Tumgik
oryzasass · 2 years
Text
Jane Foster Dan Representasi Superhero Wanita Di Dalam Jagad Sinema Marvel.
Tumblr media
Percaya gak, kalau Semesta yang kita tinggali saat ini adalah semesta yang didominasi oleh superhero laki-laki. Paling tidak seperti inilah yang terpampang di dalam jagad semesta Marvel. Coba saja hitung. Atau, Coba tanyakan ke siapapun, sebutkan nama-nama superhero? Pasti jawabannya, Captain Amerika, Thor, Iron Man, Spider-man. Kita lupa bahwa ada  Black Widow, Gamora, Ajjax, Wanda.
Dan itulah mengapa, Ketika nama Natalie Portman diumumkan akan memerankan mighty thor pada comic con (2019) aku adalah orang yang mungkin paling berbahagia di Jagad semesta . Bagaimana tidak;
Natalie portman adalah girl crush pertamaku dan bisa jadi girl crush pertama semua remaja yang tumbuh di era 90an.
Jane Foster - Mighty Thor akan menjadi kombinasi yang mematikan, karena dia adalah gabungan antara kekuatan otak dan otot. Kalau Dr Banner aka Hulk dan Tony stark bisa, lantas kenapa Jane Foster tidak bisa.
Marvel membutuhkan lebih banyak karakter superhero wanita yang tidak memiliki tanggal kaduluwarsa (jujur sih, masih belum bisa terima perlakuan marvel terhadap Black widow, aunt May, waanda, Gamora, Ajax, Frigga)
Kembalinya Natalie Portman, sebagai Jane foster - Mighty Thor di Thor, Love and Thunder (buatku) dipastikan akan membawa angin segar di kancah per superhero-an jagat Sinema Marvel.  Kini, Dr Jane Foster tidak lagi sekedar menjadi overqualified damsell In distress yang hanya menjadi pemanis layar kaca. yang meskipun kepintarannya melebihi kapasitas manusia normal pada umumnya namun tetap Jane Foster tidak lebih dari sekedar pacarnya thor.
Oh, Jangan salah, Aku mengagumi pacar-pacarnya superheroes, Pepper Pots, MJ, Peggy, Christine teramat sangat. And Those guys would be so lost without their ladies. Namun apa yang kutahu tentang mereka? Tidak banyak. Sejauh yang ku tahu,  mereka (paling tidak dari apa yang kulihat dari film)  ‘hanya’ ada disaat para superhero membutuhkan dukungan emosional. Menghapus air mata, membasuh luka, memberikan penguatan melalui sentuhan, but when things got  hot heated, they told them to hide. I’m tired. Everything is all about the men, and never about the ladies.
What if as a woman, I want to jump into a battlefield And live as a hero.
Jika keponakan laki-laki ku bisa se-nge fans itu terhadap spiderman, ingin menjadi seperti Iron Man, sekuat Thor, sepintar Dr Banner dan se-keren Captain America. Aku juga ingin melihat anak-anak perempuan bisa menikmati momen heroik terhadap Jane Foster atau Black Widow dan superhero wanita lainnya. Maka, alangkah menyenangkannya jika Marvel juga memberikan ruang yang lebih banyak kepada superhero atau karakter wanita untuk bisa ikut andil dalam menjaga semesta dari serangan alien-alien mengerikan, atau entah siapapun itu yang ingin menghancurkan kedamaian bumi atau planet lainnya.
I want to see the little girls scream so loud, claps their hands when they see the badass female superheroes kicking the bad guys asses. And say, “I want to be like her when I grow up” excitedly. Just like when my teen nephews never stop talking about Peter Parker and the other three Spider-man after he came back from watching “No Way Home”
Mau suka atau tidak dengan film terbaru  Marvel, Thor; Love and Thunder. Paling tidak, Jane Foster sudah diberikan porsi yang sama banyaknya dengan Thor. Jika Mjolnir adalah perkara layak atau tidak layak, maka Memalui Mjolnir, Jane sudah terbukti bahwa ia layak, untuk dilindungi  dan melindungi. Dan yang Lebih menarik lagi, di Thor, Love And Thunder, Jane Foster mengidap kanker stadium empat. Secara pribadi aku suka ide tersebut. Siapapun berhak dan pantas untuk menjadi pahlawan bukan? Tidak ada formula khusus untuk menjadi superhero. Tidak ada spesifikasi jenis kelamin, tinggi badan, warna kulit, atau riwayat kesehatan. Semua berhak, jika memang berhak.
Kanker menyeramkan, mengerikan dan begitu menyiksa. Menggerus harapan, dan menghilangkan cahaya kebahagiaan kepada tidak hanya penderita namun juga orang orang tercinta. Ibarat luka yang ditetesi air garam. Tidak terlihat namun sakitnya terasa. Tidak nampak oleh mata namun membunuh. Orang-orang yang berjuang melawan sakit adalah sebenar-benarnya superhero.
Aku seperti kembali menjadi anak umur sepuluh tahun sewaktu Mjolnir bergerak mendekat disaat Jane terbaring di tempat tidur rumah sakit. YAS! This is it! Ironically, The classic Thor who capable to fight the bad guy alone.  Now, isn’t capable to fight Gorr the god Butcher by him self. And he needs Jane by his side. And she did, she destroyed him.
Masih belum bisa dipastikan apakah, Jane akan kembali, namun jika melihat dari Acuan komik dan Post credit scene, mungkin kita akan lebih banyak melihat Jane Foster di proyek Marvel yang akan datang. Dan sungguh akan sangat menyenangkan jika Jane bisa mendapatkan Frenchise nya sendiri. And if that comes to real, I will be seated!
0 notes
oryzasass · 2 years
Text
Season 1 “The Flight attendant” memanjakan mata dengan barisan outfits chic.
Tumblr media
Kaley Cuoco sebagai cassie Di serial “The Flight attendant”
0 notes
oryzasass · 2 years
Text
Tumblr media
Bridgerton season 2, merupakan Adaptasi lepas dari novel best seller karangan Julia Quinn (pastinya kita tahu ini) yang berjudul ‘The viscount who love me’ sebelum aku mulai woro woro. Ada baiknya aku ulas Sedikit tentang apa sih sebenarnya Bridgerton. Atau ceritanya tentang apa sih?
Netflix meraup sukses besar dari adaptasi Ini, Sebanyak 83 milyar akun yang tune in ke judul dengan rentang waktu dua menit di empat minggu pertama setelah rilis, dan total durasi tayang sebanyak 625 juta jam. Sehingga menempatkan Bridgerton di posisi teratas sebagai salah satu Serial Netflix yang paling banyak ditonton. Belum lagi meraih dua belas nominasi penghargaan Emmy. luar biasa.
Lantas bagaimana dengan Briderton season 2?
secara materi, season 2 memiliki banyak sekali potensi yang sangat solid untuk dikembangkan menjadi sebuah kisah cintah yang menyegarkan. Ya, Siapa yang tidak suka dengan cerita cinta benci jadi cinta. Dari musuh jadi bucin. Sampai di situ saja, Bridgerton season 2 sudah mempunyai kekuatan magis sendiri yang aku yakin akan bersinar. Apalagi Didukung dengan chemistry dua pemain utama Jonathan Bailey (Anthony Bridgerton) dan simone ashley (Kate Sharma) yang sangat memikat. Namun sayang, Semua itu tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga menonton delapan episode terasa sangat panjang dan melelahkan. Aku sampai lupa ini sedang menonton Bridgerton apa period drama jaman nenek gue.Terlalu banyak drama di dalam drama. Banyak hal yang terjadi namun tidak ada yang benar-benar terjadi.
1. Love Triangle.
Menurutku, kisah cinta Kathony (Kate anthony) punya potensi untuk bersanding sukses dengan kisah cintanya Simon daphne. Tapi sayang sekali, penonton malah dibawa untuk menyaksikan dinamika benci jadi cintanya Kathony dari angle Edwina sebagai orang ketiga. Dalam romance, Cinta segitiga itu kejam dan bengis. Tidak ada bagus-bagusnya dari dua perempuan bersaing berebut perhatian satu laki-laki. Hello! Dan tidak cukup sampai di situ, dua perempuan itu adalah adik kakak. Please! Dalam romance manapun, Cinta segitiga juga tidak pernah berhasil untuk memberikan keadilan bagi karakter-karakter yang terlibat. Pasti Akan ada satu karakter yang left out. Jika tidak diperankan secara baik dan ditulis dengan hati-hati, Karakter ini akan menjadi karakter yang akan dibenci.
2. Plot Edwina Sharma
Plotnya Edwina Sharma gagal membangun rasa simpati untuk Kate apalagi untuk Edwina sendiri. Aku sendiri bingung rasa apa yang hendak disampaikan penulis melalui Edwina. Gak usah bohong lah ya, Kita semua tahu akan kemana arahnya jalan cerita Antara Anthony-kate-Edwina dan bagaimana ini semua akan berakhir. Namun penyampaiannya menurutku terlalu lama dan bertele-tele. Habis waktu hanya untuk bolak balik melihat Edwina meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia se-cinta itu terhadap Anthony. padahal yang ada sebenernya Edwina hanya tidak benar-benar tahu apa yang dia mau. Sehingga karakter Edwina yang di awal adalah sosok perempuan muda, baik hati, penyanyang, pecinta binatang, romantis, lembut and all the good things in the world, hilang begitu saja.
3. Siapa Lead yang sebenarnya?
Aku paham di season ini ingin menampilkan dinamika drama keluarga Bridgerton, yang mungkin juga akan menjadi benih untuk dituai di season selanjutnya, namun sayangnya menghabiskan porsi terlalu banyak sehingga Kathony yang harusnya menjadi poros cerita seolah tampil sebagai latar belakang. Dan begitu memasuki menit menit terakhir episode pamungkas, aku cuma, hah gini doang. Sayang kan, Padahal chemistry Jonathan Bailey dan Simone Ashley yang sudah se-bagus itu. Dan itu semua terbuang sia-sia.
Tumblr media
Jadi, Season 2 cuma gini doang nih? Ya gak. Ada beberapa Elemen lain yang masih bisa menyelamatkan delapan episode Bridgerton.
1. The bridgerton
Dinamika drama keluarga Bridgerton walaupun cukup banyak mengambil porsi namun tereksekusi dengan baik. Anthony yang bertanggung jawab terhadap adik-adiknya, Eloise yang rebellion mulai mencari jati diri, mencari tahu apa yang dia mau (Dan Eloise cantik banget loh) Collin belajar cara move on dan berdamai dengan masa lalu. Semua itu dibahas dengan apik. Belum lagi pesta dansa megah dan taburan warna warna cantik yang konsisten sepanjang delapan episode. Interaksi seru antara adik kakak bridgerton yang bikin gemas.
2. Bennedict
Siapaun yang kenal aku pasti tahu bahwa ‘An offer from a gentelemant’ adalah Buku favoritku dari seri Bridgerton. Monologue Bennedict di Paruh waktu Episode dua seperti memberikan hembusan angin surga buatku. Aku gak bohong ya, scene itu aku ulang ulang sampai berkali-kali. Scene itu seakan menjawab pertanyaanku akan seperti apa seasonnya Benedict nanti.
Tumblr media
3. The women
Kate sharma, Lady Bridgerton, Eloise, Penelope, Daphne, Lady dunburry, Madam delcroix, the queen of england. Adalah karakter perempuan-perempuan kuat yang bersinar di sepanjang episode. Perempuan-perempuan yang tidak bisa dianggap remeh begitu saja.
Belum lagi, sexual tension kathony, Newton the corgi, Hubungan bro sis idaman Eloise-Benedict. Mr darcy wet shirt. pall mall game. Masih banyak kok, tenang aja. Dan Sebagai fans berat, yang sudah menaruh ekspektasi tinggi, aku cukup menikmati. Season 2 ini pun masih sangat jauhlah untuk dikatakan kata gagal. ada beberapa scene yang aku pasti akan ulang berkali-kali. Episode yang akan dengan senang hati aku kunjungi sekali lagi dan sekali lagi dan sekali lagi. Dan tentunya sebagai fans, aku sangat berharap bahwa season berikutnya bisa memanfaatkan elemen-elemen yang sudah terbangun dengan baik dari buku maupun dari sesson 1 dan 2 dengan maksimal.
Bridgerton Season 2 now streaming On Netflix
Tumblr media
1 note · View note
oryzasass · 2 years
Text
And Just Like That 1x08 Bewitched, Bothered, Bewildered
CHE DIAZ, THE HEAT AND THE HATE
Tumblr media
*exhale, okay, And just like that, disambut sekaligus dikritik banyak orang. Termasuk aku. Tapi enough with the hate. apapun itu buatku pribadi episode delapan, tereksekusi cukup baik. Dan sampai di sini, Bewitched, Bothered, Bewildered menjadi salah satu episode favoritku.
Kampenye Che Diaz (Sara Ramirez) “truth to your self” menjadi adegan pembuka di episode yang berdurasi tiga puluh lima menit ini. Sampai di episode ke delapan, Tetap Che menjadi the least favorite character buat ku, entah kenapa sulit rasanya untuk menerima keberadaan che di sini. Mungkin karena, che adalah karakter yang agresif, terbuka, straight forward, yang tentu saja bertolak belakang dengan karakterku sehingga sulit sekali untuk bisa nyambung. Aku membayangkan Jika Che karakter yang hidup dalam dunia nyata, maka aku dan dia tidak akan pernah bisa duduk ngopi bareng. Ada faktor unaproacheable dan mungkin overconfident yang aku tidak bisa terima. 
Aku bahkan langsung bilang hadeeuh, melihat adegan pembuka di episode delapan. I mean really? we saw her enough for the last seven episodes
Tapi, semua itu termentahkan begitu saja begitu masuk adegan che dan Miranda berhadap-hadapan. 
“Why did you even put your self out there, if you’re not available, its not fair to not bring this up until now”
“New to being queer is one thing, married and lying is another”
“This whole things is complicated for you, not for me, Cause I know who I am, I don’t sneak around, I don’t cheat and I don’t lie. I’m a lot of things but I’m not a home wrecker”
That! Right in that moment, che serta merta mendapatkan penghormatan saya setinggi-tingginya. I’m a lot of things but I’m not a home wrecker. Perkataan che ini mengingatkan saya akan sebuah quotes, choose your hard, yang pasti sudah sering seliweran di timeline twitter semua orang.
“Marriage is hard. Divorce is hard. Choose your hard.
Obesity is hard. Being fit is hard. Choose your hard.
Being in debt is hard. Being financially disciplined is hard. Choose your hard. Communication is hard.
Not communicating is hard. Choose your hard.
Life will never be easy. It will always be hard. But we can choose our hard. Pick wisely.” — Unknown
Che, menyebut dirinya they, bukan she, he, it, , tapi they. sebuah konsep identifikasi diri yang belum bisa diterima oleh banyak orang. Namun, Che telah menentukan jalan hidupnya, traditional is not her path. And she consistent with it. Tapi apapun jalan yang dipilih oleh che, she never lie, not to the people she loved and the most importantly no to her self. Ya, pastinya tidak mudah menerima sebuah karakter yang terasa sangat mengintimidasi seperti Che.
Mungkin sampai kapan pun Che tidak akan pernah menjadi karakter televisi favorite saya. Kami bertentangan secara prinsip. Dan sampai episode terakhir And Just like that pun saya masih bertanya-tanya apakah perlu karakter che dihadirkan. Namun, apapun itu, saya sangat setuju dengan I'm a lot of things but I'm not a home wrecker. Hidup memberikan banyak pilihan, dan kita punya hak penuh untuk menentukan pilihan yang kita ambil secara bebas. Namun bukan berarti kita punya hak untuk merusak kebahagian orang lain. 
Life is hard so we choose our hard.
Tumblr media
1 note · View note
oryzasass · 2 years
Text
Tumblr media
Director: Joachim Trier
Cast: Renata Reinsve
Language: Norwegian
Film ini mungkin bisa dibilang ‘romcom nya untuk orang-orang pembenci romcom’. Tidak ada yang wow, menggelegar, membuat hati berbunga-bunga atau berlinang-linang air mata. Di sini kita ‘hanya‘ menyaksikan kisah perjalanan Julie yang disajikan kedalam dua belas bab monolog panjang selama dua jam lebih.
Tiap bab diceritakan sebagai fase kehidupan Julie, yg diperankan secara sempurna oleh Renate Reinsve (sekilas mirip Dakota Johnson). Film ini jujur dan tidak berusaha untuk men sugar coat kan sosok julie. Ya benar saja, Berkali-kali aku kesal dan geram setiap Julie membuat keputusan. Bahkan di tengah-tengah film aku nge batin “she is indeed the worst person in the world”
Tapi setelah itu aku ngeh sendiri, betapa mudahnya menghakimi hidup orang. Not everyone can make a firm decision and stick to it. Julie could be my friend or perhaps my self. IF Julie is the Worst Person In the world, what about me then?
Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang benar-benar bisa menentukan langkah hidupnya dengan pasti bukan? Our life is purely base on trial and error. We are lucky if our life decisions fit. But sometime or perhaps most of the time it's mismatched. And if that happened! what to do we try again. Cuma itu saja yang bisa kita lakukan selama hidup. Ya gak? Julie, could be me or you.
I perhaps not watch enough films made for festival purposes but to me, she is the most real fictional character I’ve ever seen.
‘The worst person In the world’ mungkin bukan film untuk semua orang. Dan tidak dibuat untuk menghibur atau menjadi tontonan santai sambil makan popcorn. Akupun jujur aja nonton ini dibuat bosan setengah mati. But not every day we watch a good boring movie. Am In right? And if there is a category for a good boring movie, this one it.
Aku secara pribadi suka SEKALI dengan aktingnya Renata Reinsve, begitupun cara bercerita Joachim Trier. Dan Terakhir, Apakah film ini bagus? Oh, TENTU!
Bisa Ditonton secara legal di Klik Film.
1 note · View note
oryzasass · 2 years
Text
Tumblr media
THIRTHY NINE
Director: Kim Sang-Ho
Writer: Yoo Young-A
Network: JTBC
Episodes: 12
Release Date: February 16, 2022 --
Runtime: Wed. & Thu. 22:30
Language: Korean
Drama seri Female Centric Korea terbaru Netflix yang berjudul Thirthy-Nine, akan mulai penayangan episode perdana pada tanggal 16 febuari. Son Ye Jin mengisi tempat sebagai salah satu leading lady. Lima teaser sudah dilemparkan JTBC, sebagai bentuk bagian dari promosi. Aku termasuk orang yang tidak suka menonton teaser atau trailer sebelum menonton film atau (paling tidak satu) episode utuh. Namun, tidak terbendungnya teaser yang lewat di timeline twitter mau tidak mau membuatku akhirnya ikutan nonton juga.
Teaser- teasernya cukup menarik. Menggunakan lagu hollywood classic sebagai latar, dan memfokuskan keseruan persahabatan wanita-wanita kelas menangah keatas korea selatan. Ya, menurutku sih cukup menjual. Masalah relate atau tidak itu nanti dulu.
Seperti kebanyakan female centric drama yang sudah-sudah, lima teaser tersebut, lima-limanyamemberikan porsi besar kepada tiga karakter wanita utama, Cha Mi Jo (Son Ye Jin), Jung Chan Young (Jeon Mi do) dan Jang Joo Hee (Kim Ji Hyun), and I’m glad it did. Just like how female centric drama should be.
Sebagai Penggemar berat drama female centric, buatku tidak ada yang baru dari apapun yang hendak ditawarkan di sini. kalau boleh sok tau Drama Thirthy Nine kurang lebih akan mengikuti formula yang sama dari drama female friendship yang sudah pernah ada, penonton ‘hanya’ akan mengikuti dan menyelami naik turunnya suka duka persahabatan diantara ketiganya. Achievement, lost, grieving maybe sickness, happiness, gossips, men, worklife story, family matter will be the topic that push into the story line. Membaca Sinopsis Netflix pun, sepertinya Thirty Nine juga tidak menyuguhkan major plot, “Leaning on each other through thick and thin, a trio of best friends stand together as they experience life, love and loss on the brink of turning 40” So, I expected a slow burn drama. And a slow burn drama means we can absorb the characters and moving along side with them.
THE CHARACTERS AND WHAT WE THINK WE NEED TO KNOW
Tumblr media
Son Ye Jin memerankan Cha Mi Jo, kepala dermatologis sebuah klinik di Gangnam, melalui poster karakter tertulis, “The ’39’ that I’ll spend with the person I love,” So, what happenned? It took 39 years for a wealthy woman from an upper class family to find a man that she finally loved. Having a privillaged seems didn’t give an easy access for the heart to choose what it wants.
Jeon Mi Do plays Jung Chan Young, an acting teacher who previously dreamed of becoming an actress. So Mido's character in thirthy Nine is someone who dreamed of becoming an actress but ended up becoming an acting teacher. Does she still dream to become an actress? If she does, this is interesting. You think you’ve reached ur dream by this age but life is not that simple no? At least to some.
Kim Ji Hyun plays Jang Joo Hee is a department store cosmetics manager who happenned never be in a relationship. Percayalah, ada banyak perempuan di luar sana yang belum pernah menjalin hubungan serius meskipun sudah berusia hampir kepala empat atau lebih. Apa yang salah, ataukah ada yang salah. Atau ya, mereka memutuskan untuk sendiri, because heart knows what it wants. Entahlah.
Menarik juga, JTBC memproduksi drama series yang bercerita tentang kehidupan wanita-wanita single diambang usia empat puluh. Serial tentang persahabatan wanita mungkin banyak, tapi wanita-wanita single kepala empat. Belum tentu (Okay, Sex And The City, tapi selebihnya, akupun tidak ingat). Pun, Tayangan tentang wanita wanita single yang menjalani kehidupannya dengan biasa, berkarir dan menikmati kehidupan single like there is no tomorrow, kurasa juga hampir tidak ada (Atau mungkin ada, hanya aku saja yang kurang update)
Buatku sih tidak masalah, karena jujur saja (lagi - lagi menurutku) dibutuhkan lebih banyak figur-figur karakter fiksi perempuan yang datang dari berbagai usia. Bukan melulu di usia 20-an atau awal 30-an. Remember, as the TV and the actors grows, so does their audiences. Jadi, fans lama Son Ye Jin yang setia mengikuti serial atau filmnya dari awal karir saat itu masih remaja sudah pasti sekarang sudah menjadi wanita karir di usia dewasa, ya kan? And since we are living in the era where Netflix become the guidance of our lives. Rasanya memang sudah saatnya lebih banyak lagi dihadirkan tayangan menginspirasi seperti ini (Mudah-mudahan sih menginspirasi)
BEHIND THE STORY
Dan lebih menariknya lagi membaca penjelasan dibalik proses penulisan drama ini. Mengutip hasil wawancara dengan penulis 39, Yoo Young Ah, dari artikel Soompi (tautan link ada di akhir tulisan)
“what the age 39 means […] Yoo Young Ah answered, “When I was in my early twenties, 30 looked quite cool. I thought I’d be looking forward to it once I turned 29. However, once I turned 30, it wasn’t any different. Just living in and of itself was tiring and exhausting, and I wasn’t particularly feeling any new emotions. I thought, ’30 is too early of an age to have become something already. It’s an age where you have to keep fighting on.” She continued, “However, it was different when I turned 39. I felt pressured by the fact that I was almost 40. They say that 40 is when you’re free of vacillation and the age when you’re no longer swayed by anything, but I actually think 40 is the age where you’re tempted for 365 days. I wanted to draw out 39, the age right before that, when you’re full of nerves.” Yoo Young Ah added, “Now that I’m 49 and 50 is right ahead of me, 39 is youth too.”
Secara pribadi aku mengamini perkataan writer nim. Kita berekspektasi bahwa memasuki usia tiga puluh, hidup akan berubah. Karir, percintaan, kuangan dan entah apa lagi. Tapi kenyataannya tidak seperti itu, “I thought, ’30 is too early of an age to have become something already. It’s an age where you have to keep fighting on.” setuju sekali writer nim, memasuki usia 30, tidak sda bedanya dengan usia 20an. Karir baru menanjak, atau ada bahkan yang tetap stuck. Jadi sebenarnya 29 mau ke 30 itu masih biasa biasa saja. Tekanan terberat bukan saat memasuki usia tiga puluh, melainkan usia empat puluh. Karena di usia ini harapan masa muda terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Ya mau gimana? Hidup pahit Bos! Ada mimpi yang belum terwujud, ada cinta yang hilang dan masa depan yang dirasa tidak ada kejelasan. Siapun yang bilang kalau biasa saja atau tidak ada rasa galau di usia pertengahan kepala tiga memasuki kepala empat sudah pasti bohong. Ngaku gak Lu?
And as someone who near to 39, This Son Ye Jin’s new drama will probably hit close to home.
Tumblr media
POUR IT OUT AND FURTHER THOUGHTS
We‘ve seen from stills that Joo Hee’s lover is a chef? That's spicy. You go Girl.
Mi Jo’s outfits seem to die for and we are living for it.
What's with the fainted and looking pale face? I want to believe those are period pain. Or did someone terminates with serious illness?? don’t know how to function if it's Cha Young.
Thirthy Nine, will aired its premiere episode on 16th February 2022, On Netflix!
Tumblr media
Artikel tautan berikut terkait kutipan dari penulis skrip Thirthy Nine,
5 notes · View notes
oryzasass · 2 years
Text
Tumblr media
While You Were Sleeping
Rom-Com klasik yang menghangatkan hati.
Directed by Jon Turtletaub
Written by Daniel G. Sullivan And Fredric Lebow
Main Casts Bill Pullman, Sandra Bullock
Lucy yang diperankan dengan sangat apik oleh Sandra Bullock adalah seorang Penjaga tiket kerata di stasiun chicago. Lucy, layaknya wanita kelas pekerja dengan penghasilan yang mungkin biasa saja adalah wanita pada umumya, berpenampilan sederhana, tanpa make up, tanpa hiasan atau pakaian terbaru, saking mungkin tidak pernah atau tidak peduli dengan penampilan, Lucy sepanjang durasi film hanya mengenakan satu mantel hitam kebesaran peninggalan ayahnya.
Lucy sejatinya adalah wanita muda sebatang kara yang hidup di tengah hiruk pikuk kota chicago. Dia tidak terlihat, bagi sebagian warga Chicago dia tidak lebih dari hi and bye girl, or how are you, thank you, atau kalau beruntung ada penambahan have a nice day. Tidak ada yang perduli dengan who is lucy or what’s her story, or what she wear to day, or have she had breakfast. If she died in an accident on her way tk work, guarantee people will barely notice. Bahkan film tidak diketahui memiliki nama belakangnya, karena ya, tidak ada yang bertanya, She is just Lucy. Or perhaps she is just “that ticket girl”.
Dan mengikuti formula rom com tentang the unseen girl, tentu saja Lucy memiliki pria tambahan hati or perhaps more like crush. Dan sejatinya crush dia hanya ada untuk dilihat dan dikagumi. Prince charming berambut hitam, Peter, pengguna jasa kereta. Peter. A handome Peter. How far this ‘relationship goes’ hmm, jika hi adalah pick up line maka thank you adalah achievement. Tidak lebih dari itu. Okay, that’s why this type of ‘relationship’ only achieve on the crush level.
Sampai di sini, “while you were sleeping” sungguh menyajikan sebuah karakter yang sudah dipastikan membuat penonton jatuh cinta dalam sekejap. Okay, What’s not to like about Lucy. She is basically us! Don’t lie, we all been there. We once had that one guy that made our hear fluttered just to look at his handsome face. Seseorang pernah bilang kepada saya, bahwa Karakter fiksi yang baik adalah “either you hate or you relate” these type or character that will keep your eyes glued to the screen. You keep watching it because you hate the character and wanted to see it die or you love the character that you see yourself in it and you want her to get your happy ending, okay that sad. But admit it, that somehow its true. Dan Lucy memiliki elemen yang kedua, yang tersaji dengan sangat menarik.
Peter, pria tampan berambut hitam, terjatuh ke pinggiran rel kereta, pingsan, hampir terlindas kereta dan Lucy came as a knight in shining armor. Rescued him brings him to hospitals, Only to find her self acting as his fiancé in front of his big family. While he were sleeping in coma.
Well, fake fiance tropes! This one for you Wohoooo! Tapi kali ini si tunangan (palsu) koma. Hmmm….
Begini, saya menonton film ini untuk pertama kali waktu saya berusia 11 tahun, pada saat itu saya sama sekali tidak mengerti tentang plot, twist, atau apapun yang berhubungan dengan story line dalam sebuah film. Jadi saya tidak ingat bagaimana reaksi saya waktu tahu bahwa this whole thing turns into a fake fiancé love story.
Tapi, jika saya menonton film ini (untuk pertama kali) diusia dewasa sekarang-sekarang ini, maka pastinya saya akan senyum senyum sendiri, lalu bingung, kalau si tunangan palsu koma, lantas dimana letak rom comnya. Romance nya mana!
Dengan latar kehangatan suasana Natal, film ini memang sungguh sungguh menjasdi sebuah tontonan yang aman sangat menghangatkan hati. Adegan yang terasa sangat menyentuh bagi saya adalah ketika Lucy diundang untuk makan malam natal bersama keluarga Peter. Yes the dead coma Peter.
Alunan lagu natal, percikan cahaya lembut dari perapian, untain kaos kaki yang tergantung, the chattering, laughing, exchange gift, hal yang mungkin menjadi ritual tahunan menjemukan bagi banyak orang namun tidak bagi Lucy. I shed tears, ketika kamera berputar menyorot ke arah anggota keluarga besar Calaghan satu persatu, yang sedang membuka kado natal dengan antusias semangat natal yang menggebu. kamera bergerak berputar seolah - olah hendak mengajak kita melihat sebuah kehangatan keluarga melalui sudut pandang seorang yang mungkin sudah lupa apa rasanya memiliki sebuah keluarga.
Lucy Fall In love. But not with Peter. She fall in love with The calaghan.
Kejutan berikutnya datang, dari sosok baru, yaitu, Jack! Who’s Jack? Exactly who is Jack!
Jack, si anak kedua, adik kandung Peter.
Jika si sulung Peter adalah the golden kid in the family, maka Jack hanya bayangan dari segala kesuksesan sang kakak.
Bapakku pernah bilang, Jika ada tiga bersaudara, maka yang akan selalu ditanyakan kabar oleh anggota keluarga tidak inti ketika kumpul keluarga adalah anak pertama, lalu menyusul anak terakhir. Anak kedua selalu terlewatkan. Jack, tidak jauh berbeda dari tipikal anak kedua. Tidak terlihat.
Penggemar berat Rom Com, sudah pasti dapat menebak kemana arah dari sisa perjalan film ini. Tidak susah untuk tahu siapa, akhirnya yang akan menjadi Lucy greatest love.
Jika berbicara tentang rom com, tentu saja siapapun tidak bisa membandingkannya dengan film melodrama slice of life menguras air mata. Rom com tidak dibuat untuk itu. Rom com dibuat untuk membuai penonton kedalam kehangatan kisah cinta dua insan yang akan membuat siapaun yang menonton sejenak melupakan peliknya realita kehidupan. Sebuah romcom atau film secara luas tidak perlu melulu berisikan pesan moral. Cukup dengan berhasil membuat penonton menikmati semua proses perjalanan naik turunnya perjuangan karakter dalam mencapai apa yang ia inginkan dan tentu saja tersajikan secara relevant menit demi menit. Jika semua faktor-faktor sederhana tersebut terlengkapim, ter-checklist dengan rapih, maka sudah cukuplah sebuah film dikatakan worth to watch atau layak tonton. Dialogue yang mengalir pintar, kalimat canda yang ditempatkan secara pas, serta adegan demi adegan yang tersampaikan dengan baik. While you were sleeping, memiliki semua elemen tersebut.
Now, since this movie, is twenty seven year old this year. I know, this seems impossible, but it will be so much fun to see Bill Pullman reunited with Sandra Bullock in a proper written and big screen fit (Not OTT) middle aged rom com. That would be so much fun to watch!
“While You were sleeping” available On DISNEY+
1 note · View note
oryzasass · 2 years
Text
Tumblr media
First episode date: September 12, 2021
Directed by: Hagai Levi
Genre: Drama
Main Cast: Oscar Isaac , Jessica Chastain.
What a rollercoaster ride! This HBO limited series is hands down amazing! Simple drama but also very heavy and deep. Oscar Isaac and Jessica Chastain really bring out the best of Haggai Lavi ‘s writing. Forget about chemistry. They gave MORE than that. They blend in not just to each other but to the house and everything inside it. The range of emotions in each eps is so diverse. One minute I cry with them and the next thing I know, my heart is pounding on how toxic Mira (which played brilliantly by Jessica Chastain) was, but then only to find out how lonely she was.
The idea of the gender swap is so refreshing. I mean, we always seeing on TV that woman becomes the victim of the situation. Man left the marriage and a child to pursue freedom. Okay, what if, the woman did what man do? How’s That looks like. And How the marriage crushed through the perspective of a devoted husband. And how it changed both of them into different people. Or perhaps somehow divorce, separation, failure, bring out something that we knew it exist. the quality in ourselves that we never knew its there.
Ninety-seven percent of the show was set inside the house. And using the house as an analogy is beyond perfect. we or the society, always saying, Marriage ideally is about home. Remember there is a saying “sometimes home is not a building but it's a person” that's the standard that we have to accept. But who makes that standard? what if, that person is not the home we are looking for.
We trying to change that person into the home that what we want, but we forgot that sometimes change it's temporary. And sometimes we let people change us into something that we are not, just to please that person. So we can be her/his home but we forgot, that how can we become a home to our other half if we are not being a home for ourselves first.
“I don’t know if we can be in the same room yet without, you know, hurting each other.”
Two people who have known each other for half of their lives ended with this. That is the ugly truth Perhaps Haggai Levi is the writer/director trying to portray.
And when everything ended and the home changed into something new. And both of them become strangers to each other. Things sparks. They can Enjoy each other flaws, uniqueness, and differences, yup! Distance makes the heart grow fonder.
Gotta be honest, as an unmarried mid thirties person, this whole series is a lot A LOT for me to take in. Nevertheless, I will think about this for such a very long time.
1 note · View note
oryzasass · 2 years
Text
Tumblr media
Suka sekali dengan comedy coming of age asal Saudi arabia ini. Ceritanya sederhana, anak SMA yang bercita-cita ingin menjadi sutradara, mau bikin film untuk diikutsertakan di festival film, namun tentu saja selain tidak ada bugjet, ide mereka ditentang habis-habisan oleh banyak pihak, terutama sekolah dan keluarga. Tapi itu semua tidak bikin mereka pantang menyerah, tetap semangat bikin film dengan segala keterbatasan, walaupun resikonya kemungkinan Tidak lulus ujian.
Berkali-kali sepanjang film aku senyum-senyum sendiri sambil angguk-angguk kepala, karena setuju dengan semua dialog tentang mimpi dan cita-cita yang Buatku sangat terasa menyentuh. Pesannya jelas dan straight to the point. Bahwa dalam mewujudkan mimpi biarpun semua orang menentang dan terasa tidak mungkin, asalkan ada segelintir orang yang percaya bahwa kita bisa, itu saja sudah cukup untuk membuat kita terus maju.
Selain bernuansa komedi, film ini juga habis2an mengkritik sistem pendidikan dan industri hiburan lokal. Yang lagi-lagi sangat on point.
Walaupun Tidak ada klimaks yang menggelegar, namun justru itu yang membuat film ini terasa nyata dan spesial. [SPOILER], film mereka gagal, viral dan dihujat sana sini karena jelek (dan memang iya jelek) tapi justru di sinilah gong nya. Pesan yang hendak disampaikan dari film ini kurang lebih ingin menegaskan, so what, if we failed, so what, if people hate our works, bukankah gagal itu biasa. Ya memangnya kenapa kalo orang mengolok-olok karya yang kita gadang gadang bakalan brilliant, ingat, kita juga sering kali kan mengolok-olok karya orang lain. Jadi dikritik itu wajar-wajar saja.
We didn’t pursued our dreams for applause, awards or validation from others, we persuade our dreams for ourselves first. Jadi Sebelum Menaklukan mimpi besar, kita harus lebih dulu mampu menaklukan ego pribadi. Bukan masalah berapa kali kita gagal tapi bagaimana kita bangkit setelah gagal. Ya…kira2 begitu.
BAGUS SEKALI tontonlah, Ada di Netflix!
0 notes
oryzasass · 2 years
Text
Tumblr media
Aunt may Outfits appreciation
0 notes
oryzasass · 3 years
Text
Tumblr media
BOOK REVIEW!
Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas.
Eka Kurniawan!
Saya tidak pernah me review buku. Tidak pernah berani lebih tepatnya. Namun Novel Fiksi karya Eka Kurniawan dengan judul cheesy “Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas” dengan sampul bergambar burung tidur, menggugah saya untuk membagikan pengalaman membaca buku yang menurut saya luar biasa.
Mengapa saya bilang luar biasa, we will get into that later.
Tidak seperti “cantik itu luka” yang tebal layaknya kamus bahasa inggris, “Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas” ‘hanya’ berisikan kurang lebih 242 halaman, sekali lihat, novel ini tak lebih seperti novel teenlit. Namun, apa yang disajikan di dalam novel ini diibaratkan kita berada di jamuan makan siang buffet lengkap, dengan bermacam hidangan makanan. Kenyang. Penuh. Puas. Dan seperti itulah rasanya ketika saya selesai membaca halaman terakhir dan buku ditutup.
Dibuka dengan kalimat,
“Hanya orang yang enggak bica ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati”
membuat mata saya terbelalak dan, waduh, kalimat pembuka saja sudah vulgar, pikir saya, bagaimana selanjutnya. Dan saya tidak salah, di dalam novel ini pembaca akan menemukan, kata-kata jorok, kasar, kotor bertaburan hampir di setiap lembarnya yang membuat pembacanya seakan jauh dari terwujudnya impian untuk mencium wangi bunga kasturi di taman firdaus. Ya, kata-kata seperti, mem*k, k***l, ngaceng, tai, lonte, menghiasi dengan indah dan merdeka di hampir setiap lembarnya.
Cerita bermula dari Ajo Kawir, si tokoh utama, yang impoten. Disebabkan karena ia dan sahabatnya tokek, menyaksikan perempuan gila diperkosa oleh dua orang polisi pada saat mereka masih remaja. Dan cerita bergulir, menceritakan perjalanan Ajo Kawir bergumul dengan keinginan ia menghidupkan kembali kemaluannya yang tidur.
Para tokoh di dalam novel ini banyak dan hadir dengan nama yang tidak biasa, Iteung, Iwan angsa, paman gembul, agus klobot, Rona merah, Jelita, tokek, budi baik, tangan kosong, wa sami. Dan yang membuat menarik adalah, mereka semua berkaitan antara satu dan lainnya. Dan setelah saya mencoba memahami kembali, saya tersadar bahwa semua tokoh di dalam novel ini tidak hanya berkaitan namun juga mereka semua terporos ke satu titik, yaitu kemaluan Ajo Kawir yang tertidur. Ya, persis seperti yang tertulis di sinopsis belakang buku,
“Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya”
Jika dilihat sepintas, tidak ada yang spesial dari paragraph yang sederhana dan alur yang maju mundur, pusing malah, namun disinilah kepiawaian Mas Eka, cerita ini terjadi di era tahun 80an, rasanya seperti inilah cara berpikir atau cara bercerita lebih tepatnya orang-orang dimasa itu, sederhana. Pun, begitu juga dengan penggunaan kata mem*k dan k****l, vulgar memang namun, perlu digarisbawahi bahwa Ajo kawir adalah seorang supir dan hidup di jalanan di tahun 80an tidak mungkin bukan jika ia menggunakan kata halus seperti kemaluanku atau vagina.
Dan tidak hanya itu, novel ini memberikan gambaran nyata tentang besarnya pengaruh trauma masa kecil, seperti apa yang terjadi terhadap Iteung dan Ajo kawir sendiri. Sangat menarik.
Bayangkan, betapa liarnya ide mas Eka Kurniawan, mengumpamakan Kelamin impoten sebagai kehidupan manusia yang selama membaca membuat saya berkali-kal menggelengkan kepala entah bingun entah kagum, namun semua itu terjawab oleh sebaris kalimat,
“Kemaluan bisa menggerakkan orang dengan biadab. Kemaluan merupakan otak kedua manusia, seringkali lebih banyak mengatur kita daripada yang bisa dilakukan kepala.”
Dan bukan kah ini benar!
Sekali lagi kita tidak akan menemukan kata-kata puitis di sini, tapi apa yang ada dibalik, kata-kata kotor dan vulgar lebih indah dan sarat makna.
Secara keselurahan novel ini sangat maskulin namun disaat bersamaan ia juga terasa rapuh, sebagaimana Ajo kawir yang nekat dan pandai berkalahi namun impoten, selayaknya kita manusia dan kehidupan di bumi, tidak ada yang sempurna.
Dan yang menbuat saya terpukau adalah penggunaan nama karakter yang penuh makna,
Tokek, sahabat Ajo kawir, yang setia, serba tahu layaknya seorang filsuf, namun misterius, layaknya binatang tokek.
Budi baik anak dari tangan kosong.
Jelita, yang buruk rupa namun ialah kunci dari kehidupan dan bangunnya burung Ajo kawir. Bukankah memang begitu, jika kehidupan di alegori kan oleh kemaluan Ajo Kawir, yang membosankan dan tertidur, dan ia telah melakukan segala cara untuk membuatnya hidup, namun malah terbangun ketika Ajo Kawir memutuskan untuk menerima, mengikuti, dan berdamai dengan keadaan.
Mas Eka Kurniawan tidak menulis buku ini untuk setelah selesai dibaca lantas terlupakan begitu saja, beliau menulis buku ini untuk kita renungkan, bahas, dan kita telaah lebih lanjut.
Yang membuat saya tidak bisa bayangkan adalah bagaimana cara Mas Eka Kurniawan meyakinkan editor, dan pihak penerbit sehingga buku ini bisa lolos terbit.
Penulis yang merdeka adalah penulis yang tidak terbelenggu oleh apapun, dan se Merdeka- Merdekanya seorang penulis adalah Apa yang tertuang di dalama Novel ini.
Selamat hari kemerdakan Indonesia yang ke 76!
17 Agustus 2021
0 notes
oryzasass · 3 years
Text
Tumblr media
Kupandangi serangkaian mawar merah di tanganku, kudekatkan ke hidung lalu kuhirup aromanya dalam-dalam. Kupejamkan mata ketika wanginya menyeruak dan mengisi setiap senti rongga paru paruku. Ya Tuhan, seperti ini kah rasanya bahagia.
Kurapikan gaun putih yang kukenakan dengan jemariku, tak sengaja mataku menangkap kilauan berlian dari cincin tunangan yang melingkar di jari manisku, dan aku pun tersenyum. Masih setengah tidak percaya bahwa hari yang kunanti - nantikan akhirnya tiba.
Ya, hari ini. Akhirnya, datang juga.
Terdengar langkah kaki mendekat, semerta badanku pun berbalik untuk mencari tahu siapa yang datang. Ah, aku menghela napas lega, ketika mataku menangkap sesosok wanita yang sudah tidak asing, mengenakan gaun biru muda selutut. Dengan rambut tergelung rapih, di tangannya tampak membawa sesuatu yang terlihat seperti Sarapan kesukaanku dan secangkir teh.
Ku lambaikan kan tanganku kearahnya dan dia membalasku dengan senyuman.
“Selamat pagi Nona Yejin, bagaimana kabarnya pagi ini?” sapanya hangat ketika mendekat.
Aku terlalu bahagia untuk menjawab pertanyan wanita itu yang kini sedang meletakkan roti bakar telur dan secangkir teh melati dihadapanku, pun terlalu bahagia untuk merasakan lapar atau mungkin juga aku sudah terlalu bosan dengan menu sarapan yang hampir sama setiap hari sekalipun itu kesukaanku. Lantas sapaannya hanya kubalas dengan senyum dan anggukan.
“Nona YeJin__” katanya sambil tersenyum “Minggu ini kemajuannya pesat sekali sudah mulai merespon, sarapan dulu ya, sehabis itu obatnya diminum,” lanjutnya sambil meletakkan mangku kecil berisikan tiga butir obat. Aku membaca tulisan yang tertera di mangkuk kecil tersebut, Rumah Sakit Jiwa Gonjiam.
***
OS/2-05-2021
1 note · View note
oryzasass · 3 years
Text
FMV CREDIT TO : 925_Sunshaines twitter
Riuh suara di dalam restaurant kesukaan ku, tidak semerta meredam gemuruh jantung ku.
Jika saja di restorant ini hanya ada aku dan Hyun Bin, mungkin dia mendengar suara detak jantungku yang berdegup dengan tidak biasanya.
“Mau makan apa?” Tanya Hyun Bin sambil membalik-balik halaman menu,
“Aglio olio” Jawab ku lirih,
“Itu lagi?” Tanya Hyun Bin sambil tersenyum.
“Iya” angguk ku pelan,
Ah, That smile,
Ku teguk air mineral di gelas kristal yang ada di depan ku sekali lagi.
That smile,
Senyum yang pernah menghangatkan pagi ku yang dingin di bulan Desember, senyum yang pernah meyambutku di altar, senyum yang pernah menjanjikan ku harapan dan masa depan.
Senyum yang telah jarang sekali hadir.
Senyum yang telah membuatku kini membenci mu setengah mati.
What have we done to each other?
©oryzasas
3 notes · View notes