Tumgik
#anismatta
celotehku · 10 months
Text
Kita tidak mampu mengatur semua hal di dunia ini sesuai keinginan kita.
Dunia ini ada yang mengatur, mulai dari proses perputaran bumi, sampai hati manusia yang sering terbolak balik.
Maka jangan paksakan semua yang diluar kemampuan kita, tugas kita hanya ikhtiar maksimal, selebihnya ada yang maha mengatur.
Tugas kita adalah bekerja sesempurna mungkin dalam tahap ideal versi manusia, tapi selebihnya ada Allah yang maha mengatur.
Tidak akan ada karya yang sempurna di dunia ini selain apa yang Allah tetapkan. Tidak ada prestasi yang paripurna tanpa cacat kecuali karya Allah semata.
Berlapang dadalah atas semua keadaan, berlapang dadalah atas semua ketidaksempurnaan manusia. Karena memang Allah menciptakan semua makhluk penuh dengan kekurangan.
Jangan iri dengan kelebihan orang lain, jangan abai untuk prioritas memperbaiki diri, dan jangan pernah pelihara penyakit hati yang membuat manusia hidup tercela.
Kesempurnaan hanya milik Allah, berlapang lapang lah dalam bergaul dengan sesama manusia. Jangan berlebih-lebihan dalam mencintai dan membenci.
Peliharalah selalu sikap tawadhu di depan Allah dan di depan manusia, bersabarlah atas perlakuan tidak enak dari orang lain, dan jangan membalas segala keburukan dengan keburukan serupa.
Hindari berkonflik yang tidak perlu, hindari waktu yang mubazir untuk bertengkar, berdebat dengan orang orang awam, dan hindari menghabiskan energi untuk menunjukkan kesempurnaan di depan manusia. Sesungguhnya Itu bukan ranah kita.
-TZU
0 notes
geloralamongan-blog · 4 years
Photo
Tumblr media
Hari ini saya dan rekan-rekan DPN Partai Gelora melanjutkan silaturrahim dengan pimpinan lembaga tinggi negara. Alhamdulillah, kami berkunjung ke Ketua MPR RI Mas Bambang Soesatyo. Kepada Mas Bamsoet saya melaporkan Partai Gelora telah sah menjadi badan hukum dan kini sedang melengkapi struktur di seluruh seluruh Indonesia. Saya juga kembali menyampaikan pentingnya seluruh elemen bangsa bersilaturrahim dan berkonsolidasi untuk menghadapi krisis multidimensi yang panjang dan berlarut ini. Ada waktunya kita melepaskan segala kendala ideologis dan kendala komunikasi agar kita semua bisa berkolaborasi. Sebagai partai berasas Pancasila, Partai Gelora tidak memiliki hambatan ideologis dan hambatan komunikasi untuk berkolaborasi dengan siapa pun. Tadi juga kami sempat mendiskusikan perbaikan UU Pemilu, terutama untuk memisahkan waktu pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Ini penting agar tidak terjadi lagi beban yang terlalu berat bagi KPU dan perangkatnya sampai ke bawah. Tadi Mas Bamsoet menyampaikan harapannya kepada Gelora, agar bisa menjadi “darah segar” dalam perpolitikan Indonesia. “Gelora bisa menjadi harapan baru,” kata Mas Bamsoet. Terima kasih, Mas Bamsoet. Selamat menjalankan tugas sebagai Ketua MPR RI. Semoga kolaborasi antar-elemen bangsa dapat memandu kita keluar dari krisis ini. By Anis Matta ketua Umum DPN GELORA INDONESIA #arahbaruindonesia #anismatta #AyoMenggelora #LamonganMegilan #gelorakanindonesia #GelorakanLamonganLuwehMegilan https://www.instagram.com/p/CC-7-ZUsFlF/?igshid=1hrm2h7rjy58r
0 notes
coretaniren-blog · 6 years
Text
Narasi Muhammad
Oleh: Anis Matta
“Aku bisa berdoa kepada Allah untuk menyembuhkan butamu dan mengembalikan penglihatanmu. Tapi jika kamu bisa bersabar dalam kebutaan itu, kamu akan masuk surga. Kamu pilih mana?”
Itu dialog Nabi Muhammad dengan seorang wanita buta yang datang mengadukan kebutaannya kepada beliau, dan meminta didoakan agar Allah mengembalikan penglihatannya. Dialog yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Ibnu Abbas itu berujung dengan pilihan yang begitu mengharukan: “Saya akan bersabar, dan berdoalah agar Allah tidak mengembalikan penglihatanku.”
Beliau juga bisa menyembuhkan seperti Nabi Isa, tapi beliau menawarkan pilihan lain: bersabar, sebab kesabaran adalah karakter inti yang memungkinkan kita survive dan bertahan melalui seluruh rintangan kehidupan. Kesabaran adalah karakter orang kuat. Sebaliknya, tidak ada jaminan bahwa dengan bisa melihat, wanita itu akan bisa melakukan lebih banyak amal saleh yang bisa mengantarnya ke surga. Tapi disini, kesabaran itu adalah jalan pintas ke surga. Selain itu, penglihatan adalah fasilitas yang kelak harus dipertanggungjawabkan di depan Allah, karena fasilitas berbanding lurus dengan beban dan pertanggungjawaban. Ada manusia, kata Ibnu Taimiyah, lebih bisa lulus dalam ujian kesulitan yang alatnya adalah sabar ketimbang ujian kebaikan yang alatnya adalah syukur.
Muhammad bisa menyembuhkan seperti Isa. Juga bisa membelah laut seperti Musa. Bahkan bulan pun bisa dibelahnya. Muhammad punya dua jenis kekuatan itu: soft power dan hard power. Muhammad mempunyai semua mukjizat yang pernah diberikan kepada seluruh Nabi dan Rasul sebelumnya. Tapi beliau selalu menghindari penggunaannya sebagai alat untuk meyakinkan orang kepada agama yang dibawanya. Beliau memilih kata. Beliau memilih narasi. Karena itu mukjizatnya adalah kata: Al-Qur’an. Karena itu sabdanya pun di atas semua kata yang mungkin diciptakan oleh manusia.
Itu karena narasi bisa menembus tembok penglihatan manusia menuju pusat eksistensi dan jantung kehidupannya: akal dan hatinya. Jauh lebih dalam daripada apa yang mungkin dirasakan manusia yang kaget terbelalak seketika saat menyaksikan laut terbelah, atau saat menyaksikan orang buta melihat kembali.
1 note · View note
tussyac · 7 years
Text
Permainan Takdir
Fir'aun mungkin tidak pernah membayangkan bahwa kotak kecil berisi bayi Musa yang mengapung di sungai dan merapat ke istananya adalah sebuah surat. Itu pesan bahwa ketika ia menginstruksi pembunuhan bayi laki-laki, tanpa sadar ia sedang bermain dengan takdirnya sendiri. Permainan baru saja dimulai! Seharusnya Fir'aun sadar bahwa isi kotak ini mutlak masuk dalam daftar bayi yang harus dibantai. Dia tidak boleh membuat pengecualian. Tapi Fir'aun membuat pengecualian. Bayi ini dikeluarkan dari daftar target pembunuhan. Dan itulah awal dari semua bencana yang menimpanya kelak. Pengecualian itu dibuat dengan logika yang sangat lugu dan naif. Istrinyalah yang memberi ide, bayi itu mungkin bermanfaat atau diangkat sebagai anak. Kaum megaloman seperti Fir'aun biasanya menunjukkan kuasa dengan menebar kasih. Maka ia mengabulkan permintaan istrinya, toh semua masih dalam kendali. Dari celah jiwa itulah Allah memberlakukan kehendakNya. Sang Rasul tumbuh besar dalam istana, dengan fasilitas istana. Perlindungan yang sempurna. Dari waktu ke waktu. Bayi itu menunjukkan gelagat berbahaya, tapi kasih sayang mengubah sikapnya. Ia melakukan "pembiaran", semua dalam kendali. Begitulah Allah mempermainkan Fir'aun. Dimulai dengan mimpi yang menganggu pikirannya dan melahirkan kecemasan luar biasa, lalu bayi mungil itu. Sebuah dinasti raksasa diruntuhkan dengan cara yang sangat sederhana. Dari ide-ide kecil yang diselipkan Allah dalam benak Fir'aun. Itulah permainannya. Permainan kecil itu hanya ingin menyampaikan pesan sejarah bahwa kendali bukanlah di tangan manusia, termasuk atas pikiran-pikirannya sendiri. Para konspirator selalu ditipu oleh dendam dan megalomania, diyakinkan oleh kedigdayaannya bahwa semua kendali ada di tangan mereka. TIDAK nyatanya! Sumber optimisme kita dari situ, dari fakta bahwa kendali tidaklah di tangan manusia, kendali tetap di tangan Allah. Dia yang mengendalikan game ini! Yang harus kita jaga agar takdir baik berpihak pada kita adalah konsistensi pada kebenaran. Walaupun kita akan tampak lugu dan naif. Ini permainannya! Allah yang mengontrol seluruh permainan ini karena Dia sendiri yang mengendalikan alam raya ini, termasuk ilmu tentang masa depan. Jadi jangann terlalu khawatir! Semua ilmu manusia tentang masa depan hanya sampai pada zhan (dugaan). Mereka bisa membaca tren, tapi tidak mengendalikannya. Itu seperti meramal cuaca, bisa diduga-duga tapi tidak bisa dikendalikan. Jadi jangan percaya pada propaganda bahwa ada kekuatan yang tak terkalahkan di dunia ini.
— Anis Matta
16 notes · View notes
ollieolea · 6 years
Text
SATU ABAD TRAGEDI KEMANUSIAAN PALESTINA
DARI BALFOUR KE TRUMP
Oleh : M. ANIS MATTA
Deklarasi Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel 6 Desember 2017 lalu mengingatkan kita pada Deklarasi Balfour 2 November 1917, persis satu abad lalu. Pilihan waktu ini jelas sangat historis. Satu abad rasanya cukup untuk menuntaskan mimpi negara Israel.
Ide negara Israel dideklarasikan secara resmi oleh Arthur Balfour, Menteri Luar Negeri Inggris, melalui surat yang ia kirim kepada konglomerat sekaligus Ketua Komunitas Yahudi Inggris, Rothchild. Dalam surat yang berisi dukungan penuh terhadap aspirasi Zionist itu, Balfour antara lain mengatakan: "His Majesty’s government view with favour the establishment in Palestine of a national home for the Jewish people, and will use the best endeavours to facilitate the achievement of this object…”.
Deklarasi itu dilakukan di tengah kecamuk Perang Dunia Pertama yang berlangsung dari 28 Juli 1914 hingga 11 November 1918, dimana Inggris, Prancis dan Russia (Allies) berhadapan dengan Jerman, Austro-Hungaria (Central Power). Dengan meluasnya medan tempur, Italia, Jepang dan Amerika Serikat akhirnya ikut bergabung dengan Sekutu, sementara Ottoman dan Bulgaria bergabung dengan Central Power.
Seperti yang kita ketahui, perang itu akhirnya dimenangkan oleh Sekutu. Tapi karena Tsar Rusia terjungkal dalam Revolusi Bolshevik yang berlangsung dari 8 Maret 1917 hingga 7 November 1917, praktis Inggris dan Prancis yang kemudian muncul sebagai kekuatan baru dunia.
Dan perang selalu begitu dalam sejarah, selalu menjadi alat paling efektif untuk mengubah peta dan jalannya sejarah secara keseluruhan.
Setidaknya ada empat imperium yang lenyap dari peta dunia setelah Perang Dunia Pertama itu. Imperium Jerman, Imperium Austro-Hungaria, Imperium Tsar Rusia dan Imperium Ottoman. Dan tentu saja peta baru dibuat oleh sang pemenang. Itulah awal dari semua perubahan peta geopolitik di Dunia Islam.
Pada tahun 1916, atau di pertengahan Perang Dunia Pertama itu, dilatari oleh keyakinan bahwa Sekutu akan mengalahkan Imperium Ottoman, secara diam-diam Inggris dan Prancis membuat perjanjian yang juga disetujui Rusia, untuk membagi-bagi wilayah kekuasaan Ottoman sebagai rampasan perang.
Perjanjian ini secara resmi disebut Asia Minor Agreement tapi kemudian lebih popular dengan nama Sykes-Picot Agreement, merujuk kepada nama diplomat Inggris, Mark Sykes, dan diplomat Prancis, Francois Georges-Picot.
Jatah Inggris adalah seluruh jalur pantai yang terbentang antara laut Mediterania dan Sungai Jordan, wilayah selatan Irak plus beberapa wilayah kecil lainnya, termasuk pelabuhan Haifa sebagai akses ke Mediterania. Sementara Prancis mengambil jatah di wilayah Tenggara Turki, wilayah Utara Irak, Syria dan Lebanon. Rusia mengambil Istanbul, Selat Bosphorus dan Armenia.
Dalam perjanjian itu ada beberapa wilayah yang masuk dalam apa yang disebut sebagai "brown area” termasuk Jerusalem, yang akan dikelola oleh administrasi internasional setelah dikonsultasikan ke Rusia dan Syarif Husein sebagai gubernur Hejaz (Mekkah, Medinah dan Jeddah). Tapi kemudian brown area itu sepenuhnya diserahkan ke tangan Inggris tahun 1920, yang kemudian dikelola dalam apa yang disebut sebagai Mandatory Palestine dari tahun 1923 sampai 1948 saat negara Israel berdiri.
Rusia sendiri sejak awal tidak dominan dalam perjanjian itu, apalagi setelah kaum Bolshevik membongkar perjanjian itu di media-media Rusia 23 November 1917, yang tentu saja mempermalukan Inggris, membuat murka Ottoman dan mengegecewakan raja-raja Arab yang telah mengkhianati Ottoman.
Tapi yang pasti “Peta Sykes-Picot” itu telah membelah Imperium Ottoman secara sangat efektif dan cepat. Seluruh wilayah Arab Non Jazirah terlepas dari kekuasaan Ottoman. Kelak seluruh kawasan itu berubah menjadi pecahan negara-bangsa (nation-state) yang merdeka, sementara kabilah-kabilah Arab di kawasan Jazirah kemudian menyusul menjadi negara merdeka berbasis kekabilahan (tribe-state). Batas-batas antar negara di kawasan itu ditentukan oleh Inggris dan Prancis di wilayah kekuasaan masing-masing. Tapi semuanya lepas dari kekuasaan Ottoman. Itu sebabnya runtuhnya Imperium Ottoman tinggal masalah waktu. Dan itulah yang kemudian terjadi tahun 1924.
Jadi landscape geopolitik baru seluruh wilayah Ottoman dibuat dalam Peta Sykes-Picot tahun 1916, sementara proses awal pendirian Negara Israel digarap setelah Deklarasi Balfour tahun 1917.
Kekalahan Ottoman dalam Perang Dunia Pertama akhir tahun 1918, disusul keruntuhannya tahun 1924, membuat ide Negara Israel makin mendekati kenyataan. Balfour sendiri bukan penggagas negara Israel. Tapi Deklarasi Balfour adalah komitmen Inggris untuk membantu komunitas Yahudi Zionist mendirikan Negara Israel yang akan mewadahi seluruh orang Yahudi dari berbagai belahan dunia.
Ide mendirikan sebuah negara mandiri bagi orang Yahudi adalah ide Organisasi Zionist yang didirikan oleh seorang jusnalis Yahudi asal Austro-Hungaria, Theodor Herzl (1860-1904). Ide ini merupakan respon terhadap ancaman eksistensial yang dihadapi kaum Yahudi di Eropa bersamaan dengan bangkitnya gerakan-gerakan Nasionalis Radikal, yang menjadikan Anti-Semitisme sebagai salah satu inti ideologinya.
Nasionalisme Radikal yang berkecambah di paruh kedua abad ke 19 inilah yang menjadi akar munculnya berbagai konflik di Eropa, yang puncaknya adalah Perang Dunia Pertama dan Kedua, dan berbagai gerakan Anti-Semitisme seperti pada Dreyfus Affair di Paris yang kemudian membelah Prancis dari tahun 1894-1906, dan munculnya pemimpin Anti-Semit di Vienna, Karl Lueger, tahun 1895, hingga kasus pembantaian (holocaust) Kaum Yahudi, yang puncaknya pada era Hitler (1933-1945).
Dalam manifestonya, Hitler bahkan menganggap ideologi Kapitalisme sebagai bagian dari konspirasi Yahudi. Walaupun secara keamanan kaum Yahudi di Eropa mengalami ancaman eksistensial, tapi fenomena itu juga dapat dibaca secara sosiologis sebagai kegagalan asimilasi sosial kaum Yahudi dengan masyarakat Kristen Eropa.
Awalnya Kaum Zionist punya empat pilihan negara tempat mereka menampung Kaum Yahudi dari berbagai belahan dunia; Palestina, Argentina, Uganda dan Mozambik. Tapi kemudian mereka memilih Palestina karena justifikasinya secara keagamaan lebih mudah dilakukan. Dan itu juga sekaligus memudahkan proses mobilisasi global Kaum Yahudi untuk berimigrasi ke Palestina sebagai tanah yang dijanjikan. Termasuk diantaranya memobilisasi para donatur untuk membiayai mobilisasi imigrasi besar-besaran itu.
Kelak kita mengetahui bahwa salah satu donator utama mobilisasi imigrasi itu adalah keluarga Rothchild, pemilik jaringan perbankan terbesar di dunia.
Jika hari ini kita menyaksikan migrasi besar-besaran para korban konflik dari Timur Tengah dan Afrika ke Eropa, pemandangan itu pula yang terjadi bagi Kaum Yahudi dari Eropa dan Rusia ke Palestina sejak tahun 1882 hingga tahun 1948. Dalam kurun waktu hampir 70 tahun itu, 521.000 orang Yahudi telah berimigrasi ke Palestina dalam enam gelombang migrasi, yang terbesar diantaranya adalah migrasi sepanjang tahun 1932 hingga tahun 1939, yaitu sebanyak 225.000 orang dan antara tahun 1940 hingga tahun 1948, yaitu sebesar 118.000 orang.
Dua gelombang migrasi besar ini terjadi persis di era Hitler. Sementara dua gelombang migrasi terjadi sebelum Perang Dunia Pertama dan Deklarasi Balfour, yaitu sebanyak 25.000 orang antara tahun 1882 hingga tahun 1903 dan 40.000 orang antara tahun 1904 hingga tahun 1914.
Jika perang adalah alat paling efektif untuk mengubah peta geografi dan politik, maka migrasi adalah alat paling efektif untuk mengubah komposisi demografi dalam sebuah wilayah.
Akibat migrasi itu, warga Yahudi di Palestina berkembang dari 3% dari total 460.000 orang tahun 1882 menjadi 31,5% dari total 2.065.000 penduduk Palestina tahun 1948 dan menguasai sekitar 78% lahan. Begitulah cerita Negara Israel dimulai; warga Yahudi sudah memenuhi wilayah Palestina sebelum Negara Israel berdiri tahun 1948. Pada mulanya adalah konflik penguasaan lahan yang tidak disadari oleh warga Palestina hingga Intifada Pertama tahun 1921, Demonstrasi Besar Al Quds tahun 1933 dan Syahidnya Izzuddin Al Qassam tahun 1935, Revolusi Palestina antara tahun 1936 hingga tahun 1939.
Di bawah pendudukan Inggris dan operasi militer milisia Zionist semua perlawanan itu gagal. Puncaknya adalah perang tahun 1948 dimana gabungan Pasukan Pembebasan Arab di bawah Liga Arab takluk. Negara Israel langsung dideklarasikan tahun 1948 itu juga, dan segera diakui sebagai anggota PBB tahun 1949.
Resolusi PBB nomor 181 tahun 1947 sebelumnya, yang tertuang dalam apa yang disebut Palestine Partition Plan, telah membagi Palestina kedalam tiga zona. Satu zona dikuasai pemerintahan Israel, satu zona dikuasai pemerintahan Palestina dan satu lagi merupakan zona bersama, yaitu Al Quds atau Yerusalem.
Setelah perang 1948, Israel menguasai wilayah Barat Al Quds, sementara wilayah Timur dikuasai Jordania. Tapi wilayah Timur Al Quds itu kemudian dicaplok lagi oleh Israel tahun 1967.
Bagi kaum Yahudi Zionist, 70 tahun waktu yang terbentang antara 1947 hingga 2017, adalah penundaan mimpi Israel Raya akibat kepengecutan para pemimpin Amerika Serikat dan Eropa. Itu adalah kesia-siaan. Sebab mimpi Israel Raya, yang digagas Theodor Herzl dan kemudian dikenang sebagai Bapak Negara Israel, tidak sempurna tanpa Al Quds. Dan keberanian Trumplah yang mengakhiri kesia-siaan itu 6 Desember 2017 lalu.
Inilah yang mereka sebut sebagai Deal of The Century. Inilah pesta sejarah terbesar Kaum Yahudi, dimulai dari Deklarasi Balfour 2 November 1917, disempurnakan oleh Deklarasi Trump 6 Desember 2017.
Tragedi kemanusiaan
Penelusuran sejarah itu menjelaskan alasan mengapa Inggris, Prancis dan negara-negara Eropa lainnya kemudian mendukung ide pendirian Negara Israel. Itu cara Eropa membayar “utang budi” mereka kepada kaum Yahudi. Dukungan itu jadi kebijakan yang realistis setelah kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia Pertama tahun 1918. Namun menjadi kewajiban setelah peristiwa holocaust yang dialami kaum Yahudi di bawah Hitler, dan kemudian takluk oleh Sekutu dalam Perang Dunia Kedua tahun 1945.
Tapi yang membayar utang budi Eropa kepada kaum Yahudi adalah Kaum Muslim Palestina. Kaum Yahudi yang menjadi korban pembantaian di Eropa sekonyong-konyong datang ke tanah Palestina untuk menjadi pelaku pembantaian baru atas kaum Muslim disana. Itu adalah transfer tragedi kemanusiaan dari Eropa ke Palestina. Dan kini, satu abad sudah tragedi kemanusiaan itu berlangsung. Dimulai oleh Balfour disempurnakan oleh Trump.
Misi Konstitusi
Negara Israel berdiri 1948, persis tiga tahun setelah Indonesia merdeka tahun 1945. Kita yang merasakan getirnya penderitaan akibat penjajahan lebih dari tiga abad pasti membawa rasa senasib sepenanggungan dengan kaum Muslim Palestina dan semua bangsa lain yang sampai saat itu belum merdeka.
Perasaan senasib sepenanggungan itulah yang mendorong para pendiri bangsa kita menjadikan kebebasan dan kemerdekaan seluruh bangsa dunia sebagai misi konstitusi Indonesia. Semangat itu pula yang melatari pendirian Konfrensi Asia Afrika yang dipelopori salah satunya oleh Bung Karno. Sejak saat itu satu demi satu negara-negara Asia Afrika merebut kemerdekaannya.
Yang tersisa kini tinggal Palestina. Ya. Tinggal Palestina. Dan, “selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel”, kata Bung Karno. Sebagai bangsa Indonesia, kata Bung Karno lagi dalam pidato HUT RI ke 21, “kita harus bangga bahwa kita adalah satu bangsa yang konsekuen terus, bukan saja berjiwa kemerdekaan, bukan saja berjiwa antiimperialisme, tetapi juga konsekuen terus berjuang menentang imperialisme”.
Semangat pembelaan kepada orang-orang tertindas adalah darah revolusi yang terus mengalir abadi dalam diri setiap manusia Indonesia. Inilah yang menggerakkan kita berdiri tegap dan bergerak tanpa henti mengakhiri satu abad tragedi kemanusiaan di Palestina. End
Ciganjur, 16 Desember 2017.
1 note · View note
azizzulqarnain · 7 years
Photo
Tumblr media
. --Cinta Tanpa Definisi-- . Oleh : Anis Matta . Seperti angin membadai, kau tak melihatnya tapi kau merasakannya... . Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun. atau merangsang amuk gelombang di laut lepas. atau meluluhlantakkan bagunan-bangunan angkuh di pusat kota mteropolitan. . Begitulah cinta. Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda. Tak terlihat. Hanya terasa. Tetapi dahsyat!!! . Seperti banjir yang menderas. Kau tak kuasa mencegahnya. Kau hanya ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai, menjamah seluruh permukaan bumi, menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya. . Dalam sekejap, ia menguasai bumi dan merengkuhnya dalam kelembutannya. Setelah itu, ia kembali tenang: seperti seekor harimau kenyang yang terlelap tenang. . Demikianlah cinta. Ia ditakdirkan jadi makna paling santun. Yang menyimpan kekuatan besar. . Foto ini diambil oleh : Mas Ngadiman, Cilacap. 😊 #kotatua#jakarta #tamanfatahillah #cinta#tanpa#definisi #anismatta #AYTKTM #AMPM (di Taman Fatahillah)
3 notes · View notes
hanifizzatullah · 7 years
Photo
Tumblr media
KEKALAHAN. Karakter seseorang, kita, tidak ditentukan dari cara kita menikmati kemenangan. Melainkan cara kita menghadapi kekalahan. Kita belajar dari sebuah peristiwa 'kekalahan' yang menyakitkan. Saat itu 1 Dzul-qa'dah 6 hijriah, melakukan perjalanan yg jaraknya tidak dekat dan medan yg tidak mudah, jalur yg ditempuh adalah celah-celah gunung guna menghindari bentrokan fisik yang direncanakan pasukan Kafir Qurais. Ya, rombongan muslim saat itu berniat untuk melaksanakan umrah. Peristiwa ini kita kenal dengan Perjanjian Hudaibiyah. Diwarnai dengan berbagai peristiwa tidak mengenakkan, dari upaya penghalangan, batalnya umrah, ditahannya Utsman, dihapusnya kalimat rasul Allah, dan lainnya. Maka dalam kacamata manusia, ini adalah kekalahan. Tapi Allah punya rencana lain. 'Kekalahan' ini adalah awal dari kemenangan. Bila kita membaca sejarah peradaban, maka kita akan menemukan suatu kaidah bahwa saat sebuah peradaban sedang naik, maka sesungguhnya peradaban tsb sedang dikendalikan oleh ruh. Maka dalam penjelasan selanjutnya, Anis Matta dalam buku Spritualitas Kader, menyampaikan bahwa syarat pertama untuk meraih kemenangan di alam nyata adalah menang di alam ruh, melalui kekuatan ruhiyah. Disebutkan bahwa kemenangan alam ruh, adalah terpenuhinya beberapa syarat; (1)Kebersihan jiwa dari penyakit hati, (2)Keikhlasan, (3)Tadlhiyyah atau pengorbanan, (4)Ma'rifatullah dan keyakinan padaNya. Bila kemenangan ruhiyyah ini dijadikan syarat awal, maka pertolonganNya adalah niscaya. Namun ada langkah berikutnya untuk merubah kekalahan menjadi kemenangan, yaitu paradigma pemenang. "Anta maa kaifa tufakkir", anda akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan, begitu kaidah yang disampaikan Muhammad Ghazali, salah satu ulama. Maka kemudian, keputusan ada di pundak kita, bagaimana mewujudkan mimpi di alam pikiran menjadi realitas kemenangan. Ini yang harus dimiliki oleh setiap kita para penyebar kebaikan. Foto: Mereka yang berikhtiar merubah "kekalahan" menjadi kemenangan; Salah satu adik di desa Sukanegla Kab Bandung saat #saf1arsabandung. Sumber: Dok relawan #ARSABandung. #kekalahan #perjanjianhudaibiyah #sirahnabawiyah #ruhiyah #anismatta #syaratkemenangan #izzanulis (at Depok, Indonesia)
9 notes · View notes
domrizk · 5 years
Video
RT @anismatta: Kematian Mursi adalah mata rantai dari sebuah makna yg abadi: selalu ada ongkos besar untuk cita2 besar..
0 notes
inanews-blog1 · 6 years
Text
Mereka yang Disingkirkan PKS dan Sohibul Iman
Inanews - Meskipun namanya Sohibul Iman, sosok yang menduduki jabatan Presiden PKS dari tahun 2015 ini bukan jadi sobat kental bagi Fahri Hamzah apalagi Presiden sebelumnya Anis Matta. Sohibul Iman disinyalir sedang melakukan gerakan pembersihan di dalam tubuh PKS. Mereka yang dianggap vokal terhadap partai sekaligus tidak sejalan dengan pendekatan partai saat ini nampaknya memang tidak sedikitpun diberikan tempat apalagi ruang gerak. Tak pelak, beberapa sosok ini pada akhirnya mau tak mau harus angkat kaki sebagai kader yang selama ini membesarkan nama partai. Fahri Hamzah Sosok yang paling vokal dan dikenal sebagai mantan aktivis ini bak maskot PKS sejak berdiri. Fahri itu Ruhut Sitompulnya PKS. Ia akan melawan siapapun yang menyerang PKS. Loyalitasnya sudah teruji. Sayang Fahri Hamzah justru disingkirkan dengan cara dipecat sebagai kader partai. Kisruh dan pemecatan Fahri Hamzah sebagai kader partai dimulai pada tahun 2016 oleh Sohibul Iman sendiri lewat keputusan Majelis Tahkim. PKS memecat Fahri Hamzah yang selama ini dibelanya mati-matian bahwan pasang badan saat Luthfi Hasan Ishaaq tersandung kasus korupsi kuota Sapi. Fahri yang saat itu menyingsingkan lengan bajunya "melawan" KPK. Beda dengan Sohibul Iman yang diam seribu bahasa. Termasuk saat Nur Mahmudi Ismail, mantan walikota Depok 2 periode yang membesarkan nama PKS di tengah badai yang saat itu membuat moral dan spirit para kadernya runtuh. Setali tiga uang dengan Sohibul Iman. Sosok teduh seperti Hidayat Nur Wahid pun ternyata orang yang diam-diam menghendaki Fahri Hamzah disingkirkan. Fahri Hamzah pun akhirnya melakukan gugatan dan dimenangkan oleh Pengadilan Jakarta Selatan. Hingga saat ini Fahri masih menduduki jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR RI meskipun sudah tidak diakui oleh partainya sendiri. Anis Matta Sosok yang cukup disegani di kalangan muda PKS ini memang punya kharisma. Apalagi jika sudah berada di podium. Fahri Hamzah pun masih punya rasa hormat kepada mantan Presiden PKS Periode 2013-2015 menggantikan Luthfi Hasan Ishaaq yang terset pusaran korupsi kuota impor sapi. Anis yang berjasa menyelamatkan suara PKS pada tahun 2014. Sosok seperti Anis seharusnya diberikan tempat terbaik oleh Sohibul Iman. Alih-alih menggandengnya sebagai partner, Sohibul Iman justru kini diduga tengah membersihkan pucuk pimpinan di beberapa daerah dari pengaruh kuat Anis Matta. Pria kelahiran Waledo, Bone, Sulawesi Selatan ini memang cukup visioner. Anis lebih terbuka dengan gagasan-gagasan baru dan mampu menggandeng beberapa elemen di luar organisasi. Inilah yang nampaknya tidak sejalan dengan para pendiri PKS terutama Salim Segaf Al-Jufri yang sama-sama dari Sulawesi. Ketua Dewan Syuro PKS tersebut diketahui salah satu yang lebih memilih Sohibul Iman untuk melanjutkan estafeta kepemimpinan dibandingkan dipimpin kembali oleh Anis Matta. Bahkan saat nama Anis Matta mencuat menjadi salah satu kandidat capres dan cawapres pun di kalangan internal partai sendiri banyak yang tidak suka dengan kiprah dan nama Anis yang kian berkibar. Sebelum makin bersinar, akhirnya nama Anis diredupkan sendiri oleh partai yang pernah dibelanya dalam Pemilu 2014 lalu. Baik Fahri Hamzah maupun Anis Matta kini menjadi seperti duri dalam daging bagi PKS. Dibutuhkan tetapi dibenci.Dirindukan tapi takut menyesatkan.   Agaknya perbedaan pandangan kedua tokoh muda PKS ini tidak sejalan dengan jajaran Dewan Syuro PKS. Tak heran jika beberapa loyalis Anis Matta di beberapa daerah dicopot tanpa alasan yang jelas. Gelombang perlawanan dalam tubuh PKS sendiri memang membuat mesin partai tidak terlalu optimal memperjuangkan kader-kadernya menjadi pemimpin daerah. Kisruh PKS di ujung Pilpres 2019 jelas akan makin memperbesar jurang kemenangan. Apalagi calon yang diusung bukan berasal dari kalangan PKS sendiri. Porsi wakil presiden yang selama ini memang diperebutkan antara PKS dan PAN justru harus legowo diberikan kepada Sandiaga Uno dengan "mahar politik" yang amat mahal. Satu sisi menguntungkan tapi di sisi lain merugikan. PKS seperti memperjuangkan pepesan kosong. Menjadi ban serep bagi Gerindra. Apalagi setelah sempat di-PHP mendapatkan kursi Wagub yang ditinggalkan oleh Sandiaga. Jika saja M Taufik tidak jadi diciduk oleh KPK, bisa jadi PKS hanya bisa gigit jari. Read the full article
0 notes
lazir16-blog · 6 years
Video
Darah Juang pemuda #anismatta #abi2019 #indonesiamaju #2019presidenbaru #2019gantipresiden #pks #pks8 #pksmuda
0 notes
geloralamongan-blog · 4 years
Video
SUDAH INSTALL APLIKASI GELORA? Kakak ? Mereka sudah lho kakak kapan? Yuk berGELORa Gampang kok jadi bagian dari #GELORAINDONESIA Cuma perlu waktu 5+5 menit .. 5 menit mengisi formulir online di website partaigelora.id atau aplikasi Partai Gelora di Playstore dan Appstore. Jika semua kolom kalian isi dengan tepat, lalu lampirkan foto KTP dan foto diri, maka 5 menit berikutnya E-KTA mu sudah nangkring di aplikasi. Nah, gampang betul kan? [] [] Ayo kunjungi 🌐 www.partaigelora.id #gabungGELORA #geloraApps #app #apps #ios #android #website #partaidigital #diy #daring #stayhome #Indonesia #geloramuda #IndonesiaWinFromHome #anismatta #fahrihamzah #MahfuzSidik #zivellas #literasi #standupcomedy #komika #collab #Kolaborasi #entertainment #funday #instadaily #LamonganMegilan #GelorakanLamonganLuwehMegilan https://www.instagram.com/p/CDA3RC8na5t/?igshid=1l6r8hys0678y
0 notes
wafafau · 6 years
Photo
Tumblr media
0 notes
ollieolea · 6 years
Text
PALESTINA SETELAH DEKLARASI TRUMP
Deal of The Century
Oleh : M.Anis Matta
Sidang Umum PBB pada 21 Desember 2017 secara mayoritas menolak Deklarasi Trump menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Deklarasi itu ditolak oleh 128 negara, sementara Amerika Serikat hanya didukung delapan negara, dan sisanya sebanyak 35 negara menyatakan abstain.
Namun rasanya Trump tetap akan berjalan dengan keputusannya. Trump tidak akan peduli dengan penolakan mayoritas anggota PBB itu. Artinya langkah Trump sangat serius. Ini bukan sekedar janji kampanye, tapi bahkan lebih tampak sebagai ambisi “memasuki sejarah” dengan menuntaskan mimpi Israel Raya.
Apa sebenarnya ide di balik Deklarasi Trump itu yang telah membuat Amerika Serikat dan Israel justru semakin terisolasi secara internasional?
Memang Trump tetap menegaskan menerima ide “Two State Solution”, tapi jauh dalam benak kaum Zionist Radikal ide itu bertentangan dengan ide dasar Israel Raya yang batas wilayahnya terbentang dari Sungai Nil di Mesir hingga Sungai Efrat di Irak, merangkai seluruh wilayah Jordan, Syria, Lebanon, Kuwait dan sebagian besar wilayah Saudi Arabia. Batas itulah yang dulu diimpikan oleh Theodor Herzl, pendiri Negara Israel. Palestina dalam pengertian itu seharusnya lenyap dari peta.
Sebagian dari rencana itu dicapai dengan menciptakan proxy state yang berfungsi sebagai bumper dan tempat penampungan imigran Palestina seperti Jordan, atau perlindungan keamanan seperti Mesir.
Sebagian lagi dicapai melalui proyek Balkanisasi atau menciptakan konflik berkesinambungan di negara-negara perlawanan seperti Irak, Iran, Syria, Lebanon dan Turki. Konflik sektarian Sunni Syiah seperti dalam perang Iran-Irak tahun 1980-1988, konflik etnis Kurdi yang populasinya mencapai 40-an juta orang yang tersebar di Turki, Irak, Syria dan Iran, serta dorongan mendirikan negara Kurdi yang merdeka seperti dalam referendum Kurdi Irak beberapa bulan lalu.
Konflik perbatasan seperti dalam aneksasi Irak katas Kuwait tahun 1990 yang kemudian memicu Perang Teluk Pertama tahun 1991, disusul kemudian dengan invasi Amerika ke Irak tahun 2003, lalu konflik Arab Spring dan Kontra Arab Spring sejak tahun 2013 hingga saat ini di seluruh kawasan Timur Tengah.
Sekarang, kawasan itu menjadi spot konflik global paling berdarah dan berlarut, melibatkan hampir semua kekuatan global termasuk Rusia yang paling terakhir terlibat. Sebagian lagi dicapai dengan melokalisir isu Palestina menjadi isu domestik dan menjadikan itu alasan untuk mendorong negara-negara Arab, khususnya Teluk, dan Islam lainnya untuk tidak terlibat atau hanya mendukung Palestina secara pasif.
Di dalam Palestina sendiri kita menyaksikan gelombang imigrasi dari luar ke dalam dan dari dalam keluar. Orang-orang Yahudi yang tidak punya tanah air dan berdiaspora di berbagai belahan dunia terus berimigrasi ke Palestina dan hingga kini menduduki sekitar 78% lahan, sementara orang-orang Palestina meninggalkan tanah air mereka dan keluar berdiaspora ke berbagai belahan dunia karena lahan yang mereka kuasai tinggal 22% saja.
Dari total 12,706.000 penduduk Palestina, 6.290.000 orang berimigrasi ke berbagai negara. 5.595.000 orang diantaranya ke negara-negara Arab tetangga dan sisanya sebanyak 695 ribu di negara-negara non Arab. Sementara yang ‘bertahan’ di dalam Palestina hanya sekitar 4.884.000 orang tersebar di Jalur Gaza dan Tepi Barat, dan sisanya sebanyak 1.532.000 orang orang “tertahan” di dalam wilayah Palestina yang dikuasai Israel tahun 1948.
Jadi jumlah penduduk Palestina yang sekarang ada di dalam Palestina, baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat hanya sebanyak 6.416.000 orang, atau lebih sedikit dari jumlah orang Yahudi yang sekarang menduduki Palestina yang mencapai 6,5 juta orang.
Sekarang setelah satu abad ide negara Israel diwujudkan, dan telah berdiri resmi sejak 70 tahun lalu, tiba saatnya untuk menentukan bentuk finalnya. Seperti apakah finalisasinya?
Inilah inti perdebatan yang melatari dan melingkupi Deklarasi Trump 6 Desember 2017 lalu. Dengan menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota, Israel bersedia mengakui eksistensi Negara Palestina yang wilayahnya hanya Jalur Gaza dan Tepi Barat. Dan untuk itu, Israel menuntut pengakuan timbal balik dari Otoritas Palestina dan seluruh negara Arab dan Islam lainnya. Setelah itu epik satu abad ini boleh ditutup. Inilah gagasan inti dari apa yang mereka sebut sebagai Deal of The Century.
Sebelum Deklarasi Trump, negara-negara Teluk, khususnya Arab Saudi, Bahrain, dan Uni Emirat Arab, dan Mesir telah dikondisikan untuk menerima ide ini. Dalam situasi transisi kekuasaan di Arab Saudi, deal ini tampak logis bagi Muhammad Bin Salman jika ingin mendapatkan dukungan Trump untuk mendapatkan mahkota kerajaan setelah atau sebelum ayahnya wafat. Dan itulah yang akhirnya terjadi. Semua game of throne yang sekarang terjadi di Arab Saudi adalah bagian dari deal itu.
Di permukaan deal itu tampak sebagai realisasi yang fair dari ide Two State Solution. Tapi sebenarnya ada skenario lain yang akan datang kemudian. Jalur Gaza yang terjepit antara Israel dan Mesir akhirnya akan dimasukkan ke dalam wilayah Mesir. Sementara Tepi Barat akan dimasukkan ke wilayah Jordania dalam bentuk konfederasi. Dengan begitu Israel tidak sendiri.
Seperti Pizza, Palestina akhirnya dibelah tiga, satu untuk Israel, dua untuk saudara-saudara Arab mereka, Mesir dan Jordan. Palestina lenyap dari peta karena pengkhianatan saudara-saudara Arab mereka. Karena itu Deal of The Century (kesepakatan abad ini) disebut oleh media-media di Turki dan Timur Tengah sebagai “Slap of The Century”. (tamparan abad ini).
Perbedaan Konteks Geopolitik Global
Bisakah Deklarasi Trump berjalan seperti Deklarasi Balfour seabad yang lalu? Tentu saja jawabannya bisa seandainya konteks geopolitik globalnya sama dengan saat Balfour mengeluarkan deklarasinya. Faktanya justru terbalik. Perbedaan konteks geopolitik antara era Balfour dengan era Trump sangat jauh berbeda.
Pertama Deklarasi Balfour dibangun oleh premis yang kokoh bahwa Sekutu akan memenangkan Perang Dunia Pertama. Dan itulah persisnya yang terjadi kemudian pada tahun 1918.
Di atas puing-puing Imperium Ottoman yang akhirnya runtuh tahun 1924, sebuah peta baru untuk seluruh kawasan itu dibuat, peta yang kemudian dikenal dengan nama Peta Sykes-Picot. Di dalam peta baru itulah sebuah entitas baru dimasukkan, yaitu Israel, dan sebuah entitas lama dihilangkan, namanya Palestina.
Perang Dunia Kedua yang terjadi dua dekade kemudian juga dimenangkan oleh Sekutu, meskipun dengan pergantian pada aktor utama, dari Inggris dan Prancis ke Amerika Serikat. Persaingan Amerika Serikat dengan Uni Soviet dalam era Perang Dingin dari tahun 1946 hingga tahun 1990, adalah pertarungan antara kekuatan yang semula bersekutu tapi kemudian pecah kongsi. Bahkan setelah runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990 Amerika Serikat keluar sebagai pemenang tunggal dan menjadi penguasa mutlak dalam tatanan dunia baru. Jadi jika ide Negara Israel dapat diwujudkan dengan mudah itu karena ia hanya proyek kecil dalam tatanan global yang dikuasai Sekutu yang menjadi sponsor utama ide tersebut.
Ketika Trump mengeluarkan deklarasinya, posisi Amerika Serikat jutsru sedang terbalik. Semua proyek global Amerika Serikat kandas di tengah jalan. Salah satunya adalah invasi ke Irak tahun 2003. Bahkan disana Presiden Bush junior dilempari sandal oleh warga Irak, dan pelakunya baru saja keluar penjara beberapa bulan sebelumnya. Dubes Amerika Serikat bahkan terbunuh dalam konflik bersenjata di Lybia beberapa tahun lalu.
Sentimen Anti Amerika terus menjalar ke seluruh dunia. Itu membuat Amerika makin kesepian. Dan rasanya tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa komposisi suara dalam voting pada Sidang Umum PBB yang menyatakan menolak Deklarasi Trump itu adalah bukti terbesar bagaimana negara super power ini terus terisolasi, paling tidak secara moral.
Sekarang “aura pemenang perang” itu sudah sirna. Dan keruntuhan imperium-imperium besar dalam sejarah selalu dimulai dari fakta ini: bahwa "jika kekuatanmu tak lagi menakutkan musuhmu, maka kekalahanmu mulai merayap dan menggerogoti kebesaranmu, kamu akan kalah walaupun kamu menduga bahwa kamu masih yang terkuat”.
Kedua, munculnya kekuatan global baru, yaitu China dan Rusia. Dalam struktur kekuatan global jika diukur dengan parameter ekonomi, militer dan teknologi, Amerika Serikat dan Eropa ada di kasta pertama dan kedua. Sekarang di kasta kedua ada China yang sebentar lagi bisa menggeser Amerika di kasta pertama. Sementara Rusia ada di kasta ketiga yang turun dari kasta kedua.
Di paruh kedua abad lalu porsi ekonomi Amerika dan Eropa pernah mencapai angka 80% dari total ekonomi dunia, dimana Amerika sendiri mengambil porsi 40%. Sekarang angka itu menciut menjadi sekitar 40% dimana porsi Amerika sendiri tinggal sekitar 20%. Kue besar itu kini beralih ke Asia Pasifik yang sekarang menguasai sekitar 35% ekonomi dunia.
Ini menjelaskan mengapa Amerika dan Eropa makin tidak kuat memikul beban dari proyek Negara Israel. Dulu Israel punya keunggulan sebagai alat kontrol Sekutu di kawasan, tapi kini secara perlahan ia berbalik menjadi beban ekonomi bagi Eropa dan Amerika.
Di bawah Putin, Rusia kini kembali menjadi pemain global sejak tahun 2010 lalu. Walaupun lebih kecil secara ekonomi karena hanya berada di urutan ke 10 untuk GDP (Nominal) dan urutan ketujuh untuk GDP (PPP) dalam G20, tapi warisan nuklirnya yang lebih banyak dari Amerika memberinya posisi tawar yang sangat kuat.
Dari tiga spot konflik global paling panas saat ini, Rusia menjadi pemain kunci di dua tempat, yaitu Ukraina dan Timur Tengah. Wibawa militer Amerika hancur total setelah gagal dalam invasi Irak tahun 2003. Dan ini yang menjelaskan mengapa perannya di Timur Tengah semakin menciut sejak era Obama, situasi yang kemudian dipahami sebagai melemahnya cengkraman Amerika atas sekutu-sekutunya di kawasan dan memberi ruang kemunculan seketika dari peristiwa Arab Spring akhir tahun 2010 lalu.
Ketiga, pembelahan dalam tubuh Trans Antlantic Partnership. Di balik berdirinya Uni Eropa tahun 1993, atau tiga tahun setelah runtuhnya Uni Soviet 1990, sebenarnya ada semangat baru yang mulai berkembang di Eropa, yaitu semangat untuk menjadi lebih independen dari sekutu mereka, Amerika Serikat.
Hampir setengah abad dalam masa Perang Dingin (1946-1990) penyebaran pasukan Amerika di dataran Eropa atas nama NATO membuat kawasan itu bukan hanya sepenuhnya ada dalam genggaman Amerika, tapi juga terlalu tidak berdaya untuk membela dirinya sendiri. Lambat laun kita menyaksikan bagaimana kepentingan Eropa semakin terabaikan dan semakin tidak bertemu dengan kepentingan Amerika. Bahkan Inggris yang berada di Uni Eropa tapi lebih dekat ke Amerika akhirnya check out atau lebih dikenal dengan Brexit dari Uni Eropa dalam referendum bulan Juni tahun 2016 lalu.
Dalam kampanye pemilu German, Chansellor Angela Merkel bahkan mengatakan bahwa kini tiba saatnya bagi Eropa untuk menentukan nasibnya sendiri. Sementara sebelumnya Obama mendeklarasikan beralihnya fokus Amerika ke Asia dan menggagas pendirian Trans Pasific Partnership. Proyek itu bukan saja gagal, tapi juga membuat pesan perceraian dengan Eropa semakin nyata.
Sementara itu, penetrasi China dan Rusia ke Eropa makin dalam. Proyek jalur sutera kini telah menghubungkan China dengan Eropa via darat hanya dalam waktu 18 hari, jauh lebih cepat dari jalur laut yang memerlukan waktu 35 hari. Integrasi ekonomi Eropa dengan Rusia juga makin kuat terutama suplai gas ke Eropa sebagian besar berasal dari Rusia. Itu sebabnya mengapa tekanan Amerika terhadap Eropa dalam sanksi ekonomi kepada Rusia dalam kasus Ukraina sama sekali tidak efektif.
Amerika tidak lagi mampu memobolisasi Eropa dalam agenda-agenda global yang besar. Keadaan ini diperparah oleh konflik elit yang makin tajam baik di internal Eropa maupun di internal Amerika. Konflik ideologi antara kaum Nasionalis Konservatif dan Globalis Liberal mewarnai pemilihan presiden dan anggota legislatif di kedua kawasan itu.
Kemenangan minimalis Merkel di German dan May di Inggris dalam pemilu tahun ini semakin memperkuat trend bahwa era kaum globalis liberal di Eropa. Trend itu sebelumnya telah didahului oleh kemenangan Trump dalam pilpres Amerika tahun 2016 lalu.
Keempat, Turki dan Iran menggantikan Mesir dan Saudi Arabia sebagai pemain kawasan. Itu berarti bahwa Israel makin terisolasi di kawasan, karena pemain utama kawasan sekarang telah beralih dari sekutu utama mereka, yaitu Arab Saudi dan Mesir. Persekutuan baru yang terbentuk antara Turki, Iran dan Rusia makin mengokohkan posisi mereka di kawasan dan tidak lagi memberi ruang manuver yang luas bagi Amerika.
Kelima, perubahan system nilai global setelah gelombang demokratisasi global menyusul runtuhnya Uni Soviet. Kebebasan, demokrasi, persamaan hak asasi manusia dan rasa keadilan telah menjadi nilai-nilai bersama masyarakat global saat ini. Inilah yang kita saksikan dalam voting Sidang Umum PBB terakhir yang menolak Deklarasi Trump dan meruntuhkan legitimasi moral Amerika di mata dunia.
Di mata dunia saat ini, isu Palestina bukan lagi isu domestik Timur Tengah atau isu keislaman yang hanya menjadi perhatian Dunia Islam saja, tapi telah berkembang menjadi isu kemanusiaan yang menodai wajah umat manusia.
Warga dunia tak lagi bisa menerima bukan saja ide "One State Situation”, tapi bahkan ide "Two State Solution”. Ini adalah serangan dahsyat terhadap legitimasi eksistensi Negara Israel. Trend ini diperkuat oleh demokrasi media setelah munculnya jaringan televisi global baru seperti Aljazeera dan Russia Today di kategori media mainstream dan munculnya era sosial media. Tidak ada lagi fenomena asimetri informasi. Artinya tidak ada lagi negara yang dengan mudah memberikan framing media yang berbeda dengan realitas yang sebenarnya terjadi di lapangan.
Keenam, semangat perlawanan rakyat Palestina jauh lebih kuat dari semangat bertahan kaum Yahudi di Israel. Sejak Intifada Palestina meletus tahun 1987, pamor kedigdayaan tentara Israel yang pernah mengalahkan gabungan pasukan Arab tahun 1948 seketika sirna. Bahkan dalam perang Israel Palestina terakhir tahun 2008 lalu, pasukan Israel akhirnya ciut sendiri.
Selain itu, jumlah orang Yahudi yang hengkang dari Israel dan kembali negara asalnya lebih banyak dari jumlah orang Yahudi yang masih mau berimigrasi ke Israel. Seorang penulis Yahudi di Israel, Ari Shavit bahkan mengatakan orang-orang Israel kini menyadari bahwa mereka tidak punya masa depan di Palestina. Ini bukan tanah air tanpa bangsa. Itu semua hanya kebohongan kaum Zionist. Israel harus segera mencari solusi lain sebelum terlambat dan Israel harus menghembuskan nafas terakhirnya akibat dikejar kutukan kebohongan Zionist tentang tanah yang dijanjikan.
Boleh jadi Deklarasi Trump adalah lonceng kematian Israel. Sebab ide ini ternyata lahir dari kecemasan akut karena mimpi Israel Raya tak lagi bisa dituntaskan. End
Ciganjur 22/12/17
0 notes
Text
Tumblr media
#ArahBaru2019 @FahriHamzah Tweet, 18 Mei 2019
Saya baru saja tiba di Jakarta, dari perjalanan menemani Bung (ada yg usul demikian daripada panggilan “ustadz”) @anismatta dalam #SafariRamadan ke-5 menemui Teman2 kader dan aktifis @garbiofficial di Semarang. Sebelumnya kami sudah ke Jakarta, Bandung, Surabaya dan Yogyakarta.
Setahun belakangan, saya sudah keliling hampir seluruh ibukota propinsi dan kota besar, menemui antusiasme #Garbiers kepada gerakan yang mengusung gagasan #ABI ini sehingga ia disingkat #GARBI (gerakan arah baru Indonesia). Gerakan ini diinspirasi banyak oleh Bung @Anismatta.
Saya dan @anismatta adalah sahabat lama. Saya ketemu lebih dari 1/4 abad lalu di Salemba. Beliau kuliah di LIPIA (cabang Univesitas Jamiat Imam Saudi Arabia) jurusan syariah dan saya mahasiswa FE UI yg saat itu belum pindah ke depok. Beliau sering ke UI dan pernah mengajar.
Sebagai intelektual, kedekatan saya adalah karena dia pembaca buku yang sangat kuat, semua buku dia baca. Kalau lagi puasa gini, dia baca Quran. Itu membuat konstruksi pikiran beliau menjadi mendalam, kokoh dan sulit ditantang. Menurut saya itu juga yang menciptakan pribadinya.
Setelah ORBA jatuh, Tahun 1998 kami bersama beberapa tokoh lain yang sebagiannya masih ada di PKS mendirikan sebuah partai baru, namanya Partai Keadilan (PK) yang nanti berganti nama menjadi PKS setelah tidak lolos electoral treahold dalam pemilu tahun 1999.
Persahabatan dan diskusi intensif terus terjadi terutama setelah saya menjabat wakil sekjen PKS. Perlu diketahui beliau menjabat sebagai sekjen partai tak lama setelah partai berdiri sampai 2013 ketika PKS ditimpa musibah dan beliau didaulat menjadi presiden secara aklamasi.
Bekerja bersama beliau menyenangkan karena dipenuhi diskusi dan eksperimen tentang banyak hal. Sebelum menjadi presiden beliau sudah sering tampil dalam inovasi termasuk yang akhirnya membawa PKS menjadi partai Islam terbesar pada pemilu 2009 dengan perolehan 57 kursi DPRRI.
Ada yang melihat inovasi Bung @anismatta dalam mengelola politik itu sebagai keniscayaan sebab parpol adalah pabrik ide dan pemikiran harus banyak inovasi. Tapi ada juga segelintir orang yang ketakutan, sehingga peran beliau disingkirkan melalui sebuah upaya yang kasar.
Singkat cerita, 2019 GARBI lahir. Ia di-inspirasi oleh sebuah pidato Bung Ustad @anismatta yang berjudul #ArahBaruIndonesia. Pidato yang disampaikan di hadapan Keluarga Alumni Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslin INDONESia (KA-KAMMI) itu terus menggema dan menjadi bahan diskusi bebas.
Dan tiba2 deklarasi demi deklarasi dilakukan di seluruh Indonesia. Saya sering sekali hadir tetapi Bung @anismatta beum nampak, seolah pidato Arah Baru itu saya yang menyampaikan. Lebih setahun sekarang setelah pidato disampaikan tgl 3 Februari 2018, Bung Anis mulai nampak.
Dulu kalau ditanya, “mengapa tak segera turun menyambut massa”, beliau jawab “biarlah orang2 mencerna ide2 terlebih dahulu sebab ide lebih penting” demikian jawabnya. Tapi, hari ini beliau sudah turun dan dalam 5 safari ini gagasan besar #ArahBaruIndonesia disampaikan kembali.
Sekian dulu ya, nanti bersambung. Nanti saya akan tulis bersambung tentang apa yang menjadi inti gagasan #GARBI dan hubungannya dengan situasi sekarang...tks
0 notes
edgarhamas · 7 years
Photo
Tumblr media
1. "Aku bangga menjadi anak Indonesia", di zaman anak-anak kita nyanyikan itu. Sampai kini pun kebanggaan itu telah mendarah daging. Kenapa? 2. Allah menakdirkan kita menjadi Indonesia, manusia dengan segala hak dan kewajiban hidup yang lahir di gugusan pulau yang bebas merdeka. Di Asia Tenggara, di tengah pertemuan dua benua dan dua samudera. 3. Kita ditakdirkan tumbuh dari air dan nasi Indonesia. Kita dianugerahkan memakai pakaian yang dirajut dari tenun-tenun Indonesia, "tongkat kayu dan batu jadi tamaman." 4. Ulama Muslimin dari Timur Tengah memandang Indonesia sebagai sebuah "keistimewaan sejarah" yang selalu diulang-ulang dalam ceramah mereka. 5. Ketika banyak negeri dibebaskan dulu dari sebab-sebab yang menghalangi manusia untuk beragama, Indonesia telah bebas memeluk Islam. 6. Ketika para mujahid tempuh jihad lawan raja-raja zalim untuk bebaskan suatu negeri, Indonesia menerima Islam di pantai sembari berdagang. (Adapun pantai adalah medium yang membuat manusia merasakan kebebasan memilih, tidak ada kekuasaan absolut yang mencengkeram; sebab pantai adalah akses luas bagi pihak manapun dan transaksi perdagangan menjadi setara tanpa paksaan.) 7. Itulah mengapa para Ulama menyebut Indonesia sebagai "surganya dakwah", karena dibebaskan dengan cara yang sangat halus dan penuh hikmah. 8. Ketika ada peradaban Islam di Andalusia Spanyol, para kolonial menamai Indonesia dengan sebutan "Another Andalusia", yang juga kaya raya (Laffan, Another Andalusia) 9. Fakta istimewa yang terjadi pula adalah, jarak kita jauh dari negeri-negeri muslim lainnya, tapi kitalah negara dengan muslim terbesar. (Tahun 2030 diproyeksi Pakistan akan menyusul, kemudian 2050 China akan menjadi negeri dengan muslim terbanyak) 10. Perpaduan "keistimewaan sejarah" dan "takdir" sumber daya manusia kita yang besar inilah yang mendorong banyak sekali proyeksi masa depan. 11. Banyak Ulama Palestina yang memandang Indonesia sebagai satu pewaris kepemimpinan muslimin di masa depan mewakili wilayah Timur Jauh, Mesir untuk Timur Tengah dan Turki untuk Timur Dekat serta Eropa. 12. Menurut statistia research, Indonesia memiliki sikap optimis menatap masadepan tertinggi ke-4, ketika negara maju hari ini makin pesimis disebabkan angka kelahiran yang kecil dan kerusakan tatanan masyarakat. 13. Mari ambil "peran kita dalam sejarah", meminjam kata Ust @anismatta, lihat kebutuhan umat lalu tata diri untuk mengisi kekosongan narasi. Isi pos-pos itu dengan keahlian kita masing-masing. 14. Kemusliman kita & keindonesiaan kita bukan 2 hal yang bisa dibenturkan, mustahil. Karena Islam telah jadi urat nadi sejarah bangsa kita, maka wajib kita menjaganya jangan sampai terpisah. 15. Telah datang zaman baru penuh tantangan, moga ia dewasakan pribadi dan bangsa kita, "something doesn't challange you doesn't change you" @edgarhamas
327 notes · View notes
azizzulqarnain · 7 years
Video
"Mereka membuat tipu daya, Allah pun membuat KONSPIRASI." #anismattaquotes#anismatta #afkarinstitute# . . . https://youtu.be/Y4Y4X1boSms
0 notes