Tumgik
#dalil celana cingkrang
hidayatuna · 2 years
Text
Mempertanyakan Dalil Khusus Celana Cingkrang
Mempertanyakan Dalil Khusus Celana Cingkrang
HIDAYATUNA.COM – Saya minta maaf kepada Ikhwan dari Salafi soal celana cingkrang, tidak serius kok. Tetapi rupanya dijadikan screenshot lalu dikomentari bermacam-macam. Padahal saya cuma membalikkan logika mereka sendiri, yang selalu menuntut dalil khusus dari Nabi yang melakukan amalan tertentu dan diamalkan oleh 4 Mazhab. Giliran saya menyampaikan pertanyaan katanya logika saya seperti ini…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
Benarkah Nabi Pakai Celana Cingkrang?
Benarkah Nabi Pakai Celana Cingkrang?
Benarkah nabi pakai celana cingkrang? Sebuah pertanyaan dari mahasiswa baru di kampus negeri. Menjawab hal itu, saya memberikan catatan KH Ma’ruf Khozin sebagai jawaban atas pertannyaannya. Menurut Kiai Ma’ruf Khozin, umumnya pertanyaan ini diajukan oleh mereka punya slogan kembali ke al-Qur’an dan Sunah. Ketika ditanya mana dalil bahwa Nabi Muhammad pakai celana cingkrang sampai sekarang tidak…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
nisasethyana · 5 years
Text
Apa itu Manhaj Salaf ?
*MANHAJ SALAF*
Manhaj salaf adalah dakwah Islam, dakwah salaf adalah dakwah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Namun demikian, tdk boleh seorang salafy anggap dirinya berakhlak seperti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, atau akhlak para sahabat Radhiallahu’ahuma.
Dakwah salaf berdiri di atas aqidah yg benar, aqidah yg Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat berkeyakinan dengannya. Dakwah salaf tegak di atas manhaj (jalan, metode, tata cara) Islam yang benar dan lurus, berdiri di atas dalil. Dakwah ini benar-benar mengagungkan as salaf ash shalih (generasi terdahulu yang shalih), dari kalangan para sahabat dan tabi’in.
Dakwah ini mengagungkan dan menghormati dalil, berupa firman Allah dan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, tidak utamakan dan kedepankan perkataan siapapun di atas perkataan Allah dan Rasul-Nya betapapun tinggi derajat dan kedudukan orang itu. Dakwah salaf menyeru kepada Allah, kepada ajaran Islam yang benar, seimbang dan adil yang menyeru kepada kelemah-lembutan dan menolak kekerasan, maka, menuduh dakwah salaf sebagai terorisme adalah dusta !
Sahabat.. siapakah yang benar-benar menentang para teroris dan takfiriyin (orang2 yg mudah kafirkan orang lain tanpa sebab ) saat ini ? Siapakah mereka kalau bukan para ulama dakwah salaf ? Para ulama yang dikenal gigih menentang terorisme dan pengkafiran tanpa sebab. Yang paling dikenal di antara mereka, seperti al Imam al Muhaddits asy Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, kemudian asy Syaikh al ‘Allaamah Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baaz, asy Syaikh al ‘Allaamah Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, kemudian murid-murid al Imam al Muhaddits asy Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani, dan murid-murid mereka semua.
Sahabat.. Merekalah yang jelas-jelas nyata paling menentang dan membantah pemikiran terorisme ini, baik dengan tulisan-tulisan Juga di dalam kitab-kitab mereka, kaset-kaset kajian ilmiah mereka, dan dari seputar kajian-kajian ilmiah mereka secara langsung.
Adapun mukabir (orang yang sombong dan keras kepala) dan orang yang mendustakan kenyataan mereka semua, maka sesungguhnya dia merupakan generasi (pelanjut) dari tokoh-tokoh penentang dakwah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Yaitu orang2 yang menuduh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai tukang sihir, orang gila, pemalsu, pendusta,dll. Mereka hanya menuduh, dan terus menuduh tanpa haq dan bukti yang benar. Dan tuduhan2 keji itu trs berlangsung hingga skrng.
Sahabat.. Namun inilah taqdir, Karena para Nabi-pun, mereka selalu didustakan oleh sebagian umatnya. Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan” [al An’am : 34].
Oleh karena itu, demikianlah keadaan para da’i yang berdakwah kepada Allah, keadaan para penuntut ilmu agama manhaj shalaf, mereka akan selalu mendapatkan halangan dan rintangan serta hambatan dari orang2 sesat, ahlul bid’ah, dan orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah. Mereka akan disakiti perasaannya, di cemooh, di ejek, dengan sebutan kambing jenggot, celana cingkrang, dll, oleh para penentang itu.
Para ahlul bid’ah, orang2 sesat, dan orang2 yg menyimpang dari jalan Allah, tidak akan pernah berhenti melancarkan usaha2 keji, berupa provokasi, menaburkan bibit2 pertikaian dan permusuhan di kalangan masyarakat, dengan gelari WAHABI, suka kafirkan, dll.
Sehingga para da’i yang ikhlas berdakwah kepada Allah dan para penuntut ilmu agama, mereka akan selalu mendapatkan rintangan ini. Tidak ada yang memacu mereka untuk melakukan tindakan keji ini, melainkan hasad, dengki dan kebencian. Karena apabila dakwah yang menyeru kepada Al Haq ini sampai kepada masyarakat luas, para ahlul bid’ah kawatir akan kehilangan pengikut. Karena kalau kehilangan pengikut, pesantren2 mereka jadi sepi, makam2 para wali sepi, ngga
k ada pemasukan, dan gulung tikar. Atau karena mereka memang sengaja metutup kebenaran, karena orang sesat memang tidak akan pernah mencintai kebenaran dan ahlinya!
Sahabat.. Betapapun demikian, orang-orang yang berpegang teguh dengan manhaj salaf, pasti akan tetap selalu ada. Namun tindakan2 orang yang berusaha berbuat madharat terhadap dakwah salaf tidak akan membawa pengaruh apapun. Juga orang-orang yang menyelisihi As salafiyah, seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
“Akan tetap ada sekelompok dari umatku yang muncul di atas al haq (kebenaran)” (HR Muslim 3/1523 no. 1920)
Para ulama telah tafsirkan, bahwa mereka adalah ahlul hadits dan ahlul atsar, yaitu orang2 yang konsisten ikuti hadits2 dan jejak para as salaf ash shalih.
Catatan tambahan
1 .Hendaknya setiap muslim bermanhaj, seperti apa yang telah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya.
2 . Manhaj Salaf sebuah manhaj yang tidak berpihak kepada personal tertentu, atau kepada jamaah-jamaah tertentu, dan golongan-golongan tertentu.
3. .As salafiyah bukanlah bayi yang baru lahir, dan bukan madzab WAHABI, bukan pula sebuah organisasi yang baru didirikan saat ini.
4 .As salafiyah adalah ajaran yang turun dari Allah, berupa wahyu yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
5. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada putrinya Fathimah Radhiyallahu 'anha tatkala ia meninggal dunia : Bergabunglah bersama pendahulu (As Salaf) kita yang shalih.[ HR ath Thabrani di dalam al Mu’jam al Ausath (6/41 no. 5736)]
6. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : “Bukan (merupakan) aib, jika seseorang menisbahkan dirinya kepada salaf, karena manhaj salaf adalah (manhaj yang) a’lam (lebih berilmu), ahkam (lebih bijak dan berhukum), dan aslam (lebih selamat)”.
Repost-
Ditulis dan disusun oleh :
*al Ustadz Yuko Siswanto Abu Tata, hafidhahullah ta'ala*
Reposted by: Lampung Mengaji Akhwat)
Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini.
Jazakumullahu khairan.
_________🌹🌹
*LAMPUNG MENGAJI*
*MENEBAR SUNNAH DI BUMI RUWA JURAI*
2 notes · View notes
alrafikri · 5 years
Text
Salafy’s Music
Tumblr media
#Spoiler : This picture is wrong.
Wahabi..
I was a wahabi actually. 2 years ago, maybe? I was being a wahabi for 1 full year. It’s not as bad as above picture said. There’s a chill wahabi too, like the past me & my friends. Actually, above picture is totally wrong.
Waktu aku jadi salafy, yang paling kuinget itu aku gapernah dengerin musik, celana ga isbal (cingkrang), meski digunjing, tetep gamau salaman sama istrinya om. Sebenarnya ada seratus amalan lainnya, tapi kalau disebutin riya. Gak deng.
Selama jadi salafy ada kenangan buruk, banyak juga yang baik. Dulu aku kesepian parah, salafy yang bikin aku jadi punya koneksi lagi sama orang-orang di sekitarku, yang bikin aku gabung banyak organisasi. Mereka welcome banget sama orang baru.
Soal musik, yang kumaksud musik itu harmoni nada yang pakai alat musik. Nasyid yang vokal doang ada pendapat yang membolehkan. Salah satu pengalaman menarikku saat salafy, I found many great salafy musician lol.
Keyword : “Halal Cover”
Setiap mau dengerin lagu yang lagi hitz, aku selalu cari halal cover dari lagu itu, biasanya artistnya ya itu-itu aja, Omar Esa, dkk. Favoritku selama jadi salafy, Omar Esa & Siedd.
Omar Esa - Dawah
youtube
Dengerin lagu ini, vibenya mirip lagu pop - hiphop in general. Pertama denger rasanya asik aja gitu, mikir, dakwah kaya gini kayaknya asik ya.
Lagunya tentang dakwah & persatuan muslim. Geng muslim. Sayangnya lagu itu bahasa Inggris, jadi susah disebar / dipake dakwah di sini.
Back in the day I was living a lie I was lost deep inside Then I got another chance with my life I was guided back to Islam
Siedd - Someone Just Like This
youtube
Ini lagu cover Something Just Like This-nya Coldplay & The Chainsmoker. Fun fact, aku malah tau Something Just Like This dari lagu ini. Kalau ga salah lagu orinya keluar 2017 ya, jaman aku salafy berat. Maklum lah kalau kudet soal lagu-lagu populer.
Di covernya Siedd, ini murni pake clap & vokal. Liriknya diganti bukan tentang hopeless love, tapi tentang Rasulullah.
And the more I get to know The more I learn to live Wish that I can be somebody that can live just like you did And now that I know, my life's forever changed I promise that I'll always keep doing what you did
#
Berkat mereka, kehidupan salafy-ku ngga suram-suram amat. Eh, awal aku belum tau mereka juga ga suram-suram amat kok. Nyetelnya mishary rashid terus, especially Al-Qiyamah mulai ayat 7, surat fav aquh.
Menarik kan, pembahasan salafy dari perspektif yang ga mainstream. Waktu aku inget tentang kenangan ini, aku langsung merasa masa laluku ga seburuk itu. Jadi sadar, salafy itu kan manusia juga, ada baiknya ada buruknya, ada seriusnya ada lucunya. Then, ayo berteman.
#
Keep reading : Bahas gambar di awal post, lumayan sensitif.
Mari bahas gambar di atas. Per poin
“Meninggalkan madzhab fiqih serta pandangan ulama terdahulu.” Nope. Salafy malahan sangat respect kepada 4 ulama madzhab & mengambil ilmu dari ke-4 nya. Salafy menimbang bener-bener mana hujjah yang paling kuat, dan itulah yang diambil. Standar kekuatannya itu dari pendapat-pendapat ulama terdahulu.
Ugh, kok mager bahas lainnya... No, gaboleh mager.
Mengenai kaidah keilmuan yang digunakan untuk memahami dalil, itu subyektif banget. Tapi kalau dari pengalamanku sendiri, lengkap banget. Kitab pedoman yang dipake salafy & kurikulum keilmuannya lengkap. Dari tauhid, fiqih, akhlak, pernikahan. Terus, menurutku salafy termasuk yang paling selektif ambil ilmu.
Soal hujjah / dasar ibadah, salafy menurutku termasuk yang nyari sebanyak-banyaknya hujjah, dan digabung-gabungin satu sama lain, kaidahnya, semakin banyak hujjah, semakin bener. Jadi ga konfirmasi ke ayat lain kurang tepat.
Soal bidah, agak bener. Tapi, salafy sebenernya tuh intinya mencontoh orang-orang terdahulu yang sama Rasulullah dijamin kebenarannya, jadi dari hasil ijtima ulama itu juga termasuk yang bisa dipakai. Ngecap bidah sebenarnya ga sesimpel itu, salafy awam ga boleh ngecap ini itu bidah, di salafy yang boleh gitu cuma ulama rujukan yang udah mumpuni pengetahuannya. Biasanya satu fatwa bisa sampai bertahun-tahun baru keluar. Intinya, soal ini prinsip salafy itu berhati-hati.
Menetapkan bidah bukan bidah aja hati-hati banget, apalagi halal haram. Biasanya soal bidah, salafy awam itu gak mengharamkan, cuma sebisa mungkin dihindari, sekali lagi ini karena hati-hati.
Bidah itu sebenernya cuma soal peribadatan. Soal ini logikanya gini, mengenai ibadah yang dainggap bidah, kalau ibadah itu benar-benar disukai Allah, kok Rasulullah gapernah melakukan? Menurut salafy, kalau Rasulullah ga melakukan ibadah itu, artinya menurut Rasulullah ibadah itu emang ga perlu dilakukan.
“Mereka malah sering merujuk pendapat tokoh-tokoh mereka.” Ya, tokoh-tokohnya itu ulama-ulama terdahulu, misalnya ulama 4 madzhab. Nothing wrong with it I think.
Poin terakhir ini subyektif pol. Beberapa salafy yang kukenal gini, beberapa yang lain engga. Beberapa non-salafy yang kukenal gini, beberapa yang lain engga. Soal ini sendiri di salafy prinsipnya itu yang paling bisa menilai sesuatu itu yang paling banyak ilmunya, misal ulama.
That’s about salafy, dan sekarang aku bukan salafy. I just can’t abandon science, lol.
So, yeah. I just don’t like it when people hated salafy for no reason but different views.
1 note · View note
al-ghumaisha · 7 years
Text
Pernah ada yang bertanya begini *
Apa hubungannya celana cingkrang sama masuk neraka?orang masuk surga itu karna amal ibadahnya kaliii.... bukan karna celana cingkrang 😂😬 * Ada juga yang pernah komentar begini Kok aneh si masa baca yasin dikuburan aja ga boleh?kan isinya ayat ayat Alquran.alquran kan isinya baik toh. * Atau komentar2 lainnya yang banyak bertanya dan mendebat dalil dalil dr Alquran dan As sunnah. Maka setinggi apapun gelar anda,seluas apapun pemikiran anda,secerdas apapun anda, maka tidak akan mungkin bisa melebihi apa apa yang sudah Allah dan rasulNya sampaikan. Ketika sudah ada dalil sohih maka sudah sepantasnya kita ikuti.Iya....Memang benar surga dan Neraka adalah haq Allah azza wa jala.tapi sungguh sombongnya apabila kita berharap surga dan syafaat dr rasulullah ,tapi masih mempertanyakan kenapa dan kenapa..kalau menurut kita ga nyambung gamau ngerjain ah...kl menurut logika kita bener baru deh mau ngerjain ...😬😢 * Bayangkan.. apa jadinya islam kalau semua pakai logika masing masing? Ada yg enggan berhijab dgn alasan yang penting kan hatinya. Ada yg gamau sholat dgn alasan yg penting inget Allah aja dan berbuat baik.Ada juga yg mungkin akan berzina dgn alasan yang penting masih tetep sholat. Kalaulah islam itu pakai logika,untuk apa Rasulullah diutus? Semua akan pakai logika masing2 dgn niat yg penting baik aja... * Ibadah suka suka gw aja lah kan yang penting baik. * Kalaulah islam itu agama logika,maka saat batal wudhu wktu buang gas mengapa kita disuruh mengulangi wudhu?mengapa tdk membasuh maaf (dub*r )saja.? Karna dalilnya kita disuruh Berwudhu ulang ..bukan membasuh dub*r Inilah logika kita kalau kita selalu menomorsatukan logika kita dalam ibadah..Tapi nyatanya tidak bs..karna islam adalah agama dalil.islam adalah agama wahyu. bukan agama logika. Maka sudah seharusnya kita campakkan kecerdasan kita ,apabila sudah berhadapan dgn perkataan Allah dan rasulNya. Bismillah. Copas dr thesunnahways
64 notes · View notes
alfawaaidnet-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
🚇DALIL CELANA/PAKAIAN LAKI-LAKI ITU HARUS NGATUNG/ CINGKRANG: BOLEHKAH ISBAL JIKA TIDAK SOMBONG? . ❱ Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah . . Pertanyaan: . السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه . Afwan ustadz, saya baca artikel bahwa Abu Bakr dulu memakai kain hingga menutupi mata kaki dan Rasulullah membiarkannya karena Abu Bakr bukan orang sombong. Mohon penjelasannya ustadz. . . Jawaban: . وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ . Dalam hadits tersebut dinyatakan: . { فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَعُ ذَلِكَ خُيَلَاءَ. } . Abu Bakr radhiyallahu anhu berkata: ‹ Sesungguhnya salah satu sisi pakaianku (tidak sengaja) menjulur ke bawah kecuali jika aku menjaganya (menaikkan lagi). › Maka Rasulullah [ﷺ] bersabda: ‹ Sesungguhnya engkau bukanlah orang yang mengerjakannya dengan sombong. › [HR al-Bukhari] . . (※) Dalam hadits tersebut nampak terlihat bahwa terjulurnya kain pakaian Abu Bakr (hingga melewati mata kaki) bukanlah atas kesengajaan beliau. . • Karena di dalam lafadz hadits itu disebutkan: { يَسْتَرْخِي } yang menunjukkan bahwa hal itu bukan atas kesengajaan. . • Selain itu, beliau berusaha menjaganya agar tidak sampai jatuh terjulur lagi, dengan ucapan beliau: { إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ } Sehingga tidak dibiarkan terus menerus terjuntai melewati mata kaki. . • Maka, dalam kondisi itulah Nabi [ﷺ] menyebutkan bahwa beliau bukanlah mengerjakan itu karena sombong. . Berbeda dengan orang yang membiarkan kain celana atau sarungnya terjuntai melewati mata kaki dengan sengaja dan tidak berusaha untuk mengangkat/ membenarkannya hingga di atas mata kaki. . Demikianlah salah satu sisi jawaban yang dijelaskan oleh para Ulama di antaranya al-Imam adz-Dzahaby, Syaikh Bin Baz, dan Syaikh Ibn Utsaimin. . . (※) Sesungguhnya, mengenakan celana, sarung atau semisalnya bagi laki-laki hingga kainnya melewati mata kaki { yang disebut dengan istilah isbal } adalah kesombongan, meski niatnya bukan untuk sombong. . . ⬇️ https://www.instagram.com/p/B6RaPmWBDG3/?igshid=16r22sw5wk1le
0 notes
bilikopini · 4 years
Text
Yehova Jadi Saksi Ketidakadilan Terhadap Islam
Tumblr media
YEHOVA JADI SAKSI KETIDAK ADILAN TERHADAP ISLAM Peristiwa demi peristiwa yang terjadi di negeri ini seperti serial sinetron. Seri radikal radikul dengan Menag sebagai tokoh utamanya dimulai dari pernyataan “perang” terhadap radikalisme. Menyusul stigma terhadap celana cingkrang dan cadar. Menag jadi khotib sholat jumat tidak melapazkan sholawat. Menag akan menasihati UAS . Serial UAS mulai dari muslim dan lompat pagarnya non muslim membully pendapat para imam mazhab soal hukum catur yang diucapka UAS dalam cemarahnya tahun 2017. Menyusul UAS ceramah di KPK yang membuat komisioner KPK berang dan menuduh UAS beraliran tertentu, entah aliran apa. Serial kebangsaan mulai dari Agnez MO yang dituduh tidak mau megakui keindonesiaannya, disusul berita menghebohkan, 2 siswa SMP di Batam dikeluarkan dari sekolah gara-gara menolak menghormati bendera merah putih dan menolak menyaynyikan lagu kebangsaan. Bukan karena anti lambang Negara, tapi karena kedua murid itu memegang teguh ajaran agama yang dianutnya yang sudah terpatri kuat dalam kepercayaannya. Apa agamanya? Nah, disinilah masalahnya. Pihak sekolah tidak mau terus terang menyebut agama kedua anak itu. Para guru kepada wartawan hanya menyebut, ajaran “aliran tertentu.” Negeri ini sedang demam Islamophobia di tengah perang terhadap radikalisme yang semua telunjuk mengarah kepada umat Islam gara-gara kebijakan pemerintah yang serampangan soal radikalisme. Maka hujatan terhadap Islam di dunia maya tidak dapat lagi dibendung. Hanya dalam hitungan jam setelah berita kedua anak SMP itu dikeluarkan, betebaranlah komentar-komentar semacam ini : “ Tinggal dan hidup di Indonesia tapi gak mau menghomati simbol negara, mungkin mereka dicuci otaknya dengan paham khilafah …bibit2 teroris “ “Mending mabok anggur drpd mabok agama, mending salah gaul drpd salah pengajian.” “ Sistem pengkaderan ala ISIS . Dari kecil sudah diajarkan militant. Periksa ortu dan lingkungannya juga. Gak mungkin anak-anak itu radikal sendiri. “ “ Mungkin mereka adalah korban dari dakwah yang sesat. Hasil binaan kajian pengajian yang terselubung. “ Itu cuma beberapa contoh. Buaaanyak sekali komentar-komentar semacam itu di dunia maya. Kemudian hasil investigasi media, ternyata dua anak SMP itu bukan muslim, tapi penganut ajaran Saksi Yehova, atau Saksi Yehuwa, sempalan Kristen. Dalam bahasa Wikipedia disebut, Saksi-Saksi Yehuwa adalah suatu denominasi Kristen, milenarian, restorasionis dengan kepercayaan nontrinitarian yang terpisah dari Kekristenan arus utama. Kontan dunia maya bungkam dari hujatan terhadap Islam. Apakah beralih menghujat ajaran Saksi Yehova? Nggak lah. Barangkali kurang seksi. Kalau toh ada yang berkomentar, narasinya lebih lunak dan mengayomi. Contohnya, “ Beri pemahaman terus menerus , kunjungi keluara tersebut oleh guru dan pemuka agama terpercaya . Menerdaskan bangsa adalah tujuan bernegara. “ Menag yang biasanya galak dalm soal ini, menolak berkomentar banyak. Dia cuma bilang sebagaimana dikutip detik.com. "Kalau memang ada orang begitu, harus ada pembinaan khusus. Nggak boleh kalau itu benih-benih yang sangat berbahaya ke depannya," kata Fachrul di Hotel Aryaduta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (27/11/2019) Namun dia enggan memberi penilaian apakah kedua siswa itu memang harus dikeluarkan dari sekolah atau tidak. Fachrul hanya menekankan kedua siswa itu butuh pembinaan secara khusus DPR yang biasa galak kalau ada ajaran agama yang anti hormat bendera, kali ini sama lembutnya dengan Menag. Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian dari Partai Golkar menyayangkan hal itu dan mengingatkan hak anak untuk tetap mendapat pendidikan. "Mengeluarkan anak dari sekolah tidak akan memecahkan persoalan mendasarnya. Bagaimana pun juga hak semua anak WNI untuk mengenyam pendidikan dasar," kata Hetifah kepada wartawan, Selasa (26/11/2019). KPAI juga tidak kalah bijaknya, sebagaimana dikutip Tempo.co. Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto menilai pimpinan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 21 Batam terlalu buru-buru mengeluarkan dua siswa mereka karena tidak hormat ketika upacara pengibaran bendera merah putih. Menurut Susanto, sekolah seharusnya melakukan upaya maksimal sebelum mengeluarkan siswa. Sebab sekolah merupakan wadah untuk mendidik agar cara berfikir, sikap dan perilaku anak semakin baik. "Upaya persuasif mestinya jalan terbaik agar anak tetap sekolah dan seiring berjalannya waktu, diharapkan berubah," ujar Susanto saat dihubungi Tempo pada Rabu, 27 November 2019 Nggak jelas juga upaya persuasif apa. Ini kan soal ajaran agama yang diyakininya. Herlina Sibuea, orangtua kedua anak SMP yang menolak hormat bendera itu menjelaskan, sejak Sekolah Dasar (SD) mereka sudah memberikan surat rekomendasi dari agama yang mereka anut. "Dulu anak kami sekolah di SD swasta Tiranus, tidak ada masalah. Bahkan masuk ke SMPN 21 kami juga berikan surat rekomendasi," kata Herlina. Artinya, sejak SD dan setahun di SMP kedua anakya itu tidak hormat bendera dan tidak ada masalah. Pihak sekolah barangkali mengamalkan sila pertama, menghormati ajaran setiap agama yang dianut oleh tiap warganegara hingga mengizinkan dua siswa itu hanya bersikap tegak, tidak bersikap hormat terhadap merah putih. Tapi kerena belakangan ini Menag serius tingkat dewa dalam memerangi radikalisme hingga akan membentuk Satgas 11 kementerian segala, tentu saja pihak sekolah jadi ketar-ketir. Gara-gara ada dua muridnya yang atas nama sila pertama dikasih dispensasi tidak menghormati bendera, bisa-bisa sekolahnya kena gigit satgas.Maka sebelum kena gigit, mending mengeluarkan dua muridnya itu. Pengamat politik Boni Hargens siapa juga tahu kalau dia jokower tulen 24 karat. Bulan Juli 2017 dia membuat pernyataan tertulis perihal permintaannya kepada pemerintah untuk membubarkan sekte Saksi Yehuwa. Selain Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) berbasis agama Islam, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Sekte Saksi Yehuwa juga dapat dibubarkan. Ini karena saksi Yehuwa menunjukkan sikap anti Pancasila karena tidak menghormati bendera merah-putih. “Mereka (Saksi Yehuwa) menganggap penghormatan terhadap bendera negara adalah berhala yang dilarang dalam kitab sucinya. Ini anti-Pancasila dan layak dibubarkan,” kata Pengamat Politik, Boni Hargens, dalam keterangannya, Selasa (25/7/2017). ( Pernyataan lengkapnya silakan klik link : https://www.antaranews.com/berita/642580/boni-hargens-tolak-hormat-bendera-merah-putih-yehova-layak-dibubarkan ) Tentang isi kitab yang melarang hormat bendera bisa dibaca di kolom kementar. Pada berita tersebut. “ Hormat menerjemahkan kata Honor dan Respect dalam satu kata. Karena honor bermakna menghargai maka begitu juga bentuk kata hormat. Saksi Yehova menghargai setiap orang maupun attribut setiap negara dengan tidak bersikap sembarangan seperti meludah, membakar, dll. Tetapi menolak salut (sikap tubuh satu tangan ke atas kepala) ketika upacara bendara saat aba-aba dikumandangkan namun tetap berdiri sempurna kedua tangan di samping, karena ini mengingatkan peristiwa di Kitab Daniel pasal 3. “ Apakah suara Boni didengar Jokowi? Kan sudah jelas ada ajaran agama yang meralang hormat bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan sebagaimana yang juga dituduhkan pada HTI saat membubarkan HTI. Karena yang bicara adalah relawan militannya, tentu aja Jokowi dengar. Cuma dengar doang. Selebihnya, cuek bebek. Dan menteri agama yang katanya menteri semua agama juga pasti tahulah. Tapi kayanya memilih pura-pura tidak tahu. Tentu saja bukan hanya ajaran Saksi Yehova yang melarang hormat bendera dengan sikap sebagaimana lazimnya, tapi ada juga di kalangan umat Islam yang menganggap menghormati benda mati seperti bendera adalah musyrik. Sebagaimana kita ketahui, Islam kan banyak mazhab dengan sejumlah variannya. Tapi dalam Islam kan selalu ada jalan keluar yang berama ijtihad. Bisa saja dengan berdasarkan dalil tertentu, berijtihad dengan memaknai hormat bendera tidak sama dengan menyembah benda mati. Entahlah, apakah Saksi Yehova ada yang moderat atau semua tetap konsisten dengan yang tertulis dalam AlKitab yang diyakininya. Kayanya sih mereka tetap berpegang teguh pada ajarannya. Buktinya, orang tua kedua murid SMP itu berencana menggugat sekolah yang telah memecat kedua anaknya. Coba bayangkan, jika ada orang tua muslim yang meyakini bahwa homat bendera adalah menyalahi ajaran yang diyakininya, kemudian menggugat sekolah yang memecat anakya gara-gara menolak hormat bendera. Apa yang terjadi? Tahu sama tempe, eh tahu lah. 28112019 Balya nur Read the full article
0 notes
bulpbulp-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
* Pernah ada yang bertanya begini * . Apa hubungannya celana cingkrang sama masuk neraka? orang masuk surga itu karna amal ibadahnya kaliii…. bukan karna celana cingkrang 😂😬 * . Ada juga yang pernah komentar begini . Kok aneh si masa baca yasin dikuburan aja ga boleh? kan isinya ayat ayat Alquran, alquran kan isinya baik toh. . Atau komentar2 lainnya yang banyak bertanya dan mendebat dalil dalil dr Alquran dan As sunnah. . Maka setinggi apapun gelar anda, seluas apapun pemikiran anda, secerdas apapun anda, maka tidak akan mungkin bisa melebihi apa apa yang sudah Allah dan rasulNya sampaikan. . Ketika sudah ada dalil sohih maka sudah sepantasnya kita ikuti. Iya….Memang benar surga dan Neraka adalah haq Allah azza wa jala. Tapi sungguh sombongnya apabila kita berharap surga dan syafaat dr rasulullah, tapi masih mempertanyakan kenapa dan kenapa..kalau menurut kita ga nyambung gamau ngerjain ah…kl menurut logika kita bener baru deh mau ngerjain …😬😢 * . Bayangkan.. apa jadinya islam kalau semua pakai logika masing masing? Ada yg enggan berhijab dgn alasan yang penting kan hatinya. Ada yg gamau sholat dgn alasan yg penting inget Allah aja dan berbuat baik.Ada juga yg mungkin akan berzina dgn alasan yang penting masih tetep sholat. Kalaulah islam itu pakai logika, untuk apa Rasulullah diutus? Semua akan pakai logika masing2 dgn niat yg penting baik aja… * . Ibadah suka suka gw aja lah kan yang penting baik. * . Kalaulah islam itu agama logika,maka saat batal wudhu wktu buang gas mengapa kita disuruh mengulangi wudhu?mengapa tdk membasuh maaf (dub*r )saja.? Karna dalilnya kita disuruh Berwudhu ulang.. bukan membasuh dub*r. . Inilah logika kita kalau kita selalu menomorsatukan logika kita dalam ibadah..Tapi nyatanya tidak bs..karna islam adalah agama dalil.islam adalah agama wahyu. bukan agama logika. . Maka sudah seharusnya kita campakkan kecerdasan kita ,apabila sudah berhadapan dgn perkataan Allah dan rasulNya. . Bismillah. -thesunnahways
1 note · View note
yufidstore-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Buku Saku Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris Muhammad Abduh Tuasikal, Pustaka Muslim . Belakangan ini di tahun-tahun terakhir ini banyak di antara kaum muslimin yang mengalami ‘sikap yang kurang mengenakkan’. Mengapa? Karena tampilan mereka yang berbeda dengan keumuman masyarakat. Sebut saja; jenggot lebat, jilbab lebar hingga bercadar, dan celana ‘congklang’ ‘cingkrang’ ‘ngatung’ atau apapun orang menyebutnya. Intinya celana di atas mata kaki. Berbeda halnya jika sarung di atas mata kaki, maka area tersebut nyaman dari keributan. Bagaimanakah Islam memandang hal tersebut? . Buku ini mencoba menjadi penengah atas problematika yang tengah menimpa umat di mana pun mereka berada. Dengan tinjauan kritis berdasarkan dalil yang akurat, menyajikan sunnahnya jenggot dan celana di atas mata kaki dan menegaskan bahwasanya jilbab itu wajib serta mempertanyakan status “jilbabin hati dulu bang?” Inilah sekelumit jawaban cerdas menyoal problem di atas. . Namun yang sangat disayangkan saat ini yang mencela adalah golongan yang dikenal dengan atribut keislamannya (para khatib Jum’at, ustadz, kyai). Bisa jadi cemoohan itu muncul karena rasa benci yang mendalam disebabkan ajaran Kyai tersebut banyak dikritik dan pengikutnya pada lari. Oleh karena itu, muncul statemen yang kurang adab terhadap orang yang mengamalkan sunnah. . . . Buku Saku Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris, Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, Pustaka Muslim, format buku softcover, tebal buku 104 halaman, ukuran buku saku 12 x 16 cm, berat buku 250 gram, Harga Rp. 11.900,- . Pemesanan via wa 081326333328 . #Bukuislam #Bukuislami #Bukuislamik #Bukuislamanak #Bukuislamichipster #Bukuislamonline #Bukuislammurah #Bukuislamikhipster #Bukuislamkids #Bukumurah #Bukuislamilmee #Buku #Bukuanak #Bukubagus #Bukuonline #Bukudiskon #Bukubayi #Bukuagama #bukusakumengikutiajarannabibukanlahteroris #pustakamuslim #rumaysho #salaf #muslim https://www.instagram.com/p/BtmnXs5nfgk/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=46aj0b5qf61h
0 notes
Quote
Aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid Lalu aku harus bagaimana…? Aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan Lalu aku harus bagaimana…? Aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membwa kebaikan Ya Sudahlah… aku ikut kalian… Kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang Kan ku hitamkan jidad, agar dikira ahli ijtihad Kan sering ku menghujat, biar dikira hebat Kan sering ku mencela, biar dikira mulia Ya sudahlah… Aku pasrah pada Tuhan yang ku sembah…
Adc
2 notes · View notes
doctoreng · 7 years
Text
PESONA GUS MUS
Ada beberapa kali hal yang sangat mengusik saya, terutama ujaran-ujaran dari kalangan OPB (Orang Pintar Baru) mengenai sosok Gus Mus dan Cak Nun. Biasanya para OPB yang penampakannya paling sholeh dan sholehah ini doyan menilai sesuatu dari kulitnya. "Ahh si Gus Mus ga ada jenggotnya, ga nyunnah, jarang pake jubah, jidatnya ga item, jarang teriak-teriak pakai dalil-dalil berbahasa arab" (mboh lah mau ayat, hadits atau apapun yang penting bahasa arab). Bahkan mereka sama sekali tidak sudi menganggap Gus Mus sebagai Kiyai sekalipun Gus Mus lahir di kalangan keluarga Kiyai dan besar di Pesantren. Para OPB lebih suka menyebut sosok seperti Gus Mus dan Cak Nun sebagai ‘Budayawan’, jadi seorang Budayawan tidak layak dijadikan rujukan agama. Beda dengan ustadz-ustadz yang berjenggot lebat, kocar-kacir, jidat hitam, selalu bergamis minimal celana cingkrang dan kemana-mana menenteng dalil-dalil berbahasa arab (mboh lah mau ayat, hadits atau lirik lagu 'Magadir' yang penting bahasa arab) dan selalu berteriak “Kembalilah pada Qur’an dan Sunnah”. Orang-orang seperti ini sangat gampang meraih hati kalangan ‘awam religius’ yang gampang jatuh hati pada kulit, kendatipun sang ustadz adalah muallaf, ustadz dadakan yang baru kemarin sore pensiun jadi selebritis, atau.. atau.. ahh sudahlah. Gelar ‘Budayawan’ yang diberikan pada Gus Mus dan Cak Nun pun digunakan sebagai dasar untuk menolak mereka. Mereka bilang “Ahh mereka kan tahunya cuma bikin syair, bikin puisi, mana tahu soal agama, mana pernah bahas bid’ah, bahas khilafah, bahas jihad, atau hal-hal 'syar’i' lainnya.” Susah memang mengubah persepsi kalangan ‘puber agama’ ini. Orang-orang seperti Gus Mus dan Cak Nun dikenal sebagai budayawan bukan karena mereka hanya tahu membuat puisi dan syair, tapi mereka menghargai kearifan lokal dan budaya Nusantara, dan itulah sisi ‘Budayawan’nya. Mereka sudah khatam di pesantren dengan dalil-dalil mentah dalam beragama, dan mereka wujudkan dalam puisi dan sastranya. Mereka paham bahwa dalil-dalil naqli yang mentah itu tidak bisa langsung disajikan kepada kalangan awam, sebagaimana buku-buku kedokteran tidak bisa langsung disajikan kepada masyarakat untuk menyuruh mereka mengobati dirinya sendiri. Inilah bedanya mereka dengan ustadz-ustadz dadakan, yang penting sudah hapal dan bisa menyajikan satu dua hadits dan dua tiga ayat sudah berasa punya gelar Lc (Langsung ceramah) dan mengeluarkan fatwa-fatwa instan halal-haram, seruan jihad, Anti-Nasionalisme dll, dan biasanya yang dadakan itu cenderung ekstrim dan radikal. Ironisnya mereka banyak diikuti karena popularitasnya, penampakan yang agamis, berjubah, dengan jenggot melebat dan jidat menghitam, maka dengan itu kalangan ‘awam religius’ akan jatuh terpana menelan seluruh ujarannya. Berbeda dengan orang-orang seperti Gus Mus dan Cak Nun ini, mereka sudah khatam sejak kecil dijejali dalil-dalil naqli dalam teks-teks suci agama, dan kini mereka menyederhanakannya dalam bentuk sastra dan bahasa seni pada kaumnya. Mereka tidak lagi suka menyajikan khotbah dan ceramah dengan dalil-dalil dalam bentuk mentah, tapi mereka memprosesnya dan menyajikannya dalam bahasa sastra. Sebagaimana Maulana Jalaluddin Rumi membuat syair-syair indah sufisme sebagai hasil renungan penghambaan dan pengembaraan tasawwuf, padahal ia adalah Syaikh besar sebuah Thoriqoh dan bukan sekedar “Budayawan”. Anda tidak bisa memberikan dalil-dalil mentah kepada seluruh manusia dan menyuruh mereka menafsirkan sendiri-sendiri seraya menyebut itu mengikuti “Qur’an dan Sunnah”. Padahal Allah sendiri telah berfirman bahwa firman-firman-Nya dalam Qur’an itu “La yamassuhu illal muthahharun” >> "Tidak menyentuhnya (makna Qur'an) itu kecuali orang-orang yang disucikan". Jangankan masyarakat awam, para Imam mazhab pun saling berbeda pendapat dalam menafsirkan “Al-Qur’an dan Sunnah”. Bila kita serahkan dalil-dalil mentah ke kalangan awam lalu masyarakat bebas seenaknya menafsirkan masing-masing, yang terjadi adalah munculnya para khawarij dan teroris-teroris semacam ISIS, Al-Qaeda, Boko Haram, Abu Sayyaf dll yang menafsirkan “Qur’an dan Sunnah” seenak perutnya sendiri. Sebagaimana bila kita sajikan buku-buku kedokteran pada kalangan awam tidak lantas tiba-tiba bisa membuat mereka menjadi dokter. Kalau dilepas begitu saja, jadilah para dokter pelaku malpraktek yang sekadar belajar secara tekstual dari teks-teks mentah buku tanpa pembimbing. Dalam acara Mata Najwa terakhir, saya mendengar kata wasiat terakhir dari Gus Mus. Dia berkata dengan sebuah kalimat simpel, “Tetaplah jadi manusia, mengertilah manusia dan manusiakanlah manusia”. Itulah inti alasan mengapa Tuhan menciptakan agama untuk manusia, dan itulah inti diutusnya Sayyidul Wujud Muhammad sebagai Rahmatan lil ‘Alamin. Bukan hanya untuk satu golongan manusia tapi untuk segenap umat manusia, bahkan juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Manusia disini adalah manusia seutuhnya, manusia yang bukan hanya terdiri dari Nafs Basyariyah, tapi juga Nafs Insaniyah-nya. Manusia yang bukan hanya berwujud manusia, tapi jiwanya manusia. Ahh.. jauuh sekali saya ini dibandingkan njenengan Gus. www.kabegede.com
0 notes
montazii · 6 years
Photo
Tumblr media
Ane berjenggot dan ane pake celana cingkrang.. Ane demennya ngopi.. Kaga demen ngebom, apalagi jadi teroris.. Karna agama islam rahmatan lil' alamin.. 😊😁 *Dalil Jenggot : Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَحْفُوا الشَّوَارِبَ وَأَعْفُوا اللِّحَى “Potong pendeklah kumis dan biarkanlah (peliharalah) jenggot.” (HR. Muslim no. 623). *Dalil Celana Isbal : Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى مَنْ جَرَّ ثَوْبَهُ خُيَلاَءَ “Allah tidak akan melihat kepada orang yang menyeret pakaianya dalam keadaan sombong.” (HR. Muslim no. 5574). #islam #muslim #moslem #iammuslim #iammoslem #proudtobemuslim #proudtobemoslem #saveislam #loveislam #islamrahmatanlilalamin #rahmatanlilalamin #iamnotteroris #islamnotteroris #muslimnotteroris #moslemnotteroris #islamophobia #teroris (di Jakarta, Indonesia)
0 notes
amieyaku · 6 years
Photo
Tumblr media
@Regranned from @fiqihperempuan - Ibn Hajar dari kalangan Syafi’iyyah menukil pendapat dari Qadhi Iyadh bahwa terjadi ijma’ bahwa seorang perempuan tidak wajib menutup wajahnya. Karena menutup wajah hukumnya sunnah dan, oleh karena itu, laki-laki yang berada di depannya juga disunnahkan memalingkan pandangan karena itulah perintah al-Qur’an” (Tuhfatul Muhtaj Syarh al-Minhaj, juz VII hal 193) Dari sekian pendapat ini, tidak ada satupun yang menegaskan kewajiban memakai cadar, karena memang wajah itu bukan termasuk aurat yang wajib ditutupi. Pemakaian cadar yang berlaku di masyarakat Arab dahulu adalah tradisi bagi masyarakat tertentu. Ada pendapat dari golongan Hanafiyyah yang mewajibkan cadar karena wajah termasuk anggota yang wajib ditutup. Namun penerapan dari pendapat ini juga harus melihat konteksnya. Karena bisa jadi pemakaian cadar itu justru menyebabkan pemakainya terisolir manakala hal tersebut tidak bisa diterima oleh masyarakat setempat, Apalagi hanya karena persoalan ini akan menyebabkan perpecahan antara umat Islam karena disertai tudingan salah bagi mereka yang tidak memakai cadar. Dengan demikian, memelihara jenggot, memakai celana cingkrang, dan memakai cadar tidak bisa dikategorikan sebagai identitas Islami. Pertama, karena dari segi dalil, hal tersebut masih terjadi perdebatan ulama dari dulu sampai sekarang (khilafiyah). Bahkan terhitung lemah dalilnya bagi yang mewajibkannya. Kedua, di samping lemah dalil, memelihara jenggot, memakai celana cingkrang dan memakai cadar tidak ada signifikansi dan pengaruhnya dalam realitas hidup kekinian. Ketiga, sebagian yang dianggap identitas Islami itu pada kenyataannya juga digunakan oleh tokoh-tokoh non-muslim yang memusuhi Islam. Misalnya Fidel Castro, perdana menteri Cuba yang komunis, Calvin (pembaharu Perancis yang juga nasrani), Karl Mark (bapaknya para komunis) dan lain sebagainya. Semuanya mengggunakan jenggot. Foto-fotonya bisa dilihat di berbagai buku ensiklopedi. Semoga bermanfaat Ukhti Sholihah. ❤ @fiqihperempuan #kajianfiqihperempuan #perempuan #wanita #kajianislam #kajianperempuan #fiqihperempuan #fiqihwanita #belajarfiqih #ilmufiqih #berhijrah #majlisilmu #diskusifiqih
0 notes
alfawaaidnet-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
🚇DALIL CELANA/PAKAIAN LAKI-LAKI ITU HARUS NGATUNG/ CINGKRANG: BOLEHKAH ISBAL JIKA TIDAK SOMBONG? . ❱ Dijawab oleh Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah . . Pertanyaan: . السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه . Afwan ustadz, saya baca artikel bahwa Abu Bakr dulu memakai kain hingga menutupi mata kaki dan Rasulullah membiarkannya karena Abu Bakr bukan orang sombong. Mohon penjelasannya ustadz. . . Jawaban: . وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ . Dalam hadits tersebut dinyatakan: . { فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ إِنَّ أَحَدَ شِقَّيْ ثَوْبِي يَسْتَرْخِي إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكَ لَسْتَ تَصْنَعُ ذَلِكَ خُيَلَاءَ. } . Abu Bakr radhiyallahu anhu berkata: ‹ Sesungguhnya salah satu sisi pakaianku (tidak sengaja) menjulur ke bawah kecuali jika aku menjaganya (menaikkan lagi). › Maka Rasulullah [ﷺ] bersabda: ‹ Sesungguhnya engkau bukanlah orang yang mengerjakannya dengan sombong. › [HR al-Bukhari] . . (※) Dalam hadits tersebut nampak terlihat bahwa terjulurnya kain pakaian Abu Bakr (hingga melewati mata kaki) bukanlah atas kesengajaan beliau. . • Karena di dalam lafadz hadits itu disebutkan: { يَسْتَرْخِي } yang menunjukkan bahwa hal itu bukan atas kesengajaan. . • Selain itu, beliau berusaha menjaganya agar tidak sampai jatuh terjulur lagi, dengan ucapan beliau: { إِلَّا أَنْ أَتَعَاهَدَ ذَلِكَ مِنْهُ } Sehingga tidak dibiarkan terus menerus terjuntai melewati mata kaki. . • Maka, dalam kondisi itulah Nabi [ﷺ] menyebutkan bahwa beliau bukanlah mengerjakan itu karena sombong. . Berbeda dengan orang yang membiarkan kain celana atau sarungnya terjuntai melewati mata kaki dengan sengaja dan tidak berusaha untuk mengangkat/ membenarkannya hingga di atas mata kaki. . Demikianlah salah satu sisi jawaban yang dijelaskan oleh para Ulama di antaranya al-Imam adz-Dzahaby, Syaikh Bin Baz, dan Syaikh Ibn Utsaimin. . . (※) Sesungguhnya, mengenakan celana, sarung atau semisalnya bagi laki-laki hingga kainnya melewati mata kaki { yang disebut dengan istilah isbal } adalah kesombongan, meski niatnya bukan untuk sombong. . . ⬇️ https://www.instagram.com/p/B6QoqjUhuMx/?igshid=1300b5bqfmvwt
0 notes
naqiibah · 7 years
Photo
Tumblr media
Pakaian Sesuai Sunah Di gambar ini seolah hanya cingkrang saja yang sesuai Sunnah. Justru di gambar itu kebanyakan bertolak belakang dengan Sunah. Mari kita lihat kesunahan pakaian Rasulullah shalallahu alaihi wasallam: Jubah / Gamis ﻋﻦ ﺃﻡ ﺳﻠﻤﺔ، ﻗﺎﻟﺖ: «ﻛﺎﻥ ﺃﺣﺐ اﻟﺜﻴﺎﺏ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ اﻟﻘﻤﻴﺺ» Dari Ummi Salamah ia berkata: Pakaian yang paling dicintai oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah gamis (HR Abu Dawud) Warna Putih ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ، ﻗﺎﻝ: ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: " اﻟﺒﺴﻮا ﻣﻦ ﺛﻴﺎﺑﻜﻢ اﻟﺒﻴﺎﺽ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﻣﻦ ﺧﻴﺮ ﺛﻴﺎﺑﻜﻢ " Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda: Pakailah pakaian putih. Sebab itu sebaik pakaian kalian (HR Abu Dawud) Lengan Panjang ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﻗﺎﻝ: " ﻛﺎﻥ ﻗﻤﻴﺺ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﻟﻰ ﺭﺳﻐﻪ " Dari Anas bin Malik bahwa gamis Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sampai pergelangan tangan beliau (HR Baihaqi dalam Syuabul Iman) Selengkapnya lihat di web yang dikelola ulama salafi: https://islamqa.info/ar/223516 Tidak Pakai Celana Di web Salafi ini beliau lebih menguatkan riwayat bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam tidak pernah pakai celana: فإنه صلى الله عليه وسلم لم يثبت عنه لبس السراويل كما قال الشوكاني في النيل، ولكنه اشتراها وأذن بلبسها Tidak ada dalil Sahih bahwa Nabi shalallahu alaihi wasallam memakai celana seperti yang dikatakan oleh Syaukani dalam Nailul Author. Tapi Nabi pernah membeli celana dan mengizinkan untuk memakai celana.. http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=136272 Jadi jangan merasa paling Sunnah jika justru banyak melanggar Sunnah. Ma'ruf Khozin, Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur. #kajiannusantara #islamnusantara #islamramah #islamdamai #islamrahmatanlilalamin #kajianislam #kajiansunnah #kajianyuk #pemudaislam #dakwah #dakwahtauhid #dakwahislam #islamsantun #kajianaswaja #ahlussunnahwaljamaah #aisnusantara
0 notes
Text
hidayah untuk seorang wahabi
Pertamakali saya tahu kajian-kajian salafi (wahabi–red) itu sekitar 2006. Pas kuliah di Jogja. Sebelum itu saya fanatik dengan agama lokal dari kampung halaman di Situbondo. Jadi, pas awal pindah ke Jogja dan tinggal di rumah nenek, saya nggak mau jumatan di mesjid dekat rumah, sebab adzannya 1x, nggak kayak di kampung halaman, adzan 2x, khotibnya pegang tombak, dan sebelum khotbah biasanya ada salah 1 jamaah yang berdiri terus bilang “Yaa ma’syarol muslimin…” dst.. Ketika tahu mesjid dekat rumah nggak seperti itu, saya nggak mau jumatan di situ, memilih jalan jauh ke mesjid kampus UGM, padahal ya sama saja adzannya juga 1x, tapi saya sudah terlanjur “alergi” dengan orang-orang di mesjid deket rumah itu, mereka pakai celana cingkrang, jenggotan. Hih. Ogah, mending ke mesjid kampus UGM yang jamaahnya lebih umum, masih ada yang pake celana jin. Waktu itu saya tahunya mereka yang cingkrang itu Muhammadiyah… Dan menurut ajaran dari kampung, Muhammadiyah itu nggak tahlilan, sementara kita NU tahlilan. Gitu aja definisinya, tanpa ada niat nyari tahu kok bisa beda? Kan pasti ada alasannya? Lalu yang lebih mendekati kebenaran yg mana? Nggak ada pikiran semacam itu. Pokoknya kalau sudah lahir di keluarga NU ya sudah ikut saja. Apalagi sejak kecil sudah dibangun sentimentalisme kefanatikan seolah Muhammadiyah itu aneh. Ke-alergian terhadap orang-orang di mesjid dekat rumah itu berlangsung sekitar 2 tahun. Sampe suatu masa, di Jogja lagi rame kasus mahasiswa yang tiba-tiba direkrut oleh semacam gerakan baiat gitu, sehingga tiba-tiba nggak mau ngobrol sama orangtuanya karena orangtua dianggap kafir (naudzubillah). Pokoknya entah aliran apa namanya, NII apa ya? Wuih itu ngeri. Teman sekelas saya, cewek, ada yang kena gerakan itu. Bahwa Indonesia bukan negara islam, kita harus bikin negara islam, bla bla bla… Saya lalu berhati-hati. Kalau kebetulan ke kampus MIPA selatan, di seberang kampus ada masjid Al Hasanah, di mesjid itu perempuannya pakai cadar hitam-hitam, saya sering bilang, “Itu pasti yang aliran sesat.” 
Di periode itu, model ikhwan-akhwat dalam sebuah wadah bernama liqo’ juga mulai menjamur di kampus. Ada seorang sahabat yang keren digandrungi akhwat-akhwat, dia kalo lagi nggak ada jam kuliah nongkrongnya di musholla, ngobrol sama akhwat di balik hijab. Saya iri, kan kepingin juga didekatin cewek-cewek. Apalagi waktu itu ada akhwat yang cantik sekali, yang membuat saya tahu diri, siapalah saya ini, jenggot tipis aja nggak punya, nggak ada potongan seorang ikhwan…. Namun demi mendapat perhatian, itu jadi semacam titik tolak untuk berniat belajar agama (nggak ikhlas banget niatnya…) Saya segera rajin lihat papan pengumuman yang terpajang di musholla. Lihat ada poster acara apa yang berhubungan dengan agama. Nyari yang gratisan.
Maka, acara agama yang pertama saya datangi itu acaranya Hizbut Tahrir, dalam keadaan saya awam tentang kelompok ini, yang penting kan datang aja biar keren dan kelihatan alim dapat sertifikat. Waktu itu acaranya di Aula Fakultas Pertanian. Jadi bukan mesjid, melainkan kayak seminar, duduk di bangku-bangku kuliah, ada meja-meja melingkar dibikin kelompok, lalu ada layar proyektor, slide, gitu-gitu, endingnya pesertanya dapat CD. Saya gak paham apa yang disampaikan, tiba-tiba disuruh diskusi, ada makan siang, yang penting datang aja biar keren.
Esoknya di kampus, saya tunjukkan CD dan sertifikat ke sahabat saya yang digandrungi akhwat itu, pamer: nih saya juga tahu datang seminar islam… Dia malah kaget, “Lho, kamu datang ke acaranya HTI?” Mendengar pertanyaan itu, saya balik kaget, “Lho kenapa ya emangnya?” Sejak itu, saya tahu kalau ada banyak kelompok-kelompok kaum muslimin, saya kira cuma Muhammadiyah dan NU. Ternyata ada HTI, ada Ikhwanul Muslimin (IM), NII, LDII, MTA.. Nah yang liqo’ ini ujungnya saya tahu afiliasi mereka ke IM.
Saya mulai mempelajari masing-masing perbedaan antar kelompok, mengenal tokoh-tokoh mereka. Jadi tahu oh ternyata HTI itu tujuannya gini, cirinya gini, IM itu gini, cirinya gini. Saya kadang datang ke obrolannya anak IM, kadang ngobrol dengan anak HTI, pokoknya yang obrolannya agama, ikut nimbrung.
Namun saya mesti berpikir rasional, bahwa pasti ada alasan kenapa kelompok ini begini, kelompok itu begitu, mesti diuji materi, sehingga bisa ketahuan mana yang setidaknya paling bisa saya percaya. Bukan lantas tidak mau repot-repot, ya sudahlah mereka bisa benar, kita bisa benar, yang tahu kebenaran hanya Allah. Wis, lalu jadilah paling toleran, simsalabim, islam nusantara… Nggak gitu, kalo gitu sih nggak perlu ada dakwah saja, nggak perlu diutus Nabi dan Rasul, nggak perlu diturunkan AlQur’an, biar aja setiap manusia percaya dengan keyakinan sendiri-sendiri…
Dalam dunia eksak, selama segala hal yang berbeda bisa dicari pemecahannya, mana yang lebih valid, maka dicari. Bahkan kalo bisa yang berbeda-beda itu diajak bersatu. Sehingga logikanya, bersatu di atas landasan yang kokoh. Bukan sengaja berbeda lalu pura2 bersatu saling toleransi padahal saling sikut. “Kau sangka mereka bersatu padahal hati mereka berpecah belah,” kata ayat dalam Al Qur’an.
Sekarang kan apa-apa ditoleransi, ada kelompok yang penentuan Idul Fitrinya berdasarkan pasang surut air laut, ditoleransi, ada orang ngaku jadi Nabi, ditoleransi, besok ada yang sholat dhuhur 8 rokaat pun pasti ditoleransi. Lha ya udah rusak dakwah ini, tiap mau bilang, “eh ini nggak boleh,” dibales, “kamu merasa bener sendiri, menyesat-nyesatkan orang. Mau memonopoli surga.” Ya sudaaah repot.
Karena itulah pengusung paham buram: saya bisa benar, kamu bisa benar, semua bisa benar, toleran, liberal, itu biasanya datang dari mereka yang kuliah di fakultas non-eksak. Filsafat terutama. Karena sudah dibiasakan berpikir seperti itu. Selama masih bisa ngeles ya ngeles terus. Bermain-main opini saja. Mana yang kelihatan paling keren opininya, paling satir, ya wis, itu yang juara! Nggak urus itu ngawur apa nggak.
Balik ke cerita. Setidaknya satu sisi positif dari hasil bergaul dengan teman-teman HTI dan IM adalah, saya mulai tidak alergi dengan penampilan celana cingkrang dan jenggot. Sebab sebagian teman ada yang begitu. meski saya belum tahu alasannya. Mungkin tren.
Nah, kemudian muncullah sebuah pertanyaan besar: Lalu, kalau orang-orang yang di mesjid dekat rumah, yang cingkrang, jenggotan, itu aliran apa ya?
Mulai deh. Sehabis maghrib biasanya kan ada kajian. Sesekali saya coba duduk di teras mesjid, dengerin yang diomongin si ustadz… Oh, ternyata ustadz itu bicaranya tentang tauhid, syirik, sunnah, bid’ah… Kok kayaknya menarik? Belum pernah nih di kampung ada ceramah kayak gini
Kemudian lain waktu saya mulai masuk deh ikut kajian itu biarpun nggak ada sertifikat. Sehabis maghrib, malam selasa dan malam sabtu. Asli, saya jatuh cinta. Cara ustadznya menjelaskan, terus banyak hal baru yang saya ketahui dan bikin, “Oh, gitu ya? Oh ternyata gitu?” Berbeda dengan seminar yang kebanyakan seperti bertele-tele, ustadz di mesjid ini langsung ke poinnya. Dan setelah beberapa kali saya ikuti, ternyata bisa disimpulkan tujuan dakwahnya mereka ini sederhana banget: cuma gimana biar bisa ibadah dengan bener, tahu landasannya, bukan ikut-ikutan. Gimana biar kita terasa hidup dekat dengan Nabi dan para sahabat. Udah. Gitu. Simpel banget. Terlalu simpel malahan.
Nggak ada tujuan bikin negara islam, bikin gerakan rekrut orang, bai’at, kartu anggota, tur ziarah.. Nggak ada. Cuma diajarkan, udah meng-Esa-kan (mentauhidkan) Allah dengan bener belum? ibadah kita selama ini udah sesuai dengan tuntunan Rasulullah belum? Wis, tok, til, itu aja
Mereka tidak punya penamaan seperti IM atau HTI, sebab konon memang nggak punya nama, cuma berdakwah mengajak pada islam yang murni dan lurus.
Adapun kemudian saya dengar dari orang-orang, bahwa mereka dinamakan wahabi… Ketika saya baca artikel tentang wahabi, itu wuh sadis banget! Konspirasi dengan Inggris, temennya Mamarika, menghancurkan makam Nabi, radikal, ngajarin pegang senjata. Apalagi kalau levelnya sudah utak-atik sejarah, ada buku judulnya Sejarah Berdarah Sekte Wahabi. Kok sangar temen? Padahal realitas yang saya datangi sendiri, nggak ada itu
Maka terjadi pergolakan besar dalam diri saya. Dimasuki banyak hal-hal yang terasa baru. Wahabi ternyata tidak merayakan maulid, alasannya: soalnya Rasul tidak merayakannya. Simpel banget! Tapi wahabi justru mengajarkan cinta Rasul dengan meneladani beliau. Akhirnya saya tahu, oh, jadi Rasul memerintahkan kain celana di atas mata kaki, pantesan mereka cingkrang.mehehesyariahSaya ragu, apa mau cingkrang juga ya? Duh, nggak keren lagi dong kalau ke kampus. Antara menuruti jiwa muda untuk tampil modis atau menuruti perintah Rasul? Yah kok Rasul nyuruh gini sih? Berat hati. Sebenarnya kalau saya mau menolak, ada jalannya, yaitu embusan dari orang-orang bahwa cingkrang itu ciri teroris, bahwa itu sebetulnya nggak wajib, bahwa jangan terlalu kaku lah dengan dalil, memahami hadits harus dari sudut pandang modern…
Pokoknya opini-opini yang sifatnya menolak dengan cara ngalor-ngidul dulu mencari-cari pembenaran. Sementara wahabi itu simpel banget: Ada dalil, sahih, kerjakan. Tidak ada, tidak perlu dikerjakan. Tapi yang sederhana begini, masyaAllah… Dihujat di mana-mana. Apalagi di kalangan penulis intelektual filsafat satiris posmodern, seperti jadi musuh bersama.
Wahabi dibilang anti-maulid, tidak cinta Rasul. Padahal saya lihat mereka yang paling meneladani perilaku Rasulullah. Selama di kampung saya nggak tahu kalo Rasul memerintahkan kain celana di atas mata kaki
Wahabi dibilang tidak mau shalawat. Padahal saya lihat mereka cuma mencukupkan shalawat yang diajarkan Rasul, yaitu shalawat yang biasa dibaca di tahiyat akhir dalam sholat, bukan shalawat hasil ide-ide kreatif.
Wahabi dibilang melarang ziarah kubur, padahal mereka cuma melarang minta-minta sama orang mati meskipun itu wali, bukan ziarahnya yang dilarang.
Juga dibilangnya wahabi mau bikin mazhab baru, padahal pas kajian mereka tetap mengutip pendapat Imam Syafi’, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad. Bahkan mereka selalu mengkaji, jika 4 pendapat imam itu berbeda, maka mana yang lebih mendekati sunnah, itu yang diikuti, tanpa merendahkan keilmuan salah satu dari imam mazhab. Jadi nggak asal, kita mazhabnya syafi’i, lalu fanatik, sampai ada yang nggak mau nikah dengan mazhab lain
Dan semua yang wahabi lakukan, itu karena ada dalil dari Rasulullah. Bukan karena ingin memecah belah atau tampil beda atau merasa benar sendiri yang lain sesat.mehehesyariahBahkan saya lihat, wahabi itu yang paling banyak mengalah dari keinginannya. Gimana gak ngalah? Perempuannya bercadar, jilbab lebar hitam. Padahal kalo dipikir-pikir, kan enakan islam yang ditawarkan kaum liberal, beragama tapi bebas nggak terikat apa-apa. Nggak mesti jilbaban, dll.
Jadi kalau ingin berislam tapi nggak mau disuruh ini itu, saya sarankan ikut liberal, selalu dikasih solusi untuk ngeles. Anda males pake jilbab, tenang, jadilah liberal, baca Quraish Shihab, ada solusinya, jilbab itu nggak wajib kok, anaknya aja nggak berjilbab. Bahkan Anda akan bisa merasa lebih jumawa dari mereka yang pakai cadar…. Lha perempuan wahabi, udah cadaran, sumuk, kehilangan kesempatan bersolek, eh malah jadi bahan olokan. Kalau bukan karena kecintaan terhadap sunnah, dijamin mereka gak akan sibuk merepotkan diri seperti itu.
Sejak itu saya gak terpengaruh lagi dengan opini orang tentang wahabi, mau dibilang gak cinta Rasul kek, dibilang suka membid’ahkan orang kek, suka mengkafirkan orang, merasa masuk surga sendiri yang lain masuk neraka. Karepmu! Sebab saya tahu, realitasnya tidak seperti itu. Dan memang kalau ikut opini orang, nggak bakal selesai.
Masih ingat kan kisah bapak, anak, dan seekor onta? Ketika anaknya naik onta, sementara bapaknya jalan sambil nuntun tali onta, orang-orang bilang, “Anak durhaka, enak-enakan di atas, Bapaknya disuruh nuntun.” Mendengar itu, anaknya turun, lalu ganti, bapaknya naik onta, anaknya nuntun. Orang bilang, “Bapak gak tahu kasihan, enak-enakan di atas onta, anaknya malah disuruh jalan.” Maka sekarang, anak dan bapak berdua sama-sama naik onta. Orang-orang bilang, “Gak tahu kasian sama binatang, onta kurus gitu kok dinaiki berdua.” Ujung-ujungnya bapak dan anak sama-sama jalan nuntun onta. Eh orang masih bilang, “Mereka berdua itu kok goblok banget, punya onta tapi gak dinaikin malah dituntun aja.” Gitulah, di mana-mana, opini orang gak bisa dijadikan acuan. Apalagi opini dari ahlul pelintir bahasa, wuh, hebat-hebat, yang insecure lah, sesat sejak dalam pikiran lah, ini lah, itu lah. Berbeda dengan wahabi ketika mengomentari sebuah aliran tertentu, itu bukan pakai opini pelintir bahasa, tapi langsung ke akarnya.
Ketika mengomentari syiah misalnya. Pengusung toleransi semu akan menyeret opini bahwa syiah dan sunni cuma perbedaan mazhab, politis, diseret tentang hak asasi, minoritas, dst.. Kalau wahabi langsung ke kitab induk syiah. Bahwa syiah ini menyimpang karena mengkafirkan mayoritas sahabat, menyebut Abu Bakar & Umar sebagai dua berhala Quraisy, menganggap Aisyah sebagai pelacur, menghalalkan darah nashibi (ahlus sunnah), memiliki Al Qur’an 3x lebih tebal, syahadatnya berbeda, adzannya beda, menghalalkan kawin kontrak, malam kawin pagi cerai… Itu. To the point. Kalau alasan itu diterima, mereka memuji Allah. Tidak diterima, tetap memuji Allah.
Saya pun mulai rajin mengikuti kajian wahabi, bahkan yang jauh-jauh dan ustadznya sampai dari Arab. Semakin banyak perbedaan yang bisa ditangkap secara kasat mata:
Pertama. Di kampung saya, kalau kiyai/ustadz datang, itu kadang tangannya jadi rebutan, dicium-cium sama jamaahnya. Bahkan cara cium tangannya itu bisa dramatis sekali ada teknik-teknik tersendiri. Apalagi kalo yang datang itu level syaikh pondok ini, atau anak keturunan syaikh itu, wuh tambah jadi rebutan.
Berbeda dengan kajian wahabi. Biarpun penceramahnya level ulama paling senior dan sepuh pun, sewaktu ulama itu datang dan jalan ke depan, jamaahnya biasa aja duduk.
Kalau pakai opini orang, kesannya wahabi tidak menghormati ulama. Padahal saya melihat, mereka menghormati ulama ya karena ilmunya, bukan karena fisiknya atau keturunan siapa, jadi tidak lebay rebutan cium tangan, apalagi seolah mengkultuskan rebutan air liur, diyakini mustajab, hiii.
Wahabi itu nggak pernah nyebut-nyebut syaikh siapa jadi doa berjamaah, bikin haul. Nggak pernah. Sebab mereka beneran cuma menghargai ilmu, tidak berlebihan terhadap tokoh… Beda di kampung saya, fatihah ila hadarotin syaikh ini, syaikh itu, diulang-ulang tiap ada selamatan, tapi orang-orang nggak tahu syaikh itu siapa sih? Buku kitabnya apa? Nggak ada. Pokoknya kiyai nyebut syaikh itu tiap selamatan, ya sudah sampe turunannya tetap nyebut syaikh itu. jamaahnya ya amin-amin saja terus makan rawon.mehehesyariahYang kedua. Yang namanya pengajian, di kampung saya biasanya identik dengan nyanyi-nyanyi, baca Al Fatihah, awal Al Baqoroh, ayat kursi, sholawat apa gitu panjang, baru setelah itu ada ceramah. Kalo di wahabi, ustadznya datang, duduk, langsung membuka materi dg khutbatul hajah, lalu mengajar, ada istirahat, tanya jawab, abis itu selesai, pulang. Nggak ribet.
Yang ketiga. Kalo di kampung saya, segala jenis ibadah wis tinggal nyontoh saja, kalo ngaji maghrib itu kadang ada pelajaran sholat dari kiyai, ya sudah langsung baca aja rame-rame dari usholli sampai salam. Tapi di wahabi itu ilmiah sekali, tidak asal ikut ustadznya, melainkan diajari memahami bahwa setiap gerakan sholat itu dilakukan karena ada contohnya, kita melakukan ibadah karena memang ada riwayatnya dari Rasul. Kalau nggak ada riwayatnya, ya nggak perlu repot-repot dikerjakan. Sehingga ketika sholat, setiap gerakan kita terasa dekat dg Rasulullah sebab tahu ada rantai yang bersambung.
Hal lain juga. Saya jadi tahu, misalnya, Allah mengampuni semua dosa kecuali dosa syirik. Dosa syirik tidak akan diampuni kalau pelakunya mati sebelum sempat bertobat. Sebab dosa syirik itu paling besar, paling bahaya, sehingga kita mesti tahu cabang-cabangnya. Bahwa perdukunan itu syirik, meyakini hari sial itu syirik, minta-minta ke orang mati itu syirik, jimat itu syirik, ada syirik besar dan syirik kecil, harus waspada dan selalu mengoreksi diri sendiri.
Sejak itu, ngeri lah karena ternyata banyak keyakinan saya selama ini tergolong syirik, seperti keyakinan kalo nabrak kucing berarti sial, pergi gak boleh hari jumat, dst…. Kalau di kampung saya, yang dimaksud syirik ya menyembah patung berhala. gitu aja. Mana ada hari ini orang islam sekonyol itu nyembah patung? Kalau dosa syirik cuma sebatas nyembah patung, alangkah mudahnya itu dihindari?
Apalagi pas tahu banyak hal yang selama ini biasa saya lakukan, ternyata bid’ah, tidak diajarkan Rasul. Saya yang sudah telanjur ngefans dengan sholawat nariyah dan hapal di luar kepala sejak ngaji jaman SD, kaget lho jadi sholawat nariyah itu bid’ah? Sempat gak terima. Tapi tumbuhnya kecintaan untuk mengenal, “Jadi, islam yang aslinya sesuai Nabi itu gimana?”mehehesyariahItu membuat saya rela untuk melepas atribut kefanatikan dan segala hal yang sudah diyakini sejak kecil. Seandainya saya sudah anti sejak awal, kan bisa dengan mudah mudah langsung saya cap, “Wo, wahabi itu menyalah-nyalahkan orang, masak sholawatan aja nggak boleh.” Saya lalu menyadari, faktor penting orang sulit menerima kebenaran, adalah karena kebenaran itu menghantam keras pada apa yang sudah diyakininya selama ini sebagai kebenaran.
Sama, di masa jahiliyah dahulu, Sebelum Muhammad diangkat sebagai Nabi, beliau sudah digelari Al Amin (yg bisa dipercaya) oleh kaumnya, sebab memang sangat dipercaya, sampai-sampai jika Muhammad berkata, “Ada pasukan musuh di balik gunung ini.” Maka mereka percaya. Tapi setelah mendapat wahyu, mengajak untuk menyembah Allah saja, yang mana itu menghantam keras pada keyakinan kaum Quraisy saat itu, langsung berubah mereka menjuluki Rasulullah jadi Majnun, tukang sihir…
Maka dari itu, ketika ada yang bilang wahabi merasa benar sendiri, itu aneh. Sebab wahabi itu justru orang yang mau mencari kebenaran meski konsekuensinya berat karena harus meninggalkan kebiasaan masa lalu yang sudah dianggap sebagai kebenaran… Kalau sejak awal merasa sudah yakin paling benar, tentu mereka akan tetap dengan keyakinan agama kakek moyang selama ini, nggak mau diingatkan tentang syirik, bid’ah dan lain sebagainya.
Nah. Pada akhirnya, saya salut terhadap mereka ini, yang ikhlas mengajak masyarakat untuk kembali ke agama yang murni, mengingatkan orang bahaya syirik, bahaya bid’ah, meskipun dihujat banyak orang, dituduh sesat, macem-macem. Terserah orang lain menamai mereka wahabi, atau seburuk apapun, itu cuma nama saja, tidak mengubah hakikat…
Tapi anggap saja penamaan wahabi diterima. Coba cek di media netral seperti wikipedia.https://id.wikipedia.org/wiki/Wahhabisme, lalu baca, di mana penyimpangannya? Kenapa kok dimusuhi banget?
Saya juga ingin terus belajar. Semoga kita semua mendapat petunjuk untuk mencari hidayah. Hidayah datang dari Allah. Kita mencari kebenaran bukan untuk menyalah-nyalahkan orang.
Selama seseorang ikhlas untuk terus mencari agama Allah yang lurus dan menempuh jalan-jalannya, maka akan disampaikan ke tujuannya.
Kiriman @fajrin0890
0 notes