Tumgik
#30dwcday16
sastrasa · 2 years
Text
Hidup manusia selalu berubah. Tak pernah ada yang sama dalam sejarah. Ombak yang kamu lihat hari ini akan berbeda dengan esok hari. Angin yang berhembus menerpa wajahmu akan berbeda dengan yang lusa menerpamu. Semua tidak ada yang sama, sebab hidup manusia selalu bergulir, berubah mengukir cerita yang berbeda setiap harinya. Lantas, jika aku hanya diijinkan untuk merubah satu hal dalam hidupku, dengan lantang aku akan menyebutkan hidup itu sendiri. Bukankah hidupku adalah satu?
- Sastrasa
71 notes · View notes
ceritalima · 1 year
Text
Buku, Validasi, dan Rekomendasi Bacaan Awal Tahun
“Kenapa masih perlu baca buku?”
Sebenarnya informasi bisa didapat dari manapun, terutama di masa digital seperti sekarang ini. Namun, informasi yang didapat dari buku terasa lebih melekat daripada media lain. Contohnya media sosial dengan kolam tidak berujungnya. Disebut tidak berujung karena begitu banyak informasi yang bisa kamu akses pada satu media. Jika tidak punya keinginan kuat untuk menyudahi, kamu bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan gawai. Meskipun begitu, biasanya kita tidak mengingat semua informasi yang sudah dikonsumsi. Berbeda dengan media sosial, buku memiliki halaman terakhir. Saat satu buku dibaca, berakhir sudah urusanmu dengan buku tersebut. Itu sebabnya informasi dari buku bisa lebih melekat.
Buku juga memiliki kelebihan lain soal kebenaran informasi. Sebelum terbit, buku harus melalui banyak tahap. Pada satu buku ada puluhan orang yang bekerja di dalamnya, melakukan pengecekan berulang kali hingga sampai ke pembaca. Buku punya validasi informasi karena terdapat editor, kurasi, dan lain sebagainya. Namun tidak dipungkiri, bagi sebagian orang membaca memang tidak semenarik bermain gawai.
Untuk memulai kebiasaan membaca, kamu bisa awali dengan bacaan yang sesuai genre favoritmu. Berikut tiga rekomendasi buku dengan tipe yang berbeda.
1. Make Time
Pengarang: Jake Knapp dan John Zeratsky
Buku produktivitas yang satu ini sangat aplikatif dan realistis. Kamu tidak dituntut untuk melakukan semua taktik agar menjadi si paling produktif. Cukup mencoba beberapa taktik yang dirasa sesuai lalu praktikkan pada kehidupan sehari-hari. Buat kamu yang merasa kesulitan mengatur waktu dan berharap punya waktu lebih dari 24 jam sehari, buku ini sangat cocok untukmu.
2. Funiculi Funicula
Pengarang: Toshikazu Kawaguchi
Ingin baca buku yang ringan dan penuh makna? Buku fiksi dari Jepang ini bisa kamu coba. Bercerita tentang sebuah kedai kopi legendaris yang mampu membawa seseorang menjelajahi waktu. Melalui buku Funiculi Funicula, kamu akan diajak untuk berdamai dengan masa lalu dan meneguhkan hati untuk menghadapi segala rintangan di masa depan.
3. The Calm Workbook
Pengarang: The School of Life (TSOL)
Mengelola perasaan bukanlah hal abstrak yang tidak bisa dipelajari. Meski perasaan sulit diukur, tapi tetap bisa dideskripsikan. Seperti buku TSOL kebanyakan, Calm Workbook akan membantu kamu memahami perasaan diri sendiri. Selain penjelasan yang menyenangkan dan mudah dipahami, buku ini juga memiliki halaman kerja yang harus diisi. Bagi kamu yang ingin lebih tenang dalam menghadapi hidup, buku dengan tipe workbook ini patut dicoba.
Tumblr media
Nah, dari tiga buku tadi, mana buku yang paling menarik buat kamu? Buku produktivitas, novel untuk kontemplasi, atau buku dengan halaman kerja?
0 notes
analogisendiri · 7 years
Text
Kita dan Impian
Sahabatku, duduklah sebentar bersamaku. Mari berbincang tentang impian-impian yang dulu pernah kita angankan. Masihkah teguh menggenggamnya hingga terwujud nyata? Sudahkah kau melewati lorong-lorong  sempit nan sunyi untuk sekedar menyapa impian-impian kita? Aku masih saja betah berlama-lama mengadu kepada Allah tentang kerikil-kerikil kecil yang terkadang menghambat perjalanan. Membuat kita hampir jatuh dan terluka. Bahkan menghentikan langkah kita menuju-Nya. 
Sahabatku, percayalah akan kekuatan doa, seperti sebuah uraian yang aku baca dari buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Hamka tentang pertanyaan seseorang kepada Ali Bin Abi Thalib, “Berapa lama perjalanan dari masyrik ke maghrib?” Beliau dengan cepat menjawab,”Sehari bagi matahari.” Orang itu bertanya lagi, “Berapa ribu tahun perjalanan dari bumi ke langit, pulang pergi?” Beliau menjawab, “Hanya satu detik saja bagi doa yang mustajab.” Doa kita menguap lalu mengudara menuju langit-Nya. Bahwa doa-doa terbaik mengantarkan kita menuju gerbang  impian yang kita dambakan.
Kau ingin jadi pelukis sedangkan aku ingin jadi penulis.  Sahabatku, mungkin banyak orang yang akan menertawakan impian kita. “Mana mungkin bisa!” Aku membayangkan mereka  berteriak sambil tertawa mengumandangkan kalimat itu tepat di hadapan kita. Sejujurnya hal itu membuatku ingin berlari menuju planet tak berpenghuni sehingga aku bisa menulis tanpa takut tak diapresiasi.
Sahabatku, bersemangatlah mengayunkan langkah-langkah kecil untuk meraih impian besar dan mengubah dunia. Mengunci mulut-mulut yang mencaci maki, menutup rapat retina-retina yang menghina dan mengalihkan pandangan-pandangan yang menjatuhkan. Bersiaplah.
Sahabatku, teruslah berjalan bahkan kalau perlu berlarilah mengejar impian-impian kita sampai kelelahan itu datang menyerah. Jangan berhenti apalagi berbalik arah. 
Sahabatku, terima kasih telah menemaniku mengejar impian yang dulu aku sendiripun tidak sepenuhnya yakin akan meraihnya. Terima kasih atas keyakinan yang kau selipkan di sela-sela  keraguan yang sempat mengendap. Semoga impian-impian yang kita angankan terwujud nyata menjelma asa yang membahagiakan.
1 note · View note
antaraasa · 7 years
Text
Zuhariah
Zuhariah, nenek berusia 67 tahun itu tetap tersenyum meski hidup sebatang kara. Jika pun rumah terdengar ramai, maka itu karena meongan kedua kucingnya yang berebut makanan. Jesen, kucing tertua berwarna putih itu paling tak suka membagi makan malamnya dengan Karno, kucing berambut cokelat dengan warna putih di kedua telinga dan kakinya.
Zuhariah tahu bahwa Jesen tidak suka pada Karno. Namun, Zuhariah tetap berusaha menyatukan mereka dalam satu piring seng berisi nasi dan ikan teri. Setidaknya, kehadiran mereka berdua berhasil membuat suara dalam hidupnya yang senyap.
Dulu, hidup Zuhariah tak sesunyi sekarang. Ia memiliki suami bernama Roni. Dua tahun pernikahan mereka dibumbui dengan tawa. Sayang, pada tanggal 3 Januari 1976, tepat 3 tahun usia pernikahan, Roni dengan tega meninggalkan Zuhariah yang tak bisa memberikan buah hati dalam rumah tangganya. Sejak saat itu, hidup Zuhariah tak bersuara.
Ia percaya akan cinta, namun tak percaya adanya kesetiaan. Ia tetap yakin Roni masih mencintainya, hanya saja cinta tak membuat Roni bertahan dengan segala yang ada pada dirinya. Bagi Zuhariah, kepergian Roni terjadi karena kekurangannya. Tapi, siapa yang mau ditakdirkan mandul? Dan siapa pula manusia yang tidak mempunyai kukurangan?
Tak terpungkiri, di balik senyum dan ketegaran yang selalu Zuhariah tampakkan di depan orang, dalam lubuk hati dan kenangannya, masih terdapat bekas luka yang tak akan pernah hilang dari ingatan.
*bersambung
0 notes