Hello!! I hope you're having a great weekend :) I was wondering if I could ask for some suggestions for a 35-50 y/o male faceclaim who's possibly got a gritty vigilante vibe going on - ethnicity doesn't matter, but preferably someone with Jewish ancestry. Thank you a bunch and take care!!
Gabriel Macht (1972) Ashkenazi Jewish.
Sasha Roiz (1973) Ashkenazi Jewish.
Joaquin Phoenix (1974) Ashkenazi Jewish / English, with some Scottish, Scots-Irish/Northern Irish, German, Irish, Welsh, and French Huguenot.
Josh Radnor (1974) Ashkenazi Jewish, as well as approximately 1/8th Irish, 1/8th possibly English.
Taika Waititi (1975) Māori, as well as distant British Isles, possibly French-Canadian / Irish, English, Scottish, Northern Irish, one quarter Ashkenazi Jewish.
Cole Hauser (1975) Ashkenazi Jewish / German, Irish, Walloon Belgian, French, Scottish.
Brett Goldstein (1980) Ashkenazi Jewish.
Morgan Spector (1980) Ashkenazi Jewish / Irish, possibly other..
Daveed Diggs (1982) Ashkenazi Jewish / African-American.
Ari Millen (1982) Ashkenazi Jewish.
Ed Skrein (1983) Ashkenazi Jewish / possibly English.
Wison Bethel (1984) Ashkenazi Jewish, English, possibly Welsh.
Aditya Roy Kapur (1985) Indian / Indian Jewish.
Hale Appleman (1986) Ashkenazi Jewish / Irish, English - is queer.
Oliver Jackson-Cohen (1986) Egyptian Jewish / English.
Zac Efron (1987) Ashkenazi Jewish (paternal grandfather), as well as English, German, Scottish, possibly Irish, and remote Dutch and Belgian/Flemish - in Firestarter!
and:
Don Lee (1971) Korean.
Richard Armitage (1971)
Daniel Sunjata (1971) African-American, Irish, German.
Khary Payton (1972) African-American.
Karl Urban (1972)
Idris Elba (1972) Sierra Leonean / Ghanaian.
Andrew Lincoln (1973)
Scott Adkins (1976)
Lateef Crowder (1977) Afro Brazilian.
Pablo Schreiber (1978)
Nonso Anozie (1978) Igbo Nigerian.
Omar Sy (1978) Mauritanian / Fula Senegalese.
Tom Ellis (1978)
Ian Anthony Dale (1978) Japanese, one-eighth Portuguese-Macanese / English, German, French-Canadian.
Santiago Cabrera (1978) Chilean [Spanish, Basque, French and Belgian/Flemish, English, Irish, German, possibly other].
John Krasinski (1979)
Vinny Chhibber (1980) Indian.
David Giuntoli (1980)
JD Pardo (1980) Argentinian / Salvadorian.
Ricky Whittle (1981) Afro-Jamaican / English.
Rami Malek (1981) 87.5% Egyptian 12.5% Greek.
Tahar Rahim (1981) Algerian.
Colin O'Donoghue (1981)
Joe Taslim (1981) Chinese Indonesian.
Ben Barnes (1981)
Tenoch Huerta (1981) Mexican of Nahua, Purepecha, and Spanish descent.
Adan Canto (1981) Mexican.
Gabriel Luna (1982) Mexican and Lipan,
Iko Uwais (1983) Betawi.
Michael Malarkey (1983) Palestinian, Italian-Maltese / Irish, German.
Aidan Turner (1983)
Marwan Kenzari (1983) Tunisian.
Steven Yeun (1983) Korean.
Sacha Dhawan (1984) Punjabi Indian.
Burak Özçivit (1984) Turkish.
Max Riemelt (1984)
Rômulo Estrela (1984) Brazilian.
John David Washington (1984) African-American.
Clayton Cardenas (1985) Filipino and Mexican.
François Arnaud (1985) - is bisexual.
Adam Demos (1985)
Alex Meraz (1985) Mexican of Purepecha descent.
Miguel Gomez (1985) Colombian.
Martin Sensmeier (1985) Tlingit, Koyukon, Eyak, mixed European.
Peter Gadiot (1986) Mexican / Dutch, some French.
Jai Courtney (1986)
Josh Segarra (1986) Puerto Rican.
Robert Pattinson (1986)
Penn Badgley (1986)
Bobby Soto (1986) Mexican and Puerto Rican.
Yahya Abdul-Mateen II (1986) African-American.
Casey Deidrick (1987)
Arifin Putra (1987) Indonesian, Chinese, and German.
İlhan Şen (1987) Turkish.
Lewis Tan (1987) Chinese Singaporean / Irish, possibly English.
sdfsdf men in this age range with this vibe are @lewistan's and mine's speciality so a big thank you to her and also @antlerqueer for helping!
11 notes
·
View notes
Gen
“Mbak Millen--”
Diikuti suara ‘bruk’ keras dokumen-dokumen tebal yang, yah, memang sepertinya sengaja dibanting, ke atas meja. Yang dipanggil mengernyit, melihat juniornya Zee memasang tampang muram.
“Udah semua?” katanya tidak begitu peduli dan langsung lanjut fokus ke layar laptopnya lagi.
“Cuma segini DOANG sih filenya,” Zee duduk di samping Millen, “Mbak.”
“Apa?”
“Kan cuma segini nih”, ia menepuk gunungan berkas setengah meter di atas meja, “boleh gak aku cuti seminggu--no, tiga hari. Tiga hariii aja, Mbak.”
“Gak.”
“Please, Mbak. Gue butuh healing.”
Millen berhenti mengetik di laptopnya. Dialihkan pandangannya pada Zee seraya tersenyum lebar. “Lo butuh? Gue juga butuh. Lo mau gila? Gue juga. Tapi deadline-nya minggu depan, Zee. Kalo gue back-up kerjaan lo juga, gue harus bersekutu dengan iblis buat perpanjang nyawa gue biar gue gak cepet mati.”
“Tapi, Mbak, Mental health gue lagi gak baik-baik aja. Aku depresi ringan.”
“Lo kenapa? Gara-gara omongan Pak Bumi? Cuekin aja lah. Itu sindrom pra-pensiun. Lo tau kan ibu-ibu kalo mau menopause ada perimenopause syndrome, marah-marah mulu. Nah, Pak Bumi lagi di fase mirip-mirip itu.”
“Gak tau, Mbak. Mungkin burnout aja gue. Baru lulus kuliah terus kerja, kerjaannya kayak gini. Gak ada work-life balance-nya. Bosnya toxic. Gaji juga cuma UMR gak dua digit kayak orang-orang.”
“Yaelah, Zee. Lo tuh harusnya bersyukur baru lulus udah kerja. Lo mah mending gaji UMR karena fresh graduate, lah gue tujuh tahun kerja gaji segitu-segitu aja,” Millen mendengus.
“Depresi tuh bukan masalah bersyukur atau enggak, Mbak. Aku juga gak mau depresi kok.”
Tangan Millen meraih punggung Zee, ditepuk-tepuknya pelan. “Lo ke psikiater apa ke psikolog? Dikasih obat?”
“Belum, Mbak.”
“Maksudnya?”
“Aku tuh udah 2 hari ini susah tidur. Rasanya overthinking terus, sediiiih terus, gak tau kenapa. Badan capek padahal aktivitas sama aja. Aku coba googling, katanya sih mild depression gitu,” ujar Zee serius sambil mencoba menunjukkan history browser-nya.
“Zee...”
“Hm?”
“Jadi lo diagnosis sendiri?”
“Enggak kok, Mbak, ini ada mental health quiz--”
“Zee,” Millen melembutkan suaranya, “Lo tuh mungkin bukan depresi.”
“Depresi, Mbak, cuma belom ke psikiater--”
“Lo tuh kena efek Venus konjungsi Saturnus,” Millen mengambil kertas dan pensil kemudian membuat titik titik dan garis. Ditunjukkannya gambar itu pada Zee.
“Ini apaan, Mbak?”
“Posisi Venus lagi sejajar Saturnus, ini yang bisa bikin orang merasa sedih. Belum lagi bulan juga lagi sejajar sama Pluto...”
“Apaan sih, Mbak. Kalo gara-gara itu semua orang pada berobat dong, RSJ penuh. Gak masuk akal.”
“Tiap orang beda-beda, tapi karena lo virgo, dampaknya lebih parah di elo, Zee.”
“Zodiak gue aja libra.”
“Mungkin moon atau sun sign lo virgo. Coba cek deh.”
Zee cuma bisa mengernyitkan alisnya.
“Lo tuh sebenernya virgo banget, Zee. Lo aja kemaren kesel banget waktu planning yang lo susun berantakan.”
“Mbak... Gue begadang nyusun schedule yang superrr mepet biar agenda semua jalan sesuai kemauan klien, terus tau-tau Pak Bumi minta semua direvisi gara-gara dia salah ngasih tanggal. Menurut lo zodiak aries atau gemini kesel gak kalo digituin, Mbak?”
“Yaudah, intinya kan elo baik-baik aja, cuma kena efek Venus sejajar Saturnus.”
“Apa siiih? Please, Mbak, mental health aku gak baik-baik aja, aku butuh cuti.”
“Kalo elo cuti, mental health gue yang gak baik-baik aja!”
Zee melirik jam di ponselnya. Kemudian mulai gelisah. “Mana sih, Pak Bumi, udah jam sepuluh belom dateng. Katanya pagi mau meeting. Gimana mau ngajuin cuti deh?”
Tring.
Panjang umur. Suara notifikasi pesan masuk di whatsapp web Millen dari Pak Bumi. Zee ikut mengintip.
‘Saya ke kantor sorean, ya. Ada urusan, jam tangan saya rusak. Matot. Mati total. Haduh. Ada2 aja. Mana mahal lagi. Meeting kamu handle dulu.’
Zee mengepalkan tangannya. Refleks mulutnya mencelos, “KAMP--”
Millen meletakkan telunjuknya di depan mulut Zee. Ia menggeleng sekali, mengisyaratkan pada juniornya yang kurang pengalaman itu bahwa sikapnya kurang tepat. Tangannya kemudian mengetikkan balasan di laptopnya dan sengaja menunjukkannya pada Zee; begini caranya seorang profesional merespons pesan dari atasan.
‘Siap, Pak 🙏 ‘
18 notes
·
View notes