Tumgik
#metode ibadah pemuda
baliportalnews · 8 months
Text
Lepas Siswa Pertukaran Pelajar, Pj Bupati Buleleng Ingatkan Filosofi Padi Beras Nasi
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, BULELENG - Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana melepas tujuh belas siswa sekolah menengah pertama (SMP) untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Point Cook College Melbourne Australia pada Oktober mendatang. Dalam arahannya saat melepas belasan siswa, Pj Bupati Lihadnyana mengingatkan mereka akan filosofi Padi Beras dan Nasi. Tujuh belas siswa-siswi ini terdiri dari enam belas siswa SMP Negeri 1 Singaraja dan satu orang siswa SMP Laboratorium Singaraja. Mereka mendapatkan kesempatan untuk belajar dan bertukar budaya selama delapan hari terhitung 5-12 Oktober 2023. Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana saat memberikan arahan di ruang rapat rumah jabatan Bupati Selasa (26/9/2023) menyampaikan, kegiatan pertukaran pelajar menjadi penting seiring dengan perkembangan teknologi. Berubahnya pola pembelajaran membuat siswa semakin fasih menguasai bahasa asing. Dengan demikian program pertukaran pelajar guna mengenal budaya luar semakin sering dilakukan. Kepada kepala sekolah dan guru pendamping dalam program tersebut, Lihadnyana berpesan agar terus memfasilitasi siswa sehingga apa yang diharapkan dari pertukaran pelajar dapat diserap dengan baik. “Dengan pertukaran pelajar ini saya berharap ada pertukaran budaya, tentunya disana pasti dilakukan adaptasi. Jika mereka nyaman disanamaka mereka akan bercerita yang baik dengan orang tua dan keluarganya setelah kembali. Dan menjadi contoh atau teladan bagi teman-temannya di sekolah,” ujarnya. Pj Bupati Lihadnyana juga menyampaikan bahwa para siswa harusdapat beradaptasi dengan situasi dan kondisi  yang ada. Baik kondisi lingkungan, kurikulum,maupun metode pembelajaran di sekolah. Siswa harus mengisi dirinya dengan kompetensi, kreativitas, dan inovasi sehingga meningkatkan percaya diri (PADI). Kemudian para siswa harus berpikir rasional (BERAS) terhadap situasi di sekolah. Dari beras, para siswa harus menginternalisasi diri mereka dan fokus dengan empat huruf. Yaitu Niat, Amal, Selalu bersungguh-sungguh, dan Ibadah (NASI). “Tolong kesana dengan percaya diri, bahwa adik-adik inilebih dari mereka. Mental kita harus diasah. Dari segi kemampuan sudah pintartapi jika diam saja maka tidak ada yang tahu kepintaran kita. Selamat kepada siswa-siswi tolong jaga kesehatan, jaga nama sekolah. Ini adalah satu kesempatan emas untuk menuju Indonesia emas. Semoga ini bisa memberikan perubahan dari bidang pendidikan kita,” jelasnya. Sementara itu Kepala SMP Negeri 1 Singaraja, Nyoman Purnayasa menjelaskan pihaknya secara khusus mempersiapkan siswa untuk program pertukaran pelajar maupun kegiatan yang bersifat internasional. Persiapan tersebut sudah dimulai saat perekrutan sehingga mereka mempunyai kesiapan untuk berkomunikasi. Program pertukaran pelajar dengan Point Cook College ini sudah berlangsung dari tahun 2013. Namun sempat tidak terlaksana karena covid-19. Tahun ini sekolah di Melbourne itu kembali mengirimkan undangan untuk siswa SMP Negeri 1 Singaraja. Hal inipun disambut baik pihak Spensaraja. “Sehingga anak yang sudah siap dengan akademis, bahasa, dan materi itu kami tindaklanjuti dan tentunya juga dukungan besar dari orang tua siswa itu sendiri,” ungkapnya. Nyoman Purnayasa menjelaskan siswa peserta pertukaran pelajar akan dibagi sesuai dengan tingkatan kelasnya. Selain mengikuti kegiatan sehari-hari disekolah, siswa akan diajak untuk mengikuti bidang olahraga yang sedang tren disana, yaitu kasti. “Kita juga akan menampilkan ragam budaya kita di Bali. Kita persiapkan ketujuh belas siswa ini untuk ikut dalam pentas seni budaya Bali yaitu tari. Akan ditampilkan sebelum anak-anak kembali ke Bali,” terangnya. Disisi lain, Penjabat Bupati Buleleng ingin agar kesempatan pertukaran pelajar ini merata. Tak hanya menyasar siswa di daerah perkotaan saja. Sehingga setiap siswa memiliki kesempatan dan perlakuan yang sama. Kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, ia menugaskan untuk melakukan fasilitasi bagi siswa yang berminat. Karena pertukaran pelajar merupakan program yang diikuti dengan rasa bangga dan pengalaman yang berlimpah.(adv/bpn) Read the full article
0 notes
liaafsworld · 2 years
Text
Metode Menarik untuk Pemberitaan Firman (5): Ala Anak Milenial
Metode Menarik untuk Pemberitaan Firman (5): Ala Anak Milenial
Lama tidak berbagi terkait metode pemberitaan Firman Tuhan. Sebelumnya ada 4 postingan yang sudah lama sekali diposting dan tentunya sudah banyak dibaca, serta semoga bermanfaat. Check tulisan tersebut di: Metode menarik pemberitaan Firman Tuhan (1), Metode menarik pemberitaan Firman Tuhan (2): Tema Tokoh Alkitab, Metode menarik pemberitaan Firman Tuhan (3): Tema Ikut Tuhan, Metode menarik…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
thepassermontanus · 4 years
Text
Tulisan : Menikah, Tidak Berhenti Mengilmui
Seorang Ibu dari seseorang pernah menasihatiku bahwa kita tidak akan pernah sampai di titik dimana kita betul-betul 'sempurna' dalam persiapan dan ilmu pernikahan. Mengapa? Karena menikah juga berarti bersedia untuk selalu belajar dan belajar. Karena cerita setiap orang tidak akan sama, begitu pula solusinya.
Saat ibuku membandingkan keadaan beliau dan keadaanku kini,
"Dulu Ummi sebelum lulus ujian apoteker, Ummi sudah menikah (umur 23). Jadi nggak merasakan tuh kerja dulu. Sekarang jadi banyak prioritas yang lain.."
"Keadaannya berbeda mi..", kataku.
Ya, orang tua sudah terus memberi kode, memintaku benar-benar berdoa agar diberikan jodoh terbaik. Dan disitulah aku menyadari aku tidak boleh menunda lagi...
Untuk belajar... wkwk
Mengilmui, mulai dari...
Ada empat perkara yang merupakan Sunnah para Rasul yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala, yang dilakukan oleh RasulNya :
Memakai Parfum : "Sebaik-baik minyak wangi bagi lelaki adalah yang keras wanginya, namun pudar warnanya. Sebaik-baik minyak wangi bagi wanita adalah yang berwarna, namun tidak mencolok wanginya"
Menikah
Bersiwak
Bersikap Malu. Malu dianjurkan dalam setiap sikap kecuali dua hal : Menuntut ilmu dan mempertahankan kebenaran.
Nah, karena judulnya pun adalah tentang bahasan ke nomor dua, maka aku akan bahas sekilas tentang 'menikah' dan opiniku tentang persiapan menuju ke arahnya. Karena Menikah ini memang salah satu kegiatan ibadah yang bukan hanya sakral, tapi juga luar biasa indah dan besar tanggung jawabnya.
Saya mengutip dari Ust. Salim A. Fillah, dalam bukunya 'Bahagianya Merayakan Cinta', bahwa beliau mengintisarikan dari penyampaian dari Ust. Sa'id Hawa, dalam buku Tazkiyatun Nafs, beliau menggambarkan pada kita proses untuk menjadi orang yang shadiq,  prosesnya ada empat, yaitu :
1. Shidqun Niyah : Bermakna benar dalam Niat. Niat untuk beribadah kepada Allah dan terbebas dari riya. Benar dalam menatap lurus ke depan tanpa memedulikan pujian kanan dan kiri. 2. Shidqul 'Azm : Bermakna benar dalam tekad. Benar dalam keberanian. Benar pada janji kepada Allah dan janji pada dirinya sendiri. Benar dalam memncang target-target diri. Benar dalam semangat dan memaksimalkan potensi 3. Shidqul Iltizam : Bermakna benar dalam komitmen (Setelah bertekad atas pilihan untuk berani dan menutuskan maka kita berkomitmen terhadapnya) Bermakna benar dalam memegang nilai-nilai. Benar dalam bersabar atas segala ujian dan gangguan. Benar dalam mengistiqomahkan zikir, fikir, dan ikhtiar. 4. Shidqul 'Amal : Bermakna benar dalam proses kerja. Benar dalam cara (jujur dan gak tipu-tipu).  Benar dalam segalanya tanpa menabrak pagar-pagar Ilahi. Benar dalam metode. Benar dalam langkah-langkah yang ditempuh.
'Nah, mari coba refleksikan proses menjadi orang benar ini dalam proses menuju pernikahan', lanjut Beliau.
Kira-kira mengapa pembahasan ini, beliau letakkan di halaman awal? Agar kita menyadari betul , dan mungkin memuhasabahi diri, sudahkah kita benar? Sudahkah kita menjadi pribadi tangguh? Jika saat ini memang kita belum sampai di titik itu, sudahkah setidaknya kita mencoba?
Maka diantara banyak hal terkait persiapan.......
Beres dengan diri sendiri.
Aku meyakini dengan kita menjadi orang yang shadiq diatas, segala urusan tentang visi hidup, finansial, akademik, dan segalanya (pun permasalahan hidup), pembelajaran untuk memahami hal-hal ini  akan terasa mudah.  Saat kita jujur dimana posisi kita saat ini dan betapa banyak yang harus dipelajari, maka kita akan belajar. Dengan tekad yang kuat, pembelajaran akan berlangsung kontinu, ditambah kita juga berkomitmen untuk mencapai target dalam sekian bulan kedepan aku akan menikah , misal, maka akan lebih mudah menghasilkan suasana yang mendorong kita untuk istiqomah memperbaiki amal. Lalu tercipta kinerja-kinerja sebagai pembuktian. Pembuktian pada Allah ya, bukan pada dia.. wkwk
Ya Rabb, bantulah kami untuk menjadi seorang muslim / muslimah yang shadiq :”
Mengilmui Diri
Aku tak akan menulis banyak tentang hal-hal yang kamu bisa baca di buku. Kenapa? Karena aku ingin kamu juga membaca / berguru dengan benar. Ilmu-ilmu pernikahan memang tersebar-banyak dan bermacam-macam-hampir di segala linimasa sosial media tapi beberapa diantaranya terpotong dan berdasarkan pengalaman pribadi. Sulit bagi para pemudi dan pemuda yang belum menikah untuk mengingat pembelajaran itu pada akhirnya.
"Oh ya jadi kalau nanti aku kasusnya begini, maka aku harus begini ya? padahal belum tentu, nanti kisahnya akan seperti itu juga. Lalu, jika kita ternyata baru bisa praktek sekitar enam bulan atau satu tahun lagi, haruskah kita cari-cari lagi, scroll laman sosmed kita.
"Hmm mana yaa? waktu itu aku pernah baca tuh kalau kasusnya yang kaya gini.."
Disini aku mau menyampaikan bahwa kita sebaiknya belajar dari yang umum ke yang khusus. Belajar dari dasar, berdasarkan urutan, dan menyeluruh. Itu lebih baik daripada belajar banyak tapi sepotong-sepotong dan loncat. Ya, belajar dari sosial media tidak akan cukup. Screenshoot story-story bagus juga gak akan cukup. Gimana kalau HP rusak atau hilang? Aset terbaik dan berharga dalam belajar adalah buku. Adalah guru. Sedangkan tulisan-tulisan singkat seperti ini misal, tidak akan bisa cukup membantumu. Percayalah.
Hampir di semua buku dan kajian yang kutonton (ngga banyak kok cuma beberapa wkwk) persiapan nikah itu intinya ada lima. Yaitu : Persiapan Ruhiyah (Spiritual); Persiapan 'Ilmiyah - Fikriyah (Ilmu / Intelektual); Persiapan jasadiyah (Fisik); Persiapan Materi; dan Persiapan Sosial (Bermasyarakat).
Nah, semua ini ada ilmunya masing-masing. Adapula ilmu-ilmu yang terkait persiapan, misal cara memilih calon, proses / teknis mengadakan walimah, malam pertama, parenting, dsb, itu ada babnya masing-masing loh. Amazing memang islam mengatur sampai se-detail itu. Butuh refrensi buku? Kabari aku guys :))
"Banyak banget ya, kalau gitu aku nikahnya kapan?" Wkwwk. Pelan-pelan belajar. Pembelajaran kita ngga perlu sampai di titik sempurna. Maka setidaknya kita harus tahu pembelajaran mana yang paling penting dan paling awal perlu dikuasai. Setelah itu bisa lanjut ke tahap selanjutnya, naik tingkat, naik tingkat, dst. Jangan kita muter-muter terus dibahasan cara menentukan calon terbaik  aja ya (apalagi buat kita-kita yang masih jombs)
Sebuah Opini
Menikah, persoalannya banyak. Ada beberapa stigma yang menempel padanya terutama terkait teknis / perbedaan pendapat atau idealisme. Dariku, aku tak akan bahas perbedaan itu (misal tentang nikah muda atau perbedaan teknis lainnya).  Tapi, at least kuharapkan kita tidak memutuskan atau menghakimi sebuah keputusan, saat kita dalam keadaan belum berilmu.
Allah sendiri sudah memberi rambu-rambu, cara, contoh terbaik dari Nabi Muhammad, dan ilmu untuk kita aplikasikan. Jadi kalau misal ada ketentuan yang misal belum bisa kita penuhi maka kita berikhtiar sekuat tenaga untuk mengikuti petunjuk tersebut, lalu jika belum bisa, maka "Fattaqullaha Mastatotum"..
Yang perlu kita yakini, apa yang Allah tetapkan sebagai cara yang perlu kita penuhi, percayalah terdapat hikmah dan kebaikan di dalamnya, meskipun seluruh dunia menentangnya. Wallahu'alam :)
Untukmu yang sudah punya target menikah :
Ust. Salim A. Fillah menyampaikan dalam salah satu bukunya, "(kisah) Rasulullah pernah bersabda, 'Jika ia jujur pada Allah, Allah akan memenuhi kata-katanya', ... Setidaknya saya belajar bahwa ketika kita jujur pada Allah atas target-target kita, maka Allah akan genapkan. Pasti.". Maka selanjutnya Beliau menyampaikan 3 kata kunci untuk tercapainya keberkahan dalam proses menuju pernikahan; jujur, syar'i, mudah.
Ya Rabb mudahkanlah kami :)
" Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penyenang hati, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa."
Ini ada sedikit quotes humor dari temanku, Rintis namanya. Anak psikologi UI :))
Tumblr media
Salam semangat.. Sahabatmu,
Muthi Fatihah Nur 18/05/2020
11 notes · View notes
rainyrens · 5 years
Text
REFLEKSI JADI GURU
Wahai guru, pada saat ini kita dihadapkan pada kondisi dunia yang melaju dengan pesat, tanpa jeda. Berbagai kemudahan dapat kita rasakan saat ini. Penyebaran informasi, kebudayaan dan attitude dapat kita jangkau dalam hitungan detik. Lewat daring semua terasa cepat.
Wahai guru, pada saat ini kita juga dihadapkan pada generasi terlalu canggih, yang labil, dan cepat matang. Dimana mereka saat ini, lebih banyak memposisikan guru sebagai teman. Teman yang dapat diajak bercerita, mendengarkan segala perkataan yang selalu terucap dari lisannya. Satu diantara perkataannya tersebut dapat kita temukan tingkat cara berpikirnya yang kritis dan out of the box. Dan efek dari itu semua menuntut guru memiliki peranan yang lebih, tidak lagi sekadar transfer of knowledge. Jika hanya sekadar transfer of knowledge mereka lebih membutuhkan brainly ketimbang guru.
Membuka kembali catatan dalam satu kajian di bulan Juli lalu bersama Prof. Dr. KH Didin Hafihuddin, mengutip ayat dari Al Qur'an Surat An-Nisaa ayat 9:
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
Saat itu sang ustadz berkata, "Janganlah kamu meninggalkan suatu generasi penerus yang lemah dalam aqidah, ibadah, ilmu dan ekonominya." Dalam catatan di buku Saya, dan dalam ingatan Saya, sang ustadz mengulang kalimat tersebut berkali-kali, menandakan pentingnya pembicaraan ini. Berulang kali pula sang ustadz mengatakan generasi penerus tidak selalu yang sedarah, murid-murid kita di sekolah adalah generasi penerus yang tanggung jawab atasnya ada di tangan kita.
Aqidah, sumber kekuatan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam hidup. Ditengah pesatnya arus globalisasi, memiliki aqidah yang kuat adalah keharusan. Wajib. Dan ini adalah pilar dalam hidup sebagai pemuda muslim. Bisa dibayangkan, bagaimana seandainya generasi penerus kita memiliki aqidah yang lemah? Mereka akan mudah sekali menanggalkan keimanannya. Menjadi manusia munafik. Menjadi manusia penuh syirik. Tidak memiliki pendirian yang teguh sehingga mudah terbawa arus pemikiran yang buruk.
Dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah ayat 133,
"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku?'." 
Kemudian sang ustadz melanjutkan membaca Surat Luqman ayat 13,
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, 'Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar'."
Dari kedua ayat di atas kita belajar, betapa prioritasnya pendidikan aqidah ini. Jika suatu hari nanti dunia terwarnai oleh segala cipta manusia, seorang muslim tidak akan pernah bergeser dari menjalani hidupnya sesuai dengan tuntunan Islam. Godaan terbesar bagi murid-murid kita tentu saja gaya hidup. Segala pernak-pernik kekinian terkadang menggetarkan hati untuk memilki, apalagi diiringi rasa iri. Melihat teman dapat menonton konser, menggunakan handphone bagus serta berpakaian branded, pasti membuat iri seluruh hati. Bagus, jika hanya iri. Terkadang dapat kita temukan yang berani mengambil risiko.
(alm) KH Zainuddin MZ berpesan,
"Didik mereka dengan jiwa tauhid yang mengkristal di dalam batinnya, meresap sampai ke tulang sumsumnya, yang tidak akan sampaipun nyawa berpisah dari badannya, aqidah itu tidak akan berpisah dari hatinya. Bahkan dia sanggup berkata, 'Lebih baik Saya melarat karena mempertahankan iman daripada hidup mewah dengan menjual aqidah'."
Dan ini bukan hanya tugas guru, Ki Hajar Dewantara selalu mengulang Tri Sentra Pendidikannya; keluarga, sekolah dan masyarakat. Alhamdulillah, beban guru lebih ringan. 
Setelah aqidah, jangan tinggalkan mereka dalam kondisi ibadah yang lemah. Kuatkan keyakinannya bahwa ibadah bukanlah ritual yang menjadi rutinitas dan akhirnya menjadi terbiasa tanpa makna. Ajak mereka untuk terus memperbaiki niatnya untuk beribadah. Beribadah karena Allah. Beribadah karena kita butuh Allah.
Orang yang istiqomah dalam ibadahnya, insyaa Allah akan mudah bersyukur dan berbahagia. Orang yang istiqomah dalam ibadahnya, insyaa Allah memiliki pendirian dan tidak mudah untuk terintervensi dengan setan dalam bentuk manusia maupun hawa nafsu.
Membiasakan murid-murid kita untuk beribadah di sekolah (salat zuhur dan ashar berjamaah, salat dhuha, berpuasa serta mempelajari, membaca dan menghafal Al Qur'an) adalah usaha kita untuk mengenalkan kasih sayang Allah yang tak bertepi untuk hamba-Nya.  Ibadah memang kewajiban kita sebagai makhluk-Nya, namun pernahkah kita merasakan dengan kita beribadah ada Allah SWT Zat Maha Pengasih yang selalu menyertai kehidupan kita di dunia?
Setiap proses membangun pemahaman ini membutuhkan pembelajaran seumur hidup, tanpa batas waktu dan tanpa batas kesabaran. Dan ini bukan hanya tugas guru, Ki Hajar Dewantara selalu mengulang Tri Sentra Pendidikannya; keluarga, sekolah dan masyarakat. Alhamdulillah, beban guru lebih ringan.  
Sang ustadz melanjutkan,
"Rasulullah bersabda, 'Tidak ada kebaikan kecuali pada dua kelompok, yaitu orang yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajari ilmu'."
Melihat Al Qur'an Surat Al Mujadillah ayat 11,
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, 'Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,' maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, 'Berdirilah kamu,' maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Dengan kemudahan teknologi saat ini, tidak sulit rasanya mencari ilmu. Segala hal dapat dicari dengan menggunakan mesin pencari, bahkan mesin pencari tersebut dapat mengoreksi pertanyaan kita sendiri. Sangat perlu kita tanamkan dalam diri murid-murid kita ini semangat menghadiri dan berpartisipasi aktif di dalam kelas. Menikmati rasanya mendapatkan ilmu dari gurunya langsung, karena kita muridnya guru, bukan muridnya buku.
Dalam pendidikan terdapat materi, metode dan guru.
"Metode lebih baik daripada materi. Guru lebih baik daripada metode. Semangat atau spirit guru lebih baik daripada guru itu sendiri."
Menuntut ilmu itu kewajiban. Perubahan kurikulum dan generasi yang dihadapi, menuntut guru untuk selalu meningkatkan kapasitas dirinya dalam mendidik. Inovasi dan kreasi menjadi pilar utama dalam kegiatan mendidik ini. Tidak bisa hanya membiarkan murid untuk selalu duduk di kelas selama tiga jam KBM, mereka akan jenuh dan menganggap guru tidak lebih baik dari video penjelasan materi di youtube.
Bapak/ibu, merencanakan pembelajaran yang bermakna adalah kewajiban kita sebelum masuk kelas. Bermakna tidak hanya menyentuh aspek kognitif, ada aspek afektif dan psikomotorik yang harus kita berikan makna juga. Segala teori pembelajaran menjadi percuma jika kita tidak pernah mempraktikkannya. Metode ceramah sudah tidak relevan bagi generasi yang kita hadapi hari ini. Mereka butuh metode yang dapat melibatkan seluruh kemampuan yang terdapat di dalam dirinya.
Saya tidak setuju ketika kita harus membuat RPP selama satu tahun ajaran yang selalu kita buat di awal tahun jelang akreditasi atau PKKS atau penilaian lainnya. Bagi Saya idealnya membuat RPP dalam bentuk satu kali pertemuan dan maksimal h-2 sebelum masuk kelas. Itu RPP yang sungguh-sungguh kita buat dan kita laksanakan. Tidak perlu merasa terbebani dengan hadirnya RPP ini, ia ada untuk memudahkan.
Mengajarkan ilmu bukan hanya tugas guru, Ki Hajar Dewantara selalu mengulang Tri Sentra Pendidikannya; keluarga, sekolah dan masyarakat. Alhamdulillah, beban guru lebih ringan. Tetapi membuat RPP tetap tugas guru. 
Terakhir,
"Janganlah meninggalkan mereka dalam keadaan yang lemah ekonominya."
Bagian ini adalah peran keluarga. Dan sekolah memberikan peranannya dalam memfasilitasi. Membentuk jiwa enterpreneur dan leadership dibutuhkan sinergi antara keluarga dan sekolah. Mendidik anak untuk tidak boros dalam membelanjakan uang jajan setiap harinya. Mendidik anak sedini mungkin untuk berorientasi pada mencipta pekerjaan.
Dan ini bukan hanya tugas guru, Ki Hajar Dewantara selalu mengulang Tri Sentra Pendidikannya; keluarga, sekolah dan masyarakat. Alhamdulillah, beban guru lebih ringan.
***
Selamat hari guru, pendidik pembelajar! Segala jenis profesi tercipta dari tangan kita. Di tangan kita generasi penerus nasibnya dipertaruhkan. Mendidik generasi beradab tujuan kita yang utama. Dan di tangan orang lain bernama Menteri Pendidikan, keprofesian kita (semoga) kali ini diperhatikan!
Reni Anggraeni
35 notes · View notes
manisasamrelawan · 5 years
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Semangat Literasi di Tanah Cengkeh
Perjalanan pertamaku ke Indonesia Timur adalah menjadi relawan pendidikan di sebuah daerah pelosok timur Indonesia yang mana menjadi salah satu impian banyak akademisi yang ingin aktif berkontribusi untuk masyarakat. Diakomodir oleh jejaring gerakan literasi, Niskala Senja dan Melihat Ke Timur, dan beberapa teman donatur, saya berkesempatan pergi dari Cirebon - Jawa Barat menuju Ambon - Maluku, untuk mengajar Bahasa Inggris di sebuah kampung kecil di pesisir timur Pulau Seram, tepatnya Negeri Administratif Keta Kabupaten Seram Bagian Timur.
Perjalanan dari Ambon menuju Keta  memakan waktu lebih dari 20 jam via laut dan darat, setelah kurang lebih 3 jam menyebrang menggunakan ferry ke pulau Seram, perjalanan dilanjutkan via darat menggunakan mobil rental. Perjalanan darat sepanjang pulau seram ini hampir seluruhnya melintasi hutan dan sesekali melewati beberapa kampung. Bentuk bangunan dan kondisi jalan disana  mengingatkan saya pada kondisi kampung saya semasa kecil. Tak terlalu ramai, suara serangga dan burung masih jelas terdengar.  Juga di Negeri Keta, suara daun kelapa tertiup angin, ombak dan gaduh anak-anak bermain masih menjadi sesuatu yang kontras bagi wajah kampung ini.
Di Keta, hampir setiap rumah memiliki pohon cengkeh di kebunnya sedikitnya 20 pohon karena cengkeh adalah komoditi utama di pulau Seram. Disana memiliki dua kali musim cengkeh yaitu setahun sekali musim panen kecil dan dua tahun sekali musim panen raya –sebagian menyebutnya panen besar– yang semuanya  berlangsung selama sekitar 2-3 bulan setiap musimnya. Animo saat musimnya sendiri akan menyita sepenuhnya manusia disana, dari anak-anak hingga dewasa semua turut serta memanen. Begitupun remaja disana yang sedang dalam perantuan kuliahnya akan pulang ketika mendapat jadwal libur meskipun hanya satu minggu. Sedangkan anak-anak sekolah dasar hingga menengah akan diijinkan oleh orang tuanya untuk tidak pergi ke sekolah manakala ingin turut serta dalam panen raya tersebut. Bahkan sebagian orang tua disana menyuruh anak-anaknya, seumuran tingkat Sekolah Dasar sekalipun, untuk membantu panen. Bukan sampai disitu, pun guru-guru disana memaklumi ketika beberapa siswanya abstain sekolah sesekali hanya untuk turut ambil bagian panen raya.
Setiap anak-anak akan mengambil hasil petik cengkeh yang jatuh di tanah kemudian mengumpulkannya sehari penuh dan anak-anak bisa menjualnya dengan mendapat lima puluh ribu sampai seratus ribu setiap harinya dan jika melakukan penjemuran terlebih dahulu selama satu minggu hingga cengkeh menjadi kering, cengkeh kering tersebut akan membuat harganya bertambah. Sehingga seusai musim panen raya berakhir, anak-anak keta akan punya tabungan sekitar 2-4 juta. Sedangkan tiap orang tua akan mendapat hasil yang bervariasi dari 20-60 juta. Tabungan tersebut kebanyakan akan menjadi biaya hidup mereka dalam 2 tahun kedepan sampai panen raya tiba lagi musimnya. Bagi mereka cengkeh merupakan tabungan jangka panjang dan menjadi satu-satunya penghasilan bagi orang-orang di Keta. Biasanya mereka pergunakan untuk hal-hal penting seperti membangun rumah, membiayai anaknya sekolah, kuliah, dan hajat menikah. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, orang Keta membuat sagu dan mencari ikan di laut. Namun di Keta memancing ikan hanya untuk kebutuhan makan di rumah, tidak seperti di sebagian kampung lainnya yang memancing untuk di jual ke kampung di sekitarnya.
Pendidikan
20 bulan lamanya menunggu musim panen raya itu tiba, anak-anak dan remaja di Keta mengisinya dengan kegiatan literasi. Di Keta belum memiliki sekolah formal, sedangkan Sekolah Dasar terdekat berada di kampung sebelah, sementara SMP dan SMA ditempuh dengan jalan kaki sejauh 2,6 kilometer dan hanya terdapat kelas mengaji di rumah guru mengaji lokal. Media informasi yang sudah menyentuh Keta adalah televisi yang bisa mereka tonton di saat malam hari karena listrik hanya tersedia 12 jam, antara pukul 18.00 sampai pukul 06.00, itupun sering terjadi pemadaman listrik di malam hari satu kali dalam seminggu. Layanan internet sudah tersedia di sekolah menengah yang bisa diakses saat listrik menyala, tentunya. Dengan jarak sekolah menengah yang cukup jauh dari Keta, anak-anak otomatis tidak dapat menikmati layanan internet itu sebagai salah satu sumber mencari informasi. Keadaan-keadaan tersebut yang melatari permuda Keta menginisiasi sebuah rumah baca di kampungnya dengan nama Taman Baca Keta sehingga ada sumber informasi yang bisa diakses oleh masyarakat. Taman baca ini berdiri di awal tahun 2017. Pada awalnya rumah kepala desa dijadikan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar. Sampai pada akhir tahun 2017, masyarakat Keta bahu-membahu mewujudkan bangunan Taman Baca Keta. Sejauh ini, satu-satunya kegiatan pendidikan yang cukup berdampak adalah kegiatan belajar mengajar di Taman Baca Keta. Beberapa relawan pengajar dari berbagai daerah sempat berbagi di taman baca ini, tak terkecuali saya yang mengajarkan bahasa Inggris selama kurun waktu dua bulan.
Belajar bahasa Inggris dirasa mereka belumlah menjadi sesuatu yang dibutuhkan, dimana seharusnya yang menjadi perhatian lebih adalah kebutuhan infrastruktur dan akes-akses lainnya untuk menopang kegiatan belajar. Apalagi dalam tenggat dua bulan tidaklah cukup bagi mereka untuk dapat menguasai bahasa Inggris. Namun mereka menyambut baik kedatangan setiap relawan pengajar di bidang apapun, apalagi dengan metode-metode yang saya terapkan dianggap berguna untuk memahami pelajaran lainnya. Semangat belajar mereka dilatari oleh pengalaman mereka memanen cengkeh. Dimana ketika panen tiba mereka memetik cengkeh satu persatu dengan telaten dan mengumpulkannya, kemudian memisahkan tanggkai buah untuk diambil ujungnya. Selanjutnya, cengkeh yang sudah diambil ujungnya pun harus dijemur selama berhari-hari sampai dapat menuai hasilnya. Seperti itulah mereka memaknai belajar bersama relawan-relawan pengajar yang datang di kampungnya, membutuhkan proses panjang, selangkah demi selangkah. Banyak atau sedikitnya informasi akan mereka terima. Lama atau sebentarnya kegiatan tetap akan dilakukan.
 Tantangan
Pada mulanya di Taman Baca Keta ada 2 kali waktu belajar yang dilakukan para mentor Taman Baca Keta, yaitu di siang hari sepulang sekolah dan di malam hari sepulang ibadah sholat Isya. Dengan kedatangan saya untuk mengajarkan bahasa Inggris, saya menambahkannya menjadi 4 kali waktu belajar. Melatih para mentor setingkat mahasiswa dan pemuda di pagi hari. Sedangkan mentor setingkat sekolah menengah di siang hari dan malam hari, serta kegiatan belajar untuk anak-anak sekolah dasar sepulang mereka sekolah. Antusias belajar bahasa Inggris awalnya cukup tinggi. Hal itu tak terlepas dari dorongan para orang tua disana yang sangat besar terhadap anak-anaknya untuk belajar di taman baca. Kemudian di bulan berikutnya tiba musim durian dan musim kelereng. Anak-anak tingkat sekolah dasar dan SMP menjadi sering bermain kelereng dan pergi ke hutan untuk mencari durian jatuh. Pada musim tersebut, para pengurus taman baca cukup kewalahan karena harus mendatangi dan menjemput mereka satu persatu untuk mengajak belajar ke taman baca. Sampai ketika pengurus-pengurus taman baca tidak lagi menjemput anak-anak untuk pergi belajar. Karna hal tersebut, terpaksa kegiatan belajar mengajar dihentikan sementara untuk anak sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Bahkan pada saat itu, para mentor tidak bersemangat untuk belajar bahasa Inggris. Di titik tersebut saya sempat kecewa kenapa kedatangan saya tidak dimaksimalkan untuk belajar mereka setelah datang jauh-jauh dari Jawa. Namun pada akhirnya memang setiap relawan semestinya memaksimalkan potensi diri sekecil apapun ketika berada di tengah wilayah kerjanya untuk tidak merasa membenahi sebuah daerah dan tidak membentuk suatu hal untuk mengikuti tolak ukur relawan pribadi. Apa yang sudah terbentuk di suatu tempat tidak sepenuhnya mempunyai nilai buruk jika melihat itu dengan sudut pandang mereka.
Selain musim panen raya, musim durian juga cukup menyita waktu dan perhatian penduduk.. Jika cengkeh adalah penghasilan utama, maka musim durian adalah tentang bersenang-senang sambil menikmati rasa. Kalau musimnya tiba, sekitar 15 hari pemuda dan anak-anak akan sibuk ke hutan untuk menunggu durian jatuh atau memetik durian mentah. Ketika malamnya, bapak-bapak dan anak yang sudah cukup besar menginap di hutan demi menuruti permintaan anak dan adiknya yang ingin memakan buah yang lezat itu. Saat tiba-tiba angin kencang disertai hujan, semua masyarakat sibuk bergegas masuk ke dalam hutan karna pada saat cuaca seperti itu banyak durian yang jatuh. Melihat kegembiraan dan keriangan penduduk merayakan antusias musim durian, tentu suatu kesalahan jika saya melarang anak-anak abstain dalam kelas bahasa Inggris di taman baca. akhirnya saya memutuskan ikut dalam keseruan pergi ke hutan untuk mencari durian. Biasanya setelah menyantap durian sambil menunggu durian lain jatuh, remaja dan anak anak hanya duduk-duduk saja, sehingga, tak masalah, jika saya mencoba menambah keseruannya dengan bermain kosakata bahasa Inggris di hutan dan mengajarkan kalimat-kalimat percakapan singkat dalam bahasa Inggris, tentu dengan tema yang berkaitan dengan kegiatan mereka di hutan. Sehingga selain kebiasaan mereka berinteraksi dengan alam sekitar tetap terjaga mereka pun dapat belajar dan menambah wawasan sekaligus, tentunya.
Tidak jauh berbeda dengan musim durian jatuh, musim kelereng juga menjadi tantangan tersendiri dalam mengajak anak-anak sekolah dasar belajar bahasa Inggris. Karna biasanya anak-anak akan lebih menghabiskan banyak waktu untuk bermain daripada belajar. Tetapi musim durian memberi saya pengalaman bermanfaat dalam menyiasati masalah seperti itu. Terlebih hal-hal seperti itu memang tidak bisa saya cegah ataupun saya larang, Yang bisa saya upayakan adalah mencoba mengikuti kegiatan mereka sambil tetap memotivasi dari dekat, agar anak-anak tidak sepenuhnya melupakan pentingnya belajar ketika bermain. Akhirnya saya pun ikut bermain, entah itu bermain kelereng, memancing ikan, berenang di laut atau permainan lainnya yang membuat saya menjadi sangat dekat dengan mereka. Bermain dan belajar menjadi sangat-sangat penting bukan hanya untuk anak anak disana, tapi juga penting bagi saya pribadi sebagai relawan. Setidaknya tawa anak anak dan warga menjadi penghibur tersendiri bagi saya yang jauh dari rumah. Tidak sebagai seorang yang penuh dengan ilmu yang kadang menjadi arogan dan merasa paling penting karna mengenyam secuil kemajuan di kampung halaman. Tetepi menjadi bagian dari keta seutuhnya, dalam semangat, cinta dan persaudaraan. Dangke Keta.
Ditulis oleh: Ugi Sugiarto
Editor Oleh: Rara Gumilang - Niskala Senja
4 notes · View notes
deintansari · 5 years
Text
Ma, Ajarkan Aku Ilmu Agama..
Ditulis dari kajian Ummu Balqis | Masjid Al-Falah, Bambu Apus | 29 Desember, 2019
Mendidik anak itu adalah hal yang penting karena tidak selamanya orang tua selalu membersamai anaknya.. 
(QS an-Nisa’: 9) وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَوَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا Artinya:“Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar”.
Orang tua harus mem-prepare anaknya karena tidak ada yang tahu kapan orang tua diharuskan meninggalkan anaknya.
Pernah dengar cerita-cerita pemuda hebat ini?
Adalah Sosok remaja keren, Zaid bin Tsabit, 13 tahun Usianya tapi sudah dipercaya menjadi penterjemah Rosulullah, sekaligus menjadi sosok paling muda yang ikut Kodifikasi Al-Qur'an Dibalik hebatnya Zaid, terdapat sosok ibunya, tak lain tak bukan Ummahat keceh ibunda An-Nawwar binti Malik, sosok Ibu Hebat yang tak hanya Cerdas dan Jenius... tapi juga pandai melihat potensi Anaknya. Zaid remaja yg berani, menangis manakala mendaftar di perang Badar namun ditolak Rosulullah karena badannya terlalu kecil. Ibunya membangkitkan spiritnya: Saat ini Kamu bisa berguna untuk ummat tidak dengan PEDANGMU, tapi dengan PENA mu! Ibu Zaid faham akan potensi Zaid sang "jenius kids" yang sanggup hafal Kitabullah, pandai membaca dan menulis, keterampilan yg tak banyak orang bisa saat itu. Ibu Zaid kemudian menyampaikannya potensi anaknya dihadapan Rosulullah. Rosulullah tak hanya terkesima dengan kejeniusannya, kemampuan Zaid yang hanya membutuhkan waktu 17 hari saja untuk mempelajari bahasa Ibrani, bahkan beberapa bahasa lain sanggup dipelajari dalam waktu singkat, membuat Zaid yang baru berusia belasan tahun sudah didapuk menjadi penterjemah Rosulullah. ________
Adapun mamak (dan calon mamak) jaman NOW! harus punya kiat untuk mendidik anak yang hebat:
Orang tua harus memiliki Ilmu yang mumpuni
Orang tua harus menjadi sosok teladan bagi anak
Orang tua menerapkan metode parenting ala Rasulullah
Orang tua mempersiapkan konten bahan ajar
Masa Konsepsi dan Kehamilan
Mempersiapkan anak yang hebat dimulai bahkan sejak sebelum menjadi janin loh, yaitu pada masa konsepsi, seperti berdo’a sebelum berjima. Serta kebiasaan-kebiasaan saat kehamilan, memperhatikan kehalalan makanan yang dikonsumsi, kestabilan emosi, majlis yang didatangi, dan  bacaan-bacaan yang diperdengarkan pada anak selama dalam kandungan.
Masa Setelah Kelahiran
1. Step pola asuh anak 0-6 tahun
adalah fase mengisi lumbung padi cinta. Pada fase ini anak tidak boleh dimarahi sama sekali. Yagimana dan ngapain dimarahi karena pada usia ini anak belum memiliki rasa bersalah. Perasaan bersalah pada anak baru berkembang sempurna pada usia 5 tahun. Sebaliknya, daripada memarahi padahal anak juga tidak paham rasa bersalah, sebaiknya pada fase ini orang tua:
Lebih banyak memberi contoh atau teladan kepada anak melalui gerakan atau kebiasaan kita sehari-hari. Sesuai adab Rasul dan penelitian, anak pada usia ini suka menirukan hal-hal yang ia amati dan dilakukan berulang-ulang.
Melakukan hypnoparenting, yaitu dengan mendongengi anak. Pada saat sebelum tidur, saat anak mulai rileks tidak banyak bergerak, orang tua dapat memberikan doktrin-doktrin pada anak melalui cerita
2. Step pola asuh anak 7-15 tahun
adalah fase kedisiplinan. Ketika pada fase sebelumnya anak mendapatkan cukup cinta, maka orang tua saat mendisiplinkan anaknya dengan menetapkan beberapa aturan sesuai konten pendidikan pada anak, anak akan mengerti dan menaati walaupun pada awalnya tidak menyukainya. Hal tersebut karena anak menyadari bahwa orang tuanya memberikan aturan tersebut karena mencintainya dan ia mengingat betul cinta orang tuanya pada fase sebelumnya.  Berbeda, jika pada fase sebelumnya (0-6 tahun) anak merasakan kurang cinta maka akan berdampak pada fase ini, anak akan cenderung menjadi pemberontak.
3.  Step pola asuh anak 15 tahun keatas
adalah fase pendampingan/persahabatan/advise. Anak sudah paham tentang konsep syariah, muamalah, dsb. Anak paham adab berinteraksi lawan jenis bukan mahram dsb. Tugas orang tua adalah mendampingi.
KONTEN PENDIDIKAN UNTUK ANAK:
Tauhid (Allah esa, Allah mengawasi kita)
Akhlak (Sopan, santun)
Ibadah
Muamalah (Batasan lawan jenis, perdagangan, keuangan)
PERILAKU ANAK:
Perilaku anak adalah hasil dari 89% melihat, 10% mendengar, 1% indra lain, Dengan demikian orang tua harus lebih banyak mencontohkan pada anak dengan perbuatan daripada menasehati seperti kaset rusak namun dia sendiri tidak melakukan apa yang dinasehatkan.
Di era jaman now yang apa-apa serba gadget, sikap orang tua sebaiknya
Bijak gadget di depan anak (waktu gadget dan bebas gadget disepakati). Menspesialkan waktu keluarga, waktu meng-asi-hi anak tidak hanya transfer cinta tapi juga transfer doa, melakukan aktvitas dengan anak tidak disambi main gadget tapi sambi dengan mentransfer doa dan dzikir pada anak.
Mendampingi anak dalam bergadget dengan memberi durasi main gadget misal 1,5 jam sehari
Konten dalam gadget: apps yang direkomendasikan (Kids place, kakatu, screen time, appnofilter, kid mode, norton online family)
FYI
Kemampuan anak dalam fokus belajar sebanding dengan umurnya! anak usia 3 tahun hanya kuat fokus belajar 3 menit. oleh karena itu orang tua harus paham cara mengajarkan anak yaitu dengan belajar sambil bermain :)
Tips:
1. Parenting ala ummu balqis, buat beberapa bagian rumah menjadi stasiun-stasiun pemberhentian. Tiap titik pemberhentian ada titik tempat belajar dan bermain. Dengan seolah main kereta-keretaan, stasiun 1 sebagai tempat pemberhentian untuk belajar selama 5 menit, kemudian lanjut ke stasiun 2 untuk bermain selama 3 menit, dan seterusnya :)
2. Parenting ala tengku wisnu biasa diliat di link berikut:
https://www.youtube.com/watch?v=ljONZopZ2Jk
Kutipan dari ig @ummubalqis.blog
“Tiap anak beda! kadang kita tak sanggup melihat kelebihan anak kita karena kelemahan yg dia punya. Jangan paksa hiu untuk terbang hingga awan, dan burung untuk jago menyelam hingga dasar laut. Tiap anak Hebat dengan potensinya. Dampingi dengan optimal dengan tetap mengapresiasi anak.”
131 notes · View notes
nuzrammiikah · 2 years
Text
Ibadah Mercon
Sahur merupakan salah satu aktivitas makan di waktu pagi buta sebelum Adzan Subuh berkumandang. Makan sahur menjadi salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka pelaksanaan ibadah puasa yang dilaksanakan oleh umat muslim di seluruh dunia. Bulan Ramadhan atau sering disebut bulan puasa merupakan bulan wajib bagi umat Islam untuk melaksanakan puasa. Di beberapa wilayah di Indonesia, sahur di bulan Ramadhan erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas budaya yang mendarah-daging di kalangan warganya. Budaya yang erat kaitannya dengan makan sahur tersebut adalah metode yang dipakai untuk membangunkan warga dalam rangka melaksanakan sahur di pagi buta. Tiap-tiap wilayah memiliki cara yang berbeda-beda. Wilayah pantai utara pulau Jawa (Pantura) seperti Majalengka, Cirebon, dan Semarang menggunakan metode berkeliling dengan membunyikan alat-alat musik ritmis seperti kentongan, drum bekas, dan sebagainya. Alat-alat musik itu diciptakan secara spontanitas oleh warga dari barang-barang bekas dan bahkan bukan hanya barang bekas saja, panci dapur, wajan, dan alat lainnya yang penting bisa berbunyi pun menjadi sarana dalam rangka membangunkan warga untuk melaksanakan sahur. Berbeda dengan masyarakat di Yogyakarta khususnya di area perkotaan, warganya menggunakan pengeras suara di masjid-masjid, musholla, dan tempat-tempat lain yang memiliki pengeras suara eksternal. Ada pula yang menggunakan petasan atau mercon untuk membangunkan warganya, yaitu oleh masyarakat Betawi. Namun penggunaan petasan ini mulai ditinggalkan seiring waktu juga karena bunyinya yang kurang bersahabat di telinga. Perbedaan metode ini tentunya menjadi keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Berakhirnya sahur ditandai dengan dikumandangkannya Adzan Subuh, jika telah berkumandang, maka segala macam kegiatan makan dan minum harus dihentikan. Ibadah selanjutnya adalah ibadah Sholat Subuh. Khususnya di bulan Ramadhan, warga berbondong-bondong menuju masjid, mushola atau langgar terdekat untuk melaksanakan Ibadah Subuh berjamaah. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang yang lanjut usia pun beramai-ramai melaksanakan Ibadah Subuh berjamaah. Di beberapa wilayah di Jawa, Musholla disebut juga Langgar, dari nama ini pula tercipta guyonan “Sholat itu boleh di Langgar”, maksudnya adalah Sholat itu boleh dilaksanakan di Langgar (Musholla). 
 Setelah Ibadah Subuh selesai, anak-anak kecil berkumpul untuk jalan-jalan pagi sambil menikmati udara pagi yang barangkali jarang mereka nikmati di hari-hari selain di bulan puasa. Diantara mereka ada yang membawa “sangu”, bukan berupa uang atau makanan, melainkan mercon atau petasan. Mercon-mercon itu mereka beli bawa untuk ‘memeriahkan’ agenda pagi mereka. Di jalanan, di sawah, di sungai, dan di kebun menjadi wahana mereka untuk sekedar ‘nyumet’ mercon-mercon itu. Dar dor dar dor, macam-macam bunyinya, bahkan di kalangan pemuda yang notabenenya adalah “mantan pemain” mercon tersebut dapat menebak jenis mercon yang dipakai anak-anak itu untuk bermain hanya dari suaranya. Level suaranya pun bermacam-macam, ada yang level rendah hingga level tinggi. Level-level itu ditentukan berdasarkan volume suara atau besaran desibel suara yang dihasilkan. Memang tidak ada parameter khusus terkait dengan besaran desibel terkait dengan suara mercon tersebut, namun nyatanya para produsen-produsen mercon itu dapat membuat mercon-mercon itu dengan level kebisingan yang berbeda, sesuai dengan harga jualnya. 
Mercon yang menjadi favorit anak-anak untuk bermain adalah mercon jenis korek api. Di Jogja sebutannya bermacam-macam, ada yang menyebut mercon korek, long korek, dan sebagainya. Bentuknya memang kecil menyerupai korek api, dengan ujungnya yang apabila digesekkan dengan pematik api, maka ujung tersebut akan menyala. Suara yang dihasilkan pun tidak main-main, bahkan dalam radius 200 meter pun masih bisa terdengar. Mercon ini terbuat dari kertas yang digulung sepanjang korek api, dan di dalam gulungan itu diisikan karbit yang dipadatkan sehingga apabila terkena api maka akan terjadi ledakan yang nyatanya menjadi hiburan bagi anak-anak itu. Jenis lainnya yang sering digunakan adalah mercon busi, mercon ini dibuat dari busi bekas yang dimodifikasi sedemikian rupa dengan tambahan baut untuk menjadi kepala mercon dan tali rafia yang dijadikan ekor mercon tersebut. Mercon jenis ini tidak dijual, karena tidak ada produsen yang khusus untuk membuat mercon jenis ini. Hal ini membuat anak-anak menjadi “insinyur dadakan”. Dari mulai perancangan hingga pembuatan, mereka kerjakan sendiri. Bahkan di kalangan para pemain senior, jenis busi pun menjadi pembeda level suara yang dihasilkan. Jenis mercon yang selanjutnya adalah meriam bambu atau long bumbung. Sebenarnya meriam bambu tidak sepenuhnya bisa dikatakan sebagai mercon atau petasan, karena dari segi bentuk, bahan pembuat, dan bahan peledak yang digunakan berbeda dengan mercon pada umumnya. Namun suara ledak yang dihasilkan dinilai cukup mumpuni, bahkan ada meriam bambu yang suaranya bisa terdengar dari jarak 4-5 km dari lokasi meriam bambu itu. Meriam bambu seperti namanya jelas dibuat dari bambu, sebenarnya semua jenis bambu bisa dijadikan meriam, namun yang paling pas untuk dijadikan meriam adalah jenis bambu petung. Hal ini karena bambu jenis ini memiliki diameter yang besar dan memiliki ruas bambu yang lebih tebal dari bambu jenis lain. Diameter tersebut berpengaruh terhadap besaran suara yang dihasilkan sedangkan ketebalan ruas bambu akan berpengaruh terhadap ketahanan meriam bambu dalam menahan tekanan yang dihasilkan dari ledakan meriam tersebut. Semakin tebal ruas bambu yang digunakan, maka ketahanan terhadap ledakannya akan semakin baik pula. Bahan pendukung lain dalam pembuatan meriam bambu ini adalah minyak tanah, namun seiring dengan program pemerintah Indonesia beberapa tahun lalu tentang konversi minyak tanah menjadi gas membuat minyak tanah sulit didapatkan, hal ini tentunya membuat meriam bambu kini semakin jarang dimainkan. 
Jika dilihat dari sudut pandang keilmuan, mercon-mercon itu terlebih mercon busi dan meriam bambu menunjukkan bahwa skill dan pengetahuan anak-anak di Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Kemampuan-kemampuan itu banyak mereka dapatkan hanya dengan ‘getok tular’ atau pembelajaran dari mulut ke mulut. Di lingkup pertemanan, mereka saling ‘ngajari’ tentang proses pembuatan mercon-mercon tersebut. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran ‘learning by doing’ yang kerap digembar-gemborkan oleh lembaga-lembaga pendidikan formal dan informal modern. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara memiliki kecerdasan yang sedemikian kompleks yang apabila dikelola dengan baik oleh lembaga-lembaga yang konsen dengan pendidikan. Namun ada hal yang perlu dibenahi bersama adalah sistem generalisasi pendidikan yang mayoritas terjadi di lembaga-lembaga pendidikan formal dimana setiap peserta didik diharuskan untuk dapat memahami pokok-pokok materi tertentu dengan standar penilaian yang disamakan. Hal ini tentunya tidak bisa menjadi tolok ukur dalam penilaian tingkat intelegensi dari setiap individu mengingat Tuhan menciptakan setiap individu dengan orisinalitas dan otoritas masing-masing. sebagai contoh, manusia ada yang memiliki orisinalitas di bidang sains, ada pula yang berbakat di bidang seni, ada pula yang memiliki kemampuan di multi bidang pengetahuan, sehingga pembelajaran suatu kelompok masyarakat tidak dapat digeneralisasikan menjadi satu parameter tingkat intelegensi seseorang. Namun nampaknya siswa sekolah yang mendapat nilai “A” di mata pelajaran tertentu akan dianggap pandai dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan nilai “A” tersebut, padahal bisa jadi mereka yang tidak mendapatkan nilai “A” di bidang yang digeneralisasikan justru memiliki IQ yang lebih tinggi, hanya bidang yang dinilai tidak sama dengan bidang yang digeneralisasikan. Menurut Prof. Dr. Daoed Joesoef, “Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Tidak ada bangsa yang maju, yang tidak didukung pendidikan yang kuat”. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya bangsa ini lebih memperhatikan pendidikan, dan mengantarkan masyarakatnya menuju titik keberadaban yang lebih tinggi, sehingga bangsa ini tidak akan menjadi sasaran pembodohan asing.
Dari barang seremeh petasan dan meriam bambu yang dianggap mengganggu oleh sebagian orang, ternyata dapat diambil pelajaran yang begitu dalam. Dan pembelajaran-pembelajaran itu memang disajikan dari berbagai macam bentuk dan tanda-tanda oleh Tuhan. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata memang Tuhan itu memang Maha Perhatian terhadap manusia, namun manusianya saja yang kadang tidak peka terhadap tanda-tanda Tuhan tersebut. Semoga kita semua yang berkenan membaca celotehan ini selalu diberikan ‘perhatian’ oleh Tuhan Yang Maha Perhatian. 
1 note · View note
asaindonesia · 7 years
Text
Mengajarkan Ibadah yang Menyenangkan pada Anak
Sebuah Catatan Seminar bersama Bunda Elly Risman, Psikolog
Oleh: Yulinda Ashari Bidang Pemuda ASA Indonesia Divisi Riset dan Kajian
Tumblr media
Sebagai orang tua Muslim, kita seharusnya sudah memahami bahwa tugas utama kita dalam pengasuhan anak adalah bagaimana menjadikan anak sebaik-baik hamba yang taat beribadah kepada Allah swt. Konsep ibadah dan keimanan ini harus diajarkan sejak anak masih dini, agar kelak ketika beranjak dewasa mereka sudah terbiasa untuk beribadah tanpa harus disuruh lagi. Metode pengajaran beribadah kepada anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Ibadah bagi anak-anak harus dibuat menyenangkan. Mengapa ibadah bagi anak harus menyenangkan? Karena targetnya anak-anak, maka metode harus disesuaikan dengan cara kerja otaknya. Bagian sinaps pada otak anak belum menyatu dengan sempurna sehingga ibadah harus dikemas secara menyenangkan. Orang tua tidak bisa memberikan pengasuhan dengan mengabaikan perkembangan otak anak. 
Sebelum mengajarkan ibadah kepada anak, orang tua harus mengingat kembali bahwa hal ini merupakan perintah Allah yang harus diperjuangkan dengan bersungguh-sungguh, karena sejatinya tujuan penciptaan manusia di dunia adalah untuk beribadah dan mengagungkan keesaan Allah swt. Mari kita buka kembali QS. Ad-Dzariyat ayat 56-58, yang artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi Rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.”
Salah satu tanggung jawab orang tua dalam hal beribadah ini adalah bagaimana cara membentuk kebiasaan yang baik serta meninggalkan kenangan yang baik pada anak. Ingatkah dahulu kala mungkin ada yang mendapat “ancaman” jika tidak salat? Barangkali hal itu dapat membentuk kebiasaan yang baik, namun kenangan yang tertinggal di ingatan adalah kenangan yang tidak baik, bukan? Kebiasaan baik dan kenangan yang baik. Ibadah harus dibuat menyenangkan agar anak tidak merasa terbebani, tidak menolak, dan tentu saja agar mereka merasa senang dan bahagia ketika beribadah. Jangan pernah tinggalkan kenangan buruk untuk anak ya Ayah Bunda!
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah berbicara dengan tutur kata yang benar.“ (QS. An-Nisa ayat 9)
Tugas pengasuhan anak apalagi terkait ibadah ini memang bukanlah hal yang mudah. Namun ingatlah bahwa karakter anak apapun yang Allah anugerahkan kepada Ayah Bunda, tidak akan melampaui batas kesanggupan masing-masing orang tua. Selalu ingatlah bahwa anak kita sejatinya bukanlah milik kita. Anak hanyalah titipan Allah yang dapat diambil kapan saja. Anak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada pemilik-Nya. Mereka adalah kenikmatan, tantangan, sekaligus ujian, yang kemudian proses pengasuhannya membutuhkan perjuangan berupa pikiran, perasaan, jiwa, tenaga, serta biaya yang tidak sedikit. Bayangkan jika kita dititipi anak presiden, mungkinkah kita berani memukul, mencubit, atau berkata kasar padanya? Tentu saja tidak. Lalu bagaimana jika kita dititipi anak langsung oleh Sang Pemilik Kekuasaan? Masih beranikah kita mendidik anak tanpa ilmu dan bersikap sewenang-wenang pada mereka? Kira-kira sudah berapa banyak kita melanggar perintah Allah terkait pengasuhan anak ini?
Didiklah anak karena Allah. Jangan pernah mengharapkan kebaikan dari anak jika orang tua tidak mendidiknya dengan baik. Anak-anak kita bukanlah pilihan kita, mereka adalah takdir pilihan Allah untuk kita. Boleh memasukan anak ke sekolah-sekolah agama, namun bukan berarti kewajiban orang tua dalam mengajarkan agama menjadi gugur begitu saja. Tugas orang tua untuk mengajarkan agama harus dituntaskan terlebih dahulu sebelum memasukan anak ke pesantren. Di akhirat kelak, bukan guru-guru pesantren yang akan ditanya, tapi para orang tua masing-masing. Ayah dan Bunda, sudah siapkah mempertanggungjawabkan tugas pengasuhan ini?
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi para orang tua dalam mengajarkan anak beribadah yang menyenangkan, antara lain: 1. Tantangan dari dalam diri sendiri dan pasangan Tantangan utama dalam hal ini adalah terkait bagaimana masalah agama ini ditanamkan pada diri Ayah dan Bunda sendiri. Selalu lihatlah ke dalam diri sendiri sebelum menyalahkan lingkungan. Seberapa pentingkah agama dalam hati dan kehidupan kita? Mungkinkah berharap anak yang salih saat kitapun tidak berusaha menjadi orang tua yang salih? Mungkinkah menginginkan anak yang rajin salat sedangkan Ayah dan Bunda tidak salat? Jadilah teladan yang terbaik bagi anak-anak kita terkait ibadah ini. Pelajarilah ilmu agama lebih banyak. Tumbuhkan kesadaran bahwa tujuan utama mendidik anak adalah menjadikan mereka penyembah Allah. Bagi yang sedang dalam proses pencarian pasangan, sepakatilah di awal pernikahan dengan pasangan untuk bersama-sama mendidik anak menjadi hamba Allah jika telah terlahir ke dunia kelak.
Tahukah Ayah dan Bunda, dalam proses pengasuhan ini, penanggung jawab utamanya ternyata adalah Ayah! Keterlibatan ayah untuk membentuk kebiasaan beribadah anak SANGAT PENTING! Anak yang mendapat keterlibatan pengasuhan ayahnya yang baik akan tumbuh memiliki harga diri yang tinggi, prestasi akademik di atas rata-rata, lebih pandai bergaul, dan saat dewasa akan menjadi pribadi yang senang menghibur orang lain. Maka wahai para ayah, kembalilah! Tugas ayah bukanlah sekadar mencari nafkah, namun juga sebagai penanggung jawab utama pengasuhan anak. Jika ayah terlalu sibuk bekerja—dengan alasan untuk kebahagiaan istri dan anak—maka tanyakanlah kembali pada diri: apa yang sebenarnya sedang ayah kejar? Apa yang ayah sebut dengan kebahagiaan anak dan istri tersebut? Tidak takutkah kelak dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah mengenai hal ini?
2. Mengasuh generasi Alfa • Gen Y lahir pada rentang tahun 1980 – 1994. • Gen Z lahir pada rentang tahun 1994 – 2009. • Gen Alfa lahir pada rentang tahun 2010 – 2025. - Mereka hidup dengan internet (belajar, bikin PR, makan olahraga, tidur). - Semua serba cepat, instan, menantang dan menyenangkan. - Mereka terbiasa multiswitching (melalui gadget). - Mereka memiliki tata nilai yang berbeda. Generasi yang akan kita didik saat ini adalah para Alfa. Jika generasi Alfa ini tidak dididik dengan metode yang tepat sesuai zamannya, maka akan sulit memasuki dunia mereka, bukan? Karenanya, Ayah dan Bunda tidak boleh abai dengan tantangan dan perkembangan zaman ya!
3. Beban pelajaran yang berat • 70% anak masuk SD sebelum usia 7 tahun. • 46% anak di sekolah 6 – 7 jam sehari. • 25% sekolah masih memberi materi pelajaran formal setelah jam 12 siang. • 52% guru di sekolah masih memberikan 1 – 2 PR. • 18% anak mengikuti les mata pelajaran setelah pulang sekolah. • 25% anak mengikuti les 2 -3 hari dalam seminggu. • Standar kelulusan Indonesia tertinggi di dunia. Dengan beban pelajaran yang berat bagi anak, kegiatan beribadah seringkali menjadi tidak diutamakan. Para orang tua mendidik anak mereka menjadi orang yang pintar secara akademik, namun hampa secara keimanan. Tanamkanlah tekad dalam diri, “Anakku harus salih dulu, baru pintar”. Jangan salahkan pula jika kemudian anak menjadi mudah emosi karena terlalu lelah di sekolah. Jangan pernah abaikan perasaan mereka. Hindari menasihati mereka saat emosinya sedang tidak baik. Orang tua juga perlu menyelesaikan emosi dengan dirinya sendiri, jangan sampai emosi kita kemudian berimbas kepada anak dan pasangan. 4. Peer Pressure 5. Ancaman dari agama dan kepercayaan lain 6. Perubahan nilai dari masyarakat kita
Mulai dari mana?
Selesaikanlan urusan dengan diri sendiri dan pasangan terkait urusan ibadah ini. Semua kebiasaan beribadah ini bermula dari Ayah dan Bundanya, jadilah role model yang baik dan idola bagi anak kita sendiri. Orang tua juga perlu mengenali keunikan serta tahapan perkembangan otak anak, sehingga metode yang disampaikan dapat sesuai dan tepat sasaran. Kenalkan ibadah pada anak dengan cara yang menyenangkan. Biarlah jika pada awalnya mereka suka sekali bermain air saat berwudhu hingga bajunya basah dan haruss diganti berkali-kali. Biarlah jika gerakan salatnya masih semaunya, suka menarik-narik sajadah, atau menganggu ayah bundanya saat sedang salat. Jangan dimarahi. Biarkan anak senang dan bahagia terlebih dahulu dengan praktik ibadah ini. Masukan target “bahagia” dalam proses pengasuhan anak. Mendidik anak memang harus disertai kesabaran yang tanpa batas. Tidak apa-apa, didiklah anak dengan cinta karena Allah semata. Jika anak senang beribadah, ia akan mau beribadah, kemudian menjadi bisa beribadah, dan terakhir menjadi terbiasa beribadah tanpa harus disuruh dan merasa dipaksa.
Untuk mengajari anak ibadah yang menyenangkan diperlukan niat baik, kejujuran, keterbukaan, serta kerjasama yang baik dari kedua orang tuanya, tidak bisa hanya salah satunya saja. Setelahnya, kombinasikan semua tekad itu dengan mengenali kepribadian anak, sesuaikan dengan cara kerja otak, bakat, serta seluruh kemampuan anak. Setiap anak kita adalah unik, otak anak baru berhubungan sempurna ketika berusia 7 tahun, sedangkan hubungan anatara sistem limbik dan corteks cerebri di otak baru sempurna pada usia 19-21 tahun. Butuh sekitar 20 tahun bagi orang tua untuk mendidik anak dengan baik, maka bersabar dan bersungguh-sungguhlah, karena Allah menyukai orang yang bersungguh-sungguh. Jangan menuntut anak untuk dewasa sebelum waktunya. Anak perlu menjadi anak untuk dapat menjadi orang dewasa, hilangnya masa kanak-kanak akan mengakibatkan masyarakat yang kekanak-kanakan. Bantulah anak-anak kita untuki mekar sesuai dengan usia dan kemampuan serta keunikannya. Ayah dan Bunda harus membuat kesepakatan dan kerjasama di awal, siapa pengambil keputusan dalam hal A dan B, buat perencanaan-pelaksanaan-evaluasi, buat target per anak, pembagian kerjasama, kontrol, dan selalu bermusyawarah dalam setiap keputusan yang melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak. Ubah paradigma dan cara pandang kita, bahwa anak bukan saja harus bisa beribadah, namun juga suka beribadah.
Landasan Psikologis Anak
Anak Usia 5 – 8 tahun Ibadah untuk anak usia ini bukanlah suatu kewajiban, tapi perkenalan, latihan, dan pembiasaan. Tidak ada kewajiban syar’i bagi anak untuk beribadah, namun ada kewajiban syar’i bagi orang tua untuk membentuk kebiasaan anak dengan cara yang menyenangkan. Didiklah anak dengan modal, misalnya belikan mukena yang disukai anak, membelikan baju koko baru agar anak rajin ke masjid, dan lain sebagainya. Jangan ragu mengeluarkan modal untuk keperluan beribadah kepada Allah swt. Jangan juga hilang kegembiraan anak usia 5 -8 tahun, masuki dunia anak dengan metode 3B: Bercerita/Berkisah, Bermain, dan Bernyanyi. Landasan Psikologis Anak Usia 5 – 8 tahun: • Mudah dibentuk. • Daya ingat yang kuat. • “Dunianya” terbatas. • Meniru: orang tua/ situasi. • Rasa persaudaraan sedunia.
Landasan Psikologis Anak Usia 9 – 14 tahun: • Otak sudah sempurna berhubungan. • Umumnya: Mukallaf. • Emosi sering kacau. • Tugas sekolah semakin berat (ditambah les). • Banyak aktivitas, termasuk bermain internet dan games. • Peer Pressure yang sangat kuat. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: tanggung jawab seorang yang sudah baligh. - Perlakuan dan komunikasi sebagai teman. - Bisa menjadi pendamping/ pembimbing adik-adiknya. - Diberi tanggung jawab sosial: mengantar makanan untuk berbuka puasa, membayar zakat, dan kerja sosial yang mudah sesuai usia. - Ajari anak untuk berwirausaha/ berdagang.
Landasan Psikologis Anak Usia 15 – 20 tahun: • Prefontal Corteks hampir sempurna berhubungan. • Dewasa muda. • Semakin banyak aktivitas, games dan internet. • Mulai mengenal pacaran dan pergaulan bebas. • Orientasi semakin di luar rumah. • Hal yang perlu diperhatikan pada usia ini antara lain: - Fokus pada target tahun ini: dewasa muda, ajarkan fiqih pernikahan. - Perlakuan dan komunikasi sebagai sesama orang dewasa. - Bisa menjadi motivator dan pembimbing adik-adiknya. - Jadikan ia penggerak/ koordinator kegiatan anak dan remaja masjid/mushala.
Setelah mengetahui landasan psikologis pada rentang umur anak, maka metode pembiasaan beribadah pada anak dapat disesuaikan dengan perkembangan dan cara kerja otaknya. Ayah dan Bunda harus terus belajar untuk bisa menjelaskan pertanyaan “mengapa?” dari anak, jelaskan apa yang saja yang menjadi perintah dan larangan Allah swt., serta manfaat dan ganjaran dari beribadah. Gunakan pendekatan kognitif secara ringkas serta contoh yang kongkrit pada anak, serta selalu gunakan Al-Qur’an dan Hadis sebagai referensi utama,. Teruslah bersabar dalam mendidik anak karena waktu persiapan setiap anak tidaklah sama, proses pengasuhan harus disesuaikan dengan usia, kemampuan, kondisi fisik, dan karakter anak.
Persiapkanlah diri Ayah dan Bunda untuk mengatasi setiap masalah yang terjadi dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Gunakanlah kata-kata yang memahami perasaan anak, lebih banyak mendengar aktif, hindari kata-kata yang menghambat komunikasi dengan anak, serta biasakanlah memberi kesempatan kepada anak untuk berpikir, memilih, dan mengambil keputusan. Jika saat ini anak kita dimanjakan oleh fasilitas: kamar pribadi, rumah yang luas, gadget, serta wifi dan akses internet yang tidak terbatas, jangan lupa ingatkan anak untuk menahan pandangan dan menjaga kemaluannya, ingatkan bahwa meski Ayah dan Bunda tidak berada di rumah atau di sekolah, ada Allah yang tetap mengawasi dimanapun mereka berada. Sampaikan tips sukses pada anak yang tidak hanya berupa kemampuan akademik, namun juga berupa salat tepat waktu, sayang pada ibu, puasa Senin dan Kamis, serta mengaji setiap pagi dan sore.
Akhirnya, selamat berjuang! Miliki kekuatan kehendak, bayangkan, dan doakan anak-anak menjadi penyembah Allah yang taat. Semoga Allah karuniakan kita anak-anak yang salih dan salihah.
Tumblr media
4K notes · View notes
abdulloh-ibnu-suna · 4 years
Text
Tumblr media
#Desa, "is not katro but the clasic, natural and legend"
Dalam rangka mengalihkan kepada hal-hal yang bermanfaat dan menolak hal-hal yang tidak bermanfaat agar mendapat kebaikan hidup di dunia, barzah, dan akhirath maka jangan lupakan visi&misi selamat dunia, barzah,& akhirath.
Allah Subhanahu wa ta'alaa berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)
Maka hendaklah ber'amal 'Ibadah dengan mengamalkan 'Ibadah yang terdapat dalam Rukun iman, Rukun Islam, dan Ikhsan serta Sunah seperti syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, infaq, shodaqoh, Shodaqoh jariyah, mengajarkan 'ilmu yang bermanfaat, mendo'akan kedua orang tua/walinya, berjuang Fii Sabilillah,dll kemudian meniatkan segala macam urusan dunia diniatkan untuk 'Ibadah kepada Alloh subhanahu wa ta'alaa.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim) [HR. Bukhari, no. 1 dan Muslim, no. 1907]
Apapun itu entah birull walidain, menuntut 'ilmu(belajar), mencari karunia Alloh(bekerja), menafkahi anak&istri, menanam pohon/tanaman, memberi makan hewan,dll.
Nah, jika sudah lurus niatnya sekarang kembali ke desa. Opini yang mengatakan bahwa desa itu katro, itu kesalahan besar Lik. Ketahuilah sebagian besar O2 itu berasal dari desa begitu pula SDM&SDA-nya loh. Jadi desa itu sebenarnya memiliki nilai klasik, alami, dan me-legenda dari generasi ke generasi.
Desa memiliki beberapa karakteristik yang bisa disebut kearifan lokal, diantaranya dalam bidang sosial, budaya, ekonomi, dan agama. Kondisi Sosial di desa bisa disebut dengan Paguyuban yang berbeda dengan kota yang Patembayan, sehingga sosial di desa 100℅ lebih sejuk dari kota.
Kondisi budaya di desa lebih kental karena berbeda dengan kota yang memiliki masyarakat dari berbagai wilayah sehingga di desa budaya lebih terjaga dari pada kota meskipun faktor globalisasi membuat pengaruh buruk pada generasi masyarakat yang harus di filter dengan 'ilmu Syar'i agama.
Kondisi agama di desa, adanyanya sarana tempat 'Ibadah baik Masjid-masjid dan mushola-mushola membuat nafas kehidupan beragam di desa menjadi sejuk, adanya pengajian-pengajian, organisai pemuda muslim,dll bisa juga membentengi mental generasi muda penerus dari hal-hal efek luar yang dapat merusak sendi kehidupan masyarakat seperti liberal,komunis,pluralis,atheis, sosialis,demokrasi, dan "sekuler" dimana saat ini telah memisahkan agama dari kehidupan dunia yang menyebabkan bengkoknya sistem kehidupan di masyarakat,Astaghfirulloh, FalyaNa'udzubillah dan itu harus diluruskan melalui pemahaman yang benar tentang agama.
Kondisi ekonomi di desa memiliki beberapa sektor ekonomi sebagian besar merupakan Agraris, yaitu; pertanian, peternakan, perkebunan,& perikanan. Sementara pada sektor non Agraris, yaitu; perdagangan dan jasa, ekonomi desa yang melegenda bisa didongkrak melalui pasar desa(grumung) dengan cita rasa khas yang klasik ,perikanan,pemancingan, &warung ikan, dan toko pertanian sementara pada sektor jasa selain jasa tenaga buruh tani bisa juga dikembangkan pada bidang teknik atau tenaga ahli seperti tempat pendidikan les/kursus belajar, Puskesmas desa, pos pertahanan sipil, perbengkelan, elektronika, jasa komputer, IT, disign grafis, edit photo, dll. Namun yang menarik disini adalah bidang "peternakan kambing", ini yang memiliki nilai daya tarik tersendiri, seperti di ketahui bahwa efek dari penggembalaan kambing itu bisa melatih keshobaran, kerja keras, dan kepemimpinan(leadershiph). Selain itu manfaatnya dari peternakan kambing adalah diniatkan untuk 'Ibadah yakni bisa digunakan untuk Aqiqah, Qurban, dan Syukuran ataupun juga bisa untuk Walimahan khitanan atau pernikahan dan bisa juga dizakatkan jika mencapai nishab, juga bisa di bagikan kepada fakir/miskin dan anak-anak yatim. Peternakan kambing bisa bekerjasama dengan pondok pesantren untuk melatih santri-santri agar memiliki mental keshobaran dalam memimpin umat ketika kelak menjadi da'i. Metode peternakan kambing terdiri dari peranakan, pembesaran, penggembalaan, perdagangan kambing, dan diversifikasi. Untuk diversifikasi bisa membuat prodak olahan seperti; susu kambing, yogurt kambing yang disugesti bisa meningkatkan "stamina"(power) selain itu masih bisa dibuat dendeng, abon, sosis, kulitnya bisa dimanfaatkan untuk membuat wayang kulit,dll. Masyaalloh. Begitulah sepintas ide tentang potensi peternakan kambing, dan membuktikan bahwa desa, "is not katro", akan tetapi ada kemaslahatan di dalam desa.
Barrokallohu fiikum wa umrik.
0 notes
rmolid · 4 years
Text
0 notes
rikanurdiani · 7 years
Quote
~ KAU HABISKAN UNTUK APA?? ~
Bismillah .. "Dan sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka)" (Q.S An-Nisa:66) "kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami." (Q.S Al-Isra':75) "Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran)." (Q.S An-Nisa:27) Istiqamah itu selalu untuk mengamalkan apa yang sudah kita ketahui "Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (Q.S Ar-Ruum:54) Dari ayat diatas, dapat ditarik kesimpulan. Ada 3 fase, yakni : 1. Masa lemah -- terjadi pada anak kecil. Dimana masih sangat perlu untuk bimbingan dan didikan yang kelak akan membentuk karakter pribadi masing-masing ke depannya. 2. Masa pertengahan (masa kuat) -- terjadi di kalangan para pemuda. Yang sudah mampu mengusung tonggak kebenaran, semangat meraih keberhasilan, dan yang penuh kekuatan dalam melakukan hal-hal yang penuh manfaat. 3. Masa lemah (plus-plus) -- terjadi pada orang tua. Fase yang kembali melemah sesudah merasakan kekuatan dalam hidupnya, plus-plus ditambah lagi dengan munculnya ke-khas-an yang menandakan "beda" dari segi hal fisiknya, yakni tumbuhnya uban. From that all. How about "RESPONSIBILITY???" Tanggung jawab kita dalam menduduki fase itu?? "Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : tidak akan bergeser kaki anak Adam pada hari kiamat sebelum ditanya 4 perkara : 1. Umurnya dihabiskan untuk apa? 2. Masa mudanya dihabiskan untuk apa? 3. Hartanya darimana kemana? 4. Ilmunya diamalkan untuk apa?" (H.R Thabrani) Yang menjadi pertanyaan, Mengapa Rasulullah memisahkan antara umur dan masa muda? Bukankah masa muda termasuk ke dalam kategori umur itu? Dimana dalam intensitas umur bisa membagi ke dalam 3 fase itu? Mengapa dipisahkan? Ternyata teman, Rasulullah memberi kode kepada kita bahwa masa muda merupakan suatu titik kekuatan. Dalam hal apapun. Tanamkan pikiran pada PEMUDA itu "Taqwa, Berani, Semangat, Shalih dan Shalihah, Taat, de el el yang penuh makna kebaikan juga positif" Cobalah merasakan bagaimana rasanya menjadi para sahabat-sahabat Rasul dalam sepekan!! Dimana mereka sudah menjadi kewajiban khatam Al-Quran dalam waktu sepekan. Tenang, jika belum bisa tak apa. Setidaknya jangan sampai hari-hari yang kita jalani tanpa didampingi oleh Al-Qur'an. Karena rasanya penuh dengan kegalauan 😥 #uhuk Taukah teman, seorang yang bernama Ustman bin Affan? Seorang pebisnis yang luar biasa pada zamannya. Beliau mampu khatam Al-Quran hanya dalam waktu shalat witir. MasyaAllah, di tengah kesibukan bisnis atau usaha dagang yang sebegitunya, beliau masih bisa khatam hanya dalam malam itu. (Kita apa kabar? Huuaaa😭😭) Ada tips supaya bisa khatam Al-Quran dalam sepekan. Rumusnya ada dalam huruf hijaiyah : Fa --> al-fatihah s/d an-nisa Mim --> al-maidah s/d at-tawbah Ya --> yunus s/d an-nahl Ba --> al-isra' (ba nya diambil dari kata bani israil) s/d al-furqan Syin --> asy-syu'ara s/d yasin Wau --> ash-shaffat (diawali dengan huruf wau pada ayat pertama) s/d al-hujurat Qaf --> qaf s/d an-naas (Semoga bisa dicoba 🙏) Gunakanlah masa mudamu untuk beribadah, karena ibadah yang paling bagus, paling baik adalah pada masa muda (Shafiyah Siriy) Cara mendesain generasi muda supaya kokoh dan Rabbani : 1. Bikin pemuda sebagai ahli ibadah 2. Bikin pemuda menjadi pemberani "Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk." (Q.S Al-Kahfi:13) ~tulisan di atas merupakan resume dari ceramah ustad Abu Usamah. Selanjutnya dilanjutkan perbincangan bersama salah seorang syeikh muda berasal dari Yaman (maafkan daku, namanya lupa euy) yang pasti beliau masih muda yakni berumur 18 tahun. Berikut inti pembicarannya. Sesibuk apapun kita, hadirkanlah semangat dan usaha untuk menghafal Al-Quran Ada Trik dalam menghafal Al-Quran (metode per halaman) 1. Bayangkan di depanmu ada mushaf 2. Lalu, pandanganmu tertuju pada surat apa? 3. Baca ta'awudz, basmallah, lalu baca per ayatnya 4. Diulang (masih membaca) 5. Jika sudah mulai kuat dalam memori dan lidah sudah tidak kaku, maka mulailah menghafalnya Jika merasa berat dalam 1 lembar penuh, maka bagilah semampunya. Minimal muraja'ah dalam 1 juz yaitu 1 lembar bolak-balik (10%). Selain menghafal, usahakan juga mentadabburi arti Al-Qur'an. Dan, para sahabat dulu suka melakukannya maksimal 10 ayat Semoga bermanfaat 😊🙏
2 notes · View notes
tobasatu · 4 years
Link
tobasatu.com, Medan | Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Sumatera Utara (Sumut) mengimbau kepada seluruh umat Kristen agar mendukung program pemerintah dalam menangani dan melawan Corona Virus Disease (Covid-19) dengan melakukan ibadah di rumah masing-masing.
“Saya sadari bahwa gereja memiliki kegiatan gerejawi yang harus menggunakan sarana gereja itu sendiri. Tetapi dengan situasi sekarang dan mencermati kondisi dari wilayah kita khususnya Sumut, sebaiknya kami ingatkan agar pimpinan gereja, pimpinan jemaat dan pendeta sudah waktunya untuk melakukan peribadahan dan kegiatan lainnya di rumah masing-masing,” ujar Sekretaris Umum PGI Wilayah Sumut Pdt Hotman Hutasoit di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut Jalan Diponegoro Nomor 30 Medan, Jumat (27/3).
Dijelaskannya, seluruh ibadah yang seharusnya dilakukan di gereja seperti pembinaan sekolah minggu, ibadah pembinaan remaja, pembinaan katekisasi, ibadah pelayanan pemuda, ibadah pelayanan perempuan, ibadah pelayanan kaum bapa, sermon persiapan ibadah oleh para panatua dan pendeta, sermon atau partiangan keluarga dan ada juga pemberkatan nikah dan lainnya sebaiknya digelar di rumah.
“Tata cara ibadah bisa dilakukan seperti khotbah disediakan dan dikirim oleh pendeta melalui email, whatsapp dan fasilitas lainnya. Hari Minggu (22/3) lalu, kita sudah coba melakukannya. Kalau ada kekurangan akan kita perbaiki dan bukan menghentikannya,” terang Pdt Hotman.
Begitu juga yang terkait dengan pelayanan pemberkatan pernikahan, meski pelayanan itu sudah disepakati antar pihak keluarga kaum pria dan perempuan, tetapi mengingat situasi saat kondisi ini diimbau untuk menjadwal ulang kegiatan tersebut. “Saya kira sikap bijak yang akan dapat menolong kita dan menolong masyarakat,” ujarnya.
Terkait untuk pelayanan penguburan atau kematian terhadap jemaat yang meninggal dunia karena Covid-19, maka ada protokol yang harus dipenuhi. Pelayanan penguburan itu harus memakai alat pelindung diri yang lengkap. Selanjutnya, jenazah dibungkus dengan plastik dan dimasukkan ke kantong jenazah dan disegel. Ketika jenazah sudah dimasukkan ke peti dan peti ditutup lalu disemprot disinfektan.
“Selanjutnya perlu diingatkan agar jenazah mayat tidak boleh dibalsem, tidak boleh diformalin, sementara ketika peti jenazah sudah tertutup rapi sebaiknya diantar ambulans sampai pemakamanan. Hal ini yang perlu diingatkan kepada gereja dalam hal pelayanan penguburan,” jelasnya.
Namun jika pelayanan kematian itu membutuhkan persemayaman jenazah, diingatkan agar persemayaman bukan dilakukan di rumah melainkan di ruang pemulasaraan dan tetap mengingat bahwa batas waktu penguburan paling lama 4 jam.
“Keluarga yang ingin mendekati ke ruang pemulasaraan juga harus mendapat persetujuan dari Rumah Sakit dan mengikuti SOP. Di ruang itu setiap orang harus menggunakan masker dan menjaga jarak,” katanya.
Dikatakannya, untuk pelayanan kedukaan sebelum keberangkatan ke tempat pemakaman, hendaknya para pelayan khususnya pendeta membuat ibadah yang singkat dan menjadi prioritas dalam ibadah itu adalah doa penguatan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Dia juga mengimbau agar pelayat memastikan diri dalam kondisi sehat. Kalau ada pelayat yang rentan dengan Covid-19 seperti berusia lanjut dan mengidap penyakit menahun sebaiknya mempertimbangkan untuk tidak ikut serta dalam pelayanan pemakanan tersebut.
“Diingatkan juga saat pemakaman hendaknya hanya dihadiri orang dengan jumlah terbatas. Atau perlu dipertimbangkan jika tidak memungkinkan dilakukan pelayanan secara langsung maka sebaiknya dilakukan alternatif pelayanan jarak jauh melalui online atau live streaming,” paparnya.
Pdt Hotman juga mengingatkan setelah penguburan, para pelayat setelah sampai di rumah segeralah untuk mencuci tangan dengan sabun pada air yang mengalir. Segera mengganti pakaian dan melepaskan alas kaki. Begitu juga setiap barang yang melekat pada tubuh, seperti cincin, jam tangan dan benda lainnya agar segera dicuci dengan sabun atau disinfektan kemudian mandi dengan bersih.
“Bagi keluarga setelah selesai pemakaman segeralah memeriksakan diri ke RS untuk memastikan apakah terpapar dengan Covid-19 atau tidak. Sementara untuk pelayanan penghiburan yang biasanya dilakukan setelah beberapa hari penguburan, kami ingatkan agar ibadah ini dipertimbangkan diulur waktunya atau dengan metode yang tetap dapat dilakukan bersama namun melalui jarak jauh,” jelasnya.
Sementara bagi jemaat yang meninggal bukan karena Covid-19, diimbau agar masyarakat tetap waspada.
“Kita tetap perlu mengingatkan agar pelayat tidak boleh masuk kalau tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Setiap orang harus melindungi diri, menghindari kontak dengan orang lain. Marilah kita ikuti panduan yang sudah diterbitkan pemerintah. Mari kita sama berdoa agar Sumut terlepas dari wabah corona dan bersama kita memutus mata rantai penyebaran virus ini,” harapnya. (ts-02)
The post PGI Sumut Imbau Umat Kristen untuk Beribadah di Rumah appeared first on tobasatu.com.
0 notes
liaafsworld · 5 years
Text
Beberapa waktu yang lalu saya pernah posting tulisan tentang  metode pemberitaan Firman Tuhan. Sudah ada tiga tulisan yang berkaitan dengan ini. Silahkan dicek sendiri di dalam blog ini.  Saya senang karena ada banyak respon yang baik mengenai  tulisan ini,  baik itu yang tampak lewat komentar langsung di blog ini,  share di jejaring sosial,  bahkan yang terdeteksi lewat keyword yang nyangkut ke blog ini.  Melihat hal ini,  maka saya berpikiran untuk kembali menuliskan hal serupa.  Harapannya adalah ini bisa semakin memperkaya kita dalam menyajikan Firman Tuhan secara kreatif dan menarik.  Tingginya respon juga menurut saya ini mengindikasikan bahwa pada masa kini,  pemberitaan Firman Tuhan yang menarik dan kreatif,  khususnya yang dikemas dalam bentuk games adalah kebutuhan krusial.  Kejemuan kita akan sesuatu yang monoton membuat pilihan untuk sesekali meninggalkan gaya ceramah (khotbah)  menjadi keputusan.
Berikut beberapa metode yang bisa kita praktekkan dalam ibadah,  terkhususnya ibadah kategorial.  Semuanya sudah pernah saya praktekkan.  Mungkin saja ada beberapa yang sudah Anda ketahui.  Yo,  check it out!
Sharing: Apresiasi lagu
Ini cukup mudah.  Anda hanya tentukan tema dan cari lagu yang berkaitan dengan tema. Jangan lupa juga cari ayat Alkitab yang akan direfleksikan.  Sebagai  contoh,  saya membut tema “pemuda Kristen berkualitas”.  Saya pilih lagu rohani berjudul “masa muda”  untuk dinyanyikan dan didiskusikan bersama.  Sebagai ayat Alkitabnya,  saya pilih Pengkhotbah 11:9-10. Bisa dilakukan secara berkelompok atau perorangan. Pembawa metode (PM) hanya menyimpulkan dari hasil diskusi bersama.
Sharing: Kerendahan Hati
Tujuan dari sharing ini adalah agar peserta sadar bahwa selain kelebihan, setiap manusia pasti punya kekurangan. Tujuan akhirnya menumbuhkan rasa rendah hati.
Cara:
PM harus menyiapkan kertas sebanyak jumlah peserta yang hadir.
Setiap peserta duduk berpasangan.
Minta peserta untuk menuliskan 3 kelebihan dan 3 kekurangan dari kawannya. Lebih baik jika setiap pasangan sudah saling kenal sebelumnya, agar memudahkan mereka untuk melihat kelebihan dan kekurangan pasangan.
Setelah selesai, maka peserta diminta untuk membacakan kelebihan dan kekurangan yang ia lihat dari kawannya. Setelah selesai, ajak berdiskusi:
Bagaimana perasaan ketika mendengar pujian kawan atas kelebihan kita?
Bagaimana perasaan ketika mendengar ada kekurangan dari diri kita?
Komitmen masing-masing.
Metode ini juga bagus jika dibawa dalam kelas katekisasi nikah. Tujuannya agar pengenalan antar pasangan dapat lebih intim.
3. Games: Menyusun Potongan Kertas
Untuk games ini, sebaiknya dibawa dalam kelompok.
PM harus menyiapkan pola terlebih dahulu. berikut pola yang saya sediakan:
PM memotong kertas sesuai pola, jadi untuk dua gambar di atas akan dihasilkan 10 potongan kertas dengan pola yang berbeda.
Sediakan sesuai dengan jumlah kelompok yang diperlukan.
Minta peserta menyusun potongan kertas tersebut. Bisa menjadi persegi atau persegi panjang. syaratnya adalah menjadi dua persegi/persegi panjang dengan masing-masing terdiri atas lima potongan kertas.
kreatifitas peserta sangat memungkinkan bahwa potongan akan tersusun menjadi persegi yang tidak sesuai dengan pola awal (gambar di atas)
Setelah selesai, beri kesimpulan.
Bisa dikaitkan dengan nas yang berkaitan dengan kerja sama, kesatuan atau ketekunan.
4. PENDALAMAN ALKITAB: Doa Bapa Kami
Pendalaman Alkitab ini pernah saya bawakan di ibadah Remaja dan Pemuda. Bagian ini bagian penting, karena remaja-pemuda perlu juga mengetahui makna yang terkandung dalam Doa Bapa Kami. Jangan sampai mereka hanya hapal dan mudah mengucapkan, tetapi tidak mengetahui maknanya. Berikut adalah lembaran yang bisa dibagikan kepada peserta.:
Tumblr media
Di sini memang sengaja saya bagi ke dalam empat kelompok, agar memudahkan dan mempersingkat waktu. Masing-masing kelompok akan mempresentasikan hasil temuannya. Berikut link PENDALAMAN ALKITAB sebagai acuan bagi PM, silahkan didownload jika diperlukan.
Mungkin untuk kali ini cukup sampai di sini. Di lain waktu, akan saya posting lagi metode-metode lainnya.  Jika ada pertanyaan, silahkan langsung di kolom komentar.Selamat mempraktekkan, selamat melayani.
        Metode Menarik Untuk Pemberitaan Firman Tuhan (4) Beberapa waktu yang lalu saya pernah posting tulisan tentang  metode pemberitaan Firman Tuhan. Sudah ada tiga tulisan yang berkaitan dengan ini.
0 notes
belajarislamonline · 6 years
Photo
Tumblr media
Mengenal Nahdlatul ‘Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Embrio NU
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan “Nahdlatul Fikri” (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Berangkat komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkoordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar.
Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka K.H. Hasyim Asy’ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Paham Keagamaan
NU menganut paham Ahlus sunah wal jama’ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur’an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fikih mengikuti satu mazhab: Syafi’i. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlus sunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
Basis pendukung
Jumlah warga NU yang merupakan basis pendukungnya diperkirakan mencapai lebih dari 80 juta orang , yang mayoritas di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra dengan beragam profesi, yang sebagian besar dari mereka adalah rakyat jelata, baik di kota maupun di desa. Mereka memiliki kohesifitas yang tinggi karena secara sosial ekonomi memiliki problem yang sama, selain itu mereka juga sangat menjiwai ajaran ahlus sunnah wal jamaah. Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU.
Basis pendukung NU ini mengalami pergeseran, sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, maka penduduk NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri. Maka kalau selama ini basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat ini di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan. Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, basisi intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini.
Dinamika
Prinsip-prinsip dasar yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah diterjemahkan dalam perilaku kongkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif terhadap perkembangan zaman. Prestasi NU antara lain:
Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
Mempelopori berdirinya Majlis Islami A’la Indonesia (MIAI) tahun 1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA) 1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil society di Indonesia sepanjang dekade 90-an.
Tujuan Organisasi
Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlus sunnah Wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Usaha Organisasi
Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur, berpengetahuan luas.
Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Struktur Organisasi
Pengurus Besar (tingkat Pusat)
Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk kepengurusan di luar negeri
Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan)
Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan)
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
Mustayar (Penasihat)
Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:
Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
Tanfidziyah (Pelaksana harian)
Jaringan Organisasi
Hingga akhir tahun 2000, jaringan organisasi NU meliputi:
31 Wilayah
339 Cabang
12 Cabang Istimewa
2.630 Majelis Wakil Cabang / MWC
37.125 Ranting
Lembaga
Lembaga adalah perangkat departementasi organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul Ulama, berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan/atau yang memerlukan penanganan khusus.
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama disingkat LDNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan agama Islam yang menganut faham Ahlus sunnah wal Jamaah.
Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama disingkat LP Maarif  NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pendidikan dan pengajaran formal.
Rabithah Ma’ahid alIslamiyah Nahdlatul Ulama disingkat RMI NU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama dibidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan.
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama disingkat LPNU bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan ekonomi warga Nahdlatul Ulama.
Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama disingkat LPPNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan dan pengelolaan pertanian, kehutanan dan lingkungan hidup.
Badan Otonom
Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan.
Badan Otonom dikelompokkan dalam katagori Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu, dan Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya.
Jenis Badan Otonom berbasis usia dan kelompok masyarakat tertentu adalah:
Muslimat Nahdlatul Ulama disingkat Muslimat NU untuk anggota perempuan Nahdlatul Ulama.
Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU untuk anggota perempuan muda Nahdlatul Ulama berusia maksimal 40 (empat puluh) tahun.
Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama disingkat GP Ansor NU untuk anggota laki-laki muda Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 40 (empat puluh) tahun.
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU untuk pelajar dan santri laki-laki Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun.
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama disingkat IPPNU untuk pelajar dan santri perempuan Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 27 (dua puluh tujuh) tahun.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia disingkat PMII untuk mahasiswa Nahdlatul Ulama yang maksimal berusia 30 (tiga puluh) tahun.
Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya:
Jam’iyyah Ahli Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah disingkat JATMAN untuk anggota Nahdlatul Ulama pengamal tharekat yang mu’tabar.
Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh disingkat JQH, untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi Qori/Qoriah dan Hafizh/Hafizhah.
Ikatan Sarjana Nahdlalul Ulama disingkat ISNU adalah Badan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama pada kelompok sarjana dan kaum intelektual.
Serikat Buruh Muslimin Indonesia disingkat SARBUMUSI untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai buruh/karyawan/tenaga kerja.
Pagar Nusa untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak pada pengembangan seni bela diri.
Persatuan Guru Nahdlatul Ulama disingkat PERGUNU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai guru dan atau ustadz.
Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama untuk anggota Nahdlatul Ulama yang berprofesi sebagai nelayan.
Ikatan Seni Hadrah Indonesia Nahdaltul Ulama disingkat ISHARINU untuk anggota Nahdlatul Ulama yang bergerak dalam pengembangan seni hadrah dan shalawat.
NU dan Politik
Pertama kali NU terjun pada politik praktis pada saat menyatakan memisahkan diri dari Masyumi pada tahun 1952 dan kemudian mengikuti pemilu 1955. NU cukup berhasil dengan meraih 45 kursi DPR dan 91 kursi Konstituante. Pada masa Demokrasi Terpimpin, NU dikenal sebagai partai yang mendukung Sukarno. Setelah PKI memberontak, NU tampil sebagai salah satu golongan yang aktif menekan PKI, terutama lewat sayap pemudanya GP Ansor.
NU kemudian menggabungkan diri dengan Partai Persatuan Pembangunan pada tanggal 5 Januari 1973 atas desakan penguasa orde baru. Mengikuti pemilu 1977 dan 1982 bersama PPP. Pada muktamar NU di Situbondo, NU menyatakan diri untuk ‘Kembali ke Khittah 1926’ yaitu untuk tidak berpolitik praktis lagi.
Khittah NU 1926 menyatakan tujuan NU sebagai berikut:
Meningkatkan hubungan antar ulama dari berbagai mazhab sunni
Meneliti kitab-kitab pesantren untuk menentukan kesesuaian dengan ajaranahlusunnah wal-jama’ah.
Meneliti kitab-kitab di pesantren untuk menentukan kesesuaiannya dengan ajaranahlusunnah wal-jama’ah
Mendakwahkan Islam berdasarkan ajaran empat mazhab
Mendirikan Madrasah, mengurus masjid, tempat-tempat ibadah, dan pondok pesantren, mengurus yatim piatu dan fakir miskin
Dan membentuk organisasi untuk memajukan pertanian, perdagangan, dan industri yang halal menurut hukum Islam.
Namun setelah reformasi 1998, muncul partai-partai yang mengatasnamakan NU. Yang terpenting adalah Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan oleh Abdurrahman Wahid. Pada pemilu 1999 PKB memperoleh 51 kursi DPR dan bahkan bisa mengantarkan Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI. Pada pemilu 2004, PKB memperoleh 52 kursi DPR. Pada tahun 2009, memperoleh 27 kursi dan pada tahun 2014 memperoleh 47 kursi.
Sumber: www.nu.or.id
Baca risalah suplemen tentang NU:
Latar Belakang Berdirinya Nahdlatul Ulama (NU)
Mengenal Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari
Keteladanan Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari
      Baca selengkapnya di: https://tarbawiyah.com/2018/04/09/mengenal-nahdlatul-ulama-nu/
0 notes
cowdile91 · 7 years
Text
Dosa
Al Kisah, pada suatu hari Umar Bin Khatab ditanyai oleh seorang pemuda.
Wahai Umar kenapa akhir-akhir ini aku susah bangun untuk Qiyamullail?
Lalu Umar menjawab, Sesungguhnya hal yang menghalangi mu untuk melaksanakan ibadah karena hatimu yang sudah terikat oleh dosa.
Mendengar jawaban itu, lalu pemuda tersebut tertunduk malu.
Sama seperti saya yang juga ikut tertunduk malu mendengar kisah tersebut dari seorang Al Ustadz.
Pertanyaan yang diajukan oleh pemuda tersebut adalah pertanyaan yang pernah saya tanyakan dulu dan kini sering ditanyakan oleh adik-adik emeshh yang semangat memperbaiki diri. :)
Ini tentang dosa, tentang segala kemaksiatan yang kita lakukan. Perbuatan dosa itu berdampak pada diri kita. Berdampak pada hati kita.
“Dosa akan mengurangi kesensitifitan dalam hati kita”
Kalimat itu, sepenuhnya saya sepakat. Dosa yang manusia lakukan sangat merusak hati, merusak kekhusyukan dalam beribadah dan juga menghalangi ilmu yang masuk.
Makanya, sebelum memulai kajian ilmu alangkah baiknya jika diawali dengan istighfar sebanyak mungkin, 100 kali kalo perlu agar ilmu yang kita pelajari bisa masuk dan kita serap.
Seperti kisah Imam Syafi'i yang kehilangan hafalannya. Jadi, Al kisah suatu hari imam Syafi'i mendatangi gurunya karena merasa hafalannya menjadi buruk. Hmm.. maaf hafalan buruk nya Imam Syafi'i jangan disamakan dengan hafalan yang kita miliki. Seburuk-buruknya hafalan imam Syafi'i tetap saja beliau masih hafal ratusan ribu hadits dan tetap menghafal Al Qur'an dengan baik. Tidak seperti kita ini yanh sangat sedikit hafalannya.
Lalu imam Syafi'i bertanya kepada sang guru, Wahai guru, aku merasakan hafalan ku buruk sekali.
Kemudian guru tersebut menjawab: “Ilmu itu adalah cahaya di dalam hati dan kemaksiatan akan mematikan cahaya tersebut”
Imam Syafi'i pun terdiam, pulang dengan rasa tidak bersemangat dia merasa berdosa karena sebenarnya ada kemaksiatan yang dilakukannya. Beberapa waktu lalu, imam Syafi'i tidak sengaja melihat betis perempuan yang tersingkap angin saat di pasar.
Itu baru betis saja. Pun itu dilihat imam Syafi'i secara tidak sengaja.
Ilmu itu, kata Ustadz Hanan Attaqi sangat sensitif dengan tempat yang kotor. Sekalinya ilmu itu menempati tempat yang kotor, maka sesegera mungkin ilmu itu akan pergi. Ilmu tidak akan bertahan lama di dalam hati yang kotor penuh dengan dosa.
Sekarang bagaimana dengan kita? Buka YouTube, tiba-tiba banyak godaan link-link video menyesatkan. Bukan sekedar betis yang tersingkap, seluruh badan tersingkap pun ada. 😖😖
Jika setiap hari itu yang kita tonton, lalu kapan kenikmatan ibadah dan terangnya ilmu dalam hati bisa kita nikmati.
Begitu juga dengan hafalan Al-Quran, jangan salahkan metode yang kita pakai, jangan salahkan manajemen waktu yang kurang baik dalam menghafal. Saat Al-Quran itu sulit kita hafalkan, lebih baik kita menengok diri kita barangkali banyakdosa yang sudah mengotori hati kita.
Terulang di kepala saya lagi bahwa, “ dosa dapat mengurangi kesensitifitan hati kita.”
Mulai dari sini, saya akan sedih jika merasa, “ Aku kebal melihat adegan seperti itu, sudah biasa.” Oh ya Allah, bukankah itu pertanda hati yang semakin tidak sensitif terhadap dosa-dosa lewat mata?
Saya akan sedih jika merasa,“Ah, biasa aja ah gak hafal-hafal. Dari kemarin aja aku ngapalin 1 ayat terus ilang lagi.”
Ya Allah seharusnya saya sedih karena sebenarnya hal tersebut adalah tragedi.
Ya Allah ampuni segala dosa hamba. Mampukan hamba untuk menghindari segala kemaksiatan lewat mata, kemaksiatan lewat hati (pikiran), kemaksiatan lewat perilaku, kemaksiatan lewat lisan hamba.
Ya Allah berilah kepekaan kepada hati ini agar peka terhadap dosa-dosa yang berdatangan dari luar maupun dari dalam diri hamba.
Ya Allah terangkanlah hati hamba agar mudah memahami, mudah menghayati ilmu-ilmu mu ya Allah. Jangan biarkan ilmu yang datang risih dengan kekotoran hati hamba.
Ya Allah berikanlah hamba hati yang bersih agar ilmu Mu bisa bertahan di dalam hati hamba dan ilmu Mu mengarahkan hamba ke jalan yang benar, jalan ketaqwaan.
Rabbani atina fid Dunya Hasana wa fil akhiroti hasanatawaaqina adza bannar.
Subhnarobbika robbil Izzati Ama yasifun. Wassalamun ‘alal mursalin walhamdulillahirabbil 'alamin.
0 notes
teguhbinsabar-blog · 7 years
Text
"Membahagiakan Gerakan Mahasiswa"
Samarinda - Sebuah era baru kepemimpinan KAMMI Kaltim-Kaltara akan segera dimulai. KAMMI sebagai laboratorium pemimpin masa depan harus kembali pada keseimbangan jati dirinya sebagai organisasi pencetus solusi melalui rangkaian gerakan. Kepemimpinan kader KAMMI beberapa tahun terakhir di berbagai kampus nasional mampu membuktikan kokohnya lini kaderisasi, namun ranah gerakan masih perlu banyak evaluasi. Tak jarang gerakan mahasiswa mengalami dead lock seperti kehabisan narasi dan berlindung di balik emosi sebagai implementasi kekuatan moral, iya gak sih ? Harus diakui beberapa tahun belakangan evaluasi besar-besaran terkait gerakan mahasiswa harus segera dilakukan. Berbagai aspek penunjang gerakan mahasiswa mengalami degradasi kualitas, termasuk KAMMI.  Pertama, lini kaderisasi menghadapi permasalahan serius. Organisasi kemahasiswaan dihadapkan dengan generasi baru yang mengalami pressure untuk tetap fokus di bangku perkuliahan tanpa ada opsi untuk merasakan hangatnya asap kendaraan dan debu jalanan. Sebut saja kebijakan UKT yang semakin mempersulit mahasiswa masuk dalam kampus, kalaupun sudah masuk akan susah mengambil resiko karena himpitan ekonomi. Adalagi kebijakan berupa pemangkasan masa studi dari 7 tahun menjadi 5 tahun, pemangkasan beasiswa efek defisit anggaran negara, belum lagi regulasi-regulasi yang mempersempit ruang gerak mahasiswa yang revolusioner.  Masalah kaderisasi menjadi konsentrasi utama setiap elemen gerakan.  Sebab nyawa organisasi akan berlanjut atau terhenti karena sektor ini. Apa cukup sampai disini masalahnya ? Belum. Kedua, sektor jaringan. Jaringan merupakan kemampuan organisasi kemahasiswaan untuk berkomunikasi politik dengan matang melalui diplomasi, negosiasi atau sekedar berbagi informasi. Relasi antara fungsionaris dan para pendahulunya pun menjadi bahan pendiskusian yang hangat. Ada yang memanfaatkannya untuk bersilaturahmi sembari menambah energi tapi adapula yang terjebak romantismenya dan tak mampu lepas dari sentimen pragmatisme yang akhirnya mengakibatkan degradasi moral gerakan mahasiswa yang cenderung politis. Di sisi lainnya, sektor jaringan organisasi kemahasiswaan pun seolah hanya terfokus pada profit, padahal benefit adalah hal yang utama. Menajamkan gagasan hingga memperluas jangkauan referensi gerakan dapat dilakukan oleh sektor ini. Nahasnya, komunikasi tak berjalan dengan baik, kenapa ? Bisa jadi masalahnya ada pada poin pertama tadi.  Ketiga, sektor gerakan. Hal ini paling disoroti belakangan ini. Kemana mahasiswa ? Apa kerjanya mahasiswa ? Pertanyaan yang lebih pedas daripada menu mie setan level 16, pedas hingga membuat komat-kamit bahkan menangis bagi penikmatnya. Pertanyaan ini seharusnya bisa dengan lantang terjawab, bukan dengan argumentasi, melainkan sebuah sikap yang disebut konsistensi. Tensi gerakan mahasiswa menjadi masuk angin karena kekosongan narasi. Seorang senior gerakan pernah mengatakan dalam sebuah diskusi, bahwa hari ini gerakan mahasiswa hanya bersifat momentuman, menunggu hari-hari besar untuk bersikap melalui demonstrasi atau aksi-aksi kecil lainnya. Tanpa dibarengi identifikasi yang matang hingga eksekusi dan evaluasi tak bernilai apa-apa untuk gerakan selanjutnya. Hal ini ditenggarai akibat gerakan mahasiswa kehilangan nyawanya, gerakan-gerakan yang dibangun hanya melalui gerakan moral dan cenderung menjurus pada ego sektoral.  Gerakan mahasiswa harus mengembalikan jati dirinya sebagai gerakan ideologis yang ditopang oleh narasi-narasi para ideolognya tanpa membuat jarak dengan problematika yang dihadapi rakyat. Disinilah peran organisasi eksternal kampus seperti KAMMI dan organisasi lainnya. Sejauh apa mampu memberikan gambaran bahwa tawaran metode dan konsep gerakannya relevan dengan kondisi kekiniannya. Dari mana harus memulainya ?  "Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Khattab radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan." (HR. Bukhari Muslim). Hadits ini merupakan salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata: Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya.  Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ta’ala). Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati.  Hadits di atas menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan. Maka sebuah langkah fundamental yang harus disusun adalah membangkitkan kembali hati para pemuda Indonesia yang mulai terlelap dalam impian-impian pribadi tanpa mempertimbangkan kemaslahatan negerinya, Indonesia. Karena disanalah akar dari semua energi gerakan bermula dan berakhir. Dulu, kemerdekaan bangsa ini diawali dari keresahan dan kegelisahan hati para pahlawan hingga akhirnya mereka mampu mendefinisikan serta mentransformasikannya menjadi energi gerakan yang terbukti mampu membawa Indonesia merdeka dari penjajahan. Kebangkitan hati mampu menggerakkan apapun. Bahkan terkadang pelakunya melakukan hal-hal di luar logika manusia biasa. Layaknya orang kasmaran yang menemukan cinta sejatinya, ia mau dan mampu mengorbankan apapun yang dimilikinya untuk pemilik hatinya. So sweet kan ? Mohon bersabar yang hatinya belum ada yang memiliki, ini ujian.  Maka arahnya haruslah bermuara pada gerakan. Indonesia sedang dininabobokan oleh citra-citra positif para penguasa yang dibaliknya banyak sekali racun berbisa, pembunuh harapan dan asa generasi selanjutnya. Hati para pemudanya harus segera dibangkitkan untuk menggerakkan Indonesia yang tampaknya sedang jalan di tempat. Diamnya Indonesia mengakibatkan penyakit-penyakit datang menghinggapinya, mulai dari issue kebhinnekaan yang sudah tuntas oleh ideologi Pancasila hingga acara televisi yang sudah tak ada lagi teletabisnya.  Bagaimana caranya ? Ide utamanya adalah menyentuh hati para pemudanya. Membangkitkan rasa bangga pemuda terhadap sejarah bangsanya dan landasan idiil hingga konstitusional negara Indonesia. Ketika mereka bangga, maka rasa tidak rela atau rasa marah akan tergugah jika negaranya tengah diacak-acak oleh tangan besi yang bersembunyi dibalik wajah yang unyu-unyu. Memang itu tak mudah, maka langkah selanjutnya adalah membuat anak muda ini tak dibatasi oleh hal-hal kaku. Aturan dan gerakan memang harus baku demi menjaga orisinalitas identitas organisasi, namun kekakuan harus diatasi dengan memberikan wadah berkreasi dan berinovasi. Estetika menjadi poin penting dan bumbu penyedap rasa gerakan mahasiswa. Pemberdayaan potensi harus dimaksimalkan dengan mengedepankan eksklusivitas pada karyanya, bukan citranya. Mengakui pluralitas minat dan bakat namun mengkritisi pluralisme yang mengaburkan makna kebenaran yang hakiki. Unsur estetika membuat gerakan mahasiswa lebih berwarna melalui variasinya sekaligus menyerap aspirasi generasi emas selanjutnya.  Tahapan strategis berikutnya adalah meningkatkan frekuensi konsolidasi-konsolidasi baik internal maupun eksternal organisasi. Sinergisitas menjadi faktor penting untuk menularkan kegelisahan dan menelurkan gagasan yang komprehensif. Tujuan bersama menjadi sasaran tembak utama, apapun pelurunya, apapun senjatanya. Kesamaan frekuensi akan memperkuat pondasi gerakan sekaligus mengikis perbedaan tensi di lapangan. Tantangan ini akan membawa kedewasaan dalam bergerak dan kematangan berpola pikir dalam keberagaman.  Muara akhirnya tentu menjawab pertanyaan yang pedas tadi, mahasiswa hadir dengan sumpah serta beban sejarahnya. Mengawal berbagai kebijakan publik yang harus benar-benar berpihak pada keadilan sosial. Kehadiran mahasiswa secara fugsional mungkin bisa saja diambil alih oleh lembaga swadaya masyarakat pasca reformasi, namun secara moral mahasiswa harus tetap ada dalam percaturan politik bangsa. Mahasiswa harus campur tangan, menjadi poros penyeimbang dan melakukan ekskalasi gerakan dengan totalitas, objektif dan profesional. Top !  Langkah-langkah ini memang berat bahkan sakit yang membawa bekas luka untuk menerapkannya. Ah masa ? Lebay.  Tapi coba ingat masa-masa kecil kita saat belajar mengayuh sepeda. Pernah terjatuhkan ? Pernah terluka kan ? Banyak kan lukanya ? Tapi akhirnya bisa naik sepeda kan? Mulai roda empat, roda tiga, roda dua hingga roda satu kan ? Jumping. Jawabannya bisa ! Kenapa ? Karena saat itu kita menjalankannya dengan bahagia. Unsur keterpaksaan memang ada, gengsi saat teman-teman mahir bersepeda, lah kita masih asyik jalan kaki dengan sandal yang kadang hilang sebelahnya. Rasa bahagia menjadi energi utamanya, keyakinan adalah penguat langkahnya dan _Bismillah_ adalah ucapan yang membuat kita terhindar dari luka yang berlebihan. Maka, izinkan kepemimpinan baru ini terlahir dengan bahagia. Menjalankan roda organisasi dengan bahagia. Memaksimalkan ruang gerak mahasiswa dengan bahagia. Memperjuangkan yang haq dan melawan yang bathil dengan bahagia.  Mari berorganisasi dan bersama bangkitkan hati untuk gerakkan Indonesia. Hidup mahasiswa ! *** Samarinda, 21 April 2017 Salam,  Ketua PW KAMMI Kaltim-Kaltara  @TeguhbinSabar "Bangkitkan Hati, Gerakkan Indonesia"
0 notes