Tumgik
#Tantangan Dakwah
kaktus-tajam · 1 month
Text
Traffic Talks
Ketika pindah kembali ke Jakarta setelah merantau 7 tahun di Jogja, aku merasa Jakarta terlalu macet dan sumpek. Menyetir dalam kemacetan yang tidak masuk akal itu… membuat fisik dan mental lelah haha. Tapi aku jadi ingat, kemacetan itu bersama ibu.
Saat dulu di bangku SD sampai SMA, perjalanan dari rumah ke sekolah ditempuh dalam tempo 1-2 jam (1 juz lebih ya?) atau setara dengan banyak episode-episode “podcast” dengan ibu. Ibu selalu membuat perjalanan di mobil menjadi singkat dengan dialog-dialognya. Kadang bicara tentang fenomena alam, sejarah, ayat Quran, teman ibu, keluarga jauh, dan lain-lain. Ditanya apapun, sepertinya ibu selalu punya jawaban. Jika tidak tahu pun, ibu selalu semangat belajar lagi.
Saat dalam perantauan, hal itulah yang ternyata kurindukan. Jakarta dengan kemacetannya, yang membuat kesempatan bercerita dengan ibu.. yang membasuh kering dan gersangnya hati dengan nasihat-nasihat yang terkandung dalam lisannya.
Saat telah menjadi dokter lalu turun ke masyarakat, membaca berita dan bergidik dengan fenomena akhir zaman, atau melihat kerusakan ummat.. aku langsung banyak bersyukur Allah karuniakan madrasah ibu. *Apalagi dulu tidak sekolah di sekolah islam, apalagi nyantri. Alhamdulillah ala kulli haal Allah jaga dengan wasilah ayah ibu.
Ya Allaah, semoga kami pun diberi kekuatan menghantar generasi berikutnya menjadi generasi yang menjadi angin sejuk dari musim semi peradaban islam.
Ada 6 materi pokok sebagai bekal orang tua menjadi guru keluarga:
1. Islamic worldview
2. Pendidikan anak (ilmu dan adab)
3. Fiqhud Dakwah
4. Fiqih keluarga
5. Tantangan pemikiran kontemporer
6. Sejarah peradaban islam
Dr. Adian Husaini dalam bukunya Kiat Menjadi Guru Keluarga, dan dalam ceramah beliau.
Selamat terus belajar dan memantaskan diri, semoga Allah pilih kita menjadi bagian dari kebangkitan ummat, melahirkan penerus dalam dakwah risalah Rasulullah saw, menapaki jalan perjuangan tersebut.
Salam tadzim untuk orang tua hebat kalian.
Jadi macet-macetan gapapa ya, Hab? Haha.
-h.a.
34 notes · View notes
mamadkhalik · 8 months
Text
Mulai Aja Dulu
Kadang dalam beramal jamai, kita itu perlu memberi ruang lebih bagi sesama kader untuk bertumbuh, berpikir, dan juga berinovasi.
Entah kenapa kami di Solo kepikiran, gimana cara kita bikin DM 2 itu beda dengan lainya, nggak harus menyeluruh tapi ada hal beda dan bisa didiskusikan bareng.
Tumblr media
Sederhananya, kami ingin memantik TPD dan calon peserta untuk memiliki growth mindset dalam menghadapi tantangan dakwah hari ini, akhirnya Buku Series disruption Prof Rhenald Kasali jadi pilihan untuk penugasan.
Ada panitia yang baru tahu bukunya, ada peserta yang tersadar, ada kawan-kawan lain yang terpantik membuat metode serupa di tempatnya, dan lain-lain.
Kadang ide-ide baru (yang bagi orang lain mungkin ga baru) perlu diaktualisasikan dan diberi ruang lebih, toh kalau salah atau meleset, umur kita masih muda, bisa coba lagi, diperbaiki kedepan, dan yang penting tidak melanggar syariat.
Ya intinya mulai aja dulu, mumpung masih ada waktu.
68 notes · View notes
salmancs · 28 days
Text
MENJAGA MARWAH KEBAIKAN
Tumblr media
Memulai dengan bismillah
Melewati dengan lillah
Mengakhiri dengan alhamdulillah
Entah sudah berapa sekian episode kita tlah lewati hingga akhirnya diri kita semakin belajar untuk tumbuh lebih baik 
Tak kenal lelah melangkah merangkai hikmah, Akan setiap anugrah yang didapatkannya dari setiap diri kita
Tak kenal lelah melangkah menikmati Amanah, Akan setiap Tantangan Dakwah yang didapatkannya dari setiap diri kita
Tak kenal lelah melangkah dengan Istiqomah, Akan setiap Langkah kebaikan dari setiap diri kita
bersambung
8 notes · View notes
gakpapa · 6 months
Text
Sepertinya tantangan baru bagi rumah tangga muda adalah masuk menjadi bagian dari masyarakat. Entah, mungkin ini aku saja atau ada juga yang lainnya. Tapi seperti yang dulu pernah aku tuliskan, membangun rumah tangga berarti kita sudah menanggung hidup bukan lagi ditanggung, jadi, tidak ada lagi nama orang tua yang bisa kita gunakan untuk menanggung segala tindak tanduk kita, terlebih jika kita hidup jauh dengan mereka.
Bermasyarakat ternyata tidak semudah itu, kita menjadi bagian dari mereka yang diantaranya sudah sepuh, sebagian lainnya baru senang senangnya jadi mbah ber cucu satu, sebagian lagi sedang matang matangnya tanpa tanggungan anak yang masih butuh perhatian, sebagian lagi,,, mungkin kita, dengan segala kerepotannya difase anak masih kecil, pun sedang memulai rumah tangga baru.
Jujur sebenarnya berinteraksi dengan mereka itu ngeri ngeri sedap, sebab kita belum tau latar belakang mereka, kalaupun tau, interaksi kita dulu tidak seintens sekarang, yang bikin kita mengenal sisi lain mereka. Ingin menyapa takut kalau ternyata sambutannya tidak sebaik yang ada dibenak kita, ingin bertanya ini itu, takut ada yang salah, bahkan terkadang tidak sadar kita membuat salah yang menyebabkan anggota masyarakat murka sekali, sebab ada tipe manusia yang senggol bacok, em, gak semengerikan bacok juga sih, hanya saja gampang tersulut hanya karena hal yang remeh yang bahkan tidak kita sadari kesalahannya. Bahasa pun mulai kita tata, kita yang dulu banyak berbicara dengan kawan seusia, harus banyak mengerem kata kata ngakrab yang nihil krama.
Tantangan tantangan hidup bermasyarakat banyak membuatku belajar, sebab selama ini ternyata kita tidak pernah benar benar menjadi bagian dari mereka. Saya seminggu yang lalu dimarahi tetangga, semua umpatan keluar, padahal saya membakar sampah di halaman rumah yang saya tinggali, memang sebagian asap ada yang masuk kerumahnya, tapi tidak lama dan tidak banyak, sebab itu aktifitas yang tidak sekali dua kali saya lakukan, bahkan saya pernah menyalakan 5 titik api dengan asap yang tentu lebih menyesakkan (sebab biasanya ibu pemilik rumah menyuruh, agar sekaligus membakar rumput yg ada). Posisi saya sedang sendiri, tidak seperti biasanya yang ditemani pemilik rumah, mungkin kondisi inilah yang menjadi kesempatan bagi tetangga ini untuk mengeluarkan segala bentuk keresahannya. Saya kaget, saya bingung, posisi saya sendiri, saya takut, sampai saya tremor, tidak tau harus bersikap apa, ingin menangis rasanya.
Ternyata mental saya belum seberani itu, ternyata saya mudah down hanya karena umpatan dan caci maki dari orang sekitar saya, ternyata saya belum tenang menghadapi hal mendadak yang diluar dugaan kita. Beberapa hari berlalu, saya mengingat kembali, bagaimana Rasul bisa setenang itu ketika dicaci maki, diboikot, berusaha dibunuh, dilempari kotoran, bahkan itu dilakukan oleh kaum beliau sendiri, bahkan sebagian dari mereka pun adalah saudara beliau. Bagaimana perasaan sesak saya jika saya ada di posisi beliau? Jika bukan karena faham ini memang bagian dari resiko dakwah, mungkin mundur dan menyerahlah pilihannya, tapi ini kondisi yang harus kita jalani, bukan untuk dipilih.
Menyampaikan hal yang kontra dengan keumuman yang ada, membuat kita ovt bahkan sebelum bertemu mad'u, seperti tadi sore ketika saya akan mengisi ttg riba ditengah ibu ibu. Takut, jika jika saya harus menerima ketidak terimaan mereka, takut jika saya akan mendapat cemoohan sebab seperti sok pintar, padahal usia belum seberapa, berlanjut dengan ketakutan materi yang akan diusung di pertemuan mendatang.
Yaa semoga Allah mudahkan
15 notes · View notes
putrhanna · 11 months
Text
Sempat ngobrol² perihal dakwah, tantangannya, kesiapan kita untuk menghadapi tantangan selanjutnya bersama salah satu mentor dakwahku di kampus. Beliau sudah sepuh dalam dakwah namun semangat beliau dalam meriayah kami begitu masih membara.
Ketulusannya terlihat dari ketetap beradaannya dalam membina kami dalam berdakwah di kampus hingga saat ini.
Ngobrolin perihal dakwah mmng ngk akan ada habisnya mengingat permasalahan akan selalu hadir untuk diselesaikan. Bahkan kita sebagai pengemban dakwah juga tdk lepas dari permasalahan. Apakah itu yg berkaitan dengan masalah materi yg membuat kita membagi waktu antara berdakwah dengan bertahan hidup atau yg lainnya, ataukah yg berkaitan dengan masa depan hidup dengan siapa. Hanya saja beliau mengatakan jikalau kita sudah menyerahkan diri kita untuk dakwah maka kita harus siap jika sewaktu-waktu harus berkorban demi dakwah.
Kehidupan dakwah bukanlah seperti rumah singgah untuk bersantai-santai. Maka sedari awal sudah di ingatkan bahwa menyampaikan Islam kepada orang lain butuh pengorbanan. Waktu , tenaga, pikiran serta materi. Maka tak etis jika kita lebih memilih sibuk dalam perkara yg lain sementara lalai dalam hal amar makruf.
Dengan menunjuk diri selalu punya masalah seakan-akan yg lainnya tidak punya masalah adalah suatu keegoisan. Bahkan kita perlu belajar lagi cara memahami kehidupan orang lain. Kita tidak tau mungkin waktu tidurnya dihabiskan untuk memikirkan umat, kita juga tdk pernah tau apakah duduknya adalah duduk untuk rehat ataukah termenung memikirkan agenda mana yg lebih didahulukan.
Maka perlulah kita menyadari bahwa tidak ada yg tidak punya masalah. Setiap kita diuji dengan permasalahan yg berbeda-beda sesuai tingkat keimanan.
Karena hidup sebenarnya cuma perjalanan dari satu masalah ke masalah lainnya. Dan masalah itu pada akhirnya akan selesai pada saat kita Husnul khatimah.
35 notes · View notes
theartismi · 2 months
Text
Doa + Mau terus berjuang
Iya, bisa dibilang terus menerus doa buat dipantaskan di jalan ini meskipun nyatanya banyak hal yang gak pantes dalam diri ini yang masih diperbaiki satu per satu. Bahkan sampai di titik ini aku gk menemukan cara buat menyerah yang ada rasanya itu kayak didorong banget buat maju tapi ya tetep sambil nangis2. Gimana tidak, ilmu ku yang secuil tapi syariat Allah Swt mengatakan wajib berdakwah rasanya nano nano, pengen bilang gk pantes tapi sampe kapan kalo aku sering melegitimasi kelemahan. Akhirnya nyari sendiri gimana caranya buat bangkit lagi dan lagi dengan tantangan yang terus menerus ada, rasa khawatir itu bermacam2 alhasil aku memilih untuk stop memikirkan hal2 yang belum terjadi dan berfokus membenahi diri pada kelemahan2. Dan alhasil buanyak banget kelemahan yang harus ditambal, aku mulai serius dalam mengkaji islam apapun pembina ku sampaikan rasanya ingin kutulis semuanya, banyak sekali rasanya. Aku harus terus meng upgrade diri dari kelemahan2 yang aku punya jika sedang futur kucari akun msh tv untuk menenangkan hati, sambil ada ilmunya. Disambi dengan doa yang berulang untuk dipantaskan di jalan ini dimatikan di jalan ini dan hidup penuh kemuliaan meskipun harus bertolak belakang dengan dunia.
Bisa dikatakan aku sudah terlalu jauh dengan dunia hari ini, aku dah gak peduli apa kata orang jika jenjang karir ku tak jelas, bagiku memilih jalan dakwah itu jauh lebih jelas meskipun masih banyak yang harus ditambal kekuranganku. Bahkan hal paling sederhana dalam dunia ku seperti memakan pentol aja udah mikir2 kayak apa nggak lebih baik diinfaqkan dll. Namun terkadang dengan pemikiranku saat ini aku jadi sulit masuk ke pemahaman anak remaja, aku banyak menuntut mereka padahal mereka juga manusia yang sama seperti halnya aku dulu, maka aku ingin untuk belajar kembali membina dengan memahami bahwa yang kubina adalah manusia, mereka punya akal untuk berpikir dan aku hanya mengarahkan pola pikir yang benar seperti apa. Iya ini sulit banget bagiku tapi dengan sabar yang aku minta dan terus menerus tanya pada guruku rasanya terjawab sudah bahwa membina itu bukan menuntut, tapi mengarahkan yang benar seperti apa. Dan sangat bersyukur bisa ketemu anak2 binaanku karena dari mereka saya belajar untuk bertumbuh, nangis2 dibelakang layar udh jadi makanan tiap hari. Tapi lagi2 bahwa dalam perjalanan dakwah ini semuanya tidak pernah sia sia.
4 notes · View notes
gadisneptunus · 8 days
Text
"Khidmah kepada Al-Qur'an harus totalitas"
Seketika DEG ! Baca status wa dari salah seorang ustadz yang di repost sama temen. Duh rasanya malu banget, rasa-rasanya masih jauh dari kata totalitas itu sendiri🥺.
Sebelumnya sempat ngobrol dengan salah satu Ummahat ( istri ustadz yang bikin sw itu wkwk) kenapa gitu bisa bertahan dengan kondisi sering ditinggal suami padahal anaknya banyak dan masih kecil-kecil. FYI, ustadzah ini sering banget ngett ditinggal suaminya, entah ke luar kota ataupun beberapa kali ke luar negri. Apa gak riweuh ? Apa ngga capek ? Apa ngga seakan- akan ngurus anak sendirian ?. Dan rentetan pertanyaan ku lainnya yang amat kepo.
Ustadzah dengan santainya cuma jawab "ya ini yang namanya dakwah, harus totalitas".
"Nah ini perlunya dpt pasangan yang satu visi misi. Kalau dari awal sepakat visinya berdakwah ya sudah tau konsekuensinya bagaimana. Yang penting suami-istri itu harus kompak. Kompak dalam menjalankan peran masing masing tanpa perlu berlebihan menuntut hak satu sama lain." Begitu tambahan ustadzah.
Aku yang mendengar jawaban itu hanya dapat terdiam, tersipu malu. Bagaimana tidak ? Ustadzah dengan lima anak yang masih kecil-kecil, juga berperan sebagai istri tapi produktivitasnya jauh jauh di atas ku. Tanpa mengeluhkan banyak hal tapi kebermanfaatan nya sangat terasa.
Sedangkan aku ? Suami belom punya, anak apalagi. Dan dengan kondisi di tempat pengabdian yang lumayan kondusif -tidak menjumpai banyak struggle di lapangan-, yang mungkin hanya disibukkan untuk mengurus diri sendiri tapi sering banget ngeluh capek, jenuh, ngga bisa manage waktu dengan baik dsb.
Padahal harusnya totalitas. Masa pengabdian ini bukan semata menjalankan tugas kewajiban, tapi lebih jauh dari itu. Khidmah kepada Al-Qur'an. Harusnya totalitas. Mungkin cape iya, tapi harusnya tidak membuat dakwah ini tidak berkualitas. Mungkin bosan iya, tapi semoga cepat berlalu karena dakwah ini tidak semata formalitas.
Semoga, tantangan apapun nanti di depan akan menguatkan langkahmu untuk terus berkhidmat kepada Al-Qur'an. Ikhlas ikhlas ikhlas untuk totalitas. Semangat Aneee :))
6 notes · View notes
yunusaziz · 2 years
Note
mau tanya pandangan kaka terkait seseorang yang meninggalkan amanahnya di tengah jalan karena mendapat ujian yang membuatnya tidak mampu memanajemen diri dengan baik. namun suatu waktu dia memutuskan kembali ke jalan itu, meskipun sudah amat sangat terlambat untuk memperbaiki atau memulai kembali dengan apa yang pernah ditinggalkan
Jika amanah itu dalam konteks kebaikan, maka setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua. Kita tidak tahu alasan sesungguhnya dibalik seseorang mengambil suatu keputusan. Bisa jadi manajemen diri adalah alibi dari persoalan yang lebih besar, masalah keluarga, atau hal yang lebih besar lainnya.
Maka yasudah, kita terima saja kembalinya dia, tanpa harus mempermasalahkan bagaimana masa lalunya, kenapa dulu begini dan begitu. Sambut dengan penuh kerinduan, kehangatan, meskipun raga dan hati tidak mampu menutupi rasa lelah akibat beban darinya yang terpaksa kita tanggung.
Saya selalu berpesan kepada adik-adik tingkat saya. Dalam berjamaah, miliki dan terus pupuk dua modal ini ; sabar dan kedewasaan. Sabar tatkala dihadapkan dengan lika-liku tantangan dakwah, termasuk terkadang ketidaksesuaian karakter, watak individu yang ada di dalam. Kemudian dewasa. Dewasa untuk bersikap dan bertindak atas persoalan itu.
Insyaallah tiada hal yang tidak berbalas ketika setiap lelah yang diberikan, banyak hal yang dikorbankan, jika hati secara jujur dan lurus diniatkan untuk menggapai keridhoan-Nya.
Wallahua'lam.
32 notes · View notes
abubuaa · 1 year
Text
MILAD KAMMI #25th.
Tempat ini menjadi salah satu wasilah untuk menata diri untuk menapaki perubahan ketika berada pada fase-fase mengenal dunia kampus.
Keberadaannya menjadi ancaman bagi pemegang kebijakan yang penuh kedzoliman dan kebathilan. Jelas sudah, bahwa KAMMI menjadi pembawa nilai-nilai yang haq pada kehidupan kampus.
KAMMI Menjadi salah satu yang membuat kehidupan kampus penuh gejolak dan dinamika yang luar biasa. Bagaimana tidak? Menjadi bagian dari KAMMI membuat orang merasa terancam dan yang anti-KAMMI segera menyingkirkan mahasiswa yang terindikasi KAMMI. Termasuk saya masa itu!
Memperjuangkan nilai sesungguhnya dari KAMMI menjadi tantangan terbesar. Bahkan sampai saat ini pun masih begitu luar biasa. Namun, idealisme yang selalu dirawat baik oleh orang-orang luar biasa di KAMMI, seolah membuat perjuangan itu tidak kendur sedikitpun.
Tahun-tahun perpolitikan kampus adalah masa-masa yang begitu membekas. Menjadi bagian dari partisipan yang memeriahkan Pemira Kampus dan di tengah-tengah itu di hadapkan dengan DM 2 menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.
Intinya banyak hal yang telah KAMMI berikan, namun banyak pula yang memilih tak lagi bersama merawat KAMMI. Pun mengapa masih tetap berada disini. Alasannya sederhana karena rumah ini perlu dirawat dan diperlu diperbaiki.
KAMMI telah banyak memberikan arti dalam jalan dakwah yang diri ini tempuh selama ini. Bagaimana ia merawat perjuangan itu tetap ada didalam jiwa, dakwahnya melekat didalam hati agar senantiasa hidup dan tidak mudah redup apalagi mati.
Dengan kondisi kaderisasi yang fluktuatif, Militansi yang mengendur, Forum diskusi menjadi tak menarik, Sekret yang menjadi wadah bertukar narasi menjadi sepi. Tapi, keteguhan akan lahirnya kebangkitan itu tetap ada. Dan hari itu akan segera tiba.
Ada banyak cerita perjuangan dan bertumbuh bersama yang tak mampu tersampaikan. Mohon maaf jika diri ini masih belum menjadi Kader KAMMI sesuai dengan filosofis mu..
Selamat Milad Kesatuanku
Didikasimu untuk Negeri ini penuh arti
Semoga Allah senantiasa merahmati dan meridhai perjuangan ini.
Semangat berjuang untuk tahun yang akan segera menjadi lebih ganas!
-Abubua
Tumblr media
7 notes · View notes
nurfitriyy20 · 1 year
Text
Tentang perihal dakwah
Ternyata memang tidak mudah, banyak Lika,liku dan luka di baliknya ...
Ada hal yang harus diperjuangkan, ada hal yang harus rela dikorbankan ada hal yang harus di kuatkan...
Perbedaan pendapat disetiap sisi pasti ada untuk selalu membersamai di sisi samping kanan, kiri depan ataupun belakang...
Penuh tantangan dan cobaan yang harus diselesaikan
Ya Allah berilah kekuatan di setiap langkah perjalanan,
8 notes · View notes
asaksara · 1 year
Text
Petang, 26 november 2022
Ketika hari beranjak malam, udara semakin dingin menusuk, dan rintik gerimis yang tak kunjung reda sejak siang. Kami melingkar dalam sebuah ruangan dan memainkan permainan. "Tentang Kita" judulnya.
Permainan berlangsung dengan seru dan hangat, lalu aku mendapatkan giliran untuk menyelesaikan tantangan berupa sebuah pertanyaan. Beginilah bunyi pertanyaan itu, "jika hidupmu adalah sebuah skripsi, maka judul sub bab yang tepat untuk menggambarkan keadaan saat ini adalah... dan berikan alasannya!"
Aku tertegun, berusaha berpikir dg kuat dan cepat. Lalu inderaku jatuh pada sebuah tulisan diatas kertas yang bertuliskan "Tentang Prespektif". Maka, saat itu aku sudah yakin sudah menemukan judul sub bab-nya. Aku menjawab pertanyaan dari permainan  tersebut dengan tanpa ragu "Judul sub bab yang menggambarkan keadaan saat diriku ini adalah "Tentang Prespektif."
Mengapa demikian?
Karena hidup kita hanya tentang Prespektif. Prespektif Tuhan dan Manusia. Jika kita sebagai makhluk hidup didunia ini menggunakan Prespektif/kacamata Tuhan, maka keselamatan dan rasa aman akan selalu berlimpah pada kita. Akan tetapi jika kita hidup dengan Prespektif/kacamata manusia sendiri, maka tidak ada jaminan kita akan mendapat rasa aman, keselamatan dan ketenangan hidup. Sudah banyak ayat Alquran yang menerangkan bahwa jika kita hidup ikut aturan Tuhan maka Tuhan pun memberikan janji yang pasti, jaminan yang tidak akan Ia ingkari.
Lalu apa korelasi judul sub bab dengan keadaan hidupku saat ini? Ada. Pasti ada.
Aku yang pada lingkaran itu hanya mengenal 3 orang dari 15 orang lalu ikut dalam sebuah perjalanan, permainan, kebersamaan, membangun ukhuwah, hingga dakwah. Akhirnya membentuk sebuah Prespektif dalam diriku sendiri. Tidak hanya satu, melainkan beberapa. A, B, C dan mungkin hingga D.
Lalu ketika aku menyatakan dalam permainan tersebut jika judul sub bab hidupku saat itu adalah "Tentang  Prespektif" dan aku hanya mau mengikuti Prespektif dari Tuhanku, maka selesailah Prespektif dalam diriku yang mulanya A, B, C hingga D tadi tentang kebersamaan dan pertemuan kita saat itu. Semua itu pasti Allah Yang Maha Baik yang sudah memperjalankan dan men-skenario-kannya. Pasti ada kebaikan, Ilmu, manfaat, pelajaran dan hikmah yang bisa dijadikan tuntunan untuk hidup kedepan.
Untuk teteh-teteh, terimakasih untuk lingkaran yang terasa singkat namun mendalam itu.
Barakallahu fiikum.
Ditulis di Bandung, 8 Desember 2022.
6 notes · View notes
Text
Beberapa hari sibuk dengan aktivitas baru. Salah satunya, jadi team ruqyah anak dadakan. Memberanikan diri dengan ilmu yang tidak seberapa. Besar harapan untuk ikut andil, karna salah satu anak sahabatku.
Di mulai dari drama bermalam, bangun tengah malam untuk membacakan surah yang ustadz suruh, dan beberapa drama lainnya. Sampai pada akhirnya anak itu dirawat di rumah sakit.
Menjadi salah satu pengalaman di bulan agustus. Memberanikan diri menghadapi jin-jin unik, bahkan menghadapi keluarga sahabatku yang masih mempercayai dukun. Mulai dari drama kesurupan bahkan drama-drama dukun yang ingin memasukkan jin kedalam tubuhku wkwk.
Aneh tapi nyata, tapi seperti itulah. Memberanikan diri padahal sebenarnya takut, tapi saya suka tantangan salah satunya harus berhadapan dengan dunia perdukunan.
Perjuangan dakwah memang selalu ada ujiannya, tinggal kita yang memilih apakah tetap bertahan atau tidak. Beberapa hari sangat di uji, alhamdulillah bisa melewati.
Yang bisa tersimpulkan : terus belajar, belajar dan belajar dan tetap paham kondisi sampai Allah yang memudahkan. Tetap berusaha memperjuangkan dakwah apapun situasinya bahkan harus debat sama dukun🤣
Alhamdulillah hari ini anak yang jadi korban perdukunan sudah keluar. Semoga Allah senantiasa menjaga saya dan menjaga anak sholeh (arjuw).
Tumblr media Tumblr media
3 notes · View notes
mamadkhalik · 4 days
Text
Catatan Kemenangan : Overthinking Hari Buku
Saya sepakat, menara gading intelektual itu nyata. Pengalaman pribadi, dengan membaca buku genre sosial akan memberikan pemahaman yang konstruktif atas fenomena sosial, sampai akhirnya kita mencapai kedewasaan intelektual dan memantapkan diri untuk bergerak menyongsong perubahan.
Menyambut hari buku sedunia, aku rekomendasikan 2 buku yang cukup mencengangkan. Setidaknya bagi saya yang naif ini.
1. Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur - Muhiddin M. Dahlan
Dulu membaca judulnya saja sangat anti. Pasti isinya agak tabu, pikirku sebagai seorang ADK anyaran. Ternyata isinya sangat menampar.
Tumblr media
Berkisah tentang seorang muslimah hijrah yang memiliki pergulatan pemikiran. Bersentuhan dengan kelompok sufi, Tarbiyah, hingga Negara Islam Indoneisa, membuat tokoh utama memiliki kekecewaan berat dengan jamaah hingga akhirnya masuk dalam kubangan maksiat.
Ketika perasaan itu memuncak, tidak banyak orang hadir untuk sekadar menjadi teman bicara, akhirnya orang-orang yang 'tidak bertanggungjawab itu' hadir silih berganti, memberikan kenyamanan semu, lalu pergi meninggalkan luka begitu mendalam
Cerita di dalamnya sangat relate sekali, terkhusus bagi kita yang aktif dalam jamaah dakwah. Ketika ghiroh mengalahkan amaliyah, ketika pertanyaan tidak terjawab dengan rasional, ketika kekecewaan tidak terkelola dengan baik, ketika ukhuwah sebatas lip service, dan judgment kekhilafan tanpa tabayyun.
Bagian yang sangat mengiris hati adalah ketika tokoh utama di cap pengkhianat dakwah hanya gara-gara mempertanyakan anomali dalam aktivitas dakwah.
Bukan hendak mengeneralisir tapi fenomena-fenomena itu memang banyak saya temui. Buku ini memang cerita satu arah, emosional, belum tentu kebenaranya, hanya dilakukan oknum dalam jamaah, tapi cukup memberi refleksi yang mendalam bagaimana sebuah jamaah dakwah Islam mengelola organisasinya.
Buku ini baru saja saya baca tapi cukup memvalidasi tulisan sebelumnya. Bahwa dalam dakwah bukan berarti otomatis menjadi orang baik tapi Allah menjaga dari hal-hal yang merugikan, dan menegaskan bahwa kita hanya sekumpulan manusia yang tak luput dari dosa.
Semua itu kembali lagi ke kita dalam menyikapi segala dinamika dan jamaah dakwah hanyalah wasilah. Ini penting saya utarakan.
2. Gerakan Dakwah Islam dan Kelas Menengah Muslim - Eko Novianto
Bagi kita yang aktif di tarbiyah, buku ini menyadarkan betapa pentingnya kita menganalisis mad'u dan juga kita sendiri sebagai seorang aktivis dakwah. Bagaimana melihat karateristiknya dan akhirnya memberika n pendekatan yang sesuai bagi 2 sisi.
Tumblr media
Buku ini mengupas perihal pengalaman penulis dalam melihat gerakan tarbiyah, dampak dari dakwahnya, dan fenomena sosial yang hadir setelahnya. Tak bisa dipungkiri gerakan tarbiyah cukup dominan di era pertengahan orde baru hingga saat ini dan menjadi role model kelas muslim menengah.
Tapi muncul dari kelas menengah muslim yang memiliki ghiroh tinggi, ternyata tak cukup memberikan dampak yang signifikan, terkhusus dampak elektoral. Tak bisa dipungkiri tarbiyah-PKS adalah sebuah komunitas epistemik yang memiliki ikatan kuat dalam sejarah.
Dengan gerakan yang semakin membesar akan memunculkan karateristik kader yang beragam, kebutuhan yang semakin luas, dan juga tantangan pembaharuan yang perlu disikapi dengan cepat.
Buku ini menjelaskan 2 fenomena :
a. Kelas Menengah Muslim Yang Konsumtif.
Media Sosial menjadi aktor utama pembentuk kultur masyarakat ini. Di sisi lain masyarakat sudah aware akan kajian keislaman, prinsip-prinsip Islam dalam muamalah (Bank Syariah, Kosmetik Halal) tapi itu tidak berbanding lurus dengan penerapan Islam dalam ruang yang lebih luas dalam seperti kebijakan publik dan pendidikan reguler.
Akhirnya umat hanya dijadikan komoditas bisnis dan politik, tidak memiliki bargaining position yang kuat dan mudah di pecah belah oleh oligarki dan kaum nasionalis.
b. Sindrom Eksklusifitas Gerakan
Melihat poin sebelumnya, akhirnya jamaah terkesan ekslusif, jumud, curiga satu sama lain akhirnya tidak fokus dalam penyelesaian masalah umat.
Padahal kelas menengah ini harapanya dapat menjadi jembatan untuk mengurangi disparitas antar kelas borjuis dan proletar. Apalagi mereka yang tergolong kaum terdidik dan tershibgah dengan nilai-nilai Islam tentu menjadi peluang besar untuk membumikan nilai-nilai Islam.
Tapi realitanya tidak begitu. Curiga satu sama lain bukan hanya antar gerakan, mungkin juga orang yang ada di dalamnya. Mungkin hal ini yang mengakibatkan peristiwa di buku pertama terjadi. Mungkin saja.
Sekali lagi, kejayaan Islam hanya akan tercapai ketika antar gerakan Islam saling bekerja sama satu sama lain, menghilangkan sekat-sekat perbedaan, dan fokus kepada pemberdayaan umat. Sederhana tapi sulit, namun bukan berarti tak bisa.
***
Setidaknya 2 buku ini cukup membuat overthinking. Ternyata realitas tak bisa dipandang teori saja, bukan hitam putih.
PR kita masih banyak. Untuk memperbaiki diri, menjaga komunikasi antar sesama, memberbaiki sistem gerakan, hingga akhirnya Islam berjaya kembali, menjadi soko guru perdaban, dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Selamat Hari Buku. Jangan Lupa Baca Buku.
Arroyan, 16 Syawal 1445 H.
10 notes · View notes
humairohra · 2 years
Text
Tetap Bersamamu di Jalan-Nya
Bersyukurlah..
Jika Allah masih menghadirkan sahabat2 yang selalu mengingatkan kita dalam kebaikan. Itu tandanya, Allah sangat menyayangi kita. Allah tak ingin hati kita keras dan kotor walau hanya sedikit. Allah ingin kita juga bisa masuk ke surgaNya..
Tak ada hal yang ''kebetulan" di dunia ini, begitupun dengan orang-orang yang kita kenal saat ini, sudah Allah atur..
Teruslah berjuang di jalanNya bersama sama, agar kekeringan iman tidak akan dengan cepat merubah perjuangan kita. Akan ada berbagai tantangan selama kita berjuang. Tugas kita salah satunya adalah bersabar dan terus berjuang bersama menyamakan frekuensi ..
Tetap semangat,
Karna jika fisik belum bisa hadir bersama, Allah akan memberikan cara terbaik masing2 untuk berjuang, tentunya dengan cara cara indah yang sudah Allah berikan kepada setiap diri ..
Seandainya raga tidak berada disana, ada doa doa terbaik yang ia utarakan kepada Allah di hamparan sajadah panjangnya. Bukankah cara terbaik dalam berdoa adalah dengan saling mendoakan?
Tetap luruskan niat,
Takan Lelah jika hanya Allah lah tujuan kita, dan dakwah bukanlah soal seberapa banyak kita dikenal oleh penduduk bumi, tapi seberapa bnyak doa doa dan amalan kita yang diterima penghuni langit..
Luruskan niat,
Yang berbeda bukan berarti salah, dan diri ini paling benar. Semoga Allah senantiasa menjaga hati kita dari rasa ujub walau sedikit..
Doakan selalu yg terbaik, agar Allah benar2 jadikan kita semua menjadi umat yang Allah ridhoi dan Allah selamatkan dari api neraka. aamiin
✒️https://t.me/today_muhasabah/
2 notes · View notes
caturprasetyanews · 1 year
Text
Harapan Pj Walikota Lhokseumawe "Seudati Menjadi Perrkat Kebudayaan"
Tumblr media Tumblr media
Lhokseumawe | Catur Prasetya News Penjabat. Walikota Lhokseumawe yang diwakili oleh Asisten I Setdako Lhokseumawe M. Maxalmina, S.Hi, MH membuka kegiatan Parade Maestro Seudati yang digelar oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe yang berlangsung di Museum Kota Lhokseumawe, (28/11) malam.
Kegiatan yang mengusung tema “Geurangsang Seudati, Meusyuhu Siumum Masa”menghadirkan seratusan penari tradisi Aceh dari Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bireuen.
Untuk informasi Dalam Kegiatan ini secara resmi dimulai dengan pemukulan Canang Ceureukeh yang merupakan alat musik tradisional dari Kota Lhokseumawe yang telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional Indonesia pada tahun 2022 ini.
Turut hadir di acara pembukaan parade seudati itu , Kasdim 0103 Aceh Utara, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, yang mewakili Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Aceh .
Maxalmina dalam sambutannya mengatakan bahwa event yang digelar seperti Parade Maestro Seudati ini merupakan jawaban atas tantangan yang diberikan oleh Pj. Walikota Lhokseumawe Dr. Drs. Imran, M.Si, MA.Cd untuk terus menghidupkan seni dan budaya yang ada di Kota Lhokseumawe. Kegiatan ini juga tentunya merupakan dukungan masyarakat atas program-proram yang dijalankan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe.
Tumblr media
Maxalmina juga menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi perekat bagi seluruh pelaku budaya agar terus melestarikan kebudayaan dan menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Kota Lhokseumawe. Maxalmina berharap agar Seudati bisa terus hidup dan menjadi media untuk menyebarkan dakwah islam.
Tumblr media
Sementara itu panitia pelaksana Tgk. Ichsan mengungkapkan bahwa penyelenggaran Parade Maestro Seudati ini terselenggara atas kerjasama semua pihak untuk menampilkan Seudati yang monumental dan kontemporer ke dunia.
Pertunjukan Seudati yang digelar di Kota Lhokseumawe ini menjadi istimewa dikarenakan menampilkan tarian Seudati yang lebih modern lewat parade yang belum pernah ada di pertunjukan-pertunjukan sebelumnya di Aceh.
Tgk. Ichsan juga menambahkan bahwa dalam kegiatan ini juga merangkul seniman-seniman lokal Kota Lhokseumawe yang telah menasional dan membanggakan Aceh seperti Joel Pase dan Musisi Muda Lhokseumawe yang berkolaborasi menampilkan musik tradisi mengiringi parade ini sebagai upaya untuk memberi ruang dalam rangka apresiasi seni, budaya dan pariwisata sebagai mana slogan Disbudpar Aceh yakni Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata.
Tgk. Ichsan juga mengucapkan terimakasih kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe yang telah memberikan ruang dan waktu untuk penyelenggaraan kegiatan ini dan berharap agar Seudati menjadi identitas utama orang Aceh dan identitas masyarakat Aceh yang berbudaya.
Report By Chandra, Korespondensi Kabag PROKOPIM Setdako Lhokseumawe Drs. Marzuki, Lhokseumawe, 29/11/22
1 note · View note
unahnurfadillah · 1 month
Text
Dear Allah....
Terimakasih telah memberikan cinta dan kasih sayang begitu besar, yang sampai kapanpun takan pernah terhitung luasnya nikmat- Mu.
Izinkan aku bercerita pengalaman berharga yang aku temui di sepanjang tahun 2023/2024
Amanah tidak pernah salah pundak, Allah tidak akan membebani hamba-Nya diluar kesanggupan...
Semoga lelahmu menjadi Lillah, jadilah sebaik-baik manusia yang selalu memberikan manfaat kepada orang lain, semua tantangan dan rintangan dalam perjuangan dakwah ini, kita lewati bersama, dengan izin Allah kita pasti bisa bertahan dan meraih kemenangan dalam perjuangan dakwah kita 💙
Semua yang terjadi adalah atas kehendak dari Allah Subahanahuwata'ala, dan semua kehendak Allah adalah yang terbaik untukmu 💙
Semoga kita semua dapat berjuang bersama-sama di dunia ini dan semoga kita akan dikumpulkan di surga-Nya nanti
Aamiin.. Allahumma aamiin
2023, Aku di amanah kan sebagai pendamping anak anak, bisa disebut walas. Sebelumnya aku menolak, karena aku merasa belum mampu, namun hampir setiap orang sekeliling ku memberikan kepercayaan bahwa aku mampu, bisa karena pengalaman sebelumnya menjadi pendamping. Dan akhirnya aku memutuskan untuk mencoba.
Aku, yaaa aku terlalu percaya diri sampai aku mengemban amanah itu, awal awal aku menikmati nya, aku senang, gembira, tapi di perjalanan aku banyak menemukan celah, batu karang, jurang yang terjal dan badai.
Sampai di titik, aku bingung, aku pengen nyerah, mundur. Aku belajar untuk terus mengevaluasi diri dan terus evaluasi, oh Allah... Aku kah yang salah? Cara Apalagi yang harus aku lakukan? Aku serba salah....
Dari statmen ini, aku merasa tidak percaya diri, aku kehilangan sosok aku sendiri, aku kehilangan arah,
0 notes