Tumgik
avrindah · 2 days
Text
Butuh Keberanian
Ada ungkapan menarik, "Jodoh itu jangan dicari, tapi dijebak." Dalam hal pernikahan, ada modal keberanian yang begitu besar. Termasuk untuk "menjebak" dengan keputusan-keputusan yang mungkin sebelumnya selalu berpikir "Apakah aku mampu?"
Selalu ada ketakutan. Inilah poinnya. Dalam keputusan besar (baca: menikah) ada sekelompok makhluk yang juga punya rencana besar. Sebut saja ia syaitan. Salah satu rencananya adalah menghembuskan ketakutan yang tidak sederhana.
Deretan pertanyaan penuh keraguan berjejer memenuhi pikiran. Tapi, Allah yang Maha Baik menguatkan insan yang tulus, ikhlas, dan berani untuk menikah. Allah menguatkan hati, memudahkan jalan.
Salah satu ketakutannya adalah meragukan apakah dirinya mampu menjadi pasangan yang baik? Mampu mendidik anak dengan baik?
Allah kuatkan dengan kisah-kisah dalam Al-Qur'an.
Sungguh, inilah yang menarik. Akan kita jumpai puluhan ayat tentang keluarga. Amat menarik lagi ketika kita pikirkan bahwa setiap keluarga yang Allah ceritakan dalam Al-Qur'an memiliki ujiannya masing-masing.
Keluarga Imron dengan harapan akan keturunan laki-lakinya.
Keluarga Luth as dan Nuh as dengan istri dan anaknya.
Keluarga Asiyah binti Muzahim dengan pasangannya.
Keluarga Yakub as dengan anak-anaknya.
Keluarga Musa as dengan keputusan penguasanya.
Keluarga Ibrahim as dengan ujian keimanannya.
Keluarga Zakaria as dengan umur tuanya.
Itu yang menguatkan. Sekaligus menjadi penyadaran bahwa orang istimewa ujiannya pasti tidak sederhana.
Jadi, menikahlah. Kumpulkan keberanian. Selagi engkau dalam koridor syariat Allah, jangan takut, Allah yang akan menunjukkan jalan untukmu.
5 notes · View notes
avrindah · 2 days
Text
Penyesalan
Sebuah rasa yang muncul di akhir setelah melihat perjalanan dari sebuah keputusan. Sialnya, kadang diiringi dengan penyalahan diri.
Kemarin aku berpikir begini. Tanpa sengaja ketemu kalimat dari Sebat Project yang aku screenshoot setahun yang lalu. Begini :
Tumblr media
5 notes · View notes
avrindah · 2 days
Text
Boleh gak ya menganggap overthinking bagian dari ikhtiar? Meski solusi hadir bukan dari apa yang dipikirkan.
0 notes
avrindah · 12 days
Text
Kegelisahan
Orang itu akan dinilai dari apa yang digelisahkan.
Para sahabat ketika menjelang Perang Ahzab bertanya tentang kota yang akan ditaklukkan.
Seorang ahli tafsir mengatakan, "Kalau ada orang yang mati, sibuk memikirkan diri sendiri, dia mati kerdil. Yang mati besar adalah orang yang meninggal dalam keadaan memikirkan ummat ."
Kegelisahan yang benar mendorongnya bergerak hingga terpikir apa yang harus dilakukan, karya apa yang harus dihasilkan. Kegelisahan ini bisa lho dijadikan tolok ukur untuk menilai siapa dirimu, atau orang terdekatmu.
17 notes · View notes
avrindah · 12 days
Text
Setiap Orang Punya Karakter
Dulu menganggap orang yang pemarah itu sejelek-jeleknya manusia. Ternyata setelah sekian kali belajar, marah tidak sepenuhnya salah.
Dulu ketika bertemu dengan orang yang sombong rasanya pengin menjauhkan pada jarak terjauh sampai tidak bisa bertemu lagi. Ternyata sombong juga diperlukan.
Dulu pernah bilang tidak suka dengan orang yang pendiam. Sekarang malah belajar agar lebih diam.
Jadi, pada intinya, setiap sifat dan sikap itu baik, asal pada tempatnya, pas dengan situasi dan kondisinya.
116 notes · View notes
avrindah · 12 days
Text
Sabar itu ilmu yang dipelajari seumur hidup.
Dulu ada teman yang bilang, "Kita akan diuji pada sesuatu yang paling lemah dalam diri kita,"
Ketika kita belum bisa bersabar dengan orang yang suka seenaknya, rasanya semua orang terlihat seenaknya sendiri. Kita akan merasa begitu terus sampai kita bisa sabar menghadapi orang tipe begitu.
Kita yang tahu diri masing-masing. Tidak perlu menghakimi, apalagi menilai orang tidak mampu. Seakan hanya diri ini yang paling layak hidup. Prosesnya, ini yang penting. Proses orang dalam menemukan titik kesabarannya berbeda-beda.
73 notes · View notes
avrindah · 12 days
Text
Doa Meminta Cinta
Pada suatu sepertiga malam terakhir kala itu, rintik hujan masih menemani dengan syahdu. Pada sebagian orang ada yang melawan dinginnya malam dengan memaksakan diri untuk berwudhu. Oh, jangan lupa, godaan kantuk dan hangatnya selimut yang lebih berat dilenyapkan pada saat begini juga dilawan.
Sajadah itu tergelar. Seseorang duduk di atasnya. Sepi, senyap, hanya bibirnya bergerak. Rintik hujan mungkin kalah deras dengan dzikir yang ia langitkan.
Setelahnya, ia tutup dengan doa yang terus diulang. Hanya satu kalimat tapi merepresentasikan gundah dalam hatinya.
"Ya Rabb, aku memohon cinta, kasih, dan sayang-Mu."
Sebab seharian menahan sesak. Kala cacian menimpanya seakan tiada maaf. Kala amukan menerpanya seakan tanpa ampunan. Dadanya terhimpit oleh orang yang tidak tahu tapi paling lantang mengutuk.
8 notes · View notes
avrindah · 12 days
Text
Aku mencintai segenap yang kamu punya. Membahasakan dengan indah tentang apa yang kamu suka. Setuju, sekata, seiya. Pada dirimu, laki-laki nomor satu dalam hidupku.
7 notes · View notes
avrindah · 12 days
Text
Bedebah semacam kamu yang tidak menyadari pelaku penghianatan tidak pantas berbicara kesetiaan.
Harga mahal sebuah kepercayaan dibanting dengan ceracau kedustaan. Berhenti menganggap dirimu korban. Kamu yang tidak mau mengerti, hanya mau dianggap yang paling tersakiti.
2 notes · View notes
avrindah · 12 days
Text
Sering terlupa, dirimu adalah orang yang dulu berhutang kebahagiaan, tetapi kamu bayar dengan kebencian.
Bila ucapan "selamat tinggal"-ku kamu balas dengan sorak kebahagiaan, lantas kenapa kamu seolah korban dari perpisahan?
Padahal dirimu adalah manusia yang paling berharap hubungan ini usai. Manusia nomor satu yang melepaskan mata rantai janji dan pe-maaf-an.
5 notes · View notes
avrindah · 17 days
Text
Usia
Sebuah video reels IG melewati linimasaku. Awalnya sudah digulir jempol kananku, tapi itu hanya sesaat, tiba-tiba ada rasa ingin menyimak video singkat itu.
Isinya tentang seorang syaikh (lupa namanya, atau memang tidak disebutkan) beliau ditanya tentang menunda pernikahan. Kemudian dijawab, kurang lebihnya begini, beliau tidak menganjurkan untuk menunda menikah, karena semakin usia bertambah, semakin membuat pandangan kita merasa tidak ada laki-laki/perempuan yang cocok.
Videonya singkat, tapi efeknya tidak. Aku kepikiran sampai tulisan ini dibuat. Padahal sudah kulihat 2-3 hari yang lalu. Sepertinya ya, memang, terlalu membekas. Aku sudah memikirkan hal ini, sampai membuat pengandaian. Andai aku nikah 4-5 tahun yang lalu, dengan laki-laki manapun yang waktu itu banyak berinteraksi denganku. Mungkin ya, mungkin aku menjalani hidup ya jalan saja
2 notes · View notes
avrindah · 22 days
Text
Sejak Oktober ...
Sebenarnya pantang untuk curhat masalah pribadi di sosial media. Tentang ini, bagiku tidak pernah sederhana. Tapi, mungkin tidak untuk di Tumblr ini. Tidak banyak pembaca, apalagi yang mengomentari. Mungkin satu-dua cerita tidak apa-apa.
Sejak Oktober, tepatnya Oktober 2023 aku diserang rasa panik yang sampai membuatku lemas. Tidak selalu, tapi bisa terjadi begitu. Penyebabnya entah, sudah berapa dokter yang aku datangi dan belum ada diagnosa final. Beberapa dari mereka menyarankanku untuk melakukan beberapa tes yang akhirnya ditemukan kondisi yang mengharuskan meminum obat atau vitamin.
Hari-hari sejak Oktober aku lalui seperti biasa. Kerja, pulang, main sosmed, baca, tulis, tidur, masak. Aktivitas berat tidak terlalu sering, mungkin beberapa kali safar-- dan, ya, cukup memperparah kondisiku.
Kalau melihat catatan medisku, beberapa kali ke dokter tidak dikasih resep. Dokter hanya memintaku untuk bercerita apa adanya. Kalaupun tidak ada kata-kata, gak apa-apa nangis, katanya. Jadi, aku melakulan apa yang diminta. Menangis, terkadang tanpa suara.
Sejak Oktober, itu yang aku rasakan. Cemas dan khawatir berlebihan. Berkepanjangan. Terkungkung dalam kebingungan. Aku menjalani hidup dengan normal, seperti orang kebanyakan. Tapi, ada waktunya di mana yang aku harapkan hanyalah ketenangan.
Ini tidak mudah, meski aku bisa melewatinya. Aku tahu tidak bisa hidup dalam kondisi begini selamanya. Harus ada titik di mana aku tidak merasakan cemas dan khawatir atau perasaan sejenisnya. Aku masih berusaha. Masih mendatangi dokter atau ahli lainnya. Mohon doanya, ya. Aku tidak tahu, bisa jadi ada di antara pembaca yang doanya selalu ditunggu Allah.
2 notes · View notes
avrindah · 23 days
Text
Face Reading
Profiling. Face reading. Atau apalah sebutannya.
Dulu, aku berpikir semua orang bisa menilai hanya dengan melihat wajahnya. Karakter dasar yang membentuk wajah manusia menjadi bermacam-macam. Bahkan bisa terlihat apa ketakutan terbesarnya, potensi paling potensial, atau caranya memperlakukan orang lain.
3 tahun terakhir aku baru menyadari tidak semua orang bisa. Tetapi banyak yang bisa. Itulah ... 3 tahun terakhir aku banyak bertemu dengan orang yang tajam intuisinya. Semakin mengenal orang semacam itu, semakin mengenal ternyata kemampuan manusia tu unik-unik, ya.
Balik lagi.
Aku tidak tahu kapan pertama kali menyadari aku mulai bisa membaca karakter orang melalui tulisan tangannya. Kemudian bisa dengan suara, bisa dengan spot/tempat favoritnya, terakhir dengan melihat wajahnya. Karena aku tidak pernah belajar, itu seperti bakat alami yang hilang timbul sesuai kondisi hati.
Sekian lama aku menghindari mem-profil orang karena aku menyadari efek yang begitu besar-- aku kelelahan dengan lelah yang sulit kujelaskan.
Hingga akhirnya hari ini aku iseng melihat foto teman saudara dan menyebutkan satu-dua sifatnya dan ternyata benar. Sayangnya, ya, berakhir dengan kelelahan sampai sekian jam kemudian. Aku lelah. Tapi ingin bercerita di tempat orang yang mau tahu (membaca) ceritaku.
1 note · View note
avrindah · 25 days
Text
Memunculkan Rasa Bersalah
Kemarin sebuah mf di X muncul di timeline-ku. Tentang seseorang yang mengaku bisa membuat orang merasa bersalah. Kemudian dibalas oleh warga X dengan balasan yang membuatku sedikit tersentil. Apalagi pas gak sedikit aku temui balasan yang menyatakan dia benci banget sama orang yang begitu, istilahnya guilt tripping.
Aku berpikir banyak hal. Tapi, memang membuat orang merasa bersalah gak bisa sembarangan.
Gini, kalau kamu gak punya salah, tapi disalahin, jangan mau. Tapi kalau kamu punya salah tapi gak mau disalahin, itu bahaya. Kok bisa?
Ketika aku ngajar ke santri suka kisahin tentang manusia pertama, Nabi Adam as. Ada 1 doa Nabi Adam as yang aku sering ulang.
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ اَنْفُسَنَا وَاِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ
Coba cek artinya. Dalam doa itu Nabi Adam as mengaku bahwa dirinya dzalim kepada diri sendiri. Mengakui kesalahan.
Sekarang kita bandingkan dengan ucapan syaitan ketika mendapati keputusan yang sama; diturunkan ke bumi.
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ﴿١٦﴾ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Coba cek artinya. Keduanya ada di QS. Al-'Araf. Ayat yang kedua seakan menjadi sumpah syaitan (iblis) yang akan menyesatkan manusia.
Sudah ketemu poinnya?
Ya, Nabi Adam (manusia) ketika bersalah, mengakui kesalahan, memohon ampun kepada Allah. Sedangkan syaitan sebaliknya, malah bersumpah untuk menyesatkan manusia.
Inilah yang aku pikirkan. Memunculkan rasa bersalah itu perlu, apalagi dalam ranah mendidik anak. Ketika anak salah, katakan itu salah dan minta anak untuk meminta maaf dan mengakui kesalahan.
Efek yang terjadi ketika anak tidak dibiasakan mengakui kesalahan ya mungkin akan seperti generasi sekarang ini, gak mau disalahin, perfeksionis, malah bisa jadi punya sifat suka menyalahkan orang lain. Bahaya lho.
*tulisan ini sebenarnya bisa ditulis lebih panjang. Tapi, untuk kali ini segini dulu
4 notes · View notes
avrindah · 28 days
Text
Adikku Rangking 1
Libur lebaran kali ini menjadi pengalaman pertama adik liburan setelah di pondok. Anak yang paling manja, harus diurus tiba-tiba harus mondok karena sekian hal malah banyak hikmahnya.
Adik yang dulu setiap UAS selalu excited menunjukkan hasil ujiannya. Sekeluarga -terutama Mama- berbangga karena jelas nilainya dan pantas sebagai juara pertama.
Sekarang -Mama masih bangga- tapi aku melihat hal lain. Kertas ujian yang juga ada nilainya membuat keningku berkerut. Kalau kalian pikir nilainya bagus, kalian salah. Justru nilainya standar dan "tidak layak" menjadi juara pertama.
Bukan berarti aku tidak bersyukur. Tapi, perlu meluaskan pikir atas fenomena ini. Lantas agar tidak memanjangkan prasangka, aku tanyakan adik, "Temenmu yang gak rangking itu nilainya berapa?" Dia jawab menyebutkan nilai kisaran 2-5.
Inilah ...
Aku menghela napas. Ya Allah ... generasi ini apakah bisa ditolong? Seketika teringat satu pertanyaan itu. Benar, apakah bisa ditolong? Dengan kualitas yang (maaf banget) jauh dari ilmu, pengetahuan, apalagi hikmah.
Belum selesai keterkejutan, aku menemukan pembahasan ramai di jagat X tentang fenomena gerhana matahari. Dari aplikasi sebelah, dicapture kemudian dishare di X menjadi pembahasan panjang yang lagi-lagi mengulangi pertanyaan yang sama, "Apakah generasi ini bisa ditolong?"
3 notes · View notes
avrindah · 28 days
Text
Paling Banyak Bertanya
"Kapan nikah?"
"Mana calonnya?"
"Itu lho, Ndah, temenmu dah pada punya anak,"
"Mau nunggu apa lagi? Nunggu siapa lagi?"
Tebak, pertanyaan itu paling banyak datang dari siapa? Jawabannya; dari diriku sendiri.
Bukan, bukan berarti membandingkan, mengutuk takdir, iri dengan kehidupan orang lain, tidak, aku menanyakan itu semua pada diriku karena aku mencari jawaban paling jujur dari hatiku.
Dulu, sempat merasa patah hati paling parah. Merasa bingung membereskan hati yang berantakan. Merasa linglung seakan tidak ada jalan. Jadi, ketika hatiku bertanya, aku menjadikan patah hati sebagai alasan pada jawaban.
Sekarang, tidak ada lagi. Tidak bisa beralasan patah hati karena sudah tidak merasakan lagi. Justru, itulah ... aku malah tidak menemukan jawaban atas pertanyaan yang kubuat untuk diriku sendiri.
2 notes · View notes
avrindah · 29 days
Text
Jangan rusak waktu terbaik ini hanya karena salah mengilmui.
1 note · View note