Tumgik
#ibroh
salafiyyin · 9 months
Text
Muhadhoroh : Mengambil Ibroh & Mau'idzoh dari Surat Al-Mulk ayat 30
Bismillah….   Berikut rekaman Muhadhoroh yang disampaikan oleh Asy Syaikh Abdullah Al Iryaniy حفظه الله , dengan tema : “Mengambil Ibroh & Mau’idzoh dari Firman Allah:{ قُلۡ أَرَءَیۡتُمۡ إِنۡ أَصۡبَحَ مَاۤؤُكُمۡ غَوۡرࣰا فَمَن یَأۡتِیكُم بِمَاۤءࣲ مَّعِینِۭ } [Surat Al-Mulk: 30]”  , Muhadhoroh ini di selenggarakan pada hari Ahad, 4 Shofar 1445 / 20 Agustus 2023 M, pukul 10.30 WITA sampai selesai…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
andromedanisa · 1 year
Text
Ujian pada proses ta'aruf.
Setiap orang punya ujiannya sebelum ia berlabuh pada sebuah pernikahan. Setiap orang memiliki perjuangan lika liku dalam proses ta'arufnya.
1. Ada yang gagal menikah karena si calon anak yatim piatu. Padahal diawal proses sudah dipertegas bahwa sudah tidak memiliki ayah dan ibu.
2. Ada yang tidak lanjut proses ta'aruf karena fisik akhwatnya kurang dari standard yang diinginkan si ikhwan.
3. Ada yang sudah 80% persiapan menuju hari pernikahan namun gagal menikah karena pihak ikhwan dan keluarganya ingin si akhwat bercadar.
4. Ada yang sudah bercadar namun tidak lanjut proses karena si akhwat tidak cantik seperti yang terlihat ketika bercadar.
5. Ada yang semua sepakat, si akhwat berjilbab syar'i bahkan bercadar, namun batal untuk menikah karena acara pernikahannya tidak syar'i, tidak dipisah antara tamu laki-laki dan perempuan, dan masih ada musiknya. Padahal undangan sudah tersebar, catering, gedung, dan dekor sudah siap 100%.
6. Ada yang tiba-tiba menghilang, padahal keluarga si akhwat sudah bergayung sambit menerima si ikhwan bagaimanapun keadaanya.
7. Ada yang tidak melanjutkan proses ketika si ikhwan mengajukan untuk berpoligami nantinya dan keluarga akhwatnya menolak untuk itu.
Syawal harusnya menjadi sebuah kisah manis. Namun takdir Allaah belum demikian untuknya. Ia menangis dalam sebuah telpon. Katanya, ia tidak bisa menikah dibulan syawal ini. Karena pihak ikhwannya membatalkan secara sepihak. Padahal dari awal dikatakan olehnya bahwa keluarganya masih awam jauh dari kata Sunnah. Butuh waktu untuk bisa diterima, bisa memakai hijab syar'i adalah anugerah untuknya ditengah-tengah ia berjuang mendakwahkan Sunnah kepada keluarganya.
"saya pikir dengan proses ini, anak Bapak akan bercadar. Namun selama proses, tidak ada itikad untuk mengarah kesana. Saya tidak bisa melanjutkan proses ini Jika anak Bapak tidak bercadar dan walimahan nanti tidak dipisah."
"Bapak Ibu marah besar, Nis. Katanya, jadi seperti ini laki-laki yang katamu paham agama itu. Memutuskan sepihak tanpa berlemah lembut kepada Bapak Ibumu. Ini sungguh membuat Bapak Ibu malu." Ku dengar ia tersisak menangis dalam teleponnya.
Allahuul musta'an.
Dulu sempat terbersit, apakah ada yang seperti itu. Persiapan sudah 100% rampung, gagal dalam sekejap. Rupanya itu terjadi, aku bahkan masih ingat isak tangisnya. Kini Dua tahun telah berlalu, syawal yang dulu pernah membuatnya takut untuk menikah. Kini ia telah menemukan seseorang yang Insya Allaah, Allaah ganti dengan kualitas yang jauh lebih baik.
"Buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik." (Ust Muhammad Nuzul Dzikry, Lc hafizhahullah)
"Benar katamu, nis. Sesuatu yang hari ini kita tangisi, kelak adalah sesuatu yang akan sangat kita syukuri nantinya. Aku dulu begitu terpukul dan menangis. Mencurahkan semuanya kepada Allaah, lalu kini sesuatu yang kutangisi sangat aku syukuri sebab tidak jadi menikah dengannya. kamu tahu, nis. Sekarang Bapak Ibu sudah sering ikut kajian Sunnah. Suami sering mendengarkan kajian offline para asatidz dirumah melalui channel youTube. Dakwah memang butuh waktu ya, nis. Dengan sabar dan terus meminta pertolongan kepada Allaah agar diberikan kelembutan hati dan hidayah. Sebab sebagus apapun retrorika dakwah kita, pada akhirnya hanya Allaah yang memberikan hidayah itu sampai pada yang telah Allaah kehendaki. Masya Allaah, pada akhirnya jangan menikahi laki-laki (ikhwan) penuntut seperti itu. Yang menuntut kesempurnaan ini dan itu ada pada diri kita yang tidak sempurna. Apalagi dengan cara yang tidak berlemah lembut." Ujarnya kepadaku.
*dua tahun telah berlalu sejak kejadian itu. Luka yang dulu ia kubur dalam-dalam, kini mulai sembuh atas izin Allaah. Dan kini, ia memintaku menuliskan kisahnya dalam sebuah tulisan. Katanya, barangkali bisa menjadi pertimbangan untuk para wanita sebelum memutuskan untuk menikah. Dan barangkali sebagai ibroh bahwa jalan menuju pernikahan itu gak semuanya mulus, ada juga yang harus berkelok untuk sampai kesana.
Iya, benar. Setiap orang memiliki perjuangannya yang berbeda-beda dalam menujunya. Jadi teringat waktu proses ta'aruf dulu yang berkali-kali mengalami kegagalan, salah satunya ibu memintaku tetap bekerja sekalipun aku telah menikah. Beberapa ikhwan saat itu tidak bisa menerima hal itu. Aku memahami akan hal itu, namun akhirnya atas izin Allaah ada seseorang yang menerima akan hal itu. Dan perlahan-lahan ibu menerima pada akhirnya pilihanku untuk tidak bekerja, adalah pilihan yang ku pilih dengan kesabaran penuh tanpa menyakiti hati Ibu. Bahkan setahun pernikahan, akupun masih belum sepenuhnya bercadar. Sebab, ibu belum bisa menerima. Alhamdulillaah, sekali lagi atas izin Allaah kini ibu telah menerima ya dengan penuh keridhoan.
Bila calonmu istrimu belum mengenakan cadar karena halangan keluarganya, maka tunjukkan akhlak dan adabmu. Bukankah buah dari tauhid dan akidah yang benar adalah akhlak yang baik? Maka tunjukkan selama pernikahan engkau mampu memberinya bahagia, medidiknya dengan baik, mencukupi segala kebutuhan ya dengan penuh tanggung jawab. Pasti kelak hati orangtuanya akan tertegun, sebab seorang yang shalih begitu menenangkan.
Bila keluarga calonmu belum melaksankan pernikahan syari , jangan langsung dihakimi dan diputuskan secara sepihak. Tak mengapa bila pernikahan tak sesuai syariat. Maka tugas kita adalah memastikan bahwa setelah menikah kelak keturunan kita bisa lebih baik dari keadaan kita. Sebab tak semua keluarga menerima dan memahami dengan berlapang dada.
Sesungguhnya inilah jalan dakwahmu, berlapang dada ketika diuji dengan kondisi yang tidak kau inginkan. Siapa tahu Allaah izinkan orangtua kita menjadi lebih baik sebab upaya kesabaranmu.
Dakwah memang tidak selalu mudah. Tetapi bukan berarti kita paksakan sehingga tak melihat mudharat yang lebih besar, bukan?
Dan untuk yang sedang menunggu, Dan menuju jalan pernikahan. Sesungguhnya pernikahan ialah ibadah terpanjang yang akan kau jalani. Maka pilihlah ia yang memiliki akhlak dan adab yang baik kepada kedua orangtua bagaimanapun mereka. Seseorang yang baik akan kau temukan hatinya yang mau bersabar dan terus belajar bertumbuh bersama.
Jangan tertipu pada penampilan semata ya, ingatlah bahwa pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan saja. Melainkan juga menyatukan dua keluarga. Menyatukan perdaban yang lebih besar lagi. Bahagiamu adalah bahagia orangtuamu juga. Demikianlah nasihat yang seringkali kita dengar. Maka teruslah meminta pertolongan Allaah, tanpa henti, tanpa tapi.
Menyempurnakannya kembali || 19.53
166 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Text
Nasihat Syaikh Qaradhawi : Produktivitas Dakwah dan Spirit Keumatan
Tumblr media
Produktivitas dakwah tidaklah diukur dari seberapa sibuk seseorang terhadap aktivitas dakwahnya, melainkan dari seberapa banyak aktivitas tersebut mampu meringankan beban dakwah itu sendiri.
Perjalanan dakwah hari ini menuntut adanya kerja-kerja nyata yang proaktif untuk umat dari para pengusungnya. Sebab, jika kemungkaran hari ini, yang didukung semua fasilitas dan dana yang berlebih meracuni kehidupan, melemahkan ketetapan Allah dan menggiring manusia ke jurang kehancuran, maka bagaimanakah kita akan bersikap terhadapnya?
Apakah banyaknya jumlah ibadah telah membuat aman dan tenang perhitungan kita di hadapan Allah nantinya? Sementara setiap hari, selalu saja kita mendapati kabar dari saudara-saudara kita yang kepayahan, menderita atau bahkan gugur di depan mata?
Apakah kita hanya akan tetap berdiam saja? Perlahan mundur, lantas berbalik arah, kemudian menyerah begitu saja?
Mari kita lihat sejenak ke dalam diri kita. Ada dimana sikap kita hari ini? Bagaimana kabar spirit totalitas berkhidmat, kontributif untuk umat yang dahulu selalu kita gaungkan itu? Sudahkah hal tersebut memiliki dampak yang berarti hari ini? Atau justru membuatmu lelah, lalu berbalik arah?
Lihatlah kembali. Perusahaan tempat kita bekerja, kampus tempat kita berkarya, lingkungan masyarakat dimana kita berada, sekolah tempat kita berlatih, atau dimana saja aktualisasi dakwah kita. Seberapa besar kontribusi produktif diri kita?
Maka mengaminkan sebuah nasihat dari seorang syaikh yang Allah panggil beliau pada tanggal 26 September 2022, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi (Semoga Allah menerima amal dan merahmati beliau) bahwa :
"Bukanlah dikatakan beriman, seorang yang bagus shalatnya, puasanya, zakat, dan ibadah-ibadahnya saja, melainkan mereka yang senantiasa memperhatikan urusan umat Islam dan beramal untuk urusan tersebut."
Itu menjadi pesan yang begitu mendalam bagi siapapun yang hari ini merasa kehilangan dan ingin melanjutkan perjuangan beliau dari segi apapun yang dapat dilakukan.
Jangan sampai upaya-upaya perbaikan diri yang merupakan suatu kewajiban insani, melalaikan upaya-upaya lain dalam membangun, memperbaiki, membawa angin perubahan untuk perbaikan umat. Yang hal itu sejatinya juga merupakan kewajiban lain, yang melekat pada insan yang beriman.
Sebagaimana beliau yang selalu tampil terdepan dan totalitas mengambil peranan-peranan itu, baik dalam tulisan-tulisan beliau, pendapat dan sikap beliau, maupun buku-buku yang telah beliau terbitkan, menjadi inspirasi, pencerah, semangat baru dalam kontribusi membangun umat.
Semoga kita hari ini, yang mengenal, bertemu beliau baik dari segi fisik maupun karya-karya beliau mampu mengambil ibroh untuk memaksimalkan sisa-sisa usia dalam upaya membangun peradaban umat, yang tidak lain adalah upaya untuk menjemput keridhoan-Nya.
Wallahua'lam.
359 notes · View notes
tenangkanasa · 1 year
Text
Salah satu ibroh yang diambil dari salah satu kajian Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri:
"Sebaik apapun pasangan atau orang lain terhadap kita, kita tidak akan pernah mendapatkan ketenangan jika tidak mengingat Allaah :') "
Kuncinya ada pada mengingat Allaah, agar semua hal yang baik terasa menenangkan :)
317 notes · View notes
qoonitahzahra · 10 months
Text
Mengatur emosi sebagai perempuan
Sebenernya rasa sakit hati itu bisa diatur. Kita sebagai perempuan lebih mengedepankan sisi emosi atau perasaannya. Lantas bukan berarti kita lemah dalam bertindak atau memutuskan suatu hal yg menurut kita bahagia sebagai perempuan. Kita boleh alay tapi kita juga bisa bersikap tegas layaknya tegas seorang laki-laki sebagai pemimpin. Cara agar bisa siap terhadap peristiwa sakit hati atau kurang bisa mengkondisikan emosional dalam diri ialah pastikan kita siap dulu bahwa hal yg kita lakuin sebelum bertindak adalah hal yg baik untuk kita. Kalau misalnya dirasa kurang baik atau bahkan bisa menyebabkan kan kita emosi apalagi overthinking maka mending ga usah dilakuin. Lalu ketika kita bertindak hal yang menurut kita itu menyakitkan maka pastikan kita sudah tau obatnya. Apapun itu sehingga kita bisa mengambil ibroh dari setiap kejadian yang membuat kita merasa emosi. Semoga dengan banyaknya kejadian menurut kita ga enak tetapi kita sabar dan mau terus intropeksi diri kita menjadi orang yang mudah memaafkan orang lain dan mudah pula mengambil tindakan yang bijak. Aamiiin.. Semangat berjuang semangat bertumbuh semangat berproses. Sesungguhnya Allah Maha melihat usaha hambanya dan allah menilai dari hasil usaha dan ketulusan kita dalam berjuang.
Asma amanina
Senin, 3 Juli 2023
4 notes · View notes
miso-wo · 1 year
Text
nasihat
Berproses itu sulit. Dan nasihat itu pada hakikatnya baik.
Semakin ke sini, rasanya semakin jarang mendapat nasihat. Semua timbul seperti pemakluman. Gapapa berbeda, toh kebutuhannya juga lain. Gapapa berbeda, toh kemampuannya juga masing-masing. Gapapa berbeda, toh ladangnya juga milik sendiri. Berbeda menjadi wajar dan tak dipermasalahkan.
Tapi di antara keras dan kuatnya komitmen dalam menjalani perbedaan itu, kadang aku merindu untuk dipukul teguran baik yang panas. Aku merindu untuk menuai kalimat-kalimat ibroh dari liku kehidupan. Aku merindu untuk menyelami dunia yang tidak pernah ku raba.
Semoga di antara derasnya pemakluman perbedaan dan komitmen di atasnya itu, tidak membuat akar kita menjadi goyah. Semoga kita bisa saling ingat mengingatkan. Semoga kita tak jemu untuk saling menginspirasi dan berbagi sambat.
Seperti hari ini.
3 notes · View notes
chocohazel · 1 year
Text
Ibroh dari Belajar Main Rubik
Belakangan ini aku sedang mencoba belajar main rubik. Iya betul, rubik yang langsung muncul di kepala kebanyakan orang ketika membaca atau mendengar namanya. Rubik berbentuk kubus tiga kali tiga dengan enam sisi warna. Putih, kuning, hijau, biru, merah dan oranye.
Sebagian orang mungkin menganggap rubik hanya sekadar permainan yang mudah dikuasai, tapi sama sekali tidak bagiku. Sebagai orang yang kerap keliru membedakan kanan dan kiri secara spontan, belajar bermain rubik di usia dua puluhan tentu terasa amat menantang. Dengan semangat membara aku mencoba memutar sisi demi sisi, menggesernya ke kanan dan ke kiri, mencoba membayangkan segala kemungkinan dan mengembalikannya ke tempat semula lagi.
"Tapi kan main rubik tidak serumit itu jika tahu rumusnya?"
Iya, sepakat. Rumus pada permainan rubik memang memudahkan. Tapi ku ulangi sekali lagi, jika bicara kecakapan visual, aku adalah orang yang secara spontan sulit membedakan kanan dan kiri. Aku juga kesulitan ketika membayangkan sesuatu yang tidak sedang kulihat secara visual. Semoga dua alasan ini cukup untuk menjadi pembelaanku.
Awalnya aku berniat mempelajari rubik dengan asumsi jika aku mampu mempelajari rubik, maka aku pasti akan mampu belajar apapun. Niatnya jika suatu hari aku kesulitan dalam mempelajari hal baru aku akan mengenang kisah perjuanganku belajar rubik dan menjadi lebih semangat berjuang.
Maha Baik Allah yang membuat perjuanganku belajar rubik—semoga tidak berlebihan disebut perjuangan, sebab menurutku aku memang sedang berjuang— bertepatan dengan sebuah agenda daring yang Allah izinkan untuk ku ikuti. Tiga maret lalu adalah momen sembilan puluh sembilan tahun runtuhnya Ottoman Empire. Maka sebuah komunitas dakwah populer mengadakan agenda daring untuk memperingati hal ini untuk membagikan banyak pembelajaran. Di akhir pemaparan, salah seorang dai berkata, "jika di dalam dakwah hasil yang kita dapatkan belum juga sesuai dengan apa yang kita harapkan bahkan setelah ikhtiar maksimal, bisa jadi ada proses yang keliru dalam perjalanannya."
Entah mengapa aku langsung teringat pada perjuanganku belajar rubik. Dalam perjuangannya, aku mencoba menonton banyak video tutorial, meminta diajarkan secara langsung, bertanya dan meminta penjelasan dalam bahasa yang paling lugas, namun setelah (merasa) mengikuti semua langkahnya dengan benar, kerap kali hasil rubikku tetap berbeda dengan apa yang seharusnya. Maka apakah itu salah rubik? Tentu tidak, sebab rubik adalah objek sementara akulah subjeknya.
Maka dari belajar rubik aku menyadari bahwa bisa jadi selama ini aku terlalu pongah dan bermudah-mudah dalam menilai buruk segala sesuatu yang menurutku tidak sesuai, padahal jika ini terjadi dalam kehidupanku, beririsan langsung denganku, maka akulah subjeknya. Ketidaksesuaian yang terjadi itu bisa saja tersebab aku yang keliru dalam memainkan peranku. Sebab aku yang terburu-buru sehingga kurang cermat dalam berlaku.
Akulah pelakunya.
Lucunya aku pula yang merasa menjadi korban.
2 notes · View notes
dhatuputra · 2 years
Text
“Apa yang Allah Inginkan Dari Ku?”
Sebuah pertanyaan yang selalu muncul, kapanpun, di manapun.
Menjadi bagian dari sebuah jamaah yang besar, dengan tanggung jawab yang tidak main-main selalu memunculkan pertanyaan "layakkah aku di sini?" yang selalu saja hinggap di kepala. Insecure–kalau kata anak sekarang. Bukan tanpa alasan, pertanyaan tersebut muncul karena melihat banyak kawan yang Aku rasa lebih layak untuk memimpin kafilah ini. Namun ketika hal-hal tersebut aku sampaikan kepada beliau, beliau berkata,
“Allah menggariskan semua ini bukan tanpa alasan. Jikalau memang antum berpikir under capacity, tidak mungkin masih berdiri di sini. Jika karena merasa kurang baik, maka ini jadi alasan untuk menjadi lebih baik. Ingat, mas, selalu ada ibroh” ya kurang lebih seperti itu beliau bilang.
***
Beberapa waktu lalu, membaca story dari seorang kawan, mengenai bagaimana seorang pemimpin memang akan berat pundaknya, tak nikmat makannya, tak lelap tidurnya, bila kita memang memimpin secara sungguh-sungguh. Akan sebaliknya jika kita hanya bermain-main sahaja. Allah akan menguatkan bahu mereka yang bersungguh-sungguh, menajamkan akalnya, dan lapangkan dadanya. Allah sudah menggariskan. Asalkan niat lurus, mau berikhtiar, tak pernah berhenti belajar dan berdoa tanpa henti.
Yah, mungkin ini, jawaban dari pertanyaan ku. Mungkin ini yang Allah inginkan dari ku. Dia memberikan ku sebuah kesempatan untuk menjadi lebih baik, memberi manfaat bagi manusia lainnya, memberi kita ladang untuk beramal. Agar panennya bisa dinikmati oleh semua orang.
Ahh, iya, sebagai tambahan, jangan sesekali memikul beban ini sendirian. Pernah mendengar seorang kiyai berpesan, “Amanah itu berat. Siapa kamu bisa memikul ini sendirian? Jangan sombong. Minta bantuan Allah. Berdoalah."
2 notes · View notes
legosekars · 2 years
Text
tentang penyemangat.
salah seorang teman dekatku punya pesan penyemangat yang masih dia pegang hingga sekarang; “menjadi orang yang bermanfaat”. dia sangat terinspirasi dari hadis Rasulullah saw, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya. aku masih ingat betul, aku dengar tentang pesan penyemangatnya itu ketika dia diberi amanah baru di organisasi kami. saat itu juga aku agak skeptis. kok basic banget, ya.
butuh waktu agak lama buat aku sadar, yang basic justru yang lebih dalam (maknanya). semakin dipikirkan, semakin terang jawabannya. bisa-bisanya aku pernah mikir kalau buat jadi manfaat itu basic. susah banget sih, go. belum lagi kalau Allah belum ridha buat kita jadi manfaat, duh. udah durhaka, nggak guna lagi jadi manusia, go.
Qadarullah, Allah kasih aku penempatan di pulau yang masyarakatnya homogen dan masih memegang adat setempat. beberapa tahun di sini, hanya beberapa kali aku melihat orang meminta-minta, pemulung, tunanetra yang mengamen di pasar. selain itu, Allah kirim teman sepenempatan yang luar biasa mandiri. saking mandirinya sampai kalau sakit lebih pilih berobat sendiri. mana kesempatanku buat jadi manfaat ya Allah?
teringat akhir tahun lalu, aku dapat kesempatan untuk belajar intensif ke salah satu asatidz yukngaji. Qadarullah, beliau terkena covid delta hingga kelas sempat ditunda beberapa pekan. setelah sembuh, di kelas daring tersebut beliau menyampaikan ibroh dari sakitnya. yang membuatku tertampar adalah beliau bercerita bahwa ketika sakit, yang beliau pikirkan hanya untuk sembuh agar Allah bisa “memakai” tubuhnya lagi untuk dakwah, untuk menolong agama-Nya. bahkan dengan saturasi oksigen di ambang 90 persen, beliau sudah memaksakan hadir di ruang daring. satu kelas tersedu, serasa langsung ditegur. akan sangat berbeda ceritanya kalau saja penyemangat beliau bukan Allah. 
aku lebih dari sadar untuk tahu bahwa tingkatanku berbeda dengan sang asatidz. yang aku baru tersadarkan, ternyata aku melihat terlalu jauh ke depan hingga yang lebih dekat kurang terlihat. ternyata, untuk menjadi manfaat tidak mengapa mendapat bagian yang kecil. dengan menyingkirkan batu di jalan, misal. membantu mengangkat jemuran ketika tiba-tiba hujan juga sudah cukup membantu. apalagi meminjamkan sandal di kantor untuk wudhu. 
tidak masalah skalanya menjadi mikro. sedikit asal terus menerus, kan? sepanjang alasannya masih Allah. yang penting, Allah ridha terhadap peran kita bagi sekeliling kita. yang paling penting, Allah ridha untuk “memakai” raga kita untuk-Nya.
“banyak yang memberi semangat, hanya satu yang menjadi semangat”
--mba @prawitamutia dalam Teman Imaji
3 notes · View notes
shintacessa · 2 months
Text
Respect others ownership
Hari ini aku dan suami membicarakan budget buku Mauza. Anak ini makin besar dan buku bacaannya pun terus bertambah. Buku-buku yang dia punya sudah kurang memantik pertanyaan. Kami perlu bahasan baru yang makin lama makin kompleks. Membeli buku baru jadi bagian yang perlu diagendakan dengan baik.
Perihal buku, kami sudah coba beli buku murah. Asal ada bahan bacaan. Tapi ternyata beda harga buku, beda pula bobot dan pola bahasa yang disajikan didalamnya. Kadang kecewa dapat buku yang tiap halamannya berisi pesan yang terlalu kaku. Tidak ada kesempatan untuk anak menduga-duga apa yang terjadi. Dan belum lagi gaya bicara yang menggurui, sepertinya nggak konsultasi dulu dengan pakar parenting atau apalah.
Membuat buku tidak sekedar membuat cerita yang menarik, tapi disana juga diajarkan cara interaksi-interaksi yang baik antara orang tua dan anak. Semisal sosok ibu yang digambarkan terus menerus memberi teguran ke anak dan anak digambarkan selalu tunduk, dimana alur cerita nggak cukup impactful ke anak sehingga dia bisa mengambil ibroh. Kok bisa dia tiba2 manggut2 pas orang tuanya menegur? Atau misal dikisahkan si anak selalu salah, kena konsekuensi, lalu ditegur orang tuanya, dan si anak patuh. Ini nggak sepenuhnya salah, tapi bayangkan kalau membaca 5 buku dan konsepnya sama semua. Ditegur orang tua.
Saya sendiri lebih suka pendekatan dimana anaknya yang punya kemanpuan untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan dalam event hidupnya. Dan saat bingung dia bertanya, dimana jawaban orang tuanya nggak pakai kalimat yang menggurui. Tidak perlu dikisahkan si anak yang selalu salah. Jadikan dalam kisahnya dia tumbuh menjadi bijak karena pilihan-pilihan yang dia simpulkan sendiri.
Akhirnya kami belajar mencari buku mana yang sesuai value kami. Dimana di perjalanan membaca bukunya si anak juga dibuat menduga-duga dan banyak pertanyaan yg dia lontarkan. Bahkan buku tertentu bisa punya banyak sudut pandang saat kita bacakan berulang. Banyak perasaan yang dituang dari tiap-tiap karakter. Sehingga lebih banyak hikmah yg ditangkap.
Ada penerbit-penerbit yang sesuai value kami. Dan ternyata harga bukunya mahal. Bayangin rasanya membaca buku 12-20 halaman yang harganya Rp 100.000 - Rp 235.000 . Padahal buku kedokteran aja bisa jauhh lebih murah dan lebih tebal. Lalu ditengah kebimbangan mamak, muncullah penjual buku yang dama yang menjual buku versi bajakannya dengan harga hanya sepertiga harga asli. Anak bisa membaca 3x lipat lebih banyak daripada membeli yang asli.
Perasaan mamak bergejolak. Apakah pemilik bukunya ridho kalau kita beli buku bajakannya? Apakah ilmunya jadi berkah? Bisa jadi 3 buku original akan lebih banyak berkahnya daripada 9 buku bajakan. Karena kita nggak mencuri kekayaan intelektual dari penulis. We respect their ownership.
Topik inilah yang aku bicarakan dengan suami saat makan malam. Dan seperti biasa, beliau adalah aku, dalam versi more emphasized. Beliau punya value yang sama. Beli buku yang asli. Sesuai budget bulanan kami untuk beli buku. Semoga dengan demikian jadi berkah belajar dan membacanya.
Mungkin konsep begini masuk ranah debatable. “Khan untuk pemakaian pribadi, bukan dijual kembali”. Yah beda orang beda valuenya. Ini value yang kami anut sebisa kami. Setiap pakaian kami pun kami selalu usahakan asli. Meskipun dari brand tidak ternama, tapi itu asli dari merk tersebut.
Saya kadang merasa berlebihan dalam hal-hal kaya gini. Disisi lain nggak juga selalu bisa tunduk sama apa yang sudah kuyakini. Sangat bersyukur Allah jaga value-value baik dengan keberadaan suami. Jadi saya tidak merasa sendirian menjalani ini. Ada seseorang yang menggemakan kebaikan didalam diri. Barakallah suami, semoga selalu Allah limpahkan kebaikan. Aamiin
0 notes
azizatulluna-blog · 4 months
Text
10/1.. TAK TERASA SUDAH TAHUN 2024 YA..
PERASAAN BARU KEMARIN 2023...
Mungkin, terasa iri di dalam hati, karena melihat pencapaian orang orang disana. Yang bikin miris, pencapaian itu di dapatkan oleh orang orang yang mungkin pernah bikin kamu sakit hati.
Misal kamu tetiba lihat si X masya allah orderannya banyak.. dan senyum selebar itu.
Atau kamu liat si Y tetiba posting kebahagiaan alhamdulilah memiliki prestasi pasangan yang luar biasa.
Atau kamu liat Si Z alhamdullilah berhasil mendapatkan beasiswanya.
Jawabannya udah udah. Eyy, hidup itu wang sinawang guyss.. dan percaya aja bahwa Allah maha membolak balikkan hati.
Inget gak dulu kamu pernah merasakan kek begini insecure banget, orang tua sakit, penghasilan tak menentu, jodoh tak kunjung datang. Tapi apa, Allah kasih kenikmatan kesabaran dan keikhlasan kepadamu. Kamu bs mengambil ibroh dan hikmah yang luar biasa. Yang selanjutnya allah sempat membuat dirimu mudah dalam hal finansial. Ee.. ingat, setiap ada kesusahan pasti ada kemudahan.
Dah gak usah iri. Setiap orang punya bagiannya masing masing..
Move on yukk..perbaiki diri
1. Kamar selalu rapi.
2. Selalu bikin dan nulis jurnal
3. Olahraga
4. Makan makanan bergizi dan sehat
5. Gak usah banyak kabar, perbanyak progress kedepan ( ingat mulai optimasi shopee )
6. Baca buku
7. Baca quran
Yakin aja, ketika kamu melakukan hal baik, sabar, dan penuh syukur, nanti Allah akan memberikan hal indah padamu.
Jika hari ini kamu belum mendapatkannya. Berarti yakin aja, kamu masih punya kesempatan dan berhak untuk memilih. Ketika kamu bebas memilih, pantaskan dirimu untuk mendapatkan itu.
Misal nih.. mau omset 100 juta sudah seberapa pantas kamu buat dapatin itu uang?
Misal nih,.. pengen punya jodoh yang sholih, ganteng, bertanggung jawab, pekerja keras, bisa menjadi pendengar yang baik, sekarang kamu kayak apa? Apakah sudah jadi sosok yang sholihah, yang tercermin dari ibadah, apakah sudah jadi sosok yang cantik, yang bisa merawat diri dan kebersihan diri, seberapa kamu struggle dan kerja keras terhadap sesuatu yang ingin kamu capai, atau malah cenderung rebahan? Lanjut apakah kamu sudah bertanggung jawab dengan semua amanah amanah yang allah berikan? Dan apakah kamu sudah bisa menjadi pendengar yang baik pula.
Oke mungkin akhir akhir ini, kamu ngerasa gak di dengar, namun percayalah ada Allah yang maha mendengar🥰🥰
Keep smile, bersyukur, dan nikmati😇
#semangat #nasihat #cuhatanhati #30haripengencerita #semogaistiqomah
1 note · View note
ocharmsnfs · 5 months
Text
Qodarullah wa ma syafa’al
Segala yang terjadi itu pasti ada ibroh kebaikan di dalamnya.
Maka setelah segala keresahan hati ini menyelimuti diri, mari bangkit kembali.
0 notes
dhyzas-blog · 6 months
Text
Tumblr media
Mengikhlaskan itu..
1.terima ini sebuab taqdir dari Sang Pemilik dan Pengatur kehidupan
2. Bersyukur karna diakhirkan sesuatu yg mungkin tdk baik untuk kita
3. Kita hebat karna sudah bisa melewati rintangan ini dan bisa menjadi bekal kepada khidupan brikutnya
4. Bersyukur krn kita dihindarkan dr bahaya yg mngkin lebih besar terjadiny, dan tdk terpantau otak kita
Intinya jalani saja dengan santai, dan terus berubah menjadi lebih baik sampai pada kebiasaan baru dan sudah terbiasa melewati rintangan2 ini..
Tidak bisa kita lupakan total, tapi kita bisa mengingat dengan presfektif yg tidak menyakitkan, mngkin yg menjadi berat adalah memori tapi tdk dengan personal, krn hal itu sangat cepat berubah dan memungkinkn sekali.. jadi jangan terikat oleh masa lalu atau ratapan tak berujung... tdk memberikan apa2
Lebih baik selalu mencoba ikhlash..
InsyaAllah ini ad kesempatan jd lbih baik, lbh husnudzon sama Allah.. lebih dekat sama Allah kemudian ikhlaskan lah semua, lapangkan dada ..
Seindah apapun , jika sudah takdirnya berakhir, berarti kita bukan pemilik atau sesuatu yg ditaqdirkan bersama..
Terim saja sebagai suatu singgahan yang menyimpan ibroh dan renungan..
Thanks keep strong
Yg smart aja bisa lewatin, ayo yg punya iman jgn mau kalah atau malah lbih lemah dari yg ga punga iman..
Yuk logis aja.. trs menjadi baik ya seterpuruk apapun.. kamu hebat
0 notes
fitriamalina · 7 months
Text
Kemarin seperti banyak hal yang terlihat seakan layak untuk dihardik, ditangisi dan disesalkan. Namun, kini ku temukan banyak sekali ibroh atas seluruh dinamika yang terjadi.
Adalah tentang bagaimana bersikap dewasa atas banyak hal, termasuk tentang benih-benih rasa yang bermunculan. Bagaimana kedewasaan yang tercipta dari hal-hal tidak menyenangkan itu, kini mampu menyulap semuanya menjadi sebuah ketenangan dan kelapangan.
Aku bahagia atas bagaimana caraku menyikapi segala dinamika yang bermunculan hari ini, jiwaku merasa begitu tenang, ketenangan yang tak menggelisahkan, ketenangan yang tak mendebarkan. Aku tenang, karena aku menemukan alasan yang tepat, alasan yang layak atas apa-apa yang hadir.
Terima kasih masa lalu dan segenap komponen di dalamnya. Terima kasih telah memberi banyak pengalaman mulai dari suka dan duka. Percayalah, kalian sangat berperan dalam ketenangan yang tercipta hari ini. (:
Alhamdulillah, masyaa Allah tabarakallah.
-------------------
Matraman, 13 Oktober 2023
FA
0 notes
ayuesha · 7 months
Text
Kemarin, di kuttab kami mengadakan MHQ untuk santri. Dimulai dengan lomba perkelas, atau antar teman kelasnya.
MaasyaAllah, anak-anak begitu bersemangat. Saling berlomba untuk jadi yang paling cepat menjawab dan paling banyak benar. Poin terus bertambah dan saling menyusul satu sama lain. Tiba di akhir kegiatan, sebagai penutup saya menanyakan kepada mereka, apa ibroh (pelajaran) yang diambil dari kegiatan MHQ tersebut, anak-anak pun mengangkat tangannya untuk izin berbicara menyampaikan apa yang mereka dapatkan, dan jawaban-jawaban mereka sungguh.... MaasyaAllah.
1 note · View note
storyofalibaslas · 8 months
Text
jalan pulang menuju rumah
aku abis dari lulu, tadi siang alhamdulillah selesai tasmi 10. rasanya kalau aku tanpa allah aku bukan apa2 :( makasih banyak ya allah, kata makasih yg banyak pun masih kurang buat deskripsiin rasa syukur
banyak banyak ambil ibroh op, dari segala kegiatan. segala masalah yg entah itu kecil atau besar. semuanya pasti bermanfaat.
jadi manusia itu harus selalu berproses, jangan mau dikalahin hawa nafsu. inget lagi niat, perbarui terus, jangan mudah mengeluh, kamu ada karena allah op. jadi segala perbuatan pun mesti balik lagi karena allah.
makasih udh banyak berjuang, dan jangan mudah puas
semangattttt...
0 notes