Tumgik
#kisah nabi yang menarik
arundayare · 8 months
Video
youtube
Meninggalnya Syaidah Aminah, dan Kondisi Rosululloh Bersama Kakeknya Abd...
0 notes
yunusaziz · 4 months
Text
JANUARI
Salam, apa kabar?
Hampir satu bulan tidak menulis di laman ini. Awal tahun mencoba mengambil keputusan untuk rehat sejenak dari dunia kepenulisan, setidaknya pada micro-blogging biru ini. Mencoba lebih pasif untuk menerima; lebih banyak mendengar, melihat realitas dari sudut pandang lain dan mencoba membaca hal-hal lain di luar genre kesukaan.
Jika sebelum-sebelunya saya cenderung membaca buku atau artikel-artikel yang cenderung membahas perihal teknis (faktor background anak mene kali ya) maka awal tahun ini ada buku dengan genre-genre baru yang saya coba untuk baca. Misalnya, satu buku yang sedang saya baca berjudul "Semua Akan Pindah Pada Waktunya" milik Kang Risat.
Tidak ada alasan khusus kenapa saya membaca buku ini. Berbekal langganan sebuah aplikasi e-library, Everand. Pada pilihan genre "Self Development" buku ini muncul di deretan teratas. Yasudah saya coba perlahan baca. Sesederhana itu.
Ada beberapa hal menarik dari buku ini yang membuat saya berulang kali bergumam "Oh iya juga ya..." karena penulis berhasil menghadirkan multi perspektif dari penggalan peristiwa yang sebenarnya mainstream dan berulang kali saya dapatkan. Akan tetapi, beliau berhasil mengulik hikmah dari sudut pandang berbeda.
Misalnya pada sub-bab awal, beliau mengangkat satu topik kisah Adam dan Hawa yang Allah 'hukum' turun ke Bumi. Beliau sampaikan bahwa tidak ada satupun kisah yang menceritakan bahwa Nabi Adam as. menyalahkan Iblis atas hasutan yang menyebabkan ia diturunkan dari langit.
Nabi Adam as pun tidak menyalahkan Hawa, maupun mengutuki keputusan Allah. Apa yang Ia lakukan? Muhasabah dan bertanggungjawab. Ya, dua hal itu menjadi sorotan menarik yang perlu kita teladani.
Bahwa, hidup kadang tidak menghadirkan semua hal yang kita inginkan dan yakini baik. Seringkali justru kehendak yang terjadi bertolak belakang atas apa yang dimaui hati.
Tumblr media
Rasa tanggungjawab yang dimiliki Nabi Adam as. tentu saja berangkat pada keimanan penuh dan keikhlasan utuh, bahwa Ia yakin atas hikmah dibalik takdir yang ia dapati pasti ada kebaikan yang ingin Allah beri. Berat memang, harus berpisah sekian lama dengan Hawa. Akan tetapi, begitulah konsekuensi logis dari bentuk penerimaan atas segala takdir yang Allah berikan.
Jadi begitulah, jangan salahkan keadaan atau takdir yang Allah telah beri, tapi tuntunlah diri untuk siap menerima dan bertanggungjawab atas apa yang terjadi. Semangatt✨
Per saya off sepertinya ada beberapa DM dan ask yang masuk, insyaallah saya balas segera ya. Semoga tidak terlambat 😄
51 notes · View notes
kaktus-tajam · 13 days
Text
Rumah yang Dibangun Dua Nabi
Ayat pada surat Al-Kahfi yang sangat membekas di hati, adalah ayat tentang anak yatim yang ditinggal wafat oleh orang tuanya yang shalih.
Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Kahfi [15]: 82,
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang Ayahnya adalah seorang yang saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
Suatu hari Ustadz Budi Ashari bercerita, kendati pun iman tidak diwariskan, kisah tentang anak yatim di surat Al-Kahfi ini menarik.
Rumah anak yatim ini, dibangun oleh 2 Nabi Allah: Nabi Musa as. dan Nabi Khidir as.
Bayangkan, rumahnya dibangun oleh dua orang utusan Allah. Dua orang terbaik yang membawa risalah!
Sementara bandingkan dengan rumah kita.
Apakah tukang yang membangunnya melaksanakan shalat? Apakah tukang yang membangunnya beriman?
Lantas apa kuncinya? Mengapa anak yatim ini dijaga oleh Allah?
Ternyata jawabannya terletak pada keshalihan orang tua.
Tenang saja. Pasti Allah jamin.
Ibnu Ajibah dalam tafsirnya mengutip perkataan Muhammad bin al-Munkadir:
إن الله تعالى ليحفظ بالرجل الصالح ولده، وولد ولده، ومَسربته التي هو فيها، والدويرات التي حولها، فلا يزالون في حِفْظِ الله وستره
Sungguh, sebab keshalihan seseorang, Allah swt. akan menjaga anaknya, cucunya, kerabatnya dan lingkungan sekitarnya. Mereka senantiasa dalam perlindungan dan penjagaan Allah
Aku mengkristalkan konsep ini ketika November 2023 dipertemukan rombongan Sirah Community Indonesia (SCI) di Jogja. Singkat cerita, niat awalku datang karena ingin dengar kajian langsung dari Ustadz Asep Sobari. Tapi masyaAllah malah berjumpa seorang sahabat dari orang tuaku di rombongan Ustadz dari Jakarta itu. Akhirnya aku bisa ikut duduk dengan rombongan SCI. Diperlakukan dengan amat ramah. Banyak diskusi dengan beliau, bahkan tidak sekali dua kali malu karena dipuji-puji beliau. Aku malu.
Di sisi lain aku menangis dalam syukur. Karena aku sadar, ini juga buah dari kebaikan ayah dan ibu yang aku rasakan. Karena lingkaran kebaikan yang mereka upayakan.
Aku bersyukur ayah dan ibu telah memberi teladan dalam dakwah. Di usiaku SD, ikut menyaksikan ayah dan ibu dalam komunitasnya. Tidak jarang ikut pergi safari dakwah ke beberapa tempat. Wallahu’alam.. Dulu sih aku bosen, bete, dan tidak paham. Haha. Tapi ternyata kenangan itu menjadi memori yang hidup. Dan menoreh visi yang serupa.
Alhamdulillah, di serba ketidakidealan lingkungan pertumbuhan saat itu, Allah telah hadiahkan kebaikan di baliknya. Toh sempat berpisah lama, akhirnya ayah dan ibu juga kembali bersama.
Oh ya. Malam ini tak sengaja terlintas tulisan seorang prestatif yang ternyata seorang piatu. Ia menulis tentang ibunya, kebaikan ibunya, kehebatan ibunya. Sosok yang akhirnya menjadi moral kompas dalam hidupnya. Sampai di satu titik, ia menjaga dirinya karena rasa cinta dan malunya pada ibunya. Mengingatkanku pada Nabi Yusuf as. yang ketika hampir terjerumus dalam zina, Allah tampakkan wajah ayahnya, Nabi Yaqub as. Dan wajah itulah, yang membuatnya juga sadar dan malu.
Malam ini aku merenung. Aku ingin berterima kasih pada tulisan sederhana yang ternyata amat menarik simpul tali hati. Alangkah kurang bersyukurnya diri ini.
Di usia genap 26 tahun ini, aku ingin memberikan doa. Atas segala kebaikan yang tertuang di laman ini, atas segala upaya kebaikan di kehidupan ini.. semuanya untuk ayah, semuanya untuk ibu. Ya Allah muliakanlah ayah ibu, tinggikanlah derajat ayah ibu di sisi-Mu.
Aku bukanlah siapa-siapa, tanpa ayah dan tanpa ibu. Mudahkanlah aku, menghabiskan sisa waktuku untuk bakti pada mereka.
-h.a.
14 notes · View notes
khouladilah · 7 months
Text
Muslimah Underrated : Barakah Binti Tsa'labah
Aku seperti baru berkenalan dengan muslimah yang satu ini, namanya sudah familiar terdengar. Tapi baru benar-benar mengenal saat aku dapat permintaan untuk mengisi salah satu konten Departemen Perempuan di Shahabiyah Talks mereka. Akhirnya, aku banyak mencari tahu tentang kehidupan beliau.
Nama panggungnya Ummu Aiman, tapi nama asli beliau adalah Barakah binti Tsa'labah. Kenapa di bilang underrated? karna bagiku, nama ini gak se-famous shahabiyah idola para muslimah lainnya. Padahal kisah keimanannya gak kalah menarik dengan shahabiyah sholihah yang sering kita dengar kisahnya. Bahkan beliau termasuk manusia ahli surga yang Rasulullah pernah sampaikan.
Ummu Aiman bukan berasal dari kalangan terpandang, atau keluarga yang punya harta melimpah. tapi beruntungnya beliau, adalah salah satu orang pertama yang melihat, memegang dan menggendong Nabi Muhammad kecil, bahkan sejak lahir. Ummu Aiman adalah budak yang dibeli ayah Rasulullah SAW. saat di Mekkah. Beruntungnya Ummu Aiman karena dibeli oleh keluarga yang memperlakukannya dengan sangat baik dan sopan. Setelah Abdullah menikah dengan Bunda Aminah, Ummu Aiman juga ikut dengan keluarga mereka. Ummu Aiman pun menjadi budak warisan yg diberikan ayah Rasulullah untuk mengurus Bunda Aminah sepeninggal Abdullah bin Abdul Muthalib wafat.
Dalam suatu perjalanan, Bunda Aminah bersama Nabi Muhammad SAW. kecil dan Ummu Aiman hendak mengunjungi kerabat keluarga Ayah Muhammad. tapi dalam perjalanan di daerah Abwa', Bunda Aminah terkena sakit, dan akhirnya wafat. Sebelum wafatnya Bunda Aminah, Ummu Aiman berjanji untuk mewakafkan dirinya untuk mengurus dan merawat Nabi Muhammad SAW.
Ibu Kedua Rasulullah SAW.
Keterikatan Ummu Aiman dengan Rasulullah semakin dekat, setelah kakek Rasulullah wafat. Seperti yang kita tahu, selepas wafatnya Abdul Muthalib, Rasulullah diasuh oleh pamannya. Dan disaat ini pulalah Ummu Aiman dan Rasulullah lebih dekat.
Rasulullah SAW. tidak pernah kehilangan sosok seorang ibu dan ayah
karena peran-peran itu selalu diisi oleh kakek dan pamannya sebagai seorang ayah, dan Ummu Aiman sebagai seorang ibu. Yapp, Ummu Aiman benar-benar memperlakukan Rasulullah seperti anaknya sendiri. begitu pula Rasulullah menganggap Ummu Aiman seperti ibunya. Dalam salah satu sabdanya Rasulullah pernah berkata
"Ummu Aiman Ummi ba'da Ummi" (Ummu Aiman adalah Ibuku setelah Ibuku"
See? Rasulullah sendiri menganggap bahwa wanita sholihah yang tulus dan setia ini adalah ibu keduanya. Gak ada perlakuan seperti majikan-budak dalam relationship Rasulullah SAW. dengan Ummu Aiman
Ummu Aiman selalu menyiapkan kebutuhan dan keperluan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana janjinya kepada mendiang Bunda Aminah. Sampai akhirnya Rasulullah SAW. menikah dengan Siti Khadijah RA. akhirnya Rasul membebaskan Ummu Aiman sebagai budak dan memintanya untuk hidup sendiri. Rasul menganjurkan beliau untuk menikah.
Wanita Ahli Surga
Semasa hidupnya, Ummu Aiman dikisahkan menikah dua kali. Suami pertamanya adalah Ubaid bin Zaid. Dan kemudian dari pernikahan dengan Ubaid mereka dikarunai seorang anak bernama Aiman bin Ubaid. Yang kemudian kita kenal beliau dengan nama panggung atau nama kunyahnya Ummu Aiman (Ibu Aiman). Namun tidak lama setelah itu, Ubaid wafat terlebih dahulu.
Ummu Aiman termasuk generasi awal yang masuk islam pada masa kenabian. Beliau adalah syahidah yang juga ikut memperjuangkan islam ketika banyak siksaan dari kaum kafir quraisy. atas dedikasinya melayani sang nabi terakhir dan perjuangannya menegakkan bendera islam, maka Rasulullah menyebutnya sebagai wanita ahli surga.
"Barangsiapa yang senang menikah dengan wanita ahli surga, maka menikahlah dengan Ummu Aiman" Kata Rasulullah
Ummu Aiman akhirnya dipinang oleh anak asuh Rasulullah, Zaid bin Haritsah. Disini bisa dilihat, bahwa luar biasanya sahabat-sahabat jaman Rasul tuh, gak memperdulikan jarak umur Zaid dan Ummu Aiman terpaut cukup jauh, tidak peduli Ummu Aiman sudah tua, dan janda. Karena yang ingin diraih adalah sebagaimana sabda Nabi. Menikahi wanita ahli surga.
Dan dari pernikahan Ummu Aiman dengan Zaid bin Haritsah ini lahirlah seorang panglima perang yang kelak kita ketahui kisahnya menjadi panglima perang termuda. yang kisahnya kita teladani hingga hari ini. panglima muda itu adalah, Usamah bin Zaid
Dibalik Anak yang hebat, terdapat Ibu yang tak kalah hebatnya
Pernahkah kita merenung, para pahlawan islam yang kisahnya selalu kita jadikan teladan hari ini adalah buah manis dari hasil didikan orangtua yang tak kalah hebatnya. Karena pasti, dibalik kesuksesan seorang pahlawan ada kasih seorang ibu yang mendidik dan mendoakan anaknya. Termasuk hasil didikan Ummu Aiman kepada Usamah bin Zaid. Ummu Aiman telah memanen buah-buah unggul. Tidak akan ada Usamah dan Aiman yang berani dengan gagahnya maju di medan perang Khaibar, perang Hunain, jika tidak atas kecerdasan dan kelembutan didikan seorang ibu.
Dalam kisahnya pula, Ummu Aiman salah satu wanita yang pernah ikut dalam peperangan. Ketika Perang Uhud, beliau berperan sebagai pembagi air minum dan mengobati para pasukan yang terluka.
Betapa cerdas, berani, dan tangguhnya sosok seorang Ummu Aiman ini. Semoga kita sebagai muslimah, bisa meneladani kecerdasan didikan beliau, seperti halnya beliau merasakan manisnya buah dari anak-anak sholihnya.
Semoga kita selalu bisa mengingat kemuliaan, kesetiaan, dan ketulusan Ummu Aiman seperti kita mengingat kisah-kisah shahabiyah lainnya yang sudah hapal diluar kepala kita mengenalnyaa.
8 notes · View notes
itsnaboo-blog · 8 days
Text
Tentang Al-kahfi
Sepertinya sudah banyak yang kini paham keistimewaannya.
Rasanya ia viral belum begitu lama, bukan karena aturan baru, tapi kita saja yang baru tahu.
Beberapa menandingkannya dengan yasin, aku tak mengerti kenap harus begitu.
Keduanya bermakna sama bagiku di hari jumat. Kuncinya jika mampu, kenapa harus satu?
Sekali lagi, ini bagiku yang lahir di keluarga NU tapi besar dan belajar di lingkungan baru.
Kuncinya lagi mencari tahu, tidak puas diri berhenti di titik kenyamanan.
Bukankah kewajiban belajar sampai ke liang lahat? Siapa yang bilang hanya 9 tahun?
Sudahlah, 30 tahun sudah sangat menyerap energiku untuk memperdebatkan sesuatu yang tidak perlu.
Tapi dimana ada ilmu, sepertinya bisa dicoba satu dua melangkah
Al kahfi tidak hanya cerita tentang hari
Ia juga bercerita tentang pemuda yang tertidur beratus tahun
Yang harus hijrah dari negeri yang melarang mereka beriman kepada Allah ta’ala
Kemudian datanglah mereka ke gua, yang dengan perhatian-Nya Allah rawat raga pemuda pemuda ini tetap utuh setelah ratusa tahun kemudian
Yaa Rahmaaan, Yaa qayyum dan hanya Engkau sebaik-baiknya pengurus kami
Kisah lainnya yang menarik perhatianku adalah kisah Musa as dan khidr.
Sebelum mendalami al kahfi, nama khidr tidak asing bagiku.
Beberapa kalo ia muncul sebagai tokoh magic di buku cerita atau beberapa film religi seingatku.
Dan ketika aku menemukannya di kitab yang selama ini aku baca tanpa mengerti artinya, sangat mengesankan.
Ia datang sebagai tokoh yang tidak banyak bicara, tapi mengajari dengan contoh. Dan Musa as yang kita tahu adalah seorang nabi dan rasul, dan bahkan ulul azmi hadir meminta status murid oleh beliau.
Secara lahir, kami citizen yang judgmental ini menganggap paling tahu siapa statusnya harus di atas siapa. Kadang mudah juga melontar komentar “wah keren Musa mau menunduk pada khidr yang bukan seorang rasul” “wah bisa-bisanya Khidr diam saja saat diprotes musa”
Dan ternyata ini adalah ujian. Dan ternyata ini juga sarat hikmah bagi kita yang merasa berilmu merasa lebih tahu. Dan sekali lagi setidaknya bagiku ini sangat menampar.
Musa sudah diperingati aturan main menjadi murid khidr, tapi sayang sekali Musa tidak bisa lulus ujian ini. Terlalu lancang mengatakan kalau Musa merasa sok pintar sehingga tidak bisa diam dan memprotes tindakan khidr. Tapi jika dicerminkan kepadaku, jika aku memiliki peran seperti Musa, rasanya benar meskipun secuil kadang rasa merasa lebih puntar lebih berilmu menghantiui sehingga protes dilayangkan bertubi-tubi. Dan inilah mengapa ilmu harus disandingkan bersama adab, satu agar lulus ujian kedua yaa terlihat lebih indah kataku.
Beberapa waktu lalu kasus perceraian public figure semoat menjadi bahasan kami. Kami coba intropeksi rumah tangga kami. Kami melihat ujian merasa lebih tinggi bisa terjadi dimana saja.
Entah hartanya lebih tinggi, entah ijazahnya tertulis lebih tinggi, atau bahkan sertifikat kelulusan hafalan qurannya lebih tinggi. Aturan mainnya tetap ada. Saat-saat harus sami’na waatho’na itu nyata, tapi menahan ego rasanya tidaklah mudah.
Bukan patriarki, memang suami itu harus dihormati. Memang istri posisinya harus lebih menunduk. Dan catatan untuk kami agar bisa lulus ujian ini sama-sama, menelan anggur yang lebih manis dari shine muscat bersama, meminum air dari telaga kautsar bersama, ucap kita harus dijaga. Manusiawi merasa letih merasa tersakiti, tapi instropeksi dan memperbaiki diri agar Allah limpahkan kasih sayangnya lagi.
Hari ini hujan lagi, Alhamdulillah.
Tokyo, 13 Mei 2024
3 notes · View notes
sadyah99 · 4 months
Text
Naratif Literasi
Saya baru mengenal istilah literasi sewaktu duduk di bangku kuliah. Selain karena ada mata kuliah literasi yang kami ampu, kampus kami cukup aktif dalam kegiatan pembiasaan literasi. Namun dalam praktiknya saya gemar membaca jauh sebelum itu, tepat sebelum duduk di bangku sekolah dasar. Saya sudah bisa membaca dan menghabiskan berbagai macam bacaan seperti cerita rakyat dan bacaan anak-anak lainnya. Hal tersebut tidak luput dari kontribusi mama yang sangat telaten mengajari anak-anaknya membaca disela-sela kesibukannya berjualan. Mama adalah teladan bagi saya untuk banyak hal. Sejak kecil saya terbiasa melihat mama membaca beberapa majalah favoritnya seperti majalah Kartini, Femina, dan beberapa buku bacaan lainnya. Ia membelinya ketika berbelanja di supermarket. Sampai sekarang saat senggang beliau mengisi waktunya dengan membaca. Saya pun memiliki majalah favorit yaitu majalah Bobo. Tak selalu dibelikan tiap edisi majalah tersebut, tetapi saya selalu bisa membacanya karena sahabat semasa kecil saya berlangganan majalah Bobo dan suka meminjamkannya. Tak hanya itu ia juga sempat menghadiahkan buku cerita jenaka Abu Nawas. Saya sangat bersyukur diberikan keluarga dan sahabat-sahabat yang sangat mendukung kegemaran saya.
Selain mama, ada bapak yang selalu membelikan beberapa buku bacaan tiap kali ada pekerjaan keluar kota. Tak lepas dari ingatan ketika bulan ramadhan, bapak membelikan buku The Best Stories of Quran yang menceritakan kisah-kisah nabi. Buku itu cukup tebal untuk dibaca anak berumur 5 tahun namun saya menghabiskannya dalam sehari. Bisa terlihat sesuka itu saya dengan membaca. Sampai masuk SD saya selalu suka membaca buku-buku pelajaran, RPUL dan buku-buku bacaan diperpustakaan apalagi yang berwarna, sangat menggugah untuk anak-anak seperti saya. Tapi sejujurnya ketika dewasa bacaan berwarna yang memanjakan mata itu masih terlihat menarik. Tak hanya membaca, saya juga gemar menulis seperti mengarang cerita pendek salah satunya cerita tentang desa mama yang kita datangi saat liburan semester di daerah Tuban yaitu desa Wonosari yang saya tulis saat kelas 5 SD. Ketika melihatnya lagi saat sudah duduk di bangku kelas 1 SMP ternyata karangan yang saya tulis sudah cukup baik.
Pada pelajaran Bahasa Indonesia saat SMP guru saya memberikan hadiah bagi siswa yang memiliki karangan pengalaman terbaik dan saya mendapatkannya. Tak hanya itu, guru pun memuji dengan mengatakan bahwa penulisan dalam karangan yang saya buat sangat bagus. Dibangku SMP saya semakin suka membaca dan buku-buku koleksi semakin banyak. Sedari dulu saya bercita-cita ingin punya perpustakaan kecil di rumah tetapi harapan itu hilang ketika tempat penyimpanan buku-buku kesayangan saya diserang rayap. Saya pun sudah tidak bersemangat lagi untuk menyimpan buku dan lebih memilih menghibahkannya ketika selesai membaca.
Kebiasaan membaca masih terus berlanjut tetapi menulis tidak lagi dilakukan. Saya sangat menyukai novel bergenre fantasi seperti novel Hujan, Matahari, Bulan, yang dikarang oleh Tere Liye, dan novel lain yaitu Dear Nathan, Dilan dan sebagainya. Semakin bertambah umur genre bacaan saya semakin beragam dengan menyukai bacaan motivasi untuk pengembangan diri salah satunya buku-buku yang ditulis oleh Wirda Mansur. Saking senangnya dengan buku, saya juga sempat menjual buku dan ternyata lumayan banyak peminatnya apalagi Novel yang sedang tren dikalangan kawula muda apalagi anak SMA. Saat SMA pun saya mendapat hadiah perpisahan dari teman dekat saya berupa buku juga.
Beranjak di bangku kuliah saya tak lagi sempat membaca buku karena bingung mengatur waktu. Waktu senggang yang berkurang membuat saya enggan meluangkan waktu untuk membaca karena dahulu saya terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membaca. Namun saat semester akhir saya mulai kembali membaca dengan genre bacaan pengembangan diri. Awalnya karena kebutuhan tetapi seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa dan mampu membagi waktu untuk membaca. Tak lagi menggunakan buku fisik, saya berlangganan e-Gramedia. Selain menghemat pengeluaran e-Gramedia juga lebih efisien dibaca dimana saja. Akan tetapi, aroma khas buku fisik masih menjadi juara.
Sampai sekarang literasi tak lepas dari kehidupan, apalagi profesi pekerjaan guru ini selalu terlibat dengan literasi. Setelah mengikuti mata kuliah Literasi Lintas Mata Pelajaran khususnya pada topik membuat cerita narasi, tanpa sadar saya mengasah kembali keterampilan menulis. Untuk menulis cerita ini saja butuh waktu berhari-hari untuk mengumpulkan niat, mencari ide rangkaian kata yang sesuai sekaligus mengingat memori beberapa tahun silam. Ternyata cukup sulit untuk membuat tulisan yang menarik dan mudah dipahami pembaca.
3 notes · View notes
kertasecha · 5 months
Text
Berawal Dari Mimpi
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Pagi itu, 26 November 2023, adalah salah satu hari terbaik yang pernah seorang Desra lalui selama 2023.
Setelah menunggu satu tahun dari Half Deen 2022, alhamdulillah, Allah kasih kesempatan dan rizki untuk ikut belajar di Half Deen Series 2023, bareng Ust. Muhammad Nuzul Dzikri hafizhahullah.
Semoga Allah jaga beliau, serta para guru kami yang senantiasa teguh menghidupkan sunnah, serta para Ulama yang senantiasa besar pengorbanannya dalam merangkum ilmu kehidupan untuk diwariskan kepada kita kelak di masa yang sulit ini.
Rangkuman Half Deen Series 2023
Half Deen Series kali ini cukup menarik perhatian banyak orang. War tiketnya pun MasyaaAllah. Untuk tahun ini, Gurunda hafizhahullah membagikan sebuah kisah mengenai cinta, pengorbanan, ujian, serta kesabaran. Tak lupa hikmah dari kisah tersebut berupa pelajaran untuk menjalani peran sebagai Ayah, Ibu, dan Anak yang baik.
Pelajaran ini diambil dari kitab suci Al Qur'an, Surah Yusuf ayat 3.
اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَI (Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya (Ya‘qub), “Wahai ayahku, sesungguhnya aku telah (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan. Aku melihat semuanya sujud kepadaku.”
Tauladan Peranan Ayah, Anak dan Ibu dalam keluarga Nabi Ya'kub عليه السلام
Nabi Yusuf عليه السلام adalah Putra dari seorang Nabi yang mulia, Nabi Ya'kub عليه السلام. Sedangkan Nabi Ya'kub عليه السلام adalah putra Nabi Ishaq عليه السلام dan cucu dari Bapak agama samawi, Nabi Ibrahim عليه السلام. Sehingga cukup jelas bisa disimpulkan yaa, kalau Yusuf memiliki garis keturunan orang-orang mulia yang terjaga di sisi Allah.
Nabi Yusuf عليه السلام kecil bermimpi bahwa sebelas bintang, matahari, dan bulan bersujud padanya. Nabi Yusuf عليه السلام yang merupakan anak yang taat kepada orang tua langsung menghubungi ayah beliau untuk bercerita dan meminta nasihat dari sang ayah.
Ini menunjukkan betapa hangatnya hubungan antar anak dan ayah dalam keluarga kedua Nabi عليه السلام. Sang anak (Nabi Yusuf عليه السلام) sangatlah menghormati sang ayah sebagai pemimpin keluarga. Sehingga, saat ia bermimpi pun, bukanlah teman yang dicari sebagai konselornya, melainkan ayah beliau.
Bukan sebuah pekerjaan instan untuk membentuk pola serta kepercayaan anak pada ayahnya. Nabi Ya'kub عليه السلام pun merupakan seorang ayah yang penuh perngorbanan, kehangatan, serta kepekaan terhadap anak-anaknya.
Begitu Nabi Ya'kub عليه السلام mendengar cerita putranya, Ia pun langsung memahami tafsir dari mimpi putranya tersebut. Ia dapat memahami bahwa putranya, Yusuf عليه السلام akan menjadi seorang Nabi kelak seperti dirinya. Maka, dengan bijaknya Nabi Ya'kub berpesan pada putranya tersebut.
قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ “Wahai anakku, janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu karena mereka akan membuat tipu daya yang sungguh-sungguh kepadamu. Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi manusia.”
Beliau meminta putranya untuk tidak menceritakan mimpinya tersebut kepada ke saudaranya (kalau yang dapat aku simpulkan dari perkataan Ustadz hafizhahullah, yang dimaksud saudaranya khususnya adalah sepuluh orang kakak Nabi Yusuf عليه السلام)
Mengapa demikian? Nabi Ya'kub sungguh telah memahami perangai anak-anaknya. Sifat judgemental saudara-saudara Nabi Yusuf عليه السلام terhadapnya sampai ke perasaan bahwa ayah mereka (Nabi Ya'kub عليه السلام) adalah seorang ayah yang pilih kasih, terutama pada kedua saudara mereka yang berasal dari ibu yang berbeda dengan mereka. (red: Nabi Yusuf عليه السلام serta adiknya Bunyamin).
Kembali ke tafsir mimpi Nabi Yusuf عليه السلام. Maka, mengapa sebelas bintang, matahari, serta bulan?
Rupanya Nabi Ya'kub عليه السلامmengetahui bahwasannya mimpi tersebut merujuk ke analogi untuk keluarga mereka.
Matahari berarti ayah (Nabi Ya'kub عليه السلام)
Bulan berarti ibu
Sebelas bintang adalah saudara-saudara Nabi Yusuf عليه السلام yang berjumlah sebelas orang
Lantas, mengapa harus matahari, bulan, serta kesebelas bintang?
Ayah, digambarkan seperti matahari. Beliau lah sumber energi, kehangatan, dan spirit bagi keluarga. Matahari tak pernah redup, tak pula mati sinarnya seperti bintang. Matahari merupakan center of universe. Maka, seorang ayah hendaknya menjadi center of family. Seperti halnya Nabi Ya'kub عليه السلام yang menjadi penasihat utama Nabi Yusuf عليه السلام setelah beliau bermimpi.
Ibu digambarkan sebagai bulan. Bulan yang menyinari malam, teduh dan anggun. (duh, jadi kesindir neh wkwkwkk)
Yok lanjut.
Ibu adalah bulan dalam keluarga. Dengan keteduhannya dalam kegelapan malam, bulan memantulkan sinar matahari ke bumi. Sehingga seorang ibu diharapkan dapat berperan menjadi jembatan dari ayah kepada anak-anaknya. Karena tugas istri adalah litaskunu ilaiha, dimana saat seisi rumah memandangnya, maka tenanglah hati mereka.
Seperti itulah gambaran keluarga Nabi عليه السلام, sehingga Allah menganalogikan matahari, bulan, serta sebelas bintang sebagai representasi dari keluarga Nabi Ya'kub عليه السلام, dalam mimpi seorang Nabi Yusuf yang masih belia.
InsyaaAllah lanjut segera yaa.masih panjang huehehehe
2 notes · View notes
frasa-in · 2 years
Text
Tumblr media
Bagi seorang muslimah, rasa malu merupakan mahkota kemuliaan dirinya. Maka begitu penting bagi muslimah memiliki rasa malu untuk menjaga kemuliaannya. Ada salah satu perempuan shalihah di zaman Nabi Musa yang selalu memiliki rasa malu. Ialah istri beliau, Shafura binti Syu’aib. Kisah pertemuan kedua insan ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 23-28. “Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya).
Musa berkata, “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternakny), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.”
“Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” QS. Al-Qashash: 23-24. Shafura adalah satu dari dua wanita itu. Sementara satu wanita yang bersamanya ialah sang kakak yang bernama Layya.
Nabi Musa kala itu tengah dalam perjalanan hijrah dari Negeri Mesir. Beliau belum diutus menjadi Nabi dan tengah pergi menyelamatkan diri. Nabi Musa pun kemudian menolong kedua wanita itu dengan mengambil ternak mereka dan membawanya ke sumber air. Dengannya, ternak-ternak itu pun bisa minum sepuasnya. Setelah itu, Nabi Musa mengarahkan ternak agar kembali digiring dua wanita, Shafura dan Layya. Tanpa bicara, Nabi Musa kemudian pergi dan mencari tempat teduh untuk istirahat. Shafura dan Layya begitu gembira karena dapat pulang ke rumah lebih cepat.
Jika kakaknya, Layya, tak merasa momen itu spesial, Shafura justru sebaliknya. Si adik bungsu rupanya sangat tersentuh dengan bantuan Nabi Musa. Inilah jodoh yang telah dipersiapkan Allah untuk sang Nabi. Begitu tiba di rumah, Shafura sangat bersemangat menceritakan sosok pria yang membantunya pada sang ayah dan berharap ayahnya membalas budi pria asing yang menolongnya itu. “Wahai ayahanda, jadikanlah dia orang yang bekerja kepada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang bisa ayah pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” QS. Al-Qashash: 26.
Maka menarik sekali dialog yang ditulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat salah satu dari dua putri Nabi Syu’aib itu mengajukan permohonannya. “Apa yang kamu ketahui tentang hal itu?” Tanya Nabi Syu’aib pada putrinya. Ia menjawab, “Dia telah mengangkat sebuah batu besar yang tidak mampu diangkat kecuali oleh sepuluh orang laki-laki. Dan saat aku datang bersamanya, aku berjalan di depannya, lalu dia berkata kepadaku, ‘Berjalanlah di belakangku’. Jika ia berbeda jalan denganku, ia memberikan sebuah tanda dengan batu kerikil agar aku mengetahui kemana ia berjalan.”
Lalu apa yang disampaikan Nabi Syu’aib pada Musa? Bagi seorang ayah, tentu tahu apa yang sedang dirasakan putrinya. Beliau juga tahu apa maksud putrinya. Beliau bukan cuma memintanya untuk bekerja, tetapi juga menjadi suami atas putrinya, na itu sekaligus menjadi akad diantara keduanya. “Berkatalah dia (Syu’aib), ‘Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu pada salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa engkau bekerja denganku delapan tahun dan jika engkau cukupkan sepuluh tahun, maka itu adalah suatu kebaikan darimu, maka aku tidak hendak memberatkanmu. Dan engkau insyaAllah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik’.” QS. Al-Qashash: 27.
Tak ada alasan bagi Musa untuk menolaknya. “Dia (Musa) berkata, ‘inilah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah menjadi saksi atas apa yang kita ucapkan’.” QS. Al-Qashash: 28.
Masya Allah kisah Shafura dan Nabi Musa begitu indah. Nabi Musa menerima tawaran itu dan menikahi Shafura. Selama 10 tahun, Nabi Musa pun tinggal di Negeri Madyan. Keduanya hidup bahagia dan dikarunia keturunan. Dari kisah ini, sangat jelas bahwa Shafura adalah perempuan yang dipuji Allah ta’ala dengan sifat malu dan selalu menjaga dirinya (‘iffah).
“Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan) mu memberi minum (ternak) kami.” QS. Al-Qashash: 25. Abu As-Su’ud rahimahullah berkata tentang makna jalannya wanita di ayat tersebut di tafsirnya, “Wanita tersebut berjalan dengan tidak berjingkrak-jingkrak”. Ibnu Katsir rahimahullah berkata menukil dari Umar bin Khattab ra. dengan sanad shahihnya yang berkata, “Sesungguhnya Shafura menutup wajahnya dengan pakaian karena sangat malu, karena ketika itu menutup wajah tidak diwajibkan kepadanya.”
Dari perkataan pun, Shafura tampil dengan penuh santun, bersih, jelas dan tanpa ragu. Ketika membawa undangan dari ayahnya kepada Musa alaihissalam, Shafura menyampaikannya dengan bahasa yang sangat singkat. Ia wanita terpercaya dalam menjalankan apa yang diperintahkan ayahnya. Ini bukti bahwa fitrahnya bersih dan pendidikannya lurus. Shafura juga wanita yang terpercaya dan tangguh tidak goyah ketika bertemu Musa alaihissalam karena ia yakin bahwa dirinya suci bersih. Ia berbicara seperlunya tidak kurang dan tidak berlebihan. Ini juga menunjukkan bahwa pendidikan dirinya betul-betul sempurna dan etikanya bersih.
Frasa: Perempuan, Ilmu, dan Rasa
30 notes · View notes
tanahbernyawa · 8 months
Text
Allah pun membela kita!!!
Beberapa hari yang lalu saya mengikuti sebuah kajian dan diskusi dr salah satu lembaga dakwah fakultas di UII. Ada sebuah hal yang menarik dan baru saya sadari tentang apa yg disampaikan pengisi, mas yufian.
Kita coba tilik kembali kisah penciptaan nabi adam pada surah albaqarah ayat 30. Inni ja'ilun fil ardhi khalifah, Allah berfirman bahwa "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.". Kemudian malaikat menjawab qālū a taj'alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā`, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?". Apa jawaban Allah mendengar pertanyaan dr malaikat yg dikenal dengan ketaatannya yg luar biasa. Mengatakan bahwa manusia akan jdi perusak di muka bumi. Dr pertanyaan tsb, Allah berfirman, innī a'lamu mā lā ta'lamụn," Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.". Dr pernyataan tsb sudah jelas bahwa Allah membela kita dengan kesombonganNya dr apa yang ditanyakan malaikat.
~1 okt 23
2 notes · View notes
arundayare · 8 months
Video
youtube
sejarah bangsa arab
History of the Arabs
1 note · View note
zaahasyim · 2 years
Text
Cicak
Aku lagi baca kisah Nabi Ibrahim 'alaihissalam di buku yang ditulis Ustadz Firanda Andirja, Mendulang Mutiara Faedah dari Kisah Para Nabi dan Rasul. Ada satu catatan kaki menarik tentang cicak. Diceritakan si cicak ini menjadi hewan satu-satunya yang meniup kobaran api yang membakar Nabi Ibrahim agar membesar, sementara hewan-hewan lain berupaya memadamkannya.
Aisyah pernah ditanya tentang tombak yang ada di rumah beliau. Lalu beliau menjawab, "Untuk menombak cicak, karena Nabi mengabarkan kepada kami bahwasanya ketika Nabi Ibrahim dilemparkan di api, seluruh hewan pun berusaha mematikan api, kecuali cicak. Cicak malah meniup-niup api tersebut untuk memperbesar kobarannya. Oleh karena itu Nabi pun memerintahkan kita untuk membunuhnya." (HR. Ahmad)
Terus ada penjelasan dari Ustadz Firanda bahwa alasan sebenarnya Nabi kita memerintahkan membunuh cicak, karena cicak itu tergolong hewan fuwaisiq. Hewan digolongkan fuwaisiq  jika mengganggu dan memudaratkan manusia. Contoh lain dari hewan fuwaisiq adalah tikus, ular, gagak hitam, dll.
Menurut penelitian, rupanya si cicak ini membawa-bawa bakteri E.Coli yang bisa bikin kita sakit perut. Itu juga mengapa kita harus juga menjaga banget makanan dan peralatannya agar jangan sampai deh dijadiin tempat cicak main.
Di akhir catatan kakinya, Ustadz Firanda menuliskan begini. Dan ini merupakan hal yang penting sekali menurut aku.
Alasan utama perintah Rasulullah kepada umatnya untuk membunuh cicak, adalah layaknya hewan-hewan fuwaisiq lainnya, yaitu lantaran tabiatnya yang mengganggu dan membawa kemudaratan bagi manusia. Sedangkan pemberitahuan akan perbuatan cicak terhadap api yang akan membakar Nabi Ibrahim, maka itu adalah kabar pelengkap dan penyemangat saja, dan bukan alasan inti dari perintah membunuh cicak. (Hlm. 232 - 233)
Selanjutnya Ustadz Firanda menuliskan sbb.
Hal ini sangat penting untuk difahami, agar tidak ada yang menyangka bahwa Islam menganggap adanya dosa turunan, oleh karena itu cicak di zaman sekarang dibunuh lantaran perbuatan cicak di zaman Nabi Ibrahim. Wallaahu 'alam. (Hlm. 233)
Oke. Jadi, intinya itu cicak diperintahkan bunuh bukan karena kesalahan cicak di zaman Nabi Ibrahim. Tapi karena si cicak ini tergolong hewan fuwaisiq. Cerita cicak zaman Nabi Ibrahim yang mendukung kezhaliman dengan meniup-niup api itu sebagai tambahan aja. Bahwa moyangnya si cicak pernah berbuat sejelek itu lho.
Mengenai perbuatan moyangnya si cicak ini, aku jadi berpikir. Sebenarnya, apa yang dilakukan si cicak kan cuman hal kecil. Meniup-niup doang kok. Nggak ada pengaruhnya. Apa lah arti tiupan kecil untuk kobaran api sedahsyat itu. Tapi tetap hal demikian terhitung sebagai dukungan.
Wah, pelajaran banget nih agar kita lebih hati-hati. Jangan sampai kita memberi dukungan pada perbuatan salah, meskipun hanya sedikiiiiit. Misal, asal ngasih jempol ke postingan yang mengandung keburukan. Karena satu jempol kita itu tetap berarti dukungan. Wallaahu 'alam.
Za
19 notes · View notes
abubuaa · 1 year
Text
Saifuddin Quthuz Sang Ksatria Perang 'Ain Jalut
Dia adalah seorang pahlawan besar dari Dinasti Mamalik. Beliau hidup di zaman runtuhnya Khalifah Abbassiyah karena serangan pasukan Tartar (Mongol).
Saifuddin Quthuz adalah pahlawan yang telah meruntuhkan dominasi Tartar di negeri Syam. Dia membalas luka akibat kekalahan kaum Muslimin di tangan Tartar, dan sekaligus membuka jalan bagi runtuhnya invansi Tartar di negeri-negeri Muslim.
Tetapi ironisnya, Saifuddin Quthuz wafat terbunuh justru oleh penguasa Muslim lain yang haus kekuasaan yaitu Baibars. Dia menjadi pemimpin Muslim sebagai Sultan Mamamik di Mesir, namun kisah perjuangan beliau sangat membekas bagi sejarah Islam
Bisa dikatakan, Saifuddin Quthuz rahimahullah adalah pahlawan Islam dan Penguasa Muslim yang terzhalimi.
Perjalan Hidup Saifuddin Quthuz
Mengenal sedikit perjalanan hidup beliau; bernama asli Mahmud bin Mahmud bin Khawarizmi. Di kenal dengan nama Saifuddin Quthuz karena semasa kecil pernah dijual sebagai budak ketika Kakeknya Khawarizmi Syah mengalami kekalahan perang atas pasukan Tartar.
Kakeknya Mahmud bin Mahmud, Khawarizmi khan, seorang raja di wilayah Khawarizmi.
Kakeknya, Khawarizmi syah dari memang dari dulu telah memiliki sejarah pertempuran dengan pasukan Jengsi Khan atau Tartar. Dimana saat Khawarizmi jatuh ke tangan Tartar, anak-anak bangsawan tangkap, termasuk Mahmud bin Mahmud atau Saifuddin Quthuz. Mereka lalu di jual sebagai budak di pasar Damaskus. Dipasar itulah dia mendapatkan panggilan Quthuz.
Kisah menarik terjadi semasa ia menjadi budak, ia di siksa oleh tuannya dan bapak serta kakeknya di maki-maki dengan perkataan yang membuatbia menangis dan mogok makan.
Ketika ditanya tentang ras sakit karena pukulan dari tuannya? Dia menjawab tidak. Dia menangis karena ayah dan kakeknya dimaki, padahal ayah dan kakeknya lebih mulia dari dirinya dan apalagi tuannya.
Ditanya kembali tentang ayahnya apakah seoarang kafir? Dia menjawab, "Tidak, aku adalah seorang Muslim dsn anak seorang Muslim. Aku adalah Mahmud bin Mahmud. Aku adalah anak anak laki-laki dari saudara perempuan Khawarizmi Syah. Aku adalah anak raja".
Orang-orang disekitar yang mendengar berubah sikap terhadap Quthuz. Di kemudian hari dia menjadi pejabat pemimpin Dinasti Ayyubiah, Izzudin Aibak.
Dalam cerita lain, Saifuddin Quthuz semasa kecil bermimpi bertemu Rasulullah. Dalam mimpi itu Nabi berpesan bahwa dia akan menjadi penguasa Mesir dan menghancurkan bangsa Tartar. Mimpi itu seperti menjadi sebuah pelita yang menuntun Saifuddin Quthuz untuk mewujudkan misi besar yaitu Meruntuhkan Tartar.
Dan hal itu benar-benar terwujud, dengan pertolongan dan Barakah Allah Al Karim.
Dengan proses yang panjang penuh liku, Saifuddin Quthuz berhasil menjadi Sultan Dinasti Mamalik di Mesir. Setelah berkuasa, dia segera mengumpulkan para amir, panglima, pemuka agama, dan para cendikiawan.
Ia berbicara dengan lantang dan penuh keberanian tentang misi yang diembannya : "Aku tidak punya maksud apapun, kecuali agar kita bersatu untuk memerangi Tartar. Hal itu tidak akan terlaksana jika tidak ada seorang pemimpin Ketika kita telah keluar dan berhasil menghancurkan musuh, maka masalah kekuasaan aku serahkan kepada kalian. Pilihlah orang yang kalian kehendaki sebagai pemimpin kalian. "Kata-kata ini menunjukkan bahwa Saifuddin Quthuz tidak berambisi kekuasaan dan kata-katanya berhasil menaril simpati para pejabat dan penguasa Muslim
Pada masa itu sebelum misi Jihad dilaksanakan, Saifuddin Quthuz meminta pertimbangan ulama di masa itu, Izuddin Bin Abdussalam. Dia bertanya tentang ide menarik pajak dari rakyat untuk membiayai jihad. Untuk melakukan sesuatu yang besar maka perlu banyak pertimbangan untuk melangkah dan pengorbanan yang tidak membuat rakyatnya menjadi lemah.
Pada masa itu rakyat tidak dipungut pajak apapun, selain Zakat. Izzudin menjelaskan, kalau negara diserang musuh, sementara Baitul Maal tak punya sedikitpun; boleh mengambil pajak dari rakyat. Tetapi lebih baik jika para panglima menjual peralatan atau barang yang mereka miliki, hanya disisakan muda dan senjata. Dengan demikian, biaya Jihad tetap terpenuhi, sedang harta rakyat tidak terganggu. Jika apra pejabat masih memilik harta atau peralatan, maka mengambil pajak dsri rakyat tidak diperbolehkan. Pendapat ini diterima dan dijalankan oleh Saifuddin Quthuz, sekaligus menunjukkan sikap hormatnya terhadap ulama.
Ketika Saifuddin Quthuz sedang mempersiapkan pasukan dan senjata, datang utusan Hulagu Khan menghadapnya dengan membawa surat yang berisikan ancaman agar Quthuz dan pasukannya menyerah, sehignga Mesir dapat dikuasai Tartar. Pejabat mesir yang mendengar isi surat menjadi ketakutan. Ada yang menyarankan agar Quthuz menyerahkan diri.
Dengan lantang Quthuz berkata : "Aku akan menghadapi Tartar sendirian, wahai para pemimpin kaum Muslimin. Kalian makan dari harta Baitul Maal, tapi kalian taku berperang. Aku akan mengahadapi mereka sendirian. Siapa yang memilih berjihad, dia bisa menemaniku dan siapa yang tidak mau, silahkan kembali ke rumahnya, sesungguhnya Allah melihatnya."
Kemudian Quthuz berdiri sambil berseru, "Wahai pemimpin kaum Muslimin, siapakah yang akan membela Islam, kalau bukan kita? " Dia berkata sambil menangis, sehingga membakar semangat para komandan dan pejabat Muslim. Mereka bertekad mengalahkan Tartar, berapapun harga yang mesti dibayar. Sebagai simbol keberanian dan tekad, Saifuddin membunuh para utusan Tartar dan menyisakan satu orang untuk menyampaikan pesan kepada pemimpin mereka. Seoalh mengatakan "Kami tidak takut dengan ancamanmu! Bahkan kami akan menghinakanmi seperti nasib para tawanan ini! "
Perang di Mulai
Tepat pada tanggal 25 Ramadhan 658 H bertemulah dua pasukan pesar ini di wilayah Ain Jalut, Palestina. Saifuddin Quthuz rahimahullah ausa'a rahmah, memimpin sendiri pasukan mujahidin Islam menghadapi kaum paganis Tartar.
Pertempuran Dahsyat terjadi, ribuan kaum muslimin gugur begitu juga Tartar. Setelah Tartar merajalela di negeri-negeri Muslim, mereka tidak pernah menyangka akan menghadapi barisan manusia-manusia Tauhid yang bermental baja, bersemangat tinggi dan berambisi meruntuhkan dominasi mereka.
Pada mulanya Pasukan Islam Terdesak disisi sebelau kiri, salah satu bidikan musuh berhasil mengenak kuda Quthuz hingga mati. Iapun melompat dari kuda dan berperang dengan jalan kaki.
Seorang amir datang dan menawarkan kuda kepadanya, sebagai ganti kuda yang telah terbunuh. Tapi Quthuz menolak. Dia tetap memilih jalan kaki. Sebagai komandan pasukan mencela sikap Quthuz itu dan mengatakan bahwa Ia akan terbunuh dan Islam akan binasa.
Dengan hati tegar Saifuddin Quthuz berkata "Jika aku mati, maka aku akan pergi ke surga, sedangkan Islam ini memiliki Rabb yang tidak akan menyia-nyiakannya.
Seperti terbunuhnya orang ini dan itu... Bahkan para pemimpin seperti Umar, Ustman dsn Ali. Lalu Allah kirimkan orang-orang selainn mereka untuk menjaga Islam ini, dan orang itu tidak akan menyia-nyiakan Islam"
Hasil Perang Ain Jalut
Saifuddin Quthuz berhasil menumpas kaum Tartar dari bumi Syam, sehingga seluruh wilayah terbebaskan dari mereka. Dia berhasil menyatukan Syam dan Mesir dibawah Dinasti Mamalik, setelah keduanya terpisahkan sejak wafatnya Sultan Shalih Najmuddin Ayyub. Bagi kaum Muslimim kemenangan di Ain Jalut meninggikan moral mereka, bahwa kaum Muslimin bisa meruntuhkan kekuatan Tartar secara telak.
Dari mata kaum Tartar, kekalahan di Ain Jalut menimbulkan trauma sejarah dan kekalahan moral sangat dahsyat. Mereka tak pernah mengira, bahwa ada bangsa lain yang sanggup memporak-porandakan kekuatannya.
Sejak saat itu bangsa Tartar terpecah belah ada sebagai masuk Islam, sebagian mundur ke India dan mendirikan kerajaan Islam Moghul, sebagian lagi pulang ke kampung halamannya.
Ain Jalut mengobati luka Kaum Muslimin akibatkan runtuhnya Khalifah Abbassiyah di Baghdad. Dan pahlawan besar di balik kemenangan ini adalah Saifuddin Quthuz.
Setelah kemenangan di Ain Jalut, Kaum Muslim berbangga dengan saifuddin Quthuz dan memuliakan Sultan yang pemberani ini.
Kematian Saifuddin Quthuz
Saat hendak pulang ke Mesir, Saifuddin Quthuz dibunuh oleh penguasa Muslim lainnya. Padahal dia sudah bertekad untuk mundur dari kekuasaannya dan menempuh jalan Zuhud.
"Sekali berarti, sesudah itu mati", ungkap seorsng penyair tentang Kisah Hidut Saifuddin Quthuz. Masa kekuasaannya pendek, hanya satu tahun, tetapi artinya sangat besar bagi kaum Muslimin.
--------------------------
Bila dicermati, kisah Hidup Mahmud bin Mahmud Al Khawarizmk atau Saifuddin Quthuz, seperti kisah Nabi Yusuf. Pada awalnya dia hidup terhormat sebagai anak raja, kemudian dijual-belikan sebagai budak, lalu dibeli seorang penguasa. Penguasa itu mendidiknya sehingga menjadi manusia besar.
Jika Yusuf bin Ya'qub berjasa membebaskan rakyat Mesir dari ancaman Kelaparan, Maka Mahmud bin Mahmud membawa pasukan Islam di Mesir untuk meruntuhkan dominasi Tartar. Dan kedua-duanya terinspirasi oleh mimpi unik di masa kecil.
Benar kata seorang dai besar asal Mesir, Syaikh Hasan Al Banna "Impian hari ini adalah kenyataan di hari esok"
-Abubua
5 notes · View notes
chocohazel · 2 years
Text
Aulia kepada Aulia
Tulisan ini sudah lama mengendap di pikiran dan beberapa poin telah lama pula tercatat di catatan. Namun, kerap kali setiap ingin menjahitnya secara lengkap aku dihantui keragu-raguan. Siapalah aku ini, apalah hak-ku untuk menuliskan hal-hal di luar kapasitas; tanpa latar belakang psikologi, pendidikan/keguruan, belum menjadi Ibu, bahkan tidak pernah memiliki keponakan atau adik yang kubersamai pertumbuhannya. Tapi, setiap kali menulis; apapun tulisannya adalah ikhtiarku mengingat apa-apa yang kudapat. Maka hari ini kuputuskan untuk menuliskannya saja.
Sebenarnya keresahan ini sudah ada sejak lama; sekitar 3 tahun lalu. Waktu itu di suatu sore aku bersama beberapa temanku mengunjungi rumah salah satu guru yang baru saja melahirkan, belum ada satu bulan usia bayinya kala itu. Guruku ini, adalah orang yang shalihah, taat, cerdas dan berilmu—semoga Allah jaga beliau dan keluarganya. Beliau adalah hafidzhah sebelum istri, magister sebelum ibu yang beberapa kali kuceritakan di laman ini. Sore itu aku bertanya tentang bagaimana adaptasinya sebagai seorang Ibu baru. Lalu beliau menjawab bahwa saat itu ia tengah berusaha sebaik mungkin untuk beradaptasi, salah satu yang diikhtiarkannya adalah menjaga indera anaknya untuk hanya terkoneksi dengan hal-hal yang baik saja.
Aku pulang dengan oleh-oleh ilmu yang lama untuk kucerna. Beberapa lama merenung, aku berpikir bahwa seorang seperti guruku pun—dengan rendah hati berkata bahwa beliau memerlukan adaptasi.
Maka bagaimana kelak nasibku?
Sejak itu, setiap membaca buku dan mempelajari sirah, aku turut meniatkan hal yang lain; bahwa suatu hari aku insyaa Allah biidznillah akan menjadi seorang Ibu. Seorang Ibu yang secara alami akan mengeluarkan >20.000 kata per hari yang nantinya sebagian besar akan didengar oleh anak-anakku; >20.000 kata per hari yang akan menjadi penentu benar-salahnya selama beberapa waktu, menjadi perkataan yang mereka percayai dan menjadi tempat mereka menemukan jawaban atas segala pertanyaan. Maka otakku harus menyimpan banyak informasi dan kosa kata yang baik dan berguna. Sebab suatu hari dengan izin Allah; aku akan menjadi semesta pertama bagi manusia lain.
Beberapa waktu lalu, hal ini diperkuat oleh buku Infinity Muslim Heroes, betapa buku ini menceritakan sejarah pahlawan muslim dengan cara yang unik yaitu dengan cara mengaitkannya dengan tokoh-tokoh fiksi yang populer. Menarik, agar kisah-kisah heroik orang-orang yang berjuang dalam membela agama Allah menjadi sama menariknya dengan kisah pahlawan fiksi yang seolah keren. Selain itu, beberapa hari lalu seorang terapis anak mengunggah kutipan hasil penelitian tentang bagaimana film/cerita Disney berdampak pada pertumbuhan psikis anak laki-laki di bawah usia 5 tahun. Dikabarkan bahwa anak laki-laki yang diteliti menunjukkan adanya perlakuan feminim setelah menyerap cerita-cerita Disney. Sementara hari ini sesuatu yang memantik untuk menuliskan tulisan ini adalah sebuah video dari perayaan Maulid Nabi—tentu saja kita tidak akan berdebat tentang hukum perayaan Maulid Nabi—namun, anak-anak usia PAUD/TK yang berada di dalam video itu lebih mengetahui lagu dewasa kekinian yang seharusnya sama sekali tidak ramah anak dibanding lagu yang memuat sejarah Rasulullah; terlepas dari hukum bernyanyi dan mendengarkan lagu, tentu lagu sejenis Kisah Sang Rasul diciptakan agar sejarah lebih mudah dipelajari, bukan?
Nevertheless, fenomena ini mengerikan, betapa hal-hal fiksi, hal-hal tanpa manfaat yang bermuara pada kesia-siaan begitu mudah mencuri perhatian dan kemudian diserap oleh anak. Lalu dalam beberapa tahun anak-anak (yang sebab kelalaian orang dewasa di sekitarnya) bertumbuh setelah kehilangan fitrah baiknya ini akan tumbuh sebagai pemuda yang bagaimana? Orang tua yang bagaimana? Membentuk keluarga yang bagaimana? Berkontribusi sebagai anak bangsa yang bagaimana?
Tulisan ini kubuat untuk mengancam diriku sendiri.
Aku harus berbenah lebih giat. Agar suatu hari nanti aku tidak merasa dikhianati oleh diri sendiri sebab ikhtiarku yang tidak maksimal dalam menuntut ilmu sebelum bertambah peran. Semoga Allah mengizinkan dan memampukan kita semua untuk menjadi panutan yang baik.
10 notes · View notes
miarrafa · 1 year
Text
Sayang kalo nggak di share
Jadi reading goals bulan Ramadan kali ini pingin baca buku yang judulnya
KISAH-KISAH DALAM AL-QURAN
Oleh Dr. Hamid Ahmad Ath-Thahir
Penerbit UMMUL QURA
Di mulai pada bab pertama dengan menunjukkan ayat Al-Quran dan hadits yang berkaitan dengan awal mula penciptaan. Lalu ada sebuah riwayat yang menarik, yaitu:
Disebutkan dalam hadits Abu Hurairah Radiallahu 'anhu, bahwa Nabi SAW bersabda, "Allah menciptakan tanah (bumi) pada hari Sabtu, menciptakan gunung (di bumi) pada hari Ahad, menciptakan pohon (di bumi) pada hari Senin, menciptakan musibah pada hari Selasa, menciptakan cahaya pada hari Rabu, menyebarkan hewan-hewan pada hari Kamis, menciptakan Adam setelah Asar hari Jumat. (Adam) adalah makhluk terakhir yang diciptakan di akhir waktu-waktu hari Jumat dalam rentang waktu antara Asar hingga malam."
(Sanaf hadits ini sahih; Muslim (2789), kitab Shifatul munafiqin)
4 notes · View notes
seikhlaslangit · 2 years
Text
Sebuah labirin untuk menemukan mu dalam kuasa-Nya
Pagi ini, aku mulai memutuskan untuk menuliskan ini disaat setengah perjalanan menemukan mu diantara tumpukan takdir akan kuasa-Nya kepada semesta.
Aku menghela nafas panjang sembari memejamkan kedua mata, agar tidak saling bertabrakan dengan cahaya matahari.
"Semesta, aku masih begitu mengaguminya" ucapku membuka topik obrolan pagi ini kepadanya.
"Ya, aku tau" balasnya dengan tempo sesingkat-singkatnya.
"Terkadang, aku ingin sekali bertanya kepada Tuhan tentang sebuah labirin yang Ia ciptakan untuk ku dalam menemukannya. Namun, sepertinya aku tidak seberani itu dalam mempertanyakan atas segala hal yang tidak berada dalam kuasaku "
"Aku hanya ingin memperjuangkannya saja dengan segala niat baik yang telah diciptakan oleh rasa ini. Selebihnya, mengenai tentang kalimat iya atau tidak, ku serahkan sepenuhnya kepada sang maha Cinta. Aku yakin, Tuhan tidak pernah bercanda dalam menciptakan takdirnya untuk seorang hamba seperti ku " .
" lalu ? " ucap semesta sembari menoleh ke arahku
" yaa.. Aku yakin namun takut " balasku ragu-ragu
"Kenapa ? Apa yang membuatmu takut ?"
Kembali ku pejamkan kedua mata. Serpihan memori di dua tahun belakangan kembali mendominasi. Tentang bahagia, haru, sedih, dan kecewa yang bercampur menjadi satu.
Aku mulai mengatur nafas dan kembali berucap " aku bahagia seperti rasa dipertama kali jumpa, aku terharu dengan segala keberaniannya untuk menghadap dan memintaku di hadapan kedua orang tuaku,sungguh aku merasa dimulyakan olehnya hanya karena keberaniannya dalam memintaku. akupun pernah merasakan sedih dan kecewa ketika perjalanan satu tahun kebelakang banyak memakan energiku secara habis-habisan. Beberapa kali ibu menyuruhku untuk memberikan ruang kepada orang-orang yang akan bertamu disaat rasa ini masih begitu kekeh untuk diberikan kepadanya. Rasanya hanya dia yang aku tuju, tidak ada yang lain. Sampai hari dimana dia kembali datang setelah hampir satu tahun kita tidak berkomunikasi. Apakah kau tau semesta bagaimana rasanya ? Aku bahagia sangat bahagia. Semua energi negatif hilang begitu saja ketika kembali melihatnya baik-baik saja. Apakah setiap orang yang mengagumi objeknya akan sama seperti ku ?".
Tanyaku kepada semesta dengan pandangan kosong. Tiba-tiba saja aku dibawa terbang untuk kembali mengingat segala hal tentangnya. Tentang dia yang dingin namun hangat, tentang dia yang cuek sebagai ciri khasnya, tentang senyumannya yang tidak ditarik secara simetris hanya senyum kecil namun begitu membahagiakan. Aku mengamatinya mulai dari hal kecil yang paling sederhana sampai saat ini ketika aku masih mengagumi sosoknya.
"Jujur, aku tidak tau akan bagaimana labirin ini menuntunku untuk sampai ke sebuah takdir terbaik-Nya. Namun, satu hal yang aku yakini adalah mengusahakan sekaligus memperjuangkan. entah itu dihadapan sang pencipta maupun di hadapan kedua orang tua. Prihal apakah nantinya akan berjodoh atau tidak, semua ku kembalikan kepada sang pemilik skenario terindah, Allah subhanahu wa ta'ala" .
Toh, ibunda Khadijah Radhiyallahu anhu juga awalnya tidak tau apakah nabi muhammad akan berjodoh dengannya atau tidak, namun satu hal yang ibunda khadijah radhiyallahu anhu lakukan adalah memperjuangkannya dengan value terbaik versi-Nya untuk melobi sang pencipta agar disandingkan dengan seseorang yang ia kagumi, yaitu nabi muhammad.
Sama seperti kisahnya fatimatus zahro radhiyallahu anhu, yang menolak beberapa laki-laki yang memintanya untuk menanti seseorang yang ia kagumi datang untuk menyempurnakan kisah cintanya sampai dipenghujung syurga-Nya, allah ta'ala.
Aku kembali menarik nafas panjang, menekan segala atmosfir negatif yang mulai mendominasi, ku hembuskan secara perlahan sembari menata ulang formasi hormon endorfin ku untuk mengalahkan si kortisol, "semesta dia adalah sebuah kumpulan labirin dalam dekapan kuasa-Nya.
Dariku, perempuan dengan segala ketidak jelasannya. Semoga kamu mampu menerima ku dengan paket komplit yang terkesan menyebalkan ini.
Tirtomoyo, 21-Agustus-2022
7 notes · View notes
remahansandwich · 1 year
Text
Kisah Penyembelihan Nabi Ismail
Tumblr media
(Tadabbur Al-Qur’an Surah As-Shaffat ayat 99-111)
Bismillahirrahmanirrahim….
Sebelum masuk pada topik, kita perlu tahu dulu apa arti tadabbur itu sendiri. “Tadabbur” dalam kamus Al-Munawwir dan aplikasi kamus android berarti “mempertimbangkan, merenungkan, memikirkan akhir/akibatnya (baik buruknya)”. Dari sana kita bisa menyimpulkan “Tadabbur al-Qur’an” berarti merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga dari kisah/kejadian/hukum di sana, kita bisa mengambil hikmah dan memikirkan akibat  dari kisah/kejadian/hokum tersebut.
Pada sesi Tadabbur al-Qur’an yang pertama ini, saya mengambil surah As-shaffat ayat 99-111 di mana topik di situ adalah kisah tentang penyembelihan Nabi Ismail. Kalau ayatnya sudah dibaca, langsung kita masuk pada tadabbur-nya.
Dari ayat tersebut, ada dua hal  yang bisa kita dipelajari:
1)      Tentang iman
Berbicara tentang iman, di sana terlihat jelas betapa kuatnya iman Nabi Ibrahim, sehingga beliau bisa taat saat diperintahkan mengorbankan sesuatu  yang amat sangat dicintainya: seorang anak. Apalagi “si anak” bukan anak yang biasa. Beliau anak yang shalih dan sangat berbakti. Tentunya berat bagi Nabi Ibrahim. Tapi karena iman dan cinta yang lebih besar kepada Allah, Nabi Ibrahim akhirnya melaksanakan juga, walau akhirnya Allah menakdirkan keselamatan Nabi ismail.
kekuatan iman Nabi Ismail seperti ayahnya. Walau dirinya harus dibunuh, rela dan amat siap, karena itu adalah perintah Allah.
Sebetulnya Allah itu “hanya” ingin menguji keimanan Nabi Ibrahim lewat peintah ini, apa taat atau tidak. Jadi sebetulnya, yang perlu di-highlight adalah kepatuhan seorang hamba, entah bagaimana hasilnya. Yang jelas Allah tidak mungkin dzalim. Hukum-hukum-Nya sudah diatur sedemikian rupa. Pada akhirnya, Allah mengabadikan peristiwa ini sebagai momen besar setiap tahun bagi seluruh umat Islam di dunia, yaitu Idul Adha.
2)      Tentang hubungan orang tua dan anak
Dialog antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail pada ayat-ayat di atas cukup menarik. Biasanya dalam bahasa Arab, jika ingin memanggil anak, maka memakai “yaa ibni”, sementara memanggil ayah, memakai “ya abi”.  Tapi itu versi biasa. Nah Nabi Ibrahim memanggil Ismail dengan “yaa bunayya” sementara Nabi Ismail memanggil ayahnya dengan “yaa abati”. Bagi temen-temen yang pernah belajar bahasa Arab akan tahu perbedaan kata tersebut berarti panggilan yang lebih lembut dan penuh kasih saying.
Lalu ada kata-kata “fanzhur madza tara” (maka pikirkanlah apa pendapatmu?). Hmm, sudah jelas-jelas  itu perintah Allah, tapi Nabi Ibrahim masih memikirkan pendapatnya Nabi Ismail, padahal Nabi Ismail masih cukup belia. Dari sini kita belajar, meski kita sudah menjadi orang tua, tidak boleh egois. Kita tetap harus mempertimbangkan pendapat anak.
-i usia yang cukup belia (di situ menggunakan kata “ghulam” yang dalam Bahasa Arab menunjukkan usia antara 2-7 tahun), Nabi Ismail sudah bisa menjadi anak yang bisa diandalkan (membantu dan bermanfaat untuk orang tuanya). Bahkan beliau dengan rasa percaya diri mau patuh ketika diberitahu akan dibunuh. Tentu saja kecerdasan anak yang seperti ini tidak terlepas dari didikan yang baik dari orang tuanya.
Wallahu a’lam (qonitamasih faqir ilmu, ini hanya tadabbur pribadi, bukan tafsir. semoga tidak ada kesesatan ilmu atau kesalahan informasi)
__________
Referensi:
https://rumaysho.com/11623-pelajaran-dari-kisah-nabi-ibrahim-menyembelih-ismail.html
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/alqalb/article/view/875/0
**seharusnya referensi untuk ilmu agama seperti ini, menurut qonita harus dari kitab-kitab ulama terdahulu yang sudah pasti kevalidan ilmu dan ijtihadnya. Tapi karena qonita sedang merantau dan tidak ada kitab-kitab itu di kosan (sementara qonita harus menulis setiap hari padahal ada aktivitas lain juga), terpaksalah ambil dari internet, tapi saya usahakan tetap berusaha mencari link/tulisan yang sumbernya merujuk pada kitab-kitab masyhur. Pokoknya yang terpercaya.
3 notes · View notes