Tumgik
#hanya belia
bebemoon · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
artworks by ASMA (artist duo matias armedaris and hanya belia) .
299 notes · View notes
dinisuciyanti · 6 months
Text
Diam-diam suka
Yang aku rasakan, experience "diam-diam suka" ini berbeda sesuai kategori berpengalaman atau gak nya dalam hubungan romansa.
Kategori 1
Orang dewasa yang sudah paham betul akibat dari diam-diam suka. Apa yang kamu harapkan? ya sama seperti remaja belia, ingin nya bisa hidup bareng. Tapi, ekspektasi nya direndahkan se-demikian rupa. Lanjut alhamdulillah, kalo gak, yaudah, cari yang lain. Lebih bisa me-menej investasi perasaan seberapa persen, enggak deep, ya medium aja lah, atau bahkan selewat, hanya untuk menciptakan sparks crush on someone di sela kesibukan bekerja. Lucu-lucuan aja.
Kategori 2
Remaja belia dengan mahzab "aku kagum sama dia bertahun-tahun, biarin lah diem-diem aja, mungkin suatu saat...." haha, iya, suatu saat dia sama yang lain. Apa yang diharapkan? ya sama, ingin bisa hidup bareng, membayangkan yang visioner ke depan, investasi perasaan begitu dalam, sampai lupa caranya bangun untuk sadar. Gak ngeliat usaha orang lain yang mendekati, "aku sukanya dia", wkwkwk. I was there, tenang. Gapapa. Emang harus belajar patah hati biar gak mudah menelan lisan berpemanis buatan.
19 Oktober 2023
23 notes · View notes
milaalkhansah · 10 months
Text
‘the way i see my self’
Tumblr media
Aku seseorang yang punya banyak karakter, Mas. aku memiliki banyak ‘wajah’ namun bukan dalam artian yang buruk. aku hanya berusaha menyesuaikan dengan siapa aku berbicara, dan di mana aku sedang berada. masing-masing dari karakter yang aku miliki tergantung dari seberapa besar pengaruh yang aku dapatkan dari lingkungan yang menempaku untuk membesarkan karakter itu.
dalam keluargaku, aku dikenal sebagai seseorang yang dingin. aku jarang tersenyum dan tertawa dengan lepas. aku seorang yang pendiam, jarang bercerita, dan juga seseorang yang galak. aku lebih senang menghabiskan waktu di dalam kamar seharian. karakter-karakter itu lahir dari hasil tempaan tempat yang kusebut rumah, dan juga bentukan dari pengalaman buruk yang kudapatkan saat remaja. namun, beberapa tahun ini, aku mencoba untuk perlahan mengubah itu semua. aku tak segalak dulu, emosiku lebih mampu kuredam dengan diam, aku juga mulai memperbaiki hubunganku dengan Mama, aku mulai berbagi cerita dengannya dan juga merespon ceritanya dengan banyak mimik wajah. aku berusaha berbenah, Mas...tetapi kautahu kan, kalau mengubah karakter yang telah menemani kita sejak belia itu tidak bisa dicapai dengan instan. semakin aku dewasa, aku belajar untuk memaafkan diriku, memaafkan Mama atas andil beliau membentuk banyak sifat yang tidak pernah aku inginkan ada dalam diriku, aku belajar memahami bahwa menjadi Mama pun tidak mudah sehingga belajar untuk berlapang dada, bahwa terlepas apa yang telah ia lakukan padaku di masa lalu, ia hanya seorang manusia biasa yang pasti punya salah.
dalam hubungan pertemanan, seseorang mengenalku sebagai seseorang yang cuek, acuh tak acuh, judes, dan juga jutek. sebagian yang lain mengenalku sebagai seseorang yang ceria, ramah, teman yang menyenangkan dan juga penyayang, sangat peduli, konyol dan juga sedikit tengil dan jahil. semua itu adalah sifatku, tetapi balik lagi, tingkat dominannya tergantung dengan siapa aku berbicara, dan juga di mana aku berada.
di beberapa keadaan aku bisa membuka diri, bercerita banyak hal, dan juga bagaimana aku melalui hari.
di beberapa keadaan, aku berupaya mencukupkan diri. berperan hanya sebagai pendengar, tanpa menjelaskan bagaimana, dan siapa aku.
di banyak keadaan, aku lebih sering menutup diri. kembali masuk dalam cangkang, menikmati dunia yang hanya dipahami oleh diriku sendiri, tanpa mengizinkan seorang pun datang untuk mengetahui.
aku juga bukan orang yang percaya diri, Mas.
apa yang telah kulewati menanamkan pemikiran bahwa aku tak pernah cukup.
tak pernah cukup baik. tak pernah cukup layak. tak pernah cukup cantik. tak pernah cukup berhak. dan tak pernah cukup disayang.
aku juga seseorang yang lebih mampu untuk menyambut kesedihan, daripada kebahagiaan, karena sepanjang aku hidup, kesedihan dan penderitaan menjadi teman perjalananku.
kebahagiaan terasa asing, kesedihan terasa lebih mampu untuk kuterima dan juga lebih terasa nyata.
itu hanya sekian bagaimana aku memandang diriku sendiri, atas berbagai sifat yang kupunya saat ini dan kelak saat kita bertemu nanti. kuharap kau tak hanya mau menerima dan mencintai apa yang menjadi kelebihanku, tetapi juga bersedia menerima apa adanya aku dan juga masa lalu yang membentukku.
mau ya, Mas?
Surat ketiga, Minggu 9 Juli 2023
40 notes · View notes
daffasahmillah · 5 months
Text
CINTA
Dulu, aku adalah orang yang tak bisa merasa, apalagi percaya cinta. Bagiku yang dulu mendewakan logika, rasa dan cinta hanyalah sesuatu yang fana, tak berguna dan sia-sia. Namun, kini aku meyakini sebaliknya. Rasa dan cinta adalah sesuatu yang istimewa. Ia hadir membawa bahagia. Menyembuhkan luka hanya dengan memeluknya. Menghilangkan resah hanya dengan bersamanya. Kini aku bisa merasa Kini aku bisa mencinta Sungguh, dunia terlihat lebih indah dengan warna. Sangat indah dengan rasa dan cinta. Terimakasih.. Ya Allah, terimakasih telah izinkan aku merasakan cinta. Meski di usia yang tak belia. Ya Allah terimakasih telah membuatku yakin bahwa rasa dan cinta adalah kekuatan yang luar biasa. Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Buatlah aku merasakan cinta abadi. Cinta yang dibawa sampai mati. Cinta hamba pada Tuhannya dan cinta Tuhan pada hamba-Nya. Ya Allah, jadikan aku pecinta sejati. Pecinta yang terus memperjuangkan cinta-Mu. Memperjuangkan dengan yakin dan tulus, Memperjuangkan dengan pembuktian yang tak terputus.
6 notes · View notes
iradatira · 1 year
Text
Menjelang dua puluh lima
Dulu, saat masih di tahun terakhir bangku sma, aku pernah menuliskan target capaian hidupku dari masuk kuliah hingga 20-30 tahun kedepan. Kenapa aku masih ingat dengan hal tersebut? Karena aku memotretnya, dan tidak sengaja aku melihat foto tersebut, kubaca ulang beberapa bulan ini. Tentu saja aku tertawa geli melihat roadmap hidupku yang dirancang oleh gadis belia umur 18 tahun itu.. sisi lain, aku salut dengannya karena dia sangat berani bermimpi, walau pengetahuannya tentang dunia pasca kampus sangat terbatas.
Berikut target yang ditulis gadis lugu itu saat usia 18 tahun: Lulus kuliah 3,5 tahun IPK di atas 3,5 cumlaude Skripsi A Setelah S1 langsung S2 di UI atau UGM dan lulus cumlaude Di umur 24 menikah
Bagaimana? Mbanyol bukan? Wkwkwkw Tentu saja yang terjadi kenyataan hidupku tidak semulus demikian. Banyak sekali ketakutan, kegagalan, dan plot twist kehidupan yang terjadi.
Kenyataannya aku justru mengalami: -aku lulus 4 tahun 3 bulan -lulus dengan IPK ngepres 3,5 wkwkw -skripsi tetap A tapi ini dengan penuh perjuangan, karena harus wawancara berbagai stakeholder saat karantina wilayah (PSBB) pandemi covid19 yang sedang tinggi. -ada beberapa kali sesi patah hati yang menguras energi wkwkkw, tapi juga membuatku bangkit dan sadar bahwa aku bisa membahagiakan diriku sendiri. Aku tetap bisa bersinar dengan atau tanpa orang lain. -sebelum lulus sempat merasa hampa dan hilang arah apakah ingin menjadi pekerja sektor publik, bekerja di bidang swasta, menjadi peneliti kebijakan publik, atau bekerja di bidang lembaga swadaya masyarakat/yayasan. -setelah lulus aku sempat merasa hopeless karena NGO atau perusahaan incaranku menolakku berkali-kali, mentok hanya sampai sesi wawancara. selama mengalami masa penolakan pekerjaan inilah sebenarnya mentalku sedang di posisi terendah.
Aku berusaha keras membangun rasa berharga diriku bukan dari pekerjaan dan gajiku, tapi apa yang bisa kulakukan untuk sekitarku dan bagaimana diriku bisa tetap memaksimalkan potensi. Saat itulah aku mengisi waktuku dengan mengajar les, mengikuti berbagai kelas online dan offline, aktif di berbagai komunitas, semata agar aku bisa menemukan rasa cukup dalam diri, perasaan bahwa aku berharga dan layak untuk menggapai mimpi-mimpiku meski jalanku terjal sekalipun.
Sekarang usiaku mendekati 25, belum menikah, belum S2, sedang menjalankan tugas sebagai relawan guru Indonesia Mengajar (biasa disebut Pengajar Muda) di ujung Kalimantan Barat selama satu tahun. Dann, di tengah penugasan ini ternyata aku mengalami kecelakaan, yang membuatku harus meninggalkan kabupaten penempatanku beberapa saat dan kembali ke kota asalku untuk operasi dan pemulihan…
Bagaimana rasanya? Tanyaku pada diri sendiri… Bagaimana memperjuangkan mimpi yang ternyata banyak likunya, banyak nangisnya. Berkali-kali merasa insecure dan ga berharga karena merasa banyak banget menghadapi kegagalan dan penolakan.
Bukan, bukan maksudku mendramatisir merasa jadi manusia paling berjuang, yang ingin kubagikan adalah, perjalanan hidup seseorang itu sangat personal, bisa jadi lintasanku tidak seterjal lintasanmu, begitupun sebaliknya. Namun tidak menjadikan apa-apa yang telah kita perjuangkan tidak berharga, tidak layak untuk dihargai. Kita bisa berbagi cerita satu sama lain atas apa yang telah kita lalui, bukan untuk dinilai siapa yang lebih berjuang. Melainkan agar kita bisa saling menguatkan, saling memberi petunjuk dengan empati.
Hal berharga yang kupelajari setelah 7 tahun lulus dari SMA; dunia ga harus berjalan sesuai dengan apa yang ada di kepalaku, dan itu bukanlah hal yang buruk. Aku belajar memberikan ruang penerimaan untuk mengalami kegagalan dan kesedihan atas apa-apa yang tidak berjalan sesuai harapan, meski aku sudah memberikan yang terbaik atas usahaku.
Perlahan rasa cukup itu mulai menghampiri, aku ga harus buru-buru untuk mengejar pencapaian. Karena definisi kesuksesanku sekarang tidak hanya pencapaian, melainkan perjalanan belajar itu sendiri. Bagaimana perjalanan ini membentuk diriku yang lebih tangguh, lebih tenang, lebih mawas diri, dan fokus pada memberikan dampak sekecil apapun itu..
22 notes · View notes
seperduaarutala · 18 days
Text
HUJAN ITU TELAH REDA SEPENUHNYA
Tumblr media
Sc: Lovely Runner K-drama
"Time won't make you forget, it'll make you grow and understand things."
-Unknown
Saya pernah terjebak dalam suatu fase kompleks selama masa remaja. Ada hari-hari tertentu ketika saya menyalahkan waktu yang tidak mampu mengobati kesulitan melupakan musim hujan paling panjang dalam hidup. Dunia seolah tak bosan mengirimkan hujan itu selama hampir tujuh tahun meski saya hampir mati tenggelam sendirian. Entah bagaimana, suatu hari hujan itu berhenti sepenuhnya.
Harus diakui awan-awan gelap itu betah menggantung di langit karena saya merangkulnya erat-erat. Terkadang saya terpaku begitu lama tanpa menyadari hari demi hari saya semakin kuyup. Seperti orang bodoh, tubuh ini menolak sadar bahwa hujan itu kapanpun dapat merenggut nyawa saya.
Tahun-tahun berlalu, saya makin "terobsesi" menenggelamkan diri. Adakalanya kepala saya dipenuhi air dan permukiman di dalamnya porak-poranda. Kian hari hujan yang tak mudah dirangkul itu menjelma sebuah wajah dalam film yang saya tonton, orang-orang yang saya temui, benda langit yang saya pandangi, bunga tidur yang saya tangisi hingga fajar, isi kepala yang dipikirkan sepanjang hari, jalan yang saya lalui, buku-buku yang saya baca, dan mungkin ribuan kata yang saya simpan rapi di arsip memo.
Ternyata menghadapi hal yang sama bertahun-tahun membuat saya kehilangan arah. Untuk pertama kalinya saya merasa tak mampu memeluk hujan itu di lengan saya. Kemudian saya memberanikan diri berteriak mengatakan hujan itu hampir membawa sisa-sisa kehidupan saya pergi. Beberapa orang pun datang menarik saya pergi jauh. Tuhan sungguh bermurah hati saat Ia menggerakkan orang-orang ini secepatnya.
Bagaimana cara saya meredakannya? Hal pertama yang dilakukan adalah menyadari bahwa saya dan hujan itu hanya kebetulan melalui perlintasan yang sama. Saya hanya terlalu naif di usia belia untuk memahami berbagai hal. Selanjutnya saya menerima bahwa bila merangkul lebih lama lagi kemungkinan besar saya akan kehilangan akal. Saya memutuskan untuk berbicara dengan orang lain—yang sempat saya yakini tidak lebih baik dari menulis di kertas-kertas kosong. Terakhir, hal paling berani yang pernah saya lakukan seumur hidup, menghadapi hujan itu sekali lagi, melepaskan rangkulan, dan mengucapkan salam perpisahan dengan manis.
Sekarang saya dapat berjalan lebih jauh. Rasanya bahagia kembali hidup normal seperti sediakala. Tentunya saya sesekali masih teringat akan hujan—sangat mustahil bila harus melupakan sepenuhnya—misalnya ketika saya menemukan beberapa hal yang tidak sengaja terasosiasi dengan dirinya. Namun, itu tidak berarti musim hujan akan kembali terjadi. Saya hanya mengingat masa-masa itu sebagai salah satu bab paling indah yang Tuhan tulis. Bab itu sudah selesai ditulis sekarang.
Terima kasih dan selamat tinggal, hujan.
Leonny Eudia La Jemi, 10 April 2024
5 notes · View notes
zulfazzakiyah · 1 month
Text
Perjumpaan Semu
Hari berganti dan minggu telah berlalu Bulan berubah dan tahun pun bertambah satu Sang putri kini tak lagi belia dengan umur yang terus maju Paras menggemaskannya tak berkurang meski bertambah waktu Bersama aku yang tetap menemaninya selalu Tahun kedua kehidupan kian berwarna Fungsi dan tugasku kini kian berganda Lantaran sang putri semakin gemar memakan segala Tak lupa dengan bertambahnya kosa kata Membuahkan suka cita pada seluruh keluarga Sebab kini sang putri kian banyak bicara Aku kini telah sempurna Berjumlah dua puluh pada mulut mungilnya Menambah jelita kala ia tertawa Namun, rupanya perjumpaanku dengannya akan segera sirna Sebab kawan atas tiba-tiba saja cedera Lantaran sang putri terjatuh ketika sedang bermain sepeda Sempurnanya aku ternyata hanya sekejap Tak sampai dua tahun bersama dengan lengkap Jumpa dengan kawanku rupanya juga acap Lamun segala fungsi dan tugasku harus bekerja tetap Agar tak ada kesulitan pada masa yang di hadap Menuju tiga tahun sang putri kini Kawananku semakin tak lengkap lagi Menyisakan beberapa pada bagian seri Meski begitu aku tetap setia menemani Sebagai gigi susu yang selalu membersamai
3 notes · View notes
capritacorn · 3 months
Text
Light of My Life - Neuvifuriweek Day 1 - Modern AU
Matahari sudah tinggi tetapi masih ada satu gadis yang masih tertidur dengan nyenyak. Disekelilingnya banyak skrip film berserakan karena dibaca semalam suntuk oleh sang gadis.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu kamarnya yang membuat sang gadis terbangun dari dunia mimpi miliknya. Belum mampu bangun dia berusaha acuh dengan suara tersebut sampai terdengar lagi suara milik si pengetuk pintu
“Nona Furina, sudah saatnya Anda Bersiap, sebentar lagi jadwal anda untuk bertemu Sutradara.”
Dengan terpaksa dia terbangun dengan kesadaran baru setengah, berjalan ka arah pintu untuk membukanya.
Di balik pintu adalah teman sekaligus manajernya, Neuvillette. Melihat Furina masih mengenakan baju tidur matanya segera fokus menatap mata heterochromia sang gadis agar tidak berpikiran macam-macam.
“Ah… Sudah waktunya? Ughh kepalaku berat sekali, masih ingin tidur.” Keluh Furina
“Iya, sudah waktunya. Saya membawakan Anda sarapan pagi ini. Sebagai laporan saya juga sudah mempersiapkan barang yang harus dibawa serta pakaian yang akan anda kenakan. Sekarang mohon segera bersiap-siap.” Kata Neuvillette tegas sambil memasuki ruangan Furina untuk meletakan sarapan di atas meja di tengah ruangan.
“Oke… oke… Hmm… by the way, kalau kita sedang berdua tidak usah menggunakan bahasa formal kita teman, kan?” Ucap Furina menatap Neuvillette dengan mata berkaca-kaca yang mampu membuat semua orang melakukan apa saja yang dia inginkan.
 Sambil menghela napas Neuvillette pun menjawab, “Baiklah kalau itu yang kamu mau, tapi ketika ada orang lain kita tetap menggunakan bahasa formal.  Aku tidak ingin kamu mendapat skandal, padahal baru akan mulai terkenal.”
“Yaaay,,, I love you Neuvi! Tenang saja, aku akan berhati-hati kok. Baiklah aku harus bersiap.”, Kata Furina sambil mengedipkan matanya. Ia pun segera masuk ke kamar mandi tanpa menyadari ekspresi lawan bicaranya, raut mukanya datar namun ujung telinganya terlihat  memerah karena setelah mendengar “I Love You” yang diucapkan Furina.
Neuvillette pun bergegas pergi dari kamar Furina untuk mempersiapkan mobil. Sambil berjalan dia mengingat saat pertama kali mereka bertemu.      
Past Time
Furina menemukan Neuvillete ketika umur mereka masih belia dalam keadaan yang kurang beruntung. Tinggal di antara lorong gedung sambil mengais makanan di tempat sampah. Furina mulai tertarik sesaat melihat mata amethyst anak tersebut, mata yang sangat indah. Sementara Neuvillette melihat Furina Bagaikan sesosok malaikat kecil. Keduanya saling menatap mata satu sama lain.
Sambil tersenyum polos Furina menawarkan kue miliknya “Halo…. Kamu kelihatan lapar, ini aku kasih kue milikku.”
“….” Anak laki-laki kecil tersebut hanya diam memandangnya
“Ahh, aku belum memperkenalkan diri ya. Namaku Furina de Fontaine! Siapa namamu?”
“…. Aku tidak tau.” Bisik anak itu sambil mengalihkan pandangannya, tersipu malu setelah melihat senyum Furina.
“Tidak punya nama? Padahal setiap orang pasti punya nama.” Tanya Furina heran
“Aku tidak punya orang tua, orang yang merawatku tidak memberi nama dan menganggapku sebagai barang. Pada akhirnya aku bisa kabur sampai sini. Tapi hal itu tentu bukan urusan Nona besar sepertimu.” akhirnya anak laki-laki itu berani menatap mata Furina kembali dengan tajam.
“Jadi sekarang kamu sendirian? Hm….” Furina berpikir sejenak, lengannya melipat seperti ‘Orang Dewasa’ yang mempertimbangkan keputusan besar, dan benar saja, “Bagaimana kalau ikut denganku?”
Dengan kaget anak laki-laki itu pun berkata agak ketus, “Apa kamu sudah gila? Aku hanya gelandangan, memangnya kenapa kamu berpikir untuk menerimaku?”
“Alasannya sederhana,” Furina menampakan senyumnya lagi sebelum menjawab jujur, “aku suka matamu, hehe.”
Anak itu pun hanya bisa terperangah. Dia tidak tahu bahwa Furina merupakan salah satu anak dari keluarga Celestia yang mampu mendapatkan apapun yang dia inginkan dan pada saat ini ia menginginkan anak laki-laki di hadapannya. Ibu Furina, Egeria, yang pada saat itu melihat interaksi kedua anak tersebut pun segera mengijinkan. Alasannya sama dengan Furina, ketika melihat mata anak itu dia merasa anak itu bukan anak biasa. Egeria menawarkan anak itu tempat tinggal, makanan, pendidikan dan kebutuhan utama lainnya. Namun sebagai gantinya, dirinya harus melindungi Furina dari berbagai bentuk bahaya. Anak itu berpikir agak lama. Kemudian dia menyetujuinya karena merasa lebih baik menjadi anjing penjaga dibandingkan anjing jalanan. Anak laki-laki itu masih agak curiga dengan tawaran tersebut, tetapi setelah melihat senyum Furina kecurigaan itu perlahan mulai menghilang.
“Karena sekarang kamu sudah jadi milikku berarti aku berhak memberikan nama untukmu ya. Namamu adalah **** Neuvillette, Salam Kenal.” Furina mengulurkan tangannya untuk anak laki-laki yang diberi nama olehnya, “Neuvillette”.
“…. Salam kenal, Nona Furina.” Neuvillette pun membalas uluran tangan Furina.
Present Time
Neuvillette pun tersandar dari lamunannya ketika Furina sudah masuk ke dalam mobil. Melihat Neuvillette yang terkejut Furina pun menjadi khawatir, “Kau tidak apa-apa?”
“Aku tidak apa-apa. Kalau sudah siap kita harus segera berangkat.” Neuvillette bergegas menyalakan mobil dan melaju ke tempat tujuan.
Furina saat ini adalah aktris baru yang melejit, semua film yang diperankan olehnya pasti akan naik daun. Dia bisa melakukan berbagai hal yang berhubungan dengan entertainment; berakting, menyanyi, dan menari. Semua orang yang melihat sosoknya sebagai aktris akan terkesima, tidak terkecuali Neuvillette. Saat ini mereka sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan salah satu Director paling terkenal.
Sesampainya di sana mereka segera diantar oleh petugas ke ruangan sang sutradara, di sana sudah berkumpul beberapa aktor yang akan ikut dalam projek film ini. Film ini adalah film romantis dengan pemeran utama wanita, Furina dan pemeran pria, Zhongli. Semua berjalan lancar ketika pembacaan naskah sampai selesai. Neuvillette sedari tadi menunggu Furina di luar ruangan dengan tenang, tepatnya di lobi lantai ruangan tersebut berada. Kemudian dia melihat semua pemeran yang bersangkutan pergi keluar ruangan, namun Furina belum terlihat. Setelah ditunggu beberapa saat, ia pun melihat Furina sedang bercanda dengan rekan kerja barunya, Zhongli. Sebelum menerima pekerjaan ini Neuvillette sudah menyelidiki secara terperinci, semua kru dan pemeran yang bersangkutan dengan film ini, termasuk Zhongli, hal ini dia lakukan agar tidak ada kendala dalam pekerjaan Furina.
Melihat Furina akrab dengan lelaki lain sudah biasa bagi Neuvillette. Furina sendiri pernah menjalin hubungan romantis dengan orang lain, meskipun hati Neuvillette sakit melihat itu namun dia hanya menginginkan kebahagiaan Furina. Dia percaya Furina pada akhirnya akan kembali kepada dirinya.
Furina yang sudah melihat Neuvillette dari kejauhan tersenyum dan langsung menghampirinya. Kemudian memperkenalkan Zhongli kepada Neuvillette. Setelah itu mereka berpisah jalan dengan Zhongli. Di dalam mobil Furina menceritakan betapa senang dirinya karena dapat memerankan karakter ini, belum lagi lawan mainnya adalah Zhongli yang merupakan aktor nomor satu saat ini.
“Tau tidak, tadi Zhongli mengaku merasa terhormat dapat bermain denganku padahal harusnya kan itu kata-kataku karena akhirnya bisa bermain peran dengan aktor nomor satu. Sudah tampan, rendah hati pula. Kami juga sudah bertukar nomor HP, katanya biar makin dekat. Gimana aku tidak berdebar-debar? Haahh… Seperti mimpi saja.” Kata Furina penuh semangat, terlihat raut wajahnya sedikit memerah.
Dia kagum dengan cara bicara dan gaya Zhongli yang mampu memikat banyak orang. Neuvillette hanya mendengarkan cerita Furina dalam diam.
Sejak saat itu Furina kian dekat dengan Zhongli, Neuvillette turut bahagia melihat Furina bahagia, tugasnya adalah melindungi Furina, benar melindungi cahaya dalam hidupnya. Orang yang telah memberikan    tujuan hidup baginya. Jadi, tidak apa-apa bila dia menahan rasa sakit ini.
------------------------------------------------------------------------------
Hujan turun sangat deras saat itu, Furina menangis karena tiba-tiba Zhongli tidak dapat dihubungi sama sekali. Setelah syuting film mereka selesai Zhongli seperti menghindari Furina dan tiba-tiba Furina tidak dapat menghubunginya, baik melalui telpon atau media sosial Zhongli. Neuvillette yang ada di sampingnya berusaha menghibur.
“Lupakan pria itu Furina, dia hanya sekelebat dalam hidupmu.” Kata Neuvillette lembut.
“Tapi dia pernah berkata suka, Neuvi, dia berjanji setelah syuting selesai dia akan memperjelas hubungan kami. Kenyataannya…nyatanya….”, Tangis Furina makin menjadi. Tidak tega melihatnya, Neuvillette langsung memeluk Furina.
“Tenanglah. Aku masih di sini selalu berada di sampingmu.” Kata Neuvillette sambil mengelus pelan punggung Furina. Tangisan Furina mulai mereda, tersisa isakan kecil.
“….Terima kasih Neuvi kamu memang yang terbaik.” Kata Furina yang membalas pelukan Neuvi dengan erat. Neuvillette hanya tersenyum lembut mendengarnya.
Furina melihat Zhongli lagi ketika event premiere film tersebut. Pada saat itu sakit hati Furina sudah mulai mereda setelah menumpahkan seegala rasa sedih dan kecewanya kepada Neuvillette. Dia pun tersenyum kepada Zhongli, sementara Zhongli hanya berusaha bersikap profesional meskipun terlihat ingin segera pergi dari tempat itu.
“Selamat atas Premier film kita dan seperti dugaanku film ini sukses diterima oleh banyak orang.” Kata Furina ramah.
“Ya, Selamat.” Kata Zhongli datar. Furina yang mendengar tanggapan dingin hanya bisa tersenyum kecut dan berbalik untuk menyapa aktor lain. Namun, sebelum dia meninggalkan Zhongli tiba-tiba pria itu berkata, “Hati-hati dengan orang-orang di sekitarmu. Barangkali orang terdekatmulah yang membuatmu terkukung dalam sangkar emas.”
Mendengar hal itu Furina hanya terdiam dan memutuskan pergi meninggalkan Zhongli.
Selesai acara Furina segera pulang ke kediamannya, diantar oleh Neuvillette. Perjalanan di dalam mobil sangat tenang, hanya terdengar mesin mobil. Sampai akhirnya Furina memecahkan keheningan, “Tadi aku bertemu Zhongli. Dia… terlihat baik-baik saja.” Neuvillette hanya diam mendengarkan. Furina pun melanjutkan “Dia bersikap sangat dingin padaku. Dia juga mengatakan hal aneh.”
“Hal aneh apa? Apa dia ingin mencelakakanmu?” Kata Neuvi berusaha tenang.
“Ahh tidak, dia hanya mengatakan bahwa aku harus berhati-hati dengan orang di dekatku dan sebab aku terkurung di sangkar emas. Jujur saja aku tidak mengerti yang dimaksud olehnya.” Kata Furina pelan, menunduk.
“Tidak usah dengarkan kata-katanya. Pria seperti dirinya biasa berbicara dengan bahasa yang puitis untuk menarik perhatianmu. Sebaiknya kamu tidak usah berurusan dengannya lagi. Tentu saja kecuali berhubungan dengan pekerjaan.” Kata Neuvillette tegas. Walau akan kupastikan kamu tidak akan bertemu dengannya lagi.
“Ya, kamu benar Neuvi. Sebaiknya seperti itu. Aku percaya dengan segala keputusanmu.” Jawab Furina sambil melihat pemandangan malam lewat jendela mobil. Perjalanan itu pun berlanjut dalam hening.
Setelah mengantar Furina dengan selamat sampai kamarnya, Neuvillette pun kembali ke kamarnya sendiri untuk beristirahat. Dia menyalakan lampu, di sana terlihat beberapa merchandise Furina, foto-foto furina ketika debut serta segala artikel yang berhubungan dengan Furina. Terlihat pula di pojok ruangan tergantung satu lukisan pemandangan yang indah. Dibaliknya lukisan tersebut. Terpampang beberapa wajah laki-laki yang pernah dekat dengan Furina.
Tanpa Furina ketahui, hal-hal di balik kejadian di mana para laki-laki yang pernah dekat dengannya mulai menjauhi Furina adalah ulah Neuvillette. Tidak, Neuvillette tidak akan membuat nama Furina ternodai, jadi dia menggunakan cara halus. Dia mencari segala informasi yang berkaitan dengan para laki-laki tersebut dan sedikit memberikan “peringatan” kepada mereka. Agar mereka menjaga jarak dengan Furina dan tidak mengatakan apapun terkait hal ini. Sebagai gantinya rahasia mereka akan aman di tangan Neuvillette. Zhongli merupakan aktor terakhir yang dekat dengan Furina. Dia agak susah diatasi namun pada akhirnya semua manusia memiliki kelemahan, Zhongli memiliki rahasia yang tidak diketahui siapapun. Dia memiliki anak, meskipun hanya anak angkat tapi anak tersebut merupakan harta berharga bagi Zhongli. Neuvillette hanya tersenyum mengingat percakapan mereka.
“Selamat Malam Tuan Zhongli, seperti percakapan kita di telepon sebelumnya apakah anda bersedia tidak akan ‘mengusik’ Nona Furina?” Kata Neuvillette, terdengar ramah namun sorot matanya menatap tajam ke arah Zhongli.
Zhongli menghela napas, “Kau mengancamku agar menjauh dari Furina, memang siapa dirimu berhak mengatur? Bagaimana jika aku menjawab tidak?” Jawabnya sambil berusaha meredam amarah.
“Kata mengancam tidak enak didengar, mungkin lebih tepatnya…. ‘Peringatan’ dan ingat, peringatan ini bukan main-main. Saya bisa saja langsung menyebarkan informasi yang telah saya dapat dengan mudah. Saya memiliki beberapa jaringan dan wartawan. Serta perlu diingat, bahwa yang terkena dampak dari hal ini bukan hanya anda.”
Zhongli yang geram mencengkeram kemeja Neuvi dan mengepalkan tangan untuk memukulnya namun dia mengurungkan niat.
“Baiklah kalau itu maumu, lagipula aku enggan berurusan dengan orang licik sepertimu. Dan ingat, jangan ganggu atau dekati orang di sekitarku.” Kata Zhongli sambil melepas cengkaramannya.
“Keputusan bagus. Tenang saja, rahasia Anda aman di tangan saya. Sebagai tambahan… Jangan katakan apapun kepada Nona Furina.” Kata Neuvillette merapikan kemejanya. Kemudian dia mengeluarkan secarik kertas dari tas kerjanya.
“Agar ke depannya tidak ada masalah mohon tanda tangan di surat perjanjian ini. Selanjutnya biar saya yang urus.”
Zhongli pun terpaksa menandatangani surat perjanjian itu. Kemudian menyerahkan kembali kepada Neuvillette.
“Bagaimana bisa Furina memelihara monster sepertimu di sampingnya. Kalau dia mengetahui tentang hal ini pasti dia akan mengusirmu.” Kata Zhongli.
“Saya anggap itu sebagai pujian. Saya pastikan Nona Furina tidak akan pernah mengetahuinya.” Dia berbalik pergi dengan surat perjanjian yang terlipat rapi di tangannya.
Di dalam kamarnya Neuvillette tersenyum melihat surat perjanjian itu. “Percuma apapun yang kau katakan, Zhongli. Nona Furina hanya akan percaya padaku. Seperti halnya Nona Furina yang merupakan cahaya dalam hidupku, aku adalah orang terdekat baginya. Dia tidak akan bisa lepas dariku, serta aku tidak akan berpisah darinya.”
Di masa depan dan seterusnya Furina akan tetap aman selama terus bersama Neuvillette.
Epilog :
Setelah selesai mandi Furina pun bersiap-siap akan tidur. Dia bersenandung dengan ceria sambil memakai perawatan malamnya. Di kaca dia tersenyum ceria, tidak tampak sedih seakan kejadian sebelumnya ketika bertemu Zhongli tidak pernah terjadi.
“Fufufu…. Zhongli lucu sekali dia khawatir padaku padahal dia sendiri sepertinya ketakutan.” Dia tertawa kecil mengingat kejadian tadi
“Neuvi pasti melakukannya lagi. Dia pikir aku tidak tahu yang dilakukannya di belakangku.… Aku tau segala tentangmu, Neuvi. Karena kamu adalah milikku.”
Tanpa Neuvillette ketahui, Furina tahu segala sesuatu yang telah dia lakukan di belakang Furina. Karena memang tanpa sepengetahuan dirinya, Neuvillette telah dimanipulasi agar selalu menomor satukan Furina dalam hal apapun. Furina mendekati para laki-laki tersebut hanya untuk menguji rasa “Cinta” Neuvillette. Dengan aktingnya, mudah bagi Furina untuk memanipulasi orang-orang di sekitarnya. Bagaimanapun Neuvillette tidak tergantikan dan hal itu sudah dia putuskan sejak pertama kali bertemu dengannya. Selain itu, Keluarga Celestia tentu akan menentang hubungan mereka, oleh karena itu dia merencanakan agar bisa mandiri dan lepas dari cengkraman Celestia dengan menjadi aktris besar. Apabila terdengar oleh keluarga Celestia bahwa dia selalu gagal berhubungan dengan lelaki manapun tentu mereka akan menyerah menjodohkannya dengan lelaki lain.
Selain Neuvillette.
“Bagaimanapun aku akan selalu mendapatkan yang aku mau.” Kata Furina tersenyum manis.
Dia pun tidur sambil tersenyum puas.
4 notes · View notes
galeritumbang · 11 months
Text
Mari kita awali paragraf pembuka dgn mantra untuk menerima dan mempertahankan diri, "haaaah". First of all, aku sama sekali tidak membenci daerah Maluku. Tapi, pada kenyataannya memang daerah tersebut cukup membuat hati dan keadaanku berantakan. Deep inside my heart ketika aku ingat akan Maluku, sungguh menciptakan suatu bentuk rasa marah, cemburu, sakit dan kecewa. Masih begitu jelas segala bentuk ucapan, tulisan, respon dia akan salah satu perempuan manis dari pulau tersebut.
Aku hampir masih sering sesak ketika melihat, membaca, mengetahui informasi² mengenai Maluku. Rasanya mustahil sekali untuk membenci suatu daerah bahkan yg jelas² menyimpan banyak sekali keindahan alamnya. Namun nyatanya, ketika hati kita tersakiti.. hal² yg tidak mungkin ternyata mampu terjadi. Adalah aku perempuan yg sebentar lg meninggalkan jejak di seperempat abad usiaku, bertubuh gendut, paras tak semanis dan seteduh perempuan dari timur. Mungkin juga berbagai perangaiku yg jauh dari kata baik jika dibandingkan dgn perempuan yg masih belia itu.
Ternyata menjadi perempuan tidaklah mudah. Batas-batas waktu, kualitas serta kuantitas kaum hawa yg semakin hari semakin bertambah banyak dan baik.. haaah dunia oh dunia.
Mendapati hari dgn setumpuk pikiran negatif berlebih tentu membuat fisik menjadi jauh lebih mudah lelah. Seperti halnya sore ini, aku membatalkan jadwal mengajar les karena ku rasa tak sanggup lagi. Ditambah posisi perut lapar, sungguh paket kombo menyulut emosi. Malamnya, tak ku sangka tak ku duga menemui seorang laki² yg dia memanggilku dgn "bu". Bisa dibayangkan bagaimana kesalnya diriku? Menahan berbagai hal agar tak memenuhi pikiran negatif, namun ternyata justru harus menemui seseorang yg semakin menambah kadar emosi.
Sebelumnya aku jarang mempermasalahkan panggilan "bu" dari orang² asing. Atau terkadang akan ku respon dgn "saya belum ibu², kak". meskipun kesal sekali dgn ucapannya. Namun hari ini karena sudah lelah sekali dgn Maluku, energiku habis dan tak sanggup lagi untuk sekadar basa basi atau merespon laki² si penjual matras tadi. Padahal aku bukan tipe orang yg seperti itu. Biasanya aku pasti yg akan lebih dulu menyapa dan menanyakan beberapa hal, akan tetapi malam tadi benar² berbeda sekali. Aku sama sekali tak menanyakan pertanyaan seperti biasanya; " asli dr mana mas? kuliah atau kerja? oh kok tau ini dari mana?". Aku hanya menunggunya yg sedang mencoba menyalakan kompor untuk mengetahui kondisinya hidup dan layak digunakan. Aku pun tak mengarahkan jalan pulang seperti biasanya. Justru laki² tadi yg banyak bertanya, untuk apa barang² yg dipesan dan dia jg menanyakan arah jalan pulang sembari berterima kasih dan mengucapkan "terima kasih, semoga berkah ya. assalamu'alaikum". Sempat tertegun, namun hanya ku respon dgn " aamiin, makasih".
Setelah ku pikir², ketika aku mengenakan khimar/bergo yg berukuran besar layaknya mukena.. memang banyak yg memanggilku bu. Namun ketika aku menggunakan pashmina atau jilbab segi empat dgn ukuran normal syar'i alhamdulillah masih dipanggil dgn mba/kak. Namun untuk hari ini, perkaranya tidak sesimpel khimar dan panggilan ibu. Tetap yg paling utama yaitu mengenai Maluku, sehingga membuat kondisi diriku sangat berantakan. Terkadang ketika mengingat sesuatu yg menyakitkan dan mengecewakan, justru yg terjadi malah perasaan bahwa diriku tidak berharga, diriku tidak layak bahagia, diriku tidak layak untuk siapa². Padahal sudah seharusnya kita mencintai, mengupayakan dan menerima dgn baik atas segala kondisi diri kita sendiri.
Ah, maafkan hamba yg masih sering lupa bersyukur akan banyaknya nikmatmu yaa Allah..
Jogja, 8 Juni 2023 | 22.57
9 notes · View notes
milaalkhansah · 10 months
Text
Random Conversation : Anak Kos dan Kesepian
"Kamu selama nge-kost pernah merasa kesepian nggak, Mil?" "ya pernahlah, sering malah, tapi aku malah merasa lebih nyaman seperti ini, aku lebih tenang, minim konflik sama orang lain, yang akhirnya nggak ada beban pikiran baru"
sebenarnya, sebelum nge-kost pun hidup sendirian dan kesepian sudah menjadi teman akrabku dari sejak masih kecil. waktu masih SMP, aku udah terbiasa ditinggal bertiga sama adikku sampai larut malam, karena ibuku yang harus bekerja. ditinggal dengan kondisi diri sendiri yang menjadi satu-satunya yang paling besar, walau dari segi usia aku masih sangat kecil waktu itu, butuh keberanian yang tak mudah, karena kondisi rumahku yang lumayan besar, gelap, dan agak terpencil dari rumah tetangga (karena rumahku di kelilingi oleh banyak kebun jadi kondisi pas malam hari lumayan mencekam dan mengerikan) diperparah dihuni hanya oleh tiga anak kecil.
dengan kondisi seperti itu, berupaya terlelap menunggu ibukku pulang bekerja dengan dada yang bertalu-talu cemas dan ketakutan setiap detiknya sudah menjadi santapanku setiap hari.
sehingga ketika setelah lulus sekolah dan memilih bekerja dan tinggal sendirian, aku sudah merasa biasa-biasa saja. karena apa yang kuhadapi saat ini tidak ada apa-apanya dengan apa yang kulalui sejak masih belia.
alih-alih mendewasa karena usia, aku merasa lebih di dewasakan oleh keadaan.
Semakin bertambahnya usiaku, kesepian bukan lagi momok menakutkan di usia dewasa. dengan kondisi aku yang semakin hari semakin malas untuk bersosialisasi, kesepian dan kesendirian adalah salah satu jalan yang telah kupilih agar merasa lebih tenang. aku bersyukur, kekecewaan mendalam dan ketakutkan akan kembali dipatahkan oleh harapan, membuatku merasa cukup oleh makhluk bernama manusia. karena bukannya mengobati, kehadiran mereka terkadang justru lebih memperparah kesepian yanga kurasakan. kau pasti pernah merasa tetap sendirian walau tengah berada di antara banyak orang, kan?
kesepian tak semenyedihkan itu, sendirian pun tidak semenakutkan itu, karena salah satu cara untuk merasa terbiasa dengannya adalah dengan menjadikannya sebuah teman.
lagian, masih banyak hal lebih baik yang bisa kau jadikan teman pengusir kesepian : buku dan membaca, misalnya.
kau hanya perlu menemukannya.
18 notes · View notes
sitinasyukha · 10 months
Text
Bapak adalah orang pertama yang ku beritahu tentang rencanaku melanjutkan studi. Malam itu aku di rumah sendiri, mamak sedang belasan di masjid dan adikku sedang keluar jalan. Seperti biasa, bapak selalu menelpon di malam hari. Aku sudah 80% dengan niatku untuk mencoba mendaftar beasiswa LPDP di tahun itu. Setelah bertukar kabar makan malam dengan apa malam itu, aku membuka obrolan "Pak, aku kayanya pengen daftar beasiswa untuk sekolah lagi. Beasiswa penuh, semuanya sudah ditanggung. Menurut bapak cemana?" "Ya bagus kalau memang bisa dapat beasiswa". Jawaban yang sesuai dengan ekspektasiku.
Kenapa bapak orang pertama yang ku ajak bicara soal mimpiku? Karena aku sudah memprediksi responnya. Karena aku tau bapak bersedia mendengarkan hingga selesai tentang mimpi-mimpiku. Tidak hanya mendengarkan, tapi aku juga meyakini bapak akan mempercayai apa yang aku ingin usahakan dan akan menyetujuinya. Aku tahu bapak akan melakukan itu. Tentang mimpiku, bapak adalah the safest place untuk aku bercerita tentang betapa liarnya isi kepalaku dengan segala angan angan yang ingin direalisasikan. Di saat orang lain mungkin akan mengatakan ketinggian, bapak selalu memilih mempercayai anak gadisnya ini.
Mengapa selama perjalanan pendidikanku aku memberanikan diri coba ikut ini itu meski deepdown inside sangat insecure adalah karena kepercayaan dari bapak dan mamak bahwa aku dipercayai bisa melakukan segalanyaa. Bapak dan mamakpun selalu mengupayakan memberiku akses yang ku butuhkan meski mungkin untuk beberapa orang tua yang berasal dari kalangan ekonomi yang sama dengan kami memilih untuk tidak memberikan akses itu karena dinilai "mahal" untuk ukuran dompet kami.
Obrolan itu berlanjut pada rencana-rencanaku di masa depan, mimpi-mimpiku. Cerita yang disambut antusias oleh bapak. Bapak memang tidak berkesempatan sekolah tinggi, tapi bapak selalu senang jika anaknya bisa bermanfaat untuk orang lain. Bersyukurnya aku, bapak dan mamak tidak pernah menaruh ekspektasi aku berkarir sebagai apa, jabatan apa, nominal gaji berapa. Tapi bapak dan mamak selalu menginginkan aku dan adik adik jadi orang yang bener dan baik sama orang lain. Antusiasme bapak malam itu, membuat niatku menjadi 90%, karena aku sudah mengantongi ridhonya atas pilihanku.
Tinggal meyakinkan mamak, batinku. Tapi dengan persetujuan bapak, aku merasa aku punya backingan untuk menghadapi mamak saat meminta persetujuan mamak yang ku prediksi akan sedikit sulit wkwkwk bukan, bukan karena mamak tidak mendukung proses pendidikanku. Mamak adalah orang yang paling banyak mendampingi proses belajarku dan menumbuhkan minat belajarku dari usia belia. Namun aku bisa memahami kekhawatiran mamak mamak yang anak gadisnya berumur 27 tahun waktu itu, belum memiliki pasangan, malah mau sekolah lagi. Tapi alhamdulillah, by time dan by chance, melihat kesungguhan dan alasan dibalik niatku untuk sekolah lagi, ditambah juga melihat hal baik yang ku lakukan di komunitas binaanku setahun belakangan, mamak menyutujui pilihanku.
Everything happen for good reason. Hari ini aku menemukan hikmahnya. Setelah apa yang aku dan mamak lewati saat menemani bapak di rumah sakit kemarin, aku jadi punya quality time sama mamak, banyak ngobrol, berdiskusi berdua, menghadapi masa sulit dan mengambil keputusan berdua. Hari ini aku menemukan mamak sepenuhnya mendukung pilihanku. Aku merasakan dukungannya semakin besar. Meski rasanya tidak akan pernah sama, karena aku telah kehilangan satu sayap yang mendukungku untuk terbang, tapi aku masih punya satu sayap dari mamak yang akan menemani perjalananku dengan doa dan restunya.
Bagaimanapun, ingatan dan perasaan hangat tentang bapak yang selalu mendukung mimpiku menjadi "hadir"nya bapak dalam perjalanan hidup yang aku jalani. Sebelum bapak berangkat kembali ke ipoh, di rumah sepulang dari shalat maghrib berjamaah di masjid, ku dengar ia menelpon teman dan saudaranya di pulau jawa, memberitahu bahwa anak gadisnya ini mendapatkan beasiswa dan mau kuliah di jogja. Setelahnya bapak memberitahuku besok bisa nginap di rumah A, B, C, saat tiba di sana menjelang mendapat tempat tinggal. Waktu aku berjumpa dengan teman teman bapak saat mereka mengunjungi bapak di rumah sakit, aku baru mengetahui bahwa bapak bercerita kepada teman-teman seperantauannya bahwa anaknya ini akan sekolah lagi. Ingatan itu yang terus aku rawat dan akan menemani perjalananku mengupayakan apa yang aku mimpikan. Meski raga bapak sudah tidak bisa menemani, tapi ingatan tentang bapak akan terus mengingatkanku tentang hari hari dimana bapak sangat senang dengan apa yang sedang aku usahakan, tidak hanya untuk diriku dan keluargaku, tapi untuk bangsa ini. Ya, bapakku, meski sudah berpuluh tahun bekerja di negera lain, tapi rasa cintanya pada Indonesia begitu besar sehingga rasa itu mengalir dan menular kepadaku.
17 Juli 2023
22.08 wib
3 notes · View notes
rainyrens · 11 months
Text
TEH DAN PENGKHIANAT
Tumblr media
Penulis : Iksaka Banu
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Jumlah halaman : 162 halaman
Buku ini berisi kumpulan cerpen dari penulis Iksaka Banu yang pernah beliau publikasikan diberbagai surat kabar.
***
Buku Iksaka Banu yang pertama kali dibaca, keracunan buku ini gegara lalu lalang di linimasa twitter. Alhamdulillah buku ini terbeli dari hasil giveaway. Dan ternyata diriku gak cocok dengan gaya penulisan mas Iksaka Banu 😅
Buku ini harusnya jadi comfort book karena memiliki tema, latar waktu dan latar tempat yang selalu bikin interest, tapi karena gaya penulisannya yang kurang nyaman jadi enggak bisa masuk kategori comfort book ku.
Terdiri dari 13 cerpen berlatar waktu masa pendudukan Belanda hingga masa Agresi Militer Belanda, bukan tipe buku yang bisa dibaca sekali duduk (untukku), hanya satu cerpen yang jadi favorit dengan judul "Tawanan". And ya, ku tuliskan potongan dialog dalam cerpen berjudul "Tawanan" ini untukmu, selamat membaca!
***
TAWANAN
"...sadarlah kau sedang mencoreng martabat bangsamu sendiri!"
"...martabat seperti apa yang sedang kau risaukan sebenarnya? Apakah pilot P-40 pembantai rombongan tentara Siliwangi yang sedang melakukan long march tempo hari itu punya martabat? Para pejuang Republik itu membawa anak-istri mereka, cita-cita mereka, masa depan mereka. Berjalan kaki sejauh 900km dari Yogya, hanya untuk kemudian terkapar berserakan, berkubang darah di sawah berlumpur sepertu hama tukus!"
"Teman-temanmu, para ekstremis itu, membantai kami tiga hari lalu. Dua perwira Belanda gugur, juga belasan lain. Kau tidak memikirkan keluarga dan masa depan mereka?"
"Turut berduka. Tetapi para Belanda itu tidak membawa anak-istri saat ditembak. Itu beda!"
"Seharusnya kau tau, hal semacam itu disebut ekses,"
"Reaksi di luar kendali. Maklum, kelakuan para ekstremis selalu sama: menghadang konvoi Belanda, melepas tembakan, lalu lari ke tengah perkampungan. Bisa juga ke tengah kerumunan long march itu. Memancing amarah dan rasa frustasi kami. Lalu semua terjadi, tanpa terkendali."
"Suatu petang, di Jembatan Oldenallerbug, antara Putten dan Nijkerk, pecahan unit kami menyerang sebuah mobil patroli Jerman berisi dua perwira yang dikawal dua orang kopral. Salah seorang pewira luka parah kemudian mati, tetapi sempat memberitahu rekan-rekannya."
"Sebagai militer, kau tentu mendengar yang terjadi keesokan harinya. Seratus rumah dibakar, enam pria dan seorang wanita ditembak karena melawan. Ratusan sisanya dikirim ke tempat kerja paksa."
"Itulah ekses, kawan!"
"Yang terbunuh satu orang, lalu muncul aksi pembalasan kelewat batas. Itupun hanya tujuh orang Belanda yang mati. Bandingkan dengan insiden di Karawang. Pernah mendengar yang terjadi dikampung Rawagede saat berlangsung Operasi Produk 1947, Kapten?"
"Tidak ada penyergapan oleh tentara Republik sebelumnya. Hanya pertempuran singkat. Tetapi suatu hari Belanda datang, lalu melampiaskan kekesalan ke sejumlah desa karena tidak menemukan senjata apa pun di situ. Berapa banyak orang sipil yang mati? Entah. Ada yang mengatakan 150 atau 200 orang. Mereka diambil acak, dibariskan, lalu dihabisi. Mayat mereka tertimbun memenuhi parit. Lihat bedanya? Itu bukan ekses, tetapi sebuah aksi terencana."
"Kau tak mengerti. Aku ditugaskan ke Hindia menemani ribuan pemuda belia, para wajib militer, untuk membebaskan tanah air ini dari cengkeraman Jepang."
"Mengusir Jepang, melindungi penduduk. Aku pun dulu dicekoki doktrin seperti itu. Kita begitu naif."
"Faktanya, penduduk tak ingin lagi Belanda tinggal di sini. Sama seperti kita menolak Nazi Jerman bercokol lebih lama di negeri kita. Mereka ingin merdeka. Dan pahamilah, orang-orang ini sama sekali bukan garong atau ekstremis. Kalau kau tinggal di tengah mereka, bernapas seperti mereka, ikut long march bersama mereka, matamu akan terbuka. Betapa orang Belanda itu banyak lagak dan biadab."
4 notes · View notes
zulfazzakiyah · 2 months
Text
Beriringan antar Organ
Sore ini amat syahdu. Lantaran hanya muncul awan kelabu. Tiada seberkas cahaya menyapa barang sewaktu. Membuat ingatan terbang jauh ke masa lalu. Kala sang putri masih belia nan lugu.
Usianya baru menginjak angka lima. Sang putri menjalani hari sebagai bocah pada umumnya. Tertawa riang dan gemar bercerita. Bermain dan berlari bersama kawan pun tak pernah lupa. Terjatuh hingga tergores pada lengan dan kaki bukan hal yang biasa. Tatkala lutut kaki terluka, air matanya tak pernah lupa selalu menyapa. Begitulah keseharian sang putri ketika balita.
Menginjak remaja, sang putri menjelma menjadi gadis yang menawan. Meski tak lagi terjatuh dan terluka kala bermain dengan teman. Namun, air matanya tetap setia berkawan. Tatkala terjadi perselisihan. Menyebabkan akalnya terus berpikir akan cara berbaikan.
Saat ini sang putri telah memasuki usia dewasa. Tak lagi ia menangis tersebab perselisihan dengan temannya. Sang putri semakin menawan dan jelita. Ia pun mulai mengenal akan cinta. Hingga suatu ketika air matanya kembali menyapa. Tersebab patah hati pertamanya.
Lutut yang terluka dan cedera. Akal yang terus bekerja agar tiada sengketa. Serta hati yang patah lantaran cinta. Segala lara yang dirasa pada masing-masing organ raga. Namun, bagian lain yang melukiskan kesedihan yang dirasa. Kebersamaan antar organ yang terjalin sejak pertama sang putri bernyawa.
2 notes · View notes