Tumgik
onemilimeter Ā· 3 years
Text
penghujung tahun 2020
Banyak yang terjadi dan banyak juga yang nggak terjadi. Begitulah kira-kira penggambaran aku tentang 2020. Padahal ya dari segi angka, diliat-liat angka 2020 itu angka cantik. Tapi yang terjadi tahun ini, nggak semuanya cantik, mostly sebaliknya.Ā 
Banyak yang terjadi mungkin di luar sana, tapi di hidup aku pribadi nggak banyak. Semua orang tau, satu-satunya hal yang membuat hidup kita berubah tahun ini nggak lain dan nggak bukan karena COVID-19. Rencana pulang tahun ini terpaksa batal. Kuliah S2 tahun pertama hanya bisa berlangsung secara online dan jadi nggak terlalu kenal sama temen-temen seangkatan. Susah nyari kerja, khususnya working student, yang dari dulu menjadi tujuan utama aku untuk pindah dari Erfurt ke Berlin. Dan seterusnya.
Semua yang terjadi tahun ini, nggak ada salahnya buat di-recap kali ya. Sekedar buat jadi instropeksi diri atau ngetes diri-sendiri, ada kejadian memorable apa.
Januari 2020 Masih ada di Erfurt dan masih satu Wohnung sama Vicky dan Dira. Masih ngerjain tugasnya Stanzel, yang pada akhirnya nggak aku selesaiin karena nggak ngerti sama sekali dan nggak dinilai. Bulan ini kayaknya pas pengumuman penerimaan mahasiswa baru di Beuth lewat pos. Senang bisa keterima dan merasa selangkah lebih dekat untuk pindah ke Berlin. Belum sempet cari-cari rumah, waktu itu kayaknya aku nothing to lose banget. Padahal nyari rumah di Berlin susahnya minta ampun. Tapi, lagi-lagi ada aja ya rezeki, dateng dari orang-orang yang nggak terduga. Singkat cerita, akhirnya berhasil nemu rumah yang roommatenya ternyata udah kenal dari sebelum-sebelumnya.Ā 
Februari 2020 Masih punya niat belajar buat ikut ujian di Erneurbaren Energien Management dan hasilnya well, not bad. Karena lulus aja sih, kalo ngeliat nilai ya tetep kurang memuaskan. Tapi mau pindah jurusan juga, jadi nggak papa. Buat aku belajar nggak ada yang useless. Akhir Februari keluar dari Wohnung 1025 B dan nebeng ke tempat Fanish sementara. Bulan ini sempet ikut OPREC PPI TV Podcast buat posisi Graphic Designer. Nggak terlalu yakin waktu itu bisa keterima, tapi nyoba aja dulu buat pengalaman.
Maret 2020 Iā€™m the last pisces-person which means Iā€™ve had my birthday on 20th. Bertambah satu tahun umurku. Semakin mendekati umur 30, aku semakin takut. Banyak achievements dan goals yang belum berhasil aku raih. Ada sedikit kebahagiaan karena sebuah ucapan yang sebenarnya datang terlambat. But, that was enough. Bulan mulainya ada isu untuk lockdown karena jumlah penderita COVID-19 di Jerman udah naik. Waktu itu karena di rumah aja, jadi ngerasa nggak masalah tidur bertiga sama Fanish dan Sherly. Jadi deket juga lama-lama sama mereka berdua, sampai sharing banyak hal. Sempet ngadain birthday party-nya Sherly dan di waktu yang sama dapet birthday surprise juga karena birthday party-nya di hari yang sama dengan ulang tahun aku. Good meals with good companions. Something that Iā€™ll miss after moving out. Btw, di bulan ini kayaknya bulan pas keterima PPI TV Podcast, deh.
April 2020 Leaving Erfurt. When youā€™re living abroad, moving places after another is such a normal thing to do. And welcome Berlin! Mulai kuliah di 2 minggu terakhir bulan April. Masih asing sama materi baru karena kuliah jurusan baru. Tapi yaudah, jalanin aja. Semua sama-sama lagi susah.Ā 
Mei 2020 Kuliah seperti biasa. Ngerjain tugas dan exercise seperti biasa. Kayaknya waktu itu sempet mulai nyoba nonton drama Hospital Playlist. Drama terbagus setelah Reply 1988. Atau kayaknya posisi Reply 1988 tergeser jadi nomer 1. Mulai nyoba ngelamar kerja sebagai working student.
Juni 2020 Bulan Juni, ya. What I still remember is, I confessed to someone that I like. For a pretty long long and long time. On his birthday by sending a letter. Nggak bisa dibilang surat juga sih, tapi mari anggap saja itu sebuah surat. Now I'm thinking, did I afraid of any rejection? Karena di surat itu aku bilang, nggak perlu dibalas. Yang penting diapresiasi aja udah cukup. Tapi, kalo liat lagi niat aku dari awal for the sake of my own feeling and myself, takut karena penolakan kayaknya nggak deh. In the end, aku jadi lega. Jadi nggak ada rasa penasaran lagi sama sekali. Setelah itu nggak mau kayaknya kalo terjebak rasa suka yang sama lagi, untuk kesekian kalinya. Tapi lama-lama denying gitu nggak boleh juga. Gimana Allah aja. Biar Dia yang menentukan yang mana yang terbaik. Mari ucapkan Amin paling serius, untuk siapapun jodohku nanti. Lalu, masih nunggu juga jawaban dari kantor-kantor tempat aku ngelamar student working. Buat backingan, ngelamar di UNIQLO SchloƟstraƟe.
Juli 2020 Dapet appointment untuk interview di kantornya Kak Vina. Sepanjang interview oke-oke aja. 2 minggu kemudian, dapet notif kalo ternyata nggak diterima. Saat itu mental breakdown banget. Ngerasa punya mental sebiji jagung. Padahal baru ditolak satu tempat aja. Langsung nyerah sementara buat ngelamar di tempat lain lagi. Butuh waktu buat balikin mental breakdown ke kondisi normal. Lalu, nggak berapa lama dapet appointment untuk interview di UNIQLO. Yang ini udah nothing to lose. Padahal sebenernya waktu itu lagi butuh uang juga, karena berhubung bayar rumah di Berlin nggak semurah rumah di Erfurt. Lalu selang beberapa hari ditelfon, bisa kerja mulai awal Agustus di UNIQLO.
Agustus 2020 Libur kuliah, isi bulan Agustus cuma kerja dan ngerjain Hausarbeit.
September 2020 Masih libur kuliah dan masih ngisi liburan dengan ngerjain Hausarbeit. Pada akhirnya cuma berhasil ngumpulin satu Hausarbeit yang per kelompok. Kurang puas sama diri sendiri karena banyak nggak ngapa-ngapain. Kurang streben aja, padahal ini udah level S2.
Oktober 2020 Mulai kuliah semester baru. Tugas baru. Bobotnya lebih berat dan makin ngerasa, banyak baca itu penting banget. Latihan presentasi juga. Apalagi aku AuslƤnder. Haru sadar diri. Harus jadi bagian yang usahanya berkali-kali lipat dibandingkan native. Iseng nyoba app OKC, yang sebelumnya nggak pernah terpikirkan. Selalu ngerasa ngapain sih main-main Dating App. Nyoba pun karena kepo cara kerjanya dan ingin ngisi Fragebogen. Tapi di satu sisi seru juga. Orang ternyata seberagam itu, walaupun kadang-kadang ada aja orang aneh. Nemu satu orang yang bisa diajakin ngobrol dan nggak terlalu ngebet di awal.
November 2020 MalaĀ balik for good ke Indonesia. Waktu itu nggak bisa nganterin karena kerja. Tapi bisa say goodbye dulu sebelum berangkat kerja. Semoga bisa ketemu lagi nanti kalau aku pulang. Vicky sama Halfi nikah. Honestly, ngeliatnya ada rasa ingin juga untuk bisa ketemu sama orang yang tepat lalu langsung menuju ke hubungan yang lebih serius. Dari pada dibilang iri, lebih bisa dibilang mupeng kali ya. Hahahaha. Oh iya, sempet diminta nomer juga sama orang yang ketemu di OKC. Karena turned out dia kakak kelasnya Fanish waktu SMA dan pas ngobrol lumayan nyambung. Aku kasih aja. Tapiiiii, lama-lama orangnya kok malah ngilang. Sempet galau nggak jelas sih. Cuma ya udahlah, terlepas dia kakak kelasnya Fanish atau bukan, toh status dia tetep stranger. Dia bebas pergi semau dia. Akhir November aku ngerasain the worst depressed feeling that Iā€™ve ever had after moving out to Berlin. Aku ngerasa benci sama semua hal yang terjadi di sekitar aku, especially mungkin tertrigger dari banyak orang yang pada saat itu nikah, berseliweran di instastory aku. Aku benci sama orang that Iā€™ve confessed my feelings to, karena mengingat respon dia yang... gitu aja. Aku kesal sama keluarga aku yang menyamaratakan tingkat ke-struggle-an masing-masing. Aku benci karena aku di-ghostingin stranger. Kebencian aku banyak banget waktu itu. Mungkin hal itu sepele buat orang, tapi kalau inget perasaan depresi datang karena terkadang emang nggak ada alasannya, make sense sih. Mau itu depresi yang levelnya tinggi atau rendah. Depresi tetaplah depresi. Aku jadi ngerasa sendirian. Being alone is pretty normal, actually. But being lonely other matters. Sempet nangis 2 hari berturut-turut sampai pusing dan badan capek banget, kayak habis ditiban sesuatu. Tapi, setelah cerita sedikit demi sedikit, emang ngebantu. Dan jadi sedikit lebih lega. Terima kasih Ucrit, Mbak Ratih, Wina dan Citra. Setelah itu sempet ngobrol sama Citra yang di Aachen via DM Instagram. Dia bilang supaya aku bisa lebih terbuka di Instastory, karena dia juga peduli sama aku. Di saat itu aku jadi sadar, oh masih ada ya orang yang ternyata peduli.Ā 
Desember 2020 Akhir tahun. Lockdown kedua. Ada waktu buat nugas sebenernya. Tapi tiba-tiba habis nonton Start Up, malah penasaran sama akting pemainnya yang lain. Jadi malah maraton banyak drama dan berakhir merasa bersalah. Sempet ketemuan sama Dira juga, karena dia kebetulan lagi ada di Berlin. Ngobrol dan curhat banyak. Lagi-lagi nemuin banyak hal yang relate. Sayang cuma ngobrol beberapa jam aja. Selain itu, akhir-akhir ini jam tidur berantakan banget. Butuh asupan mbak-mbak YouTuber yang sering sharing tentang morning dan night routine mereka. Mungkin bisa jadi motivasi. Mungkin. Dan kayaknya karena kurang work out juga, hidup jadi less productive. Jadi jarang nulis. Jadi jarang baca. Jadi jarang minum. Jadi jarang dan hampir nggak pernah nyentuh Bullet Journal. Mau berusaha untuk me-reset semuanya dari awal sebelum 2021. Untuk sekedar latihan. Dan semoga kedepannya bisa konsisten. Aamiin.
Masih inget ternyata beberapa kejadian hidup di setiap bulannya, di tahun 2020 ini. Akan panjang banget kalo aku terusin lagi. Semoga besok-besok tetap bisa nyumbang satu tulisan. Either itu pendek or panjang. Lumayan untuk healing :)
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
i feel that i took the moments for granted back then, before i went to Germany and before i moved to Berlin.
but, i definitely miss Erfurt for sure.Ā 
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 11
Growing up with a lot of insecurities and anxieties influence my self-confidence throughout most years of my life. Itā€™s obviously because since I was in kindergarten there was a bunch of kids who didnā€™t like my existence and what they did back then whenever they saw me, they always pushed me away. Come to think of it, it was quite traumatize because later on, when I went to my elementary school I couldnā€™t normally interact with my peers on the class. Like I didnā€™t really know how to respond something without being so annoying in other peopleā€™s eyes. Again it happend, I didnā€™t have anyone who I believed in class and this might be was the starting point of me having trust issues. Even now, I still have some left.Ā 
While i was in 5th grade, it was getting better actually. Some kids were slowly becoming my friends and also I had someone to talk to, to share about cats, songs, comic books or novels, movies, etc. Sometimes on Friday after sport or Saturday after PRAMUKA, I went to my friendā€™s house who lives in my school neighborhood, did a simple thing, either somehing like playing barbie, watching movies (mostly cartoon), cooking, or just sit ā€˜n chill. I think 5th and 6th grade was the best time Iā€™ve ever had since I entered elementary school. Another story, I remember I had a friend who was being bullied (I donā€™t want to use this word, but I donā€™t have a perfect word to express in mind right now). The bully said to others to not be close to her and back then the kids were so naive, yet couldnā€™t think straight, and didnā€™t wanna have a same problem with the bully, so they just created a wall inbetween. But me, I thought it was not a good decision to follow the bully because I was at the same position as well. Besides, this friend had enough problems inside her house, why should I put more problem into her life? It was difficult to be in the middle that I had to be accepted in both side. Again, I was just a kid turned into teenager and I didnā€™t know which was good or bad. So i just followed my guts and I befriended both sides.Ā 
As time goes by I was in my junior high school, where my identity was somehow being tested because there was a lot of temptations and when I met a wrong person, I could be a different person now. My insecurity was so low before and became lower after one of the student talked about my apperance. It was a big school with bunch of pretty girls. Teenagers with thier compliacted mind wonā€™t think clearly enough and one of them of course was me. I was so angry, but I couldnā€™t have a chance to throw my anger upon the bully student, who also didnā€™t have any nice things on his appearance, my opinion. But if someday I can meet him in a flesh, I probably would spill the tea and show my uncomfortable feelings towards him. Heā€™ll gain what he did, sorry! Oh plus, I want to give him mirror, just in case he has an intention to reflect. Mihimihimihi...
That was a pretty traumatic experience and it influenced me on how I have been seeing myself years later, up until now sometimes. I did hate my body because Iā€™m not tall enough but especailly I did hate seeing my face in the mirror in a public places. That was probably the results of lots commentary upon my appearances. Now I know the term is: body dysmorphia and it is a mental disorder. Periodt. If people donā€™t realize, itā€™s mainly because I didnā€™t show it or say it to everyone around, but the talking of flaws towards my appearances is always going on in my head. Since then it affects my confidence and how I communicate with people.Ā Ā 
Everytime iā€™m searching for an answer, like how to escape this whole self-destruction, the adults just tell me to brush it all off and to act like i donā€™t care. Which is make sense now. 20s is a time where you have to prioritise your selfish-ness. And itā€™s not wrong to be selfish, cause all of people in their 20s are selfish as well.Ā 
What makes me really grateful is because I have a friend like Keshia. She is indeed a beautiful human being. Sheā€™s one of a kind, sih. Weā€™re different in some ways, but I think she has a role in building my self-confidence, at least the basic one: to be santuy everytime I talk to people. I learned from her a lot. Beside her pretty appearance and her flaws (wkwkwk), she taught me, that I donā€™t have to be afraid facing people, because everywhere there will be a bunch of shit people wandering aroung. But, remember kind people are a lot as well. She sometimes said words of affirmations even itā€™s just a simple one, likeĀ ā€œgemes banget sih mba or cakeuppp...ā€. Itā€™s simple but it means so much. I canā€™t thank you enough for accepting me. Iā€™m sure I made a lot of mistakes, but Iā€™ll try to be a good friend for you and be there in case you need me.Ā 
Then I met Citra, a sweetest human being that Iā€™ve ever had. Sheā€™s definitely a pink sweet cotton candy. She has a lot on her plate, but she always tries to be strong despite have been struggling enough since the day 1 she was back again in Jakarta. I learned a lot lot of things from her. The good things are as an example and the bad things are as a life lessons. Her words are comforting and I believe someday she can be a book writer. Not to mistaken, i had a lot of fight too with her in the past, like friend always have things to be argued of, could be the different in preference, taste or love-life decision. But a friend will later ask each other forgiveness and things get back to normal again! Thank you for accepting me and for becoming my friend in Germany and everywhere. Keep so sweet, Cit :)
I moved to Erfurt in 2013 and slowly i befriended Mbak Ratih, who has a magic finger because she can do whatever and the results is surprisingly beautiful. She studied psychollogy major and her insight about people behaviour and what makes a human complicated is quite helping me in finding and accepting myself. Of course it has an influnce from BTS, but yeah close friends are worth to be affirmed as well for their suporting role. She teached me make up, to express what is on my mind either itā€™s a bad or good emotions, etc. And Wina comes. Sheā€™s quite a friend who helps whenever i need help. I think itā€™s such a destiny for us to be together again living in the same city and studying in the same major. Both of these people has a really big role helping me this past few years. Thank you my Aquarius sisters, hope weā€™ll be able to live in the same city again.
This journal is pretty long, btw. I dedicate my almost 2,5 hours, writing this letter of gratitude towards me, my childhood, my teenage years and my friends who always beside me since the day 1 i have arrived in Germany. I donā€™t know why iā€™m making this, but I guess itā€™s because my insecurity tries to reach me since we have been parted our ways. I must making myself busy now to not really have much care with people. Beside, itā€™s Ramadhan!Ā 
Bye, all. Hope my soul will get better soon.
Berlin, 11.05.2020 (Happy belated birthday, Ayah!)
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 10
Hari ini ngerasa semuanya campur aduk. Overthinking dan insecurity masih melekat, nih. Tadi waktu recording podcast bikin salah karena salah juga baca urutan TOR huhu. Berkali-kali minta maaf, tapi cuma disenyumin doang jadinya batin, tapi sepertinya gak masalah sih karena aku udah evaluasi diri sendiri. Pengen ngelist dulu deh hasil evaluasi jadi operator hari ini:
1. Urutan ngejelasin ke narasumber: Nanti ada aba-aba dari aku pas video mulai recording, terus di awal video bakalan ada logo PPI TV, habis itu bumper-nya aku play dan kita semua harus diem (btw ini suara dari video bumper akan kedengeran setelah videonya jadi). Ini kan ada 2 display, yang sebelah kiri isinya materi/foto/video yang akan dibahas selanjutnya dan yang sebelah kanan adalah yang sedang on going which is yang sedang direkam. Setelah bumper selesai, nanti aku langsung nampilin host yang nyapa temen2 PPI TV dilanjut dengan perkenalan narasumber. Di akhir podcast, setelah host nutup, aku nampilin bumper, kita diem, trus logo PPI TV muncul lagi.Ā 
2. Evaluasi hari ini: Stand by TOR (kalo ga dalam bentuk print, di iPad!!), hape stand by buat komunikasi sama grup PPI TV. Rekam audio juga, kalo misalkan bisa, nyambi pake QuickTime Player. Kalo liat micro skype masih nyala sepanjang recording, minta tolong anak2 di grup buat matiin. Konfirmasi foto-foto/video yang akan ditampilkan nanti sama narasumber, misalkan nanti kasih tau video A akan diputar kapan, foto B akan diliatin kapan, dst. Cek audio OBS soundwave-nya gerak atau nggak. Cek format video yg disimpen dalam format apa.Ā 
3. Minta maaf kalo salah sekali aja. Cukup.
Udah sih sejauh ini evaluasi dari diri sendiri cuma itu aja. Mudah-mudahan next time bisa lebih tenang, konsentrasi dan fokus, bisa multitasking dan gak grogi. Soalnya ada kemungkinan podcast-podcast selanjutnya, narasumber bakalan orang-orang yang punya followers banyak. Bismillah ya bisa, wik :)
Kemarin btw aku habis dengerin podcastnya Unqualified. Trus lupa lagi bahas apa gitu kan ya, kalo gak salah menyangkut toxic positivity deh. Tapi pada ujungnya nyambung ngomongin nikah. Salah satu podcasternya bilang gini,Ā 
ā€œLo tuh nikah, pas semua urusan lo sama diri lo sendiri/hidup lo tuh udah kelar.ā€
Kaya tiba-tiba tersadarkan, kalo selama ini aku emang udah kepikiran ke arah sana sih. Mau siapapun itu jodohnya ya, kan aku juga gak tau. Yang pasti ada keinginan gitu nikah dulu sebelum umur 30. Dulu emang pernah punya target kalo 25 pengen udah nikah, tapi ya mau gimana belum dikasih sama Allah SWT. Sebenernya salah satu alasannya adalah capek sendiri, tapi apakah itu gapapa dijadikan alasan buat nikah? Toh itu juga bukan alasan utama, tapi ya bener juga sih yang dirasa capek sendiri aja. Pengen ada orang yang bisa diajak berbagi, sekedar sharing sesuatu yang bikin beda rasanya kayak sharing sama temen. Malah habis itu mikir panjang, hm apa aku beneran harus buka hati, open aja gitu siapapun orangnya asal bisa nerima aku apa adanya dan sama-sama mau berubah jadi orang yang lebih baik lagi. Belajar ngelepas someone Iā€™ve treasured for a long time tuh gak gampang, kayak ada rasa sayang aja gitu, masa sih aku yang udah bertahun-tahun dan pada ujungnya balik lagi suka sama orang yang sama kayak pas dulu, harus bisa ngelepas aja gitu? Tapi di satu sisi, karena aku sekarang lebih bisa mikir ya, jadinya ada banyak pertimbangan gitu yang bikin aku agak sedikit ragu. Sedikit. Ragu untuk nungguin orang yang sama. Dari situ aku sempet mikir kan, jadinya bener juga sih, gak bisa nutup pintu hati juga buat welcoming orang yang baru gitu. Karena siapa tau dia lebih baik lagi buat aku.Ā 
Laci aku yang bagian itu harus sedikit demi sedikit dirapiin lagi gitu ya, kasih space baru buat orang yang ada potensi baik supaya bisa masuk ke kehidupan aku? Yah mungkin sih. Bener juga kata mba ratih, aku gak bisa ngontrol apa yang terjadi di sekeliling aku dan pikiran orang terhadap aku, tapi aku bisa ngontrol diri aku sendiri buat ngapain. Balik lagi sih, jangang terlalu ngandelin perasaan, sekali-kali otak juga harus ikutan dilibatin. Gak ada sih diantara mereka juga yang mau dijadiin anak tiri, yang satu lebih diutamakan dari yang lain. Balance. Seimbang.
Tadi jadi liatin foto-foto orang pre-wedding sama nikahan. Pengen banget jujur dan calonnya belum ada. Cuma bisa berdoa aja sih.
Aku mau cerita lagi tentang suatu hal, keinget gara-gara kemarin ngobrol buanyak banget, nostalgia jaman belajar bahasa di Progress dan pertemanan yang nano-nano banget sama temen-temen aku dulu. Tapi, cerita ini panjang banget, banyak life lesson, penyesalan, nakal-nakalnya aku, berhubungan dengan berbagai macam karakter manusia, one of a complicated relationship sepanjang sejarah aku berteman sama seseorang. Ternyata pas nyadar temen aku aslinya adalah .... Pokoknya banyak sih itu episodenya. Dan aku ada di posisi yang pasif-aktif sebagai observer orang-orang di sekeliling aku.Ā 
Udah ah keburu kepanjangan. Bye!
Berlin, 10.05.2020
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 9
Masih ya belum move on sama lagunya IUXSUGA, lagunya ternyata bentar banget untuk lagu sebagus itu. The meaning and the MV hit me sooooo hard. The moment when it comes to the end of the song, it unconciously makes me wanna cry. Like how even Min Yoongi and IU created a lyrics with such a good metaphor? And why would they produce a song with a contradictory between the melodies and the lyrics? Itā€™s indeed an upbeat song, but leaves a sad feeling as well.
Back again to my journal. Haha. Gue gak punya sesuatu hal khusus yang pengen gue ceritain di jurnal ini. Sebenernya ada beberapa poin sejujurnya yang pengen gue tumpahin di jurnal, but I donā€™t have any much time left because in 10 minutes my online lecture is going to start. So, mari dipersingkat aja dengan ngomongin apa yang gue rasain setelah gue bangun tidur hari ini.
Jadi, tadi ada message dari Ibu. Ngirim doā€™a buat dihafalin karena katanya lagi musimnya biological weapon(s) will attack citizens of the worlds. Gue tau sih gue gak boleh kesel, karena itu kekhawatiran orang tua. Tapi, kadang jadi ruining mood gitu, yang tadinya gue bangun tidur penuh harapan (asek), ā€œya Jerman udah lumayan banyak yang sembuh dari COVID-19, mudah-mudahan masa ini cepat beres..ā€ jadi kaya pesimis aja. Berita-berita kaya gitu tuh yang bikin orang jadi senewen, pesimis karena gak punya harapan dan harus bikin planning lagi dari awal. Oke gue jujur ngerasa sebel sih, semuanya udah susah diperkeruh dengan berita yang kaya gitu malah makin bikin bete. Cuma bisa berdoā€™a aja sih, percaya aja sama Allah SWT kalo masa-masa sulit ini pasti akan segera berlalu, karena di setiap kesulitan selalu disertai dengan kemudahan juga.Ā 
Ya udah gitu aja, harus buka Jitsi sekarang. Bye.
Berlin, 07.05.2020
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 8
Banyak hal di sekitar gue yang bisa disyukuri, walaupun situasi saat ini adalah situasi yang sulit, khususnya karena keuangan. Tapi, mari gak usah ngebahas itu dulu, karena Bismillah aja mudah-mudahan masih bisa hidup 2-3 bulan ke depan dan masih ada kemungkinan untuk bisa kredit di Studentenwerk Berlin atau gak masih ada harapan juga untuk bisa jadi working student. Aamiin...Ā 
Hal-hal kecil yang bisa gue syukuri adalah teman yang... menerima gue apa adanya. Maksudnya yang ketika gue ngomong satu kata, mereka bisa nyambungin, ketika gue gak lucu respon mereka emang ngeselin sih cuma ya yang penting direspooon hahaha, ketika gue suka sama satu hal mereka accept dan respect, ketika gue receh mereka satu frekuensi, ketika gue ngirim sinyal lewat mata aja mereka bisa loh tau maksudnya, ketika gue bete atau baper mereka ngerti harus ngapain meski kadang gue harus ditinggal karena pada dasarnya gue emang butuh waktu buat sendiri, dan sebagainya. Tipe teman yang kaya gini nih yang sebenernya susah buat dicari kalo inget umur udah segini.Ā 
Di satu sisi ada juga temen yang udah lama kenal, tapi jaraaaaaaaang banget komunikasi trus sekalinya ketemu dan ngobrol, bisa ya berjam-jam. Sebenernya cerita mereka sih yang banyak, gue emang pada dasarnya suka ngedengerin orang cerita dan karena gue menunggu waktu yang tepat kali ya buat cerita, daripada nanti malu sendiri. LOL. Eh, tapi ada kok temen yang juga sama-sama sobat baper, jadinya kalo mau baper bareng ya sama si A, kalo mau ngobrol tentang tema tertentu ya udah beda lagi sih orangnya. Ibaratnya setiap temen tuh punya lemari arsipnya masing-masing (hasek), jadi ada dokumen tertentu yang bisa di-copy, trus di-paste ke lemari yang lain, cuma beda timing aja.
Dan ada positifnya juga sih obrolan kemarin gak berlanjut. Di satu sisi ya emang pengen ngobrol lagi, tapi di sisi lain cape juga jadi yang aktif buat nanya-nanya. Mungkin ya gue juga lahi butuh waktu buat ngurus hidup sendiri sih ya dan gak kepikiran sampe berhari-hari juga, santai aja. Ada kesenangan tersendiri walopun kesibukan ini bukan tipe yang terlalu sibuk dan drowning energy banget. Kurang tidur mah tetep sih gak berubah. Ngeliat to do list di bullet journal disilang satu per satu karena task-nya beres aja udah seneng gak tau kenapa. Emang productivity itu gak bisa ada yang nyuruh-nyuruh, toh selama gue gerne ngelakuinnya gue juga yang senang. Biasa dan santai aja.
Oh btw lagunya IUxSUGA udah release. SUKA pake BANGET! Pas denger sambil nonton MV-nya pertama kali mau nangis, pas liat liriknya trus baca trus metaforanya bagus banget, nonton MV-nya lagi makin pengen nangis. Relate karena mereka berdua lahir di tahun yang sama. Kalo inget lagunya, gue merasa ingin berdamai dengan diri gue sendiri di masa-masa lalu, karena sejujurnya gue selalu ngerasa anxious, overthinking, gak bahagia dll. Tapi semakin kesini, gue semakin menerima diri sendiri. Karena balik lagi sih, basically siapa lagi yang mau nerima gue kalo bukan gue sendiri? Semoga gue dan masa-masa lalu gue bisa saling berdamai, menerima dan memaafkan.
Udah ah gue ngantuk. Bye.
Berlin, 06.05.2020Ā 
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 7
Good morning! Iā€™m still laying on my bed now, writing this journal. Itā€™s already day 10 of Ramadhan and I hope itā€™s the last day of my period. I miss fasting days so that I donā€™t have to worry about anything and just focusing on my deed and my pray which will turns out all my worries into letting everything that holding me back go. Let go. One of the hardest life lesson.
Plus I have an overthinking mind. It feels so packed and full, like a big road in Jakarta with full of cars and public transportations in a traffic jam, but thereā€™s no proper line or whatsoever, itā€™s just awful and chaos. I tend to feel sorry for everything that I had done or said, itā€™s just my nature. So I was thinking yesterday, oh wait... Am I still being me, Wika, the people pleaser? But I donā€™t wanna be that kind of person, because that could provoke my own dignity.
Yesterday, I felt so grateful because my long lost best friend reached me since so so so long ago. I worried because there was no respond everytime I sent her message, so Iā€™m assuming that,Ā ā€œWell, itā€™s okay. Itā€™s up to her. Maybe sheā€™s not ready to talk and she has a lot on her plate and she needs her time alone at the moment and and and there must be lots lots of reasons.ā€ But on the other hand, my other self said,Ā ā€œMaybe itā€™s time to let go, because as a friend at least confirm if she wanna have her quality time. And maybe Iā€™m still not yet become a good friend of her.ā€ This kind of thinking stressing me out. Because itā€™s out of my control. Yes, and this is the 2nd hardest life lesson. But in the end, Iā€™m kinda relieved weā€™re not stranger-ing (?) each other.Ā 
Saying sorry. I think itā€™s the best way to look at the occassion and context. Because someone warned me why do I have to say sorry, sih. Even Iā€™m using it for joking, but okay there was no correlation with the question he was asking me.
And and and is it the time to pause? Like Iā€™m not being used to it. Iā€™m tired of waiting, tired of overthinking, tired of the time difference and tired of finding new topics to talk or questions to ask. Can I pause? Can I have my time to organize my feelings and my mind? I guess I have to pause it for the time being. Back again... Itā€™s Ramadhan and I need to focus with myself and God too.
I want to pat myself, hug myself and give me self-affirmations. Hey, youā€™ve done enough for these past few days. Youā€™ve done some of your tasks, some of your paper work, talk with parents, talk with friends who still live in Erfurt (I miss Erfurt huhu), laughing and hear some good news, etc. Thatā€™s enough of gratefulness that Iā€™ve received and I have a really big thank you. Thankā€™s for the good and the bad day that had happened this week.Ā 
New week, new story. I hope I can keep writing journals even just 1 paragraph. Oh, come to think of it, I suddenly wann hear the song 00:00 oā€™clock from BTS. It such a happy yet comforting song.
Now itā€™s time to say good bye!Ā 
Berlin, 03.04.2020
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 6 - today is just not my day
Pernah gak sih lo ngerasain kesel banget seharian? Tapi ya lo gak bisa marah-marah, soalnya ya useless aja gitu mau marah juga. Jadi, pada ujungnya ya gue cuma bisa numpahin semuanya di jurnal ini.
1. Gue kesel banget sama diri gue sendiri yang menye, yang banyak ngarep, yang sukanya nunggu, yang susah move on dan yang clingy secara gak langsung. Like, hello?! Sis, kerjaan lo tuh banyak, tanggung jawab lo tuh lagi ngantri ya kalo gue boleh ngingetin lo dan apa sih yang lo tunggu sampe lo buka tutup-buka tutup Instagram? DM? Ngapain sih ditunggu, lah orangnya aja belum tentu inget kalo lo ngirim message ke dia. Di satu sisi ya, gue ngerasa gue negative thinking banget, tapi di sisi lain ya mungkin aja orang yang gue tunggu lagi sibuk. Cuma kayaknya gue udah ga segalau awal-awal sih, sekarang lebih ke arah ngerasa keki sama sebel aja. Sumpah ya, gue pengen marah banget tapi gak bisa. Duh apa sih ini, jengkel, kesel, bete, keki, gue sebutin deh semua satu-satu. Tau sih, ini lagi bulan Ramadhan, gue harus sabar. Tapi gue kesel. Gue pengen guenya yang jadi gak peduli sih. Gak peduli ah, gak peduli. Lalalalalala *tutup kuping* :p
2. Paket gue kemana haloooooo?!! Gak nyampe-nyampe. Gak ngerti kenapa hal kecil ginian doang bikin gue frustrated banget. Lagi-lagi ya perasaan jengkel itu ngehampirin gue. Kesel tau gak sih, keseeeeeeeel. Semoga besok beneran nyampe deh ya. Batin, gue tuh.
3. Gue lagi makan, bibir bagian dalem kegigit. Sakit. Dan gue bete.
4. Gue bete kenapa gue harus mikirin semuanya. Semua yang harusnya gak gue pikirin, semua yang harusnya gak gue peduliin malah gue peduliin, di mana orang-orang yang gue pikirin juga gak ada yang mikirin gue. Nah. Jadi tau nih letak kekesalan gue di mana. GUE KESEL KARENA GUE HARUS MIKIRIN ORANG YANG MANA ORANG ITU GAK INGET SAMA GUE. BERLAKU BUAT SEMUA ORANG, GAK ADA ORANG TERTENTU. Egal mau gimanapun, gue lagi pengen marah. Plis boleh gak sih? Huhuhuhuhuhu
5. Btw, gue kan join PPI TV nih, trus gue suka tuh bikin QnA di Instastory karena itung-itung bantuin anak R&D. Tapi, selalu deh yang jawab pertanyaan orang-orang iseng doang yang ngisiĀ ā€œfollback, yaā€ atauĀ ā€œfollow followan yukā€. SIAPA ELO SIH?! SALAH LAPAK TAU GAK SIH LO! GUE GAK KENAL LO JUGA, GAMAU GUE FOLLOW-FOLLOWAN SAMA LO... Coba deh ya, kalo mau nanya yang ada hubungannya gitu sama Instastory gue. Bikin emosi.Ā 
Tau gak sih, gue dulu pernah ngerasa kalo ada sesuatu hal yang salah sama diri gue sendiri, sampe-sampe kepikiran kayaknya ini saatnya gue untuk nyari professional help, deh. Akhirnya gue googling, kira-kira ada gak konstultasi online, soalnya gue gak mungkin konsultasi face-to-face sama orang dengan bahasa Jerman, percuma yang ada gue makin stress buat mikir harus ngomongnya kaya gimana, i mean i honestly cannot express my own feeling with foreign language, pake bahasa sendiri aja gak ngerti sama perasaan sendiri. Mempertanyakan kenapa gue ngerasa sebel banget dan entah kayak apa ya, einfach benci aja sama diri sendiri gitu. Mungkin di satu sisi karena gue terlalu berharap, well people will accept me so i will be happy. Realitanya gak semua orang bisa nerima lo dan gak semua orang ya suka sama lo. Periodt.Ā 
Lagi-lagi gue harus bodo amat. BODO AMAT. BODO AMAT. BODO AMAT. BODO AMAT. Lo gak suka gue kaya gitu? Lah, lo duluan yang bikin gue gak nyaman, ya jangan salahin gue. Jangan ngarep gue ngasih perlakuan yang proper ke lo kalo lo-nya aja gak respek sama keberadaan gue, sama hal-hal yang bahkan gue pun gak suka. Andaaaaaaai gue bisa kayak gitu tanpa harus mikirinĀ ā€œDuh, ntar orang jadi mandang gue beda. Image gue jadi gak terlihat sama lagi kayak sebelumnya.ā€ Orang lain berubah, wey. Masa gue juga gak boleh berubah gitu?! Okey, mungkin bukan berubah jadi seperti yang orang lain harapkan: gue orang baik, yang bisa membantu sesama, bisa diandalkan, bisa ini dan bisa itu.Ā 
Tapi, boleh gak sih gue berubah jadi gue yang nyaman sama diri gue sendiri, di mana gue bisa bilangĀ ā€œGue gak suka A, B, C, dan seterusnya. Tapi, gue sukanya X, Y, Z.ā€? Boleh gak sih gue berubah jadi gue yang apa adanya, gak usah sempurna-sempurna amat gitu, karena gue capek. Capek. Capek berusaha buat jadi yang terbaik menurut versi orang, bukan menurut versi gue sendiri atau temen-temen yang emang ngehargain eksistensi gue, yang ngerti Wika tuh orangnya yaa emang gini. Kalo misalkan lo gak tau dan shock sama peronality-nya dia, yaaaa emang lo yang belom kenal aja. Gue bukan malaikat coy, gue banyak cacat-cacatnya. Cuma karena Allah aja yang nutupin aib-aib gue, makanya lo gak tau. Gue aneh kok, punya banyak banget kekurangan sampe gue gak sadar kelebihan-kelebihan yang gue punya tuh yang kayak gimana.Ā 
Gue mah gak butuh apa-apa. Pada akhirnya gue sadar, gue cuma butuh orang yang ngehargain eksistensi gue, ngehargain emosi yang gue punya, ngehargain apa yang gue suka dan gak suka, ngehargain semua pilihan hidup gue, dan yang paling penting tau gimana caranya putting me on the right track again whenever iā€™m lost. Kalo ada orang kaya gitu, boleh gak sih gue seumur hidup sama lo aja? ;)Ā 
Pada akhirnya gue nangis sendiri pas nulis ini. Entah karena semua unek-unek keluar, sekalian aja lah ya nangis biar lega. Idk. Semoga besok lebih baik lagi emosinya. I think I supposed to meditate and do stretching a lot more these days or yoga sounds good, since the online lecture causing me back pain and sakit pantat. WARNING!! Minimize social media activity (especially Instagram, in need kalo buat posting urusan PPI TV doang)!!!
Udah, ah, Udah lega sambatnya. Bye.
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 5 - edisi meracau
Ehe...
Biasa aja, wik... Biasaaaaaaaaa.Ā 
Bingung btw pindahan ke Berlin gimana, yak? Belum cek jadwal kereta ke Berlin, DHL Abholung, nambah beli kardus 2 dan ngewrapnya kaya semua berasa banyak banget. Belum ditimbang lol
Kenapa banyak pisaaaan. Hahahaha.
Ya udah, aku mau meracau aja lah ya. Gapapa kan?
Erfurt, 26th of March 2020
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 4 - sebuah kelelahan ngeladenin perasaan sendiri
Dari kemarin ngerasa semangat ilang gitu aja. Self-quarantine yang sebelum-sebelumnya banyak haha-hihi, seyum-senyum sendiri, nguap gitu aja cuma dalam semalem.Ā 
Cape.
Cape banget kalo mikirin perasaan, tuh. Tau gak sih, di satu sisi lebih seneng ada di saat-saat aku gak mikirin perasaan aku sama sekali. Mikirin sih, tapi ya gak terus-terusan karena ketimpa sama pikiran-pikiran lain kaya kuliah, nyari werkstudent, organisasi, hang out sama orang, haluin idol lah, apa lah. Serius, hidup enak banget kaya gitu. Tanpa mikir ada tuntutanĀ ā€œmanusia itu sebaiknya punya pendampingā€ alias punya pacar atau lebih baik nikah.
Minta izin buat meracau dulu, buat ngeluarin semua yang gue rasain 2 hari ini. Ketika harapan tuh lagi tinggi banget (ya salah sih, gue tau) trus dijatuhin gitu aja, jadi overthinkingnya sejauh jauhnya jauh lah pokoknya. Jadi punya kekhawatiran berlebih, insecure trus anxious juga. Udahlah itu semua aura-aura negatif ngumpul jadi satu dan berakhir dengan sedih atau lebih buruknya nangis tiba-tiba tanpa sebab.Ā 
Jadi gini, kan hari minggu tuh gue ada rapat sama anak-anak ppi tv via skype. Trus dapet tugas pertama tuh harus bikin poster buat snapgram. Sebenernya ini sih gak ada hubungannya sama masalah gue, tapi intinya di tengah-tengah gue ngerjain tugas, chat berlanjut sama si A. Ya gue seneng lah ya, karena udah sendirian trus ada temen ngobrol dan mungkin gue seneng karena ya itu A orangnya. Obrolannya lanjut sampe malem walaupun ya balesnya lamaaaa banget, tau sendiri lah ya gue di Jerman dan dia di belahan dunia lainnya. Singkat cerita, obrolannya jadi ngarah ke diskusi karena ya dia juga cerita banyak dan chatnya udah mulai panjang. Intinya dia udah mulai banyak ngomong. Sebenernya ya ini yang gue cari, gitu. Lalu gue bikin satu pernyataan dari pengalaman gue (ya curhat gitu lah ceritanya) yang isinya panjang banget sebagai respon dari chat dia yang sebelumnya. Topiknya emang agak sensitif karena modalnya kesoktahuan gue doang. Oke, disitu gue merasa gue punya salah. Tapi, gue akan lebih seneng lagi kalau dia ngoreksi atau bete atau ngomong apa lah dibandingkan cuma di-read doang. Nah, di sini gue mulai baper. Mulai tuh berpikir, ā€œaduh gue salah ngomong apa gimana nih? padahal kan ada satu chat yang isinya pertanyaan. supposed to be dibales sih. hm...ā€Ā 
Di satu sisi gue punya ego sendiri sih,Ā ā€œyah, gue kan mengungkapkan apa yang gue pikirkan ya, kenapa gue harus ngerasa salah? kalo dia ga terima ya repson lah. kalo gue salah ya benerin lah. kalo diem gitu mah malah jadi bikin orang salah persepsi.ā€ Nah di sini gue ngerasa pikiran gue udah mulai involve. Di sisi lain gue takut kehilangan. Jadi inget kata mba ratih sih, jangan murah. Gue sungguh gengsi untuk menunjukkan kalo gue sebenernya udah jadi bucin tuh. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, ā€œapaan sih wik, kayaknya lo ga kaya gini deh. cuma gara-gara A doang, malah jadi lemah. lo gak sepenuhnya salah karena lo jujur, ngomong apa yang ada di pikiran lo. kalo dia ga terima itu masalahnya dia. inget, lo ga bisa ngontrol apa yang orang lain pikirin dan seperti apa respon orang itu sama lo.ā€
Cape. Lagi-lagi kata ini disebut karena ya emang gue literally secape itu. Periodt.
Gue cape. Bisa gak sih si perasaan ini diudahin aja gitu? Bertahun-tahun soalnya. Kalo perasaan udah mendominasi tuh gue jadi berasa lemah banget, ga bisa mikir. Bawaannya cuma jadi melow ga jelas. Kesel kan? Gue ngerti sih kenapa banyak orang lebih memilih untuk jadi single atau ya just be a b**ch or a f**kboy. Simple banget idupnya, dateng nih, trus kalo urusan udah kelar ya bye. Terlalu ekstrim sih ini contohnya, tapi lo ngerti kan maksud gue? Ga ribet.Ā 
Harus ngebangun diri lagi supaya bangkit. Oke afrimasi dulu deh sama diri sendiri ā€œeh, lo bisa kali wik survive sendiri. kalo cape lo bersyukur aja, masih punya orang-orang di sekeliling lo, di Jerman pula. mereka bisa jadi temen lo, keluarga lo, hiburan lo, apapun itu. donā€™t take it for granted, nanti sedih dan nyesel kalo mereka udah pada pergi.ā€Ā 
Balik lagi ke niat awal, nothing to lose aja lah. Lagian kalo jodohnya bukan A ya biar jadi ga kecewa-kecewa banget. Seenggaknya jadi tau kan, oh dia ternyata orangnya gitu, toh. Kalo misalkan plot twistnya dia sesibuk itu untuk ga ngerespon chat gue, ya maafkan lah diri ini yang cuma bisa ga sabar dan overthinking.Ā 
Sekian cuap-cuap dari gue, karena gue jujur jadi lemah banget kemarin. Sempet nangis juga, btw. Wah, ga usah dihitung lah gue nangis gara-gara perasaan gue sama A udah berapa kali. Mungkin cuma gue dan Tuhan yang tau. Lo ga perlu tau lah, karena ga penting juga, sih.Ā 
Yuk, lah balik lagi ada tugas PPI TV baru. Heu... (oh iya gue lupa mention gue keterima di PPI TV Podcast, sebuah media independen yang jd partnernya PPI Dunia. Semoga jodoh dan bisa terus berkarya juga banyak belajar di sini. Aamiin...)
Erfurt, 24th of March 2020
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 3
Sabtu pagi menuju siang, baru punya niat buat nulis morning journal lagi. Tiap ngeliat habit tracker di bullet journal, kaya adaĀ ā€˜suruhanā€™ buat bikin at least cuma satu kalimat doang. Atau titik doang juga bisa kali ya, kan terserah yang nulis :p
Well, so far merasa hidup datar aja wkwkwkwk. Soalnya kerja terus kan liburan, tiap ada waktu kosong ya nonton atau main. Ih hidup santai amat, kesel sama diri sendiri terkadang. Ayolah mencoba untuk lebih produktif lagi, dear self. Bentar lagi 27 loh. Hiiiii... Kerjain tuh CV, cover letter sama portfolio. Nanti kalo dah beres bonus deh nonton Netflix.
Oh ya, mau cerita pengalaman kemarin interview buat jadi salah satu pengurus PPI TV Podcast. Daftarnya kemarin tuh jadi graphic designer sama research and development. Tapi masuk interviewnya ke graphic designer. Deg-degan sih, karena ya jujur lah baru pertama kali terjun ke dunia graphic designer. Berani karena ingin nyoba aja dan jadi punya pengalaman re-create satu thumbnail gitu. Walaupun basicnya sama ya, editing programnya pake Photoshop, cuma tetep aja karena beda tujuan ngegunainnya buat apa. Semoga ga dikira alasan doang haha. Aku beneran amatir dan kerjanya berantakan. Salah satu introspeksi diri. Trus yang aku suka dari interview kemarin, mereka ngasih feedbacknya enak, jadi nambah ilmu baru, harus gini dulu, trus baru gitu. Sempet ada miskom juga sih, aku kira re-create itu bikin ulang yang konsepnya menurut interpretasi aku dan ternyata thumbnailnya ya einfach dibikin ulang sesuai sama aslinya aja. Agak malu sih hahahaha. Tapi yaudahlan, toh udah berlalu. Sama pas ditanya-tanya tentang pertanyaan general dan organisasi, kaya banyak mikir dan bingung mau ngomong apa. Habis itu kaya berasa ā€˜ih, aku tadi ngomong apaan sih?!ā€™ lol... Ambil postifinya aja, dapet feedback supaya kedepannya bisa lebih baik lagi ya šŸ‘šŸ¼Soal kepilih atau gaknya ya udahlah urusan belakangan. Lama-lama ga berharap juga bisa jadi graphic designer. Malah pas sempet latihan bikin poster, nemu video-videonya Show It Better sama OU Design tentang tutorial bikin editing rendering arsitektur. Mungkin itu sebuah pertanda bahwa aku harus Ć¼berarbeiten lagi portfolio aku yang udah lama dianggurin sejak setahun yang lalu.Ā 
Memulai tuh ya suka mageeeer banget, tapi pas udah ngerjain kaya ga bisa lepas. Pengen ngerjain aja terus bawaannya. Wah, kalo kerjaan di masa depan bisa memungkinkan aku buat home office atau co-working everywhere, enak sih. Suka aku kerjaan yang ga harus dateng ke kantor melulu. Kadang bisa ganti suasana gitu kan...
Terakhir, apa ya. Sebenernya agak malu sih ngobrolin tentang masalah pribadi. Kaya geli sendiri aja gitu. Udah jarang lagi nyeritain ini juga ke orang lain. Kayaknya lebih baik keep it secret aja deh, jadi kalo gak jadi ya gak sedih dan gak malu juga gitu sama orang lain. Intinya, bisa loh conversation tuh berjalan terus kalo misalkan ada sesuatu hal yang bisa di-confirm atau ditanya-tanya. Dan lawan bicara juga terbuka sama pertanyaan kita. Hihi. Pokoknya ini tuh salah satu hal yang patut disyukuri. Pasti nih karena izin Allah SWT. Makasih ya Allah huhuhuhu... Aku hutang banyak ibadah pada-Mu šŸ˜­
Sekian jurnal hari ini. Semoga kram ini berakhir di hari pertama aja... :/
Erfurt, 07.03.2020Ā 
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 2
Bangun tidur pagi ini ngerasa lebih baikan dari pas kemarin malem kerja. Feelingnya dan rasanya badan udah kaya mau tumbang aja, kaya mau meriang atau demam. Trus bengek ini nggak ilang-ilang juga gitu, bingung harus gimana. Hm. Biasanya sembuhnya mayan cepet. Tapi karena faktor utamanya gara-gara dahak di tenggorokan ga bisa keluar, jadi ngehambat buat nafas. Gemes deh asma melulu. Ga deng, semenjak bertahun-tahun hidup di Jerman, badan jadi lemah banget. Dikit-dikit alergi lah. Kalo sakit yang biasanya sehari sembuh, ini butuh beberapa hari bahkan seminggu buat pulih. Mau ke dokter juga kadang males karena gak seflexibel di Indonesia, harus pake appointment kalo gak, harus nunggu orang-orang yang punya appointment beres baru aku bisa konsul sama dokternya. Kalo sakitnya udah berat, jujur jadi gak sanggup buat duduk lamaaaa di ruang tunggu. But anyway, aku berharap si bengek ini beberapa hari kemudian bakalan sembuh. Aamiin...
Barusan aku ngeliat Draft Tumblr, ternyata sempet nulis dan belum selesai. Trus aku cerita tentang temen aku yang dulu kuliah di Erfurt dan tinggal di dorm yang sama. Dia dulu sempet sakit lama dan ga beberapa lama kemudian dia meninggal. Ngomong-ngomong tentang meninggal, akhir-akhir ini banyak banget kejadian orang yang aku tau meninggal. Dimulai dari tahun lalu, Om, trus bapaknya temen yang suka jadi pengkaji di pengajian, temennya temen yang aku juga tau, neneknya temen barusan meninggal, sampe kemarin suaminya artis aja ada juga yang meninggal. Kaya beruntut gitu, banyak aja itungannya menurut aku. Jadi makin bertanya-tanya, sebenernya apa yang aku cari dan capai sih di dunia ini toh pada ujungnya aku juga akan kembali ke pangkuan Allah SWT?Ā 
Terlepas dari itu, sebagai orang yang diutus untuk hidup di dunia, alangkah baiknya untuk fokus ibadah yang utama. Ibadah emang ga melulu soal menjalankan rukun iman dan islam, tapi juga seperti nuntut ilmu, berbakti sama ortu, menikah karena Allah, berkontribusi untuk makhluk hidup dan alam, dan lain lain. Asal ya niatannya karena Allah SWT atau sekedar mencari ridha Allah SWT. Jadi kayanya untuk ngelakuin semua hal di dunia harus banget pake Bismillah dulu, supaya apa yang jadi langkah selanjutnya ga lepas dari niatan untuk ibadah. Aku emang bukan orang yang imannya kuaaaat banget, belum. Tapi aku masih belajar ke arah situ, masih belajar untuk shalat tepat waktu, berusaha untuk ngaji setiap hari even cuma 1 lembar dan baca artinya juga, masih belajar untuk sabar dan ikhlas, masih menanamkan dalam hati kalo berharap itu cuma sama Allah aja, masih belajar mana yang haram, halal, makruh atau mubah, masih belajar untuk konsisten sama satu pendapat, dan intinya masih harus banyak diingetin dan butuh orang untuk ngasih tau atau at least buat sama-sama belajar (trus jadi kangen Ika ngeliqo wkwk)...Ā 
Trus living life to the fullest juga sesuatu hal yang ingin aku capai sebelum meninggal. Takutnya nanti meninggal dengan perasaan menyesal karena belum bisa ngerelaisasiin mimpi sendiri dan jadi kaya meninggal tanpa ngelakuin apa-apa kan kaya yang sedih banget gitu. Apalagi hidup di dunia juga bakalan ditanya, apa yang kita lakuin cukup berguna atau malah ga ada gunanya sama sekali. Kalo ngeliat orang-orang yang semasa hidupnya passionate banget sama apa yang dia lakuin dan punya kesan baik dari orang-orang di sekelilingnya, entah kenapa ngeliat orang yang pergi tuh jadi bikin introspeksi diri. Oh, gini ya meninggal dengan tenang tuh dan ngerti jadinya kenapa Allah rindu orang itu untuk balik ke pangkuannya.Ā 
Sedih ah nulis ini, kok rasanya pengen nangis sendiri. Tapi, jadi pengingat aja untuk diri sendiri kalo misalkan ā€œsemua yang bernyawa, pasti akan mati.ā€Ā Dan jadi pengingat juga untuk hidup lebih baik lagi, seenggaknya urusan dunia sama akhirat harus seimbang. In the end, kita ga tau kapan kita bakalan dipanggil. Mau pas lagi umur berapapun, semoga kita saat itu udah siap... :ā€™)
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Plus aku seneng banget karena di blog yang ini bisa ngomong apa aja tanpa khawatir sama apa yang orang pikirin :)Ā 
0 notes
onemilimeter Ā· 4 years
Text
Jurnal 1
This is the morning journal number: i-donā€™t-care, gak tau soalnya aku udah jarang banget bikin morning jurnal, jadi gak penting juga buat dinomerurutin jurnal keberapakah ini. The point is to write morning journal. Period.
Anyway, aku donā€™t feel anything wonderful lately. Biasa-biasa aja, sedih nggak, mau seneng juga insecure, takut kalo terlalu seneng selang, beberapa waktu bakal sedih lagi (sering terjadi sih soalnya). Jadi, ya kalo lagi ketawa nikmatin aja, kalo lagi sedih ya udah namanya juga bagian dari kehidupan. Tapiiii, yang patut disyukuri banyaaaaaak banget. Mulai dari masih bisa haha hihi sama temen-temen yang tersisa di Erfurt ini sebelum aku pindah ke Berlin, paket jastip untuk Visa udah di tangan, Alhamdulillahnya masih dapet rezeki dari orang tua juga, ada orang yang masih mau nerima aku apa adanya walaupun sifat atau personality aku ini ya bisa aku bilang ā€œanehā€, masih survive sampe sekarang which means merasa lumayan sehat wal afiat, dsb.
Cuma satu masalah aja sih, ngerasa kurang puas ibadahnya sama Allah. Makanya kaya resah ga jelas mulu. Shalat nggak khusyuk, jarang nyentuh Quran lagi, hafalannya kaya segitu-segitu aja, dzikir dan istighfar juga jarang, dst.
Satu lagi. Aku pengen banget gak jadi manusia rebahan lagi. Hahahaha. Rebahan tuh ya jujur emang enak banget, tapiiii jadinya ketergantungan gitu. Sekalinya menikmati rebahan, jadi males angkat pantat lagi buat ngelakuin apa-apa. Jadi jarang gerak juga dan malah berimbas ke gak enak badan. Kurang olah raga juga jadi fisik agak-agak gak fit akhir-akhir ini. Dan makan juga gak teratur, gak makan makanan yang sehat, yang ngasih nutrisi tubuh supaya imun makin kuat.
Pengen berubah sih. Dulu padahal udah pernah hidup kaya gitu. Ideal life banget. Tapi, kayaknya karena life crisis kemarin dan pindahan jadi berantakan lagi. Semoga bisa memulai perubahan ini ya, biar berasa hidup lebih teratur, lebih terarah, gak ngerasa resah gak jelas.
Erfurt, 19.02.2020 Ā 
0 notes
onemilimeter Ā· 5 years
Text
Sejujurnya, bersikap untuk tidak terlalu emosional dan sensitif terhadap hal-hal yang ada di luar kontrol saya rasanya masih sulit. Contohya reaksi orang terhadap apa yang saya ucapkan atau tanyakan atau ajukan atau sarankan atau seruan atau dan atau lainnya. Reaksi orang kan bukan saya yang pegang kontrol, harusnya kalo reaksi dia tidak sesuai ekspektasi saya, saya tidak perlu marah dan merasa tersinggung, dong? Saya mungkin yang harus introspeksi diri lagi, apakah yang saya ucapkan salah atau apakah yang saya ucapkan memang bukan sesuatu hal yang penting. Emang dasar sayanya aja yang kelewat sensitif. Seperti yang orang-orang sering bilang, ā€œOrang-orang Pisces itu kebanyakan sensitif.ā€ Walaupun saya tidak percaya ramalan bintang. Memang ya, diam dan menahan diri itu lebih baik. Mendengar itu lebih sulit dibandingkan berbicara. Good Night :)) Ā 
p.s.: Stress ternyata menyebabkan kerontokan rambut. Makin tipis aja rambut gue.
0 notes
onemilimeter Ā· 5 years
Text
tanya yang terjawab
Pertanyaanku menghentikanmu yang sedari tadi asyik menggoreskan aksara di atas pasir.Ā  Sekilas mataku beralih berusaha membaca tulisanmu. Aku tidak mengerti bahasanya dan tidak juga berusaha untuk mencari tahu apa artinya. Fokusku hanya menunggu jawabanmu. Kamu menoleh ke arahku yang duduk di sebelah kirimu, sedang menikmati birunya langit melebur menjadi satu dengan birunya laut. Kamu tersenyum singkat, kemudian melempar pandangan ke arah yang sama denganku. Tanganmu sibuk memilin-milin ranting yang kamu jadikan alat tulis. Mungkin kamu sedang memilah kata untuk dijadikan jawaban atas pertanyaanku? Entahlah, aku hanya menebak karena sampai sekarang isi pikiranmu tidak dapat kubaca. 10 tahun bukanlah waktu yang singkat. Pasti pandanganmu terhadap sesuatu hal atau mungkin sifatmu sudah banyak berubah semenjak terakhir kali aku dan kamu berbincang. Kata temanku, ketika seseorang sudah terlalu lama tidak berinteraksi langsung dengan orang lain, butuh adaptasi lagi untuk bisa kembali berkomunikasi dalam satu frekuensi. Walau tidak 100% sama seperti sebelumnya. Tidak hanya denganmu saja, tapi aku dan keluargaku juga dengan teman-temanku yang lain.
ā€œAku nggak tau dan aku masih punya banyak pertanyaan yang belum terjawab selama 28 tahun aku hidup. Gimana, kalo kita berdua nyari jawabannya bareng?ā€Ā 
Sebelum memberikan jawaban, aku terdiam. Berpikir. Lebih tepatnya menganalisis terlebih dahulu usulan yang kamu tawarkan. Bukan perkara mudah untuk menempatkan logika serta perasaan dalam posisi yang sejajar dan tidak berat sebelah. Harus 50:50. Selalu seperti itu ketika aku mengambil keputusan, sehingga resiko yang nanti aku tanggung tidak terlalu merugikan diriku sendiri. Hei, zaman sekarang kehati-hatian itu nomor satu, bukan?Ā  Ā  Ā  Ā 
ā€œYa...? Maksudnya aku bantuin kamu, gitu?ā€ Kamu lupa ya, aku paling lemah dalam menafsirkan hal-hal yang sifatnya tersirat. Akhirnya yang aku bisa hanya menjawab dengan kembali bertanya. Sekedar untuk memancing kejelasan.
ā€œKita saling support. Aku bantu kamu, kamu bantu aku. Letā€™s figure it out, together.ā€ Kamu berubah. Dulu kamu tidak sesantai sekarang. Kalau boleh kubilang, bahkan dulu kamu tidak seberani ini. Aku jadi berpikir untuk meningkatkan level kewaspadaan dalam diriku. Sejak kapan aku jadi seperti ini?Ā 
ā€œKamu yakin? Asal kamu tahu, pertanyaanku banyak. Waktu yang dibutuhkan untuk ngejawab semuanya bukan cuma dalam waktu singkat, karena setiap satu pertanyaan terjawab, akan muncul pertanyaan baru. Terus seperti itu sampai aku jadi debu. Kalo kamu nggak yakin, lebih baik jangan.ā€ Aku menyangsikan apakah kamu bisa menanggapi kata-kata yang barusan keluar dari mulutku. Kalimat terakhir sebenarnya adalah bentuk perlindungan terhadap diriku sendiri. Tenang, aku tidak seegois itu. Aku juga tidak lupa memberikan perlindungan untukmu, kok.
Pandanganmu terpaku pada bentangan warna biru yang sedari tadi masih setia berdampingan. Sayup-sayup nyanyian burung camar dan hembusan angin melahirkan harmoni, mengisi kekosongan yang menjadi jeda, seakan-akan mendesakmu untuk segera berucap. Deburan ombak pun tak mau kalah, ikut menyumbangkan suara tanpa melupakan tugasnya menghapus jejak-jejak kaki di pesisir pantai.Ā Ā 
ā€œKamu berubah, ya.ā€
ā€œIya, dulu aku ranger hijau sekarang aku ranger biru.ā€ Aku nyengir. Semakin dewasa humorku semakin receh. Mungkin dia kesal padaku karena aku sempat-sempatnya bercanda disaat serius.
ā€œBolehlah aku kasih kamu score 60 buat humor recehnya.ā€ Kamu ikut nyengir, menoleh ke arahku yang sedikit terkejut atas penilaianmu. Atau mungkin terkejut karena hal lain.
ā€œYah, jelek banget sih 60, sekarang standar udah naik jadi 75, kali.ā€
ā€œHumor kamu itu emang di bawah rata-rata. Udah, bersyukur aja aku kasih nilai 60.ā€
Lambat laun kenyamanan pun hinggap di tengah-tengah obrolanku denganmu. Kamu pasti tidak tahu ketika kamu mengajakku ke tempat ini, aku tidak henti-hentinya berpikir aku harus bersikap seperti apa. Kamu pasti tidak tahu bahwaĀ  hingga saat ini belum pernah ada seorang pun yang pantas merebut predikatmu sebagai ā€œorang pentingā€. Mungkin terdengar cringy, tapi aku tidak peduli. Kuasa atas diriku ada di tanganku. Kamu pasti juga tidak tahu aku selalu merasa bersalah setiap mengingat perbincangan terakhir 10 tahun yang lalu, sebelum aku pergi tepatnya. Tapi, setelah menghabiskan waktu selama 1 jam 52 menit berbicara denganmu, aku merasa sedikit lega karena tidak sekalipun kamu mengungkit-ungkit apa yang pernah terjadi di masa lalu. Aku asumsikan bahwa bagimu yang sudah berlalu memang tidak perlu dibahas. Tanpa kamu tahu ucapanmu akan menjadi sebuah awal kamu menjawab pertanyaanku. Dimulai dengan pertanyaan nomor 1.
ā€œKalo aku menyanggupi untuk selalu ada di sebelah kamu sampe semua pertanyaan kita kejawab, apa kamu masih nggak yakin? Untuk sekarang, sayangnya aku ngga bisa ngira-ngira siapa duluan yang pertanyaannya habis kejawab. Soalnya, aku nggak punya kemampuan ngeramal masa depan. Kalo pertanyaan kamu selesai kejawab duluan, aku pasti masih butuh kamu buat ada di samping aku, ngedampingin aku buat nyari jawaban dari sisa-sisa pertanyaan aku. Kalo pertanyaanku duluan yang selesai kejawab, aku mau terus ada di samping kamu buat bantu kamu nyari jawaban dari sisa-sisa pertanyaan kamu. Aku juga nggak cuma sekedar butuh kamu buat ngedampingin aku nyari jawaban aja, tapi kamu tau nggak, kalo di luar itu aku juga butuh eksistensi kamu di hidup aku? Kalo aku sekarang ngajakin kamu untuk hidup bareng sampe kita sama-sama jadi debu, kamu mau?ā€
Bohong kalau detak jantungku masih tetap normal seperti saat awal aku tiba di tempat ini. Pantai. Kamu tahu aku sangat suka pantai, tapi aku tidak pernah bilang sebelumnya kalau aku ingin pantai pulalah yang menjadi saksi dari permintaanmu barusan. Kebetulan? Mungkin. Agar aku tidak kalah dengan perasaan, lagi dan lagi, aku berusaha mengikutsertakan logikaku dalam mengambil keputusan. Aku tidak mau perasaan dan logika menganggap aku menganaktirikan mereka. Pelan-pelan aku mengumpulkan keberanian untuk menatap matamu. Menurut pengalamanku selama bertemu dengan orang yang berasal dari berbagai belahan dunia, kesungguhan dan kejujuran seseorang tergambar di matanya. Kamu tidak tahu kan, kalau kamu baru saja berhasil menjawab salah satu pertanyaanku? Aku bisa menyimpulkan dari perkataanmu barusan bahwa tidaklah tidak mungkin untuk mengulang semuanya dari awal. Dan cara dia mengajakku adalah sesuatu hal yang sangat amat sederhana. Aku suka kesederhanaan tanpa bumbu-bumbu roman picisan.
ā€œAjakanmu menarik, sampe-sampe logika aku nyuruh supaya aku bilang iya. Dan fyi, selamat ya kamu barusan sekaligus ngejawab satu pertanyaan aku. Pertanyaan nomor 1.ā€ Ucapku seraya bertepuk tangan lalu mengacungkan telunjukku ke arahmu. Kamu sekilas tersenyum.Ā 
ā€œJadi?ā€ Aku tahu kalimatku barusan tidak menjawab permintaanmu secara jelas. Mungkin karena aku gugup? Bisa jadi.
ā€œIya, mau kok.ā€Ā 
Sudut pandang pasir pantai, ombak dan burung camar Tidak perlu deskripsi spesifik akan apa yang terjadi setelahnya, yang dapat kami rekam hanya senyuman dan tawa kecil menghiasi wajah kedua persona tersebut. Kalau boleh kami menebak, keduanya mungkin tengah merasakan euforianya masing-masing dan biarlah hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu. Semoga mereka bahagia.
ā€œTu eres mi casaā€œ, salah satu dari keduanya tadi menuliskan itu di atas pasir.
0 notes
onemilimeter Ā· 6 years
Text
questions for self discovery by lavendaire (pt 1)
Q: How do I feel at the moment? Itā€™s morning here and I feel good. I did sahoor for making up my missed-fasting-days in Ramadan, I didnā€™t go to sleep thereafter because of I didnā€™t wanna miss myĀ ā€œsubuhā€ prayer, then I recited Koran, oh btw I did play a game while Iā€™m waiting the prayer time. I meditated and now Iā€™m sitting in front of my laptop, answering some questions from lavendaire for my morning journal. I feel a little bit sleepy at the moment, but itā€™s okay. Iā€™m going to take a bath soon anyway. But overall I feel good (not very good but also not very bad, just a normal good).
Q: What do I need more of in my life? I need more love, acknowledgement, calm, happiness, health, time, respect, communication, effort and decent lifestyle.Ā 
Q: What would make me happy right now? I would be happy if my room were cleaner and tidier than before, if I could start decluttering and discarding as soon as possible, if my project are done, if my daily to-do-lists in my bullet journal are successfully accomplished and if my needs at the moment were fulfilled. Donā€™t forget to mention if I could be a morning person.
Q: What is going right in my life? To be able to realize that I have to change my attitudes towards myself, my life and people around me. I realize that if I want to change I have to start from the smallest and the simplest thing and it could be bigger in the future. The realizations is actually a sign for me that I move to the right direction. Now Iā€™m planning on tidying up my stuffs and I hope this is an effective way to start my life-changing.
Q: What am I grateful for? List at least 10 things. 1. My father, mother and sister 2. God gives me a chance to live, to breathe, to see, to talk, to hear, to walk, to move and etc 3. Get the job at KNV and itā€™ll definitely help me pay my rent, my tuition-fee, my insurance, my bills and my living cost in August 4. Still have a chance (though itā€™s just one semester left) to study in GermanyĀ Ā  5. My dad bought me my ticket for summer holiday in IndonesiaĀ  6. Be able to see the beauty in everyone especially in women 7. Pray without fear (on the other side of the world there are a lot of people who canā€™t pray, even live, peacefully due to wars, terrors, guns and the bombs) 8. Friends who laugh and struggle together 9. Finished all my exams 10. Despite of the fact how hard to get the ticket concert of my favorite singer, I did buy three ticketsĀ 
to be continued...
*answering this questions is much harder than my college exams btw :pĀ  Ā  Ā 
0 notes