Tumgik
suicidestages · 1 year
Text
Nak, aku ceritakan sesuatu.
Perempuan yang aku kenal kuat dan tegar itu, tak kuasa membendung air matanya dalam satu tarikan nafasmu. Pisau dan darah tak menggentarkannya, tapi pada satu tangismu, tangisnya runtuh. Memasrahkan hidupnya untuk hidupmu, keselamatannya untuk keselamatanmu, kesehatannya untuk kesehatanmu. Karena kamu adalah anugerah, untuknya, juga untukku.
Tumblr media Tumblr media
Eunoia
Sebuah harapan dalam bisikan doa pada sore itu telah terwujud.
Keinginan yang aku coba mintakan pada Tuhan.
Membujuk sang penguasa untuk memberikan restunya.
Tangisan pertamanya mampu membuat hatiku bergetar, membuat setiap air mata ini membanjiri kelopaknya.
Kamu, sebuah pengharapan yang baik,
Jadilah manusia seperti namamu.
Pemikiran yang baik.
Jakarta, 18 Mei 2023
11 notes · View notes
suicidestages · 2 years
Text
Rencananya sederhana, kira kira begini:
Saat kamu pulang, lilin akan kunyalakan dan playlist yang berisi lagu-lagu kesukaan kita akan mulai dimainkan. Lalu aku persilahkan kamu duduk, kutunjukan daftar menu yang baru terpikir untuk kubuat siang tadi, lalu kujelaskan padamu soal ini: Menu malam ini akan dibuka dengan sup telur hangat, disusul oleh steak sebagai makanan utama, lalu ditutup dengan melon yang dilumuri saus racikanku sendiri. Sempurna. Dan sembari makan kita dapat saling bercerita. Ceritaku tentang bagaimana aku mempersiapkan ini semua, dan ceritamu tentang harimu di tempat kerja, tentang hal hal lucu yang terjadi, atau tentang salah satu rekan barumu yang menjengkelkan itu.
Rencananya seharusnya sederhana, tapi tidak berjalan sempurna. Seperti sup yang hampir gosong, dan steak yang tidak matang misalnya. Terpujilah lidahmu dan lisanmu, tetap memakan dan tetap memuji. "Tidak, ini enak", katamu. Dan ternyata itu yang membuatnya sempurna. Bukan wine dan bukan rencananya. Dan gemerlap matamu yang diterpa cahaya lilin. Itu yang sempurna. Dan cerita ceritamu, dan tawamu, dan argumen argumenmu dengan dengus kesalmu. Itu yang sempurna.
Tumblr media Tumblr media
7 notes · View notes
suicidestages · 4 years
Text
Gemerlap dan dingin.
Lalu lelap dalam ingin.
Jika siap dan jika mungkin.
Karena segalanya seperti dalam sekejap, seakan dibawa semilir angin.
Apakah para Anemoi berada di Jakarta Selatan?
Atau kuasa lain, seperti kuas diatas kanvas kain?
Kanvas yang dilukis tak melawan. Itu seperti didekte, bukan?
Setiap peluk dan tangis kita bertahan. Itu seperti diberkati Tuhan.
Tapi bukankah ini seperti sebuah kutukan?
Tapi bukan, ini sebuah pilihan.
Gemerlap dan dingin.
3 notes · View notes
suicidestages · 4 years
Text
Aku ingin menjadi Gaia dengan perut Tartarus
Menelan semua rasa sakit itu,
dan menumbuhkan bunga bunga kecil untukmu
Yang kujaga segar dan terus berbunga
Lalu kau bisa berjalan, melompat, dan bersenandung riang
Dari pagi hingga petang
1 note · View note
suicidestages · 4 years
Text
Demi dekonstruksi Derrida, atau retorika Aristoteles
Aku lakukan bagianku untuk menghadirkannya dan kau lakukan bagianmu untuk mempercayainya.
Dan demi setiap batu bata yang Tuhan sisipkan pada setiap pertemuan. Dan demi setiap perasaan yang Dia susun untuk siap dirayakan. Ini akan jauh lebih mudah nona, jika bisa kau lihat bagaimana megah Dia membangunnya.
Bagaimana rasanya jadi dunia?
4 notes · View notes
suicidestages · 4 years
Text
Dimulai darimu, nona
Biar rotasimu menggilas tanpa jeda
Baal waktu waktu kau beri nada
Satu tatap sesaat, dan ini tidak bisa disebut tersesat
Jika diputuskan menetap, maka meleburlah dua
Aku yang menetap, kau yang dunia
Jadi bagaimana rasanya nona?
Bagaimana rasanya jadi dunia?
4 notes · View notes
suicidestages · 4 years
Text
Cerita Tentang Pertemuan Yang Menyenangkan Pada Sebuah Pertemuan Yang Menyenangkan
Dyonisius mengangkat gelasnya saat ku angkat gelasku ke arahnya. "Bersulang!", sambutnya.
"Aku selalu tau jika ada jiwa yang sedang bergembira. Kau tahu, sebagai dewa anggur dan pesta, aku punya kemampuan ini. Jadi apa ceritamu kawan lama?", Dyonisius membuka obrolan.
"Hahahaha..", aku tertawa mendengarnya.
"Bagaimana kabar Hestia?", aku balik bertanya alih alih menjawab pertanyaannya.
"Sinis masih saja menjadi kemampuan terbaikmu ya", jawabnya. Kami berdua tertawa.
"Kau tahu, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi, Zeus saja tidak dapat menebak atas apa yang Prometheus lakukan.."
"Sst, hati hati kawan, kau tau dia mudah tersinggung kan", Dyonisius memotong.
"Hahaha, maksudku aku hanya ingin mengatakan kalau aku bertemu seseorang dan ini menakjubkan", kataku.
"Matanya sipit, pipinya bulat dan memerah, lebih merah dari anggurmu setiap kali dia tertawa. Dan bahkan cahaya dari matanya yang sipit itu lebih meriah dari pesta pesta kita selama ini"
"Hahaha! Aku pikir anggurku adalah hal terbaik yang akan kutemukan sore ini! Tapi ceritamu kawan, jauh lebih baik!", Dyonisius menimpali ceritaku dan melanjutkan dengan sebuah pertanyaan "Jadi, apakah ini berarti menjadi pertemuan terakhir kita?"
"Hahaha! Yang benar saja kawan. Aku mungkin akan menemuimu bersamanya. Di suatu sore yang tenang, suatu saat nanti."
Dyonisius mengangkat gelasnya, "Untuk pertemuan yang menyenangkan kawan! Pertemuanmu, dan pertemuan ini!"
Ku angkat gelasku untuk menyambut "Untuk pertemuan yang menyenangkan!"
1 note · View note
suicidestages · 4 years
Text
Tumblr media
Babak belur dibalur babak babak kita beradu berserak rona
Meski kau lihat, giat gulita menggeliat, menggali, dan mengarat
Kata kata kau sebut enigma yang tetap kau genggam erat
Mata mata liar menjalar, menjulur kredo pembebasan
Dan tatap tatap yang melantak
Katarsis untuk jiwa yang masam
2 notes · View notes
suicidestages · 4 years
Text
Butterfly Kill The Bee
A shelf or slab of stone were placed in the corner of the room. While he's sitting there, in front of it, and see it the whole day. Day by day. Empty. It has nothing on it. Everyone pity on him for doing so, but he's not even care. He's not waiting nor wanting anything.
Until there is one day. It was a weird day to be remembered. As the squirrel seen dancing with the bird in the branch of the tree and the ants nodding their head while the flowers sway. The wind singing radiohead's creep in the beat of salsa. Then he saw her, dancing around in his field, happy and proud, stomping the ground with her small step, small feet.
He love himself for his manners, so he did what he would did.
"I’m sorry to interrupt, but, it seems that you lost your way for being seen in this cotton field. Is there anything I can help?"
She's not likely care with the question, as she gave him something within the bag she carry, and said "i collect it all along the way here, I think its yours." He is looking into it and found the bag is full of question and stories. As he look at her again, he found a beautiful smile rising in her face. He saw it with his eye that her eye is full of bright, down till the deepest part. That time he realize something. That he is actually waiting. That he is actually wanting something.
2 notes · View notes
suicidestages · 4 years
Text
Existensialisme dan pikiran yang bermain main
Ruap dan ruak dari selatan.
Probabilitas bagai festival, muncul untuk dibunuh. Atau diasingkan. Dan di sela-selanya, setiap nafas yang sempat, cepat mengingat dan mengukuhkan kehadiran Tuhan. "Tidak, tidak. Mereka ada bukan karena mereka berpikir, pun karena aku pikir mereka ada", ku sanggah Descartes, tepat sesaat setelah kereta tiba di Stasiun Senen. Ku lihat jam menunjukan pukul tiga seperempat. Dan kupikir, ini waktu yang tepat untuk merayakan sesuatu, apapun itu. Lalu ku nyalakan rokokku dan membuat Descartes tertawa. "Kau hanya bermain dengan pikiranmu. Seperti sekarang ini, kau bermain-main lagi", katanya. Aku ikut tertawa. Kita semua memang ahlinya, begitu?
1 note · View note
suicidestages · 5 years
Text
Herakleitos dan ironi yang terus kita ulangi
Sore yang khidmat ketika seorang datang dan memecah sunyi. Dalam satu gerakan, ditumpahkan segala rupa dari balik jaket lusuhnya ke atas meja.
"Ini segala yang ku punya, aku ingin memesan takdir!"
Lalu, seorang pelayan terlihat memilah apa yang ada di meja.
"Maaf tuan, untuk memesan takdir dibutuhkan sebuah nyali."
Seketika, lelaki itu murung, urung, dan pergi.
"Sudah kubilang kan, segala sesuatu, merupakan perpaduan kecenderungan kecenderungan yang bertentangan", saut Herakleitos.
Sore yang khidmat dengan aroma getir samar di udara.
1 note · View note
suicidestages · 5 years
Text
Ad nauseam
Ramu ramai yang usang. Rampai sgala ingatan. Rengat, dari segala garit, merupa sengatan. Kini, hinggap kau anggap apa? sulut api kan menjadi bara, kan? Biar diberi berapa sapa berupa sepi, sesiap-siapnya, sesiapa kan menjerit tak kuasa.
Sembilan, dan sepuluh, lalu sebelas. Hitungan dari setiap gelas. Bir yang habis bersama keluh nestapa, derita tak jua luruh bersama kata kata. Meski sempurna, tapi tipuan kali ini tak berujung tepuk tangan gempita. Dia, berujung kematian. Meski ada yang sibuk berlalu-lalang. Meski ada yang mengalun pelan, mengalung padan. Ada yang menunggu padam.
1 note · View note
suicidestages · 5 years
Text
Ad nauseam
Sapa semburat pekat, meminjam lekat, melutut semesta, digenggam erat. Dua belas lewat merupa isyarat. Kau kah yang mereka bilang dalam rencana? Kau lah gemuruh dalam renjana.
Karena, hingga sejauh apa yang bisa diingat, seluruh sapa yang bisu dilumat, sepasang tangan mati terikat, sepasang lutut lemah mengiba.
Kan tetap menghamba, meski menetap sementara.
1 note · View note
suicidestages · 5 years
Text
Tumblr media
Demi segala ramai yang kau temu sepi.
Kau temu, dirimu satu, berdiri dengan duri, terikat atau memang kau peluk erat, siapa yang peduli?
Perah terus perih yang kau sebut rindu.
Postulat?
Karena sendu sebuah nikmat.
1 note · View note
suicidestages · 5 years
Text
Pemurung seluruh dunia, bersatulah!
Rindu sungguh absurd kali ini. Romantis dan membanggakan sungguh narasi yang berlebihan. Apa yang akan ditemukan selain luka yang menganga, pertanyaan yang mengambang, prasangka yang mengudara. Belum lagi ketidakpastian selain kepastian atas keegoisan dan kelemahan yang ditunjukan. Hanya saja batasan adalah bagian dari penciptaan manusia. Aku rindu kamu malam ini.
Dan bagaimana rindu tetap ada tapi berbotol bir lewat begitu saja. Belum lagi puntung rokok yang sudah berjejalan mencari tempat peristirahatannya. Atau aku hanya berlindung dibalik narasi moral yang populer. Untuk kebaikan yang lebih besar katanya. Atau aku hanya pengecut yang meromantisasi fakta. Kita butuh Marx dalam hal asmara. Melawan romantisme yang dikapitalisasi. Menumbuhkan benih kesadaran bahwa apa yang mereka narasikan sebagai bagian dari manusia tak lebih dari upaya dalam memperkaya diri mereka sendiri. Pada akhirnya yang peduli terhadap kemurungan adalah mereka yang merasakannya.
1 note · View note
suicidestages · 5 years
Text
Hidup bisa jadi cukup indah, atau itu semua hanya biasa saja
Sesekali toleh dan lihat
Torehan geliat ingatan, peroleh prolog, berakhir olok olok
Kau benar, kita terbangun masih orang yang sama
Kali ini di bawah langit langit kamar
Kali lalu di teras sebuah toko
Aku tak perlu takut pada apa yang kau sebut mimpi buruk
Kita bisa sisipkan perayaan dalam setiap jejak jejak riang yang menjejak dalam dalam
Pada apa yang kau rupa lumpur, adalah sawah, sumber kehidupan
Karena kematian seperti beberapa mili terakhir rokok yang kupegang
Sesadar sadarnya, satu kali hirupan, habis sudah
Maka siapa aku menarasikan sebuah kehilangan?
Hanya saja, kita tidak pernah cukup pintar dalam membohongi diri sendiri
1 note · View note
suicidestages · 5 years
Text
Profan - Apostel
Pada setiap botol bir,
Aku memaafkanmu
1 note · View note