Tumgik
tamaryngreen · 2 months
Text
Munafik
Kata orang, kita harus melangkah lebih jauh lagi, menyelam lebih dalam lagi, dan terbang jauh lebih tinggi lagi agar bisa melihat semakin banyak warna di dunia. Kenyataannya, dunia ini tidak harus selalu tentang langit biru, pelangi setelah gerimis kecil, atau suara deburan ombak yang mengalun tenang. Terkadang kita harus mendengar bunyi gemuruh petir, hujan lebat, badai, atau panas yang terlalu terik dan semuanya harus diterima dengan lapang dada.
Perjalanan hidup seharusnya jadi bagian yang indah. Seperti surat yang kita terima dari Tuhan dengan tangan terbuka dan kita bersemangat membacanya, merenunginya karena kita sudah lama menunggunya.
Ada hati yang berat untuk berjumpa dan berpisah di kala setiap pertemuan memberi impresi yang tidak menyenangkan, kaku, dan penuh rasa bersalah. Beberapa waktu perasaan tak karuan karena menduga-duga akhirnya berujung pada episode terakhirnya. Aku pikir setelah itu rasanya akan sangat lega, seperti melepaskan ikatan yang menutup mataku. Aku pikir setelah itu rasanya aku akan bernapas bebas. Untukku, yang terbiasa merasa semua kesalahan adalah karena diriku, payahnya aku, dan betapa buruknya aku. Aku bahkan jauh lebih baik dengan alasan-alasan itu dibandingkan menerima ternyata tidak semuanya salahku. Beberapa hal memang harus kuakui, ada orang yang mungkin bukan untuk kita, bukan takdir kita, bukan berpihak pada kita. Itu semua sangat wajar dan bukan salahku sama sekali karena aku udah berusaha yang terbaik.
Sebagaimana aku yang merasa aman dan nyaman pada beberapa orang, beberapa orang juga berhak akan itu, termasuk merasa tidak nyaman dan aman padaku.
Aku tidak bisa memutar atau memperbaiki kesan tentangnya padaku. Sorot matanya yang seharusnya teduh, tetapi bagiku seperti pisau yang menusuk diriku. Peluk dan dekapnya yang seharusnya hangat, justru membuat pisau itu menusuk semakin dalam padaku. Setiap perjumpaan hanya memberikan ketakutan. Telingaku merasa sesuatu marah-marah, berisik, berteriak-teriak. Dia yang menciptakan emosi itu. Bukan yang itu, tapi dia.
Aku sempat berpikir seharusnya aku tidak pernah bertemu dengannya atau mungkin tidak terlalu jauh masuk ke dalam kehidupannya. Namun, aku gelimungan dan sendiri saat itu. Aku merasa sangat asing dan kehilangan diriku sendiri.
Tulisan ini sungguh tidak bisa diakhiri karena hingga di perjumpaan terakhir pun rasanya palsu. Aku tahu, aku menahan tangis besar saat itu. Pikiranku sangat kalut, ketakutan, ingin berteriak saja yang keras karena bukan seperti ini kesan yang aku inginkan. Aku bahkan tidak bisa mengontrol dan memastikan apa yang akan keluar dari mulutku, semuanya natural terucap begitu saja. Otakku kosong, seperti orang dungu. Suasanya canggung dan dingin. Rasanya jika bisa segera lari dari sana, aku lebih memilih itu.
Sampai di ujung perjumpaan, aku sangat kaku dan terbata-bata. Bahkan, saat kendaraanku tiba di rumah semuanya tidak terasa lega. Aku terjatuh dan merasa seharusnya semua ini tidak seperti ini….
Tapi, bukan aku kan yang bersalah?
1 note · View note
tamaryngreen · 3 months
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Some recent moments ❤️
0 notes
tamaryngreen · 4 months
Text
Log 2 [Gulali Biru]
“Menurutmu aku bisa pergi sejauh apa?”
“Jangan terlalu jauh, yang bisa kujangkau saja.”
Suara tawa itu seakan bersaing bersama suara deburan ombak dan aroma laut yang tajam. Aku melihatnya, aku melihat dua pasang mata itu saling beradu pandang, begitu dalam. Aku memandangi keduanya, berpegangan tangan, sesekali laki-laki berbaju biru itu mencoba menggendong perempuannya. Namun, perempuannya justru lari dan tertawa, takut tiba-tiba dibuang ke laut katanya. Aku sangat menyimak percakapan keduanya, seperti dua orang yang lama tak saling jumpa dan akan berpisah lagi.
“Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat” Buku itu di genggamanku bahkan tidak terasa menarik lagi. Tak sadar, aku sendirian tersenyum dan sedikit tertawa kecil melihat mereka yang seperti memiliki pantai dan matahari terbenam sore ini.
Aku masih mengamatinya, perempuan itu berlari ke arah mobil mengambil gula-gula biru. Terlihat begitu bangga dan bahagia, sepertinya itu kejutan yang tadi diberikan laki-lakinya. Mereka bergerak semakin jauh, aku masih bisa sedikit menyaksikan pergerakannya, sesekali mereka saling memotret satu sama lain, berswafoto, sambil tertawa entah tentang lelucon apa karena percakapannya sudah sangat jauh dari radar telingaku.
Tersisalah aku melempar pandang ke langit yang mulai berubah menjadi jingga. Cantik, sangat amat cantik. Awan berkumpul menggumpal di kaki langit sebelah barat, seperti membentuk kereta kencana dengan puluhan kuda siap menariknya ke sebuah perjalanan hidup yang panjang. Buku di tanganku nyaris tak terbaca. Aku berjalan gontai, ke arah ombak yang sedari tadi mencoba rayu menghampiriku. Sesekali deburan air itu menyentuh kakiku.
Damai sekali, meskipun sementara.
0 notes
tamaryngreen · 5 months
Text
Log1 [Benteng Belgica]
Banda Neira masih sama, airnya biru berkilauan. Begitu cemerlang seperti hati-hati yang ikhlas melepaskan beban, meskipun langit mulai mengabu termakan gelap perlahan. Cerita Mas Gika jauh lebih sempurna daripada ini. Katanya, Tuhan yang menuliskannya sehingga bisa seindah itu. Jalanan begitu lurus dan mulus bak sutra. Tatanan dan artefak permukaan begitu sempurna, seperti siap menjemput bidadari di ujung sana. Aku hanya menatap punggung Mas Gika yang penuh percaya diri. Kadang aku ingin bertanya-tanya, “Am I still that different person?”
Dulu aku yang berkali-kali melakukan ini karena penuh keraguan. Barangkali dengan sedikit bumbu keegoisan. Namun, pagi ini, saat udara yang membumbung mengitari Benteng Belgika ini begitu sejuk bak berkah Tuhan, aku justru mendapatkan surat itu. Surat yang isinya jauh berbeda dari surat-surat kuning yang sebelumnya aku terima. Isinya juga tidak terlalu panjang. Ada hati yang begitu lapang, ada hati yang mulai lega, tetapi ada hati yang kecewa karena tidak bisa lagi bersama. Seharusnya ketidaksesuaian memang wajar diungkapkan, tetapi tetap saja sulit diterima.
Aku hanyalah aku, yang sederhana. Barangkali mereka hanya sulit memahami kesederhanaan. Setidaknya aku bahagia karena dia penuh kebijaksanaan. Setelah ini, jalan yang aku tempuh tidak akan pernah sama.
Matahari sudah bertaut di kaki langit sebelah barat. Aku dan Mas Gika hanya saling diam, memandang Banda Neira dari ketinggian. Setidaknya, jalan cerita Mas Gika berakhir dengan bahagia. Namun, bagaimana denganku? Tentu saja, aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Perjalanan ini justru baru dimulai. Beralih ke sebuah pencarian.
-Jarraaa di penghujung bulan April 2023
0 notes
tamaryngreen · 5 months
Text
As wide as, as deep as, as dark as, - an ocean
Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian
Pukul 21.30, aku masih bertahan di mejaku, menatap layar laptop. Sesekali aku menarik nafas panjang, mengangkat tangan, menarik urat agar lebiih rileks. Pandanganku terlempar ke luar jendela, melihat patung unta di atas mall yang mulai kusam warnanya, tetapi lampu gemerlap itu masih terang melingkarinya. Aku hanya tersenyum kecil mengingat suatu malam, barangkali di sepuluh tahun lalu.
Sepuluh tahun lalu, ayah terlalu pusing mengendarai mobil di jalanan Jakarta. Terlalu padat dan banyak flyover yang dibangun sehingga jalanan begitu rumit dan terlihat sangat berbeda dari waktu terakhir kali kita di Jakarta. Aku ingat bagaimana ibu memarahi ayah karena tidak mendengarkan sarannya sehingga kami harus berkali-kali kembali ke tempat yang sama. Sedangkan aku, bersandar ke pintu mobil dan melempar pandang ke luar kaca. Aku melihat icon unta di atas mall yang dihiasi lampu-lampu. Entah mengapa, melihatnya di malam hari pukul 21.30 dan seterusnya, membuat patung unta itu terkesan "menyeramkan". Aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Hatiku berdesir, tak nyaman. Melihat lampu-lampu di mall mulai padam karena hampir larut malam dan hanya lampu unta itu yang bersinar terang benderang. Aku merasa sejenak, ada sesuatu yang kosong, barangkali di hati atau isi kepalaku. Aku seperti di lempar jauh dan dipaksa merasa bersedih. Mungkin rasanya seperti ini, ketika kamu menyalakan televisi saat larut malam kemudian yang muncul adalah tayangan komersial rokok. Rasanya sangat abnormal nyaris seperti itu.
Sekali lagi, aku hanya tersenyum kecil, miris. Waktu begitu cepat berlalu untuk sepuluh tahun. Sungguh, aku mengingat setiap hal itu. Beberapa yang seharusnya tidak bertahan menjadi bayang-bayang masa lampau yang sesaat berubah menjadi monster raksasa yang sangat tidak bisa aku tangani. Sungguh, beberapa waktu aku sangat membutuhkan pertolongan untuk keluar dan bebas dari kesalahan masa lalu yang sama sekali tidak aku perbuat. Ketakutan itu datang tiba-tiba tanpa bertanya, membakar habis semua usaha yang sudah kutata ulang berkali-kali. Lagi, aku harus memulainya dari awal.
Aku, seperti puzzle yang kehilangan beberapa kepingannya karena seseorang lupa untuk menjaganya agar tetap utuh juga bisa terlihat baik dan cantik. Ribuan kali aku merasa seperti dikejar-kejar sesuatu yang bahkan aku tidak bisa pahami atau jelaskan. Aku ketakutan sangat ketakutan bahkan sampai tidak berani memejamkan mataku sendiri. Semua orang-orang itu, tidak mungkin tahu bagaimana rasanya. Setiap aku menceritakannya, mereka akan menertawakannya, menyalahkanku, atau mengungkapkan jika itu mustahil.
Siapa yang bersalah atas ini? Ketika kesimpulannya hanyalah mencoba melupakannya, aku bersumpah aku sudah berkali-kali melakukannya. Bahkan, aku sudah berpura-pura dan menjadi terobsesi seakan-akan aku terlahir kembali menjadi sesuatu yang baru. Namun, titik-titik hitam itu akan tetap menjadi bagian dari diriku, tidak bisa aku lepaskan.
"Kamu itu terlau rumit dan apa yang aneh?" mereka berkomentar sambil tertawa.
Apa yang aneh katanya. Apa yang aneh dari kamu bahkan tidak sadarkan diri tertidur selama 37 jam dan ketika kamu bangun semuanya kacau? Kamu bahkan menolak kenyataan itu. Seakan-akan jiwamu begitu indah untuk mendapatkan pengalaman itu. Ketakutan, kamu sangat ketakutan dan kebingungan karena raga yang selama ini kamu nilai baik ternyata hanya cangkang yang kosong. Kemudian kamu mulai membenci dirimu sendiri, seperti pecundang.
Apa yang aneh katanya. Apa yang aneh dari ketakutan pada waktu yang membuatmu menggigil kaku? Lihatlah dirimu nyaris tidak bergerak. Ribuan ekspresi itu membuatmu menebak-nebak dan nyaris kehilangan akal sehat. Ternyata kamu, bukan siapa-siapa, bukan apa-apa, tidak menjadi apa-apa, tidak seberapa, tidak akan pernah mampu untuk menggantikan yang paling berkesan meskipun kamu berada di ruang yang sama, di kesempatan yang sama. Tolong katakan apa yang aneh ketika semuanya nyaris tidak bisa kamu percayai lagi.
Sulit sekali menjadi bermakna, jangankan itu. Sulit sekali mencari makna.
Aku ingin berlari yang jauh, sampai semua yang hitam itu tidak terlihat lagi. Meskipun aku sama sekali tidak melihat kebebasan di setiap pejaman mataku.
Di setiap pejaman mataku aku tenggelam. Aku merasakannya dengan baik, ketika air perlahan menyentuh kulitku, merangkulku. Aku merasakannya dengan baik, ketika air mulai menari-nari di sekitaran rambutku. Aku merasakannya, aku merasakan kakiku begitu ringan dan badanku tak bergerak hanya terseret turun perlahan-perlahan. Semakin dalam, semakin hitam, semakin dingin, semakin sesak. Semakin dalam, semakin jauh, semakin tenang, semakin menghilang dari permukaan.
Telingaku berdengung.
Pukul 21.48, aku harus pulang. Membereskan baju dan mengejar kereta terakhir ke Bekasi untuk meeting besok pagi. Besok hari ulang tahunku.
Doakan aku bebas.
0 notes
tamaryngreen · 1 year
Text
Yesterday Euphoricity
Aku masih sangat mengingatnya bagaimana seorang aku yang masih duduk di bangku kelas 4 SD membayangkan indahnya menjadi dewasa. Di kala semua teman-temanku dulu sangat ingin menjadi dokter, tentara, polisi, guru, dan lain sebagainya, pikiranku justru samar. Aku pernah menonton sebuah film hari natal di televisi yang menjadi sebuah obsesiku waktu kecil dulu. Aku selalu membayangkan bahwasannya aku akan menjadi perempuan yang dewasa, mandiri, cerdas, cantik, dan wangi. Setiap pagi aku akan sarapan buah atau sekadar makan roti panggang dan susu. Pakaianku yang sederhana, tetapi classy dan mahal, seperti jenis-jenis capsule outfit. Aku akan berangkat kerja ke kantorku, salah stau gedung-gedung tinggi itu di Jakarta, dengan mobil sedan hitam yang harganya hampir satu miliar. Di kantor, aku punya ruangan sendiri karena posisiku tinggi. Ruanganku bahkan menyenangkan karena aku bisa mengaturnya sesukaku, memasang foto keluarga, memilih sendiri bunga hidup jenis apa, dan jendelanya langsung memperlihatkan jalanan juga citylight Jakarta. Kalau-kalau aku lembur sampai malam, aku akan istirahat setengah jam, membuat kopi, menghirup aromanya sembari menerawang jauh keluar dinding kaca, kemudian menelpon ibuku dan memberitahunya hariku luar biasa meskipun aku sangat lelah dengan aktivitas hari itu.
Sampai saat ini, usiaku 21 tahun, masih mengharap-harap dongeng itu sungguhan terjadi. Waktu memang kejam bergulir begitu tajam, enggan menunggu dan memastikan apakah aku siap atau aku akan kalah esok pagi. Beberapa waktu, aku gagal dan terjatuh. Beberapa kesempatan, aku beruntung dan siap mencoba peruntungan berikutnya. Namun, kadang aku bertanya-tanya: Apakah semakin dewasa suasana begitu terasa serius, kesepian atau kegagalan misalnya. Semuanya berubah menjadi luka yang begitu dalam sehingga butuh waktu dan usaha mengobatinya. Jika ditelaah ulang, rasa-rasanya aku tidak pernah merugi, tetapi aku seperti terbunuh beberapa kali. Banyak waktu aku memastikan aku tidak mengalami distorsi, tetapi itu-itu saja yang aku jumpai.
Sekarang pukul 16.00 dan kemarin pukul 16.00. Rasanya baru tadi atau waktu tidak bergerak sama sekali. Namun, itu sudah kemarin. Beberapa perayaan membuat nafas terasa menjadi indah, kemarin. Aroma ramen dengan chicken katsu garage, rasa minuman matcha, asap daging panggang, suara derau tawa berselimut kecemasan, tangisan kebingungan, dan kebiasaan menunda-nunda, bahkan masih terasa begitu dekat. Baru kemarin. Hari ini, aku tidak mengikuti tiga kelas di hari Senin. Terbaring, berselimut, kosong, deru AC begitu mendominasi. Aku menunggu sesuatu itu memberikan kesempatan berikutnya, kesempatan kedua. Bagaimana caranya memberitahunya bahwa kepribadian sepenuhnya hanyalah topeng yang benar-benar bisa kita pilih? Bahkan ia sudah enggan berbicara: BISU.
5 notes · View notes
tamaryngreen · 1 year
Text
Tumblr media
no one will understand the feeling. the fear that comes to my mind, appears fill the clear into black. everything seems so dark when you are on a terriblw feeling. you eat lies when your hear is hungry. people come to convince, no one comes trying to confess. you’re still wondering, why is the happiness never be your path. the hand is still crawling, but nothing comes to hold. am I still that different person?
sometimes I got to think that I’m the problem. you’ll never understand, you neither need me nor my presence. i used to be alone and it’ll always be
1 note · View note
tamaryngreen · 3 years
Text
I just want to skip this part then continue with another chapter of my life. Sometimes I feel so tired and not worthy at all. Every day I find myself like living without my backbone.
0 notes
tamaryngreen · 3 years
Text
Belajar Pasrah : Spirit Orang Hebat dan Mulia di Sisi Allah SWT
Assalamualaikum wr wb
Sejak kecil, kita pasti sering banget dengerin cerita tentang nabi Yunus AS yang ditelan paus, nabi Ibrahim AS yang dilempar ke api, nabi Ismail AS yang nyaris disembelih oleh ayahnya sendiri yang sangat mencintainnya. Bahkan, cerita- cerita tersebut masuk ke dalam buku pelajaran kita di sekolah. Kita semua pasti akan menjawab dengan yakin kalau Allah SWT pasti akan menyelamatkan nabi Yunus AS, nabi Ibrahim AS, dan nabi Ismail AS, tentunya dengan cara luar biasa yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Yang menjadi persoalan adalah pernahkah kita mencoba merefleksikan atau menerapkan spirit yang dicontohkan oleh sosok- sosok terpilih tersebut?
Dikisahkan nabi Yunus AS berada dalam perut ikan selama 40 hari. Kebayang gak tuh 40 hari di dalem perut ikan yang gelap, lapar, engap, sambil penuh rasa bersalah juga karena udah putus asa dan ninggalin kaumnya yang membangkang. Kalau kaya kita pasti udah banyak ngeluh aja tuh, tapi nabi Yusuf AS justru sebaliknya. Di tengah rasa getir dan penuh penyesalan, beliau senantiasa memohon ampun kepada Allah SWT atas kelalainnya dan berdoa, yang doanya ini hits banget sampe sekarang :
لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Artinya: "Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim."
Selanjutnya, ada nabi Ibrahim AS yang dilempar ke api karena Beliau menghancurkan berhala yang paling besar di kuil. Coba deh bayangin kalau ada di posisi itu, pasti ada dong rasa takut dan cemas. Tapi nabi Ibrahim AS yakin bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang satu dan pasti akan menyelamatkannya. Beliau terus berdoa dan berserah diri kepada Allah. Beliau berhasil keluar dari api dengan selamat tanpa luka bakar sedikit pun, malah menggigil kedinginan. Ternyata Allah SWT memerintahkan api untuk berubah menjadi sejuk.
Masih dengan perjuangan nabi Ibrahim AS yang kemudian mendapatkan mimpi berupa perintah untuk menyembelih putera kesayangannya. Padahal kalo diinget lagi, nabi ibrahim AS butuh waktu yang lumayan lama untuk bisa tinggal dekat dengan nabi Ismail AS. Bayangin deh, kehilangan orang yang kita cintai aja pasti sakit kan? apalagi kok disuruh menyembelih. Tapi Masya Allah nabi Ismail dengan begitu tegar dan tenang meyakinkan ayahnya untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut. Ketika dua sosok mulia tersebut sama- sama berserah diri kepada Allah SWT, tanpa niat apa pun selain menunaikan perintah Allah SWT, nabi Ismail AS digantikan oleh seekor domba oleh Allah SWT.
Ada satu lagi cerita yang tidak kalah dahsyat. Cerita dari kakek Rasulullah SAW, Abdul Muthalib. Menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW, Raja Abrahah dan pasukannya datang untuk mengajak kerja sama bernbagi tanah kepada Abdul Muthalib karena melihat kota Mekah selalu ramai pengunjung setiap waktu, tetapi Abdul Muthalib menolak karena ia merasa Mekah adalah tanah yang suci, tanah yang diwariskan oleh leluhurnya. Kemudian, Raja Abrahah murka mendengar itu dan berjanji untuk menghancurkan kota Mekah beserta kakbah. Semua penduduk Mekah yang mendengar itu segera pergi mengungsi meninggalkan kota Mekah karena merasa tanahnya akan diambil alih. Abdul Muthalib sebagai pemimpin kaum pun memutuskan tidak akan ada perlawanan karena Beliau tidak menginginkan ada pertumpahan darah. Ketika kota Mekah yang tadinya sangat padat aktivitas berubah menjadi kota yang sepi bahkan desir pasir gurun yang tertiup angin pun bisa didengar telinga manusia. Abdul Muthalib yang sudah nyaris putus asa, datang ke sisi kakbah membawa segenggam harapan, mulai menangis, dan mengadu kepada Tuhannya. Di ujung sana, Raja Abrahah dan bala tentara gajahnya yang jumlahnya sangat banyak begitu optimis dapat menaklukan Mekah karena melihat tidak ada perlawanan. Abdul Muthalib masih melangitkan doa sembari megusapkan tangannya ke dinding kakbah. Masya Allah, segerombolan burung ababil datang kemudian berputar selama tujuh kali di atas kakbah, kemudian menyerang pasukan gajah sambil menjatuhi kerikil panas. Pasukan gajah lenyap seketika tanpa tersisa, angin bertiup menerbangkan debu menutup jasad ribuan manusia yang sudah terkapar tak berdaya.
Sekali lagi, pernah kita merefleksikan diri kita dengan cerita- cerita menakjubkan di atas? ketika kita merasa hidup begitu berat dan tantang seperti mustahil untuk dilalui, ketika kita merasa sangat tidak pantas untuk memohon ampun, berdoa, dan memohon ampun kepada Allah SWT atas segala dosa yang kita perbuat. Sering kali juga kita kurang mawas diri dan melupakan poin penting sebagai seorang hamba, yaitu pasrah dan berserah kepada Allah SWT. Maknanya, selama kita ada di jalan yang benar dengan mematuhi perintah Allah SWT, segaala keluh kesah, kesedihan, kegetiran itu akan menjelma menjadi kabar bahagia dengan cara yang kita bahkan tidak pernah duga untuk dapat terjadi pada hamba yang biasa aja seperti kita.
Akhirul kalam,
Wassalamualaikum wr wb
0 notes
tamaryngreen · 3 years
Text
22 : Kesatu
Apa yang lebih fana dari waktu yang bergerak tidak beriringan dengan jasad? Mata hanya menerawang tinggi ke angan- angan, tenggelam bersama luasnya hamparan langit biru, perlahan- lahan terhipnotis detak- detik waktu. Memoar bergerak cepat seperti bayangan- bayangan yang malu- malu muncul, tetapi ingin senantiasa diperhatikan. Jasad masih terkapar, tersenyum menghirup harumnya luka dalam ingatan.
“Apa yang lebih indah dari dicintai oleh orang yang kita cintai?” itu kata- katamu musim kemarau tahun lalu. Wajah cemasmu yang selalu dirimu coba sembunyikan, tetapi selalu tertangkap basah olehku. Seandainya kamu tahu, ada deru yang lebih kencang dibanding bunyi laju kendaraan- kendaraan di jalanan kala itu. Di sini, di dalam dadaku, ada yang sibuk menerka- nerka juga beranggapan akan memetik sekuntum bunga mawar terindah sebelum purnama naik ke peraduannya. Namun, hal bodoh buah canggung diriku justru jadi penyelamat perasaanku waktu itu. “Menurutmu, mana yang lebih baik? Aku ambil arsitektur atau desain interior saja?” kemudian kita berbincang hingga petang memakan terang secara keseluruhan.
Kala itu, kabar tentangmu masih selalu kudapat, meski sosokmu tak kunjung kulihat. Sedangkan aku sibuk merangkai ribuan cerita yang kupikir nantinya dapat kubagikan denganmu. Hari demi hari semakin kudapati bagian diri ini justru semakin rapuh termakan angan dan harapan. Semakin berlari semakin hilang bagian- bagian rapuh terbawa hembusan angin. Aku masih tidak membayangkan bagaimana rasanya menghilang.
Perempuan itu masih memandangiku dari kejauhan, matanya berkilau juga sejuk, membuat orang di sekitarnya ingin lama- lama memandangnya. Perlahan aku memberanikan diri untuk berjalan ke arahnya. Langit masih cerah, hatiku yang muram. Bahkan bunga mawar itu sudah layu sebelum dipetik. Aku menjabat tangan perempuan itu, mencoba tersenyum. Masih kuingat betul betapa bahagia raut wajahnya, melengkapi riasan wajahnya. Aku bersumpah aku tidak ingin jatuh di hari itu, aku bahkan ingin menari dan menyanyi sepuas- puasnya.
“Ketika kita mencintai seseorang, maka hati kita akan bertekad untuk selalu menjaganya. Bahkan, kadang kita berdoa agar Tuhan mempertemukannya dengan orang yang paling baik di dunia, bukan untuk bersanding dengan kita karena betapa buruk dan apalah kita ini. Konyol bukan? Tapi itu jatuh cinta yang sebenar- benarnya. Selalu ingin menjaga bukan malah mengahancurkannya.”  
0 notes
tamaryngreen · 4 years
Text
Kalau disuruh jagain kamu, aku lebih milih jagain sholat aja. Soalnya kalau aku kehilangan sholat, aku bakal kehilangan segalanya, termasuk kamu.
37 notes · View notes
tamaryngreen · 4 years
Text
All we know, we are growing up. The things we never imagined before start attacking us one by one. When we were younger, we painted beautiful sky and surface, it was the future. We felt satisfied of what will happen tomorrow, overmorrow, our eyes couldn't wait for it. But right now we are standing in the place we dreamt of, we can't stop the eyes for looking for the beautiful sky and surface, but we exactly find our eyes with it's tears, try to against the dark of the night, fight with the lonely biting you slowly. Suddenly, we become strangers, losing control and direction, feeling empty at all, feeling guilty, and looking for hand to hold also foot to walk or run, but we find nothing. Until that sound calls us to come. At the end of the day, our face come down to earth, there's a big hope flies to the sky, create a dazzling rainbow. When we are staring at it, we surely know what should we do, or even to whom we should run ... :)
Kalau dipikir-pikir, kita tuh banyak cemasnya sedikit doanya.
Taufik Aulia
730 notes · View notes
tamaryngreen · 4 years
Text
Sabar ada batasnya ga sih?
Tumblr media
Mungkin ada, tapi barangkali kita yg terlalu membatasi
2 notes · View notes
tamaryngreen · 4 years
Text
Tumblr media
Bersamai Allah, Bersamai yang Bersama Allah
Tumblr media
Photo by mostafa meraji
Ketika bertanya perihal jodoh, bunda saya selalu berpesan,
“Bersamai orang yang bersama Allah, ya, Nak”
Pesan ini selalu mempunyai banyak arti. Membersamai orang yang bersama Allah, pun selalulah bersama Allah. Bersamai Allah, dan bersamai orang yang bersama Allah. Dalam memilih sahabat, teman dekat, pun dalam memilih teman hidup, pesan beliau sama.
Bersama Allah, hati akan tenang, jalan akan lapang, tidak peduli halangan dan rintangan.
Membersamai orang yang bersama Allah, akan mengingatkan kita kepada Allah. Mereka yang selalu mengingatkan kebenaran. Mereka yang selalu mengajak kepada kesabaran.
Kali ini, saya ingin membahas poin sabar.
Coba deh, kita gak nemuin tuh di Al Qur'an, 
“Innallaha ma'al mustaghfirin, qonitin, mushollin, sho'imin,”  "Allah bersama orang yg memohon ampun, orang yang patuh, orang yang sholat, orang yang puasa,“ 
 Kita gak nemu itu di Al Qur'an. 
 Tapi yang kita temui apa?
"Innallaha ma'as shobirin..”
“Allah bersama orang yang sabar,”
Tumblr media
Photo by Lily Banse
Al Hafiz ibn Rajab rahimahullah suatu kali pernah bercerita, 
“ayat atau hadits, yang menjelaskan diriNya bersama dengan seseorang, menunjukkan bahwa orang tersebut telah kehilangan sesuatu yang berarti. Dan Dia tidak pernah mengambil sesuatu kecuali memberikan sesuatu sebagai balasannya. Dan yang terbaik yang Allah beri adalah apa? 
DiriNya!”
Terdapat narasi dari Rasulullah Muhammad SAW yang mengatakan bahwa di hari akhir nanti ada orang yang diingetin Allah, “Ketika aku sakit, kamu kok tidak datang?”. Orang itu bingung, “Ya Rabb! Engkau Rabb semesta alam dan Engkau bilang Engkau sakit dan hamba tidak datang? Maksudnya apa?”. Allah lalu mengatakan, “Bukankah kamu tahu kalau si fulan dan fulan sedang sakit? Kiranya kamu mendatanginya, kamu akan menemukanKu bersama dirinya!” Ketika sebuah bala, kesusahan, atau kepahitan tersebut menjadikan dirimu kembali menemukan Allah, menjadikan dirimu kembali kepada Allah, dibersamai Allah, yakinlah bahwa di hari akhir nanti kamu tidak akan menyesali bala tersebut. 
Sekarang, bagian yang paling penting.
Mudah sekali gak sih bilang ke orang, “sing sabar,” atau “yang sabar, ya,”, atau kalimat penenang lainnya? Mudah sekali gak sih untuk menulis soal mengajak kesabaran ini di platform ini? Tapi kudu bagaimana sih, sabar yang dimaksud?
Sabar, dalam bahasa arab, sepaham belajar ke Sh. Abdul Nasir Jangda, terjemahannya adalah “mengikatkan sesuatu,”. To tie something down. Ikatkan diri kita kepada Allah, ketika badai itu datang. Ikatlah sejak awal, bukan ketika di tengah-tengah badai, supaya sabar yang sejati semakin diraih.
“Kembali ke Allah! Ketika nyeri itu muncul, kembali ke Allah!”
Ketika rasa nyeri, kesusahan, bala, kesedihan, semua itu datang, pertama-tama, larilah ke Allah. Sebut, dan benar-benar berharap kepadaNya. Bukan sekadar mengucap istighfar semata, tapi mendalami apa yang dirasa dan memanggil Allah, “Yaa Rabb, tolongin hamba …”
Sudah jadi janjiNya, di Al Baqarah ayat 153, dibersamaiNya. 
Pun, dengan orang-orang yang ketika ditimpa kesusahan lalu ia berlari kepada Allah, bersamai mereka.
Maka bersamai Allah, bersamai pula orang yang bersama Allah.
InsyaaAllah tenang, yah.
785 notes · View notes
tamaryngreen · 4 years
Text
Ngaji Tafsir QS. Al 'Ashr
Senin, 27 April 2020
Ustadz Syukron Muchtar
📝Kisah di balik surat ini
Suatu ketika Amr bin Ash (sahabat yang belum jadi muslim saat itu) bertemu dengan Musailamah al Kadzzab (al Kadzzab ini sebutan yang berarti Pendusta, ngaku Nabi), sehabis Rasulullah saw menerima wahyu ini.
Musailamah berkata kepada Amr,
"Apa yang sahabatmu (maksudnya Rasulullah saw) terima?"
"Telah turun sebuah surat, yang pendek namun padat, jelas, penting"
Lalu Musailamah bertanya, "Surat apa itu?"
((Amr melafalkan 3 ayat tsb))
Musailamah yang dikenal sebagai Pendusta tak mau kalah. Dia bilang, telah turun juga kepadaku surat yang mirip. Sampai dia buat suatu surat, katanya.
Ujung suratnya
Yaa wabr, yaa wabr (karena al ashr ujungnya bersajak, dia buat bersajak juga hmm..)
Hikmah:
Jangan menyepelekan amal kecil, sekalipun berbicara jujur dalam sehari-hari. Jika sering terbiasa berkata dusta dusta dusta, pengennya dusta terus. Karena amal yang dilakukan akan bertransformasi menjadi sebuah perangai, akhlak, karakter kita.
📝Keistimewaan Surat
1. Setiap pertemuan, sahabat Nabi selalu mengakhirinya dengan membaca QS. Al Ashr. Seolah-olah ingin meresapi dan mengingatkan satu sama lain, utk senantiasa mengingati dalam kebenaran dan kesabaran.
2. Merupakan surat yang penting. Sekiranya kaum muslim tadabbur surat ini, sudah mencukupi bagi mereka untuk hidup selamat di dunia. Jika Allah tidak menurunkan surat lainnya, surat ini sudah mengcover solusi urusan dunia kita.
📝Tadabbur per ayat
Ayat 1
Ada 2 pendapat,
Pendapat 1 berarti waktu ashar. Waktu yang sangat penting utk diperhatikan. Bahkan sampai diperjelas di QS Al Baqarah ayat 238.
"..Peliharalah salat dan salat Wusta (solat Ashar)".
Hmm kenapa disebutin lagi ya di ayat itu, shalat Ashar padahal juga termasuk solat?
Karena Ashar ini begitu spesial, waktu dimana banyak yang lalai (peralihan pulang kerja, pulang berkebun, dsb, nguji keimanan).
"Siapa yang meninggalkan shalat Ashar, maka gugurlah amalnya" (Hadist Rasulullah SAW diriwayatkan Imam Bukhari)
Pendapat 2, artinya masa/waktu.
Ayat 2
Inna: sesungguhnya (kalimat penekanan)
Ada huruf LAM + FA (laa fii)
Artinya juga sama penekanan.
Allah ingin menekankan bahwa manusia itu bebar-benar dalam keadaan KERUGIAN.
Ayat 3
Pengecualian bagi 4 golongan;
1. Orang yang beriman pada Allah
Iman ada 72 cabang.
2. Mengerjakan amal sholeh (kenapa disebut lagi, yg beramal sholeh bukannya udah termasuk orang yang beriman?)
Sama spt Al Baqarah 238. Spesial.
Belum tentu juga jika orang itu melakukan kebaikan, ia beriman.
3. Orang yang saling (tidak 1 arah) menasehati dengan kebenaran
4. Orang yang saling menasehati dalam kesabaran.
Tanda orang yang senantiasa bahagiaa itu ketika diiberi nikmat maka bersyukur. Diberi ujian bersabar.
Tanya jawab:
1. Cara mendakwahi orangtua?
Adalah dengan perangai kita jadi anak yang baik, paling membantu ketika dibutuhkan, dsb. Pada hakikatnya kebaikan akan diterima. Yang tidak diterima adalah caranya yang mungkin masih salah.
2. Bagaimana caranya menjaga keikhlasan dalam beribadah?
Senantiasa berdoa pd Allah, minta diberikan keistiqomahan menjaga keikhlasan
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat
29 notes · View notes
tamaryngreen · 4 years
Text
Pernah ga sih kenal seseorang terus karena appearance dan tindak tanduknya baik (hanya saat itu) trs kita lgsg judge dia tu good person jd tanpa sadar kita kayak punya ekspetasi sendiri ke seseorg itu klo dia itu org baik. Padahal apa yg kita lihat sebagai bahan penilaian mgkn hanya 10 atau bahkan 5% dr karakter aslinya. Trs bgtu kita tau yg sebenarnya, ada rasa kesel, dongkol gt padahal itu sbnrnya rasa kecewa kita yg terlalu berekspetasi sm org tsb.
Tumblr media
Dr sampel yg sgt simpel itu sbnrnya kita udh bs ambil hikmah besar, kita hanya makhluk, dia juga makhluk. Kemampuan kita terbatas, menilai, bertindak, semua terbatas. So, buat kalian ni yg masi stuck atau blom move on, terus2an gt berharap ke makhluk, yok pelen2 kita udahin aja. Kita pindah haluan ke yg pasti2 aja. Iyaa balik lagi ke kodrat kita sebagai hamba Allah. Mulai kita niatkan semuanya karena Allah. Jangankan apa yg kita lakukan, harapan sekecil apa pun yg kita panjatkan kepada Allah, Insya Allah bakal balik ke kita mjd hadiah bentuk kasih syg Allah, ga bakal itu do'a atau harapan sekecil apa pun itu ilang begitu aja kalo kita udah sebut nama Allah SWT.
Laa Hawla Walaa Quwwata Illaa Billah
1 note · View note
tamaryngreen · 4 years
Text
Tumblr media
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah berkata,
"Siapa saja yang Allah kehendaki kebahagiannya, dia akan menjadikannya mengambil pelajaran dengan hal-hal yang menimpa orang lain, lalu dia menempuh jalan orang yang dikuatkan dan ditolong oleh Allah dan menjauhi jalan orang yang Dia telantarkan dan Dia hinakan."
— Majmu'ul Fatawa jilid 35 hlm. 388
48 notes · View notes