Tumgik
#arus uuy
minzart · 1 year
Text
Tumblr media Tumblr media
who remember that little thing in tftu au? anyways Arus got a glowup
55 notes · View notes
mavourneenstory · 7 years
Text
Voluntary Pertama Bersama YAKOBI (Bagian I)
April 17, 2015
Hari itu, ketika pertama kali aku menjejakkan kaki di halaman depan kantor Yakobi sambil menggendong ransel, aku langsung disambut hangat oleh kakak centeus nan berkharisma, Kak Nurul. Lalu, aku diajak untuk masuk ke aula kantor ditemani Kak Rahma. Ia bersemangat sekali menunjukkan video perjalanan voluntary pertamanya dengan Yakobi padaku. Lucunya, kenapa video mereka yang sedang kesusahan menyingkirkan pohon besar di jalan yang ditunjukkan? Aigoo… Melalui video itu, aku mulai mendapatkan gambaran perjalanan yang akan kulalui selama 2 hari ke depan.
Setelah melakukan beberapa persiapan, kami akhirnya berangkat sore dan baru sampai sekitar pukul 21.00 karena harus menjemput Pak Gusti (OWT) di Bandara Kalimarau. Setelah sampai di Kecamatan, kami masih harus menginap semalam karena sudah tidak mungkin untuk menyeberang pada malam hari. Akupun disiapkan tempat menginap di satu penginapan di sana yang letaknya berada di seberang kator OWT.
Sampai di kamar, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur dan mengabari Mama. Setelah mendengar wejangan Mama dan menelepon Neng Lina, aku memandang ke langit-langit sambil membayangkan apa yang akan terjadi esok harinya hingga terlelap. Namun aku terbangun pukul 02.00 dini hari karena mendengar suara-suara aneh. Entahlah, sepertinya semua binatang yang ada di hutan belakang penginapan sedang keluar untuk memberi salam padaku. Aku pernah mendengar bahwa penginapan itu juga berhantu karena pernah ada orang yang bunuh diri di sana. Oh tidak, kupejamkan saja mataku dan berbaring miring—kata orang— supaya tidak ketindisan. Hahahaha.
April 18, 2015
Karena telat tidur, bangun pun jadi kesiangan. Setelah bangkit dan memijit-mijit kepala, aku keluar menuju kamar mandi di belakang. Terkejut sekali ketika masuk ke kamar mandi dan mendapati kecoa mati di sana, air di ember kecil yang akan digunakan untuk mandipun kotor sekali. Aaaak!!! Ingin teriak, tapi sepertinya suara kentut ibu-ibu dari kamar mandi sebelah lebih menarik untuk dinikmati.  
Sepertinya, perjalanan ini bukan hanya voluntary pertamaku saja, tapi juga sarapan pagi pertama setelah bertahun-tahun (ceritanya, diet). Karena, aku harus bersiap untuk perjalanan selanjutnya dan tidak ingin merepotkan teman-teman nanti. Sepanjang hari, aku sengaja untuk tidak banyak tanya, hanya menikmati saja alurnya.
Baiklah, ketintingnya sudah datang. Pertanyaannya, siapa yang akan mengendarai ketintingnya, sementara banyak sekali barang-barang yang harus kami bawa? Ternyata Kak Sam. Setelah menaikkan beberapa ransel dan alat fasilitasi, sekarang aku yang harus naik ke ketinting. Ah iya, aku masih memakai sepatu dan celana jeans yang tidak digulung. Saat itu, aku merasa benar-benar salah kostum. Sementara, aku lihat Kak Ari yang memakai celana training parasut dan Kak Sam memakai celana pendek, namun keduanya kompak memakai sandal jepit. Untung saja, kemarin Mama sudah membekaliku sandal jepit baru di ransel.
Petualangan belum berakhir, kami masih harus menyusuri sungai menggunakan ketinting. For your information, dulu aku pernah menyeberang menggunakan ketinting dari Gunung Tabur menuju Tanjung Redeb bersama Mama. Dimana, transportasi pada tahun 2000an tidak sebagus sekarang. Nah, pada giliranku naik, ketintingnya sudah bersiap jalan sementara kakiku baru naik sebelah. Tidak sempat terjatuh, tapi aku mulai menolak untuk diajak naik ketinting lagi.
Sepanjang perjalanan menyusuri sungai, takutnya bukan main. Sesekali merasakan gerakan aneh karena menghindari batu atau arus, aku langsung menutup mata sambil merapal doa dalam hati. Tapi, sepertinya kedua lelaki keren yang menemaniku ini sangat paham dengan ketakutanku. Kak Sam mulai lebih pelan dan berhati-hati walaupun sesekali dia iseng membelok-belokkan ketintingnya, sedangkan Kak Ari sedang sibuk bercerita banyak hal padaku untuk mengalihkan perhatianku. Ah iya, sebanyak apapun ceritanya, sama sekali tidak ada yang kuingat karena tidak fokus dengan arah pembicaraannya.
Hi Kak, untuk perjalanan selanjutnya, tolong sediakan life jacket ya. Aku tidak bisa berenang. Hiks…
Tapi sungguh, pemandangannya luar biasa, panasnya juga. Hampir satu jam menyusuri sungai, aku sudah mulai bosan berada di perahu sempit dan suaranya yang memekakkan telinga. Tiba-tiba, hujan turun dan Kak Sam mengarahkan ketintingnya ke kebun Pamannya. Sambil menunggu Kak Ari mengobrol, Kak Sam mengajakku untuk mengambil buah rambai. Dia manjat ke pohon tinggi tanpa alat bantu apapun, amazing, Spiderman saja kalah.
Tentang hujan tadi, aku jadi teringat cerita dari teman Kak Sam ketika sarapan, ketika ada orang baru yang akan masuk kampung pasti akan turun hujan. Mungkin benar saja, hujan seketika datang walaupun masih rintik-rintik. Tapi sepertinya, kami masih diizinkan untuk menyelesaikan perjalanan hingga sampai ke kampung.
Bayanganku ketika sampai di kampung, aku akan dengan mudah masuk ke rumah dan berleha-leha. Tapi kenyataan tidaklah seindah bayangan, kami masih harus menaiki tangga untuk naik ke atas menuju pemukiman yang terbuat dari gelondongan kayu besar yang dibuatkan pijakan. Aku bahkan bingung bagaimana untuk melangkahkan kakiku melewati tangga itu. Untungnya ada dua lelaki ini (Hahaha), Kak Ari membantuku untuk menaiki tangganya dan sedikit megajariku cara naik ke atas dengan merangkak. Tinggallah Kak Sam yang sedang sibuk menambatkan ketintingnya tiba-tiba berhenti dan mengarahkanku sambil tersenyum getir melihat tingkahku.
Akhirnya kami sampai di Kampung Lesan Dayak, Kecamatan Kelay. Orang sana menyebut kampung itu, Blekay. Baru saja sampai, hujan rintik-rintik tadi seketika berubah jadi hujan deras sekali. Kemudian, kami dipersilakan untuk masuk ke rumah Nenek ketua adat dan disuguhkan buah seperti kelengkeng, mereka menyebutnya gusiu. Melihat hujan deras itu, Nenek berkata, “jangan deras-deras hujannya, mereka tidak bermaksud untuk merusak”, begitu kira-kira terjemahan bahasa Dayak yang kutangkap. Dalam hati, aku mengaminkan ujaran Nenek.
Setelah hujan mulai reda, aku diajak untuk berkeliling kampung—yang jarak dari utara ke selatan hanya melewati tidak lebih dari 10 rumah. Kemudian, Kak Ari mengajakku ke rumah. Kami mengetuk pintunya tapi tidak ada orang yang menjawab, tapi sepertinya Kak Ari sudah sangat kenal dengan penghuni rumah itu dan langsung masuk sambil memanggil Nenek.
Sementara, kudengar langkah kaki yag keluar sambil berteriak, “Uuy… Siapa itu??”
“Ari, Nek. Masih ingat?”
Si Nenek langsung memeluk Ari seperti seorang Nenek pada cucunya yang sudah lama tidak pernah bertemu. Akupun bersalaman dengan Nenek dan memeluknya. Luar biasa rasanya, aku seperti punya Nenek lagi. Nenek mengajak kami ke teras rumah dan mengobrol banyak hal. Beliau juga memintaku untuk tidur di rumahnya malam itu dan berjanji akan mengenalkanku dengan cucunya, Jum.
Sorenya, Nenek mengajakku mandi bersama di sungai dan memasak makan malam dalam gelap. Tidak lama, Kak Sam dan Kak Ari juga datang untuk menagih makan malam pada Nenek. Malam itu, kami makan bersama dengan lauk mie kuah, telur dadar, sambal, dan rebusan daun singkong. Enak sekali.
Malampun berakhir setelah aku membantu membuat beberapa kumpulan foto menjadi video untuk ditampilkan pada kegiatan besok. Jum menemaniku pulang ke rumahnya ditemani cahaya dari lampu senter handphone miliknya. Kami tidak takut gelap, kami hanya waspada agar tidak terinjak ekor anjing yang sedang berbaring manja di jalan. Sampai di rumah, Jum membantuku untuk menyiapkan kasur untuk tidur dan memberiku bantal serta selimut. Malam itu, aku tidur bersama keluarga baruku di ruang tamu ditemani damar kecil yang sudah mulai redup cahayanya. Syahdu.
@ndyahforentina Maret 16, 2017  01.45 AM
0 notes
minzart · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
So... tftu Will... they are a God :) who realy wants to die... but SOMEONE KEEPS WORSHIPING THEM AND NOT LETTING THEM DIE
AND THIS SOMEONE, BC HE'S THE ONLY WORSHIPER GETS PRIVILEGES LIKE BORROWING POWER, SO-
56 notes · View notes
minzart · 2 years
Text
Tumblr media Tumblr media
So, fun detail
When I was in a "swap au" mood, I created this Yuu, they didn't had a name, and if I gave him one I don't remember, so Arus it is now
But, while I aways imagine Will's overblot more "trickster God vibe", I wanted something of the same vibe... so I thought about a priest one
That's Arus' overblot vibe, and then I got a little bit more invested on them, and imagined, ok, but what if, those two had met before NRC, and depending on the world, one killed the other
And like, the frase "There's a priest to every God" stuck with me
And I'm here basicaly, oh... they are soulmates.... in what sense I still haven't decided but faith keep these two bumping into each other... EVEN WHEN THEY FUCKING DIE IN ONE UNIVERCE
Just something a finaly decided to illustrate (kinda) :/
38 notes · View notes
minzart · 1 year
Text
Me finaly watching the black cauldron: hey Arus' God complex is parallel with the horned king's. Nice :D
10 notes · View notes