Tumgik
#khotbah tentang perempuan
liaafsworld · 10 months
Text
Renungan: Perjumpaan Maria Magdalena dan Yesus
Perjumpaan Maria Magdalena dan Yesus Teks: Yohanes 20:1-10 Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan menyebutkan angka yang cukup memprihatinkan terkait terjadinya kasus kekerasan kepada perempuan, baik anak perempuan maupun dewasa perempuan, yakni ada 4.371 kasus pada tahun 2022 yang diadukan ke Komnas Perempuan. Rinciannya ada 2.098  kasus kekerasan di ranah personal (KDRT), 1.276 kasus ranah…
View On WordPress
0 notes
furiiningsihsris · 1 year
Text
KAPAN KITA MENERIMA DAN MENOLAK LAMARAN
Kata Abi, Dunia pernikahan adalah dunia memberi, lapang, sabar, nerima . Jadi, ilmu menikah itu Fardhu 'ain bagi semua orang. *TIDAK CUKUP* bekal menikah hanya dengan pengin “nanti kalau aku nikah yang khotbah nikah Ustadz ini saja, undangannya ini saja, dekornya maunya kaya gini”
Untuk menyiapkan kehidupan perguruan tinggi saja kita butuh ijazah SD, SMP, SMA. Butuh 12 tahun untuk kita dinyatakan siap memasuki perguruan tinggi. Jika persiapan untuk kuliah selama 4 tahun saja menghabiskan waktu 12 tahun persiapan.
"Lalu, Bagaimana dengan persiapan kehidupan pernikahan yang bahkan waktunya tak terbatas sampai kita bertemu dengan Allah?"
Menikah itu ibadah. Bukan syahwat. Sehingga ketika bicara pernikahan seharusnya bukan ketawa atau senyum-senyum sebab syahwat, tapi semakin merunduk dengan kondisi ketidaksiapan ilmu yang kita belum mampu. Jadi kata Abi, laki-laki sholih yang paham tentang pernikahan, saat akad bukannya cengenges - cengenges, tapi menangis kepada Allah atas tanggung jawab yang satu ini.
Pesan Ummi "Kalau mau konsultasi tentang pernikahan, konsul dengan yang sudah lama menikah. Minimal 25 tahun usia pernikahan. Bukan yang baru menikah sebulan dua bulan. Sebab ilmu pernikahan sangatlah luas dan banyak babnya. Jadi bertanya pun atas dasar ilmu ya, Nak. Bukan syahwat." “Sekarang kalian bingung bagaimana menolak lamaran? Sedangkan ada hadis yang mengatakan "Barang siapa yang dilamar laki-laki sholih namun menolaknya, maka itu merupakan fitnah yang besar” Masalahnya bagaimana kita menentukan kalo laki-laki tersebut memang beneran sholih? Adakah takarannya? Atau Apakah ada pertimbangan lain selain hadis tersebut?
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam menerima maupun menolak lamaran :
1. At Ta'awun (membantu).
Orang yang berniat menikahi sejatinya ia hendak melakukan kebaikan (karena memang menikah merupakan hal baik). Namun karena hukum menikah setiap orang berbeda, bisa wajib, sunnah, makruh, mubah bahkan haram. Sehingga ketika menolak lamaranpun disertai dengan ILMU. "Oh status hukum orang yang hendak menikahi saya ini belum menjadi sunnah ataupun wajib. Sehingga saya belum bisa membantunya (mengerjakan amal baik ini)".
2. Pertimbangan kedua : KESIAPAN AKHWAT.
"Ummi dulu kalo nikah mikirnya ya nyuci popok, masak, momong anak, ngga tidur, mikirin ini itu. Jadi merasa belum siap banget meski banyak teman Ummi yang bilang Ummi sudah siap." Lalu bagaimana cara kita mengukur kesiapan kita bahwa kita siap menjadi istri? Ternyata mengukur kesiapan perempuan itu ada takarannya dalam Al-Quran;
*Litaskunu ilaiha*
"...Supaya kalian merasa tentram dengannya " Jadi definisi perempuan yang siap menikah adalah mereka yang sudah mampu menjadi "Sumber Ketenangan bagi suaminya".
Sumber ketenangan ini rumusnya adalah " Bagaimana kita tidak menjadi beban bagi suami ."
Beban di sini banyak maknanya. Istri yang tidak sabaran itu jadi beban tidak sih bagi suami? Suami akan tenang mencari nafkah jika yakin meninggalkan istrinya yang akan menjaga anaknya dengan baik. Semakin kita mampu menghadapi stressor-stressor dalam kehidupan yang sekarang kita lalui; organisasi, skripsi, tugas lain. Maka kita semakin bisa mengukur diri. Sebab banyak permasalahan rumah tangga yang sifatnya psikis. Jatuhnya saat sudah menikah pun.
Hari-hari pertama bersama, bukan seneng-seneng main kemana-kemana berdua. Tapi langsung bareng-bareng buka buku. Ilmu apa ya yang kurang. Ayo sama-sama kita belajar.
Sebab keluarga memang tempat yang tepat untuk kita belajar.
-Pengisi : Abi Syatori Abdul Rauf dan Ummi Masbikhah-
Penulis : Furi Ningsih Sri Sukowati, S.Pd.
-Pesantren Mahasiswi Darush sholihat-
Tumblr media
6 notes · View notes
lamuide · 27 days
Text
Bagaimana Jika Ceritanya Begini
Agama dan ketakutan (dan juga kebodohan) adalah dua hal yang senantiasa berkawan. Ketakutan berasal dari ketidaktahuan dan melahirkan ketidaktahuan tingkat lanjut. Di saat seperti itulah manusia membutuhkan agama. Jika agama sering melanggengkan ketakutan (dan juga kebodohan), maka barangkali memang hanya dengan seperti itu, agama bisa bertahan hidup.
Saat ketakutan melanda, agama datang memberikan harapan. Tapi, bukankah itu aneh? Agama sendiri yang memendarkan ketakutan lalu agama datang menjajakan harapan. Itu seperti dukun yang menyebarkan penyakit lalu dukun itu sendiri yang manawarkan obatnya. Mungkin juga mirip pemuka agama yang senantiasa menebarkan ketakutan tentang penderitaan dunia serta akhirat yang disebabkan oleh pembangkangan manusia untuk beribadah. Lalu pemuka agama itu hadir dengan khotbah-khotbahnya yang berisi harapan. Lalu, apakah manusia menjadi selamat karenanya? Belum tentu. Yang pasti pemuka agama itu hidup nyaman dari bayaran atas khotbah-khotbahnya.
Salah satu yang menjadi tawaran agama adalah perdamaian manusia, tapi berapa abad dari usia manusia yang harus berisi pertumpahan darah atas nama agama? Sepuluh abad? Lebih dan masing berlangsung! Lihatlah Israel vs Palestina! Itu bukti betapa dustanya khotbah-khotbah para pemuka agama. Sebuah pembelaan klasik dan hampir-hampir basi pasti terlintas di benak. “Itu bukan karena agamanya, tetapi karena pemeluknya.” Jangan-jangan, seandainya tidak ada agama, maka puluhan abad dari usia manusia tidak harus diisi oleh pertumpahan darah.
Perang suci hanyalah bentuk paling mutakhir dan paling bertahan dari dampak agama. Agama-agama yang hampir setua peradaban manusia sudah biasa mengorbankan manusia demi untuk memuaskan tuhan-tuhan mereka. Darah segar serta jantung masih berdegup dalam keadaan luka adalah persembahan paling mulia sebelum kurban-kurban itu mati dalam kesakitan yang amat sangat. Belakangan, darah manusia diganti dengan darah binatang. Tetap saja agama memerlukan darah. Kini darah yang dipersembahkan adalah darah segar orang-orang kafir sebagai tumbal kebahagiaan di nirwana.
Imajinasi bisa membawa kepada agama yang mendaku diri sebagai agama paling benar hingga semua manusia harus menganut agama itu untuk kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat. Setiap agama yang datang belakangan menjadi pengganti bagi agama yang datang lebih dahulu dan otomatis keliru selamanya. Tanpa bisa diragukan lagi, pemikiran seperti itu pasti melahirkan perang tiada henti. Korbannya bukan hanya laki-laki dewasa, tetapi juga anak-anak dan perempuan. Mungkinkah agama berhenti berfikir seperti itu? Sepertinya mustahil. Sepertinya agama memang terlahir untuk seperti itu.[]
0 notes
bryanwir · 8 months
Text
Membangun Kesadaran akan Pentingnya Perempuan dalam Penafsiran Agama: Denny JA Memimpin
Kesadaran akan pentingnya perempuan dalam penafsiran agama masih menjadi hal yang jarang dikenal dan dipahami oleh masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan Kristen. Bahkan, sebagian besar masyarakat masih berpandangan bahwa agama hanya bisa dipraktekkan oleh laki-laki saja. Namun, Denny JA, seorang ahli teologi Kristen, ingin mengubah pandangan tersebut melalui kegiatan-kegiatan yang ia lakukan.
Denny ja merasa bahwa pentingnya perempuan dalam penafsiran agama tidak hanya memperkuat eksistensi perempuan di gereja, tetapi juga merubah persepsi masyarakat tentang keberadaan perempuan dalam agama. Hal ini penting karena penghormatan terhadap perempuan adalah nilai inti dari agama-agama Abrahamik, yang juga meliputi agama Kristen.
Melalui pendekatan persuasif dalam karya tulis dan kuliah, Denny ja berupaya memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang peran perempuan dalam agama. Ia juga aktif dalam kegiatan-kegiatan diskusi tentang isu-isu gender, termasuk dalam isu-isu perempuan di gereja.
Dalam salah satu kesempatan diskusi, Denny JA mengatakan bahwa pengakuan terhadap perempuan sebagai sesama manusia dengan laki-laki adalah hal yang penting dalam ajaran Kristen. Dalam Perjanjian Baru, perempuan adalah aktivis penting dalam mengembangkan Kekristenan. Maria, ibu Yesus, misalnya disebutkan sebagai tokoh utama yang dipercaya menghasilkan ideologi Kristen yang kini terkenal.
Denny JA juga menekankan bahwa penafsiran agama harus dilakukan secara kontekstual dan ilmiah. Karena itu, ia menjabarkan beberapa tips bagi para pengajar teologi agar dapat menyaring keberadaan perempuan dalam penafsiran agama. Tips ini antara lain yaitu:
1. Menempatkan perempuan sebagai objek penafsiran, bukan hanya sebagai subjek; 
2. Memastikan bahwa perempuan mendapat pengakuan dan penghargaan sebagai aktivis sejajar dengan laki-laki dalam gereja; 
3. Mengembangkan akses perempuan terhadap studi-teologi yang akademis dan merata;
4. Melakukan dialog terbuka dengan perempuan untuk memahami kebutuhan mereka.
Denny JA juga memicu diskusi terbuka tentang gender dan teologi melalui karya tulisnya. Puisi Esai-Puisi Esai Denny JA, seperti "Agama, Engendering, dan Teologi", menyoroti masalah kesetaraan gender dalam agama Kristiani. Dalam Puisi Esai tersebut, Denny JA membahas tentang teks-teks suci dan interpretasi mereka, dan memberikan penekanan khusus pada simbolisme gender yang terkandung dalam teks.
Dalam karya-karyanya, Denny JA mempertanyakan bagaimana agama Kristiani membedakan perempuan dan laki-laki, serta bagaimana pembacaan teks-teks suci membentuk pola pikir mengenai perbedaan gender. Denny JA juga mempertanyakan mengapa teks suci memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap perempuan dan laki-laki.
Denny JA juga memperingatkan para pembaca teologi bahwa penafsiran terhadap teks suci harus dipahami dan diterima secara kontekstual. Artinya, teks harus dilihat dalam konteks sejarah dan budaya pada saat itu. Denny JA mencontohkan penggunaan kata "suami" dalam Perjanjian Baru sebagai contoh bagaimana konteks dapat berpengaruh terhadap pemahaman teologi.
Selain itu, Denny JA juga mempertanyakan interpretasi tradisional terhadap perempuan dalam agama Kristiani. Denny JA menyangkal pandangan bahwa agama hanya untuk laki-laki dan bahwa perempuan hanya bisa menjadi pendukung laki-laki dalam gereja. Sebaliknya, ia berpendapat bahwa perempuan juga harus memiliki hak dan pengakuan yang sama dalam ajaran agama.
Denny JA juga mengungkapkan masalah-masalah terkait dengan diskriminasi gender dalam agama Kristiani, seperti pelarangan perempuan untuk melayani sebagai pemimpin gereja atau memberikan khotbah, serta pembatasan hak perempuan untuk belajar teologi. Denny JA berpendapat bahwa penentuan gender dalam ajaran agama Kristiani harus dilakukan secara adil, dan bahwa perempuan harus memiliki kesempatan untuk memimpin dan berpartisipasi dalam gereja.
Kesimpulannya, pentingnya pemahaman dan pengakuan terhadap peran perempuan dalam agama adalah inti dari kegiatan Denny JA. Denny JA memimpin upaya untuk meningkatkan kesadaran publik tentang keberadaan perempuan dalam agama, dan mendorong diskusi terbuka tentang isu-isu gender dan teologi. Melalui karya tulis dan kuliahnya, Denny JA telah memberikan sumbangan yang signifikan dalam memperkuat hak-hak perempuan di gereja dan memperjuangkan persamaan gender dalam ajaran agama.
Cek Selengkapnya: Membangun Kesadaran akan Pentingnya Perempuan dalam Penafsiran Agama: Denny JA Memimpin
0 notes
saatrenungan · 1 year
Text
youtube
Renungan 30Mei2023
Bacaan Injil Mrk 10,28-31
Berkatalah Petrus kepada Yesus: ”Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal. Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”
Demikianlah sabda Tuhan
Terpujilah Kristus
Setelah kisah ‘orang kaya’ yang kecewa atas jawaban Yesus tentang syarat untuk menjadi pengikut Yesus, Petrus kemudian bertanya tentang “upah menjadi pengikut Yesus’ karena para murid telah meninggalkan segalanya baik pekerjaan, harta, keluarga untuk menjadi pengikut-Nya. Yesus mengatakan bahwa ’tidak ada seorang pun yang telah meninggalkan segalanya demi Aku dan demi Injil, yang tidak akan menerima berlipat ganda dalam kehidupan di dunia dan kehidupan kekal.
Yesus mengajarkan bahwa menjadi pengikut-Nya tidaklah mudah, karena akan mengalami penderitaan dan penolakan dalam tugas mewartakan Kerajaan Allah, namun Yesus menjanjikan upah seratus kali lipat baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan kekal bagi mereka yang mau setia menjalankan kehendakNya. Yesus mengajarkan dengan meninggalkan segalanya, kita tidak punya pilihan lain selain berserah kepada kehendak Allah. Ketika ktia melepaskan segalanya sebenarnya Allah mempersiapkan rencana yang indah untuk kita sesuai waktu yang dikehendakiNya asalkan kita tetap setia menjalankan kehendak-Nya. Allah yang kekal akan menganugerahkan hidup kekal kepada mereka yang hanya bergantung kepada-Nya. Yesus pernah mengajar dalam khotbah di bukit, di mana hartamu berada, di situ pula hatimu berada (Mat. 6:21), Yesus mengingatkan semua harta duniawi yang kita miliki haruslah di gunakan untuk kemuliaan namaNya sehingga kita akan menjadi ‘pertama’ dimata Tuhan dan janganlah menjadi ‘orang kaya’ yang lebih mencintai harta ‘duniawi’ nya namun jauh dari Kerajaan Allah.  
Pola pikir manusia hari ini berpusat pada paham konsumerisme, dimana eksistensi dipusatkan pada kepemilikan atas barang atau benda yang dipercaya bisa menaikkan derajat dan harga diri di dunia. Untuk bisa memiliki semua itu tentu saja dibutuhkan banyak uang, maka manusia pun terus berkejar-kejaran memburu kekayaan tanpa henti, tanpa rasa puas dan tanpa rasa syukur. Tidak pernah ada kata cukup dalam kamus orang-orang yang mengejar harta. Apapun siap dikorbankan demi mengejarnya, bahkan kalau perlu keluarga sendiri. Jujur atau curang, baik penipuan maupun lewat berbagai kuasa gelap, semua dihalalkan agar pundi-pundi bisa terus bertambah. Membantu orang sama artinya dengan membuang uang. Pintu hati tertutup, tertimbun oleh uang, uang dan uang. Sadar atau tidak, ketika pola pikir menjadi berubah ke arah seperti ini, itu sama saja dengan membiarkan diri masuk ke dalam jebakan setan. “kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (Mat 6:24). Memilih mengikut mamon, menghamba kepada uang berarti memilih untuk meninggalkan Tuhan. Itu resiko atau konsekuensi yang tidak bisa dihindarkan.
Harta, kekayaan dan jabatan dapat menjadi sesuatu yang baik dan buruk tergantung bagaimana orang memandang dan menggunakan harta, kekayaan dan jabatan tersebut sebagai sarana memuliakan nama Allah, sebaliknya mata yang gelap menjadikan kita pribadi yang memandang harta sebagai tujuan dan bukan sarana, maka orang fokus untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya bahkan dengan tidak halal dan mengambil hak orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
Kebahagiaan yang sejati hanyalah berasal dari Tuhan dan tidak akan pernah berasal dari harta. Harta yang ada jika tidak dikelola dengan baik sesuai apa yang diinginkan Tuhan justru hanya akan membawa kehancuran bagi kita. Berorientasi kepada harta hanyalah akan membuat kita menjadi tamak dan melupakan untuk apa sebenarnya Tuhan memberkati kita di dunia ini. Ini bukan berarti bahwa Tuhan ingin kita hidup miskin serba kekurangan, tetapi Tuhan mau kita tahu kemana seharusnya kita memfokuskan segala berkat yang Dia berikan. Tuhan siap memberi kelimpahan bahkan hal-hal yang tidak atau belum terpikirkan kepada setiap orang yang mengasihiNya (1 Korintus 2:9), tetapi pastikan bahwa semua itu bukan dipakai demi kehidupan konsumerisme, bukan untuk terus ditimbun dan digunakan untuk memuaskan diri sendiri melainkan dipakai untuk memberkati orang lain atas nama Kerajaan Allah
Berkah Dalem
1 note · View note
Text
Bagaimana Kita Bisa Ikut Berpesta di Perjamuan Kawin Anak Domba?
Tumblr media
Bagaimana Kita Bisa Ikut Berpesta di Perjamuan Kawin Anak Domba?
                                               Oleh Li Min
Tercatat dalam Wahyu 19:9: "Dan ia berkata kepadaku, Tulislah ini, Diberkatilah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba. Dan ia berkata kepadaku, Inilah kata-kata yang benar dari Tuhan."
Sebagai orang Kristen, kita semua tahu bahwa ketika Tuhan Yesus datang kembali pada akhir zaman, semua orang yang dapat menerima Tuhan dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba adalah gadis-gadis bijaksana; yang diberkati; mereka yang memiliki harapan untuk diangkat naik ke dalam kerajaan surga. Gadis-gadis bodoh, karena mereka gagal ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba, menjadi orang-orang yang ditolak oleh Tuhan, dan akhirnya tanpa terelakkan jatuh ke dalam bencana. Kita semua berharap, ketika Tuhan Yesus datang kembali, kita menjadi salah seorang gadis bijaksana, yang menyambut mempelai pria, dan diundang ke perjamuan kawin Anak Domba. Ini adalah akhir zaman, perang terus-menerus meletus, bencana seperti kelaparan, wabah, gempa bumi, dan tsunami menjadi jauh lebih serius, dan tanda-tanda langit seperti gerhana Bulan Darah Tetrad dan gerhana Bulan Darah Serigala Super juga sering muncul. Banyak nubuat tentang kedatangan Tuhan kembali dalam Alkitab yang pada dasarnya telah digenapi. Pada saat genting menerima kedatangan Tuhan kembali ini, bagaimana kita dapat menghadiri perjamuan kawin Anak Domba? Hari ini, mari kita bahas tiga prinsip yang harus kita kuasai mengenai perjamuan kawin Anak Domba.
1. Jadilah Seseorang yang Dengan Rendah Hati Mencari dan Lapar akan Kebenaran
Tuhan Yesus mengajar kita: "Diberkatilah orang yang miskin dalam roh: karena kerajaan surga adalah milik mereka" (Matius 5:3). "Diberkatilah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran: karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5:6). Tuhan Yesus meminta kita untuk menjadi orang yang dengan rendah hati mencari dan lapar akan kebenaran. Tidak peduli apakah perkataan dan perbuatan Tuhan sesuai dengan gagasan kita, kita harus dengan rendah hati mencari, menerima, dan menaatinya, sehingga kita dapat diterima oleh Tuhan dan memasuki kerajaan-Nya. Demikian pula, dihadapkan dengan masalah yang sangat penting tentang kedatangan Tuhan Yesus kembali, ketika kita mendengar seseorang mengkotbahkan berita tentang kedatangan-Nya kembali, kita harus mencari dan menyelidiki hal ini dengan kerendahan hati, melepaskan gagasan dan imajinasi kita sendiri, secara proaktif mendengarkan Injil dari Tuhan yang telah datang kembali, dan melihat sendiri apakah Injil tersebut mengandung pengungkapan kebenaran dan mengandung pekerjaan Roh Kudus, sehingga kita dapat menerima Tuhan dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Jika kita berpegang teguh pada gagasan kita sendiri, jika kita congkak, mementingkan diri sendiri, dengan seenaknya membuat pernyataan, dan berpegang teguh pada penafsiran Alkitab secara harfiah, menyatakan bahwa "Tuhan Yesus yang tidak turun di atas awan putih bukanlah Tuhan Yesus" atau "Siapa pun yang tubuhnya bukan merupakan tubuh roh, bukanlah Tuhan Yesus," dan karena itu dengan membabi buta menolak pekerjaan Tuhan, kita menanggung risiko menolak Tuhan Yesus ketika Dia datang kembali pada akhir zaman dan kehilangan kesempatan untuk ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Dikatakan dalam Roma 11:33-34: "O betapa dalamnya kekayaan hikmat maupun pengetahuan Tuhan! Betapa tak terselidiki segala penghakiman-Nya, dan jalan-jalan-Nya tidak dapat dipahami! Karenasiapakah yang telah mengenal pikiran Tuhan? Atau siapayang telah menjadi penasihat-Nya?" Hikmat Tuhan itu mengagumkan dan tidak dapat diprediksi. Tidak mungkin bagi manusia untuk mengetahui bagaimana Tuhan akan bekerja pada akhir zaman. Kita tidak mampu membayangkannya. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah melepaskan gagasan kita sendiri dan secara proaktif mencari dan menyelidikinya ketika kita mendengarkan berita tentang kedatangan Tuhan Yesus kembali. Ini adalah satu-satunya cara untuk menerima kedatangan Tuhan kembali.
Ingatlah bahwa ketika Tuhan Yesus muncul dan bekerja di Yudea, orang-orang Farisi dengan keras kepala memegang makna harfiah dari nubuatan Perjanjian Lama, bersikeras bahwa Tuhan haruslah disebut Mesias. Akibatnya, ketika Tuhan datang dan dipanggil Yesus, mereka menolak untuk menerima-Nya. Perjanjian Lama menubuatkan bahwa seorang raja orang Yahudi akan dilahirkan dan mengambil alih kekuasaan, dan orang-orang Farisi membayangkan bahwa hal ini berarti raja tersebut pasti akan lahir di istana dan membebaskan mereka dari pemerintahan Romawi. Ketika Tuhan Yesus datang, Dia dilahirkan di palungan di Betlehem, dan bukannya memimpin orang Yahudi menggulingkan pemerintahan Romawi, Dia menyerukan gagasan: "Bertobatlah engkau: karena Kerajaan Surga sudah dekat" (Matius 4:17), dan mengajar orang bagaimana mengakui dosa mereka, bersikap toleran, dan memikul salib. Ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa kedatangan dan pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi menjadi congkak dan mementingkan diri sendiri karena pemahaman mereka sendiri akan Kitab Suci dan keakraban mereka dengan hukum Taurat. Mereka tidak dengan rendah hati mencari, tetapi malah menjadi biang keladi dalam merancang, menentang, dan mengutuk Tuhan Yesus, menghasut orang-orang percaya untuk menolak Tuhan Yesus, dan akhirnya membuat Tuhan Yesus disalibkan. Semua yang mereka katakan dan lakukan menyinggung watak Tuhan, dan mereka dikutuk oleh Tuhan, menyebabkan Israel mati selama 2.000 tahun. Sementara itu, mereka yang dengan rendah hati mencari dan lapar akan kebenaran seperti Petrus dan Yohanes, mereka tidak pernah menggunakan gagasan dan imajinasi mereka sendiri mengenai pekerjaan Tuhan Yesus. Ketika mereka mendengar apa yang Dia khotbahkan, mereka lapar untuk mendengarkan khotbah-khotbah-Nya, mengikuti-Nya, dan akhirnya, melalui perkataan dan pekerjaan Tuhan Yesus, mereka mengakui bahwa Dia adalah Mesias yang dinubuatkan, dan menerima keselamatan Tuhan.
Melalui persekutuan di atas, kita dapat memahami bahwa kita tidak boleh mengevaluasi atau membatasi kedatangan dan pekerjaan Tuhan berdasarkan pada gagasan dan imajinasi kita sendiri. Sebaliknya, kita harus berakal, serta dengan rendah hati mencari dan menyelidiki, karena hanya dengan cara ini kita akan memiliki kesempatan untuk menyaksikan penampakan Tuhan dan menerima bimbingan Tuhan.
2. Dengarkanlah Suara Tuhan
Ada banyak nubuat dalam Wahyu 2–3 yang serupa dengan "Barang siapa memiliki telinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang diucapkan Roh kepada gereja-gereja." Dalam Wahyu 3:20, kita membaca, "Lihatlah, Aku berdiri di pintu dan mengetuk: kalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membuka pintu itu, Aku akan datang masuk kepadanya, dan bersantap dengannya, dia bersama-Ku." Tuhan Yesus juga dengan jelas mengatakan kepada kita, "Dan di saat tengah malam ada suara seruan terdengar, Lihatlah, Mempelai laki-laki itu datang; keluarlah dan jumpai Dia" (Mat 25:6). "Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu" (Yohanes 16:12–13). Dari nubuat ini, kita melihat bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali dan berbicara kepada kita pada akhir zaman. Dia akan memberi tahu kita semua kebenaran yang sebelumnya tidak kita pahami dalam kepercayaan kita kepada Tuhan, sehingga kita dapat menerima semua kebenaran dari Tuhan. Jadi, kita perlu berfokus mendengarkan suara Tuhan, dan menerima Tuhan yang datang kembali dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba dengan mendengarkan suara atau firman Tuhan.
Tuhan Yesus berkata: "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup" (Yohanes 14:6). Hanya Tuhan yang dapat mengungkapkan kebenaran, menunjukkan jalan bagi kita, dan memberi kepada kita hidup. Kita dapat menentukan apakah yang kita dengar tentang kedatangan Tuhan kembali adalah berdasarkan firman yang diucapkan, apakah yang kita dengar mengandung kebenaran dan memberi kepada kita bekal bagi kehidupan, apakah yang kita dengar mengandung otoritas dan kuasa Tuhan, dan seterusnya. Sama seperti ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja, Dia mengajar orang untuk berdoa, bagaimana menjadi toleran dan murah hati, untuk mengasihi dan berdoa bagi musuh kita, dan seterusnya berdasarkan pada kesusahan dan kesulitan nyata kita. Firman ini adalah kebenaran, dan menunjukkan jalan penerapan yang spesifik, sehingga memberikan kepada kita bekal bagi kehidupan dan prinsip-prinsip yang jelas yang dapat digunakan untuk bertindak ketika sesuatu terjadi pada kita. Para murid dan pengikut Tuhan juga mengenali dari kebenaran yang diungkapkan-Nya bahwa Dia adalah Mesias yang dinubuatkan karena mereka merasakan kuasa dan otoritas dalam khotbah-khotbah-Nya. Perempuan Samaria mengerti dari firman yang Tuhan Yesus ucapkan bahwa ritual lahiriah bukan hal yang penting ketika kita berdoa, sebaliknya orang hendaknya menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran, dan memahami bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber air hidup. Melalui percakapan dengan Tuhan, dia juga menemukan bahwa Tuhan Yesus mengamati hati dan jiwa orang, dan bahwa Dia dapat menyingkapkan semua yang kita lakukan secara rahasia, dan dengan demikian dia mengenali bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan. Natanael juga mengenali dari perkataan Tuhan Yesus bahwa Dia mengamati segala sesuatu dan mengenal orang dengan baik. Hanya Tuhan yang dapat memiliki otoritas seperti itu, jadi Natanael menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan dia pun mengikuti-Nya.
Jadi, jika kita ingin menerima Tuhan Yesus yang datang kembali pada akhir zaman, kita harus mendengarkan firman Tuhan dan kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan, karena hanya dengan cara ini kita akan memiliki kesempatan untuk ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan.
3. Berfokuslah untuk Membedakan Perkataan Jahat dan Pendapat Salah si Iblis, dan Waspadalah Terhadap Tipuan Iblis
Ketika Tuhan Yesus bekerja, Dia pernah berkata kepada murid-murid-Nya, "Perhatikan, waspadalah terhadap ragi orang Farisi" (Markus 8:15). Tuhan mengamati hati dan jiwa manusia, Dia tahu bahwa orang-orang Farisi sering menggunakan metode penafsiran Alkitab untuk orang percaya Yahudi untuk memelintir maknanya, mengarahkannya dengan salah, dan menyesatkan orang. Dari luar mereka rendah hati dan sabar, tetapi mereka membenci kebenaran, membenci Tuhan, dan secara tak terkendali menentang Tuhan, itulah sebabnya Dia memperingatkan para murid-Nya untuk waspada terhadap perkataan orang-orang Farisi, jangan sampai mereka tertipu dan kehilangan keselamatan Tuhan. Orang-orang Farisi berkata kepada orang-orang percaya pada saat itu untuk menghentikan mereka: "Apakah engkau juga disesatkan? Adakah di antara para penguasa atau orangFarisi yang percaya kepada-Nya?" (Yohanes 7:47-48). Dengan mengatakan ini, yang mereka maksudkan adalah: imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi adalah para pemimpin Yahudi yang akrab dengan Kitab Suci, yang bersusah payah dan bekerja, dan karena mereka tidak menerima Tuhan Yesus, hal ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus bukanlah Mesias. Orang-orang Farisi juga mengutuk dan menghujat Tuhan Yesus dengan mengatakan: "Orang ini tidak mengusir Iblis, tetapi dengan Beelzebub, pemimpin Iblis, Dia mengusir Iblis" (Matius 12:24). Mereka mengklaim bahwa Tuhan Yesus mengusir Iblis melalui penghulu Iblis, karena mereka takut orang-orang percaya Yahudi akan mengikuti Tuhan, dan bahwa pada gilirannya tidak akan ada lagi yang mendukung atau memelihara mereka, mereka juga tidak dapat mempertahankan status dan kedudukan mereka; jadi mereka dengan ganas menyebarkan desas-desus, memfitnah, dan menghujat Tuhan Yesus untuk membuat orang-orang percaya menyangkal bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias dan menolak keselamatan Tuhan. Orang-orang Yahudi tertipu oleh kesalehan lahiriah para imam kepala, ahli Taurat, dan orang-orang Farisi. Orang-orang Yahudi menganggap mereka sebagai pemimpin dalam iman mereka kepada Tuhan, secara membabi buta mematuhi gagasan jahat dan pendapat keliru yang disebarkan oleh para pemimpin Yahudi, menolak untuk menyelidiki pekerjaan Tuhan Yesus, dan akhirnya mengikuti para pemimpin Yahudi dalam menentang dan mengutuk Tuhan dan memakukan Tuhan Yesus di atas kayu salib, dan dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Ini sepenuhnya menggenapi nubuat Tuhan: "Umat-Ku hancur karena kurangnya pengetahuan" (Hosea 4:6).
Kita dapat melihat bahwa dalam hal menyelidiki jalan yang benar, jika kita tidak memiliki kemampuan membedakan perkataan yang jahat dan pendapat yang salah, kita akan dengan mudah jatuh oleh tipu daya Iblis, atau bahkan mengikuti Iblis dalam melakukan kejahatan dan menentang Tuhan, dan dengan demikian kehilangan keselamatan Tuhan. Demikian pula, dalam perkara yang sangat penting yaitu menerima Tuhan Yesus yang telah datang kembali pada akhir zaman, demi menghentikan kita dari menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan mengacaukan pengelolaan Tuhan, Iblis menggunakan segala macam orang, perkara, dan hal-hal untuk menyebarkan perkataan jahat dan pendapat yang salah untuk menipu dan mengganggu kita. Kebenaran adalah satu-satunya cara untuk membongkar tipuan Iblis, dan selama kita dapat melihat dan mengevaluasi hal-hal sesuai dengan firman Tuhan Yesus, kita dapat menjaga diri terhadap ragi orang Farisi, menerima Tuhan Yesus yang datang kembali, dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Sebagai contoh, Tuhan Yesus berjanji kepada kita: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan menemukan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu" (Matius 7:7). Dia juga mengatakan kepada kita: "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku" (Yohanes 10:27). Dalam Wahyu, Tuhan juga mengingatkan kita berkali-kali bahwa "Barang siapa memiliki telinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang diucapkan Roh kepada gereja-gereja" (Wahyu 2:7). Firman Tuhan sangat jelas dalam menyatakan bahwa dalam hal menerima kedatangan Tuhan kembali, hanya dengan selalu berdoa kepada Tuhan, mendengarkan apa yang dikatakan oleh suara Roh Kudus kepada gereja-gereja, dan mengenali suara Tuhan dapatlah kita menerima Tuhan Yesus yang datang kembali. Ketika kita pergi ke pertemuan gereja, kita sering mendengar hal-hal seperti, "Saudara-saudari, tingkat pertumbuhanmu kecil dan engkau tidak memiliki kearifan. Jika seseorang berkhotbah bahwa Tuhan telah datang kembali, janganlah engkau mendengarkan, membaca, atau menyelidikinya. Itulah cara untuk melindungi dirimu dari kebingungan." "Setiap khotbah yang mengatakan bahwa Tuhan telah datang kembali adalah salah, dan kita hendaknya tidak menyelidiki hal-hal seperti itu untuk menghindari penipuan." Perkataan ini terdengar seolah-olah diucapkan demi kebaikan kita, tetapi jika kita membandingkannya dengan saksama dengan firman yang Tuhan Yesus ucapkan, perkataan ini sepenuhnya bertentangan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan. Perkataan ini juga merupakan penghalang besar bagi kita untuk menerima Tuhan. Jika kita tidak memiliki kearifan akan perkataan ini dan menaatinya dengan membabi buta, bukankah kita akan menolak Tuhan yang mengetuk pintu kita? Bagaimana kita dapat menerima kedatangan Tuhan dengan cara seperti itu? Dengan melakukan hal tersebut, bukankah kita kehilangan semua harapan untuk bersatu dengan Tuhan dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba?
Jadi, kita harus belajar dari pelajaran orang-orang percaya Yahudi, dan memiliki pendapat dan gagasan kita sendiri berkaitan dengan hal menerima Tuhan. Kita harus berdoa kepada Tuhan, mencari dan menaati tuntunan Roh Kudus, dan tidak secara membabi buta mendengarkan perkataan seseorang, karena hanya dengan cara ini kita bisa menghindarkan diri kita ditipu oleh perkataan jahat dan pendapat salah si Iblis, dan hanya dengan cara ini kita dapat menerima Tuhan yang datang kembali dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba.
Tiga prinsip di atas sangat penting bagi kita untuk menerima Tuhan Yesus yang datang kembali dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Jika kita lebih berfokus pada perenungan, pencarian, dan jalan masuk, kita akan memenuhi keinginan kita untuk dipersatukan kembali dengan Tuhan.
Semoga Tuhan menyertai kita semua, dan semoga Dia terus mencerahkan dan membimbing kita. Amin!
Rekomendasi:
Nubuat akhir zaman Kristen telah digenapi dan Tuhan Yesus sudah kembali! Bagaimana kita dapat menyambut kedatangan Tuhan Yesus? Silakan klik tautan untuk menemukan jalan menyambut kembalinya Tuhan
1 note · View note
Text
Melalui Kesulitan, Kasih Tuhan Bersamaku
Namaku Li Ling, dan usiaku 76 tahun ini. Aku mulai beriman kepada Tuhan Yesus pada tahun 1978 setelah jatuh sakit, dan selama periode itu, aku menerima banyak sekali kasih karunia-Nya. 
Ini benar-benar mengilhamiku untuk bekerja bagi Tuhan dengan penuh semangat; aku pergi ke mana-mana menyampaikan khotbah dan membagikan Injil, serta menampung saudara-saudari di rumahku. Gereja kami bertumbuh dengan cepat menjadi sebuah jemaat yang terdiri lebih dari 2.000 orang, dan, akibatnya, pemerintah Partai Komunis Tiongkok (PKT) mulai menindas kami tak lama setelah itu. Polisi datang dan menggeledah rumahku beberapa kali dalam upaya mencegahku menerapkan iman serta dan menyebarluaskan Injil, dan setiap kali mereka datang, mereka mengambil segala barang berharga dan apa pun yang dapat dibawa—bahkan bola lampu. Terlebih lagi, aku ditangkap oleh petugas Biro Keamanan Umum (BKU) dan ditahan lebih dari belasan kali. Aku menerima pekerjaan Tuhan Yang Mahakuasa pada akhir zaman pada tahun 1996, dan dua tahun setelah itu aku kembali mengalami penangkapan dan penganiayaan oleh pemerintah PKT, tetapi kali ini bahkan lebih gila. Aku mengalami secara langsung betapa sulitnya bagi seseorang untuk beriman kepada Tuhan di negara ateis seperti Tiongkok. Terlepas dari semua kesulitan ini, aku tetap bisa merasakan keselamatan dan kasih Tuhan bagiku.Pada tengah malam, suatu hari di bulan Mei 1998, tak lama setelah pukul 02:00 pagi, suara seseorang menggedor pintu membangunkanku dari tidur nyenyak. Mau tak mau, aku menjadi gugup dan berpikir, “Mungkin itu polisi! Di sini, ada lima saudara-saudari dari luar kota yang datang untuk mengabarkan Injil. Bagaimana aku bisa melindungi mereka?” Aku panik. Bahkan sebelum aku sampai ke pintu, polisi menendang pintu dengan tendangan keras sampai pintunya terbuka. Kepala Departemen Keamanan Politik BKU, memegang senjata, dan lebih dari selusin petugas polisi yang membawa tongkat listrik menyerbu masuk dengan agresif. Segera setelah melewati ambang pintu, seorang petugas menoleh ke arahku, menendangku dengan beringas dan berteriak, “Apa-apaan ini? Kau sudah ditangkap berkali-kali, tetapi masih punya keberanian untuk percaya kepada Tuhan! Camkan kata-kataku, aku akan memastikan kau kehilangan semua yang kau miliki dan keluargamu akan hancur!” Para petugas jahat itu mulai berteriak di kamar tidur. “Polisi, bangun sekarang juga!” Tanpa menunggu saudara-saudari lainnya mengenakan pakaian, mereka memborgol kami bersama, dua-dua, menggeledah kami, dan juga mengambil cincin yang aku kenakan. Mereka kemudian mulai menggeledah seluruh tempat, bahkan menggeledah penyimpanan tepungku dan membuatnya berhamburan di lantai. Mereka melempar barang-barang begitu saja ke lantai. Mereka akhirnya membawa sebelas tape recorder, televisi, kipas angin, mesin tik, dan lebih dari 200 buku firman Tuhan. Mereka bahkan membuka laci anakku dan mencuri lebih dari seribu yuan yang baru saja dia terima sebagai gajinya. Tepat saat selusin petugas hendak membawa kami semua ke kantor polisi, anakku pulang kerja. Segera setelah dia melihat bahwa gajinya dicuri, dia berlari menghampiri petugas itu dan meminta uangnya kembali. Salah seorang petugas berkata dengan licik, “Kami akan memeriksanya di kantor, dan jika uang itu memang milikmu, kami akan mengembalikannya kepadamu.” Tetapi sebaliknya, malam itu mereka datang untuk menangkap anakku karena kejahatan “menghalangi urusan petugas.” Untungnya, dia telanjur bersembunyi, kalau tidak, dia juga pasti sudah ditangkap.Polisi membawa buku-buku sitaan dan barang-barang lainnya ke kantor dan kemudian mengurung kami berenam secara terpisah di Biro Keamanan Umum Kabupaten selama semalam. Saat duduk di sana, aku tidak bisa menemukan tempat yang tenang untuk waktu yang lama. Aku teringat kembali penangkapanku pada tahun 1987; aku dilecehkan secara fisik dan verbal oleh polisi dan secara nyata disiksa sampai mati. Aku juga melihat dengan mata kepalaku sendiri seorang pemuda berusia 20-an dipukuli sampai mati oleh polisi dalam waktu kurang dari dua jam, dan seorang wanita mengatakan dia telah diperkosa oleh dua petugas secara bergiliran selama interogasi. Para petugas juga akan menempatkan orang-orang di bangku harimau, membakar mereka dengan besi panas, dan menyetrum lidah mereka dengan tongkat listrik hingga tidak ada darah yang tersisa. Mereka menggunakan segala macam taktik tercela dan mengerikan untuk menyiksa orang-orang—benar-benar kekejaman yang mutlak. Selama lebih dari selusin kali penangkapan, aku menyaksikan secara langsung dan mengalami penyiksaan kejam dan tanpa ampun ini dari pihak polisi. Mereka mampu melakukan segala kekejaman. Sekali lagi berada di “gerbang neraka” ini dan mendengar polisi berkata bahwa aku akan “dikuliti hidup-hidup” membuatku ketakutan. Mereka telah mengambil begitu banyak barang di rumahku pada hari itu dan juga telah menangkap beberapa saudara-saudari lainnya. Tidak mungkin mereka akan melepasku dengan mudah. Maka, dalam hati aku berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhan! Aku tahu kami telah jatuh ke tangan polisi hari ini atas seizin-Mu. Aku merasa sangat lemah karena mereka semua setan-setan yang sama sekali tidak memiliki kemanusiaan, jadi aku mohon kepada-Mu untuk memberiku keberanian dan hikmat, serta memberiku kata-kata yang tepat untuk kuucapkan. Aku bersedia menjadi kesaksian bagiMu—aku sama sekali tidak akan menjadi seorang Yudas dan mengkhianati-Mu! Aku jauh lebih berharap bahwa Engkau dapat melindungi orang-orang lain yang ditangkap sehingga mereka dapat berdiri teguh melalui situasi ini. Tuhan, Engkau adalah Raja atas seluruh alam semesta, dan semua peristiwa, semua hal tunduk pada kekuasaan dan pengaturan-Mu. Aku sangat percaya bahwa selama aku benar-benar dapat bersandar kepada-Mu, Engkau pasti akan menuntun kami untuk mengatasi pengaruh gelap Iblis.” Tuhan memberiku pencerahan pada saat aku berdoa, dengan menghadirkan firman-Nya ke dalam benakku: “Kehidupan Kristus yang transenden telah muncul, tidak ada yang perlu engkau takuti. Iblis berada di bawah kaki kita dan waktu mereka terbatas. … Setialah kepada-Ku di atas segalanya, majulah dengan berani; Aku adalah batu karangmu yang teguh, andalkanlah Aku!” (“Bab 10, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”). Firman Tuhan memenuhiku dengan iman. Sungguh—Tuhan itu mahakuasa dan Iblis akan selalu dikalahkan di tangan Tuhan. Tanpa izin Tuhan, ia tidak bisa menyentuh sehelai rambut pun di kepalaku. Aku memikirkan bagaimana aku telah ditangkap berkali-kali oleh pemerintah PKT sejak aku mulai beriman; bukankah aku telah melewati tantangan ini dari waktu ke waktu di bawah perlindungan Tuhan? Aku juga berpikir tentang nabi Daniel, bagaimana dia dan tiga temannya dijebak oleh orang-orang jahat, lalu dilemparkan ke sarang singa dan dibakar di tungku api, semuanya karena mereka menjunjung tinggi nama Yahweh dan menyembah Tuhan Yahweh. Namun, mereka mendapatkan perlindungan Tuhan dan tidak terluka. Memikirkan semua ini, keberanian tiba-tiba muncul di dalam diriku dan aku merasa penuh kekuatan. Aku tahu bahwa tidak peduli bagaimana Iblis menindas atau menyakitiku, dengan Tuhan sebagai penjaga belakangku yang kuat, tak ada yang perlu kutakutkan. Aku bersedia mengandalkan imanku dan bekerja sama dengan Tuhan, untuk menjadi kesaksian bagi Tuhan di hadapan Iblis.Polisi mulai menginterogasiku keesokan paginya. Seorang petugas yang pernah menanyaiku pada beberapa kesempatan sebelumnya memelototiku, menggebrak meja dan menyalak, “Jadi, kau lagi, bangsat tua. Kau telah jatuh ke tanganku lagi. Jika kau tidak mengatakan apa yang kau ketahui kali ini, kau akan mendapat masalah serius! Ayo bicara! Dari mana asal semua orang yang tinggal di tempatmu? Siapa pemimpin gerejanya? Dari mana asal buku-buku itu? Mesin tik itu milik siapa?” Mau tak mau, aku mulai merasa gugup; petugas itu sangat kejam, sombong, dan tidak akan ragu untuk memukuli seseorang sampai mati. Aku dengan takut menundukkan kepala dan tidak mengeluarkan suara, sambil berdoa dalam hati kepada Tuhan agar menjaga hatiku. Melihat aku tidak bicara, petugas itu mulai meneriakiku. “Dasar perempuan tua, tidak ada gunanya mengancam babi mati dengan air panas!” Dia bergegas ke arahku sambil berteriak dan menendang tulang dadaku. Aku terjengkang ke belakang beberapa meter dan jatuh telentang ke lantai. Sakit sekali sampai aku tidak bisa bernapas. Tidak rela melepaskanku, dia bergegas, mengangkatku dari lantai dengan menarik pakaianku dan berkata, “Dasar bangsat tua tolol! Aku tidak akan membiarkanmu mati hari ini, tetapi aku akan memastikan hidupmu tidak layak untuk dijalani. Kau akan menjalani kehidupan yang penuh penderitaan!” Sambil mengatakan ini, dia menyodokku dengan tongkat listriknya; melihat alat itu memancarkan cahaya biru, aku merasa takut sekali. Aku diam-diam berdoa kepada Tuhan berulang-ulang, dan saat itu beberapa bagian dari firman-Nya muncul di benakku: “Engkau harus menanggung semuanya, melepaskan segala yang engkau miliki dan melakukan apa saja untuk mengikuti-Ku, membayar semua harganya demi Aku. Ini saatnya Aku akan mengujimu, akankah engkau memberikan kesetiaanmu kepada-Ku? Maukah engkau mengikuti-Ku sampai akhir dengan setia? Jangan takut; dengan dukungan-Ku, siapa yang bisa menghalangi jalan? Ingat ini! Ingat! Segala sesuatu terjadi dengan niat baik-Ku dan semuanya ada dalam pengamatan-Ku. Dapatkah semua perkataan dan perbuatanmu mengikuti firman-Ku? Ketika ujian api menimpamu, maukah engkau berlutut dan memanggil? Ataukah engkau akan menyerah, tidak dapat bergerak maju?” (“Bab 10, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”). Melalui firman Tuhan, aku tidak hanya merasa kuat dan berani, tetapi juga memahami kehendak-Nya. Ujian yang aku jalani saat itu adalah saat bagi Tuhan untuk mengujiku. Petugas itu menyiksaku secara fisik dalam upayanya membuatku mengkhianati Tuhan, tetapi kehendak Tuhan bagiku adalah agar aku mempersembahkan pengabdian dan kasihku kepada-Nya. Dia meletakkan harapan-Nya kepadaku, jadi aku tidak bisa menyerah pada daging dan tunduk pada kekuatan Iblis. Aku tahu aku harus berdiri teguh di pihak Tuhan dan memberikan kesaksian yang kuat bagi-Nya. Petugas itu menyerangku secara beringas dengan tongkatnya dan gelombang demi gelombang arus listrik menyetrum, memaksa tubuhku untuk tak bisa bergerak dan meringkuk menjadi bola. Sambil menyodokku, dia berteriak, “Ayo bicara! Kalau kau tidak bicara, aku akan menyodokmu sampai mati!” Aku menggertakkan gigiku dan tetap tidak mengatakan sepatah kata pun. Melihat ini, dia pergi dengan marah. Pada saat itu, aku benci setan gila itu sampai ke sumsum tulang belulangku. Manusia diciptakan oleh Tuhan; percaya kepada-Nya dan menyembah-Nya adalah hal benar dan pantas tanpa keraguan, tetapi PKT dengan gila menolak Tuhan, menindas dan menganiaya orang-orang percaya secara brutal, bahkan tidak mengampuniku, seorang perempuan tua berusia 60 tahun. Mereka bahkan ingin membuatku mati! Semakin besar kerusakan yang mereka lakukan kepadaku, semakin aku menggertakkan gigiku dengan kebencian dan aku bersumpah dalam hati: meskipun ini ajalku, aku akan menjadi kesaksian bagi Tuhan. Aku tidak akan menjadi pengkhianat yang menjalani kehidupan yang memalukan, mengilhami cemoohan Iblis. Petugas itu kelelahan memukuliku dan meneriakiku, sehingga, melihat aku masih tidak mau mengatakan apa-apa, salah seorang petugas mencoba membujukku: “Kau sudah setua ini—untuk apa semua ini? Beri tahu saja kami apa yang ingin kami ketahui, siapa yang memberimu barang-barang itu dan di mana orang-orang itu tinggal, lalu kami akan membawamu pulang.” Tuhan memberiku pencerahan untuk memahami tipu daya Iblis ini, jadi aku tetap tidak mengatakan apa pun. Melihat aku tidak mau membuka mulut, dia tiba-tiba berbalik memusuhi dan mulai mengancamku. “Katakan yang sebenarnya dan kau tidak akan mendapatkan hukuman yang buruk, tetapi kalau tidak, kau akan mendapatkan perlakuan yang lebih keras. Jika kau tidak bicara, kau akan mendapatkan hukuman 12 tahun dan akan dikurung selama sisa hidupmu!” Aku merasakan dengungan di kepalaku saat mendengar dia mengatakan bahwa aku akan mendapatkan hukuman 12 tahun dan berpikir, “Aku dalam kondisi fisik yang begitu buruk sehingga tidak bisa bertahan selama satu tahun, apalagi 12 tahun. Mungkin aku akan mati di penjara.” Pemikiran menghabiskan sisa hari-hariku di penjara yang suram tanpa sinar matahari membuatku sangat sedih. Apakah aku akan dapat bertahan tanpa kehidupan gereja dan makanan dari firman Tuhan? Merasa tersesat, aku berdoa dalam hati kepada Tuhan. Dia segera memberiku pencerahan, membuatku memikirkan firman dari-Nya berikut ini: “Dari segala sesuatu yang ada di alam semesta, tidak ada satu pun yang mengenainya Aku tidak mengambil keputusan yang terakhir. Apakah ada sesuatu, yang tidak berada di tangan-Ku?” (“Bab 1, Perkataan Kristus pada Awal Mulanya” dalam “Firman Menampakkan Diri dalam Rupa Manusia”). Benar sekali! Nasib manusia berada di tangan Tuhan, dan semua peristiwa dan semua hal tunduk pada kekuasaan dan pengaturan-Nya. Tanpa terkecuali, apa yang difirmankan Tuhan pasti terjadi; jika Tuhan tidak mengizinkanku masuk penjara, polisi tidak bisa apa-apa, tetapi jika Dia mengizinkannya, maka aku akan tunduk untuk masuk penjara tanpa keluhan. Petrus mampu tunduk pada penghakiman dan hajaran Tuhan, terhadap ujian dan kesengsaraan. Dia tidak punya pilihan sendiri, dan dia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan menaati pengaturan Tuhan. Pada akhirnya, dia disalibkan secara terbalik demi Tuhan—dia taat sampai mati dan menjadi garda depan kasih kepada Tuhan. Aku tahu bahwa aku perlu belajar dari teladan Petrus hari itu dan menempatkan diriku di tangan Tuhan. Meskipun itu berarti hukuman seumur hidup, aku tetap harus tunduk kepada Tuhan. Polisi akhirnya mengirimku ke pusat penahanan.Di pusat penahanan, aku merasa seperti berada di neraka yang hidup. Tidak ada jendela di dalam sel, tidak ada penerangan listrik, dan lebih dari 20 orang dijejalkan ke sebuah sel berukuran hanya 10 meter persegi. Kami harus makan, minum, dan buang hajat sepenuhnya di dalam sel. Ada genangan-genangan kecil di seluruh lantai dan ada beberapa tikar yang digulung, tetapi tidak ada selimut atau seprai. Kami semua harus berbaring di atas genangan air tersebut untuk tidur. Ada ember untuk toilet di pojok, dan nyamuk dan lalat ada di mana-mana. Bau busuknya sangat menyengat sehingga aku hampir tidak bisa bernapas; semua orang berebut mencari ruang di dekat gerbang besi agar mereka bisa mendapatkan udara melalui lubang berukuran kurang dari satu kaki. Saat itu musim panas benar-benar panas dan ada begitu banyak orang berdesakan di sel kecil itu, sehingga banyak tahanan memilih bertelanjang, tanpa mengenakan apa pun. Perkelahian sering terjadi antara tahanan karena hal-hal sepele dan mereka terus-menerus menggunakan kata-kata kotor. Makanan sehari-hari kami berupa sup tepung setengah matang dan mie tipis, dan sayuran rebus tanpa minyak atau garam sedikit pun. Selalu ada kerak yang tersisa di bagian bawah mangkuk, dan semua tahanan mengalami diare. Suatu hari saat absen, ketika kami keluar untuk mencari udara segar, aku tidak sengaja melaporkan nomor tahanan yang salah. Petugas pemasyarakatan menjadi sangat marah, berteriak “Lihat dirimu, menyedihkan sekali! Dan kau seorang yang percaya kepada Tuhan!” Dia kemudian mengambil sepatu kulitnya dan memukul wajahku dengan sepatu itu sepuluh kali, membuat wajahku lebam-lebam. Semua teman satu selku kemudian mendapat masalah karena aku, dan semuanya dipukul sepuluh kali. Wajah mereka semua juga lebam-lebam; mereka menutupi wajah mereka dan menangis kesakitan. Sejak saat itu, petugas pemasyarakatan menyuruhku mencuci seragam dan kemeja mereka, serta selimut. Salah satu penjaga papan atas mengelola sebuah penginapan dari rumahnya dan dia akan membawa semua selimut yang telah dilepas, lalu menyuruhku mencucinya, dan setelah semuanya bersih aku harus merapikan semuanya dengan tangan. Aku benar-benar kelelahan pada akhir setiap hari sehingga seluruh tubuhku nyeri dan kesakitan; aku benar-benar merasa hancur berantakan. Hanya dalam beberapa hari tanganku menjadi bengkak. Pada saat-saat ketika aku benar-benar tidak tahan dan beristirahat sejenak, sipir akan menegurku dengan kejam, jadi aku tidak punya pilihan selain tetap bekerja, sambil menangis. Ketika tiba waktunya untuk beristirahat pada malam hari, meskipun mengantuk dan lelah secara fisik, aku tetap tidak bisa tidur nyenyak. Lenganku sakit dan nyeri dan punggungku sakit sekali sampai aku tidak bisa meluruskannya. Kakiku juga mati rasa. Bahkan sampai hari ini, aku hanya bisa mengangkat tanganku empat puluh atau lima puluh derajat—aku bahkan tidak bisa meluruskannya. Aku mengalami masalah pencernaan serius karena melakukan begitu banyak kerja keras tanpa pernah bisa mendapatkan cukup makanan, menyebabkan aku sering mengalami diare. Selain itu, luka bekas pukulan oleh petugas polisi jahat itu tidak pernah sembuh sepenuhnya. Kesehatanku semakin memburuk. Belakangan, aku menderita demam ringan dan terus-menerus, dan penjaga penjara menolak memberiku perawatan. Meskipun tidak menginginkannya, aku menjadi lemah dan berpikir, “Pada usia ini, jika siksaan semacam ini terus berlanjut, aku bisa mati di sini kapan saja sekarang.” Perasaan sunyi dan tak berdaya membuncah di dalam hatiku dan dalam kepedihanku aku berdoa kepada Tuhan. “Ya Tuhan, aku lemah sekali sekarang dan tidak tahu apa kehendak-Mu. Tuhan, tolong bimbing aku agar aku bisa menjadi kesaksian bagi-Mu melalui ini dan memuaskan-Mu.” Aku berseru kepada Tuhan dari dalam hatiku berulang-ulang, dan tanpa kusadari, Tuhan memberiku pencerahan, dengan menghadirkan nyanyian dari firman Tuhan ke dalam pikiranku. Diam-diam aku menyenandungkan nyanyian ini: “Tuhan telah menjadi daging kali ini untuk melakukan pekerjaan seperti itu, untuk mengakhiri pekerjaan yang belum Dia selesaikan, untuk mengakhiri zaman ini, untuk menghakimi zaman ini, untuk menyelamatkan manusia yang sangat berdosa dari dunia penuh lautan penderitaan dan sungguh-sungguh mengubah mereka. Banyak sudah malam-malam tanpa tidur yang telah diderita Tuhan demi pekerjaan umat manusia. Dari tempat yang tinggi sampai ke kedalaman yang paling rendah, Dia telah turun ke neraka hidup tempat manusia tinggal untuk melewati hari-hari-Nya bersama manusia, tidak pernah mengeluh tentang kejorokan di antara manusia, tidak pernah mencela manusia karena ketidaktaatannya, tetapi menanggung penghinaan terbesar sementara Dia melakukan pekerjaan-Nya sendiri. Bagaimana mungkin Tuhan menjadi milik neraka? Bagaimana mungkin Dia menghabiskan hidup-Nya di neraka? Tetapi demi semua umat manusia, agar seluruh umat manusia dapat menemukan istirahat lebih cepat, Dia telah menanggung penghinaan dan menderita ketidakadilan untuk datang ke bumi, dan secara pribadi masuk ke dalam ‘neraka’ dan ‘dunia orang mati,’ ke dalam sarang harimau, untuk menyelamatkan manusia” (“Setiap Tahap Pekerjaan Tuhan adalah untuk Kehidupan Manusia” dalam “Ikuti Anak Domba dan Nyanyikan Lagu Baru”). Saat aku bersenandung terus-menerus, air mata terus bergulir di wajahku, dan aku berpikir tentang bagaimana Tuhan adalah yang tertinggi, tetapi Dia telah merendahkan diri-Nya dua kali untuk menjadi manusia, menanggung penderitaan dan penghinaan tanpa akhir untuk menyelamatkan umat manusia. Dia tidak hanya menjadi sasaran perlawanan dan kecaman umat manusia yang rusak, tetapi Dia juga mengalami penindasan dan pengejaran oleh PKT. Tuhan tidak bersalah dan penderitaan-Nya adalah agar umat manusia dapat menjalani kehidupan yang baik dan bahagia di masa depan. Rasa sakit dan penghinaan yang dialami-Nya sangat besar, tetapi Dia tidak pernah menggerutu tentang hal itu ataupun mengeluh kepada siapa pun. Kepedihan yang aku derita saat itu adalah rahmat Tuhan yang datang kepadaku, dan di balik semua itu terdapat kehendak Tuhan. Hal itu terjadi agar aku bisa benar-benar melihat esensi jahat setan-setan tersebut dan kemudian memberontak terhadap Iblis, melepaskan diri dari pengaruh gelap Iblis dan mencapai keselamatan penuh. Namun, aku belum memahami maksud baik Tuhan, menjadi negatif dan lemah setelah mengalami sedikit penderitaan. Membandingkan ini dengan kasih Tuhan, aku melihat bahwa aku sangat egois dan pemberontak. Maka, aku membulatkan tekadku bahwa betapapun pahit atau betapapun sulitnya segala sesuatu, aku akan memuaskan Tuhan dan tidak lagi melakukan apa pun untuk menyakiti-Nya. Aku bersumpah atas hidupku bahwa aku akan menjadi kesaksian bagi Tuhan. Setelah tunduk, aku melihat perbuatan Tuhan. Setelah polisi mengurungku, Tuhan menggugah hati saudariku, yang bukan orang percaya, untuk membayar denda kepada polisi sebesar 16.000 yuan serta 1.000 yuan lagi untuk kamar dan makananku, dan aku pun dibebaskan.Meskipun menderita siksaan fisik selama tiga bulan di penjara, aku telah melihat wajah sebenarnya dari kumpulan setan PKT dan penentangan mereka terhadap Tuhan. Menjalani beberapa penangkapan oleh pemerintah PKT juga memberiku beberapa pemahaman yang nyata tentang pekerjaan Tuhan, kemahakuasaan-Nya, hikmat-Nya, dan kasih-Nya. Aku melihat bahwa Tuhan mengawasiku dan melindungiku setiap saat, dan Dia tidak pernah meninggalkanku, meskipun untuk sesaat. Saat aku mengalami berbagai macam siksaan oleh setan-setan itu dan mengalami kesengsaraan, firman Tuhanlah yang menuntunku berkali-kali untuk menang atas perusakan dan penghancuran oleh Iblis, memberiku iman dan keberanian untuk mengatasi pengaruh kegelapan. Saat aku lemah dan tak berdaya, firman Tuhanlah yang segera mencerahkan dan membimbingku, bertindak sebagai pilar sejati bagiku dan menemaniku melewati hari demi hari yang tak tertahankan. Melewati penindasan dan kesulitan seperti itu telah memungkinkanku untuk mendapatkan harta kehidupan yang tidak bisa diperoleh pada masa damai dan nyaman. Melalui pengalaman ini, tekad dalam imanku telah menguat dan tidak peduli apa pun hal-hal mengerikan yang mungkin aku hadapi di masa depan, aku akan mengejar kebenaran dan kehidupan. Aku menyerahkan hatiku kepada Tuhan karena Dialah Tuhan atas ciptaan, dan Dialah satu-satunya Juruselamatku.
                                      Sumber Artikel dari "Gereja Tuhan Yang Mahakuasa"
1 note · View note
almondeyes99 · 5 years
Text
Kembali
Kau tahu? Di saat orang-orang beribadah dengan sangat khidmat menghadap sang kuasa, pikiranku justru berlarian kemana-mana tidak mau diam. Perutku tiba-tiba sangat mual seperti terdapat ribuan kupu-kupu yang siap terbang semaunya.
Mataku berat. Bukan karena mengantuk mendengar khotbah yang katanya hanya berlangsung tujuh menit justru menjelma menjadi khotbah panjang yang belum terlihat tanda berakhirnya hingga di menit 37, tapi menahan tetes-tetes air yang jika turun justru akan menimbulkan banyak pertanyaan dari ibuku yang duduk tepat disamping kiriku.
Ya, benar. Aku terjebak dalam situasi yang paling tidak diinginkan sepanjang hidupku. Tidak menginginkannya, namun aku selalu menikmati momennya. Dasar bodoh! Mau bagaimana lagi? Hanya dalam momen seperti ini tandanya kau akan kembali pulang. Bukan, bukan kembali kepadaku dan kita akan kembali pada kondisi ‘indah’ seperti sebelumnya. Lagipula sudah dipastikan kau sudah lupa bukan?
Kau tahu? Ada alasannya mengapa aku mencoba menjadi perempuan ‘sok’ tangguh seperti saat ini. Kau pikir aku tidak sedih saat semua orang mendapatkan bunga atau berpergian bersama kekasihnya, sementara aku harus cukup senang dengan membeli bunga kesukaanku kemudian memajangnya di kamar?
Kau kira aku menulis puluhan tulisan berbau feminisme itu tidak memiliki tujuan lain selain mempertahankan keadilan gender? Mungkin saat ini rasanya aku sudah menjelma bak politisi. Ya, memiliki banyak tujuan dan maksud tertentu. Bukan hanya koar-koar kemudian ‘menyalurkan’ aspirasi rakyat. Kau kira, untuk apa selama ini aku harus lelah-lelah memperjuangkan hak orang-orang jika hak ku saja belum terpenuhi?
Tapi kau pasti sudah tahu jawabannya bukan? Sama seperti tulisan ini yang sengaja dibuat di akun pribadi tanpa banyak orang yang tahu karena ini sangat super rahasia tapi aku sengaja memamerkannya di akun sosial mediaku agar kau paham dan cepat melihatnya, namun pada akhirnya terbengkalai dan kau tidak pernah tau dan mau membacanya. Ya, semua topeng ‘sok’ kuat itu hanya terbengkalai dan kau tidak peduli.
Ya, benar lagi. Karena mau sekuat apapun aku sekarang dan nanti, bagi kau bukan aku wanita kuatnya.
Ah bodoh. Aku sudah berjanji untuk tidak menulis apapun itu tentang kau. Tapi jujur saja, tidak ada satu haripun aku tidak merindukan kau.
1 note · View note
bungapusparani · 2 years
Text
Dear myself,
Pagi ini kebangun dan tiba - tiba keinget sama kejadian mungkin sekitar 14 tahun lalu. Waktu itu aku masih SMP dan dulu di sekolahku ada semacam kelas dari ibu yang punya yayasan sekolah dimana tiap bulan kalo ga salah beliau kumpulin murid seangkatan buat denger khotbah atau motivasi gitu. Namanya Bu Listy. Beliau baik banget sama murid - murid. Terus suatu ketika di kelas Bu Listy, beliau kasih kita cerita tentang anak perempuan yang tadinya yatim piatu dan ga punya rumah terus diadopsi sama keluarga yang baik dan jadi baik juga hidupnya. Jujur udah agak lupa juga persisnya gimana ceritanya pokoknya si anak ini kaya diselamatkan gitu sama satu keluarga. Nah terus Bu Listy kasih kita tugas, kita disuruh lanjutin cerita menurut kita sendiri apa yang bakal terjadi kalo keluarga itu ga ketemu sama anak itu.
Pas kelas berikutnya Bu Listy udah selesai bacain satu - satu cerita anak itu versi kita masing - masiang. Terus tiba - tiba aku dipanggil buat maju kedepan. Disitu Bu Listy bilang kalo cetita aku beda sendiri. Entah gimana cerita punya aku satu - satunya yang happy ending. Di cerita aku si anak ini memang sempet kehilangan arah karena sendirian tapi akhirnya dia sampai di satu Gereja dan diterima disana.
Dari cerita aku sendiri itu aku jadi sadar kalo dulu aku selalu percaya kalo Yesus pasti punya jalan buat anak - anaknya kembali ke Dia. Dan aku cuma harus sabar dan percaya kalo Tuhan pasti akan tolong supaya aku bisa datang dan duduk di kaki-Nya.
0 notes
samkamuh · 3 years
Text
Tumblr media
Bolehkah orang Kristen memakai cincin kawin?
Anda akan terkejut mengetahui bahwa 150 tahun yang lalu, kebanyakan orang Kristen Protestan tidak memakai perhiasan sama sekali, termasuk cincin kawin. Penggunaan cincin ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Babel kuno
bahkan sebelumnya, saat perempuan dibeli sebagai budak. Jika dia tidak perawan, mereka akan memasangkan cincin di jarinya. Hal ini juga dipraktekkan juga pada masa Roma Kafir.
Tentu banyak orang Kristen yang tulus yang mengenakan cincin kawin akan berada di surga, tetapi tidak ada dalam Alkitab yang mendukung gagasan memakai simbol cincin ini sebagai tanda pernikahan. Anda mungkin mendengar banyak macam khotbah euforia tentang bagaimana cincin itu mewakili "lingkaran cinta abadi", tetapi itu semua dibuat oleh manusia.
Begitu orang Kristen berkompromi dengan tradisi manusia dan membuat konsesi untuk memakai perhiasan, maka tidak akan ada akhir yang nyata untuk praktek semacam hal itu. Apa yang saya temukan sebagai seorang pendeta adalah bahwa begitu sebuah lubang kecil muncul pada bendungan, bendungan itu pada akhirnya akan pecah. Hari ini, orang-orang yang mengaku Kristen menusuk dan menggantung banyak mineral di seluruh tubuh mereka. Saya tidak percaya Tuhan ingin kita melakukan itu; itu hanya kebiasaan lain untuk membuat Anda membeli barang yang sebenarnya tidak Anda butuhkan.
Karena kita bergumul dengan dosa dan pencobaan, sekarang bukan waktunya untuk memuliakan lahiriah kita. Tujuan tertinggi orang Kristen adalah untuk menarik perhatian kepada Kristus, bukan kepada diri sendiri. Menghias tubuh kita yang fana dengan permata yang berkilauan biasanya muncul dari kesombongan, yang sangat bertentangan dengan semangat dan prinsip Yesus. “Siapa meninggikan dirinya akan direndahkan, dan siapa merendahkan diri akan ditinggikan” (Matius 23:12).
Pemakaian cincin kawin telah menjadi tradisi yang diterima secara luas. Tetapi jika para pencari Tuhan yang tulus mempelajari topik ini dan merasa yakin untuk melepaskan semua perhiasan dari tubuh mereka, Tuhan akan memberi mereka rahmat untuk mengikuti-Nya di atas tradisi populer manusia. “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri” (Markus 7:9).
1 Timotius 2:9
Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal.
Doug Batchelor
0 notes
oyamindo · 3 years
Photo
Tumblr media
Menarik sekali khotbah Pastor Moses hari ini tentang 2 sikap manusia dalam menyambut paskah. Ada 2 tokoh yang jadi contoh yakni perempuan di Betania yang mengurapi Yesus dengan minyak mahal&Yudas Iskariot yang mengkritik perempuan itu. Bagi Yudas lebih baik minyak mahal itu dijual&uangnya dibagikan kepada orang miskin. Sementara Yesus menanggapinya bahwa urapan minyak itu adalah sikap perbuatan baik meski perempuan itu dianggap lacur. Dalam perjalanan cerita sengsara Yesus diketahui bahwa Yudas yang mengkhianati Yesus. Jadi ada 2 makna yang bisa diambil yakni tentang hidup yang murah, mudah jatuh dalam dosa&hidup yang mahal dengan bertolak ke sisi dalam diri manusia untuk bertobat. Selamat memasuki pekan suci. Jadilah pembawa damai. Datang dengan niat baik dari lubuk hati terdalam menjadi berkat bagi sesama, bukan pembawa kutuk&binasa. https://www.instagram.com/p/CM9cAClHB031BD_GPDFd0OzAQSX5WzFPegU7ZU0/?igshid=rxa8ig270l3u
0 notes
enidefitrianiz · 7 years
Text
Pernikahan Idaman
Bismillah.
Setelah membaca beberapa buku tentang pernikahan, sebut saja “Bahagia Merayakan Cinta”-nya Ustadz Salim A. Fillah, “Kado Pernikahanku”-nya Ust. Fauzil Adhim, “Wonderfull Wife”- nya Ust. Cahyadi, “Mahkota Pengantin”-nya Majdi bin Manshur hingga “Psikologi Suami Istri”-nya Dr. Thariq Kamal An-Nu'aim (walaupun belum ada satu bukupun yang dibaca sampe khatam, wkwkwk), aku jadi punya gambaran tentang pernikahan idaman. Berdasarkan buku-buku tersebut, pernikahan idaman adalah pernikahan yang barokah. Yang didalamnya banyak mengundang keberkahan, tidak hanya bagi sepasang pengantin yang seterusnya akan jadi sepasang suami-istri, tapi juga bagi keluarga, anak dan keturunannya. Lihatlah, pernikahan barokah antara Rasulullah Saw dengan Ibunda Siti Khadijah ra. Pernikahan mereka melahirkan Siti Fatimah Az-Zahra ra yang menjadi penghulu para wanita di Syurga. Kemudian dari Siti Fatimah ra pula dilahirkan para shalihin yang berperan dalam menengakkan kalimat tauhid di atas bumi ini. Allahu Akbar!
Semua orang pasti menginginkan pernikahan yang seperti itu, bukan? Tapi, jangan dibayangkan pernikahan yang barokah adalah pernikahan ala serial teenlit atau drama korea bahkan film india yang setelah menikah mereka mempunyai anak yang lucu-lucu dan bahagia selama-lamanya. Bukan. Maaf, cerita seperti itu hanya fiktif belaka. Pernikahan yang barokah adalah pernikahan yang senantiasa menjadikan ridho Allah diatas segalanya. Ketika memperoleh nikmat mereka bersyukur, jika dianugerahi musibah mereka bersabar. Dan keduanya menjadi jalan kebaikan bagi mereka. Oleh sebab itu, doa pernikahan yang disunnahkan oleh Rasulullah saw adalah “Barakallahu Laka, wa Baroka ‘alaika wajama'a baynakuma fii khoir”. Semoga Allah memberi keberkahan pada kalian, dan semoga Allah memberi keberkahan atas kalian, dan semoga kalian berdua dihimpunkan dalam kebaikan. Beda antara “kepada” dan “atas”, kata Ust. Salim. Kepada mengandung arti sesuatu yang diinginkan sedangkan atas adalah sesuatu yang kurang diinginkan (mohon maaf, jika kurang maksimal dalam penyaduran ini). Yang pertama, adalah diberikan sesuatu yang berupa kebaikan (dalam pandangan manusia) seperti kesehatan, kelapangan rezeki, anak yang sholeh sholehah, keluarga yang harmonis, dst. Sedangkan yang kedua, adalah dianugerahi sesuatu berupa keburukan (dalam pandangan manusia, sungguh Allah lebih mengetahui hikmah ditakdirkannya sesuatu itu terjadi) seperti sakit, kecelakaan, kesempitan rezeki, dst. Sehingga, apapun episode kehidupan yang ditemui dalam pernikahan: senang-sedih, duka-bahagia, tawa-tangis, lapang-sempit, barokah Allah selalu menaungi. Aamiin Allahumma Aamiin.
Nah, gimana cara mengundang keberkahan dalam pernikahan? Check it out!!! :D
Poin utama adalah pilih pasangannya dulu. Untuk menjalani pernikahan kita butuh teman, jadi pilih dulu temennya. Nah, kriteria dalam memilih pasangan adalah yang baik agamanya. Usahakan tidak memilih berdasarkan ketampanan, kekayaan dan kedudukan. Karena jika itu dilakukan akan mengundang banyak mudhorat. Tapi, kalo Allah ngasihnya yang sholeh, tampan, kaya, nggak nolak kok, yaa Allah. Beneran. Nggak nolak! Hehehe
Jangan lupa selalu libatkan Allah dalam setiap langkah. Istikhoroh. Minta Allah pilihkan yang terbaik. Jika jalan menuju pernikahan rasanya selalu dipermudah, artinya Allah ridho. Namun, jika ada halangan, berarti Allah berikan yang terbaik. Tetaplah berprasangka baik padaNya. :)
Selain baik agamanya, harus ada kesamaan visi misi pernikahan antara kamu dan tuan baik yang datang tersebut. Ibarat sedang menunggu kapal di dermaga, jika yang datang sesuai dengan tujuan maka kamu akan ikut naik ke atas kapal tersebut, tapi jika yang datang adalah kapal yang mempunyai tujuan yang berbeda dengan tujuan kamu, nggak mungkin kan kamu naik ke atas kapal itu juga? Ya nggak akan sampe. Capek deh! Hehehe
Selanjutnya, jika agama baik, visi misi sama, dan hati udah “klik”, segerakanlah khitbah, akad, walimah, berumah tangga, hingga bersama ke syurga. Aamiin ya Allah.
Dalam prosesi menuju akad dan walimah, ada beberapa poin yang harus diperhatikan dan selanjutnya tulisan ini akan bersifat subjektif, karena akan berisi impian walimah penulis.. wkwkwk
1. Ringan maharnya. Sebaik-baik wanita adalah yang ringan maharnya (hadist). Jadi, kalo mau pernikahan kita dinaungi keberkahan yang berlapis lapis (berapa lapis? Ratusan! *eh iklan *ups!), ringankan maharnya. Nanti kalo ditanya, “Neng, mau mahar apa?” Aku sih udah nyiapin jawaban, “Tafadhol kang, asal tidak memberatkan” sambil lempar senyum simpul malu malu terus nunduk *eh *ehh :p *kabuuuur* (eh nggak ding, balik lagi buat ngelarin tulisan ini, :D)
2. Akad nikah di mesjid. Kenapa mesti di mesjid? Agar didoakan sama malaikat. Kebayang dong, pernikahan kita didoakan sama malaikat? In syaa Allah dihujani berkah. Aamiin
3. Akadnya dilaksanakan pas waktu dhuha di hari jum'at. Jum'at adalah penghulu hari, in syaa Allah bisa mengundang keberkahan. Trus, kenapa harus waktu dhuha bukan ba'da dzuhur atau ashar seperti kebanyakan resepsi akad di kalangan masyarakat? Biasanya kalo akadnya ba'da dzuhur, pasti mentok pas ashar. Eh, nanti tetamunya pada terhalang buat solat ashar tepat waktu. Trus, acara akad yang harusnya jadi momen terucapnya perjanjian suci jadi penyebab maksiat kepadaNya. Astaghfirullah. Semoga Allah jauhkan pernikahan kita dari kejadian seperti itu. Aamiin. Kalo waktu dhuha kan, waktunya lebih panjang dan mau tidak mau, acara akad dan ramah tamahnya harus selesai sebelum jum'atan. Jadi waktunya bisa lebih dimanfaatkan dengan baik. Atau kalau akadnya dimesjid, ramah tamahnya setelah jum'atan di rumah pengantin ♥
4. Khutbah nikah dengan bahasa indonesia. Agar pesannya bisa langsung diterima oleh pengantin dan para tetamu. Kenapa harus bahasa indonesia? Soalnya aku pernah dengerin khutbah nikah pake bahasa arab. Duh, ndak mudeng. Khatibnya sibuk baca khotbah, tamunya sibuk sendiri, pengantinnya bengong plus deg deg an. Kan kalo pake bahasa indonesia, yang denger jadi nambah ilmu, kalo udah nambah ilmu in syaa Allah jadi nambah amal, in syaa Allah jadi jalan ibadah. Aamiin.
5. Dihadiri oleh para orang shalih, ulama, para penghafal qur'an serta anak yatim. Nah, ini. Pengen banget yang jadi saksi pernikahanku nanti adalah para shalihin dan orang orang yang doanya mustajab. In syaa Allah, dengan kehadiran mereka dan doa mereka akan mengundang keberkahan.
6. Riasan sederhana. Tidak terlalu berlebih-lebihan. Sederhana saja. Sesuai syariat. Yang perlu dijadikan catatan adalah, jaga wudhu. Perbanyak dzikir selama dandan hingga akad terucap… :) :) :)
7. Sebelum akad, aku pengen buat khatmil qur'an via whatsapp aja. Minta bantuan temen temen untuk khatam qur'an sejak sehari sebelum akad hingga satu jam sebelum akad. In syaa Allah, Allah akan limpahkan keberkahan yang banyak.
8. Malam sebelum akad, minta maaf sama orang tua. Minta restu dan ridho mereka. Jangan lupa untuk sholat tahajud dan istikhoroh jugaa :)
Nah, lanjut ke prosesi walimah.
9. Sederhanalah dalam walimah. Minimalisir kemubaziran. Pengennya pas walimah nanti ngga ada panggung. Kalopun ada panggung, yang sederhana aja. Nggak mau buang-buang budget untuk dekorasi mewah. Toh, hanya sekedar dekorasi. Lebih baik dialihkan untuk konsumsi. Banyakin konsumsi. Biar para tamu makannya kenyang. Pengennya, pengantin ikut melayani tamu dan berbincang akrab. Sesekali menjamu berdua, atau sendiri-sendiri. Lebih akrab. Lebih memuliakan tamu rasanya.
10. Syar'i. Terpisah antara tamu laki-laki dan tamu perempuan. Yaa Allah, mudahkan agar ini terwujud. Aamiin.
11. Tidak ada kotak uang. Walimah niatnya ingin mengumumkan pernikahan dan meminta doa restu. Tidak mengharapkan bantuan dari orang lain. Apa yang sudah dikeluarkan, diniatkan sebagai sedekah.
12. Tidak ada musik, yang ada hanya sholawatan
13. Aktivitas malam sebelum akad sampe walimah. Tidak ada aktivitas kemaksiatan seperti permainan domino, catur, atau lain sebagainya yang biasa dilakukan oleh masyarakat sekitarku. Yaa allah mudahkan untuk diskusi tentang ini dengan ayah. Lembutkan hatinya agar mengizinkan. Aamiin.
Intinya, persiapkan ruhiyah. Dekatkan diri ke Allah. Banyakin dzikir. Jaga wudhu.
Sama satu lagi, yang terpenting adalah proses menuju akad. Usahakan menyucikan segala proses menuju laad. Jangan ada komunikasi. Jangan baper2an. Jangan kode2an. Sabar aja. Nanti juga ada saatnya kamu digodai dan menggoda sidia (dalam ikatan yang halal dong tentunya). Berpahala lagi. Jadi, sabar aja. Sebentar lagi kok. Ingat!!!! Sucikan segala prosenya!!! Jangan sampai merasakan mawaddah sebelum waktunya!!!
17 notes · View notes
mastur6asi-blog · 5 years
Text
Halah #KitaAgni dulu kemana aja sist?
Tumblr media
Saat kasus Agni Mahasiswi UGM yang di perkosa oleh salah satu teman kampusnya saat sedang melakukan kegiatan KKN di pulau seram, maluku. Tagar #KitaAgni ramai muncul di social media. Salah satu teman saya juga ikut membagikan tagar tersebut. Lucu. Seorang teman yang notabenenya pernah berbicara di depan muka saya "kamu sih mabok, makanya di perkosa deh"
Beberapa tahun yang lalu, malam minggu di sebuah kosan teman laki-laki. Saya meminum minuman alkohol berdua dengan salah seorang teman kampus saya (ya dia laki-laki) malam itu kami berdua ngobrol ngalor-ngidul soal kehidupan kampus yang baru saja kami jalani, hari semakin malam dan minuman yang saya dan dia beli sudah habis. Saat itu saya ingin pamit pulang tapi diluar hujan keras, dan saya akui saya memang bukan seorang perempuan yang punya tingkat insecure tinggi. Saat itu saya berpikir seseorang yang sedang minum bersama saya adalah seorang "teman". Teman yang seharusnya saling menjaga&mendengar satu sama lain, naif memang tapi sungguh saya tidak pernah menyangka kalau malam itu ia akan melucuti baju dan celana saya satu persatu sementara saya tertidur dan bangun dalam keadaan menangis juga kaget.
Selanjutnya, saat kejadian itu terjadi saya menjalani hari dengan "mencoba" senormal mungkin, saya ingin sekali cerita kepada salah satu teman tapi melihat lingkungan saya yang masih berpegang teguh pada sistem patriarki. Saya hanya mendapatkan victim blaming secara terus-menerus. Kekerasan seksual yang saya alami persis seperti pribahasa; sudah jatuh dari tangga tertimpa pula. Sampai sekarang saya masih ingat bagaimana desas-desus kabar itu hanya menjadi angin lalu dan banyak sekali teman yang mulai mencomooh saya. Mereka di belakang saya menceritakan bagaimana liarnya saya yang waktu itu mau-mau saja minum berdua dengan lelaki. Lambat laun saya mulai tidak tahan. Saya benar-benar menyesal dengan diri saya sendiri, saya merasa tidak becus untuk menjaga diri saya. Tapi semakin banyak artikel dan buku yang saya baca, saya mencoba untuk bangkit dari keterpurukan tersebut.
Bulan berganti tahun pun demikian, setahun setelah kejadiaan itu saya masih menjadi orang asing untuk diri saya sendiri. Saya mencoba sebisa mungkin untuk meyakini diri saya bahwa kasus pemerkosaan yang terjadi bukan lah salah saya, sampai di saat-saat saya mencoba untuk bangkit. Salah seorang teman memberanikan diri untuk bertanya tentang kasus tersebut, yang membuat saya kaget ia juga menyatakan bahwa laki-laki tersebut
sebenarnya menyimpan salah satu foto bagian tubuh saya saat saya sedang tidur (diperkosa) oleh dia. Betapa hancur hati saya saat itu, saya yang saat itu sedang mencoba untuk membangun kembali rasa percaya diri saya. Saya yang mencari alasan terus- menerus mengapa saya yang di salahkan? Saya yang tidak habis pikir bagimana bisa perempuan menyudutkan perempuan lain hanya karena iya meminum alkohol bersama seorang teman laki-laki.
Di tulisan ini, saya ingin mengeluarkan semua suara  yang  selama  ini saya  bungkam! Saya masih ingat dengan persis, salah satu teman laki-laki saya berkata bahwa saya tidak seharusnya mengupdate hal-hal mengenai feminisme. Seperti contoh keperawanan, LGBTQ dan lain-lain. Teman saya bilang seharusnya saya tidak mengupdate seperti itu di social media karena hanya akan menggiring opini seseorang tentang saya, ia khawatir apabila ada orang yang berpikiran jelek tentang saya. Untuk beberapa hari saya mulai termakan oleh omongannya, tapi semakin saya membaca berita tentang para perempuan yang mengalami kekerasan seksual, tentang masyarakat minoritas yakni LGBTQ yang di persekusi secara tidak manusiawi dan permasalahan perempuan yang lain. Saya geram!!! Saya marah!!! Tapi saya tidak tahu harus marah ke siapa!!! 
Apa saya harus marah kepada Tuhan? Marah karena saya dan para perempuan diciptakan dengan selaput yang dinilai oleh  masyarakat  "kalau udah  jebol,  udah ga  suci. Jijik!" Apa saya harus marah kepada pemerintah? Marah karena Undang-Undang yang dibuat hanya berpihak pada mereka yang berlibido tinggi dan tidak becus mengatur nafsunya sendiri.
Apa saya harus marah ke pihak berwenang? Marah karena jikalau saya melaporkan mereka malah bertanya "kamu pake baju apa waktu itu?"
Apa saya harus marah kepada kedua orang tua? Marah karena sedari kecil mereka tidak mengajarkan tentang pendidikan organ reproduksi&seks. 
Apa saya harus marah kepada pemuka agama? Marah karena sayup-sayup saya dengar mereka khotbah sambil menyamakan perempuan dengan bungkus permen yang terbungkus rapih akan lebih dipilih.
Apa saya harus marah terhadap teman-teman saya? Mereka yang menyudutkan saya dan tetap berteman dengan pelaku yang kini menjalani hidupnya dengan baik-baik saja
Saya harus marah ke siapa? Mengadu ke mana?
Menyalahkan apa? 
Kalau kalian menjawab; dirimu sendiri lah! Selamat, kalian telah menjadi bagian dari sistem victim blaming nan bangsat! Yang sudah lama mengakar kuat sebelum ada #KitaAgni #KitaIni #KitaItu
0 notes
joyfulltsl · 7 years
Text
Happy Sunday
Hari ini gw pengen nge-share film rohani yang gw baru nonton kemaren. Awalnya, gw nemu film ini di instagram temen gw dan gw jadi sadar kalo nge-stalk ig orang ada gunanya juga ya hahaha. Kembali ke topik, kemaren gw nonton film yang judulnya “I’m Not Ashamed.” Film ini diangkat dari kisah nyata seorang perempuan remaja yang hidup sungguh-sungguh dalam Tuhan dan mengungkapkan identitasnya itu ke temen-temen SMAnya terus dia memberitakan tentang Tuhan ke temen-temennya. Akhir hidupnya, ia mati bersama 12 orang lainnya. Matinya ditembak 2 orang temen sekolahannya yang saat itu nembak-nembakin SMA tempat dia sekolah di hari lahirnya Hitler. Gw bukan mau fokus ke gimana cara remaja bernama Rachel Joy Scott ini meninggal, tetapi lebih ke apa yang ia udah lakukan untuk pekerjaan Tuhan sejak ia masih muda, di mana saat itu dia berumur 17 tahun.
Singkatnya, film ini menceritakan kehidupan Rachel yang mengikuti arus dunia dengan hangout bareng temen-temennya yang ngerokok, minum-minuman keras, dll. Meskipun Rachel gak ngikutin temennya untuk ngerokok, minum-minuman keras, dsb tetapi ia merasakan kehampaan dalam hidupnya dan merasa jauh dari Tuhan. Lalu, ia bertobat dan bener-bener ngambil keputusan dan berkomitmen untuk ikut Yesus dengan sepenuhnya. Ia menceritakan kekristenannya itu kepada temen-temennya di sekolah dan ia membagikan kasih, pengampunan, dan kebaikan kepada teman-temannya di sekolah. Pastinya ngelakuin semua itu bukanlah hal yang mudah karena ia diejek dan dijauhi oleh temen-temennya di sekolah, tetapi ia tahu bahwa di dunia ini ia harus memikul salib. Rachel Joy bertekad bahwa ia akan mengubah dunia dengan betul-betul melakukan action di sekolahnya saat ia masih sangat muda, di umurnya yang ke 16 sampai 17 tahun. Ini hanya sebagian kecil dari kisah Rachel, selengkapnya kalian bisa lihat melalui film I’m Not Ashamed, bahkan biografinya ada di wikipedia. Semasa hidupnya, Rachel telah mengubah kehidupan temen-temennya dengan nunjukin kebaikan, pengampunan, dan kasih, bahkan setelah ia meninggal pun kisah hidupnya menginspirasi banyak orang di dunia ini. Semua kata-kata dan action yang ia lakukan untuk mengubah dunia tidaklah sia-sia dan gw yakin banget yang Rachel lakukan di masa mudanya itu sangat menyenangkan hati Tuhan.
Habis gw nonton dan baca kisah Rachel Joy Scott yang luar biasa ini, gw jadi inget satu khotbah Ps. Philip Mantofa yang berbicara tentang anak muda. Dalam khotbah itu, gw nangkep poin yang paling penting adalah bahwa di sorga sudah tidak ada iman dan tidak ada penginjilan. Iman adalah percaya meskipun tidak melihat (secara mata jasmani), di sorga tentunya kita sudah bertemu dengan Tuhan secara langsung dan pastinya semua orang akan menjadi percaya, maka tidak akan ada lagi iman. Penginjilan pun tidak ada, sebab semua yang masuk sorga tentunya sudah percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan mengakui serta yakin sekali bahwa Tuhan adalah Juruselamat. Kalo dikaitin kita bisa nangkep dua poin ini:
Dari masa muda kita, yuk percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus. Punya iman yang kuat dalam Tuhan, iman yang tidak mudah tergoyahkan oleh apapun yang ada di dunia ini. Bagi temen-temen yang belum percaya kepada Tuhan Yesus, gw berdoa agar saat ini juga mata, hati, dan pikiran kalian bisa dibukakan oleh Tuhan Yesus sendiri. Buat temen-temen yang udah percaya kepada Yesus, yuk kita tingkatin lagi kepercayaan kita, iman kita kepada Tuhan. Mungkin pikiran dan logika kita menghalangi kita, mungkin keluarga kita yang menjadi batu sandungan kita, mungkin temen-temen kita yang menarik kita menjauh dari kepercayaan kita, atau mungkin masalah-masalah dalam hidup ini yang kita jadikan sebagai penghalang kita. Percayalah guys, iman kita kepada Tuhan Yesus gak bakalan sia-sia, semua yang kita hadapi di dunia yang fana ini hanya sementara dan nantinya kita bakal mendapatkan hidup kekal bersama-Nya dan di dalam-Nya. Tuhan udah nebus semua dosa-dosa kita, Dia udah menyelamatkan kita, yuk semakin percaya lagi kepada-Nya!
Yohanes 20:29 : “.... Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”
Setelah kita mempunyai iman di dalam Yesus, hidup kita makin diubahkan dan makin serupa dengan gambaran-Nya. Gak mau dong kalo cuma kita yang ngerasain Tuhan, gak mau dong kalo cuma kita yang tahu siapa itu Yesus, juga kita sebagai prajurit-Nya udah dikasih tanggung jawab (kewajiban) untuk menyebarkan Injil, memberitakan kabar keselamatan, memberitakan bahwa Yesus adalah Tuhan ke semua orang di muka bumi ini. Maka dari itu, kita selanjutnya harus melakukan penginjilan. Menurut gw gak usah muluk-muluk deh, kita bisa ngambil contoh dari kisah Rachel Joy Scott. Di masa mudanya, ia bisa nunjukin Yesus kepada temen-temennya dengan cara menunjukkan kasih, menunjukkan pengampunan, menunjukkan kebaikan dan perhatian kepada temen-temen sekolahannya. Dia juga gak malu menceritakan ke temen-temennya bahwa dia seorang kristen, dia membagi kisah hidupnya yang diubahkan Tuhan, dan dia mau mengubah dunia. Mulai dari ngelakuin hal-hal itu, temen-temennya mulai diubahkan dan menjadi mau mengenal Pribadi yang dikenal oleh Rachel, yaitu Tuhan Yesus. Menurut gw itu adalah penginjilan. Jadi, yuk kita makin nunjukin kasih yang kita udah rasakan dari Tuhan kepada teman-teman kita, sehingga mereka juga bisa merasakan kasih yang sama dengan yang kita rasakan, dan kita bersama-sama menjadi agent of change. Karena perubahan tidak akan terjadi tanpa ada yang memulainya.
Matius 28:19 : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku....”
2 notes · View notes
saatrenungan · 3 years
Video
youtube
Kasih itu (Tidak) Ada Habisnya……
“Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” - 1 Yohanes 4:18
Film End of the Spear mengisahkan mengenai Operasi Auca pada tahun 1956, yang dilakukan oleh 5 misionaris Kristen untuk mewartakan injil kepada suku waodani, di hutan Amazon Ekuador . Pertama, para misionaris berusaha mengetahui dimana suku Waodani berdiam, karena mereka nomaden (suka berpindah-pindah) dan letak desanya pun agak tersembunyi. Nate seringkali menerbangkan pesawatnya sepanjang sungai Amazon, berharap ada tanda-tanda keberadaan suku Waodani. Sampai suatu hari, dia melihat ada 1 orang suku Waodani yang mengintainya dari balik pohon. Disana Nate tahu bahwa kemungkinan besar desa suku Waodani terletak disekitar sungai Amazon.
Pulang dengan hati yang begitu gembira, Nate menceritakan hal ini kepada teman-temannya. Mereka sepakat untuk membuat kontak dengan suku Waodani dengan cara mengirimkan makanan, minuman, dan pakaian sebagai wujud persahabatan/ niat baik mereka, dan niat baik mereka disambut oleh kepala suku waodani bernama mincayani  yang memberi souvenir ‘seekor burung nuri’ yang ditaruh dalam keranjang yang diturunkan dari pesawat, dan akhirnya mereka sepakat untuk bertemu dengan suku waodani.
Kepergian salah seorang dari missionaris (Nate) menuju ke lokasi tinggal dari suku Waodani membuat anak Nate (Steve) sangat kawatir, ia bertanya kepada ayahnya apa yang akan kau perbuat jika Waodani hendak membunuhmu? Apakau kamu akan menembak mereka? Nate, ayahnya menjawab pertanyaan anaknya dengan sangat mengharukan sekali “Son, we can’t shoot the Waodani, they’re not ready for Heaven, but we are!”.
5 misionaris akhirnya mendarat di perkampungan waodani dan diterima dengan baik, tapi sayang, kejadian ini tidak berlangsung lama, karena kemudian terjadi ‘misunderstanding’ akibat hasutan dari salah seorang suku Waodani yang mengatakan bahwa ‘para bule’ ini sebenarnya datang untuk membunuh orang-orang Waodani dan berakibat fatal menyulut kemarahan Mincayani membunuhi 5 misionaris yang tidak mengerti mengapa mereka tiba-tiba diserang secara brutal. Nate, pada detik akhir kematiannya sempat mengucapkan kalimat dalam bahasa Waodani : “I’m your sincere friend”, mendengar ucapan ini Mincayani menjadi gundah, bagaimana bisa seorang yang sudah ia tusuk dengan tombak, yang semestinya marah padanya, justru mengatakan kalimat seperti itu diakhir ajalnya?. Namun kegundahan ini ia simpan sendiri. Ia kemudian menemukan foto keluarga Nate dan foto Steve kecil, dan beberapa souvenir lain diantaranya ‘replika pesawat itu yang terbuat dari kayu’ dan ia menyimpannya
Pembantaian mereka menimbulkan efek yang sangat dramatis. Foto-foto yang penuh sensasi tentang pembantaian itu menghiasi majalah Life dan Time dan siapa menyangka ternyata pengorbanan kelima misionaris itu membuahkan sesuatu sesuai janji firman Tuhan bahwa “setiap benih yang jatuh dan mati pasti akan menghasilkan banyak buah. (Yoh 12:24-25). Kabar kematian ini jelas membuat shock dan kesedihan yang mendalam dari keluarga dan rekan-rekan namun para janda misionaris dan Rachel, adik Nate, malah justru bertekat menjadi penerus jalan misi yang sudah dibuka oleh ke 5 martir itu, Keputusan ini bisa dikatakan berani sekali. Sekalipun suku Waodani dikatakan tidak pernah membunuh wanita dan anak-anak, tapi untuk pergi tinggal menetap bersama orang-orang yang sudah membunuh suami mereka, sungguh hanya kekuatan dari Tuhan'lah yang sanggup menguatkan para istri misionaris tersebut untuk membuat keputusan berani seperti itu.
Didunia nyata kita sering mendengar “eye for an eye” dan “mengutuk” tindakan segala tindakan biadab dan melancarkan tindakan balasan untuk balas dendam dimana istilah pengampunan tidak ada dalam kamus duniawi, tetapi cara pandang Tuhan dan anak-anak-Nya sangatlah berbeda. Landasan utama iman Kristiani adalah pengampunan dan kasih bahkan Steve menceritakan bahwa setelah ayah dan teman-temannya mati, ibunya terus mendoakan orang-orang yang telah membunuh mereka.
Para misionaris perempuan itu dengan segera melakukan pelayanan kesehatan, dan pemberian pendidikan sederhana kepada suku Waodani. Tak ada dendam, karena para perempuan yang cinta Tuhan itu telah memahami dan sadar betul, bahwa nyawa menjadi taruhan demi hadirnya Kerajaan Allah. Keberadaan kelompok misionaris perempuan itu, dirasakan manfaatnya oleh suku Waodani, terutama saat terjadi wabah ‘pneumonia’. Mereka dengan tak kenal lelah melayani orang-orang yang sakit, mendatangkan obat-obatan, memberikan pengobatan dan merawat. Begitulah seterusnya. Pelayanan misi tidak selalu harus diawali dengan rentetan ayat-ayat Alkitab dan khotbah-khotbah yang diucapkan, namun atas perbuatan kasih yang tampak dan terasa itulah, suku Waodani dapat melihat Tuhan yang sunguh-sungguh ada dalam kehidupan para saksi-saksi Kristus itu. Dan suatu hasil besar dituai, bahwa pelayanan kasih, dan teladan kasih yang ditampakkan menularkan benih-benih kasih diantara Waodani, dan kasih itu telah mengakhiri cycle balas-dendam antar kelompok didalam suku Waodani, yang saling bunuh-membunuh di sepanjang sejarah Waodani.
Film ini menceritakan bagai mana para misionaris ini rela mati demi mewartakan kasih kepada sesama manusia bahkan memaafkan pembunuh suami dan ayah mereka.. luar biasa…. amazing……meskipun tak ada simbol kekristenan di film ini, tidak ada tanda salib, gedung gereja ataupun penunjukkan Alkitab dan pengucapan ayat-ayat Alkitab namun para missionaris ini telah memberikan teladan kasih tanpa kesan menggurui, kasih yang jelas tampak terwujud membuat suku yang paling biadab pun akhirnya berbalik dan mengikuti jalan keselamatan Kristus seperti tertulis di firman “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin” - Mat 19;26
Doa : “Ya Bapa, ampuni mereka yang menganiaya hamba-hamba-Mu, tetapi biarlah belas kasihan-Mu menjamah dan menyelamatkan mereka. Amin.”
3 notes · View notes
Text
Bagaimana Kita Bisa Ikut Berpesta di Perjamuan Kawin Anak Domba?
Tumblr media
Bagaimana Kita Bisa Ikut Berpesta di Perjamuan Kawin Anak Domba?
                                                    Oleh Li Min
Tercatat dalam Wahyu 19:9: "Dan ia berkata kepadaku, Tulislah ini, Diberkatilah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba. Dan ia berkata kepadaku, Inilah kata-kata yang benar dari Tuhan."
Sebagai orang Kristen, kita semua tahu bahwa ketika Tuhan Yesus datang kembali pada akhir zaman, semua orang yang dapat menerima Tuhan dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba adalah gadis-gadis bijaksana; yang diberkati; mereka yang memiliki harapan untuk diangkat naik ke dalam kerajaan surga. Gadis-gadis bodoh, karena mereka gagal ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba, menjadi orang-orang yang ditolak oleh Tuhan, dan akhirnya tanpa terelakkan jatuh ke dalam bencana. Kita semua berharap, ketika Tuhan Yesus datang kembali, kita menjadi salah seorang gadis bijaksana, yang menyambut mempelai pria, dan diundang ke perjamuan kawin Anak Domba. Ini adalah akhir zaman, perang terus-menerus meletus, bencana seperti kelaparan, wabah, gempa bumi, dan tsunami menjadi jauh lebih serius, dan tanda-tanda langit seperti gerhana Bulan Darah Tetrad dan gerhana Bulan Darah Serigala Super juga sering muncul. Banyak nubuat tentang kedatangan Tuhan kembali dalam Alkitab yang pada dasarnya telah digenapi. Pada saat gnting menerima kedatangan Tuhan kembali ini, bagaimana kita dapat menghadiri perjamuan kawin Anak Domba? Hari ini, mari kita bahas tiga prinsip yang harus kita kuasai mengenai perjamuan kawin Anak Domba.
1. Jadilah Seseorang yang Dengan Rendah Hati Mencari dan Lapar akan Kebenaran
Tuhan Yesus mengajar kita: "Diberkatilah orang yang miskin dalam roh: karena kerajaan surga adalah milik mereka" (Matius 5:3). "Diberkatilah mereka yang lapar dan haus akan kebenaran: karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5:6). Tuhan Yesus meminta kita untuk menjadi orang yang dengan rendah hati mencari dan lapar akan kebenaran. Tidak peduli apakah perkataan dan perbuatan Tuhan sesuai dengan gagasan kita, kita harus dengan rendah hati mencari, menerima, dan menaatinya, sehingga kita dapat diterima oleh Tuhan dan memasuki kerajaan-Nya. Demikian pula, dihadapkan dengan masalah yang sangat penting tentang kedatangan Tuhan Yesus kembali, ketika kita mendengar seseorang mengkotbahkan berita tentang kedatangan-Nya kembali, kita harus mencari dan menyelidiki hal ini dengan kerendahan hati, melepaskan gagasan dan imajinasi kita sendiri, secara proaktif mendengarkan Injil dari Tuhan yang telah datang kembali, dan melihat sendiri apakah Injil tersebut mengandung pengungkapan kebenaran dan mengandung pekerjaan Roh Kudus, sehingga kita dapat menerima Tuhan dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Jika kita berpegang teguh pada gagasan kita sendiri, jika kita congkak, mementingkan diri sendiri, dengan seenaknya membuat pernyataan, dan berpegang teguh pada penafsiran Alkitab secara harfiah, menyatakan bahwa "Tuhan Yesus yang tidak turun di atas awan putih bukanlah Tuhan Yesus" atau "Siapa pun yang tubuhnya bukan merupakan tubuh roh, bukanlah Tuhan Yesus," dan karena itu dengan membabi buta menolak pekerjaan Tuhan, kita menanggung risiko menolak Tuhan Yesus ketika Dia datang kembali pada akhir zaman dan kehilangan kesempatan untuk ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Dikatakan dalam Roma 11:33-34: "O betapa dalamnya kekayaan hikmat maupun pengetahuan Tuhan! Betapa tak terselidiki segala penghakiman-Nya, dan jalan-jalan-Nya tidak dapat dipahami! Karenasiapakah yang telah mengenal pikiran Tuhan? Atau siapayang telah menjadi penasihat-Nya?" Hikmat Tuhan itu mengagumkan dan tidak dapat diprediksi. Tidak mungkin bagi manusia untuk mengetahui bagaimana Tuhan akan bekerja pada akhir zaman. Kita tidak mampu membayangkannya. Satu-satunya hal yang dapat kita lakukan adalah melepaskan gagasan kita sendiri dan secara proaktif mencari dan menyelidikinya ketika kita mendengarkan berita tentang kedatangan Tuhan Yesus kembali. Ini adalah satu-satunya cara untuk menerima kedatangan Tuhan kembali.
Ingatlah bahwa ketika Tuhan Yesus muncul dan bekerja di Yudea, orang-orang Farisi dengan keras kepala memegang makna harfiah dari nubuatan Perjanjian Lama, bersikeras bahwa Tuhan haruslah disebut Mesias. Akibatnya, ketika Tuhan datang dan dipanggil Yesus, mereka menolak untuk menerima-Nya. Perjanjian Lama menubuatkan bahwa seorang raja orang Yahudi akan dilahirkan dan mengambil alih kekuasaan, dan orang-orang Farisi membayangkan bahwa hal ini berarti raja tersebut pasti akan lahir di istana dan membebaskan mereka dari pemerintahan Romawi. Ketika Tuhan Yesus datang, Dia dilahirkan di palungan di Betlehem, dan bukannya memimpin orang Yahudi menggulingkan pemerintahan Romawi, Dia menyerukan gagasan: "Bertobatlah engkau: karena Kerajaan Surga sudah dekat" (Matius 4:17), dan mengajar orang bagaimana mengakui dosa mereka, bersikap toleran, dan memikul salib. Ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa kedatangan dan pekerjaan Tuhan tidak sesuai dengan gagasan manusia, imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi menjadi congkak dan mementingkan diri sendiri karena pemahaman mereka sendiri akan Kitab Suci dan keakraban mereka dengan hukum Taurat. Mereka tidak dengan rendah hati mencari, tetapi malah menjadi biang keladi dalam merancang, menentang, dan mengutuk Tuhan Yesus, menghasut orang-orang percaya untuk menolak Tuhan Yesus, dan akhirnya membuat Tuhan Yesus disalibkan. Semua yang mereka katakan dan lakukan menyinggung watak Tuhan, dan mereka dikutuk oleh Tuhan, menyebabkan Israel mati selama 2.000 tahun. Sementara itu, mereka yang dengan rendah hati mencari dan lapar akan kebenaran seperti Petrus dan Yohanes, mereka tidak pernah menggunakan gagasan dan imajinasi mereka sendiri mengenai pekerjaan Tuhan Yesus. Ketika mereka mendengar apa yang Dia khotbahkan, mereka lapar untuk mendengarkan khotbah-khotbah-Nya, mengikuti-Nya, dan akhirnya, melalui perkataan dan pekerjaan Tuhan Yesus, mereka mengakui bahwa Dia adalah Mesias yang dinubuatkan, dan menerima keselamatan Tuhan.
Melalui persekutuan di atas, kita dapat memahami bahwa kita tidak boleh mengevaluasi atau membatasi kedatangan dan pekerjaan Tuhan berdasarkan pada gagasan dan imajinasi kita sendiri. Sebaliknya, kita harus berakal, serta dengan rendah hati mencari dan menyelidiki, karena hanya dengan cara ini kita akan memiliki kesempatan untuk menyaksikan penampakan Tuhan dan menerima bimbingan Tuhan.
2. Dengarkanlah Suara Tuhan
Ada banyak nubuat dalam Wahyu 2–3 yang serupa dengan "Barang siapa memiliki telinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang diucapkan Roh kepada gereja-gereja." Dalam Wahyu 3:20, kita membaca, "Lihatlah, Aku berdiri di pintu dan mengetuk: kalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membuka pintu itu, Aku akan datang masuk kepadanya, dan bersantap dengannya, dia bersama-Ku." Tuhan Yesus juga dengan jelas mengatakan kepada kita, "Dan di saat tengah malam ada suara seruan terdengar, Lihatlah, Mempelai laki-laki itu datang; keluarlah dan jumpai Dia" (Mat 25:6). "Ada banyak hal lain yang bisa Kukatakan kepadamu, tetapi engkau tidak bisa menerima semuanya itu saat ini. Namun, ketika Dia, Roh Kebenaran itu, datang, Dia akan menuntun engkau sekalian ke dalam seluruh kebenaran: karena Dia tidak akan berbicara tentang diri-Nya sendiri; tetapi Dia akan menyampaikan segala sesuatu yang telah didengar-Nya: dan Dia akan menunjukkan hal-hal yang akan datang kepadamu" (Yohanes 16:12–13). Dari nubuat ini, kita melihat bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali dan berbicara kepada kita pada akhir zaman. Dia akan memberi tahu kita semua kebenaran yang sebelumnya tidak kita pahami dalam kepercayaan kita kepada Tuhan, sehingga kita dapat menerima semua kebenaran dari Tuhan. Jadi, kita perlu berfokus mendengarkan suara Tuhan, dan menerima Tuhan yang datang kembali dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba dengan mendengarkan suara atau firman Tuhan.
Tuhan Yesus berkata: "Akulah jalan, kebenaran, dan hidup" (Yohanes 14:6). Hanya Tuhan yang dapat mengungkapkan kebenaran, menunjukkan jalan bagi kita, dan memberi kepada kita hidup. Kita dapat menentukan apakah yang kita dengar tentang kedatangan Tuhan kembali adalah berdasarkan firman yang diucapkan, apakah yang kita dengar mengandung kebenaran dan memberi kepada kita bekal bagi kehidupan, apakah yang kita dengar mengandung otoritas dan kuasa Tuhan, dan seterusnya. Sama seperti ketika Tuhan Yesus datang untuk bekerja, Dia mengajar orang untuk berdoa, bagaimana menjadi toleran dan murah hati, untuk mengasihi dan berdoa bagi musuh kita, dan seterusnya berdasarkan pada kesusahan dan kesulitan nyata kita. Firman ini adalah kebenaran, dan menunjukkan jalan penerapan yang spesifik, sehingga memberikan kepada kita bekal bagi kehidupan dan prinsip-prinsip yang jelas yang dapat digunakan untuk bertindak ketika sesuatu terjadi pada kita. Para murid dan pengikut Tuhan juga mengenali dari kebenaran yang diungkapkan-Nya bahwa Dia adalah Mesias yang dinubuatkan karena mereka merasakan kuasa dan otoritas dalam khotbah-khotbah-Nya. Perempuan Samaria mengerti dari firman yang Tuhan Yesus ucapkan bahwa ritual lahiriah bukan hal yang penting ketika kita berdoa, sebaliknya orang hendaknya menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran, dan memahami bahwa Tuhan adalah satu-satunya sumber air hidup. Melalui percakapan dengan Tuhan, dia juga menemukan bahwa Tuhan Yesus mengamati hati dan jiwa orang, dan bahwa Dia dapat menyingkapkan semua yang kita lakukan secara rahasia, dan dengan demikian dia mengenali bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias yang dinubuatkan. Natanael juga mengenali dari perkataan Tuhan Yesus bahwa Dia mengamati segala sesuatu dan mengenal orang dengan baik. Hanya Tuhan yang dapat memiliki otoritas seperti itu, jadi Natanael menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan dan dia pun mengikuti-Nya.
Jadi, jika kita ingin menerima Tuhan Yesus yang datang kembali pada akhir zaman, kita harus mendengarkan firman Tuhan dan kebenaran yang diungkapkan oleh Tuhan, karena hanya dengan cara ini kita akan memiliki kesempatan untuk ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba dan masuk ke dalam kerajaan Tuhan.
3. Berfokuslah untuk Membedakan Perkataan Jahat dan Pendapat Salah si Iblis, dan Waspadalah Terhadap Tipuan Iblis
Ketika Tuhan Yesus bekerja, Dia pernah berkata kepada murid-murid-Nya, "Perhatikan, waspadalah terhadap ragi orang Farisi" (Markus 8:15). Tuhan mengamati hati dan jiwa manusia, Dia tahu bahwa orang-orang Farisi sering menggunakan metode penafsiran Alkitab untuk orang percaya Yahudi untuk memelintir maknanya, mengarahkannya dengan salah, dan menyesatkan orang. Dari luar mereka rendah hati dan sabar, tetapi mereka membenci kebenaran, membenci Tuhan, dan secara tak terkendali menentang Tuhan, itulah sebabnya Dia memperingatkan para murid-Nya untuk waspada terhadap perkataan orang-orang Farisi, jangan sampai mereka tertipu dan kehilangan keselamatan Tuhan. Orang-orang Farisi berkata kepada orang-orang percaya pada saat itu untuk menghentikan mereka: "Apakah engkau juga disesatkan? Adakah di antara para penguasa atau orangFarisi yang percaya kepada-Nya?" (Yohanes 7:47-48). Dengan mengatakan ini, yang mereka maksudkan adalah: imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan orang-orang Farisi adalah para pemimpin Yahudi yang akrab dengan Kitab Suci, yang bersusah payah dan bekerja, dan karena mereka tidak menerima Tuhan Yesus, hal ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus bukanlah Mesias. Orang-orang Farisi juga mengutuk dan menghujat Tuhan Yesus dengan mengatakan: "Orang ini tidak mengusir Iblis, tetapi dengan Beelzebub, pemimpin Iblis, Dia mengusir Iblis" (Matius 12:24). Mereka mengklaim bahwa Tuhan Yesus mengusir Iblis melalui penghulu Iblis, karena mereka takut orang-orang percaya Yahudi akan mengikuti Tuhan, dan bahwa pada gilirannya tidak akan ada lagi yang mendukung atau memelihara mereka, mereka juga tidak dapat mempertahankan status dan kedudukan mereka; jadi mereka dengan ganas menyebarkan desas-desus, memfitnah, dan menghujat Tuhan Yesus untuk membuat orang-orang percaya menyangkal bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias dan menolak keselamatan Tuhan. Orang-orang Yahudi tertipu oleh kesalehan lahiriah para imam kepala, ahli Taurat, dan orang-orang Farisi. Orang-orang Yahudi menganggap mereka sebagai pemimpin dalam iman mereka kepada Tuhan, secara membabi buta mematuhi gagasan jahat dan pendapat keliru yang disebarkan oleh para pemimpin Yahudi, menolak untuk menyelidiki pekerjaan Tuhan Yesus, dan akhirnya mengikuti para pemimpin Yahudi dalam menentang dan mengutuk Tuhan dan memakukan Tuhan Yesus di atas kayu salib, dan dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Ini sepenuhnya menggenapi nubuat Tuhan: "Umat-Ku hancur karena kurangnya pengetahuan" (Hosea 4:6).
Kita dapat melihat bahwa dalam hal menyelidiki jalan yang benar, jika kita tidak memiliki kemampuan membedakan perkataan yang jahat dan pendapat yang salah, kita akan dengan mudah jatuh oleh tipu daya Iblis, atau bahkan mengikuti Iblis dalam melakukan kejahatan dan menentang Tuhan, dan dengan demikian kehilangan keselamatan Tuhan. Demikian pula, dalam perkara yang sangat penting yaitu menerima Tuhan Yesus yang telah datang kembali pada akhir zaman, demi menghentikan kita dari menerima pekerjaan Tuhan pada akhir zaman dan mengacaukan pengelolaan Tuhan, Iblis menggunakan segala macam orang, perkara, dan hal-hal untuk menyebarkan perkataan jahat dan pendapat yang salah untuk menipu dan mengganggu kita. Kebenaran adalah satu-satunya cara untuk membongkar tipuan Iblis, dan selama kita dapat melihat dan mengevaluasi hal-hal sesuai dengan firman Tuhan Yesus, kita dapat menjaga diri terhadap ragi orang Farisi, menerima Tuhan Yesus yang datang kembali, dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Sebagai contoh, Tuhan Yesus berjanji kepada kita: "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan menemukan; ketuklah, maka pintu akan dibukakan bagimu" (Matius 7:7). Dia juga mengatakan kepada kita: "Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka, dan mereka mengikut Aku" (Yohanes 10:27). Dalam Wahyu, Tuhan juga mengingatkan kita berkali-kali bahwa "Barang siapa memiliki telinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang diucapkan Roh kepada gereja-gereja" (Wahyu 2:7). Firman Tuhan sangat jelas dalam menyatakan bahwa dalam hal menerima kedatangan Tuhan kembali, hanya dengan selalu berdoa kepada Tuhan, mendengarkan apa yang dikatakan oleh suara Roh Kudus kepada gereja-gereja, dan mengenali suara Tuhan dapatlah kita menerima Tuhan Yesus yang datang kembali. Ketika kita pergi ke pertemuan gereja, kita sering mendengar hal-hal seperti, "Saudara-saudari, tingkat pertumbuhanmu kecil dan engkau tidak memiliki kearifan. Jika seseorang berkhotbah bahwa Tuhan telah datang kembali, janganlah engkau mendengarkan, membaca, atau menyelidikinya. Itulah cara untuk melindungi dirimu dari kebingungan." "Setiap khotbah yang mengatakan bahwa Tuhan telah datang kembali adalah salah, dan kita hendaknya tidak menyelidiki hal-hal seperti itu untuk menghindari penipuan." Perkataan ini terdengar seolah-olah diucapkan demi kebaikan kita, tetapi jika kita membandingkannya dengan saksama dengan firman yang Tuhan Yesus ucapkan, perkataan ini sepenuhnya bertentangan dengan kehendak dan tuntutan Tuhan. Perkataan ini juga merupakan penghalang besar bagi kita untuk menerima Tuhan. Jika kita tidak memiliki kearifan akan perkataan ini dan menaatinya dengan membabi buta, bukankah kita akan menolak Tuhan yang mengetuk pintu kita? Bagaimana kita dapat menerima kedatangan Tuhan dengan cara seperti itu? Dengan melakukan hal tersebut, bukankah kita kehilangan semua harapan untuk bersatu dengan Tuhan dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba?
Jadi, kita harus belajar dari pelajaran orang-orang percaya Yahudi, dan memiliki pendapat dan gagasan kita sendiri berkaitan dengan hal menerima Tuhan. Kita harus berdoa kepada Tuhan, mencari dan menaati tuntunan Roh Kudus, dan tidak secara membabi buta mendengarkan perkataan seseorang, karena hanya dengan cara ini kita bisa menghindarkan diri kita ditipu oleh perkataan jahat dan pendapat salah si Iblis, dan hanya dengan cara ini kita dapat menerima Tuhan yang datang kembali dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba.
Tiga prinsip di atas sangat penting bagi kita untuk menerima Tuhan Yesus yang datang kembali dan ikut berpesta di perjamuan kawin Anak Domba. Jika kita lebih berfokus pada perenungan, pencarian, dan jalan masuk, kita akan memenuhi keinginan kita untuk dipersatukan kembali dengan Tuhan.
Rekomendasi: Pekerjaan dan penampakan Tuhan Yang Maha kuasa, Kristus pada akhir zaman telah mengguncang bangsa-bangsa dan denominasi-denominasi. Bagaimana seharusnya gadis yang bijaksana memeriksa dan mencari jalan yang benar untuk menyambut Tuhan? Silakan Tonton filmnya untuk mencari tahu jawabannya.
youtube
1 note · View note