Tumgik
pagidanpetang · 7 months
Text
Cerita di Suatu Petang
Sore itu, aku dan adikku tengah memasang spanduk "DIJUAL" di depan lapak orangtua kami. Lapak, demikian kami memang sering menyebutnya. Tapi sesungguhnya tempat itu hanyalah sebidang tanah seperempat hektar berpagar tembok dan besi yang isinya aneka tanaman hias, pohon rambutan, dan sepetak gudang.
Pak Min (bukan nama sebenarnya), tetangga dekat lapak, membantu adikku mencarikan kawat bekas untuk menyangkutkan spanduk di pagar. Di sela kesibukan kami, Ibuku yang menemani, bertanya pada Pak Min, perihal bayi laki-laki yang digendongnya. Aku baru paham, bayi mungil itu adalah anak Pak Min yang baru lahir, "anak bonus" begitu orang mengistilahkannya, mengingat usia Pak Min dan istri yang sudah cukup tua, juga jarak dengan anak sebelumnya yang sangat jauh.
Pak Min sehari-hari bekerja serabutan. Seringnya diupah oleh warga menjadi penggali kubur. Kadang, menjadi kuli bangunan. Dulu, ia juga pernah membantu memasang keramik teras di rumahku.
Ibuku bertanya tentang persalinan istri Pak Min. Ia pun mengawali ceritanya dengan memuji Yang Maha Kuasa. "Alhamdulillah... lahiran normal di bidan. Padahal istri saya kan sudah berumur, kuatir kalau harus operasi, biayanya bagaimana. Alhamdulillah kemarin itu lancar dan gampang, keluar biaya juga nggak banyak, Bu."
Ia tampak sumringah. Lalu ia bercerita, sehari sebelum istrinya melahirkan, ayahku memanggil Pak Min dan menyuruhnya menebang sebatang pohon di lapak. Rupanya, hasil penjualan kayu tebangan, diberikan seluruhnya sebagai upah untuk Pak Min.
"Alhamdulillah Bu, saya dikasih kerjaan sama Bapak, saya bilang ke Bapak, Alhamdulillah uangnya bisa buat biaya lahiran istri saya."
Mendengarnya aku terenyuh. Betapa Allah Maha Pemberi Rizki. Ayahku tentu tak tahu menahu tentang Pak Min yang sedang membutuhkan dana persalinan. Tapi Allah mengatur semuanya. Masyaallah.
Aku pulang dengan hati yang penuh. Sungguh hikmah berharga yang kudapat dari pertemuan senja itu dengan Pak Min. Pengingat untuk terus memupuk rasa syukur dan tawakal kepada Allah Ta'ala.
Tangsel, 26.09.2023
4 notes · View notes
pagidanpetang · 1 year
Text
Bila Perkara Dunia Membuatmu Takjub
Tumblr media
Tercantum dalam kitab shahihain Bukhari dan Muslim
لَبَّيْكَ، إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْآخِرَةِ
Labbaik, innal ‘aisya ‘aisyul aakhiroh
Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, sungguh kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat.
(HR. Bukhari no 2834, Muslim no 1805)
***
Asy-Syaikh Ibnul Utsaimin rahimahullah mengatakan:
Rasul shallallahu’alaihi wasallam dahulu bila melihat suatu perkara dunia yang membuatnya takjub, beliau shallallahu’alaihi wasallam mengatakan:
لَبَّيْكَ، إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْآخِرَةِ
Labbaik, innal ‘aisya ‘aisyul aakhiroh
Karena bila seseorang melihat suatu perkara dunia yang membuatnya takjub, mungkin saja dia meliriknya, sehingga dia berpaling dari Allah.
Oleh karena itu beliau shallallahu’alaihi wasallam mengatakan "Labbaik" sebagai jawaban panggilan Allah azza wajalla, kemudian beliau
memantapkan hatinya dengan mengatakan,
"Sungguh kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat."
Karena kehidupan yang membuatmu takjub ini adalah kehidupan yang pasti sirna, sedang kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan akhirat.
Oleh karena itu, termasuk diantara sunnah ketika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan di dunia ini adalah mengucapkan:
لَبَّيْكَ، إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْآخِرَةِ
Labbaik, innal ‘aisya ‘aisyul aakhiroh
📗 Syarah Mumti‘, 3/124
***
Al Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengucapkannya di momen yang paling membahagiakan dan paling menyusahkan"
📗 Nihayatul Mathlab, karya Al Juwaini, 4/237-238
05.02.2023
6 notes · View notes
pagidanpetang · 1 year
Text
Khusyū' (الخشوع)
Faidah yang didapat dari salah satu halaqah kitab Ushul Tsalatsah di HSI, bahwa khusyū' adalah bentuk ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada selain Allāh.
Sebuah ilmu yang baru kuketahui.
Khusyū’ kepada makhluk (kepada selain Allāh) sebagaimana dia khusyū’ kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka perbuatan seperti ini adalah tidak diperbolehkan.
Bagiku, sebagai bentuk kehati-hatian, ahsannya hindari kata khusyū' untuk menyebut keseriusan terhadap aktivitas duniawi/ benda mati/ makhluk Allāh, karena tidak boleh khusyū' kepada hal-hal tersebut.
28.01.2023
0 notes
pagidanpetang · 2 years
Text
Tumblr media
Sudah lewat sebulan lebih sebenarnya. Alhamdulillahiladzi bini'matihi tatimush sholihat, dengan izin-Nya telah lahir Shofiyya, anak ke-4 yang juga merupakan putri pertama kami, pada 28 Dzulqo'dah 1443H.
"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki." (QS Asy Syura 49)
Ini adalah persalinan #homebirth kedua dan #waterbirth pertama kami. Alhamdulillah, Allah memberikan pertolongan dan kemudahan. 🤎
0 notes
pagidanpetang · 2 years
Text
Oleh Ustadz Badru Salam, Lc
Setan sangat suka menjadikan kaum mukminin bersedih hati. Maka Nabi berlindung dari kesedihan...
➖➖➖
Nabi Shallallaahu ‘alaihi Wasallam berdo’a:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
”Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan utang dan kesewenang-wenangan manusia.”
(HR. Al Bukhari)
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
" *والمقصود أن النبي ﷺ جعل الحزن مما يستعاذ منه ، وذلك لأن الحزن يُضعف القلب ، ويُوهن العزم ، ويضر الإرادة ، و لا شيء أحبّ إلى الشيطان من حزن المؤمن، قال تعالى { إنما النجوى من الشيطان ليحزن الذين آمنوا .. }*".
Nabi Shallallaahu ‘alaihi Wasallam berlindung dari kesedihan karena kesedihan melemahkan hati, melemahkan semangat, dan membahayakan keinginan. Dan tidak ada sesuatu yang paling disukai oleh setan dari membuat sedih seorang mukmin.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya najwa (berbisik-bisik tersebut) berasal dari setan agar membuat sedih kaum mukminin”.
(Thariqul Hijratain 2/607)
2 notes · View notes
pagidanpetang · 2 years
Text
Alhamdulillah this life is only a test.
0 notes
pagidanpetang · 2 years
Text
Asuransi
Aku tiba-tiba teringat pada mbah kakung Jogja rahimahullah yang meninggal sekitar tahun 1998. Waktu itu aku baru kelas 4 SD. Mbah meninggal dalam kondisi stroke yang sudah menahun ia derita. Samar aku ingat, waktu itu sepertinya dokter sudah menyerah, dan alat bantu kehidupan yang dipasang ditubuhnya pun dilepas. Ia pun pergi di usia 70-an tahun.
Sedangkan Mbah kakung rahimahullah dan Mbah putri rahimahallah di Kebumen meninggal tahun 2015 dan 2021. Dengan penyakit-penyakit tua yang sudah komplikasi. Kalau sudah ajal, tak akan ada orang yang bisa memundurkan atau memajukan.
Mereka dan juga kakek-nenek buyutku, Alhamdulillah bukan orang yang terjebak dalam sistem asuransi. Mereka hidup nerimo dalam kesederhanaan, tanpa "celengan" alias dana darurat. Meninggal dalam usia tua dengan penyakit tua. Dan bagian pengobatan di usia senjanya adalah episode hidup yang Alhamdulillah masih bisa ditanggung oleh anak-anaknya. Kemudahan dari Allah. Bukankah Allah tuntun kita hidup dengan mengedepankan ketakwaan?
Tibalah aku di suatu siang terperanjat, ketika dokter di ruang konsultasi tiba-tiba memanggilku untuk masuk lagi. Sepertinya suster melapor tentang sekian tes darah yang suamiku coret karena harganya terlampau tinggi. Ia bertanya apakah aku punya asuransi. Aku menggeleng. Bahkan BPJS aku tak ada. Aku, suami, dan ketiga anakku. Dokter itu meyakinkanku, mudah kok mengurus BPJS. "Ini semua pakai BPJS gratis", katanya.
Dan sembari keluar dari ruangannya aku menimbang-nimbang dalam kepalaku, apakah masih masuk akal di tahun 2021 ini aku hidup tanpa asuransi, seperti simbah-simbahku? Tapi aku tahu asuransi itu haram, dan seberapa menggiurkan dan menguntungkan ia, tak akan pernah menjadi halal.
Allohumma inni as alukal huda, wattuqqo, wal afaf wal ghina...
Ya Alloh berikanlah aku petunjuk, ketakwaan, sifat afaf dan rasa cukup..
Jumat, 17 Desember 2021
Rindu pada kakek nenekku.. rahimahumullah rahmatan wasiatan.. Ya Allah semoga aku dipertemukan kembali dengan mereka di Jannah-Mu..
0 notes
pagidanpetang · 3 years
Text
Wara’ #2
Tumblr media
Suatu hari, aku ingin sekali baca sebuah buku agama. Kujelajahi berbagai marketplace dan Googling sana sini, ternyata buku tersebut tidak ada yang jual versi Bahasa Indonesinya. Ada sih versi aslinya Bahasa Arab, tapi sadar akan kemampuan Bahasa Arabku (tutup muka, hehe), akhirnya, aku coba cari versi Bahasa Inggris. Siapa tahu ada yang jual versi digitalnya.
Alhamdulillah aku menemukannya di sebuah blog, bahkan bisa diunduh cuma-cuma dalam bentuk pdf. Aku ragu, ketika layar bergulir dan berhenti di halaman 3. Disebutkan bahwa "All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, photo-copied, SCANNED, stored or transmited in any other shape or form without the prior permission of the copyright owners". Jelas-jelas buku itu hasil pindaian yang diunggah. Aku ragu. Dapatkah dibenarkan bila aku membacanya? Ini kan buku agama, pasti penulisnya pun akan senang bila ilmunya dapat tersebar dan bermanfaat. Ada pergolakan batin, di satu sisi aku sangat ingin membacanya dan meraup faedah, tapi di sisi lain aku kuatir bukan keberkahan yang akan kudapat.
Mungkin bagi sebagian orang membaca buku bajakan adalah persoalan sepele, namun bagiku ini perkara prinsip. Proses menerbitkan sebuah buku hingga ia dapat dipajang di etalase toko buku fisik maupun daring adalah proses yang panjang. Dalam sebuah tulisannya, Ustadz Erwandi hafidzahullah menyebutkan bahwa pembajakan terhadap hak cipta merupakan kedzaliman yang harus dipertanggung jawabkan di dunia dan akherat.
Maka, kuputuskan untuk menghubungi penerbitnya. Penerbitnya ini berlokasi di Birmingham, UK. Alhamdulillah ketemu nomer WA nya di website resmi penerbit tersebut. Kujelaskan duduk permasalahannya bahwa aku menemukannya di belantara internet dalam bentuk pdf, dan aku ingin membacanya untuk diriku sendiri. Beberapa hari kemudian, penerbit tersebut membalas pesanku. Ia mengatakan bahwa memindai dan mempublikasikannya dalam bentuk pdf adalah ilegal, namun ia mengizinkanku untuk membacanya. Alhamdulillah...
Tentunya dengan ditambah pesan sponsor bahwa mereka menyediakan pengiriman mancanegara termasuk Indonesia. Untuk yang satu ini, aku langsung berminat dan menanyakan ongkos kirimnya, namun hingga kupos cerita ini, belum juga ada balasan dari mereka.
Di era saat ini, begitu marak pdf buku digital yang bisa diperoleh dengan harga sangat murah atau bahkan cuma-cuma. Di marketplace bahkan banyak beterbaran penjual buku repro (berasal dari e-book lalu dicetak sendiri oleh penjual).
Coba cermati ketentuan dari pemilik hak cipta. Bila memungkinkan bertanya pada pemilik hak cita, maka tanyakanlah! Siapa tahu mereka mengizinkan untuk membacanya. Bila tidak, tahan diri. Semoga Allah mengganti dengan yang lebih baik.
Mudah-mudahan ada manfaat yang bisa dipetik dari kisahku ini.
Menulis sebagai catatan,
Tangsel,
10.9.2021
#bukubajakan #bukuagama #menuntutilmu #hakcipta #nasehat
0 notes
pagidanpetang · 3 years
Text
Orang yang Berbahagia #1
Tumblr media
Nasihat untuk diriku sendiri.
1 note · View note
pagidanpetang · 3 years
Text
Ambisi
Ia mengingat tepat satu dekade lalu. 2011.
Senja itu ia tengah menikmati sunset di hangatnya pasir pantai Kuta. Merajut mimpinya tentang bangunan-bangunan tua di Eropa, tentang riset yang menantang pada subyek yang disukainya, tentang salju, musim gugur..
Dan Allah dengan kekuasaan-Nya, menghamparkan padanya salah satu sudut Eropa yang paling ia inginkan. Musim demi musim ia lalui, hingga Allah bukakan hatinya pada hakikat kehidupan yang sebenarnya.
Hari ini, ia pun berkata:
"Aku telah mengubur dalam-dalam ambisiku itu."
4 September 2021
4 notes · View notes
pagidanpetang · 3 years
Text
Educated
Tumblr media
Beberapa hari lalu aku selesai baca Educated, karangan Tara Westover. Buku itu berkisah tentang seorang perempuan yang tidak pernah duduk di sekolah formal, tapi mampu mendapat nilai ACT (semacam SPMB) yang cukup untuk masuk universitas di usia 16 tahun. Di kampus BYU ia memperoleh beasiswa, dan lanjut pascasarjana di University of Cambridge serta mendapat fellowship ke Harvard University. Ia pun berhasil mendapatkan gelar Ph.D di bidang sejarah pada usia 28 tahun dari salah satu universitas tertua di UK tersebut
Buku itu memberikan sebuah ilustrasi bahwa anak produk homeschooling mampu berkompetisi di jenjang pendidikan tinggi. Padahal, bisa dibilang Keluarga Westover ini sangat longgar dalam mengajar materi umum. Orangtuanya lebih menekankan pada praktik kehidupan nyata sehari-hari, dan nilai-nilai religius (mereka beragama Mormon). Menariknya dari 7 anak Keluarga Westover, 3 orang mampu meraih gelar Ph.D. Sehingga, tentu ada peran hasil pendidikan dari orangtua, yang sayangnya tidak diakui terang-terangan oleh Tara dalam bukunya.
Nilai-nilai yang diyakini oleh orangtua Tara adalah antitesis dari arus-utama kultur Amerika yang menggaungkan emansipasi wanita, kebebasan dan hak asasi. Namun anehnya aku familiar pada sebagiannya, karena itu yang diajarkan dalam agamaku, seperti tempat wanita adalah di rumah, dan mencari nafkah adalah kewajiban laki-laki. Perempuan bukan tidak boleh berpendidikan tinggi. Perempuan bukan tidak boleh untuk bekerja. Tapi pada akhirnya ia akan kembali menjalankan peran yang sesuai dengan fitrahnya.
Beberapa bagian dari buku ini membuatku menangis. Bukan karena pilu akan betapa abusive nya kakak Tara, atau betapa keras lingkungan tempat tinggalnya, tapi karena di buku ini begitu banyak konflik batin orangtua-anak, yang membuat aku merefleksikan hubunganku dengan orangtuaku sendiri. Ketika aku dewasa, banyak keputusan yang tak lagi kubuat melibatkan orangtuaku sebagaimana ketika aku kecil. Mereka mendukung karena mereka menginginkan aku bahagia. Meskipun aku tahu, seperti yang Tara tahu, tentang ketakutan dan kekhawatiran yang sulit untuk didiskusikan.
"Bayangan akan ayahku saat itu akan selalu melekat padaku: raut wajahnya, cintanya, ketakutannya, dan kehilangannya. Aku tahu mengapa dia takut: 'Kalau kau di Amerika, kami masih bisa datang untukmu. Di mana pun kau berada. Aku punya seribu galon bahan bakar terkubur di lapangan. Aku bisa menjemputmu.., membawa pulang, membuatmu aman. Tapi kalau kau menyeberangi lautan...'" (hal.379).
4 September 2021
1 note · View note
pagidanpetang · 3 years
Text
Bersandar
Tumblr media
Semakin aku bertambah usia, semakin orangtuaku menua, kurasakan bahwa kami makin berhati-hati dalam menyampaikan hal-hal yang berkecamuk dalam pikiran, kesulitan-kesulitan, juga menyikapi perbedaan-perbedaan atas pilihan dalam menjalani kehidupan. Ada hal-hal yang kini tak mudah untuk diutarakan. Mungkin karena aku telah memiliki kehidupan sendiri, dengan segala permasalahannya. Mungkin karena kami takut membebani pikiran satu sama lain. Mungkin karena sama-sama tak ingin menimbulkan friksi yang akan merenggangkan hubungan.
Namun aku terkadang dapat menangkap "sesuatu" dari semburat air muka mereka.
"Papa udah seneng kok dapat sekian puluh ribu sehari. Yang penting bisa buat makan," kata Mama. Beliau bercerita tentang uang yang didapat Papa dari hasil mewarnai kerajinan bambu, salah satu usaha keluarga kami, yang mulanya adalah usaha sampinganku, lalu qodarullah justru menjadi wasilah bagi orangtuaku.
Aku memaksakan diri tersenyum, "Alhamdulillah. Yang penting cukup kan?"
"Iya cukup, Alhamdulillah," ujarnya.
Hatiku rasanya sesak. Di usia senjanya, mereka tak memiliki tabungan apa-apa di rekening. Namun, mereka tak pernah tampak susah di depan cucu-cucunya. Tiap anak-anakku datang, atau bahkan ketika mereka berkunjung ke rumah kami, pasti ada uang yang mereka rogoh untuk membeli jajanan untuk cucu-cucu. Dan aku melihat raut bahagia mereka dari kegembiraan anak-anakku tatkala menerimanya.
Mungkin itu yang disebut dengan hati yang kaya.
Aku anak pertama perempuan, yang mungkin telah mengecewakan hati mereka--meski mereka tak berucap apa pun. Aku melepas harapan-harapan mereka. Karir sebagai ASN, gaji dan tunjangan, serta proyeksi hak pensiun di masa depan. Semua telah kulepas menginjak tahun ke-10 ku mengabdi pada negara. Keputusan yang telah bulat dan telah kupikirkan sejak lama.
Meski orang berkata aku telah melakukan perniagaan yang terlampau mahal. Namun bagiku, karir dan dunia yang terbentang di hadapanku, adalah murah, dibanding hidayah yang harus diupayakan agar tetap terjaga dan bertambah. Bukankah Allah berjanji akan memberikan ganti yang lebih baik? Mudah-mudahan Allah mencatat niatku ikhlas semata-mata karena mengharap wajah-Nya.
Aku tahu mama khawatir ketika melihatku tak tampak sibuk mengerjakan pekerjaan paruh-waktu di depan komputer. Sudah beberapa bulan ini, aku memang berhenti menerima pekerjaan lepas. Kusadari, anak-anak butuh perhatian lebih banyak untuk pendidikannya, dan aku baru memulai pendidikan rumah tahun ajaran ini. Aku berharap, Allah akan memberikan kecukupan dengan sebab aku memilih menunaikan prioritas-prioritasku, amanah dari-Nya.
Aku berdoa, semoga Allah memudahkanku untuk dapat berbakti pada keduanya, dalam segala kondisi hidupku. Dan Allah berikan taufik dan ketakwaan pada orangtuaku.
Sebagai orangtua, janganlah terlampau berharap pada anak. Sebagai istri, janganlah terlampau berharap pada suami.
Kita harus terus menerus berbaik sangka akan kemurahan Ar-Rohim. Betapa bodoh manusia , ketika menyangka ketenangan itu datang karena kita dapat bersandar pada suami, pada anak, pada negara, pada perusahaan, pada usaha kita yang mengalirkan profit dengan derasnya. Padahal tidak demikian. Ketenangan yang hakiki adalah hanya karena kita mengingat-Nya, sebagai satu-satunya tempat bersandar.
Aku tak pernah lupa akan sebuah nasihat dari Ustadz "Jangan berharap pada manusia karena engkau akan kecewa. Berharaplah pada Allah, niscaya Engkau tidak akan pernah kecewa."
Menulis sebagai renungan.
4 September 2021
3 notes · View notes
pagidanpetang · 3 years
Text
Tumblr media
0 notes
pagidanpetang · 3 years
Photo
Tumblr media
Success & Failure in Homeschooling
It depends on what you define as success and failure. A child is much more than learning ABC, 123, etc. Educating a child is about developing the whole child. Social development, moral development, emotional development, and spiritual development imply that education is not just academic. You have to consider all those things in relation to that.
So how do you define success, and how do you determine failure? The best thing to do is keeping track of the progress. But it isn’t easy. You know to lose two pounds a week, and you do it consistently and look at the mirror; everyone around you will not notice that small increment of weight loss. However, if you do it for two months, three months, four months, six months and a year, everyone will see the progress, including yourself. It is the same kind of idea when it comes to the development of our kids.
On day by day basis when we are hanging out with them all the time, we don’t always notice the small increment steps or progress of development. But, as weeks go by, from one week to the next, one month to the next, six months to the next, one year to the next, those elements of progress will be noticeable. So, keep track of that if you are working on a book, work it periodically.
If you are unschooling, it needs greater initiative. Recall what your children are doing so that you can have something to look back at and reflect on where they were two months ago to where they are now. So, constantly look at that progress, something tangible in front of you, so you can see where your children have come from to where they are now. Because if you don’t do that, you are just looking at the day to day basis, it is really really difficult to see the positive changes of the development. So, go back and look at the book if you are on unschooling.
Greater investment of your own time, to sit down with a diary, and record what are they doing, the things that they are saying, all the things they are exploring, record all the things they are talking about and the lightbulb moments where you see that they have got something new. And then look at the period and see how far they have come, look at where they were a month ago, see where they are now, look at where they were six months ago, and see where they are now.
- Umm Khadeejah
PS: This is the answer of my question to amuslimhomeschool.com
0 notes
pagidanpetang · 3 years
Text
Menyingkirkan Gangguan di Jalan
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ 
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman. Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598; Muslim, 35 [58], dan lafazh hadits di atas adalah lafazh riwayat imam Muslim; Ahmad, II/414, 445; Abu Dawud, no. 4676; At-Tirmidzi, no. 2614; An-Nasâ-I, VIII/110; Ibnu Mâjah, no. 57; Ibnu Hibban, no. 166, 181, 191-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibbân). Referensi: https://almanhaj.or.id/13169-cabang-cabang-iman.html
--
Alhamdulillah, semalam suami pulang membawa sepeda baru. Sepeda lipat warna hitam yang memang sudah lama diidamkan, dan Alhamdulillah terbeli dengan izin Allah. Pagi hari, selepas Subuh anak-anak semua diajak melihat sepeda baru, suami juga menawarkanku untuk mencoba. Melihatku bersepeda, anak-anak otomatis jadi ingin pakai sepedanya masing-masing. Qodarullah, sepedanya anak sulung bannya kempes, waktu diperiksa, ternyata ada paku payung menancap.
Siangnya aku bercerita ke Salman tentang suatu “Urban Legend” yakni oknum yang sengaja menebar paku di jalan agar tambal bannya laris. Rupanya Salman tidak terkejut dengan ceritaku itu, katanya itu cerita yang sama dengan yang dia baca di buku. Bergegas dia ke kamarnya dan kembali kepadaku sambil membawa buku karya Mbak DK Wardhani dan dibukanya halaman dengan cerita yang dimaksud. Rupanya kisah itu menerangkan tentang hadist menyingkirkan gangguan di jalan seperti di atas (Jujur aku takjub, Masya Allah, ingatan dia kuat sekali dengan konten buku yang telah ia baca). Jadilah, momen ini kujadikan kesempatan untuk memberikan nasihat. Kuberikan ilustrasi-ilustrasi pengamalan hadits tersebut, seperti menyingkirkan mainan yang berantakan di lantai, membuang sampah di tempatnya, agar tidak mencelakai orang yang lewat demi mengharap pahala dari Allah. 
Malamnya, Zaid sengaja menumpahkan air minum di lantai. Aku pel dengan kain, tapi masih belum kering sempurna. Qodarullah, Zaid terpeleset. Saat itu aku tidak di dekatnya, kakak-kakaknya yang melihat. Kata Salman, kepala bagian belakang yang terbentur duluan. Zaid menangis tercekat, dan seketika parasnya pucat pasi, bibirnya putih membiru, dan matanya seperti hendak terlelap. Ya Allah, aku takut luar biasa! Buru-buru aku telepon suami, ternyata ia masih di kantor. Yang ada di pikiranku adalah melarikan Zaid ke IGD, tapi bagaimana kesananya? Suamiku menyuruhku meminta bantuan tetangga, atau memanggil ART kami. Tapi aku sungkan. Akhirnya kutelepon adikku untuk datang. Zaid yang semula tidak mau nenen, lama-kelamaan mau dan rona wajahnya kembali normal. Alhamdulillah. Kuputuskan untuk tidak kemana-mana dan mengobservasinya 24 jam bilamana nanti ada tanda-tanda cedera dalam. Alhamdulillah, rentang waktu 24 jam telah lewat dan dia baik-baik saja. Sungguh, pelajaran berharga, jika ada air tergenang harus benar-benar dikeringkan sempurna. Lagi-lagi, jadi berkaitan dengan hadits di atas. 
Tangerang Selatan, 9 Juni 2021
0 notes
pagidanpetang · 3 years
Text
Refleksi Belajar Fotografi
Tumblr media
Beberapa bulan lalu aku ikut sebuah kelas basic photography secara online. Sebenernya udah lama pengen ikut kelas kayak gitu, pengen bisa bikin foto yang bagus, siapa tahu bisa bermanfaat di kemudian hari. 
Aku cerita ke suami, kalau kelas itu nanti fokusnya ke foto makanan dan produk. Mengingat aku nyambi bisnis kecil-kecilan online, jadi skill ini insyaAllah bakalan berguna. Sebatas itu aja sih niatnya. Dan Alhamdulillah suami ACC. 
Mendekati tanggal kelas dimulai, niat yang sesimpel pengen ilmu buat motret produk jadi berkembang pengen bisa bikin foto bagus buat hobi dan mudah-mudahan jadi pintu rejeki (buka jasa food photography?). Angan-angan pun memanjang. Setelah dipikir masak-masak, aku belilah seset peralatan lighting. Nggak murah sih, tapi nggak apa-apa deh, hitung-hitung investasi.
Singkat cerita, berlangsunglah kelas tersebut hari demi hari. Dan dapat kukatakan bahwa waktu cukup terkuras bahkan untuk menghasilkan sebuah foto. Kupikir itu semata-mata karena aku belum terlatih. Tapi waktu kutanya pada guru fotografi yang mengajarku, beliau pun menghabiskan sejumlah waktu yang tak sebentar untuk menghasilkan satu karya layak unggah ke feed instagramnya. Perasaan sukacita yang semula menghiasi, lama kelamaan pun menjelma menjadi kerisauan. Aku terhenyak, bahwa selain tujuan marketing/ moneter, manfaat apa yang dapat aku maupun orang raup dari sebuah foto yang menarik? Apakah worth it dengan effort yang kukeluarkan? Benarlah sabda Nabi hallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa ada salah satu nikmat yang manusia sering tertipu, yaitu waktu luang. Termenung, aku belum menemukan hujjah bila ini akan bermanfaat untuk akhiratku. Baiklah, katakan bahwa ini bisa menjadi salah satu jalan menjemput rizki. Tapi untuk kesana kutersadar bahwa upayanya tak sedikit dari sisi waktu dan energi (bahkan juga dana) dan aku takut menjadi lalai. Maka segera kuhubungi sahabatku, yang notabene ia sendiri penggiat dan praktisi mobile photography yang sesungguhnya. Ia telah menemukan passion dan jalannya untuk berkarya. Ia pun dengan senang hati membeli perlengkapan lightingku. Menjadi suaka dari ketakutan akan kemubaziran yang menggelayuti pikiranku. Dan ia tidak mendebat bagaimana overthinking-nya aku terhadap hobi ini. "Memang kita harus mikir ke arah sana kaan... Kamu sudah bermanfaat kok dengan yang kamu lakuin sekarang. Ga semua jadinya [harus menekuni] moto semua." 
Tangerang Selatan, 21 April 2021
1 note · View note
pagidanpetang · 3 years
Text
Labu Parang & Kelinci Peliharaan
Tumblr media
Roasted Butternut Squash
[Snack MPASI]
✅ Labu dipotong dadu, taruh di pinggan tahan panas
✅ Beri sedikit minyak sayur (boleh sawit, zaitun, canola dll, seadanya saja)
✅ Taburi sedikit garam
✅ Geprek satu siung bawang putih, campurkan
✅ Masukkan ke oven suhu sekitar 175 derajat celcius selama kurang lebih 45 menit.
◼️◼️◼️◼️
Beli labu parang sudah lama sekali, rencana ingin bikin kolak tapi ada aja kendalanya mulai dari bahan-bahannya nggak kunjung lengkap hingga ngga mood masak hehe.
Qodarullah kemarin panik banget karena kelinci peliharaan melahirkan. Tambah lagi kenyataan makanan kelinci habis, sayur mayur juga ngga ada persediaan dan hari sudah beranjak petang, nggak berani nyari rumput di luar. Kuatir kebutuhan nutrisi induk kelinci kurang, akhirnya kupotong sebagian labu parang dan kukasihkan untuk pakan. Sebagian lagi pagi ini dieksekusi buat cemilan anak-anak.
Lessons learned:
- Kelinci ga suka labu parang
- Kelinci hanya butuh 30 hari buat mengandung dan melahirkan
- Kelinci merontokkan bulunya untuk mengalasi bayi-bayinya yang baru lahir
- Kelinci jantan harus dipisahkan agar tidak melukai/memakan bayi kelinci
Qodarullah wa masya'a fa'ala tadi pagi suami ngecek anak kelinci ngga ada yang selamat.
0 notes