Tumgik
#Sosialisasi dan Pemeriksaan HIV/AIDS
Text
Wabup Suharsi Buka Sosialisasi dan Pemeriksaan HIV/AIDS di Lapas Pohuwato
Kabardaerah.or.id, Pohuwato – Pemerintah Daerah Kabupaten Pohuwato tengah berupaya semaksimal mungkin dalam melakukan penanganan dan pencegahan penyebaran virus HIV/AIDS. Salah satu upaya tersebut dengan memberikan sejumlah anggaran atau hibah kepada Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Pohuwato. Terkait dukungan ini, Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Pohuwato mengadakan sosialisasi dan…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
baliportalnews · 5 months
Text
Pemkot Denpasar Gelorakan Getting Three Zeroes Pada Peringatan Hari AIDS Sedunia
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Pemerintah Kota Denpasar menggelorakan semangat Getting Three Zeroes pada Puncak Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2023 di Kota Denpasar yang dipusatkan di Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung Denpasar, Jumat (1/12/2023). Hal ini dilaksanakan guna mendukung optimalisasi penanggulangan penularan HIV/AIDS di Kota Denpasar. Adapun Getting Three Zeroes terdiri atas Zero New Infection, Zero AIDS Related Death, dan Zero Discrimination. Rangkaian Puncak Peringatan Hari AIDS Sedunia di Kota Denpasar berlangsung meriah. Beragam kegiatan turut dilaksanakan. Mulai dari senam bersama, penampilan beragam kreatifitas siswa SD, SMP dan SMA/SMK se-Kota Denpasar hingga pengundian hadiah door prize. Dalam kesempatan tersebut turut diserahkan hadiah bagi pemenang lomba serangkaian kegiatan menyambut Puncak Peringatan Hari AIDS Sedunia di Kota Denpasar. Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Ketua Yayasan Kerti Praja, dr. Desak Made Putri Pidari, Ketua AHF Indonesia, Eka Nur Hidayat, Pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar, Komunitas Peduli AIDS, KSPAN se-Kota Denpasar, serta undangan lainnya. Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa dalam kesempatan tersebut menjelaskan, Pemerintah Kota Denpasar berkomitmen dalam menekan kasus HIV/AIDS di Kota Denpasar. Hal ini dapat diwujudkan dengan menggelorakan semangat Getting Three Zeroes yang meliputi Zero New Infection, Zero AIDS Related Death, dan Zero Discrimination. Dikatakan Arya Wibawa, peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2023 ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memperkuat kerjasama dan koordinasi multipihak termasuk komunitas di Kota Denpasar seperti penjangkauan populasi kunci di test HIV, pencegahan infeksi HIV, penelusuran ODHIV mendapatkan pengobatan, memantau kepatuhan minum ARV, penelusuran pada pasien hilang (lost to follow up) dan pemeriksaan Viral load bagi ODHIV. “Tahun ini Hari AIDS Sedunia mengangkat Tema Global Let Communities Lead dan Tema Nasional yaitu Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030. bertujuan untuk meningkatkan peran komunitas sebagai kunci dalam mencegah HIV dan AIDS,” ujarnya. “Mari kita selesaikan bersama-sama, bergotong royong dan menyama braya. Sehingga upaya kita untuk mencapai Tujuan Penanggulangan HIV Getting Three Zeroes yaitu Zero New Infection, Zero AIDS related Death, Zero discrimination dapat tercapai,” imbuhnya. Kadis Kesehatan Kota Denpasar, dr. A.A Ayu Candrawati menjelaskan, berdasarkan laporan data situasi kasus HIV dan AIDS di Kota Denpasar sampai Bulan September 2023 jumlah yang terinfeksi HIV sebanyak 15.406 orang yang terdiri atas HIV sebanyak 8.818 dan AIDS sebanyak 6.588. Faktor risiko penularan terbanyak melaluI hubungan seksual khususnya heteroseksual sebanyak 72 persen, homoseksual sebanyak 20 persen dan penasun sebanyak 4 persen. Bahkan, sekitar 80 persen ditemukan pada kelompok usia produktif (15-59 tahun). Dijelaskan lebih lanjut, tema Global HAS tahun ini yakni Let Communities Lead dan Tema Nasional Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030. Adapun tema ini membawa pesan bahwa pentingnya peran aktif komunitas dalam melakukan perubahan. Sehingga mampu menciptakan generasi bebas stigma dan diskriminasi. Ayu Candrawati menambahkan, beragam kegiatan turut dilaksanakan guna menyambut Hari AIDS Sedunia Tahun 2023 ini. Yakni Lomba Yel-Yel Tingkat SMP se-Kota Denpasar, Lomba Jingel Tingkat SMA/SMK se-Kota Denpasar, Lomba Penyuluhan KDPAN se-Kota Denpasar, Lomba Cerdas Cermat KDPAN se-Kota Denpasar, Dialog Interaktif Radio, Sosialisasi melalui pemasangan spanduk, Pemasangan baliho HAS di 4 kecamatan 8. Sosialisasi melalui Running Text, Penyuluhan dan Mobile VCT, Pemberian bantuan sembako untuk ODHA kurang mampu, Donor Darah serta Kampanye dan Sosialisasi HIV AIDS dengan pembagian bunga mawar, red ribbon dan brosur. Ketua AHF Indonesia, Eka Nur Hidayat dalam kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua insan kesehatan, masyarakat, lintas sektor, media, sector swasta, LSM, akademisi, serta donatur yang telah bahu membahu dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di Kota Denpasar. Pihaknya merasa terhormat bisa berkolaborasi dengan Kementerian Sosial dan mitra dalam menjalankan Program Rehabilitasi Sosial dalam Pencegahan Penularan HIV. “Peringatan Hari AIDS Sedunia tahun ini bukan hanya sekadar seremoni, tetapi juga sebuah panggilan untuk bergerak bersama komunitas, dengan temanya Bergerak Bersama Komunitas, Akhiri AIDS 2030,” ujarnya. Hal senada diungkapkan Ketua Yayasan Kerti Praja, dr. Desak Made Putri Pidari. Dimana pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Denpasar beserta semua pihak yang telah mensukseskan peringatan Hari AIDS Sedunia di Kota Denpasar. Adapun beberapa rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peringatan HAS yaitu kegiatan mobile VCT di beberapa hotspot dan saat ini masih berlangsung di Lapangan Puputan, pembagian sembako kepada ODHIV yang kurang mampu, Lomba Yel-Yel dengan peserta siswa-siswi SMA/SMK se-Kota Denpasar, serta sosialisasi terkait HIV AIDS yang diadakan untuk guru pengajar di SMP Santo Yoseph dan masyarakat di Desa Nyambu, Tabanan. “Saya berharap kedepannya kita semua dapat terus berkoordinasi dengan melibatkan semua pemangku kepentingan untuk penguatan Strategi Getting 3 Zero. Inilah momentum kita bersama untuk Bersatu menguatkan kolaborasi integrasi bersama antar lintas sectoral dan pemangku kebijakan, organisasi masayarakat dan komunitas untuk bersama menuju target there zero 2030,” ujarnya.(bpn) Read the full article
0 notes
saatrenungan · 3 years
Video
youtube
Rumah Singgah Lentera - 18Ags21
Banyak dari kita yang ingin memiliki hidup yang berdampak—ingin mengadakan perubahan besar di dunia dan melakukan pekerjaan besar untuk Tuhan. Namun, tidak semua orang percaya bahwa dirinya mampu melakukannya. Banyak orang yang menganggap dirinya terlalu muda, terlalu lemah, terlalu bodoh, dan terlalu kecil untuk melakukan hal-hal yang besar. “Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah” hari ini kita melihat sosok Puger Mulyono, dengan keterbatasan penghasilan sebagai juru parkir di solo disamping menghidupi keluarganya, tak menyurutkan niat dan panggilan hati Puger Mulyono untuk menolong anak-anak yang terinfeksi HIV/AIDS. Ia bersama 2 temannya kemudian mendirikan Rumah Singgah Lentera untuk merawat anak-anak terlantar dengan HIV/AIDS (ADHA) yang datang dari seluruh Indonesia. "Anak-anak itu ada yang dipaksa keluar oleh pihak sekolah, ada yang ditelantarkan di RS, ada keluarga mereka yang malu merawat mereka, bahkan ada yang tidak boleh masuk rumah dan disuruh tinggal di kandang ayam, ada yang tinggal di hutan, ada yang barang-barangnya dibakar sama warga, bahkan ada yang tidak berani keluar rumah karena setiap dia keluar rumah langsung dilempari warga, sementara orangtua mereka sudah meninggal karena AIDS." Dalam Luk 10;33“Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan” hanya dengan kekuatan kasih-Nya lah Puger tergerak hatinya untuk menolong dan mengasuh mereka layaknya anak sendiri, yang berjuang untuk bisa bergaul dengan orang-orang biasa, bersenang-senang layaknya anak kecil normal, dan merasakan kebahagiaan seperti kita yang dapat bahagia dengan dukungan istri dan keempat anaknya mereka ikut membantu merawat anak-anak dengan HIV /AIDS
Perjuangan Puger untuk merawat ADHA meski berbekal niat baik, kerap mendapat penolakan dari masyarakat sekitar karena takut tertular virus tersebut seperti dikisahkan dalam Luk 17;11-19 tentang kesepuluh orang kusta yang dianggap memiliki penyakit yang kotor dan najis dan dikucilkan masyarakat begitupula Puger dan yayasannya yang mengasuh ADHA tersebut diusir oleh warga sekitar, bahkan ada warga yang sempat melakukan demonstrasi. Ketidaktahuan dan keacuhan warga terhadap proses penyebaran virus, malah menjadikan mereka "buta”. Stigma atau cap jelek bahwa HIV/AIDS sebagai penyakit menular, membuat warga tak pandang bulu untuk menolak kehadiran penderita, meskipun mereka anak-anak.
Dalam hidup, kita pasti pernah merasakan berada di titik yang paling rendah. Kita merasa lemah, dan tidak tahu arah mana yang akan dituju. Namun, kita tidak boleh menyerah, karena perziarahan masih panjang dan yang perlu dilakukan adalah selalu yakin akan penyertaan Tuhan seperti tertulis dalam 2 Tawarikh 15;7 “Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan patah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu”. Tuhan memang tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Puger Mulyono tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, rekannya, Yunus Prasetyo, awalnya bahkan merelakan menjual motornya untuk menyewa kontrakan sebagai rumah singgah ADHA yang ditelantarkan tersebut. Bersama dengan rekannya, Yunus Prasetyo serta Kefas Jibrael Lumatefa, Puger lantas mendirikan Yayasan Lentera Surakarta (YLS) yang meletakkan dasar untuk menciptakan sebuah rumah singgah untuk menampung anak-anak yang kerap dikucilkan masyarakat karena penyakit yang dideritanya tersebut, bahkan menjadi yang pertama di Indonesia seperti tertulis dalam Mat 25;40 “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”. Kini Yayasan Lentera Surakarta menempati lahan hibah dari pemkot dan pihak swasta untuk pembangunan rumahnya, untuk membiayai operasional lebih banyak mengandalkan uluran tangan dari donatur, kemensos dan RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk pemeriksaan kesehatan dan pengobatan ADHA secara gratis melalui BPJS Kesehatan.
Melalui perjuangan yang melampaui kesabaran dan pengabdian kasih tanpa pamrih yang menyebabkan Puger dapat mengatasi stigma negatif masyarakat akan HIV/AIDS sebagai penyakit menular, bahkan ia tidak menyalahkan masyarakat dan mau memaafkan masyarakat yang telah mengusir mereka karena mereka belum mendapat sosialisasi yang benar tentang AIDS. “Ya Bapa, ampunilah mereka karena mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’ (Luk 23;34). Doa Yesus ini penuh dengan kelembutan dan kasih sayang. Ia berdoa karena Ia sangat mengasihi orang-orang yang menganiaya-Nya. Yesus tidak menaruh dendam kepada mereka, Ia menghendaki supaya orang-orang yang berbuat jahat kepada Dia itu diselamatkan, Puger bersikeras hadir dan melayani anak-anak ADHA yang tersingkir karena masyarakat menolak mereka. Bunda Teresa mengatakan “i may not be wanted but i am needed here” begitupula Puger meskipun masyarakat tidak menghendaki kehadiran mereka namun anak-anak yang tersingkir itu membutuhkan kasih sayangnya. Puger dan tim relawan dengan penuh kasih sayang mengajar anak-anak, memberi perawatan medis dan hadir sebagai orangtua mereka. Puger tabah melakukan pekerjaannya, membimbing banyak relawan yang bergabung dengan yayasan lentera surakarta yang masih muda, mendorong mereka dalam pemanggilan mereka, bahkan ketika dia mungkin meragukan panggilannya sendiri. Kasih sayang telah memberinya tujuan, iman memberinya inspirasi, hingga keberanian yang memberinya kekuatan untuk melakukan pelayanan. 
“Tidak semua dari kita dapat melakukan hal-hal besar. Tetapi kita dapat melakukan hal-hal kecil dengan cinta yang luar biasa” - Mother Teresa
Berkah Dalem
0 notes
satukanal · 4 years
Text
Tanggulangi HIV/AIDS, Dinkes Kota Malang Rutin Sosialisasi dan Beri Pendampingan di Tiap Kelurahan
https://www.satukanal.com/tanggulangi-hiv-aids-dinkes-kota-malang-rutin-sosialisasi-dan-beri-pendampingan-di-tiap-kelurahan/
Tanggulangi HIV/AIDS, Dinkes Kota Malang Rutin Sosialisasi dan Beri Pendampingan di Tiap Kelurahan
Tumblr media
Jumlah penderita HIV/AIDS di Kota Malang masuk peringkat ke dua se Jawa Timur. Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang tercatat sebanyak 4000 pasien penderita HIV/AIDS.
Sayangnya kesadaran pasien untuk berobat cukup minim. Karena, baru 1.449 saja yang rutin melakukan Antiretroviral Therapy (ART). Upaya untuk mengajak penderita HIV/AIDS untuk mau berobat juga terus digencarkan. Apalagi, di Kota Malang sudah tersedia fasilitas kesehatan (faskes) yang melayani khusus itu.
Seperti, di Puskesmas Dinoyo, Puskesmas Kendalsari, RS Saiful Anwar, RSI Unisma, dan RST Soepraoen. Bahkan, Dinkes Kota Malang menggandeng lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk pendampingan pengobatan bagi penderita penyakit ini.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kota Malang, dr Husnul Muarif menjelaskan banyak faktor yang menjadikan pasien HIV/AIDS tidak mau berobat atau menghentikan pengobatan di tengah jalan. Salah satunya, hilangnya kepercayaan diri karena ada diskriminasi lingkungan sekitar dan minimnya dukungan dari keluarga.
“Faktor lingkungan ini yang akhirnya menjadikan penderita HIV/AIDS menghentikan pengobatan. Yang awalnya sudah berobat, tiba-tiba menghilang di bulan ke dua dan tidak mau datang kembali,” ujarnya.
Padahal, idealnya penderita penyakit ini harus mengkonsumsi obat Antiretroviral (ARV) dan melakukan kontrol sebulan sekali untuk melihat keluhan dan pemeriksaan secara klinis. Namun, tingkat kesadaran masyarakat dinilai masih minim.
Nah, salah satu upaya Dinkes Kota Malang agar pasien mau mengakses ARV yaitu dengan melakukan layanan satelit melalui puskesmas-puskesmas. Dimana, akan ada petugas yang siap melakukan diagnosa awal. Kemudian, melakukan pendampingan dengan menempatkan LSM Warga Peduli AIDS di masing-masing kelurahan di Kota Malang.
“Dengan begitu nantinya pasien akan mendapatkan akses pengobatan yang mudah hingga proses pemeriksaan. Kemudian juga ada pendampingan dari LSM secara moril. Lalu sosialisasi juga terus dilakukan dengan berkolaborasi baik pemerintah hingga masyarakat itu sendiri,” pungkasnya.
0 notes
tobasatu · 5 years
Link
tobasatu.com, Medan | Selain diskriminasi, masalah lain yang dialami oleh Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah minimnya informasi. Diantaranya terkait pemeriksaan kesehatan atau tes HIV/AIDS dan aturan dalam BPJS Kesehatan.
Hal ini disampaikan oleh perwakilan dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Sumut, Fatma Zuhriatun kepada tobasatu.com usai pertemuan Jaringan Indonesia Positif (JIP) di Medan, Rabu (14/8/2019).
“Dari diskusi tadi, keluhan teman-teman itu terkait pungutan saat berobat dan pengurusan BPJS Kesehatan yang sangat rumit,” katanya.
Fatma Zuriatun menuturkan, anggota populasi yang ingin mendaftar BPJS Kesehatan sudah waktunya diprioritaskan. Banyak anggota populasi yang ingin mengurus BPJS Kesehatan tapi terkendali dengan pengurusan KTP yang sangat lama.
“Keluhan kawan-kawan itu rata-rata sama. Mereka banyak kendala dalam hal pemeriksaan kesehatan, khususnya pembuatan BPJS Kesehatan. Karena kebanyakan anggota populasi, misalnya perempuan pekerja seksual itu adalah orang dari luar, mereka kalau mau periksa atau berobat harus kembali dulu ke daerahnya, tentu ini juga membuat kami pemerhati atau pemberi penyuluhan HIV AIDS kesulitan,” ujar perempuan yang disapa Saly ini.
Penanganan HIV-AIDS, mulai dari tes CD 4 dan VL untuk penegakan diagnosa, serta obat antiretroviral (ARV) yang harus diminum setiap hari sebenarnya telah disiapkan oleh pemerintah. Namun info ini diyakini banyak belum diketahui oleh masyarakat.
Hal sama juga disampaikan oleh Abdul Muluk, pemerhati HIV/AIDS dari JIP. Katanya, Peraturan Bupati (Perbup) No 035 Tahun 2018 tentang tarif berbayar di seluruh jasa pelayanan di seluruh layanan kesehatan di Deli Serdang juga menjadi berita buruk.
“Untuk pemeriksaan HIV sudah diberlakukan, seperti di Puskesmas Bandar Khalifah padahal peraturan tersebut belum disahkan. Kita harus bayar Rp 75 ribu untuk reagennya dan Rp25 ribu untuk jasanya. Bagaimana kaitannya dengan strategi fast track 90-90-90 pada 2030. Kalau dijadikan berbayar, target 90-90-90 itu tidak akan tercapai,” katanya.
Untuk mencapai target 90-90-90 itu, menurut Abdul Muluk, pihaknya terus akan bekerjasama dengan seluruh CSO (Civil Society Organization) dan insan pers agar strategi fast track bisa tercapai. (ts-24)
The post Pemerhati HIV/AIDS Sumut Keluhkan Minimnya Sosialisasi Pelayanan Kesehatan appeared first on tobasatu.com.
0 notes
papuabaratonline · 5 years
Text
Yayasan JMN Gelar Sosialisasi HIV/AIDS dan Pengobatan Masal di Pulau Mansinam
Yayasan JMN Gelar Sosialisasi HIV/AIDS dan Pengobatan Masal di Pulau Mansinam
Pengobatan Massal//RED
MANOKWARI, Papuabaratonline.com – Guna mencegah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Yayasan Jaringan Makmur Nusantara Papua Barat gandengg Dinkes dan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Papua Barat menggelar kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dan pengobatan masal kepada warga Pulau Mansinam, Manokwari, Senin (17/12/2018).Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS dan Pemeriksaan (VCT) yang…
View On WordPress
0 notes
kodamjaya · 6 years
Text
Sertu Marsukin Dampingi Tim Kesehatan Laksanakan Sosialisasi Dan Pemeriksaaan HIV
Sertu Marsukin Babinsa Desa Belimbing Koramil 03/Teluk Naga Kodim 0506/Tgr, Korem 052 Wkr mendampingi tim penyuluh kesehatan dari Pusat Kesehatan Kecamatan Kosambi.Kegiatan Penyuluhan dan pemeriksaan Hiv di laksanakan di Aula Kantor Desa Belimbing Kecamatan Kosambi Kabupaten Tangerang, Jumat(8/12/2017)
Sertu Marsukin mengatakan, “Dalam rangka Hari AIDS sedunia dan untuk mencegah penularan…
View On WordPress
0 notes
malangtoday-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Waduh, Jumlah Penderita HIV/AID di Kediri Meningkat Capai Angka Segini
 MALANGTODAY.NET - Sejak 2003 hingga April 2017 jumlah penderita human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syndrome atau HIV/AIDS di Kota Kediri, Jawa Timur, mencapai 910 orang, dalam hal ini  menunjukkan tren peningkatan. "Temuan terus meningkat dari tahun ke tahun. Temuan intensif sejak 2003 hingga kini sudah 910 orang, dimana sejak Januari hingga April 2017 sudah mencapai 59 orang," kata Sekretaris KPAD Kota Kediri Suhartono di Kediri, Rabu. Ia mengatakan, jumlah temuan pada 2017 juga cukup banyak. Salah satunya dipengaruhi dari partisipasi aktif para kader, seluruh satuan kerja, puskesmas, KPAD, hingga dari penderita sendiri. Pemerintah membuka peluang untuk pemeriksaan dini HIV/AIDS yang bisa dilakukan di fasilitas kesehatan milik pemerintah, termasuk di puskesmas wilayah Kota Kediri. Rata-rata, kata dia, saat ditemukan yang bersangkutan masih terdeteksi terkena HIV. Namun, jika yang bersangkutan mempunyai penyakit sertaan, sakitnya bisa tambah parah dan menjadi AIDS. "Orang-orang tes kan tidak malu. Ini artinya tingkat kesadaran masyarakat besar dan informasi yang kami berikan ke masyarakat juga sampai," ujarnya. Menurut dia, dari ratusan orang yang memeriksakan diri di klinik kesehatan dan terdeteksi terkena HIV/AIDS, dari beragam latar belakang atau profesi. "Dari informasi yang kami terima, yang terbesar adalah pembeli jasa seksual, wiraswasta. Bahkan, ibu rumah tangga juga besar, tapi secara angka dinas kesehatan yang mengerti," ujarnya. Ia berharap, partisipasi aktif masyarakat dengan mewaspadai HIV/AIDS lebih meningkat. KPAD dengan seluruh elemen masyarakat juga menjalin kerjasama untuk mewaspadai penyebaran penyakit tersebut. Hingga kini, obat untuk menyembuhkan penyakit tersebut belum ditemukan, yang ada hanyalah obat untuk membantu memperlambat pertumbuhan virus. "Semakin dini ditemukan, semakin besar upaya untuk segera ditangani," kata Suhartono. Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Kediri Rizal Amin mengemukakan jumlah temuan kasus di Kediri memang terus meningkat setiap tahun. Usia mereka yang terkena HIV/AIDS juga beragam. Namun, mayoritas berusia produktif, yaitu 25-34 tahun. Sedangkan, kasus anak-anak, yang tertular dari ibunya pada rentang usia antara 0-4 tahun. "Mayoritas yang terkena usianya produktif. Kami terus intensif sosialisasi. Dengan semakin dini ditemukan, harapan untuk tidak menjadikan penyakit itu dari HIV ke AIDS juga bisa dicegah," kata Rizal.(Sumber:Antara)
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/waduh-jumlah-penderita-hivaid-di-kediri-meningkat-capai-angka-segini/
MalangTODAY
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Di Sukabumi, Kelompok Gay Merambah ke Sekolah
Sukabumi (SIB)  -Lokasi dan komunitas yang rawan tertular HIV di Kota Sukabumi, Jawa Barat terus disisir. Penyisiran Komisi Penanggulangan AIDS dan Lensa ini untuk menekan laju penularan penyakit mematikan ini. Salma Aisyah, Koordinator Lapangan Lensa menyebutkan yang menjadi sasaran pemeriksaan HIV kali ini selain wanita pekerja seks (WPS) dan waria, juga terhadap kelompok komunitas lelaki suka lelaki (LSL) alias gay. "Perkembangan komunitas ini mengalami peningkatan yang cukup cepat. Bahkan saat ini kelompok gay sudah merambah ke sekolah-sekolah," terang Salma, Kamis (11/5). Ketua KPA Kota Sukabumi, Achmad Fahmi menuturkan, mendorong warga masyarakat berisiko tertular HIV memeriksakan kesehatannya secara rutin di sejumlah tempat layanan kesehatan yang disiapkan. "Penyisiran ini agar mereka mengetahui pentingnya pembelajaran kepada warga berisiko tinggi terserang HIV dan AIDS untuk selalu menggunakan kondom dalam berhubungan seksual," ujarnya. Pihaknya juga memandang perlu menjalin komunikasi dengan berbagai pihak terkait untuk pelaksanaan program pencegahan penyakit itu agar dapat berjalan efektif dan melakukan sosialisasi tentang perkembangan penularan penyakit tersebut. "Sasaran kami kepada masyarakat di tujuh kecamatan, bentuknya berupa penyuluhan, supervisi kelompok kerja KPA tiga bulan sekali, pembentukan 'outlet' kondom, penyegaran petugas 'outlet', dan distribusi kondom, selain pemeriksaan HIV rutin ke populasi kunci," katanya. Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Rita Nenny mengatakan pemeriksaan kesehatan terhadap mereka yang berisiko tinggi tertular HIV secara gratis di beberapa tempat layanan kesehatan di kota Sukabumi dan Mobile VCT ke Hotspot langsung. "Pemeriksaannya gratis kami antara lain menyiapkan fasilitas klinik tersebut di 15 puskesmas, Labkesda dan 4 Rumah sakit," tandasnya. (PK/f) http://dlvr.it/P7Yhmp
0 notes
satukanal · 4 years
Text
Pemerintah Kabupaten Kediri Targetkan 2030 Bebas dari Bahaya HIV
https://www.satukanal.com/pemerintah-kabupaten-kediri-targetkan-2030-bebas-dari-bahaya-hiv/
Pemerintah Kabupaten Kediri Targetkan 2030 Bebas dari Bahaya HIV
Tumblr media
SATUKANAL, KEDIRI – Pemerintah Kabupaten Kediri tengah serius menanggulangi penyebaran virus Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/Aids). Pemerintah juga menargetkan, di tahun 2030 masyarakat di Kabupaten Kediri terbebas dari penyakit tersebut.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Kediri, Widodo Imam Santoso mengatakan, pemerintah terus melakukan upaya untuk menekan penyebaran virus mematikan tersebut. Selain fokus ke penyakit, kegiatan-kegiatan sosialisasi pencegahan juga terus digalakkan.
“Masyarakat terdiri dari banyak unsur dan kalangan serta strata sosial semua harus dapat bersatu dan bergerak bersama-sama serta saling mengingatkan untuk menjauhi semua perilaku yang berisiko,” jelasnya.
Selain itu, masyarakat juga diharap berani untuk memeriksakan diri ke unit pelayanan terpadu penanganan HIV di setiap puskesmas yang ada di Kabupaten Kediri.
“Masyarakat juga harus berani melakukan tes HIV supaya dapat terdeteksi sedini mungkin apabila terjangkit,” ungkapnya.
Sedang untuk para penderita, Widodo juga berpesan agar mempertahankan pengobatan agar tetap menjaga kualitas hidup para ODHA (Orang dengan HIV/Aids) sekaligus dengan OHIDHA (Orang yang Hidup dengan ODHA).
“Peran LSM (lembaga swadaya masyarakat) dan komunitas juga sangat diharapkan untuk dapat melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak melakukan stigmanisasi kepada ODHA. Jauhi penyakitnya, jangan orangnya,” terangnya.
“Sarana pelayanan kesehatan perlu ditingkatkan jangkauan dan kualitas pelayanannya untuk memudahkan pemeriksaan dan pendampingan ODHA yang kian hari kian banyak dan tersebar. Hari Aids Sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember adalah momentum bagi kita untuk bersama dan bahu membahu dalam pengendalian dan pencegahan HIV Aids,” lanjutnya.
Lebih lanjut, pemerintah menargetkan di tahun 2030 tidak ditemukan lagi kasus HIV Aids baru. Juga tidak ditemukan lagi kematian karena HIV, serta tidak adanya stigma dan diskriminasi di masyarakat.
“Tentunya pengetahuan masyarakat harus lebih meningkat mengenai HIV/Aids ini. HIV adalah penyakit menular tapi bukan penyakit yang mudah menular. Penularan hanya melalui cairan tubuh tidak melalui kontak sosial,” pungkasnya. (adv)
Pewarta: M Ubaidhillah Redaktur: N Ratri
0 notes