Tumgik
#celana dalam wanita
grosirpakaiandalamm · 2 years
Text
Suplier BesarTally Underwear Maros Sulawesi Selatan 0813-59852887 (Tsel)
Tumblr media
KLIK https://wa.me/6281359852887,pakaian dalam calvin klein Maros Sulawesi Selatan,pakaian dalam elena Maros Sulawesi Selatan,pakaian dalam elegan Maros Sulawesi Selatan,pakaian dalam merk elena Maros Sulawesi Selatan,pakaian dalam felancy Maros Sulawesi Selatan Kami adalah Grosir Pakaian Dalam Berkualitas Seperti Sorex, Tally, GT Man, Lydyly, Golden Nick Dsb Langsung Dari Pabrik. Model Selalu Up to date dan Terbukti Laris dipasaran. Reseller Dan Dropship Pasti UNTUNG!!! Kontak CS Kami di 0813.5985.2887 Untuk Info Lebih Lanjut.
Bisnis ini menjadi sangat menarik untuk dijalankan, untuk pilihan produk yang tersedia disini celana dalam pria, celana dalam wanita, celana dalam anak, tanktop, singlet pria, lingerie, sampai legging. Bayangkan jika dalam 1 hari 1 orang saja ganti 2-3 kali belum lagi jika punya banyak keluarga bisa dihitung berapa kebutuhan pakaian dalam mereka dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulannya? Banyak keuntungan yang anda dapatkan jika bergabung bersama kami, dari cara berjualan online, iklan produk di sosial media. Untuk pengiriman kita bekerjasama dengan banyak expedisi dan cargo seperti JNE, JNT, TIKI, POS, LION PARCEL, INDAH CARGO, PAPANDAYAN, DAKOTA dan masih banyak lainnya. Pengiriman paket pesanan setiap hari ke seluruh Wilayah Di Indonesia.
Alamat Pusat Grosir Pakaian Dalam : Bapak Yudi Sarwoko Jalan Joyoboyo No 38, Medaeng, Sidoarjo (Utara Puskesmas Medaeng, Depan SD Medaeng 1)
Gmaps : https://goo.gl/maps/3RvNiZ2RXztJTUrQ6
https://grosirpakaiandalam.net/ https://sentrapakaiandalam.com
#pakaiandalamfema #pakaiandalamfir #pakaiandalamfioribpn #pakaiandalamgrosir #pakaiandalamgoldennick #pakaiandalamgresik #pakaiandalamgstring #pakaiandalamhoneymoon #pakaiandalamhaohao #pakaiandalamhulusungai
0 notes
keranjangku-ning · 7 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Celana Dalam Anak Bahan Babydoll Velvet Libby untuk usia 1-5 thn.
Mulai Rp 25.250.
BELI DI SINI
#celanadalamanakbabydoll #cdanaklibby #cdanakvelvetjunior #cdanakmurah #cdanakmotif #velvetjunior #littlequeen
0 notes
Tumblr media
celana korset wanita murah, cari celana korset wanita, celana dalam korset wanita, harga korset celana wanita, korset celana untuk wanita
Bahan Body Nylon Spandex, tidak gampang melar, sangat nyaman dipakai setiap hari Terdapat 4 tulangan di bagian atas korset
One Size (Estimasi BB 48 Kg – 80 Kg) Panjang Korset 49cm Lingkar PInggang 66 – 100 CM Lingkar paha MAX 60 cm Material: Nylon + spandex
Memberikan efek ‘SLIM’ atau langsing secara maksimal
0 notes
madurapost · 2 years
Text
Polwan di Bangkalan Temukan 27 Gram Sabu di Celana Dalam Wanita
Polwan di Bangkalan Temukan 27 Gram Sabu di Celana Dalam Wanita
BANGKALAN, MaduraPost – Polres Bangkalan kembali Melakukan penangkapan terhadap wanita berinisial ER (31) tahun warga Desa Lantek, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan. Karena diduga sebagai pengedar sabu-sabu di Bangkalan. Hari ini, Rabu 31 Agustus 2022 Satresnarkoba kembali merilis seorang wanita ibu rumah tangga yang diketahui memiliki sabu tersebut. Polisi yang datang ke rumah tersangka,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
steven-wijaya · 5 months
Text
KENIKMATAN BERSAMA MAMA TIRIKU (Part-1)
Semenjak aku tinggal diMalang hampir dua tahun lamanya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan seorang wanita dia adalah Mama tiriku yang sudah aku anggap sebagai Mamaku sendiri.  sejak Mama tiriku bercerai dengan Papa Mama sudah jarang datang ke Malang untuk melihatku lagi.
“Saya kira Mama sudah Lupa sama Andre”, tanyaku saat Mamaku datang mengunjungi di Malang.
“Maaf sayang Mama sibuk”.
“Sibu kapa sibuk paling Mama sudah dapat pacar baru ya?, dan sudah lupa sama Andre”. Dengan Nada sedikit kesal.
“Ih kenapa sih anak Mama, kok nuduh Mama punya pacar lagi”, kata Mama sambil tersenyum sambil membelai rambutku.
“Pokonya aku ngak mau kalo mama dapat papa baru lagi”.
“Ngak sayang, Mama masih sayang Andre sebagai anak mama, jangan main curiga dulu dong sayang”, Mama terus membelai rambutku dan membuat amarahku jadi meredam.
Kemudian Mama mencium pipiku dan akhirnya kami berpelukan.
Oh iya sebelum aku melanjutkan cerita ini aku ingin mengatakan bahwa Mamahku ini bukan Mama kandung tapi Mama tiriku yang sudah merawat aku dari kecil hingga dewasa dan Mama kandungku yang asli sudah meninggal. Jadi sekarang ini aku sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
Singkat cerita setelah makan malam berdua dirumah, lalu kami bedua ngobrol-ngobrol diruang keluar sambill menyaksikan acara TV. Sambil melepas kangen yang sudah jarang bertemu Mamahku memijat-mijat tubuhku dengan posisi aku dibawah lantai sedangkan mamaku diatas kursi sofa.
“Gimana Andre pijatan Mama enak kan?”.
“Enak mah, udah kangen pijatan seperti ini, habisnya mama sudah lama ngak kesini”, kataku.
“Ya maaf Andre mama dijakarta kerjaan banyak sekali sayang”.
“Kerjaan melulu waktu buat Andre ngak ada”. Protesku.
“Yau dah sekarang Mama kan ada disini”, sambil memijat-mijat bagian ubun-ubun kelapalku.
“Andre ngomong-ngomong pacarmu sekarang siapa”, tanya mama saat memijat kepalaku.
“Belum ada Ma, tapi baru lagi pendekatan sama teman kantor” sahutku.
“Tuh kan, kamu ngelarang mama cari pacar, tapi kamu sendiri mau pacaran”, dengan nada kesal Mama berbicara.
“Pokonya Mama ngak mau Andre pacarana dulu, mendingan focus dulu dengan kerjaan biar dapat karir yang cemerlang, tapi kalau Andre tetap mau pacaran berarti Andre sudah tidak sayang mama lagi”. Ocehanya yang terus memijat kepalaku.
“Enggak kok Ma, aku masih sayang Mama”.
Selesai memijat tubuhku kemudian aku Kembali duduk berdua dikursi sofa sambil berhadapan dengan mamahku. Sambil terus ngobrol sana kesini bedua hingga larut malam tiba-tiba aku berkata.
“Ma, apa dijakarta mama ngak kesepian sejak pisah sama papa”.
“Ya kesepian sih Andre, makanya Mama main kesini biar bisa ketemu sama anak mama yang mama sayang”.
Karena aku duduk menghadap mama dengan jarak sangat dekat, tanpa kusadari kedua mataku tertuju kebagian kedua tonjolan putting susunya yang menjeplak dipermukaan kain satin dasternya karena malam itu mama ku hanya memakai baju tidur satin model daster yang sangat seksi berwarna merah muda.
“Mah, ngapai sih Mama pake baju tidur seperti itu?”.
“Lho emang kenapa sih Andre dengan baju tidur mama ini, emangnya kamu ngak suka ya”, tanya mamahku sambil memandagku.
“Tuh kelihatan”, sambil kutunjuk putting susunya yang terliaht menonjol menjeplak dibalik kain satin baju tidurnya.
“Huuuussss, Adreeee”, teriak kaget.
“Lah salah siapa sampai kelihatan seperti itu, entar jangan-jangan ngak pakai celana dalam juga”, proteseku.
“Lah kan mama kalau dirumah pakai seperti ini jarang pakai bra dan cd hanya pakai baju tidur saja, lagian disini ngak ada orang lain Cuma ada mama dan kamu Andre”.
“Tapi Ma?”.
“Memangnya Andre ngak suka ya kalau Mama pakai seperti ini?”.
“Ya suka benget dong Ma, apalagi baju tidur mama sangat seksi dan bikin Andre jadi bergairah”, senyumku.
“Huuussss, kamu ini sudah berani-berani merayu mama”.
“Aku ini sudah dewasa Ma, bukan anak kecil lagi. Apalagi melihat benda yang seksi seperti ini mana ada yang mau nolak pasti akan tertarik”.
“Mah, boleh aku peluk Mama” sambil tersenyum.
“Dengan senang hati Andre”. Kupeluk tubuh mamahku sambil kubisikan ditelinganya.
“Mah…boleh kupegan buah dada mama, Andre pingin banget Maaa…”.
“Kamu pingin ya Andre”.
“Ya ma….habisan mama pakai baju tidur seperti ini bikin adik yang dibawah jadi bangun Ma”.
Setelah mama ku menigizinkan kemudian kupeluk dan kuremas kedua buah dadanya tanpa membuka kain satin baju tidurnya yang menghalagi kedua buah dadanya.
“Uuuhhhh Ma…., sungguh terasa licinnya kain satin dasternya punya Mama”, kubisikan lagi ditelinganta saat kuremas-remas buah dadanya.
Setelah beberapa kali kuremas-remas buah dadanya kemudian kujilat dan kusedot putting susunya yang terlihat semaikn menonjol itu tanpa membuka baju tidurnya yang menghalangi putingnya itu.
“Ounghhhhh….angggghhhhhh…Andreee”, desahan kecil yang mulai terdengar dari suara mama saat kusedot-sedot putting susunya.
“Enak Ma….”, saat desahanya semakin kian mengeras.
Kemudian Mama mengarahkan tangan kananku dan meletakan disebelah buah dadanya yang tidak aku sedot.
“Andreeee….sedot….yang kuat sayannnggggg….unghhhh….ounghhhh….anghhhh dan Remas buah dada mama…..sayang”, desahan mama semakin kian keras dan tubuhnya mulai meliuk-liuk, kedua tangannya mulai medekap kepalaku sangat kuat hingga wajahku tenggelam kedalam buah dadanya.
“Ounghhhh…Andreee….bawa mama kedalam kamar sekarang”, katanya.
Tanpa berpikir Panjang lagi kubopong tubuh mama dan kuangkat ketempat tidur dengan sangat hati-hati dan kurebahkan denga posisi terlentang diatas ranjang dengan nafasnya sudah mulai terburu-buru. Kemudian aku naik keatas tubuhnya dan kutindih. Tampak kedua matanya mulai menetapku.
“Kanapa Mah?”, kataku.
“Andre udah lama mama tidak pernah disentuh oleh laki-laki selama mama bercerai dengan papahmu”, sambil berkata seperti itu, kedua tangan mama mulai melepas celana pendek dan celana dalamku.
Batang penisku yang sudah terlihat tegang itu langsung diremas-remas dan dikocok-kocok dengan kain satin dasternya oleh Mamahku.
“Ouungggghhhh…Maaa….enak….banget….”,mendengar aku mengerang kenikmatan Mama justru semakin keras mengocok penisku dengan kain satin yang licin itu.
Tak lama mengocok-ngocok penisku dengan gengaman tanganya yang dilapisi kain satin dasternya itu, membuat cairan bening langsung keluar dari lubang penisku membasai kain satin dasternya. Kemudian aku segera turun dari tubuhnya dan turun mengarah kebagian selangkanya. Melihat Mama yang sudah tidak memakai celana dalam dan terlihat sudah tidak ada lagi bulu-bulu kemaluanya yang tumbuh disekitar vaginanya yang dicukur habis membuat detak jantungku semakin berdebar kencang terpacu melihat pemandangan indah milik mamaku yang ada didepanku.
Tanpa di instruksi lagi aku langsung menjilat belahan vaginanya dengan ujung lidahku, tercium bau khas yang keluar dari belahan vaginanya dan membuatku tambah terangsang. Ketika lidahku mulai kumainkan dengan menjilat seputar belahan bibir vaginanya yang sudah mulai basah dan terasa asin itu terkena cairan vaginanya, Mama semakin kian mendesah semakin kuat.
“Andreee….Unggghh”, dengan nafas yang sudah memburu dan menahan dikepalaku dua tangan Mama yang terus menekan kepalaku.
Tanpa memita izin lagi, segera saja jari-jari tanganku membuka bibir vaginanya dan memainkan bibir vaginanya serta daging kecil yang sudah menyembul dari sela-sela vaginanya kusedot-sedot dengan bibirku.
“Unggghhh….anghhhh….Andree….kok kamu sangat pengalaman…sayang….dari mana….kamu…tau”, sambil mendesah kenikmatan mama mengatakan itu.
“Udah yang penting Mama menikamti saja”, jawab singkat dan jelas.
Aku semakin bersemangat dan terus kujilat dan kumasukan hidungku kedalam vaginanya serta kumainkan dilubang vaginanya. Terasa semakin kian nikmat desahan Mamahku menjadi erangan yang keras mengisi ruangan kamar, untungnya dirumah hanya ada kita berdua jadi mau sekeras suaranya tidak ada yang mendengarnya. Kedua tangan Mamahku semakin menekan kepalaku dan pantanya mulai digoyang-goyangkan naik turun sehingga wajahku sudah terasa basah semua terkena cairan kenikmatan yang keluar dari lubang vaginanya.
Aku terus berusaha memainkan lidahku tetapi tidak beberpa lama kemudian bisa kurasakan goyangan tubuh Mama semakin cepat dan terdengar nafasnya semakin cepat seperti seorang pelari. Tubuhnya tampak mengejang-ngejang seperti terkena tegangan 220 volt dan dibarengi oleh desahan yang sangat Panjang.
“Andree….sayaaannngggg…terusssh….jilat dan sedot semakin keras….sayanggg….anghhhh”. sambil kepalaku semakin ditekan lebih dalam lagi oleh kedua tangan Mama.
Lalu Mama terkapar lemas melepas kedua tanganya dari kepalaku dengan suara nafas yang sedikit ngos-ngosan. Aku yakin Mama baru saja mencapai titik orgasme yang sudah lama tidak dirasakan Lagi semenjak bercerai dengan papahku.
Melihat Mamahku terkapar dengan nafas yang ngos-ngosan aku segera naik dan tidur miring saling berhadapan disamping mama yang terlentang.
“Andre, kamu nakal sekali kecil-kecil udah sangat berpengalaman seperti orang dewasa”,kata Mamahku.
“Ma, Andre bukan anak kecil lagi tadi kan Andre sudah katakana, oh ya Ma boleh ngak penis Andre masuk kedalam punya Mama”, sambil ku usap-usap mama yang masih berkeringat.
“Boleh Andre, tapi kalau bisa jangan dimasukan belum saatnya ya sayang”, sambil menecup bibirku membuat aku sedikit kecewa.
“Tapi ngak enak Ma, kalau ngak dimasuki”, kataku protes.
“Kan digesek-geseki diluar saja udah enak kok Dreee, sini sayang naik ketubuh Mama”. Sambil meraih tubuhku untuk naik keatas tubuh mama yang terlentang ditempat tidur.
Begitu aku mulai naik keatas tubunya, Kedua pahanya dilebarkan sedikit dengan posisi batang penisku yang masih tegang itu pas tepat berada diatas belahan vagina Mama. Kemudian Mamahku memegang penisku untuk digesek-gesekan dibelahan bibir vaginanya dari atas kebawah secara pelahan-lahan. Dengan posisi seperti itu kesempatan aku untuk menjilat bagian leher mama.
Akupun beusaha besabar sedikti dan menunggu agar gairah dan nafsunya mamahku mulai naik Kembali karena sentuhan penisku yang kugesek-gesekan divaginanya. Kuperhatikan wajah mama mulai memejamkan kedua matanya mungkin dia sudah mulai menikamti setiap gesekan penisku divaginanya. Ketika mama menghentikan Gerakan tanganya dan melepaskan pegangan tanganya dipenisku.
“Andre, gimana enak ngak digesekan disitu”, katanya sambil memandangku.
“Lebih enak dimasukan Ma, gimana boleh kan Ma”, jawabaku sambil kudekatkan ditelinganya sambil kujilat.
Belum sempat berkata lagi Mamahku berusaha merenggagkan kedua kakainya pelan-pelan tanpa mengatakan kalimat lagi tapi mamahku masih menutup kedua matanya, karena aku masih terus menjilat telinga dan lehernya dengan kedua tangan mama masih memeluk punggungku lalu kutekan pantatku sedikit dan respon mamahku ikut menggeser pantatnya sedikit saat penisku sudah menepel dibelahan vaginanya agar lebih pas tepat ditengah-tengah lubang vaginanya, pelan-pelan kutekan sedikti penisku tepat pas tengah bibir vaginanya dan Blesss masuklah penisku sedikit demi sedikit kedalam lubang vaginanya yang sudah basah itu”.
“Unghhhhh….Andreee….kenapa dimasukan sayanggg….kamu jahat sayang” ucapan mamahku saat penisku mulai masuk kedalam vaginanya.
“Mahhh….enak gini dimasukan jadi Andre bisa menikmati dan mama juga”.
“Tapi Andreee….”, tanpa kujawab lagi pertanyaan itu langsung kugenjot penisku keluar masuk vaginanya.
Aku rasakan penisku seperti dihisap-hisap kuat didalam vagina mama dan tanpa kusadari langsung keluar dari mulutku “onghhh….Maaaa…unghhh….enak…ma….”. saking enaknya aku sudah tidak memperthatikan wajah mamahku lalu kugerkan terus tanpa henti naik turun penisku kedalam vagina mama untuk mersakan setiap gesekan keluar masuk penisku didinding vaginanya.
Tampak mamah mulai mengimbangi Gerakan yang berada diiatas tubuhnya dengan Gerakan berputar-putar pantatnya “Andreee…ounghhhh…enaaak…sayang…terusss….Dreee….terusss”, kudengar setiap desahan dan kata-kata yang sedikit terbata-bata dan dengan cepat kubungkam mulutnya dengan mulutku dan kedua tanganku kupegang diwajah mamahku. Sedangakn kedua tangan mama posisi di bagian pantatku dan terus menekan pantatku. Apabila pantatku lagi posisi naik goyangan dan Gerakan aku dan mama semakin cepat dan sampai terdengar bunyi ceplak…cplokk gesekan penisku keluar masuk vagina mama yang semakin becek.
Dengan Gerakan naik turun pantatku serta bunyi gesekan keluar masuk penisku didalam vaginanya, suara desahan mama kian makin kuat untungnya mulutnya masih kubungkan dengan mulutku sambil kumain-mainkan lidahku dimulutnya dan mama membalas menyedot lidahku.
Begitu mulutku terlepas oleh mulut mamahku, “Andree…..terussss…” kulumat lagi mulutnya dan aku masih terus menggejot tanpa henti dengan Gerakan semakin cepat hingga terdengar bunyi ceplak…ceplokk…cepak…cplok antara gesekan penisku dengan vagina mama yang sudah mulai becek membasahi kain sperai tempat tidur diaman kita masih terus untuk mencari titik orgasme.
Kedua kaki mamahku mulai menyilangkan dibagian pantatku dan Gerakan pantat mama juga ikut berputar semakin cepat mengikuti gerakanku dan tiba-tiba mama melaskan lumatan dibibirku dan langsung berkata.
“Andree…sayanggg…mama…mau hampir…Dreeee….terus tekan sayangg”, moment seperti ini tidak kusia-siakan, apalagi kebetulan aku juga sudah tidak tahan lagi menahan laju cairan spermaku yang akan keluar.
Kutekan dalam-dalam penisku sampai kedasar rahimnya dan kurasakan cengkreman kedua kakinya yang menyilang dipantatku dan juga kedua tanganya dipundaku semakin kuat sekali dan keperthatikan tubuhnya mengenjang – ngejang dan kurasakan penisku yang berada didalam vagina  seperti ada denyutan-denyutan yang mencengkram penisku saat mama orgasme.
“Ounghhh….anghhh…anghhh….Andreeee…..sayanggggg….ini enak banget sayang punyamu enak banget sayang…unghhhh”, dengan nafasnnya ngos-ngosan.
Tak lama mama orgesme beberapa hitungan detik akupun memuncratkan cairan spermaku didalam vagina mama “Maaa….aku jugaaa….mauuu….keluarrr……anghhh….ahhhhh”, belum sempat menjawab perkataanku cairan spemaku keluar Crottt….crott…crottt.
Kuperhatikan mama hanya diam sambil menikmati sisa-sisa orgasme yang kedua kalinya sambil mengantur nafasnya dan begitupun aku juga sebaliknya masih menikmati sisa-sisa orgsme sampai menghabikan sisa cairan speraku yang ada didalam tubuhku. Kami beruda diam sejenak saling berpandangan dengan posisi aku masih diatas tubuh Mama dengan penis masih tertancap didalam vaginanya dan sesekali mencium bibirnya.
“Makasih ya ma, sudah bikin puas Andre malam ini sama mamahku tersayang”. Kataku sambil mengecup bibirnya.
“Iya Andreee yang mama sayangi, mama juga makasih sudah dua kali bikin mama puas malam ini udah lama mama tidak merasakan seperti ini sayang”. Dan mama juga mengecup bibirku.
Malam itu kami tertidur pulas berdua diatas tempat tidur saling berpelukan antara anak dan mama tanpa pergi kekamar mandi karena kami sama-sama capek. Dengan posisi miring saling berpelukan didalam selimut dan mama meminta penisku jangan dilepas dari dalam vaginanya akhirnya penisku lama-lama terlepas juga dari dalam vaginanya karena sudah Kembali mengecil.
Bersambung ke Part 2
417 notes · View notes
carlcoulate · 5 months
Text
I fell in love with you before i even realized that i did.
25 januari 2020
Dalam dunia penerbangan terdapat istilah yang namanya Critical Eleven, sebelas menit paling krusial dimana kecelakaan pesawat kerap kali terjadi yakni, tiga menit pertama setelah pesawat take-off atau lepas landas dan delapan menit sebelum pesawat landing atau mendarat.
Critical Eleven sejatinya tidak hanya mendeskripsikan mengenai pesawat terbang saja, namun juga bisa digunakan untuk menggambarkan pertemuan pertama dengan seseorang. Tiga menit pertama saat kesan pertama tercipta dan delapan menit terakhir ketika segala perangai juga raut wajahnya, menjadi penentu apakah akhir pertemuan itu akan menjadi sesuatu yang lebih atau justru berakhir sebagai perpisahan.
Awalnya Maya menyangka pertemuan pertamanya dengan Hannah kemarin akan berakhir sebagai perpisahan juga dan di penerbangan berikutnya ia tidak akan bersua lagi dengan Hannah, akan tetapi takdir berkata lain kejadian kemarin malah membawa mereka pada pertemuan lainnya entah secara kebetulan atau memang sudah garis takdir Tuhan.
Di malam ini Maya ingin memenuhi janjinya dengan Hannah untuk fine dining yang sudah mereka rencanakan tempo hari, meskipun sempat di buat hopeless karena Hannah tak kunjung mengabarinya selama dua minggu namun semangatnya seketika kembali manakala perempuan itu mengiriminya pesan dan sudah menyiapkan segalanya untuk fine dining mereka.
Penampilan Maya nampak sangat elok malam ini dengan dress hitam membalut tubuhnya, tidak banyak aksesoris yang melengkapi ia hanya mengenakan kalung berliontin kupu kupu pemberian sang ibu, yang memang selalu ia kenakan kemanapun ia pergi, terlihat sederhana namun bisa memikat semua mata yang memandang. Begitu ayu penampilannya untuk di pandang.
Kedua tungkainya melangkah masuk ke dalam hotel bintang lima dan menuju restoran mewah yang berada di lantai paling atas tempat janjiannya dengan Hannah, sesampainya disana seorang pelayan menghampiri Maya dan dengan ramah bertanya,
"Selamat malam kak, meja untuk berapa orang?"
Perhatian Maya teralihkan kepada sang pelayan, "Eh kemarin temen saya udah reservasi deh kayanya." Jawabnya
"Oh, kalau begitu boleh tau atas nama siapa kak?"
"Hannah Katherine."
Pelayan tersebut untuk sementara beralih ke kasir, melihat ke monitor komputer dan kembali lagi ke hadapan Maya segera mengantarkan perempuan kelahiran januari itu menuju ke meja yang telah di reservasi atas nama Hannah, berada tepat di sebelah jendela yang mengarah langsung pada pemandangan lampu lampu kota.
Sang pelayan pergi dan Maya duduk di salah satu kursi di meja itu, kepalanya menoleh memandangi view kota yang berada dibawah sebelum ia di distraksi oleh notifikasi ponselnya.
Dari Hannah.
hannah : Saya sudah sampai, kamu?
Lantas Maya segera mengetikkan balasan untuknya.
maya : aku udah di dalem restonya hannah
Tak ada balasan lagi dari sang pilot, mungkin saja ia juga sudah naik ke lantai atas. Maya kembali meletakkan ponselnya di atas meja, dan balik memandangi pemandangan diluar jendela sembari menopang dagunya menunggu kedatangan Hannah.
"Maya?"
Kepalanya menoleh ke arah sumber suara, mendapati presensi Hannah di hadapannya dalam balutan blazer berwarna gelap dan juga celana hitam, rambut panjangnya di kuncir rapi penampilannya nampak elegan juga berkelas, kecantikannya bertambah. Ia mengumbar senyuman manis yang bisa membuat siapapun terpana termasuk Maya sendiri.
"Udah lama ya nunggunya? Maaf saya agak terlambat." Hannah mendudukkan diri di kursi yang berada tepat di hadapan Maya, sementara Maya masih diam termangu memandanginya sebelum akhirnya tersadar dari lamunan.
"O–ohh belum lama kok han..."
Hannah masih mempertahankan senyumannya sembari menganggukkan kepala, ia memandangi wanita di hadapannya sejenak memusatkan seluruh atensinya hanya pada Maya seorang.
"You look beautiful tonight."
Maya setengah mati menahan senyum, ungkapan itu berhasil membuatnya tersipu malu, untung saja keadaan restoran yang agak remang remang ini mampu menyamarkan semburat merah di pipinya.
"Thank you, kamu juga han. You look so gorgeous." Ia balik memuji Hannah, benar benar tabiat wanita sekali yang kalau di puji mesti akan balas memuji.
"Haha terimakasih, anyway kamu sudah pesan?"
Maya menggelengkan kepala sebagai jawaban, dan Hannah pun segera memanggil pelayan ke meja mereka, sambil membawa buku menu dan menyerahkannya kepada dua puan itu.
Mata Maya menelisik setiap makanan yang tertera pada buku menu tersebut, harganya yang lumayan tinggi membuat Maya agak memelotot, untuk appetizer saja bisa meraup hampir 200 ribu? Itu bisa Maya gunakan untuk makan selama 2 bulan jika sedang di mess.
"Kamu mau apa?"
Aduh, ditanya begini Maya jadi kelimpungan sendiri.
Menyadari tak ada respon dari lawan bicaranya membuat Hannah segera mengalihkan pandangannya ke Maya, "Kenapa Maya?" Tanyanya lembut.
Maya agak tergemap bingung mau menjawab bagaimana, beruntung Hannah merupakan wanita dengan tingkat kepekaan yang tinggi. Seolah tau apa yang Maya khawatirkan ia berujar,
"Pesan apapun yang kamu mau, gausah mikirin soal harga. Bills on me kok."
Jujur Maya jadi tidak enak, sebenarnya dia mampu mampu saja membayar makanan yang harganya tak masuk akal itu dengan gajinya yang di atas rata rata, tapi karena ia merupakan tipe orang yang agak perhitungan segalanya harus ia pikirkan matang matang sebelum mengeluarkan uang.
"Mmm gausah deh han, aku aja yang bayar gapapa."
Hannah tersenyum simpul, "Saya yang ngajak kamu dinner Maya, udah seharusnya saya yang nanggung semua. Lagian juga saya mau menebus rasa bersalah saya karena udah marahin kamu kemarin. Pesan aja yang kamu mau jangan mikirin soal harganya, okay?" Ucapnya berusaha meyakinkan Maya, membuat perempuan di hadapannya itu termangu sejenak sebelum menganggukkan kepala disertai senyuman hangat diwajah.
"Okay...once again thank you so much Hannah. Aku berutang budi banget sama kamu, lain kali aku bakalan bales ya?"
Figur pilot itu menggelengkan kepala, "Don't think about it. Nikmatin aja malam ini."
Beres dengan urusan memesan makanan, dua puan itu akhirnya saling bercengkrama mengenal satu sama lain lebih dekat, menceritakan perjalanan karir mereka dan bagaimana rasanya bekerja di dunia penerbangan sambil di selingi dengan candaan, kalau di lihat lihat keduanya nampak seperti sudah kenal lama padahal baru bertemu dua minggu yang lalu. Obrolan itu terus berlanjut, sampai hidangan utama telah tiba.
"So... kamu termotivasi jadi pramugari because your mom is also a flight attendant?" Hannah bertanya sembari memasukkan irisan daging ke dalam mulutnya.
"Mhm, sebenarnya aku gak pernah kepikiran pengen jadi pramugari sih dari sma tuh aku pengen banget jadi...jaksa?" Maya selingi dengan kekehan sebelum melanjutkan,
"Tapi mengingat jurusan aku yang gak ada hubungannya dengan hukum lebih tepatnya bukan hukum, jadinya aku milih untuk meneruskan perjalanan karirnya bunda menjadi pramugari."
Hannah fokus mendengarkan sembari memperhatikan wajah cantik nan lucu wanita di hadapannya, ingatkan Hannah untuk berkedip bola matanya bisa saja keluar gara gara terlalu asik memperhatikan Maya.
"Bunda masih jadi pramugari atau sudah berhenti?"
Maya hentikan kegiatan makannya sejenak ketika mendengarkan pertanyaan itu terlontar dari mulut Hannah.
"Udah berhenti han."
"Kenapa?"
"Beliau udah meninggal beberapa tahun yang lalu."
Dan rasa bersalah seketika menggerogoti hati sang pilot merasa lancang telah menanyakan hal yang tidak sepatutnya ia tanyakan, segera ia bersihkan tenggorokannya sebelum menyampaikan maaf.
"Maaf maya, saya turut berduka cita."
Maya menganggukkan kepala dan menjawab dengan senyuman manis menyertai wajah moleknya,
"It's okay, udah biasa kok."
Hannah memutar otak mencari topik obrolan lain agar sekiranya mereka tidak canggung setelah obrolan sebelumnya, "Kamu masih single atau sudah punya pasangan?"
To the point sekali ibu pilot ini.
"Aku masih single, what about you?"
"Same, saya juga masih single."
"Really? Aku kirain udah punya."
Hannah mendengus penuh humor, "Saya gak mungkin ngajak kamu dinner kalau saya sudah punya pasangan maya."
Ya ada benarnya juga, Maya merutuki dirinya sendiri akan pertanyaan bodoh itu.
"Tapi pernah pacaran?"
Hannah menatap lawan bicaranya ia nampak berfikir sejenak sebelum menggelengkan kepala, sontak membuat figur pramugari yang melontarkan pertanyaan tadi terheran-heran.
"Demi apa? Kamu gak pernah pacaran?" Kedua manik karamel yang membola, jujur Maya sedikit terkejut mengetahui fakta baru mengenai Hannah, perempuan berumur 28 tahun itu belum pernah berpacaran? Yang benar saja.
"Iya....?" Hannah menjawab, bingung dengan reaksi terkejut Maya.
Di umurnya yang hampir mendekati kepala tiga ini sudah seharusnya Hannah mencari pasangan juga, karena kalau kata keluarganya usia produktif menikah itu sebelum menginjak 30 tahun. Pertanyaan 'Kapan menikah?' Entah dari keluarga atau kerabat dekat selalu menghantui Hannah di setiap acara kumpul keluarga, namun Hannah selalu punya jawaban setiap pertanyaan tersebut di lontarkan.
"Jodoh, maut semuanya sudah ada yang atur. Kalau saya tau siapa jodoh saya sudah saya samperin dari lulus kuliah, saya ajak nikah saat itu juga. Saya yakin kok, kalau sudah waktunya pasti akan diberikan saya tinggal nunggu aja kaya yang saya bilang sebelumnya. Semuanya sudah ada yang atur."
Itu katanya.
"Kamu kenapa kaget banget?" Hannah bertanya sembari memperhatikan Maya yang keliatannya masih agak shock.
"Nggak gitu... soalnya aku liat, kamu tuh kaya tipe yang mungkin pernah lah satu dua kali punya pacar bahkan aku sempet ngira maaf ya, kamu suka gonta ganti pasangan..." Jangan heran, Maya memang agak blak blakan orangnya untungnya Hannah tidak gampang tersinggung, perempuan itu malah terkekeh gemas melihat wajah polos nan lucu yang ditampilkan Maya.
"Saya gak ada waktu buat pacaran, sibuk sama kerjaan."
Hannah menempatkan garpu dan pisaunya di tengah piring, mengarah ke angka 12 jarum jam tanda ia sudah selesai dengan kegiatan makannya, ia melipat kedua tangannya di atas meja mata teduh itu memperhatikan presensi Maya yang berada di hadapannya.
"Saya juga belum nemu orang yang tepat."
"Oh ya?" Si pramugari meletakkan garpu beserta sendoknya di atas piring membentuk huruf V terbalik, ia tertarik dengan topik obrolan ini.
"Kamu udah pernah coba ikut blind date atau download app dating gitu?" Pertanyaannya di jawab gelengan oleh Hannah.
"Saya gak suka pakai gituan."
Maya mengernyit, "Kenapa?"
"Gak suka aja, pernah coba dating app satu kali tapi baru sehari udah saya hapus. Isinya orang aneh semua."
"Kok aneh?"
"Banyak yang horny."
Ungkapan tersebut mengundang tawa dari Maya, si pemilik pipi tembam itu menutup mulutnya menggunakan punggung tangan sembari tertawa kecil dengan begitu anggunnya, merdu suara tawa si cantik berhasil membuat figur pilot di hadapannya terlena.
Iris sabit terbentuk manakala ia tersenyum dan malam itu untuk pertama kalinya, Hannah temukan wanita dengan senyuman paling menawan pemilik rambut panjang berwarna coklat, yang membuatnya tertawan akan sejuta pesonanya...
Maya Delilah.
27 notes · View notes
cellularn · 2 months
Text
The First Page
Tumblr media
Bau khas buku baru menguar di penghidu, memasuki jam rawan overthinking, perempuan berpakaian serba hitam dengan aksen merah pada tas jinjing itu menetapkan keputusan untuk bersantai di bagian pojok perpustakaan demi ketenangan pikiran walau sementara. Petang menjelang malam adalah waktu terbaik untuk sekadar melamun atau membiarkan diri larut dalam ratus lembar kertas berisi ragam peristiwa, begitu cara pikirnya.
“Mbak Ay, nggak bosen pinjem buku mulu?” untuk hari ini perempuan itu tidak sendiri, selepas menjemput adik paling bungsu ia pergi ke perpustakaan demi sebuah buku kurang dari seratus halaman yang baru dihadirkan dua hari lalu.
“Nggak,” jawab sang puan apa adanya. Ia senang meminjam buku sebab tak punya cukup ruang untuk mengoleksi buku di dalam rumah.
Laki-laki yang sejak tadi menemani hanya berdiam, sesekali mengecek ponsel dan memainkan permainan di ponsel, lalu kembali merecoki dengan melongok ke sampul buku di genggaman kakak perempuannya. “Itu baca apa, Mbak?”
Melihat gerak-gerik adiknya yang tampak begitu jauh dari kata nyaman, bukunya ditutup sebentar. “Iden sebentar, ya, Mbak mau healing. Kamu kalo mau ke kedai sebelah boleh aja, nanti Mbak telepon, oke? Bukunya tipis, kok.”
‘Tipis apanya? Itu bahkan lebih tebel dari LKS matematika?’ ujar Aiden dalam hati saat menatap setebal apa buku tersebut. Menurut dugaan Aiden yang melongok diam-diam, sepertinya ada 300 lebih halaman.
Sedikit jengkel, adik laki-lakinya menggerutu. “Ih, orang nanya doang. Tapi uang aku abis, Mbak. Tadi ketinggalan jadi cuma kebawa 10 ribu, itu pun hasil selipan tas.”
Saking pengertiannya, wanita itu terkekeh, oh jadi ini alasan mengapa Aiden hanya melamun tidak jelas di sebelahnya. “Mbak transfer ke GoPay, sana, gih, kamu di sini malah gangguin Mbak.”
“Mbak udah bilang Bunda?” sepulang sekolah, biasanya Aiden sama sekali tidak diperbolehkan pergi berkelana oleh kedua orang tua, itu kesepakatan mutlak. Bila ingin keluar bersama teman, Aiden akan pulang ke rumah terlebih dahulu dan izin kepada Ibunda tercinta karena Ayah belum kembali dari bekerja. Maka dari itu, perizinan membawanya sampai hampir malam ini dipertanyakan pada sang kakak.
“Udah. Kata Bunda nggak apa, dia bilang sekalian ajak kamu baca, tapi kamunya kan ogah-ogahan, Mbak nggak mau maksa. Jadi ntar Mbak bilang Bunda aja kamu ke kedai. Maaf, buku ini cuma ada satu stok aja, jadi Iden ikutan Mbak ke sini,” tuturnya sedikit menyesal.
Aiden menyengir. “Gak papa, Iden ngerti Mbak butuh refreshing. Makasih, ya, Mbak. Iden ke sebelah. Love you!”
“Hm, too. Mbak transfer sekarang, nanti cek.”
Sang adik dengan celana abu-abu serta sweater biru dongker mengacungkan jempolnya sebelum hilang di balik jajaran rak menjulang.
***
Rak dengan ribuan koleksi buku menjadi rumah kedua bagi seonggok pria bertubuh semampai. Shift sore-malam menjadi tanggungan per akhir bulan ini untuk sementara dikarenakan temannya perlu merawat putri kecil yang dikabarkan dirawat sebab terjangkit demam berdarah.
“Tadi banyak yang balikin buku, tapi belum aku taruh di rak lagi, tolongin ya, Sal.” Pinta wanita penjaga perpustakaan kecil itu setengah memohon.
“Sip, nanti saya rapiin. Cepetan, Kak, nanti Iren keburu ngerengek nyari Mamanya,” ucapnya santai, toh dirinya bukan seseorang yang banyak sibuk, tak masalah bila terkena pergantian shift seperti sekarang.
Dengan tergesa-gesa, Ibu satu anak itu melambaikan tangan. “Iya, nih. Makasih, ya, Sal!”
“Sama-sama, Kak Gauri!”
Usai berkoordinasi, pria itu secara cekatan membereskan tasnya, meletakkan di dalam boks besar khusus menyimpan barang pribadi sebelum mendorong tumpukan buku-buku hasil pinjaman ke tempat semula.
Ekor mata si pria menangkap seorang wanita mengerutkan alisnya di pojok ruangan, wajahnya tampak sedikit tidak bersahabat sebab tatapannya terkunci seakan sudah menyatu dengan lembar per lembar buku bacaan.
Baru kali pertama si pustakawan melihat orang sebegitu serius membaca, ia terlalu banyak menengok pengunjung yang membaca di dalam tak betah dan berakhir hanya melamun alih-alih menghabiskan seratus lembar buku. Ah, sepertinya ia terlalu lama menelaah sampai lupa ada banyak hal untuk dikerjakan.
***
“Mas, kalo saya pinjamnya sekitar sebulan boleh nggak?” tiga tumpuk buku dengan halaman ratusan mendarat di meja dekat pintu tempat di mana para pustakawan biasanya melayani.
“Sesuai sama peraturan di sini, belum bisa, Kak. Maksimal dua minggu seperti biasa,” jelas sang pustakawan.
“Duh, saya ada acara di luar kota dan perkiraan waktunya sampai satu bulan. Boleh, dong, ya?” rayu perempuan di hadapan dengan binar melasnya.
Masih dengan senyum, pria itu menghela napas. “Kalau gitu kenapa nggak beli aja bukunya, Kak?”
“Rumah saya udah jadi gudang buku, Mas, udah nggak ada space lagi. Saya di jalan bosen nih, nggak ada buku.”
“Buku elektronik banyak, nggak perlu sewa sebulan, lho.” Solusi diberikan pada—si ngeyel—pelanggan pertamanya hari ini.
“Buku fisik lebih nyaman dibaca, Mas. Satu bulan, ya?” entah berapa lama ia perlu merayu agar luluh hati pria ini, yang jelas ia perlu buku itu untuk menemani perjalanan panjangnya yang dimulai dari akhir pekan.
“Ini bukan langganan Spotify, Kak. Kalau mau bayar denda 200.000 per buku pinjaman karena telat dua minggu. Gimana?” tawarnya. Itu sesuai peraturan absolut perpustakaan, di mana satu buku telat dikembalikan selama satu minggu, maka satu lembar uang merah menjadi pengganti.
“Mas, emang beneran se-nggak bisa itu? Saya langganan di sini, udah ada booklabs card juga, masak iya nggak ada privilege?” binaran putus asa sekarang dijadikan senjata demi rayuan terakhir.
Namun, reaksi pria itu masih teguh pendirian. “Mau poinnya sampai 100.000 pun nggak akan ada privilege sewa buku satu bulan, tertera di sana tulisannya mendapat buku segel gratis jika poin mencapai 4.000, ‘kan? Nggak ada tulisan ‘Anda akan mendapat kesempatan meminjam buku lebih dari tenggat waktu yang tercantum’. Saya cuma orang yang jaga, Kak, nggak bisa ambil keputusan juga.”
“Aduh, ya udah, deh. Kira-kira dua yang lain ini bakal ada yang keep nggak dalam waktu sebulan ke depan?” perkiraan ia akan meminjam kembali adalah sebulan lagi, ia ingin memastikan apa bisa setelah kembali dari kegiatannya ia pergi kemari untuk segera meminjam buku tersebut.
Raut wajah pria itu tampak berpikir. “Ya ... tergantung. Karena ini buku keluaran terbaru dan kami nggak punya banyak stok, kemungkinan ada.”
“Keep buat saya bulan depan, bisa, Mas—“ dibacanya nama di bagian dada sang pustakawan. “Salim?”
Mendengar namanya disebut, Salim terkekeh, “nggak bisa, Kak.”
“Capek, deh.” Perempuan itu menepuk jidatnya, kemudian memisahkan buku paling tebal untuk dipinjamnya dua minggu ke depan. “Ini dicap dulu, Mas, saya jadi pinjam yang ini aja.”
“Sebentar, ya.” Pria yang dirasa memiliki tingkat kesabaran rendah tetapi mudah mengendalikan itu mengecap kartu yang diselipkan di halaman paling depan buku sebagai keterangan dengan stempel berlogo perpustakaan bernama “booklab.studio” dan memberikannya pada wanita di depan meja.
“Member card-nya dibawa?”
“Ini, Mas.” Ia menyodorkan kartu bercorak minimalis khas interior perpustakaan.
Salim memindai kode dari kartu tersebut supaya poin beragam keuntungan itu menambah dan bisa ditukarkan dengan buku gratis saat jumlahnya mencapai 4.000 poin.
“Terima kasih, Kak Ayla. Have a good day!” di sana pula Salim mengetahui siapa nama pelanggan yang memohon padanya tadi.
“Serius nggak bisa sebulan?” masih juga.
Salim tertawa. “Nggak bisa, Kak.”
Ayla memanyunkan labiumnya. “I will not have a good day, fyi.”
Serius, pria itu tak hentinya terkekeh melihat bagaimana bibir wanita itu tertekuk karena inginnya tak dituruti. Mau bagaimana lagi, Salim bukan siapa-siapa yang mampu seenak jidat mengubah peraturan berdasar luluh lewat cemberut. “Smile. It'll be help. Kalo ada bukunya, saya hubungi.”
Langkah yang semula ingin melewati pintu kembali berbalik. “Lewat?”
“Dari member card kan ada alamat e-mail. Nanti saya kabari lewat e-mail.” Tunjuk Salim pada komputer di hadapan. Membuktikan bahwa perkataannya benar.
“Yes! Thank you, ya, Mas Salim!” binaran ceria kini menghiasi wajah manisnya, ia bergegas pergi dengan langkah bergegas, tak lagi lesu seperti sebelumnya.
Pria tersebut bergeleng. Ada-ada saja jenis manusia masa kini.
3 notes · View notes
grosirpakaiandalamm · 2 years
Text
Suplier BesarTally Underwear Gowa Sulawesi Selatan 0813-59852887 (Tsel)
Tumblr media
KLIK https://wa.me/6281359852887,pakaian dalam calvin klein Bantaeng Sulawesi Selatan,pakaian dalam cina Bantaeng Sulawesi Selatan,pakaian dalam Bantaeng Sulawesi Selatan,pakaian dalam calvin Bantaeng Sulawesi Selatan,pakaian dalam casual Bantaeng Sulawesi Selatan Kami adalah Grosir Pakaian Dalam Berkualitas Seperti Sorex, Tally, GT Man, Lydyly, Golden Nick Dsb Langsung Dari Pabrik. Model Selalu Up to date dan Terbukti Laris dipasaran. Reseller Dan Dropship Pasti UNTUNG!!! Kontak CS Kami di 0813.5985.2887 Untuk Info Lebih Lanjut.
Bisnis ini menjadi sangat menarik untuk dijalankan, untuk pilihan produk yang tersedia disini celana dalam pria, celana dalam wanita, celana dalam anak, tanktop, singlet pria, lingerie, sampai legging. Bayangkan jika dalam 1 hari 1 orang saja ganti 2-3 kali belum lagi jika punya banyak keluarga bisa dihitung berapa kebutuhan pakaian dalam mereka dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulannya? Banyak keuntungan yang anda dapatkan jika bergabung bersama kami, dari cara berjualan online, iklan produk di sosial media. Untuk pengiriman kita bekerjasama dengan banyak expedisi dan cargo seperti JNE, JNT, TIKI, POS, LION PARCEL, INDAH CARGO, PAPANDAYAN, DAKOTA dan masih banyak lainnya. Pengiriman paket pesanan setiap hari ke seluruh Wilayah Di Indonesia.
Alamat Pusat Grosir Pakaian Dalam : Bapak Yudi Sarwoko Jalan Joyoboyo No 38, Medaeng, Sidoarjo (Utara Puskesmas Medaeng, Depan SD Medaeng 1)
Gmaps : https://goo.gl/maps/3RvNiZ2RXztJTUrQ6
https://grosirpakaiandalam.net/ https://sentrapakaiandalam.com #pakaiandalamdewasamurah #pakaiandalamdenpasar #pakaiandalamdalambigsize #pakaiandalamduri #pakaiandalameceran #pakaiandalamecer #pakaiandalameanita #pakaiandalamexclusivedx #pakaiandalamfiori #pakaiandalamfelancy
0 notes
fakeloveros · 2 years
Text
Sweet Dream
Iwaizumi x Fem! Oikawa 🔞 Words: 846 words This one supposed to be in the same universe as this, but I decided to change the age :p
Tumblr media
Hal yang dilakukan berulang kali biasanya akan menjadi kebiasaan. Dan kebiasaan yang tak bisa dihilangkan akan menjadi candu sehingga sulit untuk berhenti.
Apalagi jika individu yang melakukan memang tidak memiliki tekad untuk berhenti.
Namun dalam kasus ini, mereka terdiri dari dua invididu yang tak ingin kebiasaan itu dihentikan. Sudah terlanjur menjadi candu, sebab hasrat memang sesuatu yang tak bisa dilawan manusia.
Oikawa menyumpahi tanggal PMS-nya yang semakin dekat. Ia tahu karena aplikasi tracking PMS-nya sudah memberi peringatan demikian. Ia pun tahu di tanggal-tanggal seperti ini hormonnya sedang meningkat pesat, tak ayal membuat kontak fisiknya dengan sang sahabat sekarang memiliki efek berlipat ganda di tubuhnya.
Tangan besar Iwaizumi, yang biasanya digunakan untuk memukul kencang bola voli, kini berada di balik roknya yang tersingkap. Tak tanggung-tanggung bokongnya diremas-remas, otomatis pinggulnya maju hingga menyentuh sesuatu yang keras. Oikawa mendesah di tengah ciuman intens yang mereka lakukan begitu mengingat kejantanan sahabatnya pernah bergesekan dengan vaginanya. Ia ingat betapa besarnya penis pria itu— dengan warna sedikit gelap, namun urat di sepanjang batang yang tetap terlihat jelas saat menegang.
Oikawa tak sabar diboboli keperawanannya dengan bagian tubuh Iwaizumi yang masif tersebut.
Namun, kembali ke aktivitas mereka sekarang— hanya deru napas, serta kecipak basah bibir yang terdengar di ruangan kelas yang telah sepi itu. Riskan, memang, melakukannya di tempat terbuka seperti ini. Tapi apa boleh buat, nafsu sudah keburu membutakan mereka.
Perlahan namun pasti, Oikawa bisa merasakan tubuhnya didorong hingga menempel pada dinding. Bibir Iwaizumi telah turun menuju lehernya, memberi kecupan dan gigitan-gigitan kecil yang Oikawa tahu bekasnya perlu ia tutupi dengan concealer keesokan hari. Tapi Oikawa tak peduli, sebab meski mereka masih bersahabat, ia ingin menjadi satu-satunya wanita yang dimiliki pria itu.
Kendati hanya fisiknya yang dimiliki.
Jari-jari Iwaizumi bergerak frantik membuka kancing kemejanya. Oikawa turut membantu karena ia sudah tak sabar ingin merasakan sentuhan pria itu di atas dadanya. Benar saja— begitu kancing kemejanya terbuka semua, Iwaizumi langsung menurunkan bra hitamnya. Oikawa memutar bola mata, sepertinya ia harus mengajari sahabatnya itu cara membuka bra yang benar suatu hari nanti.
Bukan sekarang yang jelas karena mereka memiliki prioritas yang lebih penting.
Puting susunya langsung mengeras di bawah udara terbuka ruangan. Oikawa tak bisa menahan lenguhan yang keluar begitu bulat dadanya digenggam rakus, diremas, bahkan dipelintir putingnya dengan dua jari. Pinggulnya bergerak gelisah, mencari friksi yang tak kunjung datang. Tapi Iwaizumi seolah tidak ingin melewatkan kesempatan mengulum puncak dadanya, bak seorang anak kecil yang kesenangan karena diberi permen. Mulutnya menganga, nyaris mengeluarkan pekikan manakala Iwaizumi menggigit dan menarik putingnya yang basah oleh saliva. Oikawa harus mengingatkan dirinya sendiri bahwa mereka sedang berada di tempat terbuka. Meskipun tidak ada siapa-siapa di sana, bukan berarti takkan ada orang yang lewat sewaktu-waktu.
Saat mulut Iwaizumi berpindah ke dada yang satunya, tiba-tiba ada tangan yang menangkup selangkangannya dari luar. Kali itu, Oikawa tidak bisa menahan erangan keras yang terlontar, apalagi saat labianya ditekan dan diremas dari luar. Jemari pria itu memijat vaginanya dengan lihai, memancing desah ah, ah, ah, kecil dari bibirnya. Klitorisnya mulai berkedut, minta diberi atensi yang sama.
Tangannya yang bebas lantas menghentikan gerakan Iwaizumi dengan mencengkeram pergelangan tangan pria itu. Ia lalu mengarahkan tangan sangan pria agar menyentuhnya dari balik celana dalamnya yang mulai basah— becek akibat cairan yang terus keluar.
Iwaizumi patuh dan langsung meraba-raba, serta memainkan hangat vaginanya sampai tungkainya tersentak beberapa kali saat jari pria itu dengan sengaja menekan-nekan klitorisnya yang membengkak. Oikawa menggigit bibir, peluh mengalir dari kedua pelipisnya manakala ia menerima serangan bertubi-tubi di titik sensitifnya. Pandangannya tak lagi fokus karena terlalu larut dalam sensasi tersebut.
"Teriak aja, nggak bakal ada yang denger," bisik Iwaizumi, sedikit mengangkat ujung bibir seolah terhibur melihat reaksinya. Oikawa menggelengkan kepala, pikirnya bisa bahaya kalau ada yang mendengar.
"Kalau gitu, biar gue bikin lo teriak."
Barulah saat Iwaizumi memasukkan dua digit jari ke lubangnya yang sudah licin dan lengket, Oikawa berteriak—
—dan terbangun.
Ia terbangun dengan napas terengah, seolah dirinya habis berlari kencang. Namun nyatanya, dia hanya baru saja memimpikan sahabatnya sendiri.
Di ruang kelas.
Dan tubuhnya dijamah oleh pria itu.
Oikawa perlahan bangkit dari posisi tidurnya. Ia mencoba mengatur detak jantungnya agar kembali ke ritme semula. Matanya melirik ke samping, ke arah jam digital yang ada di atas nakas.
Baru pukul enam dan ia terbangun gara-gara bermimpi basah.
Walaupun secara teknik wanita tak mengalami mimpi basah, Oikawa menganggap yang barusan sama saja. Buktinya, sekarang ia merasa celana dalamnya sedikit lengket.
Atau bisa saja itu karena menstruasinya akhirnya tiba.
Oikawa menghela napas, lalu menyisir rambut panjang cokelatnya yang sudah hampir mencapai punggung dengan frustrasi. Ia tidak yakin bisa menatap mata Iwaizumi hari ini begitu tiba di sekolah. Tapi jika ia menghindar, sahabatnya pasti akan langsung sadar.
Seperti mengindikasikan kebenaran tersebut, ponselnya tiba-tiba berdenting nyaring. Oikawa meraih benda pipih itu dan membuka kunci layar untuk mengecek pesan yang masuk.
Woy bangun cepet
Dari Iwaizumi.
Nanti gue jemput
Mau tak mau, Oikawa tersenyum membaca pesan tersebut. Ia merenung sesaat lalu menggeleng pasti, berusaha mengusir bayang-bayang mimpinya barusan.
Ia tak boleh terbiasa dengan semua ini.
Karena bagaimanapun, mereka hanyalah sahabat.
14 notes · View notes
danastriolivia · 2 years
Text
Rio
Tumblr media
@raqqun
Perihal lelaki yang mengenggam seluruh masa bersamaku.
Tulisan ini kulayangkan saat kelam menyelimuti seluruh bagian antariksa, dan ketika malam benar-benar menenggelamkanmu dalam lelap.
Hampir satu tahun berlayar, kurawat separuh dari hati yang sebenarnya ingin kulayangkan padamu. Corak tresna yang masih memerah ini, tentunya akan melukis rona dalam pipimu. Mungkin, andaikata hal itu terjadi, aku akan segera salah tingkah, tersipu malu, atau bisa jadi hatiku akan berdegub dengan sangat kencang. Menatapmu adalah kausa bagi diriku untuk menakhlikkan girang dalam riang. Untuk itu, beribu-ribu syukur mestinya kuhaturkan kepada Semesta.
Segala hal yang masih kukenang, kita adalah mahasiswa baru saat itu. Belum mencuatnya rasa yang kita sebut sebagai ‘cinta’. Kita hanya bersemuka dalam layar gawai, lalu bertutur kata selayaknya rekan sebaya pada lazimnya.
Entah. Sudah berapa banyak lintas pertemuan yang kita lalui, demi menatap lengkung kurva yang merekah. Perihal bagaimana kau menyeru nama panggilanku, yang acapkali mendengung dalam bilik hati. Pertemuan pertama yang masih kuingat dengan jelas adalah saat kita mampu menembus dinginnya udara malam, dan motor yang kita naiki berdua. Kurasakan kehadiranmu dengan sangat nyata, dan raga kita yang saling berdampingan. Dan dengan bodohnya, aku berpikir apakah kau masih mengingat dengan jelas peristiwa saat itu, Sayang?
Tidak ada kata yang tepat untuk memanifestasikan sebuah perasaan saat itu.
Ironisnya, aku mulai mendambakan suatu hal yang lebih dari sekedar pertemuan. I still remember the first time we held hands. I was so curious to know where our stands. Setidaknya, itulah yang kupikirkan, demi memperhatikan, kenapa laki-laki yang sebatas mengenakan kaos hitam dan celana kelabu itu, terlihat tampak cukup sempurna.
...
Adalah Rio, begitulah orang-orang memanggilnya. Nama Rio yang dihaturkan oleh ibu dan bapaknya, adalah sebuah hasrat agar ketentraman selalu melekat dalam tabiatnya. Ia dikenal sebagai Penanggung Jawab Kelas yang paling tunduk dengan titah dosen. Sepanjang riwayat kisah kasih, Rio tak pernah goyah dalam prinsip kesetiaannya. Baginya, satu wanita cukup menggenapi separuh atma hingga hayatnya. Oh, iya, aku sendiri menjulukinya sebagai Ririo. Sebagai isyarat bahwa atensi dan afeksi yang tak mengenal kata paripurna dalam hidupnya.
Meskipun aku dan Rio memiliki selisih usia yang terpaut satu tahun lebih muda, akan tetapi, tak menjadikan kami ingkar dalam darma asih. Justru Rio adalah teman hidup paling sebahu untuk sekadar berdiskusi suatu perkara atau sekadar berbagi kisah.
Ketentraman itu tercelik manakala ia sanggup menyajikan atensi sebagai sagu hati dari renjana yang tak lekang dimakan usia. Dengan perangai tabahnya itu, ia sanggup memecahkan berbagai kesulitan, serta mengalah yang menjadi salah satu jati dirinya sebagai sosok yang tegap tangguh.
Mojokerto sendiri telah menjadi saksi bisu atas berbagai riwayat hidupnya yang penuh pancawarna. Dengan kehadirannya pada pertengahan Maret, ia mampu menebar seri pada benak orang sekitar.
SMAN 1 Puri adalah persemayaman pendidikan yang ia lakoni selama tiga tahun, dengan bidang IPA sebagai ketertarikannya. Akan tetapi, talenta yang ia miliki mengharuskannya untuk alih minat serta hasrat. Bermula dari karangan pendek yang ia rangkai secara runtut, hingga dunia sastra yang menjadi destinasi terakhirnya di perguruan tinggi.
Salah satu prinsip yang ia pijak adalah, “Karena, aku bakal nepatin janjiku, dan aku akan terus setia. Bahkan, aku bakal nunggu kamu balik kalaupun kita sampai pisah.”
Rio adalah alasan mengapa sampai hari ini aku masih menunggu sudut itu. Sudut dimana orang-orang memanggilnya dengan ‘Rindu’.
—Tertanda cinta untuk @raqqun ❤️
31 notes · View notes
steven-wijaya · 4 months
Text
Melayani Nafsu Tante Nana yang Ditinggal Suami
Perkenalkan namaku Andre aku seorang mahasiswa fakultas hukum disalah satu universitas yang ada di yogyakarta. Diyogya aku tinggal di sebuah komplek perumahan didaerah kalasan dan tinggal sementara hanya seorang diri saja.
Selama tinggal di komplek perumahan tetangga dekatku adalah tante Nana, seorang wanita beranak satu dan suaminya bekerja disebuah pengeboran minyak didaerah Kalimantan dan pulang kerumah bisa seminggu sekali kadang bisa dua minggu sekali tergantung pekerjaanya. Usianya Tante Nana kira-kira sudah sekitar berkepala 40-41 tahun, namun bentuk tubuhnya itu masih terlihat langsing dan tidak gemuk sedikit pun seperti wanita berusia 18-19 tahunan.
Tak terasa sudah hampir setahun sudah aku tinggal diyogya, hubungan dengan Tante Nana semakin lebih dekat seperti keluarga sendiri dan di akhir tahun aku mulai merasakan ada tanda-tanda gejolak nafsu yang amat sangat terhadap Tante Nana karena penampilanya semakin lama semakin tambah seksi saja.
Malam Jumat, kulihat cuaca diluar sangat tidak mendukung dan tiba-tiba hujan turun sangat deras dengan diikuti suara gemurung petir diatas langit. Malam itu dirumah aku terasa kesepian apalagi hari ini adalah hari kelahiranku dan aku hanya duduk santai seorang diri sambil menghisap rokok, namun malam semakin tidak mendukung karena cuacanya hujan yang sangat deras. Aku berusaha mencari kesibukan dengan membuka laptop sambil browsing mencari berita-berita saat ini dan sesekali membuka situs-situs bokep.
Begitu hujan mulai reda, tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara bunyi pintu pagar rumahku sambil memanggil namaku.
“Mas Andreee….Mas…..”, begitu aku menemuinya ternyata Tante Nana tetangga sebelahku.
“Ada apa tante?” aku mulai bertanya.
“Andre bisa minta tolong pasangin lampu kamar ku yang ada dikamar”.
“Bisa tan”.
Lalu aku segera mengikutinya Tante Nana dari belakang menuju rumahnya. Malam itu kulihat Tante Nana hanya memakai daster satin yang sangat licin dan saat aku mengikutinya dari belakang aku menjadi terangsang melihatnya penampilan tubuhnya yang hanya terbalut daster satin itu. Begitu sampai dirumahnya, Tante Nana langsung mengambilan sebuah lampu yang akan dipasang dikamarnya. Saat memberikan lampu itu kepadaku ternyata Tante Nana sudah tidak memakai Bra lagi didalam dasternya karena tampak jelas kedua putting susunya yang menjeplak keluar menembus kain satin dasternya seperti dua buah biji salak terlihat dihadapanku dan aku sempat gemetar melihatnya itu.
Saat itu aku harus tetap berkonsentrasi untuk memasangkan lampu yang ada di dalam kamarnya. Setelah selesai kukerjakan, cepat-cepat aku keluar dari dalam kamarnya dan berusaha tenang, kemudian aku diminta untuk duduk dulu diruang tengah sambil menikmati secangkir kopi panas yang sudah disiapkan Tante Nana. Aku duduk sambil melihat tayangan TV dan aku lihat anaknya yang baru satu sedang tidur pulas di depan TV. Kemudian tidak berapa lama Tante Nana langsung memindahkan anaknya ke kamar. Sekarang tinggal aku dan tante Nana berdua di ruangan tengah.
Kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 22.30 dan aku segera minta izin untuk pulang rumah tapi aku ditahan oleh Tante Nana dan ia meminta malam ini aku untuk menemaninya ngobrol. Semakin lama aku ngobrol dengan Tante Nana semakin lama batang penisku didalam celana semakin mau pecah rasanya karena melihat penampilan tubuhya yang terbalut daster satin itu yang dekat sekali denganku. Apalagi ditambah penampakan putting susunya itu yang membikin kedua mataku tak henti-hentinya meliriknya.
Semakin lama kami berdua mengobrol diruang tengah dengan bumbu obrolan sedikit berbau seks tanpa kusadari tante Nana mulai mendekatiku dan meletakkan kepalanya di bagian paha sebelah kiriku dengan posisi aku duduk bersandar dikursi sofa. Perasaanku mulai tak karuan, jantungku berdebar sangat keras serta sekujur tubuhku terasa dingin. Karena aku takut ketahuan bahwa batang penisku dari tadi sudah tegang. Tiba-tiba tangan tante Nana mulai bergerak menuju selangkanganku, dan meremasnya kemudian mengusapnya. Saat itu aku memakai celana pendek sangat longgar.
“Lho Andre, ini kamu kok bangun pasti kamu pikiranya macam-macam ya?”, tanya tante Nana.
“Maaf Tan, bukan mikir macam-macam dari pertama lihat Tante hanya pakai daster seperti itu bikin Andre Hornny”, Saat itu aku sangat malu untuk mengatakan itu.
“Ounghhh, soalnya aku kalau dirumah apalagi pas mau tidur Sukanya pakai pakai tidur seperti ini Andre”.
“Wah enak ya Tan kalau bisa jadi teman pendamping hidup Tante tiap malam bikin Hornny terus”, candaku kepadanya.
“Kamu suka ya Andre?”. Sambil menatapku dan bangkit dari pangkuan yang menidih pahakku.
Belum kujawab tiba-tiba Tante Nana langsung melumat bibirku dan kubalas dengan lembut lumatan bibirnya itu. Kemudian Tante Nana mematikan lampu dan memintaku pindah ke kamarnya dengan menarikku ke atas tempat tidur. Pikiranku sudah sangat tidak bisa aku control lagi karena sudah dirasuki dengan hawa-hawa nafsu. Sesampainya didalam kamarnya tubuhku langsung diterlentangkan diatas ranjang kemudian ditindih oleh Tubuh Tante Nana, bibirku dilumatnya habis oleh bibirnya sambil kita beradu kenikmatan antara bibir dan lidah menjadi satu.
“Andre, malam ini puaskan aku ya”, katanya sambil membisikan ditelingaku sambil menjilat dengan lidahnya.
Aku sudah tidak menjawab lagi perkataan yang keluar dari mulut Tante Nana karena aku sudah terbawa oleh  rangsangan oleh Tante Nana yang mulai menuruni lekuk tubuhku dengan jilatan lidahnya sampai pada selangkanganku dan membuka celanaku. Dalam hitungan detik seluruh pakaianku sudah terlepas dari tubuhku dan batang penisku yang sudah tegang seperti Menara langsung dilumat habis masuk kedalam mulutnya. Dengan lembut dan penuh nafsu, penisku dipegangnya, kadang dijilatnya kadang dihisapnya namun juga kadang digigitnya hingga sampai pada buah zakarku juga di kulumnya.
“Andre, jangan keluar dulu ya?” ujarnya dengan mulutnya yang tertutup oleh penisku.
“Unghhhhh…..Tanteee…..”, hisapanya sungguh luar biasa membuat aku dibawa ke langit ketujuh.
Aku sangat mengerti bahwa tante Nana sangat kehausan akan seks karena hampir seminggu jarang disentuh oleh suaminya. Seperti orang yang lama tidak pernah disentuh, dengan ganasnya Tante menghisap penisku dan aku mulai merespons. Dengan naluri rangsangan, aku dorong tubuh Tante Nana terlentang diatas ranjang kemudian tanpa membuka dasternya langsung saja kulumat putting susunya yang terlihat menonjol menjeplak diluar kain satin dasternya yang begitu besar seperti biji salak. Aku hisap dan kumain-mainkan lidahku di sekitar puting susunya, Tante Nana mulai terangsang sambil menggeliat-geliat dan menekan kepalaku agar aku lebih keras lagi menghisapnya.
“Andre,….Unghhhh….sedottt….yang kuat sayangggg”.
Tak lama aku bermain di sekitar kedua putting susunya secara bergantian, setelah puas memainkan kedua putting susunya jilatanku mulai turun kebagian yang sensitif di antara selangkangannya. Dengan cara kujilat menelusuri licinya kain satin dasternya yang menutupi tubuhnya, sambil kutarik celana dalamnya dengan kedua tanganku melewati kedua kakinya hingga terlepas dari tubuhnya.
Kemudian kujilat dan kusedot-sedot bagian lubang vaginanya, aku sangat paham mana yang harus aku jilat dan kulumat. Hingga pada akhirnya karena Tante Nana sudah tidak dapat lagi menahan gairah nafsunya itu Lalu aku didorong ke samping tubuhnya dan kemudian dengan cepat tubuhnya mulai kembali menindih tubuhku yang terlentang diatas ranjang. Tangan kanan Tante Nana langsung memegang penisku yang sudah sangat tegang itu kemudian dengan perlahan langsung diarahkan kelubang vaginanya yang sudah sangat becek itu dan memasukan batang penisku kedalam vaginanya.
Blesss….dengan mudahnya penisku langsung masuk kedalam vaginanya yang sudah sangat becek itu. Kemudian Tante Nana mengoyang-goyangkan pinggulnya seperti orang naik kuda diatas tubuhku dan kadang menaikan dan menurunkan pantatnya hingga penisku masuk lebih dalam sampai  kedasar rahimnya. Hampir 10 menit dia bertahan pada posisi itu, hingga akhirnya Tante Nana mendesah sangat kuat menahan sesuatu yang akan dirasakan akan segera keluar sambil mencengkeram bahuku.
“Andreee….anghhh….unggghhhh….anghhh, aku  keluaaaarrrrr”, tubuh Tante Nana mengejang-ngejang saat merasakan pucak orgasme.
Desahan nafasnya terlihat sangat ngos-ngosan saat merasakan orgasme, dan kubiarkan sejenak sampai nafasnya mulai normal Kembali. Kemudian setelah puas merasakan orgasme tubuhnya kudorong terlentang diatas rajang dan aku segera naik keatas tubuhnya dengan posisi penisku masih berada didalam vaginanya dan Kugenjot Kembali penisku keluar masuk  kedalam vaginanya. Lalu aku mengambil posisi menidih tubuhnya di antara selangkangannya yang mulai menjepit kedua kakinya menyilang ketubuhku.
Kugenjot penisku keluar masuk vaginanya dengan posisi aku diatas dan Tante Nana dibawah hingga 15 menit lamanya dan tak lama lama kemudian kurasakan cairan spermaku akan keluar.
“Tanteee….akuuuu….mauuuu…keluarrr……”, sambil mendesah kenikamatan aku terus mengenjot penisku keluar masuk vaginanya.
“Andree…..ungghhh…..anghhh…..keluari aja didalam”, baru saja Tante Nana mengucapkan kata-kata itu cairan spermaku keluar didalam vaginanya.
Crottt….crottt….croott, cairan spermaku keluar sangat banyak membasahi rahimnya dan tubuhku mengejang-ngejang saat cairan itu keluar dari dalam penisku.
“Anghhh…ahhhh….ahhhh….ahhhh”, teriaku saat cairan spermaku keluar.
Tubuhku langsung jatuh diatas tubuh Tante Nana yang terlentang diatas ranjang sambil menikmati sisa-sisa cairan spermaku habis didalam vaginanya. Kemudian aku langsung dipeluknya erat-erat dan Tante Nana meminta aku tidak boleh mencabut penisku sampai kita benar-benar bedua tertidur.
Terdengar suara samar-samar dari kejauhan, orang sudah ramai di luar seperti tukang roti dan tukang sayur yang keliling dikomplek perumahan. Aku terbangun dan kulihat tak ada seorangpun di sampingku dengan pintu kamar masih tertutup rapat dan hordeng jendela masih tertutup. Aku sempat kaget dan kulihat diriku dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang menempel di kulitku. Aku berusaha mencari pakaianku yang tadi malam dilempar ke sisi tempat tidur Tante Nana.
Tak berapa lama kemudian Tante Nana membuka pintu dan masuk kembali ke dalam kamar.
“Andre! Kamu sudah bangun ya?”
“Ya..Tan” jawabku sambil melihat seluruh tubuh Tante Nana yang ternyata baru selesai mandi dengan masih memakai daster satin yang semalam yang dipakainya saat kita berhubungan seks.
Daster satin yang sangat seksi yang hanya menutupi tubuhnya sebatas pangkal pahanya tanpa Bra dan Cd lagi didalamnya.  Lalu Tante Nana duduk di pinggir tempat tidur sambil memandangi tubuhku yang masih diatas ranjang. Tiba-tiba saja penisku yang sudah loyo bangun Kembali. lalu aku mendekatinya dan sempat kucium bahunya, namun dengan gerakan yang cepat sekali aku didorongnya ke atas tempat tidur oleh tante Nana dan tanpa basa basi lagi dikulumnya langsung penisku hingga basah oleh air liurnya.
Pagi-pagi belum sempat bangun dari tempat tidur aku sudah mulai on kembali oleh kuluman, hisapan, dan belaian tante Nana pada penisku. Kemudian tampak kedua putting susunya terlihat sangat menojol menjeplak dikain satin dasternya kemudian langsung kulumat dan kusedot putting susunya yang sudah agak mengeras itu. Kujilat, kuhisap kadang kuremas pada buah dadanya  yang satunya.
Tubuhku kembali didorong terlentang dan ditindihnya lalu.. Bless..Ternyata penisku sudah digiringnya masuk kembali ke dalam lubang vaginanya. Dengan agresif dan penuh nafsu Tante Nana mengoyangkan maju mundur pantatnya hingga aku pun mengiringinya dari bawah, sambil kuremas-remas kedua buah dadanya dengan kedua tanganku.
“Anghhhh.. Aahhh.. Ahhhh.. Ohh, Andreeee bikin aku puas seperti semalam sayang….anghhhh”.
Baru 5 menit Tante Nana mengoyangkan pantatnya Lalu mencabut penisku dari dalam vaginanya dan membersihkannya dengan kain satin dasternya yang masih dipakainya, kemudian dimasukan Kembali penisku oleh Tante Nana kedalam vaginanya dan aku dengan ganasnya mengoyang-goyangkan sambil kutekan kembali hingga Tante Nana berteriak kecil.
“Aanghhh….Oohh….ooohhhh, Andreeee..Mentok nih? Terus Andre tekan punya kamu, oh Andreee”.
Aku mencoba memasukkannya lebih dalam dan menekan penisku agar lebih masuk kemudian aku mencoba dengan perlahan kugerakkan maju mundur diiringi goyangan pinggul Tante Nana, sesekali kedua pahanya mengapit rapat. Dengan mengulum putting susunya dari luar dasternya sangat kuat dan aku mulai merasa ada cairan yang ingin keluar dari dalam penisku dan akhirnya karena aku tidak dapat menahan lagi, aku keluar cairan spermaku didalam vaginanya dengan iringan desahan Panjang Tante Nana yang ternyata juga merasakan orgasme secara bersamaan.
Setelah selesai, aku mulai merasa letih dan sangat lapar. Aku mencoba beristirahat sebentar, kutatap langit-langit yang ada di kamar itu. Kuatur nafasku perlahan dan kupeluk kembali Tante Nana, kuremas-remas buah dadanya lalu aku mencoba menghisap-hisap pelan hingga sampai kumain-mainkan dengan tanganku.
“Andre, udah ah, nanti lagi sayang”. Lalu aku lepaskan tanganku dan aku langsung bangun menuju kamar mandi.
Kulihat jam didinding menujukan Pukul 07.15 aku sudah rapi, lalu aku minta izin untuk pulang. Setelah itu aku mulai dengan pekerjaanku di rumah. Dirumah aku sempat berfikir tentang apa yang telah terjadi semalam dengan Tante Nana yang telah aku nodai.
Hari-hari selajutnya bila waktu malam tiba, saat seperti biasa ada di rumah sambil menyaksikan tontonan TV atau main Hp. Tiba-tiba pintu samping ada yang mengetuk dan kubuka, ternyata Tante Nana yang sering membawa makanan buatku dengan senyum manisnya dan selalu berpakain daster satin yang selalu menggoda gairah kelaki-lakianku dan mencium bibirku dan tangannya suka menggerayangi penisku dan berakhir dipermainan seks diatas ranjang kakamrku kadang dikamar Tante Nana hingga saat ini.
TAMAT
205 notes · View notes
queenshittt · 10 months
Text
Cw : Breastmilk & Breastfeeding kink
Hansel loves woman’s boobs, he collects porn magazines, videos, paid nudes just to focus on their boobs. He always imagined how does it feel grabbing them in real life, or having the taste of them in his mouth.
Imagine the soft buds, the bouncy flesh, oh- 𝘏𝘦 𝘤𝘶𝘮𝘴 𝘳𝘪𝘨𝘩𝘵 𝘰𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘴𝘱𝘰𝘵.
Woman’s bodies are amazing, they could stretch big just to give birth to their babies, they’re producing breastmilk for their babies to drink.
And what if he wants to taste it too? Directly, not some cold frozen breastmilk packs. He wants it warm from the mother’s breast pouring down to his mouth to his throat to swallow.
And so here he is, after he made a deal with a breastmilk seller in the internet who has her child adopted while she’s still lactating. He clearly stated that he’s the one who will drink it directly, and weird enough for the young mom around his age to agree.
He’s laying down his head on her thighs facing up to her, she finds him cute somehow, what a curious man. He pays her double the price though, what a deal right?
He gasped at the sight at the moment when she pulled her robe to let out her breast. She sweetly caressing his temple with a sweet smile, Hansel could bet that she can hear how loud his heart was thumping.
“Come on baby open your mouth, fill up your tummy”
Oh he could cum right away if he didn’t hold it right. She called him what? Baby?!
_______
Dengan mata bulat besarnya, Hansel tak bisa melepas pandangannya dari payudara wanita itu. Ingin memegang, tapi tidak ada dalam perjanjian jadi pria itu mengurungkan niatnya. Tidak ingin membuat si “ibu” tidak nyaman.
Tanpa disangka kalau wanita itu mengarahkan tangannya untuk menyentuh payudaranya.
“Sayang, boleh diremas atau dipijat kalau kurang keluar ya?” Hansel mengangguk, menyembunyikan perasaannya yang kacau balau di dalam. Perempuan itu begitu lembut memperlakukannya, benar-benar menganggapnya seperti bayi. Bukan seperti pria dewasa yang kecanduan porno, bertingkah nekat dan aneh.
Pria itu tidak langsung melahap putingnya, ia mengecupnya lalu memainkan ujungnya dengan lidah. Tanpa sadar membuat pemiliknya kegelian, sampai sedikit mendesah.
Setelah melahapnya, dengan sedotan ringan saja sudah cukup membuat air susunya deras keluar. Hansel tenang menghisap sambil sesekali memainkan putingnya dengan lidahnya, nyaman karena sambil dielus keningnya oleh perempuan itu.
Tak sadar kalau “adik” Hansel juga ingin dimanja, yang sekarang sudah keras dan sesak terperangkap di dalam celana jeansnya.
“You’re mommy’s smart baby~”
Pujian-pujian kecil itu membuatnya membuka mata, bahkan wanita itu masih menatapnya lembut.
5 notes · View notes
distributorbratally · 2 years
Text
Grosir CD Golden Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara 0813-4228-5540 (Tsel)
Tumblr media
KLIK https://wa.me/621342285540, Grosir CD Olahraga Pria Di Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara, Grosir CD Orange Di Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara, Grosir CD Wanita Hamil Di Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara, Grosir CD Merah Di Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara, Grosir CD Wanita Olahraga Di Bolaang Mongondow Selatan Sulawesi Utara.
Kami adalah Grosir Pakaian Dalam Berkualitas Seperti Sorex, Tally, GT Man, Lydyly, Golden Nick Dsb Langsung Dari Pabrik. Model Selalu Up to date dan Terbukti Laris dipasaran. Reseller Dan Dropship Pasti UNTUNG!!! Kontak CS Kami di 0813.4228.5540 Untuk Info Lebih Lanjut.
Bisnis ini menjadi sangat menarik untuk dijalankan, untuk pilihan produk yang tersedia disini celana dalam pria, celana dalam wanita, celana dalam anak, tanktop, singlet pria, lingerie, sampai legging. Bayangkan jika dalam 1 hari 1 orang saja ganti 2-3 kali belum lagi jika punya banyak keluarga bisa dihitung berapa kebutuhan pakaian dalam mereka dalam 1 hari, 1 minggu, 1 bulannya? Banyak keuntungan yang anda dapatkan jika bergabung bersama kami, dari cara berjualan online, iklan produk di sosial media. Untuk pengiriman kita bekerjasama dengan banyak expedisi dan cargo seperti JNE, JNT, TIKI, POS, LION PARCEL, INDAH CARGO, PAPANDAYAN, DAKOTA dan masih banyak lainnya. Pengiriman paket pesanan setiap hari ke seluruh Wilayah Di Indonesia.
Alamat Pusat Grosir Pakaian Dalam : Bapak Yudi Sarwoko Jalan Joyoboyo No 38, Medaeng, Sidoarjo (Utara Puskesmas Medaeng, Depan SD Medaeng 1)
Gmaps : https://g.page/jualleggingmurahmeriah?share
#Underwearbagus #underwearterbaru #ukuranunderwear #underwearsport #underwear #underwearCD #Underwearkatun #Underwearnylon #Jenisunderwear #merkunderwear
7 notes · View notes
hyuinjuen · 1 year
Text
𝗗𝗲𝘀𝗸𝗿𝗶𝗽𝘀𝗶 𝗸𝗮𝗿𝗮𝗸𝘁𝗲𝗿 𝗛𝗮𝗻 𝗦𝗲𝗼𝗷𝘂𝗻 — 𝗧𝗿𝘂𝗲 𝗕𝗲𝗮𝘂𝘁𝘆.
Di balik sikap galaknya, dalam beberapa adegan Seojun berhasil mencuri perhatian dengan tingkah lakunya yang polos dan menggemaskan.Seperti ketika dia kepergok menggunakan celana pendek bertema kulit macan. Tidak ada yang bisa melupakan adegan lucu yang satu ini. Belum lagi ketika Seojun dengan ceria mengangkat bergantian kedua kakinya sambil berjalan dari halte bus.
Tumblr media
Sikapnya baik pada sahabatnya Suho atau pada Jukyung memperlihatkan bagaimana dia memilih melindungi orang yang disayangi dengan caranya sendiri. Begitupun ketika adiknya atau Jukyung dibully, Seojun tak segan melindungi mereka. Punya sikap manis pada ibu dan adiknya, semua terlihat jelas ketika Seojun memilih melepas impiannya, cuti dari sekolah demi merawat ibunya yang sedang sakit. Dia juga bekerja keras untuk membiayai biaya rumah sakit ibunya.
Tahu jika wanita yang dicintainya adalah kekasih sahabatnya, Seojun memilih untuk mencintai dan melindungi Jukyung dari kejauhan. Dia hanya bisa menyembunyikan perasaannya tanpa ada kesempatan mengungkapkannya pada Jukyung. Demikian halnya ketika Suho pergi meninggalkan Jukyung, selama dua tahun Seojun menemani tanpa mengungkapkan perasaannya.
Tumblr media Tumblr media
sumber : website kompas
3 notes · View notes
kokipaste · 2 years
Text
Pria Misterius
Seorang pria berbadan tegap dengan hoodie hitam pekat dari tadi melihatku. Topi yang juga berwarna hitam terpasang menutupi alisnya membuatku sulit melihat matanya. Kedua tangannya sembunyi di saku. Celana jeans berwarna biru yang bagian kedua lututnya sengaja dirobek, itu terlihat jelas dari bentuk bolongannya yang tidak beraturan dan sama besar. Pria itu bersandar di tiang penyangga halte dan menghadap ke arahku yang berdiri sendirian di depan jalan. Pria itu bersandar dan menghadap ke arahku, bukannya menghadap jalan, seperti memang sengaja dilakukan. Itu membuatku benar-benar risih. Lima langkah ke samping terlihat pria itu tak henti-hentinya menatapku, sesekali ia benturkan kakinya di tiang pembatas halte dan membuatku merasakan betul getaran dari atap halte yang tepat berada di atasku. Kalau saja atap itu roboh, mungkin besi-besi penyangganya akan menancap di kepalaku secara langsung seperti pada adegan film final destination. Ujung mataku jelas melihat gerak-geriknya meski badanku sangat kaku ke depan dan tak bisa memutar ke samping, karena jika itu terjadi artinya kami akan saling berhadapan. Aku akan bisa lebih leluasa melihatnya secara utuh. Namun, aku hanya tertunduk atau menghadap saja terus ke depan dan melirik sedikit untuk mengecek setiap gerak-geriknya yang seakan-akan mengancam keberadaanku.
Aku sudah terbiasa pergi dan pulang kantor dengan menggunakan bus. Dan di halte bus tempatku berdiri saat ini sebenarnya masih cukup banyak orang. Suami istri duduk tidak jauh di belakangku, disampingnya lagi ada dua wanita separuh baya dengan seorang anak kecil, juga empat orang karyawan bank yang asik berbincang sambil berdiri. Belum terlalu larut dan orang-orang masih lalu lalang di sekitar. Aku menunggu bus malam itu seperti hari-hari biasa. Aku juga sendirian malam itu seperti yang sudah-sudah.
Namun, akhir-akhir ini aku memang cukup cemas setiap pulang malam. Bagaimana tidak, temanku di kantor selalu bercerita kalau sekarang ini sedang marak terjadi penculikan wanita saat pulang kerja di malam hari oleh pria tak dikenal. Kabarnya, ia akan membuntuti wanita-wanita yang pulang kerja sendirian. Dan baru-baru ini salah seorang karyawan wanita dari divisi HRD di kantorku menjadi korban. Ia dikabarkan hilang dan tak lama mayatnya ditemukan di jembatan penyebrangan. Polisi masih berusaha mencari pelaku, diduga seorang laki-laki dengan motif yang belum diketahui masih berkeliaran dan mencari korban berikutnya.
“Pria ini sangat mencurigakan. Apakah dia pelakunya? Apakah aku akan jadi korban selanjutnya?”
“apa yang harus aku lakukan, apakah aku harus lari, atau bagaimana? Bus nya lama sekali datang”  gumamku dalam hati yang berkecambuk.
Malam itu kuperhatikan tampak semua orang biasa saja, sibuk dengan aktivitas masing-masing. Saat melihat ponselku yang berbunyi karena notifikasi dari berita online yang kuikuti, aku langsung melongo dan menelan ludah banyak-banyak. Berita online mengupload di laman akunnya jika polisi sudah merilis sketsa wajah pelaku dari rentetan penculikan sekaligus pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini. Ada dua kasus setidaknya yang terjadi dua minggu terakhir, sebelumnya sebulan lalu juga terjadi kasus yang sama di lokasi yang berbeda dan ternyata diketahui dilakukan oleh pelaku yang sama. Sayangnya, polisi baru bisa menggambarkan satu sketsa pelaku saja meski menduga kasus ini dilakukan oleh komplotan. Polisi megeluarkan edaran bagi pengguna transportasi publik untuk tidak bepergian sendiri saat larut malam. Polisi juga mulai akan meningkatkan keamanan di ruang publik serta menghimbau kepada instansi atau perusahaan agar tidak membiarkan karyawannya lembur setidaknya sampai kasus ini terungkap.
Belum selesai kubaca semua beritanya, saat itu juga segera kupeluk tasku erat-erat, keringatku mulai menetes satu-satu, jantungku berdebar kencang dan kakiku mulai tak berdaya. Kurasakan tatapan tajam dari pria yang sedari tadi sejak aku berdiri tak sedikit pun melepas pandangannya padaku. Kulihat lagi secara saksama gambar sketsa pelaku yang dirilis polisi: seorang pria tegap, rambut cepak, mata tajam, hidung besar tanpa senyum. Membulatkan pikiranku bahwa pria mencurigakan yang sedari tadi  menatapku  itu sama dengan sketsa wajah yang dirilis polisi. Aku bisa merasakan nafas kekejaman dalam dirinya, dan aroma kejahatan yang siap mengincar korban selanjutnya. Aku benar-benar tidak bisa membendung jantung yang semakin berdegup kencang. Keringatku pun tak lagi menetes satu-satu melainkan jatuh mengalir ke badanku. Aku benar-benar merasa terancam sekaligus mencoba memikirkan apa yang harus aku lakukan dalam sepersekian detik ditengah orang-orang yang tampak tidak menyadari keberadaannya.
“Mbak, jangan takut!” tiba-tiba seorang pria kurus dengan kaos oblong menepuk pundak kiriku.
“Hoh!” ucapku terkejut sampai suaraku terdengar parau. Ia menyadarkanku dari ketakutan dan menghentikan usahaku berfikir keras untuk menyelamatkan diri.
“Tenang…  Mbak sekarang tarik nafas dalam-dalam lalu hembuskan perlahan.”
Kuikuti intruksinya dan benar saja aku sedikit jauh lebih tenang. Seorang pria yang entah datang dari mana seakan diutus untuk menjadi penyelamatku malam itu.
“Kutemani disini sampai busnya datang dan biar kucegah agar pria di sana tidak ikut naik ke bus. Jika benar, ia memang pria yang dicari-cari polisi di berita, pasti ia akan segera pergi kalau tahu seseorang mengenalinya di tempat umum,” jelas pria ini dengan tutur kata yang lugas dan nada bicara lemah lembut.
“Mbak, ikuti saja apa kata saya,” ucapnya lagi. Kali ini tatapannya sangat dalam kepadaku sambil tersenyum. Aku benar-benar lega dengan ucapan pria ini. Sangat menenangkan dan membantu saya menghadapi situasi yang menegangkan dalam hidupku. Kuikuti setiap ucapannya kata demi kata, kudengar baik-baik apa yang dibicarakan demi keselamatanku, sepertinya memang hanya kami berdua yang menyadari keberadaan pria bertopi hitam itu. Ia sengaja mengajakku bicara seakan-akan kita akrab dan berkawan agar pria misterius itu merasa bahwa aku bukanlah orang yang tepat dijadikan korban selanjutnya. Ia juga dengan senang hati memegangi tasku seraya membiarkanku rileks sejenak dan meluruskan pergelangan tangan dan kakiku yang cukup kaku sedari tadi. Keteganganku benar-benar hilang dan terasa lega hingga aku sendiri tidak menyadari lagi keberadaan pria mencurigakan yang terus-menerus menatapku tadi.
“Mbak, bus nya sudah datang. Pria tadi juga sudah pergi. Hati-hati di jalan,” ucapnya sambil menepuk pundakku lagi dan menyodorkan tasku. Senyumnya simpul dengan tatapan mata yang lebih dalam lagi.
“lain kali jangan pulang sendirian, Mbak!” ucapnya lagi mengikuti langkahku naik ke dalam bus.
Aku lalu naik ke dalam bus tanpa mengucap sepatah kata pun. Bahkan terimakasih tak sempat kusampaikan kepadanya tetapi senyumannya masih terngiang diingatanku dan tatapan dalam matanya masih membekas di kepalaku. Namun, aku masih bingung karena perasaanku seperti tidak sedang baik-baik saja padahal aku baru saja lolos dari seorang pria misterius buronan polisi dan diselamatkan oleh pria kurus dengan senyum simpul. Aku masih saja bingung dengan perasaanku. Kulihat sekitar, di dalam bus tidak ada hal yang mencurigakan. Tidak beberapa lama kemudian, saat aku akan menghubungi adikku di rumah, kuraba isi tasku mencari ponsel yang tadi kupegang selama di halte. Namun, isi tasku kosong kelontang. Sangat luang bahkan  dompet, tisu, parfum dan semua barang-barang di dalam tasku pun tidak ada. Lalu kucoba untuk melihat jam bermaksud memvalidasi sekarang sudah jam berapa malam ini tetapi pergelangan tanganku tak melekat jam tangan satu pun. Mungkin di tangan kananku, tetapi keduanya kosong. Aku tidak pernah lupa mengenakan jam tangan setiap bepergian dan malam ini tak kukenakan. Tadi pagi, seharian di kantor aku bahkan masih memakainya. Kuperhatikan lagi sekitar, memandang ke luar jendela dan kepalaku mulai sedikit pusing, satu per satu ingatanku kembali meski samar-samar. Aku mengingat seorang pria tegap berpakaian serba hitam terus menatapku selama di halte. Aku juga mengingat aku mengobrol dengan seorang pria kurus kaos oblong. Tapi aku belum mengingat secara rinci apa yang kulakukan dengan pria itu. Apa yang aku obrolkan dan apa kedua pria itu saling mengenal atau tidak. Yang pasti kedua pria itu benar-benar misterius bagiku.
Aku menatap lagi ke luar jendela, bus yang kutumpangi semakin melaju kencang mengikuti ingatanku yang perlahan semakin jelas. Meski aku tahu aku tak bisa berbuat      apa-apa lagi, aku menghindari seorang pria mencurigakan dengan tatapan kekejaman di matanya. Pria yang kusangkakan sebagai buronan polisi, jika itu benar aku telah berhasil menghindari takdir sebagai korban penculikan dan pembunuhan selanjutnya. Lalu aku bertemu pria dengan tutur kata lugas, tatapan dalam dan nada bicara lemah lembut yang kusangkakan sebagai penyelamatku dari pria sebelumnya tetapi ternyata ia telah mengambil barang-barang bawaanku, dompet, kartu atm, termasuk jam tangan kesayanganku, yang kubeli dari usaha menyisihkan gajiku selama dua tahun. Ia mengambil semuanya. Setidaknya ia meninggalkanku satu, sebuah pesan “Lain kali jangan pulang sendirian, Mbak!”
8 notes · View notes
metamorf · 1 year
Text
Bagian 2
“Iya, Insyallah Nu, doain ya” aku menjawab dengan setenang mungkin.
Doain gue bisa nyusul elo Nu. Suara hati kecilku berbisik, seolah berharap Wisnu tidak usah mendengar apa yang aku bicarakan.
“Aamin Ya Allah” Wisnu mengadahkan tangan ke langit lalu mengusapnya ke muka mengikuti apa yang tadi aku lakukan. Aku melirik ke arah Wisnu terkekeh kemudian tawa kami berdua menggelegar.
“hahahhahaha”
***
Hari wisuda pun tiba, aku dan keluarga menantikan momen ini. Momen dimana katanya anaknya sudah menjadi sarjana, sarjana muda, karena baru lulusan D3. Aku menikmati seluruh rangkaian acara yang digelar oleh panitia. Satu hal yang pasti, selama menikmati acara ada sekelebat pikiran yang terlintas dikepala. Aku akan kerja dimana? Dan bisa gak ya aku lanjut studiku? Sesuai permintaan Bapak. Tidak banyak juga teman-temanku yang bercerita, sebelum wisuda tiba mereka sudah lebih dulu mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan, hebat sekali pikirku. Sedangkan aku, selama menunggu wisuda aku malah mengikuti kegiatan komunitas diluar kampus. Perasaan insecure mulai menghujam diriku.
Sehari selepas wisuda aku mulai mencoba melamar ke berbagai perusahan yang ada dipusat kota daerahku, satu persatu aku datangi untuk mengirim surat lamaran. Setiap lowongan yang tersebar di media social aku mencoba mengirimkan surat lamaran via pos dan email. Sampai ada teman yang mengabariku, ada lowongan di salah satu perusahaan ternama, di pusat daerah kota tempat tinggalku,  perusahaan itu membutuhkan karyawan baru untuk menggantikan karyawannya yang akan dimutasi ke daerah lain. Tentu saja langsung aku datangi perusahaan itu, aku berpikir ini kesempatanku ketika aku bisa bekerja dipusat kota, kemungkinan aku akan mudah untuk melanjutkan studiku, karena jarak dari pusat kota daerah ke Ibukota cukup dekat.
Tidak menunggu lama, ada kabar tes psikotes di kantor pusat di Ibukota. Tentu saja aku menghadiri tes tersebut, ditemani Ibu. Tes berjalan cukup lancar. Hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam aku selesai mengerjakannya. Aku kembali pulang ke rumah dan menunggu pengumuman hasil tes. Dua minggu sudah aku lewati, aku mendapatkan pesan bahwa aku lolos ke tahap tes selanjutnya, yaitu interview.
“Alhamdulillah” ucap batinku
Aku kembali ditemani oleh Ibu ke kantor pusat untuk melakukan tes interview. Sebelum melakukan interview aku diminta untuk mengisi beberapa pertanyaan. Aku menjawab pertanya itu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Seorang wanita tinggi dan besar, rambut ikal diikat satu. Menggunakan baju batik warna merah dan celana hitam, suara langkah sepatu heelsnya terdengar menghampiriku.
“Dela Ardiana”
“Ya, Saya Bu” aku berdiri dari kursi yang aku duduki.
“Ayo masuk” sepertinya ibu itu HRD dikantor ini. Aku berjalan dibelakang mengikuti setiap langkah Ibu itu.
“Silahkan duduk” Ibu itu mempersilahkan aku duduk di kursi kosong yang Ia tunjuk.
“terima kasih bu” aku mengangguk sopan kemudian duduk. Jantungku mulai berdegup kencang, tiba-tiba aku merasakan tidak enak dibagian perut.
Gawat. Respon tubuhku ketika gugup mulai bereaksi. Aku mendumel dalam hati sambil memegangi bagian perut yang bereaksi.
Ibu tersebut memperkenalkan dirinya siapa. Ya, ibu itu seorang HRD dikantor tersebut. Namanya Resa. Usianya sekitar tiga puluh lima tahunan. Setelah diberikan beberapa pertanyaa. Akhirnya sampai di satu pertanyaan yang untuk menjawabnya aku perlu berpikir panjang.
“Kalau ditempatinnya di daerah Matraman apa kamu mau? Perusahaannya memang bukan milik kami.  Tapi tempat kamu bekerja itu tetap punya perusahaan ini, kami mengadakan kerjasama” Ucap Ibu Resa menjelaskan.
“Oh bukan di tempat daerah asal saya Bu?” Aku bertanya heran. Lowongan yang disebar mengatakan bahwa penempatan ditempat daerah asalku.
“Awalnya iya, tapi ada tempat yang lebih membutuhkan karyawan secepatnya.  Bagaimana ?” tanya IBu Resa lagi.
Aku terdiam, menimang-nimang.
“Saya belum bisa jawab Bu, Saya harus diskusikan dulu dengan orang tua Saya” dasar aku yang polos atau bagaimana ya, tiba-tiba terlontar jawaban seperti itu. Aku memang tidak bisa memutuskan, ini interview pertama ku selama aku melamar pekerjaan. Aku tidak mempunyai pengalaman harus menjawab apa ketika ada pertanyaan seperti itu. Dan hal seperti ini belum pernah aku diskusikan ke orangtua.  Kebiasaanku adalah aku harus meminta jawaban dari Bapak. Dan ini ditempatinya di Ibu Kota. Bukan didaerah asal. Aku berpikir lagi pasti orangtuaku tidak mengizinkannya.
Dari jawaban Ibu Resa setelahnya, aku yakin interview selanjutnya aku tidak akan dipanggil kembali. Aku menuju lift turun, keluar dari lift tubuhku gontai tidak semangat, mataku sudah mulai berkaca-kaca dan membuat genangan. Pintu gedung kaca dan tinggi otomatis terbuka ketika aku melewatinya, aku bertemu dengan Ibu, dan bendungan air mata itu pecah tidak kuat menahan pertahanannya.
“Ibuuuu… hiks…hiksss”  Aku menangis terisak-isak. Mengelap air mata yang jatuh menggunakan ujung kerudung.
“kenapa del?” Tanya Ibu heran
Aku menceritakan apa yang terjadi di dalam.
“tempatnya bukan di daerah kita bu, tapi di Ibu kota” aku menjelaskan masih dengan tangis terisak-isak “sepertinya aku gak akan keterima di sini bu” aku tidak bisa menatap mata ibu, kepala menunduk dan kembali mengelap air mata yang jatuh kali ini dengan punggung tangan.
“Yaudah, nggak apa-apa, berarti belum rezekinya” jawab ibu sambil mengelus-elus kepalaku menenangkan. “udah yuk, kita pulang saja del” ajak Ibu menuntunku untuk jalan pulang
Aku masih menangis tersedu-sedu dan mengikuti lnagkah ibu untuk pulang ke rumah.
Dasar anak cengeng. Batinku.
Bersambung….
3 notes · View notes