Tumgik
wina-ru · 3 years
Text
모든 사람의 만남은 마법이다
4 notes · View notes
wina-ru · 3 years
Text
Surat Bungkam Yang Terbalas
Tepat setahun aku mengenalmu dan enam bulan ini kita berkomitmen. Aku bahagia, akhirnya aku punya tempat untuk pulang. Selama ini kupikir aku memang ditantang alam untuk melakukan dan merasakan semua sendiri. Rasanya aneh ketika aku berbagi cerita dengan orang lain. Aku tidak butuh, tapi terkadang pun aku seperti pengemis yang minta pertolongan kesana kemari karena kewalahan. Karena ketidaktahuanku soal hidup. Ya begitulah. Trial error soal hidup. Seolah alam yang menantangku, mendidikku, dan memaksaku bertahan hidup. Tidak ada pilihan. Garis takdir sudah tergores. Jalani atau pergi!
Jalani sajalah!
Pergi itu kan artinya mati. Mati harus melalui proses sakit dan aku buta soal kehidupan setelah mati. Alam yang abstrak. Aku takut sendirian lagi. Dan akan sulit sepertinya untuk adaptasi kembali. Aku yakin semua manusia merasakan ketakutan itu.
Setelah aku mengenal kamu, rasanya masih biasa. Aku ragu saat itu, apakah kamu adalah seseorang yang bisa menjadi tempat aku pulang?
Aku terlalu lelah menjadi orang kuat dan pemegang jargon ‘aku gak apa-apa’, sok kuat!.
Padahal rasanya setengah mati ingin dipeluk. Sudah kurasakan itu sejak kecil. Aku malas bercerita soal keluargaku. Tidak indah. Aku mau cerita soal pacarku. Iya, kamu! Hehehe.
Cerita tentang kamu dan aku tidak begitu spesial sebenarnya. Aku juga tidak menyangka akhirnya kita bisa berpacaran. Padahal sebelumnya biasa saja. Aku yang suka, lalu tidak. Tapi waktu itu ya. Waktu kamu masih bersikap dingin padaku. Kamu sepertinya tidak suka tapi kamu ternyata bilang suka. Dan aku baru tahu setelah kita pacaran. Aku malu setelah menjadi pacarmu. Aku tidak menjadi keren lagi. Payah dan takluk. Dulu rasanya aku tidak perlu mempedulikan perasaan siapapun, tidak lagi perlu aku memikirkan masa depanku soal pernikahan. Apalagi aset-aset untuk membangun sebuah keluarga. Karena sikapmu yang dulu pun juga tidak menyenangkan.
Tapi setelah menjadi pacarku, kok manis ya? Jujur saja. Aku bahagia. Tetapi karena terbiasa kamu bahagiakan dengan hal-hal kecil, aku menjadi manja dan mulai merengek seperti anak bayi yang haus kasih sayang. Memalukan kupikir. Aku sekarang menjadi orang yang aku benci. Kamu tahu kan maksudku?
Iya, itulah aku yang sudah tidak keren lagi. Kamu mematahkan ketegasanku. Ya kalau bisa dibilang, kamu yang menaklukan aku. Aku sedih karena aku tidak keren. Tapi aku bahagia, karena sekarang punya kamu. Aku punya tempat untuk pulang dan bersandar.
Tetapi, belakangan ini kurasa kita sedang tidak baik-baik saja satu sama lain. Entah apa mauku yang semakin tidak jelas. Atau kamu yang sedang tidak baik-baik saja. Aku sedih. Banyak pertanyaan, tetapi aku takut membuatmu jadi orang yang meragukan dan terpojokkan. Karena beberapa kali aku mengecewakan dengan sikap kekanakanku. Contohnya aku cemburu dengan temanmu. Padahal dia lebih ada duluan di hidupmu daripada aku. Lagi-lagi memalukan. Nggak keren banget, kan?
“Kamu bilang cuma temen kan, sayang? Kenapa harus minta ijin seolah-olah kalian ada apa-apa dan takut aku berpikir aneh-aneh?” kataku kepadamu saat itu. “Kalau memang nggak ada apa-apa jangan nanya dong. Itu malah nge-trigger aku buat mikir aneh-aneh akhirnya.”
Padahal mungkin memang niatmu menjaga perasaanku. Tetapi lagi-lagi pikiranku makin melenceng jauh. Dan aku benci menjadi orang yang harus ngomong seperti itu. Logika seolah menjadi bayanganku yang lain. Dia seolah berbicara denganku.
“STOP! Biarin dia berperilaku apa yang dia mau. Kenapa makin kesini kamu nggak dengerin aku sih! Hah!” sepertinya logika atau kepribadian logisku mulai hidup. Aku pun bingung.
Karena mungkin aku terlalu sering berbicara ngawur dan kekanakkan. Kamu pun mulai lelah. Dan aku menyadari. Aku yang terbiasa kamu buat bahagia, senang dan nyaman. Mulai takut kehilangan duniaku yang sekarang. Yaitu kamu. Aku mulai mengontrolmu dengan menaruh curiga yang macam-macam. Tapi sungguh, aku tidak ada niat memenjarakan kamu. Aku hanya punya naluri, aku takut kehilangan kamu.
“Kalau kamu selalu nggak percaya sama aku, mau sampai kapan?” katamu. “Mana bisa aku betah kalau kamu mesti curiga terus sama aku.”
Iya, kamu ternyata tidak sejahat itu. Kamu menjaga perasaan dan dirimu untukku. Tetapi, aku masih kekanakkan. Aku akui, aku salah.
“Kasih kesempatan lagi ya, sayang? Aku mau percaya sama kamu. Maafin aku karena terlalu curiga sama kamu.” Ungkapku menyesal. Sangat menyesal.
Kamu pun turut meminta maaf. Itulah kenapa aku mau bersama kamu. Kamu pun mau berpikir dan tetap menggunakan kepala dingin walaupun kita berbeda pikiran. Aku semakin menginginkan kamu.
***
Belakangan ini aku merasa ada yang aneh pada tubuhku. Mungkin ini dampak dari sakit demam beberapa waktu lalu. Karena terlalu lelah dan tidak mengatur pola makanku. Tetapi kali ini berbeda. Benar-benar aneh. Hal yang tidak pernah kurasakan sebelumnya. Aku sering sakit perut dan mual. Kupikir mungkin asam lambungku kambuh. Tetapi ini lebih sering, meski aku sudah tidak pernah terlambat makan. Atau mungkin stress. Ah iya, aku stress. Aku masih menganggap itu wajar.
Selain itu, aku merasa dadaku mulai berat. Dan terkadang berdebar tanpa sebab. Aku terkadang sulit bernapas. Telapak kaki dan tanganku bahkan belakangan ini berkeringat.
Hal yang sebelumnya belum pernah kualami. Berkeringat pun waktu itu saat olahraga. Selain itu selalu normal. Tapi akhir-akhir ini berkeringat bahkan ketika aku sedang tidak melakukan apa-apa.
“Apa baiknya aku ke dokter aja kali ya?,” gumamku.
Hari itu sedang mendung dan gerimis. Aku kembali mengingat masa kecilku. Waktu aku masih tinggal bersama nenek. Bahkan aku ingat, nenek waktu itu menjemputku ke sekolah dan menungguku didepan gerbang sambil membawa payung berwarna kuning. Sebenarnya aku tidak terlalu suka warna kuning. Hanya saja, terkadang tanpa sadar, aku memilih sesuatu yang berwarna kuning. Karena warna kuning menyenangkan. Mungkin karena aku punya kenangan baik dengan nenek. Bahkan kamu waktu itu mengira warna kesukaanku kuning, kan? Kamu salah! Hehehe. Kita sama-sama suka warna abu-abu. Mungkin itu juga alasanku menyukai mendung, hujan dan kamu. Heheheh.
Ngomong soal hujan, kita pernah pulang kencan kehujanan. Nekat tidak memakai jas hujan. Maksa berteduh di halte tapi malah tetap basah. Katamu waktu itu berkesan. Buatku sih biasa saja. Karena sikapmu masih dingin. Bahkan kamu menolak masuk ke rumah untuk mengeringkan bajumu waktu itu. Kamu bilang, kamu baik-baik saja. Lalu pergi dengan motor gaya jadul kesayanganmu.
Tidak terasa lamunanku mengantarku tiba di rumah sakit. Setelah ngobrol dengan si dokter dan diperiksa. Kemungkinan aku sakit jantung. Tetapi dokter menyarankan aku untuk memeriksakan lebih pasti lagi dan datang lain waktu yang sudah dijadwalkan. Aku masih berpikir baik-baik saja waktu itu. Karena masih belum pasti. Tetapi di hari waktu itu tiba pun, diagnosa dokter benar. Aku sakit. Dan kali ini aku tidak baik-baik saja.
Aku sedih. Ternyata benar ungkapan, meskipun seseorang dijaga dengan sekeras apapun usahanya. Tidak akan menghalangi garis takdir yang tertulis. Kalau akhirnya tidak bersama seterusnya ya terimalah.
Aku tahu, orang pernah bilang bahwa kehidupan kalau bercanda suka tidak aturan. Tapi kali ini hidup sedang tidak bercanda. Hidup kembali memaksaku tegar. Aku tidak diijinkan untuk manja.
Aku memutuskan berubah. Bukan karena aku tidak menyayangimu lagi. Aku akan diam dan tidak banyak melakukan hal kekanakkan agar kamu nyaman. Bahkan, aku juga tidak akan menjauhimu tiba-tiba. Aku tidak akan melepaskan kamu. Walaupun mungkin bisa saja tiba-tiba aku yang melepaskan diri. Walaupun itu bukan mauku. Karena penyakit ini, tidak menunggu waktu tepat. Tapi mendadak bisa memaksa untuk pergi tiba-tiba. Seolah-olah alam abstrak itu sedang membutuhkan kuota jiwa mendesak untuk mengisi ruangnya.
Mengapa aku tidak menjauhimu sesegera mungkin?
Aku tidak mau. Aku egois dan aku masih kekanakkan. Aku masih ingin bersamamu. Aku akan melakukan hal seperti biasanya bersama kamu. Karena aku juga berpikir kalau aku berada di posisimu lalu tiba-tiba pacarku menjauhiku dan meminta putus, aku akan sedih. Sebaiknya aku fokus menjalani hari-hariku seperti biasa denganmu. Hanya saja, aku lebih memilih untuk tidak seperti biasanya. Aku tidak perlu usaha keras. Logikaku akan kupanggil. Akan aku kesampingkan perasaanku. Aku bisa melakukan itu. Sekarang yang kumau, kamu tetap nyaman bersamaku bahkan ketika nanti aku pergi tiba-tiba, kamu tetap akan mengingatku dengan kenangan yang baik. Untuk sekarang bertahanlah denganku ya. Aku mau kamu baik-baik saja dan senang.
Surat ini sampai sini dulu. Besok akan aku kirim surat lagi setelah pengobatanku selesai.
Maafkan aku karena kita tidak bertemu dulu. Tapi bukan berarti kamu bisa bersenang-senang tanpa aku ya! Tunggu aku selesai pengobatan. Jangan lupa jemput aku ya di rumah. Aku suka kamu. Seterusnya.
***
Hai! Kamu yang sudah tenang disana.
Alam abstrak seperti apa yang sudah kamu lihat?
Kamu bisa ceritakan itu ke aku lewat mimpi? Supaya aku juga tidak takut ketika aku kesana nanti.
Aku hanya ingin berterimakasih dengannya. Dia tidak melepaskan aku. Tapi dia curang, dia diam saja meski tahu harus melepas diri walaupun bukan maunya. Aku ingin meminta maaf karena sikap diamku ketika dia bersedih. Bukan karena aku ingin menyakiti. Justru sebaliknya. Aku ingin menahan emosiku. Menenangkan diri dulu agar tidak menyakiti perasaannya. Dia orang yang aku sayangi. Meski menyebalkan sekali ketika dia tidak percaya padaku. Aku memang suka perempuan tapi aku setia padanya. Tapi laki-laki normal mana sih yang tidak suka perempuan? Aku lebih menyukai dia daripada perempuan yang pernah aku kenal bahkan perempuan lain pun aku tidak berniat untuk berkenalan lagi. Sejauh itu pula aku sayang padanya. Terkadang aku menggoda dia dan menunjukkan bahwa betapa banyak perempuan yang tidak mampu menolakku. Tapi aku memilih dia. Memang niatnya hanya menggoda. Tapi dalam hatiku paling dalam, aku hanya ingin dia tahu. Dia berharga buatku. Aku ingin dia tahu, aku sudah menjatuhkan pilihanku padanya.
Setelah surat itu kubaca. Aku masih menunggu suratnya. Aku sudah tidak mengharapkan aplikasi chatingnya online lagi. Aku menunggu suratnya, masih menunggu sampai sekarang. Berharap dia cuma melakukan hal kekanakkannya lagi dan bilang ini hukuman karena aku lekas marah dan kurang sabar. Aku berharap itu terjadi. Aku akan memarahinya karena keterlaluan. Tapi jika terjadi pun, aku tetap akan memeluknya. Aku rindu berat. Aku hampir gila rasanya. Mengharapkan hal mustahil terjadi.
Tenang disana ya, sayang. Aku tetap mengingatmu meski berada di keramaian. Aku akan tetap kabari kamu walaupun chatku hanya centang satu dan tidak kamu baca. Tunggu aku ya sampai waktunya tiba.
***
Si ‘Kamu dan Aku’ akhirnya menguat. Mereka memang tidak perlu lagi bertemu. Ingatan tentang hari-hari bersama akan semakin sering terlintas. Mungkin kematian adalah jalan baik untuk hubungan mereka. Dengan kematian dan kehilangan, kesalahpahaman dua sejoli ini akhirnya terbantahkan. Mereka saling mengasihi. Tetapi selagi bersama, mereka mengasihi dengan ego mereka masing-masing yang terkadang salah terima. Tetapi, apakah harus dengan jarak berbeda alam agar saling mengetahui perasaan kasih masing-masing itu sedalam apa?
Wina Ru
Surabaya, 14082021 23:33
1 note · View note
wina-ru · 4 years
Audio
Enjoy ur night!
0 notes
wina-ru · 4 years
Quote
What you think, you become. What you feel, you attract. What you imagine, you create.
Buddha
0 notes
wina-ru · 4 years
Text
고무적인 노래. 들으세요~
Langit yang mencurahkan cahaya
Aku berdiri di bawahnya
Terbang seolah aku sedang bermimpi
Hidupku indah
Sebuah cerita yang aku sering dengar di suatu tempat
Bebek buruk rupa dan angsa, kupu-kupu sebelum terbang
Orang-orang tidak tahu, mereka tidak melihat sayap-sayapmu
Dunia baru yang baru saja kamu jumpai bisa menjadi kejam
Tapi kamu wanita kuat, kamu tahu kamu dilahirkan untuk terbang
Air mata yang telah kamu keluarkan
Semua luka yang pernah kamu rasakan
Adalah untuk hari di mana kamu akan terbang lebih tinggi
Pengalaman itu untuk mempersiapkanmu, kupu-kupu
Semua orang akan melihatnya sebentar lagi
Langit yang mencurahkan cahaya
Aku berdiri di bawahnya
Terbang seolah aku sedang bermimpi
Hidupku indah
Mimpi yang pernah terlupa, aku gambar kembali dalam hatiku
Mengumpulkan seluruh kesempatan yang aku sia-siakan dan kesampingkan
Kenangan-kenangan kecil membangunkanku satu per satu
Mereka membuatku sadar, seakan mereka akan memenuhi seluruh dunia
Melewati malam yang panjang
Ingin mulai berpetualang lagi
Kenapa tidak? Di dunia ini,
Satu kata yang membangunkan hatiku
Kemarin, aku sendiri
Tatapan mata tak terhitung
Air mata yang jatuh
Aku bertahan satu hari lagi
Kemarin, hampir saja
Semua kata yang telah terucap
Mereka memelukku, yang kala itu sedang gemetar, lagi
Langit yang mencurahkan cahaya
Aku berdiri di bawahnya
Terbang seolah aku sedang bermimpi
Hidupku indah
Hidupku indah
Kelopak bunga yang berguguran
Aku mengalami masa-masa sulit, tapi mengikuti cahaya kecil
Hari yang telah berlalu, biarkan menjauh
Aku terbang dengan indahnya
Langit yang mencurahkan cahaya
Pandangan hidup baru (pandangan hidup baru)
Terbang jauh (terbang tinggi, terbang tinggi)
Keindahan yang hanya dimiliki olehku seorang
Momen ketika aku menutup mata, waktu berhenti
Aku bangkit lagi
[Terjemahan lirik oleh Aulia Dian dari kepogaul.com]
0 notes