Tumgik
ujimedianty · 8 months
Text
Orang-orang yang pernah kukenal dalam hidup ini tidak semuanya harus menjadi karib. Ada yang cukup untuk kenal, cukup untuk bekerja, cukup untuk hal-hal tertentu saja. Karena memang kehadirannya untuk bersinggungan takdir, mungkin sehari, seminggu, atau beberapa saat. Maka dari itu, tidak perlu terlalu mengambil hati apa-apa yang hanya lewat itu. Apalagi jika yang hanya lewat sebentar itu, membuatmu tidak nyaman sepanjang waktu dan kamu memeliharanya dalam pikiranmu bertahun-tahun.
Jangan sampai, sesuatu yang hanya sebentar, mengganggumu seumur hidup. Perasaan kagum, cinta, kasihan, marah, dan semua hal yang naik turun di dalam hatimu. Tidak perlu terlalu diambil hati. Lain kali, lebih hati-hati. Lain kali, lebih mawas diri.
946 notes · View notes
ujimedianty · 1 year
Text
Membiayai Mimpi
Pada tahun 2022 ini, ada mimpi yang membutuhkan biaya begitu besar. Rasanya, ini lebih besar dari impianku untuk memiliki rumah, kendaraan yang bagus, dan sebagainya. Karena ini akan menjadi belanja terbesar yang dilakukan, rasanya begitu berdebar.
Pikiran tercurah, fokus. Aku tahu, ini tidak mudah, tapi aku sangat tahu akan lebih tidak mudah jika aku menunda-nundanya nanti yang tak tahu kapan. Kuanggap, ini semua adalah biaya belajar.
Aku tahu ini tidak mudah dan aku bersedia menjalaninya. Termasuk jika ternyata mimpi ini bukanlah jalan yang seharusnya kuteruskan, tapi paling tidak, aku tahu jawabannya tak tenggelam dalam penerkaan. Mahal sekali memang untuk menemukan jawaban. 
Tapi lebih mahal lagi saat hidup dalam ketidaktahuan. KG
269 notes · View notes
ujimedianty · 1 year
Text
2022 maybe is not my best year for me. But, I make some big decision for my life. I got married with the man who I met in 2020.
I just need 2 years of struggle before decided to marry him. Sounds too short, but he is the man can make me confident to life with in alooong time, obviously.
How about my job? Yeah, I did my job as a News Journo happily. I also make decision for continue my study in Februari 2022.
Now, in the end of 2022 im signing out from my job because of I changed my life priority. I love my husband, and also my life sooo much. And I believe that Allah always guiding me to the right path.
With confident, blessing and happiness. Noted @yusufbachtiar04
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Sekadar berbagi kegabutan. Terjebak pada rutinitas tak berguna lebih toxic daripada terjebak nostalgia~
instagram
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Pasti akan datang waktunya, Tuhan seakan berkata: Ku kirimkan padamu sebuah pertemuan, yang telah ku tuliskan.
Dari sana kau akan belajar memiliki dan memaafkan. Merasakan luka, namun bahagia setelahnya tanpa sungkan.
Waktunya, tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lama.
Bekasi, 31 Juli 2021
1 note · View note
ujimedianty · 3 years
Text
Berdoa dan berzikirlah seperti Nabi Ayub AS.
Tonton "Lakukan Doa Ini Semua Penyakit Akan Hilang - Ustadz Adi Hidayat" di YouTube
youtube
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Tonton "Obat segala penyakit (As Syifa) - Ustadz Adi hidayat" di YouTube
youtube
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Dari sekian banyak keputusan yang pernah kamu ambil, adakah keputusan yang kamu sesali?
Saat kita tak berdaya dan berandai bisa memutar waktu, meski tak mungkin. Dan kita menjalani sebuah keputusan yang ternyata membawa kita pada kondisi yang begitu berat. Dan kita tak tahu seberapa jauh ujung dari konsekuensi atas keputusan yang pernah kita buat.
Kita karena kondisi saat ini pula kita menjadi takut untuk membuat keputusan lagi, karena khawatir membuat keputusan serupa, serupa gegabahnya, serupa beratnya, serupa melelahkannya. Kita tak cukup berani, tak cukup percaya diri bahwa kita bisa membuat keputusan yang lebih baik. Kita takut kembali mengecewakan orang-orang terdekat. Kita takut melukai orang-orang yang kita sayangi.
Dan akhirnya kita berkutat pada masalah yang sama, seumur hidup, kita takut untuk lulus dari ujian ini. Padahal, kalau memang kita ingin mndapatkan pembelajaran dan hikmah, barangkali jalannya adalah dengan kita perlu membuat keputusan baru. 
©kurniawangunadi
438 notes · View notes
ujimedianty · 3 years
Text
Berharap pada Sebuah Pagi
Beberapa waktu terakhir, pikiran saya bekerja lebih keras dari biasanya. Ada banyak faktor memang. Mulai jenuh dengan pekerjaan, situasi wabah yang belum dapat terkendali bahkan memburuk, juga hubungan percintaan yang tak selalu mulus.
Saya berpikir keras. Bertanya-tanya, dan mencoba mencari jawabannya. Kadang saya menarik kesimpulan sendiri. Sebuah kesimpulan yang dangkal saja belum. Lalu, kesimpulan-kesimpulan itu berputar-putar di atas kepala saya.
Bukan seperti kupu-kupu yang indah dan menyejukkan mata, tetapi seperti lebah yang suara ngiung-ngiungnya memecah keheningan. Menciptakan riuh. Lalu, saya tersadar.
“Tidak seharusnya pikiran-pikiran yang mengganggu ini terus menerus meneror saya. Rasa kekhawatiran yang kerap menyergap tiba-tiba ini harus disudahi. Segera. Susah payah saya membuangnya. Mulai dari berdoa pada Ilahi, berkomunikasi dengan hati.”
Tumblr media
Tapi, semua kegamangan hidup itu terus ada. Lalu, saya memulai aktivitas baru. Yang juga merupakan bagian dari upaya menyingkirkan pikiran-pikiran jahanam itu.
Setiap habis menunaikan Shalat Subuh. Saya membiasakan diri melakukan meditasi dan berharap pada sebuah pagi. Melihat matahari mulai mengintip-intip dari sisi timur genteng rumah. Sesekali menyantap susu dan granola.
Tumblr media
Rasanya, muncul harapan yang baru. Keberanian menghadapi hari dan meresapi rasa syukur atas waktu yang diberikan Allah Subhanahu, wa Ta’ala.
Berharap pada sebuah pagi, saya berpikir betapa pentingnya kita menyadari hari ini. Diri ini. Detik ini. Tak perlu mengkhawatirkan apa yang terjadi di masa depan. Bahkan, seharusnya kita berpikir, belum tentu umur kita bisa sampai di sana.
Memikirkan sesuatu yang belum tentu dan tidak pasti terjadi hanya memenuhi pikiran alam bawah sadar. Kita jadi rugi dua kali. Bukannya memaksimalkan waktu yang diberikan Tuhan sekarang, energi kita malah habis duluan.
“Mulailah menghargai diri sendiri, perbanyak baca buku, lebih mengasihi sesama dan berpikir positif,” gumam saya pada pikiran sendiri.
Entahlah, menuliskan ini membuat saya menjadi lebih lega.
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Kita pandai berkata-kata, tapi tidak pernah mahir dalam berbuat. Kita bisa menuliskan semua kata bijak, tapi belum tentu kita mampu bijak dalam bertindak.
Kata-kata terbaik yang bisa kita ciptakan adalah perbuatan baik.
©kurniawagunadi
3K notes · View notes
ujimedianty · 3 years
Text
Menikah: Urgensi Niat
Kalau punya masalah di rumah tangga, yang punya peran untuk menyelamatkan rumah tangga ya suami dan istri itu sendiri.
Bukan malah cerita ke orang lain, apalagi lawan jenis. Itu membuka pintu selingkuh. Memang itu tujuan setan. Sudah kubilang berapa kali?
Kalau kamu menikah untuk bahagia, itu salah. Kalau kamu menikah untuk dilihat lebih oleh orang lain, itu juga salah. Menikah itu bukan ajang berbangga diri. Menikah itu untuk mencari berkah dan ridha Allah. Ditempuh dengan niat, cara, dan jalan yang baik sedari awal. Jangan menikah karena dendam, tahu sendiri kan akhirnya? Kalau dari awal aja banyak yang salah, ya sekarang waktunya diperbaiki.
Pasangan itu manusia biasa, yang juga bisa salah. Kamu nggak bisa menuntut kesempurnaan ke pasangan kamu, kalau kamu gak mau mengaca ke diri sendiri, gak mau mengubah sikap, dan gak mau berusaha memahami peran dan hakikat pernikahan itu sendiri.
Perempuan itu fitrahnya punya sifat bengkok, laki-laki yang berusaha meluruskan. Saling menerima-lah nasihat. Sebab, sombong namanya kalau manusia tidak mau menerima kebenaran yang disampaikan pasangannya.
Bangunlah pernikahan di atas agama. Sebab, apapun yang dibangun karena Allah; mengharap ridha dan keberkahan Allah, niscaya bahagia yang akan kamu peroleh. Meski bahagia itu juga dilalui rentetan perjuangan, pengorbanan, suka dan duka.
Niat. Begitu fatal akibatnya, kalau semua tidak berdasar karena Allah. Sesuatu bisa menjadi buruk atau baik; besar atau kecil; benar atau salah hanya karena niat dalam hati.
Sering-seringlah menata niat dan bertanya pada diri sendiri, bahwa kamu menikah untuk apa? Tujuannya apa? Untuk siapa? Apa yang dicari?
Kalau pertanyaan basic aja kamu tidak bisa tegas menjawab, artinya kamu memang belum siap. Ya dipersiapkan yang sudah dijalani, gak ada yang benar-benar siap ketika dihadapkan pernikahan. Itulah kenapa manusia harus selalu terbuka untuk mau belajar meski sudah menikah.
Jangan menikah hanya modal cinta semata. Menikah-lah atas dasar Allah. Begitu, kan katamu? InsyaAllah apapun yang dibangun atas dasar Allah, tidak akan goyah. Bukan cinta yang menguatkan hubungan itu sendiri, tapi agama. Perasaan akan tumbuh dengan sendirinya selama Allah jadi tujuan utama.
Jangan menyandarkan sesuatu kepada yang tidak kekal. Termasuk menyandarkan pernikahan dengan manusia. Cinta manusia bisa pasang surut, namun cinta Allah tidak. Maka dari itu, kejarlah cinta Allah, melakukan segala sesuatu karena Allah.
Semoga nasihat ini juga pengingat bagi diriku sendiri yang belum menikah. Untuk yang sudah menikah, jangan pernah sesali keputusanmu. Akan selalu ada banyak pelajaran yang didapat selama kamu lapang dan ridha atas apa yang terjadi. Akan ada banyak pahala kalau kamu mau bersabar dan bersyukur.
Sidoarjo, 14 Juni 2021 | Pena Imaji
332 notes · View notes
ujimedianty · 3 years
Text
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Keputusanmu
Keputusan kita harus bisa dalam kendali kita. Secara sadar, secara bertanggungjawab. Kalau keputusan kita masih bergantung pada apa kata orang lain, menunggu dipilihkan, sudah waktunya kita belajar bahwa kita tidak bisa selamanya demikian. Selamanya menjalani risiko dari pilihan orang lain yang harus kita jalani. ©kurniawangunadi
430 notes · View notes
ujimedianty · 3 years
Text
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Bulannya Pak Sapardi.
0 notes
ujimedianty · 3 years
Text
Tonton "Westlife - My Love (Lyrics)" di YouTube
youtube
0 notes