Tumgik
#sinefil
lunatichaotiche · 1 year
Text
Tumblr media
44 notes · View notes
bizibizyapanfilmler · 10 months
Text
Tumblr media
"Phoenix", Alman tarihine ve savaş sonrası travmalara duyarlı bir şekilde yaklaşan etkileyici bir drama filmidir. Yönetmenliğini Christian Petzold yapmıştır. Film, II. Dünya Savaşı'ndan sonra Almanya'da geçmektedir ve Yahudi bir kadının hikayesine odaklanmaktadır.
Hikaye, Auschwitz toplama kampından kurtulan Nelly Lenz'in (Nina Hoss) hayatta kalma mücadelesini anlatır. Nelly'nin yüzü ciddi şekilde yaralanmıştır ve estetik cerrahi geçirmiştir. Yüzü tamamen değişmiş olan Nelly, savaş sonrası Berlin'e geri döner ve kaybettiği kocasını bulmak için arayışa girer.
Film, Nelly'nin kimlik arayışını, savaş sonrası Almanya'da yaşanan travmaları ve geçmişle yüzleşmeyi ele alır.
2 notes · View notes
blaaaablablablablaaaa · 6 months
Text
ölmeden önce izlemeniz gereken 100 film:
7 notes · View notes
kutuphanedeyim · 8 months
Text
mukavemet 👍🏻
elemental 👎🏼
4 notes · View notes
storja-historja · 5 months
Text
😂😂😂 beberapa bulol seneng jadi. kodok dalem tempurung 🐸🥥
1 note · View note
jnjo · 1 year
Note
Merhaba, izlediğim film ve dizileri kaydedebileceğim bir uygulama ya da site önerebilir misin? letterboxdda bildiğim kadarıyla diziler yok daha çok dizi izlediğim için yeterli gelmiyor bana.
merhaba, tabii ki sinefil var film ve dizileri kaydedebiliyorsunuz fakat bildigim kadariyla uygulamasi yok bu sitenin ama kullanim acisindan basittir letterboxd kullanmadan once kullaniyordum hala guncelliyorum arada.
must var yine ayni sekilde film ve dizileri kaydedebiliyorsunuz bildigim kadariyla o da sadece uygulama, bir sitesi yok.
trakt tv var o da ayni sekilde film ve dizileri kaydedebildiginiz bi platform hem site hem de uygulamasi mevcut.
flickmetrix var uygulamasi var mi bilmiyorum film ve dizileri kayit edebiliyorsunuz arayuz olarak da oldukca basit bence. aklima gelenler bunlar oldu kesfettikce guncellerim
7 notes · View notes
599155131 · 1 year
Text
MUBI'e 50 liracık verdiğim için bu ay sinefil gibi takılcağım hazırlıklı olun.
8 notes · View notes
piksel · 8 months
Text
ne vardı birlikte “sinefil” olsaydık
6 notes · View notes
cheniaik · 8 months
Text
Tentang Milisifilem
Saya pertama kali tahu Milisifilem dari twitter. Waktu itu ada twit yang lewat tentang pembukaan kelas film selama 6 bulan tanpa bayar, yang diminta cuma komitmen dan waktu. Saya yang cukup senang menonton banyak film dan pernah ikut klub film jaman kuliah dulu, gak pikir panjang untuk mengisi form pendaftaran.
Setelah satu bulan menunggu dan mengira kalau saya gak diterima, ternyata saya dapat email panggilan untuk wawancara! Datanglah saya hari itu ke Forum Lenteng. Di situ saya kenalan sama Kak Otty sama Bang Hafiz, yang ternyata adalah empunya Forum Lenteng dan yang akan mengajar kami selama 6 bulan. Lalu saya bertemu teman-teman lain yang ternyata adalah, sinefil twitter yang punya followers bejibun yang selama ini cuma saya baca aja review-review film mereka di timeline. Waktu diwawancara, saya cuma ditanya motivasi, sutradara dan film favorit saya. Setelah itu saya diberitahu, nanti pengumuman selanjutnya akan diberikan via email.
Selang beberapa minggu, saya diberitahu kalau saya diterima! Senang dan excited sekali karena saya benar-benar gak punya ekspektasi apa-apa soal kelas film ini. Mereka hanya menerima 10 orang untuk angkatan yang sekarang. Di hari pertama kelas, saya diberitahu kalau kelas film ini akan dimulai dengan kesenian yang paling dasar, kami akan diajari teori dan praktik, bahan ajar kami akan bertumpu pada dunia barat, dan beberapa materi bahkan akan disesuaikan dengan latar belakang serta minat angkatan kami. Hari pertama hanya dihabiskan dengan perkenalan, bagaimana kami mengenal dan bersinggungan dengan film, serta informasi ritme kelas kami selama 6 bulan ke depan. Dalam hati saya, wow its gonna be fun.
Kelas selanjutnya, kami diminta membuat garis vertikal secara padat dalam kertas A3. Iya, ternyata kita diminta membuat garis-garis dalam kertas A3 selama beberapa bulan awal, persis seperti apa yang anak DKV lakukan untuk kelas nirmana. Kami membuat garis vertikal, garis horizontal, garis vertikal dan horizontal, garis biomorfis, dan seterusnya. Setiap kami selesai membuat garis itu, karya kami akan dinilai oleh Bang Hafiz dan teman-teman. Kami diminta menilai apakah itu Bagus atau Jelek dan harus menyertakan pendapat kami. Iya, bingung kan gimana caranya memberikan alasan untuk menilai Bagus atau Tidaknya sebuah garis? Sama, saya juga. Awal-awal menilai, saya gelagapan. Gak tahu harus dimulai dari mana dan aspek apa saja yang bisa dilihat dari sebuah garis. Tapi kemudian Bang Hafiz mencontohkan itu. Saya bisa lihat dari kerapatannya, teksturnya, intensitasnya, dan kerapihannya. Ada banyak sekali hal yang tadinya gak bisa saya lihat, sekarang bahkan bisa saya rasakan hanya dari sebuah garis. Lalu Bang Hafiz akan memberikan nilai antara A, B, atau mengulang. Kalau mengulang, ya nasib.
Di awal membuat tugas garis-garis itu, saya bosan dan selalu mengeluh, haduh, ini buat apa sih? Lama-lama, saya ketagihan. Kalau kata Bang Hafiz, “ketika lo buat garis, lo serahin aja diri lo. Kosongin pikiran lo. Lama-lama nanti kayak zikir”. Eh, bener juga. Ketika saya gak mikir apa-apa dan mengikuti tubuh saya untuk membuat garis, hal itu malah gak terasa berat sama sekali buat saya, yang ada malah lagi kayak healing. Membuat garis rasanya seperti keluar dari rutinitas harian saya, dan setelahnya saya merasa lega. Jadinya ketika ada tugas saya yang mengulang, saya rela-rela aja.
Berbarengan dengan tugas membuat garis-garis itu, kami juga diajari tentang Sejarah Seni dari awal seni eksis di dunia barat. Lalu, kami juga ada kelas Yukitanonton, di mana dalam seminggu itu kami diberikan tugas menonton 2 film (dimulai dari film-film tahun 1920an sampai 1960an) dan kami harus membuat resensi tentang film itu lalu kami bacakan di hadapan teman-teman. Kami juga ada kelas-kelas lain yang sifatnya insidental. Yang paling saya ingat, ada 1 kelas di mana kami hanya mendengarkan lagu selama kurang lebih 1 jam. Bener-bener cuma dengerin musik aja selama 1 jam lalu setelahnya kami diminta memberikan impresi soal musik itu. Perasaan kami, ada unsur apa saja di dalam lagu tersebut, bagaimana intensitas lagunya dari detik ke detik.
Kami juga pernah iseng-iseng merekonstruksi Las Meninas karya Velasques yang maha terkenal itu, eh setelahnya, karya iseng-iseng kami malah dijadikan kelas oleh Kak Otty. Cara kami merekonstruksi Velasques dikritik dan dibedah dari berbagai segi. Bisa-bisanya. Hahahaha. Terus pernah juga Kak Otty bikin bedah film, membahas Bicycle Thieves selama 6 jam. Iya, filmnya cuma 1,5 jam tapi kita bahas film itu per menit. Di setiap menit, kita pause filmnya, lalu kita bedah apa saja yang kita lihat dalam visualnya. Ada garis apa saja, suara apa saja, statement apa yang mau disampaikan sutradara, sampai bagaimana montase di film itu bekerja.
Saya sempat kelimpungan di beberapa bulan awal karena tugas yang banyaknya minta ampun. Nirmana, resensi film, tugas nonton video art, bahkan kami juga diminta menamatkan Tetralogi Buru karya Pram untuk bisa dibahas bersama. Belum lagi, pekerjaan saya di kantor yang butuh perhatian lebih. Di bulan kedua, bersamaan dengan saya diterima di tempat kerja yang baru, dan juga karena saya merasa tubuh dan pikiran saya gak mampu untuk menyelesaikan semuanya, saya izin ke Bang Hafiz untuk menjadi observer saja. Bang Hafiz sempat menyayangkan, tetapi mengerti kalau saya gak bisa melanjutkan menjadi peserta. Sebenarnya, menjadi observer berarti saya masih bisa ikutan kelas, tapi gak apa-apa untuk gak membuat tugas dan konsekuensinya, di akhir, saya gak bisa membuat film. Oh ya, tujuan utama dari kelas film ini adalah kami akan diminta membuat film sebagai tugas akhir kami. Ketika saya memutuskan menjadi observer, berarti saya gak akan bisa membuat film karena salah satu syarat untuk bisa membuat film adalah dengan menyelesaikan tugas-tugas yang seabrek itu.
Setelah izin menjadi observer, saya sempat menghilang beberapa minggu karena harus beradaptasi di pekerjaan yang baru. Teman-teman sempat bertanya kabar saya dan kapan saya akan ikut kelas lagi. Saat saya sudah mulai menemukan ritme di pekerjaan yang baru, akhirnya saya memutuskan untuk aktif lagi di Milisifilem, tentu saja dengan menjadi observer. Bang Hafiz dan Kak Otty menyambut saya kembali. Menjadi observer ternyata sama saja serunya, toh saya masih boleh ikutan kelas, di kelas pun, pendapat saya disetarakan dengan teman-teman lain. Jadi, sama saja, bedanya, saya gak perlu buat tugas walaupun sedih juga karena dari tugas-tugas itu saya punya pengalaman seru.
Bagian seru selanjutnya adalah kelas Sketsa setelah kelas nirmana selesai. Walaupun saya observer, tapi saya boleh membuat sketsa seperti teman-teman lain. Kami ke Kebun Raya Bogor, ke Ragunan, dan ke Pelabuhan Tanjung Priok cuma buat gambar sketsa pakai tinta cina. Pas ke tempat-tempat itu selalu diliatin orang karena mereka mengira kami seniman padahal mah seniman jadi-jadian wkwkwkkw. Terus pernah juga kami belajar Found Object kemudian praktik instalasi seni yang tentu saja karya kami dikritik habis-habisan karena konsepnya sok-sokan tapi realisasinya enol besar. Kami juga pernah menonton Jeanne Dielman selama kurang lebih 4 jam di layar besar lalu bengong bareng sehabis membahas bagaimana briliannya film tersebut.
Seminggu yang lalu kami ke Jogja untuk lihat Kak Otty menjadi pembicara sekaligus mengisi pameran di Jogja Fotografis Festival. Salah satu alumni Milisi juga menjadi kurator di sana. As expected, pamerannya tentu menang jauh dari Artjog hehehehehe. Kami juga dikenalkan dengan teman-teman kolektif seni lain yang bergerak di bidang-bidang yang gak pernah saya tahu.
Kemarin, adalah kelas terakhir Milisifilem. Setelah ini, teman-teman saya diminta membuat filmnya masing-masing dan akan dibantu oleh Bang Hafiz dan Kak Otty sampai filmnya selesai. Saya tentu saja akan membantu proses produksi teman-teman saya.
Setelah sadar kalau kelas di Milisi sudah selesai, perasaan saya jadi kosong sekali. Saya gak tahu di weekend-weekend selanjutnya apa yang harus saya lakukan karena biasanya weekend saya diisi dengan hal-hal padat ketika ada Milisi. Selama 6 bulan ini, walaupun saya banyak bolongnya karena ada dinas kantor atau keperluan pribadi, saya merasa banyak banget perkembangan di diri saya, terutama dalam bidang seni.
Seperti kebanyakan orang, saya melihat seni hanya sebagai hobi. Saya gak tahu ada berapa jenis seni. Dan ketika ada orang tanya ke saya tentang suatu film, saya akan bilang film itu bagus atau jelek tapi saya kesulitan untuk menjelaskan alasannya. Di Milisi, selain saya jadi tahu banyak hal mengenai seni, satu yang saya rasa sangat berkembang atas diri saya adalah, ketika menonton film, saya jadi bisa memperhatikan banyak hal. Ketika ada orang bertanya apakah film itu bagus atau jelek, saya bisa menyertakan seribu alasannnya kenapa menurut saya film itu bagus atau jelek.
Perasaan sedihnya ketika kelas di Milisi selesai sama persis ketika saya lulus dari Kajian Gender. Di Milisi, sebelum saya mulai kelas, saya selalu punya perasaan semangat dan menggebu-gebu karena saya penasaran, wah, pelajaran apa ya yang akan saya dapat hari ini, akan ada pelajaran seru apa yang saya lewati hari ini sama teman-teman. Dan ketika kelas selesai, walaupun saya capek, tapi saya selalu senang karena saya mendapatkan banyak sekali hal baru hari itu. Perasaan-perasaan seperti itu terakhir saya dapatkan ketika saya belajar di Kajian Gender. Saya senang bukan main ketika saya mengalami itu lagi di Milisifilem dan sedih karena 6 bulan terasa sangat sebentar. Sama seperti di Kajian Gender, rasanya, belajar bisa sangat menyenangkan karena belajar bukan dari buku tebal saja dan omong kosong pengajarnya. Tapi, dari pengalaman-pengalaman setiap orang dan memahami sekitar.
Selama di Milisi, rasanya nano-nano. Saya selalu merasa sebagai orang paling tolol di Milisi karena teman-teman saya cerdasnya bukan main. Tapi, sekali lagi, saya senang. Saya senang ketika saya menjadi orang paling bodoh karena berarti saya bukan siapa-siapa dan justru saya bisa belajar banyak dari teman-teman saya. Bukan cuma ilmu yang saya dapat, tapi juga pengalaman bertumbuh, teman diskusi, film dan musik bagus, perdebatan panjang tentang film. Kalau Bapak masih ada, rasanya saya mau mengenalkan Bapak kepada Bang Hafiz dan Kak Otty karena saya yakin mereka bisa mengobrol sepanjang malam.
Kalau inget gimana diri saya selama 6 bulan ini, rasanya, Tuhan baik banget sama saya karena sudah mencemplungkan saya ke dalam ruang menyenangkan bernama Milisifilem. Saya berdoa semoga Bang Hafiz, Kak Otty, Bang Luthfan dan Bang Yuki selalu dilingkupi hal-hal baik karena sudah memberikan banyak hal baik kepada sekitar. AMIN!!!
2 notes · View notes
ruangobrolan · 1 year
Text
Aftersun
Tumblr media
Direct and written by: Charlotte Wells.
//TW//Spoiler Alert
Setelah lama menanti-nanti, akhirnya bisa juga nonton film panjang pertama besutan Charlotte Wells ini. Film yang dibintangi oleh Paul Mescal, Frankie Corio, dan Celia Rowlson-Hall ini sudah bisa ditonton di Indonesia melalui platform KlikFilm.
Aftersun pertama kali dirilis pada 21 Oktober 2022 di Amerika Serikat melalui distributor A24 dan langsung mencuri banyak perhatian para kritikus serta penikmat film.
Film ini menceritakan perjalanan liburan seorang ayah bernama Calum Aaron Patterson (Paul Mescal) dengan anak tunggal perempuannya yang bernama Sophie Lesley Patterson (Frankie Corio) ke Turki. Perjalanan ini menjadi perjalanan yang mengesankan sebab setelah perceraian yang dialami Calum dan Ibunya, mengakibatkan Sophie dan ayahnya tinggal jauh terpisah.
Pada awal film, penonton disuguhkan cuplikan vlog yang dibuat oleh Sophie dan Calum menggunakan kamera miniDV miliknya. Dalam cupilkan ini, terdapat dua momen yang sangat jelas tergambar. Yang pertama adalah wawancara Sophie dengan Ayahnya yang mana ia bertanya kepada ayahnya "when you're 11, what did you think you would be doing now?" rasa penasaran yang muncul sebab Sophie baru saja berulang tahun ke-11, sementara Calum telah berusia 30-an. Momen kedua adalah momen perpisahan antara Calum dan Sophie di bandara di mana mereka berdua saling melempar kata "I love you" sebagai salam perpisahan. Tidak ada yang spesial diantara dua momen ini saat kita baru melihatnya. Tapi semua akan terasa berbeda saat kita mulai menyelami film ini.
Di sela-sela cuplikan tersebut, muncul scene seperti sebuah "glitch" dari sosok Sophie dewasa yang diperankan oleh Celia Rowlson-Hall juga momen-momen lain yang mereka lewati sepanjang liburan. Nampaknya ini menggambarkan bahwa apa yang kita liat adalah bagian dari kenangan Sophie yang sedang ia usahakan untuk ingat kembali.
Bagiku paruh pertama film Aftersun terasa agak lamban, membosankan, dan membingungkan. Maklum, aku menonton ini karena terhasut ulasan-ulasan fantastis para sinefil. Jadi aku berekspektasi akan menemukan sesuatu yang menakjubkan sedari awal, tapi memang bukan begitu cara film ini memberikan kesan bagi para penontonnya.
Menginjak paruh kedua, semuanya terasa lebih menarik. Kita disuguhkan dua perspektif berbeda dari sudut pandangan Sophie dan Calum. Sophie yang memasuki masa remajanya mulai penasaran terhadap banyak hal termasuk lawan jenis. Tampak bahwa ia seringkali mengamati sekumpulan muda-mudi (perempuan dan laki-laki) yang sedang berlibur di hotel yang sama dengannya. Sophie juga tak melewatkan kesempatan untuk bisa berkenalan dan bermain bersama mereka. Sementara Calum, yang akan berulang tahun ke 31, diam-diam merasa telah menjalani hidup yang gagal.
Rasa getir dan sakit itu, ia sembunyikan lewat "gerakan-gerakan aneh" (yang pada akhirnya aku paham kalau itu adalah usaha untuk menenangkan diri, semacam meditasi) dan sikap tenangnya demi perjalanan liburan yang menyenangkan dengan putrinya. Namun, Sophie nampaknya mulai menyadari bahwa sesuatu terjadi pada ayahnya saat Sophie tidak sengaja menjatuhkan kacamata renang yang ia rasa berharga cukup mahal bagi ayahnya.
Lewat Aftersun, Wells menyuguhkan alur perjalanan ayah-anak yang manis dan hangat meski perlahan namun pasti ia membawa penonton memupuk rasa sesak di hati sampai akhir film. Sementara Paul Mescal dan Frankie Orio berakting dengan sangat baik hingga mampu menyampaikan emosi di tiap scene secara tepat yang menjadikan penonton ikut larut di dalam cerita mereka dan ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
Dengan percaya diri, aku bisa bilang Aftersun adalah film terbaik yang aku tonton tahun ini dan aku ingin memaksa kalian untuk menontonnya barang sekali. Aftersun bisa ditonton secara legal di platform KlikFilm!
3 notes · View notes
bizibizyapanfilmler · 11 months
Text
Tumblr media
Blue is the Warmest Color, Abdellatif Kechiche'in Julie Maroh'un aynı adlı çizgi romanından uyarladığı, 2013 yapımı Fransız filmidir. Başrollerde Adèle Exarchopoulos ve Léa Seydoux yer almaktadır.
Film, genç bir kadın olan Adèle'in cinsel kimliğini ve duygusal deneyimlerini keşfetmesini konu alır. Adèle, lise öğrencisiyken kendisi gibi bir kadın olan Emma ile tanışır ve onunla duygusal bir ilişkiye başlar. Film, Adèle'in Emma'ya olan aşkını, duygusal ve cinsel deneyimlerini, ilişkilerindeki zorlukları ve büyüme sürecini anlatır.
Cannes Film Festivali'nde Altın Palmiye ödülünü kazanan film özellikle performansları ve yönetmenliğiyle dikkat çekmiştir. Film, cinsellik ve duygusal ilişkilerin inceliklerini cesur bir şekilde ele almasıyla tanınır. Ancak, film aynı zamanda bazı tartışmalara da yol açmıştır. Çekim sürecindeki çalışma koşulları ve yönetmenin setteki tutumu gibi konular eleştirilere neden olmuştur.
#blueisthewarmestcolour #maviensıcakrenktir #leaseydoux #adeleexarchopoulos #lgbtq #lgbtmovie #film #filmkesitleri #filmönerileri #sinefil#sinema #cinema #moviescenes #cinephile #cinemalover #bizibizyapanfilmler
3 notes · View notes
blaaaablablablablaaaa · 6 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
dean winchester'ın gidik kadın olduğunu biliyor muydunuz?
0 notes
kutuphanedeyim · 3 months
Text
arkadaşlarla oturup kim daha sinefil tartışması yapıldı mı
13 notes · View notes
distumial · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media
sinefil olmaya geldim
17 notes · View notes
burayagelkedicikk · 1 year
Text
Keşke sinefil biri olsa beni sinefilleştirse hocam olsa
3 notes · View notes
yegopsykhe · 2 years
Text
Ne bok yemeye varım burda içerlemerinden sıyrılıp atarlanıp herkesi kırdıktan sonra ev yolunda burnu sızlatan dönüşler mahalleye sunuş sinefil izlenimleri havanın üstlendiği uyuşukluğu 3 saniyelik üste üste yapıştırmalar sessizce çıt bile çıkmadan anahtar dönüşleri odaya zor atış kendini voltalar döner dolaşır sikerler eşliğinde diz çöküş şarkı aşıp mod değiştrme iç dökme siteye yastığımı ıslatıyorum geceleri hala geçmedi şu çocukluk 
9 notes · View notes