Tumgik
uncensoredalien · 1 year
Text
"close your eyes", you whispered softly and i closed my eyes as you leaned closer to me and that's how our lips met
"happy valentines day, my love."
7 notes · View notes
uncensoredalien · 1 year
Text
future
we still have tomorrow, dear so act as if we still have each other on the next day i won't live like today is my last day i want to spend more days with you you'll still have more of me in the future more of us ahead
0 notes
uncensoredalien · 1 year
Text
i'm at the point where I can't help but feel this feeling so here i am, pouring my deepest desire into a prayer wherever you go, whatever you do the warmth of my embrace will follow you slowly, melting your coldness
i miss you, i miss you, so much and it hurts.
0 notes
uncensoredalien · 1 year
Text
some give you friendship.
some give you help.
some give you attention.
some give you care.
and above all, i give you my love. an unconditional love. but you seem don't need it now, maybe one day.
0 notes
uncensoredalien · 1 year
Text
Love Language: Touch of Love
          Akhir-akhir ini aku belajar tentang 5 bahasa cinta yang umumnya ada di manusia. Jadi setiap manusia punya caranya tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayangnya, ada yang lewat perkataan (words of affirmation), memberi hadiah (giving gifts), melayani (act of service), meluangkan waktu (quality time), dan juga lewat sentuhan fisik (physical touch). Aku ambil tes di satu website tentang love language (LL) mana yang paling dominan di diriku, dan hasilnya: physical touch.
          Physical touch?
          Bukan aku kalo gak mendalami suatu informasi tentang diriku sendiri. Setelah tau hal itu, aku pun ada di sebuah petualangan mendalami diri sendiri tentang kenapa love languageku adalah physical touch, gimana aku menerapkan itu di kehidupanku sehari-hari, dan gimana pengaruhnya ke diriku sendiri.
          Jujur awalnya aku sedikit kaget pas tau love language dominanku adalah physical touch. Gimana enggak, physical touch adalah bahasa cinta yang paling jarang aku ekspresikan di kehidupan sehari-hariku. Dari aku kecil, aku hidup di keluarga yang mengasuh dengan love language yang lebih ke arah act of service. Misalnya, dimasakin, dibantuin ngelakuin sesuatu, pokoknya hal-hal yang lebih kearah membantu atau melayani, begitulah orang tuaku mengkomunikasikan kalo itu cara mereka dalam menyayangi aku. Tapi anehnya, justru tiap aku dielus kepalanya, ditepuk pundaknya, ato di peluk (yang mana jarang diterapkan di keluargaku), sebenernya di situ aku merasa disayang.
          Sedikit merobek luka lama, jika keluarga adalah tempat pertama kita diajarkan tentang bahasa cinta, tapi bagiku keluargaku juga yang mengenalkan tindak kekerasan. Memang bener ada yang namanya pendisiplinan ketika seorang anak sedang nakal, tapi ada beberapa hal yang orang tuaku lakukan yang menurutku kelewat batas. Bahkan hingga detik ini masih ada bekasnya di badanku. Aku termasuk anak yang kurang beruntung dimana badanku harus ngerasain rasanya dipukul, dicakar, ditendang, diludahi, disiram sampe kehabisan nafas, dan juga rambutku dicukur paksa tanpa consent dari diriku sendiri. Aku yang pas itu cuma anak kecil tidak bisa berbuat apa-apa, mau mengadu atau berlindung ke mana aku juga bingung, karena saat itu sosok yang harusnya melindungi aku malah jadi tempat yang mengancam.
          Jujur aku jadi terdiam sebentar pas ngingetnya. Terlepas dari gimana aku berusaha memaafkan orang tuaku dan gimana mereka sudah berubah jauh perlakuannya sama aku sekarang, ingatan itu selalu bikin aku trauma. Hati kecilku berteriak, mempertanyakan apa mereka benar-benar sayang sama aku dulu. Karena bagiku, kalo mereka benar-benar sayang ya caranya adalah bukan dengan memberi kekerasan ke badan anaknya. Kalo mereka sayang artinya mereka meluk, mengelus, dan memegang dengan lembut.
          Dan dari situlah aku ngerasa mulai terbentuk love languageku yang berupa physical touch. Cause indeed, we need what we lack the most.
          Sekarang, gimana penerapan love languageku dalam kehidupanku? Jujur, sebenernya aku orang yang kaku dalam nunjukin rasa sayangku ke orang-orang. Ya itu karena aku bukan orang yang mudah percaya ke orang lain, dan aku juga bukan orang yang mudah sayang sama orang lain. Gak bisa sembarang orang bisa menyentuh aku dan aku juga tidak semudah itu untuk menyentuh orang lain. Bahkan bisa dibilang aku orangnya gampang risih. Aku jujur rada aneh dengan orang yang dengan mudahnya sentuh-sentuh orang lain, tangannya nakal dan touchy. Apa dia gak risih ya sembarangan menyentuh dan disentuh orang lain? Aku benci kerumunan, aku benci sentuhan dari orang yang tidak begitu akrab sama aku, intinya aku benci waktu dimana aku disentuh orang sembarangan. Tapi, ketika aku bersinggungan dengan orang-orang yang aku sayang…percayalah, saat itulah sisi touchy-ku yang selama ini aku pendam bisa terungkap dengan sendirinya.
          Ketika aku sama orang yang aku sayang, terlepas dari gimana bentuknya dia, aku selalu nyaman dengan kontak skin-to-skin dengan dia, karena physical touch adalah seni mengapresiasi fisik seseorang apa adanya. Ada saat dimana aku sangat menyayangi seseorang sampe susah untuk mengungkapkannya dengan kata-kata, jadi aku peluk dia. No need to talk, just feel it. Aku bisa ngerasain perasaan cinta dari dalam diriku berpindah ke orang yang aku sentuh, dan begitulah love languageku bekerja. Dengan physical touch juga aku memberikan pesan ingin melindungi dan dilindungi secara fisik, berbagi rasa aman dan nyaman. Kalo kamu orangnya insecurean dan dapet partner yang love languagenya physical touch, dijamin gak bakal insecure lagi.
Tentu saja kehadiran partner secara fisik jadi hal yang paling utama buat orang yang LLnya physical touch. Ya ini bakal jadi boomerang juga buat aku kalo seandainya harus ngejalani hubungan LDR sama partnerku karena aku orang yang needy dan touchy. Hal lain yang menurutku jadi masalah adalah, cuma karena LLku physical touch aku ngerasa semua masalah bisa kelar cuma karena disayang karena fisik, padahal komunikasi secara verbal juga penting untuk kelangsungan hubungan. Tapi ada satu hal unik yang bikin aku mikir jangan-jangan ini kekuatan khusus dari orang-orang yang LLnya physical touch. Jadi suatu hari, aku sama partnerku dulu ketemuan, di perjalanan naik motor aku kan digonceng jadi seperti biasa aku meluk dia dari belakang. Aku bisa rasain emosinya dia saat itu padahal dia gak bilang apa-apa. Pas itu sepertinya dia lagi marah atau kecewa karena suatu hal, aku bisa rasain itu dari gimana dia nafas dan badannya agak kerasa kaku. Aku bisa rasain partnerku lagi sedih, seneng, dan emosi-emosi lainnya dengan sentuhan, juga dibantu intuisi yang kuat.
Oke, aku sudah gambarkan penjabaran gimana orang yang LLnya physical touch dalam menyayangi orang lain, terus gimana sih cara mereka yang LLnya physical touch mencintai dirinya sendiri?
Kembali lagi aku membuka diri ke hal yang tidak enak dari hidupku yang justru bikin aku belajar gimana mencintai diri sendiri. Jadi, aku adalah mantan korban bully. Tepatnya pas SD dulu sih parahnya, meski pas SMP aku juga dapet bully bahkan dari crushku sendiri. Mereka ngejek aku yang berkulit gelap karena kena sinar matahari, aku gendut, dan rambutku yang keriting ngembang. Ini yang buat aku gak habis pikir tentang orang yang bully fisik orang lain, am I hurting you by the way I look until you hate me that much? Tapi kenapa gituloh orang-orang sibuk ngebully kita, pengen kita down cuma karena gimana penampilan kita? Untuk anak seumur aku dulu, aku bilang sudah sampe se-down itu karena aku nangis tiap liat diriku sendiri di kaca. Aku pasrah tentang diriku sendiri, bingung mau improvenya gimana karena emang udah bentuknya kayak gitu, ditambah omongan jahat orang-orang yang bikin aku stuck tidak berkutik.
Sampe akhirnya, ada masa akhirnya aku ketemu orang-orang yang apresiasi aku gimana seadanya penampilanku. Dan ada orang yang pernah bilang ke aku, “orang yang sayang sama dirinya adalah orang yang merawat dirinya sendiri”. Itu jadi titik awal dimana aku perlahan-lahan berubah jadi diriku sekarang. Aku coba pelan-pelan ngerawat diriku sendiri. Aku luluran, coba pake skincare, olahraga, nyoba diet, aku ubah gaya rambutku biar keliatan lebih rapi & tertata, aku coba ubah postur badanku yang dulu bungkuk karena terus dibully, dan semuanya gak sia-sia. Meski ada masanya kayak aku gak percaya beberapa hal dalam diriku bisa diubah karena emang terlahir begitu. Misalnya beberapa bekas luka karena aku dulu pejuang eksim, terus aku ngerasa siku, lutut, bahkan yang terdalem seperti ketiak dan selangkangan, aku rasa itu semua gak bisa diubah. Eh ternyata dengan perawatan yang rutin dan konsisten jadi improving banget. Aku jadi bisa pake celana pendek, baju body fit, pake make up, karena aku nunjukin aku sekarang lebih percaya diri dan sayang sama diriku.
Hal itu ngebentuk aku yang sekarang jadi lebih ngehargai badanku sendiri. Aku pede dengan diriku sendiri dan itu terpancar sampe orang-orang bisa liat itu dan mengakui itu. Dan syukurnya aku bisa masuk di rata-rata orang yang cantik menurut pandangan masyarakat (berdasarkan review orang-orang). Mereka bilang aku body goals, skin goals, hair goals, padahal gatau gimana dulu aku dibully. Rasanya perkataan orang-orang berbalik 180 derajat dari yang dulu dan aku sangat mensyukuri itu. Ya, makanya penting untuk menyayangi diri. Menyayangi diri memang artinya kamu nerima dirimu apa adanya, tapi bukan berarti kamu gak melakukan improvement. Improvement adalah bentuk menyayangi diri.
Cukup panjang ya tulisan kali ini. Memang nggak ada habisnya saat ngomongin cinta. Dan aku pun berharap, baik untuk aku maupun kamu yang baca tulisan ini, semoga kita selalu diberikan kesempatan untuk bisa mengekspresikan bahasa cinta kita kepada orang-orang yang kita sayang. Jangan dipendam, karena sejatinya cinta adalah perasaan paling indah di dunia yang justru menyakitkan jika hanya dipendam. Penting juga untuk kita tau dan saling memahami love language kita dengan orang-orang yang kita sayang. Last but not least, cintai orang lain, tapi jangan lupa cintai dirimu sendiri.
3 notes · View notes
uncensoredalien · 2 years
Text
best part.
maybe "us" is just a small scene in the middle of the whole movie. but i love watching that scene. even when the movie ends, that scene is still my favorite part.
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
when my favorite person turns into a lesson.
hey there, favorite lesson.
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
menyelipkan sayang
aku sayang kamu terselubung di antara hadiah kecil yang tak seberapa
aku sayang kamu tersirat dalam tutur perhatian yang bagimu sederhana
aku sayang kamu ada di dalam hal-hal terkecil, apalagi hal-hal yang besar
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
how to know if a woman trully loves you?
just simply leave her.
if she's okay like nothing happens, she doesn't love you.
but if she's grieving, dying but then she pulls herself together, and tries to be her better and stronger version of herself. she trully loves you.
love has changed her.
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
Balada Proposalan
Berhari-hari, hening mengurung diri di kamar, berharap sampai di titik kefokusan untuk kesiapan ujian proposalan yang akan datang sebentar lagi. Orang-orang di rumahku cuma tau aku diem di kamar untuk hal itu. Tapi keinginan terpendamku sejujurnya adalah mengatakan:
"MAAAK TOLONG MAAAK AKU STRES."
1 note · View note
uncensoredalien · 2 years
Text
if it is you
Aku baru aja tamat nonton drama Korea yang judulnya "Another Miss Oh" (2016). Ini drakor romantic comedy perdana setelah 2 tahun aku bener-bener menutup diri dari hal yang berhubungan dengan romance, kalo pun nonton aku gak mau terlalu menggunakan perasaanku untuk mencerna adegannya. Ya karena 2 tahun belakangan ini aku rusak karena masalah cinta. Butuh recovery yang sangat intensif dan bahkan aku hampir kehilangan diriku sendiri. Cuma karena “cinta”.
Hingga akhirnya aku rasa akhir-akhir ini aku siap untuk membuka diri dengan hal-hal berbau “cinta”, mulai dari hal ringan ya contohnya nonton si drakor ini. Ceritanya cukup ringan, ditambah bumbu komedi yang bikin aku ketawa beberapa kali. Aku seneng mengetahui aku sudah sepulih itu karena aku bisa menangis maupun tertawa bahagia sesuai alur ceritanya, yang mengindikasikan aku sudah lebih bebas mengekspresikan emosiku. Semua emosiku jujur pas nonton film ini, tidak ada unsur denial. Semuanya aku rasain, termasuk di bagian dimana aku bisa relate.
Garis besarnya, drama ini menitikberatkan pada masalah yang dialami dua karakter utamanya, Oh Haeyoung dan Park Dokyung yang sama-sama di ghosting pasangan mereka menjelang hari pernikahan mereka. Ya lumayan ketebak sih alurnya dimana kedua tokoh ini pun bertemu, adu nasib, saling relate, eh kesengsem. Tapi bukan itu yang jadi fokusku di sini. Jauh sebelum kedua tokoh ini bisa saling jatuh cinta, mereka mengalami patah hati luar biasa karena ditinggal tanpa kejelasan oleh mantan kekasih mereka, dan perlu recovery yang panjang untuk hal itu. Dan aku bisa relate hal tersebut dari drama ini.
Salah satu original sound track dari drama ini, judulnya “If It is You” yang dinyanyiin sama Jung Seung Hwan, liriknya sangat menyayat hari. Kurang lebih ini part dimana aku selalu pengen nangis tiap dengernya (di translate ke bahasa Inggris biar lebih nampol artinya):
If it were you, how would it be?
If those tough days became yours
If you were as lonely as me
And you were broken down, would you know
That my heart is about to burst
It's filled up with the pain
And how much I want to be with you?
If I were you, I would just love me
Ya, inilah hal dimana aku bisa relate.
Sebagai seseorang yang pernah mengalami ghosting seperti yang dialami tokoh utama drama ini, aku hanya bisa tersenyum dan mengelus dada. Seakan terbawa ke masa lalu, bernostalgia ke masa itu. Aku ditinggal oleh seseorang yang sangat aku butuhkan di saat aku dalam titik terburukku. Bahkan chat terakhirku untuk orang tersebut adalah “wish you were here”. Sesimple itu aku butuh kehadirannya di sampingku, tapi dia gak mampu. Sakitku cukup berat sampe perlu sekitar 2 tahun untuk bisa pulih. Rasanya syok, bingung, sakit, sedih, marah, kecewa, semuanya aku alami sendiri. Titik terberatnya adalah aku sampe harus ngalamin kehilangan kesadaran, brain fog parah sampe mengakibatkan kecelakaan di jalan dan akhirnya punya luka permanen di lutut dan cedera kecil di sendi lutut (aku jadi gak bisa berdiri terlalu lama sejak itu). Lucu menyadari cuma hanya karena cinta yang harusnya jadi hal yang manis, bisa separah dan sesakit ini.
Hari-hari berubah jadi pelan rasanya. Aku pernah cuma bisa diem di kamarku, hanya natap plafon rumah dengan pikiran kosong. Aku selalu mimpi orang yang sama tiap malem dan itu hanya buat aku nangis di pagi hari besoknya. Sempat ada masa dimana aku marah dengan bilang “Aku menyayangi sepenuh hati hanya untuk mendapat rasa sakit”, ato mempertanyakan “Kalo dia di posisiku, apa dia kuat?”. Ada rasa pengen mati? Oh tentu ada. Bukannya berlebihan, aku saat itu hanya berpikir tentang gimana caranya supaya tidak berulang-ulang merasakan sakit seperti ini. Susah rasanya menjalani hidup dengan keadaan seperti ini.
Hingga serangkaian kejadian muncul yang bikin aku pelan-pelan pulih. Aku ketemu orang-orang yang bantu aku untuk pulih. Aku yang saat itu sudah merasa worthless akut pelan-pelan jadi bisa menghargai diriku sendiri. Dan setelah proses character development yang panjang, terbentuklah mindset “aku layak untuk orang yang memilih dan menerima aku.” Jadi aku sesimple itu mikir kalo seseorang sayang aku, dia akan berusaha tanpa aku harus mengemis, dan kalo dia tidak berusaha ya artinya gak layak untuk aku.
Ternyata bener ya, ketika kita udah pulih, kita jadi gak nyalahin siapa-siapa lagi, tapi hanya berfokus ke diri sendiri dan tidak terlalu bergantung dengan siapapun. Saat ini aku gak nyalahin orang yang ninggalin aku, maybe it’s just his inability of accepting me. And I gotta realize that it shouldn’t affect my worth of accepting love. Dan aku pun juga pegang baik-baik perkataan “dibalik sebuah penolakan, ada penerimaan yang lebih baik”. Amin. Setelah ini akan ada penerimaan dari yang lebih baik, maka dari itu aku jadi punya semangat untuk hidup lebih lama, menjadi orang yang lebih baik, sehingga layak mendapat penerimaan yang lebih baik.
Tumblr media
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
in a moment when the song that used to be relatable to me won't hurt me the same way.
so i just dance to it.
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
dream cake
it's a long wait till my birthday. it's on august 7th. but here's my dream cake, so i have at least a reason to live longer. simply sweet, as what i wish my life would be, but make it cherries on top.
Tumblr media
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
real love leaves mark.
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
filosofi ghosting (aku mengupload ini dengan tawa yang sangat keras)
Tumblr media
0 notes
uncensoredalien · 2 years
Text
Peluk?
"Hai, apa kabar? Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa yang kamu rasakan? Atau, ada yang ingin kamu ceritakan?"
Untuk kamu yang belum mendengar hal tersebut dari orang-orang terdekatmu hari ini, kuucapkan kata-kata tersebut dengan menepuk lembut bahumu. Kamu butuh pelukan? Kemarilah, kamu tidak sendiri.
Aku sedang mencoba memahami. Karena rasamu adalah rasaku. Perkataan "Kamu sudah dewasa, harusnya bisa memendam itu" yang terlontar dari mulut orang terdekatku masih menancap di hatiku. Masih berusaha memahami, namun bingung. Apakah menjadi dewasa artinya perasaannya tidak perlu divalidasi lagi? Apakah menjadi dewasa artinya tidak perlu didengarkan lagi? Perasaanku hampa ketika memikirkan ini, namun berusaha terus memahami.
Sekarang aku mengerti mengapa orang-orang disana putus asa hanya karena sangat ingin merasakan bahwa dia didengar, diperhatikan, dan dicintai. Barangkali hal-hal mendasar tersebut belum mereka dapatkan dari suaka yang (harusnya) menaunginya, yang biasa mereka sebut keluarga.
Di dunia yang dingin ini, mari kita menghangatkan satu sama lain.
1 note · View note
uncensoredalien · 2 years
Text
dear people pleaser,
you try your best to make someone happy. you treat someone with sincerity. but remember, you're also someone.
0 notes