥 𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘮𝘦?” (Ps. 13:1–2). But the Lord vindicated David and shown to be the one whom the Lord loves and delights to honor, while his enemies are powerless and put to shame. The Lord spreads a fabulous feast for David and receives him as the guest of honor at the banquet. ⁣ ⁣ So, be encouraged and remain faithful in your walk with God because we know that He is a great rewarder for those who diligently seek him and love him.⁣ ⁣ God bless everyone, Shalom!🌻 ⁣ References:⁣ https://www.google.com/amp/s/innerviewtv.wordpress.com/2010/03/21/you-prepare-a-table-in-the-presence-of-my-enemies/amp/⁣ https://tabletalkmagazine.com/article/2018/08/you-prepare-a-table-for-me-in-the-presence-of-my-enemies/ https://www.instagram.com/p/CC91QZyHIMp/?igshid=17scxumwzocdk
0 notes
christophe76460 · 4 years
Text
0 notes
garamterang · 4 years
Text
COVID-19 dan Anugerah Umum
Tumblr media
Oleh Robert Rothwell
Jika beberapa minggu terakhir hidup Anda seperti hidup saya, Anda telah menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Saran dan aturan jaga jarak fisik yang diberikan oleh gubernur, walikota, dan bahkan presiden Amerika Serikat untuk menangani COVID-19 telah menutup toko, restoran, arena olahraga, dan banyak tempat lainnya. Banyak dari kita, termasuk saya, bekerja dari rumah. Alih-alih beribadah dengan orang percaya lainnya di gedung gereja, kami berpartisipasi dalam ibadah mingguan sebisa mungkin melalui live streaming. Istri saya atau saya pergi ke toko kelontong seminggu sekali untuk membeli bahan makanan dan sesekali mengambil bungkusan makanan, meninggalkan pasangan dan anak-anak di rumah. Sebagai sebuah keluarga, kami pergi jalan-jalan di lingkungan hampir setiap malam. Selain itu, kami tetap tinggal di rumah Rothwell.
Saat ini, kami menghadapi banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Berapa banyak orang yang akan mati karena virus ini? Seberapa parah penguncian (lockdown) ini akan merusak ekonomi dunia? Seberapa efektif pembatasan ini dalam mencegah penyebaran virus? Berapa banyak orang yang sebenarnya memiliki virus, tidak mengalami gejala, dan sekarang kebal? Apakah pemerintah lokal dan negara bagian atau pemerintah federal melampaui kewenangan mereka dengan cara apa pun? Jika kita mencegah virus itu sekarang, apakah virus tersebut akan kembali di musim dingin? Apakah mereka yang telah cuti atau kehilangan pekerjaan dapat memperoleh pekerjaan mereka kembali setelah kehidupan kembali "normal"? Akankah episode ini secara fundamental mengubah masyarakat kita, atau itu akan menjadi kesulitan yang, sekali diatasi, tidak menyebabkan perubahan permanen pada cara hidup kita? Saya bisa melanjutkan.
Virus ini secara bersamaan mengingatkan kita bahwa kita hidup di dunia yang jatuh dan bahwa hampir semua hal di dunia ini terkait dengan hal-hal lain dengan cara yang sangat rumit. Kita mencoba memperbaiki satu hal, dan kita sering merusak sesuatu yang lain. Saat ini, kami mencoba untuk menghentikan penyebaran virus, tetapi kami merusak perekonomian. Namun, yang menakjubkan, kehidupan terus berlanjut, meskipun dengan banyak kesulitan bagi banyak dari kita. Dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya melakukan upaya berani untuk melestarikan kehidupan. Pengemudi truk dan kapten kapal mengangkut barang-barang yang diperlukan di seluruh dunia. Teknisi pembangkit listrik menyalakan lampu untuk kita. Manajer toko kelontong, kasir, dan pekerja toko memastikan rak-rak penuh dengan apa yang perlu kita beli. Saya bisa pergi ke sini juga.
Di tengah-tengah pandemi global ini, kita melihat anugerah umum Allah bekerja.
Anugerah, tentu saja, adalah segala kebaikan yang ditunjukkan Tuhan kepada kita bahwa kita tidak layak untuk mendapatkannya. Dan, Anda mungkin ingat bahwa Alkitab, secara umum, merujuk pada anugerah Allah dalam dua cara utama. Pertama, ada anugerah Allah yang istimewa (khusus) atau yang menyelamatkan. Ini adalah kasih karunia yang dirujuk dalam teks-teks seperti Efesus 2:8–10 dan Roma 9–11. Yohanes 3:1–17 juga merupakan teks kunci tentang anugerah khusus atau yang menyelamatkan, meskipun kata anugerah tidak pernah muncul dalam perikop itu. Anugerah khusus atau yang menyelamatkan adalah anugerah yang membawa keselamatan kita. Tuhan harus memberikannya jika ingin menyelamatkan kita, dan itu istimewa karena Tuhan tidak memberikannya kepada semua orang. Tuhan memberikan anugerah khusus hanya kepada orang-orang pilihan, dan bukan karena orang-orang pilihan lebih baik daripada orang lain tetapi hanya karena Dia telah memilih untuk menyelamatkan umat-Nya.
Anugerah umum, di sisi lain, mengacu pada kebaikan Allah terhadap semua orang. Disebut umum karena untuk semua orang, orang pilihan dan bukan orang pilihan, mendapat manfaat darinya. Allah “menjadikan matahari terbit bagi yang jahat dan yang baik, dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat. 5:45), sehingga umat manusia dapat menanam makanan untuk dirinya sendiri. Tuhan juga telah membuat perjanjian dengan alam bahwa ritme alam yang teratur, termasuk musim dan hukum fisika alam semesta, akan berlanjut selama bumi masih ada (Kej. 8:22). Seberapa sering kita ingat bahwa tanpa perjanjian ini, sains dan teknologi tidak akan mungkin? Tidak akan ada kemajuan ilmiah atau peningkatan teknologi jika kita tidak bisa mengandalkan dunia. Tanpa tatanan alami yang dapat ditelaah, kita tidak dapat melakukan eksperimen yang berulang dan dapat diuji serta membentuk hipotesis. Jika hukum alam semesta terus berubah, kita tidak bisa beradaptasi dengannya atau belajar sesuatu darinya.
Juga, seseorang tidak harus menjadi seorang Kristen untuk mencintai keluarganya, jujur ​​dengan pelanggan dan mitra bisnis, menjaga kebersihan lingkungannya, atau bahkan memberlakukan undang-undang yang bijak yang bermanfaat bagi banyak orang. Kadang-kadang, orang tidak percaya melakukan apa yang dituntut oleh hukum (Rom. 2:14). Tentu saja, ini adalah kepatuhan lahiriah yang tidak dapat menyenangkan Tuhan karena tidak dimotivasi oleh kasih untuk-Nya. Meskipun demikian, perbuatan baik ini bermanfaat bagi orang lain, bahkan orang Kristen. Setidaknya di Amerika Serikat, kita masih dapat mengandalkan polisi, petugas pemadam kebakaran, dokter, dan lain-lain untuk membantu kita bahkan ketika orang-orang di posisi ini tidak percaya kepada Kristus untuk keselamatannya.
Jatuh seperti kita, kita sering menerima anugerah umum Allah begitu saja. Tapi tanpa itu, kita akan benar-benar dalam kesulitan. Pikirkan saja apa yang harus terjadi saat kita menaruh susu di atas meja kita. Kita membutuhkan peternak sapi perah yang tahu cara merawat sapi. Peternak itu dan buruhnya harus bangun pada waktu yang tepat setiap hari dan memiliki etos kerja yang cukup untuk memotivasi mereka untuk memerah susu sapi dengan baik. Seorang sopir truk harus mengangkut susu ke pasteurisasi dan pabrik pembotolan, dan jika dia terlambat, susu bisa menjadi buruk. Di pabrik pasteurisasi dan pembotolan, pekerja harus mengandalkan penemuan ilmiah dari Louis Pasteur dan peralatan yang dibuat oleh para insinyur untuk mempasteurisasi dan membotolkan susu. Seorang sopir truk harus membawanya ke toko tepat waktu. Toko kelontong harus memiliki pendingin yang dapat diandalkan, yang tergantung pada seseorang di tahun-tahun sebelumnya yang menemukan cara menghasilkan dan menghantarkan listrik dan pada pekerja di masa sekarang untuk datang tepat waktu ke pembangkit listrik dan melakukan pekerjaan mereka dengan cukup baik untuk menjaga semuanya tetap berjalan. Kemudian, seorang pekerja stok dan seorang kasir harus memiliki komitmen yang cukup untuk pekerjaan mereka untuk muncul untuk shift (waktu kerja) mereka supaya persediaan terjaga dan dapat menjual susu. Saya bisa melipatgandakan banyak variabel lain, dan ini hanya untuk susu! Pikirkan yang lainnya.
Dunia ini memang rumit, dan pada satu titik, sesuatu yang kecil bisa membuat seluruh proses keluar jalur dan menyebabkan banyak kerusakan. Namun, banyak hal berlanjut. Bahkan dalam pandemi. Itulah anugerah umum Allah yang menopang energi dan kehendak manusia untuk mengetahui bagaimana melakukan sesuatu dan menyelesaikannya. Apakah hal-hal buruk terjadi sesekali? Tentu saja. Kita orang berdosa pandai mengacaukan banyak hal. Namun, pada umumnya, masyarakat berjalan terus dan kebutuhan terpenuhi. Ini lebih baik di beberapa tempat daripada di tempat lain, tentu saja, tapi kita belum memusnahkan diri sendiri atau dunia. Itu adalah anugerah umum Tuhan.
Di hari-hari mendatang, frustrasi pasti akan berlanjut. Bahkan setelah masa virus berlalu, kita masih akan mendapatkan duri dan semak belukar sehari-hari yang dibawa ke dalam pekerjaan kita oleh Adam. Namun, kita dapat bersyukur bahwa Tuhan telah mendukung kita selama ribuan tahun, dan dia akan melakukannya selama bumi masih ada. Ketika obat atau vaksin datang, kita akan dapat berterima kasih kepada Tuhan atas anugerah umum-Nya yang memungkinkan bagi ilmuwan Kristen dan non-Kristen yang mengembangkannya. Sementara itu, kita dapat berterima kasih kepada Tuhan atas anugerah umum-Nya yang terbukti bagaimana orang-orang dari semua latar belakang bekerja bersama, masing-masing dalam bidang khusus mereka, untuk menjaga segala sesuatu tetap berjalan. Dan di masa depan, ketika masa ini ada di belakang kita, kita dapat berterima kasih kepada-Nya atas anugerah umum-Nya yang membuat hidup di dunia yang jatuh ini lebih dapat ditoleransi.
Robert Rothwell adalah associate editor majalah Tabletalk, penulis senior untuk Ligonier Ministries, dan profesor pembantu di Reformation Bible College.
Diterjemahkan oleh Wen Wie Kwang dari sebuah artikel yang berjudul "COVID-19 and Common Grace" yang dipublikasikan di situs TableTalk Magazine | https://tabletalkmagazine.com/posts/covid-19-and-common-grace-2020-05/
0 notes
wisdomfish · 7 years
Link
“The early church was decidedly, vocally, and courageously pro-life and opposed to abortion. One of the earliest documents of Christianity after the New Testament is the Didache, dated to around AD 80–120. The teaching describes two ways: the way of life and the way of death. The way of life demands that Christians “shall not murder a child by abortion nor commit infanticide.” Both abortion and infanticide were common in the Roman Empire. Christians were forbidden to murder any child, born or unborn.
Clement of Alexandria (AD 150–215) made clear the sin of women who “in order to hide their immorality, use abortive drugs which expel the matter completely dead, abort at the same time their human feelings.” Tertullian (AD 160–240) taught even more comprehensively: “For us, we may not destroy even the fetus in the womb.” These church fathers are just two examples of a pro-life position rejecting abortion that also included—at the very least—Athenagoras, Hippolytus, Basil the Great, Ambrose, Jerome, John Chrysostom, and Augustine.As ethicist Ronald Sider comments, “
Eight different authors in eleven different writings mention abortion. In every case, the writing unequivocally rejects abortion.” Michael J. Gorman states in Abortion and the Early Church: “All Christian writers opposed abortion.” Every mention of abortion in the early church rejects it forcefully.“
~ Albert  Mohler
4 notes · View notes
averagechristiannet · 3 years
Text
The Servant Songs of Isaiah
The Servant Songs of Isaiah
I love the Book of Isaiah! And in this article, the writer demonstrates how the portions of that book called “the servant songs” answer some of the most important questions asked about the Messiah in the New Testament. From Tabletalk………………….. https://tabletalkmagazine.com/article/2019/10/the-servant-songs-of-isaiah/
Tumblr media
View On WordPress
0 notes